Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 09, September 2022

 

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

 

Prastiwi Puspa Ningrum1*, Muhammad Miqdad2, Nining Ika Wahyuni3

1*,2,3 Universitas Jember, Indonesia

Email: 1*[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

 

Abstrak

Tujuan studi ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan likuiditas saham sebelum dan sesudah melakukan stock split menggunakan parameter Trading Volume Activity (TVA) dan Bid Ask Spread�(BAS). Studi ini dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian komparatif. Populasi adalah seluruh perusahaan yang terdaftar�dan melakukan aksi koorporasi�di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017-2022 sebanyak 154 perusahaan, selanjutnya sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 49 perusahaan. Data diperoleh dari website resmi BEI yaitu www.idx.co.id dan financeyahooo.com dengan pengambilan data menggunakan event window yaitu�10 hari sebelum stock split (t-10) sampai 10 hari sesudah stock split (t+10). Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji-t Paired Sample t test. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat perbedaan likuiditas saham pada parameter TVA dan BAS sebelum dan sesudah stock split.

 

Kata Kunci:�likuiditas saham; stock split; TVA; BAS

 

Abstract

The purpose of this study is to analyze and describe the difference in stock liquidity before and after conducting a stock split using Trading Volume Activity�(TVA) and Bid Ask Spread (BAS)�parameters. The study was analyzed using a quantitative approach with a comparative type of research. The population is all companies listed�and carried out corporate actions on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2017-2022 as many as 154 companies, then the sample was selected using the purposive sampling method and obtained 49 companies. Data obtained from IDX official website, namely www.idx.co.id and financeyahooo.com by taking data using an event window, which is�10 days before the stock split (t-10) to 10 days after the stock split �(t + 10). The collected data was then analyzed using the Paired Sample t test. The results of the analysis prove that there are differences in stock liquidity in TVA and BAS parameters before and after the stock split.

 

Keywords:�stock liquidity; stock splits; TVA; BAS

 

Pendahuluan

Perkembangan dunia perekonomian dan investasi mengalami peningkatan yang signifikan, salah satu lembaga yang berperan penting adalah pasar modal. Pasar modal merupakan sektor keuangan sebagai alternatif pendanaan dengan kegiatan penawaran dan permintaan untuk mencapai kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli sekuritas dalam aktivitas perdagangan. Saham menjadi salah satu instrumen pasar modal yang menjanjikan capital gain dan dividen, sehingga investor cenderung tertarik pada perusahaan dengan harga saham yang cenderung naik dan memberikan angka return tinggi di masa yang akan datang.

Risiko harga saham tinggi berpengaruh pada pengambilan keputusan investor karena harga sahamnya tidak dapat menjangkau kemampuannya dan memilih berinvestasi pada perusahaan yang harga sahamnya tinggi tapi tetap terjangkau. Hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat likuiditas saham, karena apabila saham tersebut memiliki harga yang tinggi maka terindikasi penurunan volume perdagangan dan menyebabkan saham tidak likuid. Aksi korporasi menjadi salah satu opsi untuk meningkatkan likuiditas saham seperti stock split yang merupakan aktivitas yang berpengaruh pada volume perdagangan saham meningkat dan harga saham akan lebih murah dibandingkan sebelumnya, maka peneliti berusaha mengkaji kembali terkait analisis likuiditas saham sebelum dan sesudah kegiatan stock split yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan parameter likuiditas saham yaitu TVA dan BAS.

 

Tinjauan Pustaka

Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah ilmu yang mempelajari pengelolaan keuangan perusahaan seperti mencari sumber keuangan, mengalokasikan serta membagi keuntungan kepada pemangku kepentingan (Anwar, 2019). Tahapan sistematis pada manajemen bertujuan secara menyeluruh untuk kelangsungan perusahaan (Yuesti & Kepramareni, 2019). Aktivitas manajemen keuangan meliputi keputusan investasi, pembiayaan dan manajemen aset (Mulyanti, 2017).

Trading Range Theory

Trading range theory yang menyatakan bahwa salah satu cara meningkatkan likuiditas perdagangan saham adalah dengan aksi korporasi stock split (Merthadiyanti & Yasa, 2019). Peningkatan likuiditas saham dipengaruhi keputusan stock split yang menekankan pada perilaku pasar, sehingga perusahaan dapat mengendalikan harga saham ke range harga yang normal di lantai bursa.

