Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September
2022
Evaluasi Penyebab Longsor Lereng Jalan Di Kabupaten Lahat
R. Dewo Hiraliyamaesa Hariyanto1, Maulid M. Iqbal2, Yulindasari Sutejo3* �
1,2,3* Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia
Email: 1[email protected], 2[email protected], 3*[email protected]
Abstrak
Fenomena alam lanjutan berupa tanah longsor dan banjir di sebagian
besar wilayah Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan pada Januari 2020
disebabkan oleh hujan yang sangat deras. Istilah tanah longsor digambarkan sebagai
hasil dari berbagai gerakan material lereng (ke luar dan ke dalam) termasuk
batuan, tanah, tanaman, bahan buatan manusia, atau kombinasi dari keduanya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
faktor-faktor penyebab kegagalan lereng di Kabupaten Lahat. Serta menganalisis
stabilitas lereng dari nilai safety factor (FK) menggunakan program Slope/W.
Lokasi penelitian adalah Desa Muara Siban STA 222+850 dan Desa Kuba STA
227+700. Hasil analisis dari program Slope/W di lokasi 1 Desa Muara Siban,
nilai Faktor Keamanan Awal (FK) dengan metode Bishop adalah
1,640. Sedangkan setelah rembesan terjadi, nilai FK menjadi 1.199. Nilai FK
awal dengan metode Bishop di lokasi 2 Desa Kuba adalah 1,718 dan setelah
rembesan FK adalah 1,158. Semua nilai FK berdasarkan hasil program Slope/W
menunjukkan penurunan setelah rembesan terjadi pada rentang nilai 1,033-1,199.
Hasil analisis program Slope/W dari penelitian ini menjelaskan bahwa telah
terjadi longsor dan lereng dalam kondisi kritis (1,07-1,25).
Jadi, hasil penelitian ini sebagai berikut: penyebab longsor terjadi karena dua
hal, yaitu adanya aliran rembesan pada tubuh menuju kaki lereng dan karena
drainase jalan yang buruk.
Kata kunci: �Tanah Longsor, Kemiringan,
Jalan, Slope/W
Abstract
Further natural phenomena in the form of landslides and floods in most
areas of Lahat Regency, South Sumatra Province in January 2020 were caused by
very heavy rain. The term landslide is described as the result of various
movements of slope material (outward and inward) including rocks, soil, plants,
man-made materials, or a combination of these. The aim of this research is to
identify and evaluate the factors that cause slope failures in Lahat Regency.
As well as analyzing slope stability from the safety factor (FK) value using
the Slope/W program. The research locations are Muara Siban Village STA 222+850
and Kuba Village STA 227+700. The analysis results from the Slope/W program at
location 1 of Muara Siban Village, the initial Safety Factor (FK) value using
the Bishop method was 1.640. Meanwhile, after the seepage occurred, the FK
value became 1,199. The initial FK value using the Bishop method at location 2
Kuba Villages was 1.718 and after seepage the FK was 1.158. All FK values based
on the results of the Slope/W program show a decrease after seepage occurs in
the value range 1.033-1.199. The results of the Slope/W program analysis from
this research explain that landslides have occurred and the slope is in
critical condition (1.07-1.25). So, the results of this research are described
as follows: the cause of the landslide occurred due to two things, namely the
presence of seepage flow on the body towards the foot of the slope and due to
poor road drainage.
Keywords: Landslide, Slope, Road, Slope/W
Pendahuluan
Definisi longsor menurut Hardiyatmo (2003) ialah proses perpindahan massa tanah/ bebatuan karena pengaruh gravitasi sehingga terajadi perubahan posisi dari kedudukan semula yang terpisah dari massa yang stabil karena. Peristiwa gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya yang sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan tanah dikenal sebagai longsor. Peristiwa ini juga disebut sebagai fenomena alam. Dimana alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah (Das, 2016).
Lereng adalah bagian dari permuakaan bumi yang berbentuk miring. Lereng alam dan lereng buatan merupakan jenis dari lereng. Lereng alam biasanya terletak di daerah pegunugan dan perbukitan sedangkan lereng buatan biasanya terletak pada jalan disepanjang sungai. Penelitian dari Abramson, dkk, (1996) menjelaskan bahwa terdapat 2 parameter bebas yang berpengaruh terhadap tegangan dalam tanah dan kondisi tidak jenuh air. Kondisi tidak jenuh air yaitu ruang pori tanah yang terisi udara dan air. Dalam kondisi tanah jenuh air, maka seluruh ruang pori tanah terisi air. Pada kondisi ini, nilai parameter tegangan air pori = parameter tegangan udara pori sehingga matrix suction diabaikan (=0).