Signaling Theory

Signaling theory menyatakan bahwa informasi keuangan memberikan gambaran terkait kinerja perusahaan dalam suatu periode kepada pihak lain atas potensi yang dimiliki oleh perusahaan yang diambil dari laporan keuangan. Teori ini yang mendorong perusahaan untuk melakukan aksi korporasi stock split untuk memberikan informasi terkait prospek yang dimiliki oleh manajemen perusahaan di masa yang akan datang (Hartono, 2017).

Teori Kegunaan Keputusan

Teori investasi dan kegunaan keputusan dititikberatkan pada pihak dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan yang harus dipenuhi oleh penyaji informasi akuntansi (Darmayanti & Dientrimei, 2021). Preferensi teori kegunaan keputusan didasarkan pada perhitungan keuntungan jangka panjang dan pendek.

Pasar Modal dan Saham

Pasar modal adalah lembaga yang mendorong aktivitas pengalokasian dana secara efisien yang terbuka untuk seluruh instrumen pasar modal dengan pihak terkait Elliyana (2020). BEI memberikan diseminasi pada publik dan menjadi fasilitator yang bersifat terbuka sesuai Peraturan Nomor 3/POJK.04/2021.

Surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan dalam penyertaan modal tercantum melalui bukti saham (Mohamad, 2015). Nilai suatu saham akan berubah mengikuti kondisi permintaan dan penawaran dilantai bursa setiap periode (Siregar & Farisi, 2018). Harga saham juga ditentukan oleh kondisi fundamental perusahaan seperti nilai laba dan aktiva yang merepresentasikan kepemilikan perusahaan sehingga menjadikan saham lebih kompleks (Linanda & Afriyenis, 2018).

Pemecahan Saham (Stock Split)

Stock split dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan likuiditas saham, sehingga lebih mudah diperdagangkan dan diakses oleh investor karena harganya yang lebih terjangkau (Hartono, 2017). Pertimbangan harga saham juga diperhatikan oleh investor dalam keputusan pembelian saham, sehingga akan berkaitan dengan jumlah saham yang beredar. Pertimbangan perusahaan yang bisa melakukan aksi korporasi dilakukan oleh OJK terkait kinerja fundamental, jumlah saham yang beredar, likuiditas saham, pengawasan dan laporan penilaian saham.

Likuiditas Saham

Likuiditas saham mengacu pada kemampuan saham tanpa mempengaruhi harganya secara signifikan. Sifat likuid saham dapat dihitung dengan parameter trading volume acivity dicerminkan oleh besarnya jumlah volume perdagangan pada suatu periode artinya, apabila likuiditas saham merendah maka investor tidak tertarik dengan saham yang dimiliki emiten (Agustin, 2017). Likuiditas saham dapat dilihat pada selisih harga yang bersedia dibayar oleh pembeli dan harga terendah yang bersedia diterima penjual, sehingga bid ask spread dipakai untuk menganalisis permintaan dan aktivitas perdagangan (Visita, 2013).

 

Metode Penelitian

Studi ini mengambil populasi sebanyak 154 perusahaan terdaftar di BEI tahun 2017-2022, dengan 49 perusahaan dipilih sebagai sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data sekunder diperoleh dari www.idx.co.id dan yahooofinance.com untuk periode 2017-2022. Variabel TVA (volume perdagangan saham harian) dihitung rata-ratanya 10 hari sebelum dan sesudah stock split, sementara variabel BAS (bid ask spread harian) dihitung rata-ratanya untuk melihat reaksi pasar terhadap informasi stock split. Analisis data menggunakan uji t Paired Sample t test setelah dilakukan uji statistik deskriptif, uji normalitas, dan uji homogenitas.

 

Hasil dan Pembahasan

Statistik Deskriptif

Dilakukan penggambaran, deskripsi serta analisis data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara data yang diuji dan diteliti (Sugiyono, 2019). Baik tidaknya data pada studi ini ditetapkan apabila nilai rata-rata diatas nilai minimum dan standar deviasinya mendekati nilai mean.

 

Tabel 1

Hasil Statistik Deskriptif

Var.

N

Min

 

Max

Mean

Std. Dvs.

TVA t-10

49

0,000000

 

0,207111

0,013087

0,031961

TVA t+10

49

0,000004

 

0,019554

0,001724

0,003301

BAS t-10

49

0,000000

 

0,020719

0,008166

0,004908

BAS t+10

49

0,002641

 

0,064909

0,012417

0,009280

Sumber: Data diolah peneliti, 2023

 

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa TVA sebelum stock split menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,013087. Nilai terendah sebesar 0,000000 dan nilai tertinggi 0,207111. Standar deviasi sebesar 0,031961. TVA sesudah stock split menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,001724. Nilai terendah sebesar 0,000004 dan nilai tertinggi 0,019554. Standar deviasi sebesar 0,003301.

BAS sebelum stock split menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,008166. Nilai terendah sebesar 0,000000 dan nilai tertinggi 0,020719. Standar deviasi sebesar 0,004908. BAS sesudah stock split menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,012417. Nilai terendah sebesar 0,002641 dan nilai tertinggi 0,064909. Standar deviasi sebesar 0,009280.

Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai standar deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) dan ukuran penyebaran datanya cukup bervariasi.

Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan dengan mengasumsikan nilai residual yang mengikuti distribusi rata-rata normal pada variabel terkait Khairinal, (2016). Studi ini menggunakan uji one sample kolmogrov--smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

 

 

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Penelitian

Nilai Kolmogrov Smirnov

Keterangan

TVA t-10 Stock Split

0,792

Berdistribusi Normal

TVA t+10 Stock Split

0,532

Berdistribusi Normal

BAS t-10 Stock Split

0,149

Berdistribusi Normal

BAS t+10 Stock Split

0,955

Berdistribusi Normal

Sumber: Data diolah peneliti, 2023

 

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 2 diketahui bahwa nilai probabilitas atau signifikansi pada TVA t-10 stock split sebesar 0,792, TVA t+10 stock split sebesar 0,532, BAS t-10 stock split sebesar 0,149, BAS t+10 stock split sebesar 0,955. Nilai kolmogrov smirnov lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa data studi ini berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji levene pada data yang berpasangan dan memiliki variansi yang sama untuk mengetahui tingkat homogenitas data penelitian sebagai syarat data secara kontinu dengan sampel yang diobservasi merupaka independen Sugiyono, (2019). Apabila angka signfikansi (p) pada hasil uji levene > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelompok data berasal dari populasi memiliki varians yang sama atau homogen. Hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut:

 

Tabel 3

Hasil Uji Homogenitas

Variabel

Levene Statistic

Sig.

Keterangan

TVA t-10 dan t+10 Stock Split

0,513

0,476

Homogen

BAS t-10 dan t+10 Stock Split

2,647

0,107

Homogen

Sumber: Data diolah peneliti, 2023

 

Berdasarkan hasil uji homogenitas pada tabel 3 diketahui bahwa nilai signifikansi pada TVA t-10 dan t+10 stock split sebesar 0,476 dan BAS t-10 dan t+10 stock split sebesar 0,107. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa data dalam studi ini memiliki varian yang sama atau homogen.

Uji t Paired Sample t test

Uji t Paired Sample t test dilakukan� untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata menggunakan sampel penelitian yang sama akibat perlakuan dalam waktu yang berbeda (Ghozali, 2018). Apabila angka signifikansi pada hasil < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H1 dan H2 diterima.

 

 

 

Tabel 4

Hasil Uji t Paired Sample t test

Variabel

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Sig.

TVA t-10 dan t+10 Stock Split

1,90983

1,71542

0,24506

0,000

BAS t-10 dan t+10 Stock Split

-0,30527

0,97063

0,13866

0,033

Sumber: Data diolah peneliti, 2023

 

Berdasarkan hasil uji t Paired Sample t test pada tabel 4 diketahui bahwa nilai signifikansi pada TVA t-10 dan t+10 stock split sebesar 0,000 dan BAS t-10 dan t+10 stock split sebesar 0,033. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 dan H2 yaitu terdapat perbedaan likuiditas saham sebelum dan sesudah melakukan stock split dengan menggunakan parameter TVA dan BAS perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2017-2022 dapat diterima.