Hal ini menyebabkan untuk parameter tegangan dalam tanah yang digunakan adalah tegangan efektif. Air hujan mengalami proses infiltrasi ke dalam tanah yang berakibat terhadap perubahan pada kedua parameter ini dan memberikan pengaruh terhadap tegangan geser serta volume tanah yang merubah sifat-sifat tanah. Beberapa cara perbaikan stabilitas lereng yang telah dilakukan Broms (1996) di Sungai Gota-Swedia.
Jalan merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi darat. Jalan berperan penting dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan data P2JN Wilayah Sumatera Selatan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) V, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat. Kelongsoran yang terjadi di Wilayah Sumatera Selatan cukup tinggi.
Kelongsoran tersebut terjadi di beberapa wilayah berikut seperti, kelongsoran lintas penghubung II meliputi wilayah KM 251+990, KM 161+000, KM 161+570, KM 172+580, Sekayu-Mangun Jaya, dan KM 110+100. Lintas penghubung III meliputi wilayah Ruas Jalan Lahat-SP Air Dingin KM. 254+100, KM. 222 + 850, KM. 227+700, KM. 229+000. Lintas penghubung IV meliputi wilayah Ruas Jalan Baturaja-Bts Kabupaten Oku, KM. 194+420, KM. 190+250, dan KM. 190+250, KM. 193+000.
Hasil analisis oleh P2JN Wilayah Sumatera Selatan, di Jalan Lintas penghubung II, III, dan IV menjelaskan bahwa secara umum penyebab kelongsoran yang terjadi karena jalan tersebut terletak pada lereng bebas dengan sistem drainase jalan raya yang tidak baik, sehingga hal ini menyebabkan aliran seapage pada badan lereng menuju kaki lereng pada akhirnya lereng mencapai kondisi lereng kritisnya. Hubungan faktor keamanan (FK) dan kemungkinan longsor dijelaskan pada Tabel 1 (Bowles, 2019).
Tabel 1
Hubungan faktor keamanan (FK) dan
kemungkinan longsor
FK |
Intensitas Longsor |
< 1,07 |
Lereng labil (Sering terjadi) |
1,07-1,25 |
Lereng kritis (Pernah terjadi) |
> 1,25 |
Lereng stabil (Jarang terjadi) |
Selain itu, penyebab kelongsoran lereng juga diakibatkan naiknya tekanan air pori ketika curah hujan tinggi sehingga perbedaan level muka air pada badan lereng yang tinggi menimbulkan tekanan air yang besar pada lereng sehingga lereng menjadi kritis. Kondisi timbunan badan jalan yang berada diatas batuan lempung serpih yang licin yang sangat rentan terjadi kelongsoran ketika adanya infiltrasi air tanah pada interface tanah timbunan dan lempung serpih, menimbulkan bidang gelincir yang mengakibatkan terjadinya longsor.
Oleh karena itu, maka diperlukan analisis situasi terhadap daerah-daerah yang rawan terhadap bahaya terjadinya kelongsoran. Penelitian ini dilakukan pada lokasi jaringan jalan nasional di Kabupaten Lahat yang banyak terjadi kelongsoran lereng pada badan jalan. Dengan demikian diharapkan dapat dihasilkan wilayah dengan risiko terjadinya keruntuhan lereng.
Metode Penelitian
Penelitian dimulai dengan mencari dan memilih lokasi penelitian yang dapat dijadikan sebagai objek penelitian, dalam hal ini tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Lahat terdapat beberapa titik lokasi kelongsoran lereng. Dari hasil observasi di pilih 2 (dua) lokasi penelitian yang merupakan lereng yang kritis karena terdapat penurunan tanah yang cukup terlihat. Lokasi yang ditetapkan untuk melakukan penelitian ini terdapat di jalan lintas Lahat-Pagaralam yang terletak di Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan (Gambar 1). Lokasi longsor 1 di Desa Muara Siban STA 222+850 dan lokasi 2 di Desa Kuba STA 227+700.