Pembahasan

TVA dengan Nilai Rata-rata Minimum Sebelum dan Sesudah Stock Split

Hasil analisis uji t Paired Sample t test terhadap hipotesis pertama (H1) membuktikan bahwa terdapat perbedaan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split dengan melihat nilai signifikansinya yaitu 0,000 < 0,05 dapat diterima. Berdasarkan pada nilai rata-rata TVA sesudah stock split mengalami perbedaan yaitu sebesar 0,001724. Hasil nilai tersebut berbeda dengan TVA sebelum stock split yaitu sebesar 0,013087 sehingga dapat disimpulkan bahwa volume perdagangan sesudah stock split mengalami penurunan yaitu 0,013087 > 0,001724.

Berdasarkan data diperoleh bahwa PT Inter-Delta Tbk (INTD) INTD memiliki 32,51% pemilikan saham dari Karna Brata Lesmana dan Natasha Lesmana yang memiliki hubungan keluarga sehingga hal tersebut didukung dengan teori pensinyalan yang berkaitan dengan kebutuhan investor dalam menentukan keputusan investasi berdasarkan laporan keuangan (Darmayanti & Dientrimei, 2021),. INTD menjadi perusahaan yang memiliki nilai minimum sebelum stock split. Kebijakan stock split berpengaruh positif pada peningkatan jumlah volume perdagangan. Apabila dianalisis pada fundamental nya menunjukkan kondisi yang kurang baik karena secara historikal selama 3 tahun kebelakang belum pernah mencetak EPS dan net profit yang positif, mengalami valuasi perusahaan lebih dari satu kali sehingga menyebabkan PBV nya sebesar 3,29, harga sahamnya dan buffet�s intrinsic value �diatas harga wajar, nilai ROE 2,42% ˂ 15%, memilki NPM yang kurang baik karena 2,26% ˂ 10% serta memiliki market cap yang kecil.

����������� Berdasarkan data diperoleh bahwa PT Arkadia Digital Media Tbk (DIGI) yang memiliki nilai minimum sesudah stock split. Pergerakan harga saham pembukaan, harga penawaran, harga permintaan serta harga penutupan pada t-10 sampai t-1 bersifat fluktuatif setiap harinya tapi lebih cenderung diharga yang statis yaitu dengan rata-rata harga saham penutupan sebesar Rp 1.985 sehingga apabila dihubungkan dengan teori ekonomi yang menitikberatkan pada kekuatan permintaan dan penawaran sebagai suatu hal yang menarik.

Apabila di analisis fundamentalnya, DIGI cenderung menunjukkan kondisi cukup baik karena memiliki ROE lebih dari 15% yaitu sebesar 373,51%, memiliki harga saham dibawah harga wajar, memiliki PBV yang lebih rendah dari valuasi perusahaan yaitu sebesar -13,98 serta memiliki rasio hutang yang kurang dari 1 yaitu sebesar -4,04 kali modal akan tetapi terdapat kondisi perusahaan yang mencerminkan kondisi kurang baik seperti perusahaan belum pernah mencetak EPS dan net profit selama 3 tahun berturut-turut, memiliki saham tier 3 dengan market cap yang kecil yaitu dibawah 1 T, memiliki aset lancar lebih kecil dari liabilitas jangka pendek dan memiliki NPM dibawah 10% yaitu sebesar -58,33%.

Keseluruhan dari 49 perusahaan sampel, rata-rata TVA sebelum stock split lebih tinggi dari pada rata-rata TVA sesudah stock split begitu pula dengan hasil rata-rata standar deviasi dan standar error mean yang menunjukkan nilai lebih tinggi sebelum pemecahan saham. Hasil studi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari & Suidarma (2020), Irvangi & Rahmani (2022) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada TVA sebelum dan sesudah stock split. Hasil ini mengindikasi bahwa harapan dari dilakukannya aksi korporasi stock split yaitu dapat meningkatkan likuiditas tidak sepenuhnya tercapai oleh semua perusahaan. Perbedaan yang terjadi bersifat negatif dan bertolak belakang dengan trading range theory syang menyatakan bahwa stock split dapat mengarahkan harga saham ke titik range yang terjangkau dan dapat meningkatkan likuiditas saham. Penurunan volume perdagangan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh reaksi pasar yang negatif, salah satunya adalah periode pengamatan yang singkat t-10 sampai t+10 sehingga belum terlihat perubahan berupa peningkatan perdagangan saham. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya adalah peningkatan jumlah saham yang beredar tidak diikuti oleh peningkatan jumlah pemegang saham pada periode pengamatan ataupun karena fundamental perusahaan yang memang kurang bagus.

TVA dengan Nilai Rata-rata Maksimum Sebelum dan Sesudah Stock Split

Berdasarkan data diperoleh bahwa PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) merupakan business family yaitu 1,62% dan menjadi perusahaan yang memiliki nilai maksimum sebelum dan sesudah stock split. Apabila di analisis pada faktor fundamental yang mempengaruhi perusahaan yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan, HOKI cenderung menunjukkan kondisi cukup baik karena secara historikal selama 5 tahun kebelakang telah pernah mencetak earning per share dan net profit yang positif secara berurutan, memiliki rasio hutang yang kurang dari yaitu sebesar 0,46 kali modal serta harga saham berada dibawah harga wajar akan tetapi terdapat kondisi perusahaan yang mencerminkan kondisi kurang baik seperti PBV yang memiliki valuasi lebih dari 1 kali, memiliki ROE yang kurang dari 15% yaitu sebesar 0,36%, memiliki NPM kurang dari 10% yaitu sebesar 0,27%, memiliki aset lancar yang lebih kecil dari liabilitas jangka pendek serta memiliki saham tier 3 dengan market cap yang kecil.

Pergerakan harga saham pembukaan, harga penawaran, harga permintaan serta harga penutupan pada t-10 sampai t-1 cenderung bersifat dinamis setiap harinya yaitu dengan rata-rata harga saham penutupan sebesar Rp 1.072 sehingga apabila dihubungkan dengan teori ekonomi yang menitikberatkan pada kekuatan permintaan dan penawaran sebagai suatu hal yang menarik karena harga tersebut terbentuk dari kondisi fundamental suatu perusahaan sehingga terdapat indikasi bahwa minat pasar yang tinggi sehingga membuat investor tertarik melakukan aktivitas perdagangan pada perusahaan tersebut (yang memiliki likuiditas tinggi) yang tentunya akan berdampak pada tingkat volume perdagangan yang besar (Siregar & Farisi, 2018).

BAS dengan Nilai Rata-rata Minimum Sebelum dan Sesudah Stock Split

Berdasarkan data diperoleh bahwa PT Inter-Delta Tbk (INTD) menjadi perusahaan yang memiliki nilai minimum sebelum stock split. Pergerakan harga saham pembukaan, harga penawaran, harga permintaan serta harga penutupan pada t-10 sampai t-1 cenderung bersifat statis yaitu dengan rata-rata harga saham sebesar Rp1.180.

Harga saham INTD baik di pembukaan, penawaran, permintaan, serta penutupan yang paling rendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya dapat menyebabkan sahamnya tidak likuid atau sahamnya tidak aktif diperdagangkan karena minat pasar yang rendah sehingga membuat investor menghindari aktivitas perdagangan pada perusahaan tersebut. Hal tersebut terjadi karena pengaruh faktor fundamental yaitu INTD belum melakukan pembagian laba kepada pemegang saham, memiliki rasio hutang yang cukup baik yaitu sebesar 0,10 kali modal akan tetapi memiliki PBV sebesar 2,39 dan secara historikal belum mencetak EPS dan net profit pada 3 tahun berturut-turut.

Berdasarkan data diperoleh bahwa PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) menjadi perusahaan yang memiliki nilai minimum sesudah stock split. Pergerakan harga saham pembukaan, penawaran, permintaan serta penutupan pada t+1 sampai t+10 cenderung bersifat statis dan merupakan paling rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan lainnya sehingga mencerminkan sahamnya tidak likuid atau sahamnya tidak aktif diperdagangkan karena minat pasar yang rendah sehingga membuat investor menghindari aktivitas perdagangan pada perusahaan tersebut yang tentunya akan berdampak pada tingkat volume perdagangan yang kecil pula.

Sifat dinamis yang ditunjukkan pada pergerakan harga saham sebelum stock split tersebut menyebabkan terdapat selisih pada harga penawaran dan harga permintaan (Jogiyanto, 2017). Hal tersebut terjadi karena pengaruh faktor fundamental yaitu GOOD belum melakukan pembagian laba kepada pemegang saham, memiliki rasio hutang yang cukup baik yaitu sebesar 0,55 kali modal, memiliki PBV sebesar 0,69 serta secara historikal perusahaan telah mencetak net profit dan EPS yang positif secara 5 tahun berturut-turut.