Langkah selanjutnya merupakan pengumpulan data-data penelitian. Data yang dimaksud adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan berupa data di lapangan, yaitu pengukuran serta penggambaran bentuk geometri lereng dan pengambilan sampel tanah pada masing-masing lereng untuk diuji di laboratorium mekanika tanah. Sedangkan data sekunder yang diminta dari instansi terkait adalah data longsor yang telah terjadi di wilayah Sumatera Selatan oleh Balai Besar Perencanaan dan Pengawasan Jalan (BBPJN) Provinsi Sumatera Selatan, serta data curah hujan Kabupaten Lahat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kelas I Kota Palembang.
Gambar 1. Titik
lokasi penelitian di Kabupaten Lahat
(Sumber : Google Earth, 31 Mei 2021)
Penelitian dilanjutkan dengan permodelan geometri lereng 2 dimensi menggunakan program Slope/W untuk dilakukan analisa stabilitas dan faktor keamanan lereng (Geo-Slope International Ltd., 2012). Dari hasil analisis stabilitas didapatkan angka faktor keamanan (FK) untuk mengetahui kondisi lereng yang labil, kritis atau stabil. Analisis akan dilakukan beberapa kali dengan variabel-variabel yang berbeda (Tabel 2).
Lokasi longsor 1 di Desa Muara Siban STA 222+850 terletak di Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Lokasi ini terdapat pada STA KM 222+850 dengan koordinat 3�48�46.3�S103�31�01.4�E. Panjang kelongsoran � 20 m.��� Sedangkan lokasi longsor 2 di Desa Kuba. Desa Kuba terletak di Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Lokasi kelongsoran pada wilayah desa Kuba terletak pada STA KM 227+700 dengan koordinat 3�50�15.1�S 103�31�21.5�E, dengan panjang kelongsoran � 40 m. Potongan melintang dan hasil laboratorium di lokasi longsor 1 dan 2 diperlihatkan pada Gambar 2 dan 3, serta Tabel 2 dan 3.
Tabel 2
Variabel Penelitian
No |
Lokasi |
Geometri Lereng |
Variabel Tinggi Muka Air Dalam Tanah
(MAT) |
Variabel Beban Lalu Lintas |
Variasi Analisis Faktor Keamanan Lereng |
1 |
Desa Muara Siban |
H =2 m, f = 45�, L = � 20 m � |
0 m 2 m 4 m |
10 Ton Lajur Kiri 10 Ton Lajur Kanan 20 Ton 1 Jalur |
MAT 0 m + 10 T Kiri, MAT 0 m + 10 T Kanan, MAT 0 m + 20 T 1 Jalur |
MAT 2 m + 10 T Kiri, MAT 2 m + 10 T Kanan, MAT 2 m + 20 T 1 Jalur |
|||||
MAT 4 m + 10 T Kiri, MAT 4 m + 10 T Kanan, MAT 4 m + 20 T 1 Jalur |
|||||
2 |
Desa Kuba |
H = 4 m, f = 50�, L = � 40 m � |
0 m 1 m 2 m |
10 Ton Lajur Kiri 10 Ton Lajur Kanan 20 Ton 1 Jalur |
MAT 0 m + 10 T Kiri, MAT 0 m + 10 T Kanan, MAT 0 m + 20 T 1 Jalur |
MAT 1 m + 10 T Kiri, MAT 1 m + 10 T Kanan, MAT 1 m + 20 T 1 Jalur |
|||||
MAT 2 m + 10 T Kiri, MAT 2 m + 10 T Kanan, MAT 2 m + 20 T 1 Jalur |
Gambar 2. Potongan
melintang lokasi longsor 1 Desa Muara Siban
Gambar 3. Potongan
melintang lokasi longsor 2 Desa Kuba
Tabel 3
Hasil laboratorium propertis tanah di lokasi 1 Desa Muara Siban
Sampel no. (nomor contoh) |
Depth (Kedalaman) |
Water Content (Kadar air) |
Unit Wight (Berat Isi) |
Dry Density (Berat Isi Kering) |
Specific� Gravity (Berat Jenis) |
Saturabillity (Kejenuhan) |
Void Ratio (Angka Pori) |
Porosity (Kelengasan) |
Soil Type (Jenis Tanah) |
|||
(m) |
w (%) |
gn (gr/cm3) |
gn (gr/cm3) |
Gs (gr/cm3) |
Sr (%) |
e |
n (%) |
|||||
BH 01 UDS 01 |
3.50 |
- |
4.00 |
32.23 |
1.619 