BAS dengan Nilai Rata-rata Maksimum Sebelum dan Sesudah Stock Split

Berdasarkan data diperoleh bahwa PT Sat Nurpersada Tbk (PTSN) menjadi perusahaan yang memiliki nilai maksimum sebelum stock split. Pergerakan harga saham pembukaan, penawaran, permintaan serta penutupan pada t-10 sampai t-1 cenderung bersifat dinamis yaitu dengan rata-rata harga saham sebesar Rp 1.359 sehingga apabila dihubungkan dengan teori ekonomi yang menitikberatkan pada kekuatan permintaan dan penawaran sebagai suatu hal yang menarik karena harga tersebut terbentuk dari kondisi fundamental perusahaan sehingga terdapat indikasi bahwa minat pasar yang rendah sehingga membuat investor tertarik pada aktivitas perdagangan pada perusahaan.

Sifat dinamis yang ditunjukkan pada pergerakan harga saham sebelum stock split tersebut menyebabkan terdapat selisih pada harga penawaran dan harga permintaan (Jogiyanto, 2017). Hal tersebut terjadi karena apabila dianalisis pada laporan keuangannya terdapat pengaruh faktor fundamental yaitu PTSN belum melakukan pembagian laba kepada pemegang saham, memiliki rasio hutang yang cukup baik yaitu kurang dari 1 atau sebesar 0,55 kali modal, memiliki PBV sebesar 0,69 serta secara historikal perusahaan telah mencetak net profit dan EPS yang positif secara 5 tahun berturut-turut.

Berdasarkan data diperoleh bahwa PT Andira Agro Tbk (ANDI) menjadi perusahaan yang memiliki nilai maksimum sebelum stock split. Berdasarkan hasil uji diperoleh bahwa dari 49 sampel perusahaan nilai rata-rata BAS sebelum stock split lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata BAS sesudah stock split, akan tetapi berbeda dengan standar deviasi dan standar eror mean yang menunjukkan nilai yang lebih besar pada sebelum stock split.

Faktor lain yang harusnya terjadi adalah BAS semakin kecil, tapi pada studi ini terjadi peningkatan sehingga memungkinkan BAS akan berdampak pada penambahan biaya kepemilikan atas suatu saham. Apabila diamati pada pergerakan rata-rata harga saham menunjukkan adanya kondisi yang fluktuatif akan tetapi cenderung mengalami peningkatan sesudah aksi korporasi stock split di beberapa perusahaan. BAS diperlukan guna menghitung capital gain yang dipandang sebagai komponen biaya dalam perdagangan saham seperti order processing cost, inventory holding cost dan biaya asimetri informasi. Salah satu akibat dari stock split adalah dapat mempersempit BAS karena dari kegiatan pemecahan saham mengindikasi pelaku pasar tidak memegang sahamnya terlalu lama dan akan menyebabkan penurunan biaya pemilikan atas suatu saham (Visita 2013).

Berdasarkan analisis maka peningkatan yang terjadi pada BAS berarti mencerminkan tingkat likuiditas saham yang semakin rendah karena harga saham setelah stock split mengalami penurunan, tidak meratanya informasi stock split sehingga terjadi pemanfaatan atas kondisi tersebut oleh pihak lainnya (Yustinur & Fachri, 2021). Hal itu membuktikan bahwa tingkat harga saham menempatkan perusahaan dan akan berkaitan dengan tingkat kepercayaan investor kepada suatu perusahaan atas likuiditas sahamnya. Hasil pengujian terbukti bahwa BAS sebelum dan sesudah stock split memiliki korelasi karena telah memenuhi syarat signifikansi dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua dapat diterima yaitu terdapat perbedaan likuiditas saham sebelum dan sesudah melakukan stock split dengan menggunakan parameter BAS perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2017-2022.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara BAS sebelum dan sesudah stock split dimana BAS sesudah stock split mengalami peningkatan setelah terjadi aksi korporasi stock split. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah et al. (2018), �Astari & Suidarma (2020), Irvangi & Rahmani (2022), Septiatin et al. (2022) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yaitu berupa peningkatan BAS sesudah stock split.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis permasalahan dan pembahasan tentang likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split di BEI pada tahun 2017-2022, maka ditarik kesimpulan terdapat penurunan TVA sesudah stock split yang ditunjukkan dengan penurunan volume perdagangan saham. Hal tersebut mengindikasi bahwa terdapat pertimbangan lain selain volume perdagangan dalam kegiatan pengambilan keputusan investasi sehingga diperlukan analisis yang substansial dan kompleks pada aspek fundamental perusahaan. Terdapat peningkatan BAS sesudah stock split yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata harga saham. Hal tersebut berarti tujuan perusahaan yang melakukan stock split tidak tercapai karena timbulnya komponen biaya baru yang harus ditanggung oleh pelaku pasar dan pemilik saham lebih memilih untuk tidak melakukan transaksi dan menunggu di masa yang akan datang untuk capital gain yang lebih besar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Agustin, S. (2017). Comparative Analysis Of Trading-Volume Activity An Abnormal Return Before And  After Stock Split. International Journal of Scientific and Research Publications, 7 (11), 478�489.

 

Alexander, & Kadafi, M. (2018). Analisis Abnormal Return dan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen, 10 (1), 1�6.

 

Alteza, M., Hidayati, L. N., & Darmawati, A. (2014). Perusahaan Likuiditas Akibat Pemecahan Saham: Studi di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Economia, 10.

 

Anwar, & Asandimitra, N. (2018). Analisis Perbandingan  Abnormal Return, Trading  Volume Activity, dan Bid-Ask  Spread Sebelum dan Sesudah  Stock Split. BISMA (Bisnis Dan  Manajemen), 7 (1), 34�44.

 

Anwar, M. (2019). Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan (Edisi 1). PRENADAMEDIA GROUP.

 

Astari, N., & Suidarma, I. (2020). Analisis Perbedaan Trading Volume Activity, Bid-Ask Spread dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split di PT Unilever Indonesia Tbk. In Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis (Vol. 5, Issue 2). http://journal.undiknas.ac.id/index.php/akuntansi

 

Azmi, Z., & Hasmita, W. (2016). Model Efisiensi Pasar: Sebuah Studi Pengaruh Musiman Terhadap Volume Perdagangan Saham di BEI Emiten Lq 45 Tahun 2010-2013. Journal Development, 4, 65�89.

 

Brigham, E. F., & Houston. (2017). Fundamental of Financial Management: Dasar-Dasar  Manajemen Keuangan (10th ed.). Salemba Empat.

 

Bungin, B. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif (Edisi Kedua). Penerbit Kencana Prenadamedia Group.

 

Darmayanti, N., & Dientrimei, A. M. (2021). Teori Akuntansi (S. Anam, Ed.). Academia Publication.

 

Ekananda, M. (2018). Manajemen Investasi. Penerbit Erlangga.

 

Elliyana, E. (2020). Lembaga Keuangan dan Pasar Modal (N. Pangesti, Ed.). Ahlimedia Press.

 

Febriansyaah, E., Fraternesi, & Deta, M. R. E. (2021). Analisis Perbandingan Likuiditas Saham, Return Saham dan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Pengunguman Pemecahan Saham (Stock Split), Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2016-2019. Jurnal Akuntansi, Keuanganm Dan Teknologi Informasi Akuntansi, 244�254.

 

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

 

Harmono. (2017). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori,  Kasus, dan Riset Bisnis. Bumi Aksara.

 

Hartono, J. (2017). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi 11). Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Yogyakarta.

 

Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan Integrated and Comprehensive Edition . Grasindo.

 

Irham, F. (2017). Anaisis Laporan Keuangan. Alfabeta.

 

Irvangi, F., & Rahmani, H. F. (2022). Analisis Perbedaan Return Saham, Trading Volume Activity Dan Bid Ask Spread Sebelum Dan Sesudah Stock Split. Jurnal Manajemen, 217�229.

 

Jayanti, N. E., & Fattah, V. (2021). Analisis Perbandingan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split di BEI (Vol. 7, Issue 1).

 

Jogiyanto. (2017). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi 10). Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Yogyakarta.

 

Khairinal. (2016). Menyusun Proposal Skripsi, Tesis, & Disertasi. Salim Media Indonesia Jambi.

 

Linanda, L., & Afriyenis, A. (2018). Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3 (1), 135�144.

 

Lukito, H., & Damayanti. (2023). Analisis Komparatif Trading Volume Activity, Abnormal Return, dan Bid-Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021 (Vol. 6).

 

Mahendra, R., Gumelar, W., Iskanda, Y., & Faruk, M. (2020). Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham (Studi Pada Pt. Telekomunikasi Indonesia  Periode Tahun 2008-2017). Business Management And  Enterpreneurship Jouenal, 2.

 

Mardiyaningsih, E., & Andhitiyara, R. (2020). Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Stock Split dengan Tingkat Likuiditas Saham, Harga Saham, dan Return Saham pada Indeks Saham Kompas 100 Tahun 2014-2018. Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research, 4, 1�13.

 

Merthadiyanti, L. A. W., & Yasa, G. W. (2019). Analisis Trading Volume Activity dan Bid-Ask Spread Setelah Stock Split. E-Jurnal Akuntansi  Universitas Udayana, 27, 311�335.

 

Mulyanti, D. (2017). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 8, 62�71.

 

Octaviani, I., & Harianti, A. (2021). Analisis Perbandingan Trading Volume Activity, Abnormal Return Saham dan Bid Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split. Jurnal Manajemen, Organisasi Dan Bisnis, 34�41.

 

Peraturan Nomor 3/POJK.04/2021 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, (2021).

 

Rahayu, D., & Murti, W. (2017). Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Return Saham, Bid Ask Spread dan Trading Volume Activity Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013. Jurnal Akuntansi, 11, 118�133.

 

Rivai, V., Basir, Sudarto, & Veithzal. (2013). Commercial Bank Management:  Manajemen Perbankan dari Teori ke Praktik (1st ed.). Rrajawali Pers.

 

Samsul, M. (2015). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Edisi 2). Erlangga.

 

Septiatin, A., Desiana, L., Aryanti, & Jayanti, S. D. (2022). Analisis Komparatif Stock Return dan Bid Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di ISSI. In Finance: a Research Journal on Islamic Finance (Vol. 08).

 

Silviyani, N. L. N. T., Sujana, E., & Adiputra, I. M. P. (2014). Pengaruh Likuiditas Perdagangan Saham Dan Kapitalisasi Pasar Terhadap  Return Saham Perusahaan Yang Berada Pada Indeks Lq45 Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun  2009-2013 (Studi Empiris Pada Perusahaan Lq45 Di Bursa Efek Indonesia. E-Journal S1 Ak Universitas  Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi SI, 2, 3.

 

Siregar, Q. R., & Farisi, S. (2018). Pengaruh Return On Assets Dan Earning Per  Share Terhadap Harga Saham. Ilmiah Magister Manajemen, 1, 81�89.

 

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alphabet.

 

Tandelilin. (2017). Pasar Modal (Manajemen Portofolio & Investasi). PT Kanisius.

 

Visita, Y. A. (2013). Faktor Penentu Holding Period  Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Journal  of Business and Banking, 3.

 

Widarta, I. K. G. S., Atmadja, A. T., & Wahyuni, M. A. (2017). Memaknai Kearifan Lokal Menyama Braya Sebagai Landasan Sistem Pengendalian Manajemen Pada Starlight Restaurant dan Bungalows. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi UNDIKSHA, 7(1).

 

Wijaya, I. K. K. (2022). Pengaruh Dividen Per Share (DPS), Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Sektor Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020. Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora, 1 (4).

 

Wijayanti, L. (2014). Pengaruh Kontrol Keluarga dan Komisaris Independen Terhadap Kebijakan Dividen dan Struktur Modal pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1, 81�89.

 

Yuesti, A., & Kepramareni, P. (2019). Manajemen Keuangan Jendela  Pengelolaan Bisnis. CV. Noah Aletheia.

 

Yustinur, N., & Fachri, H. (2021). Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Bid Ask Spread pada Perusahaan Go Public yang Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018. Jurnal Produktivitas, 8, 219�226.

 

Yuwono. (2021). Investasi Saham Blue Chip Pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia. Investasi Saham, 19, 244�254.

 

Zakiyah, A., Nurweni, H., Tinggi, S., & Manajemen, I. (2018). Analisis Perbandingan Trading Volume Activity, Bid-Ask Spread dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Adanya Pengumuman Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2015-Oktober 2018.

Copyright holder:

Prastiwi Puspa Ningrum, Muhammad Miqdad, Nining Ika Wahyuni (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: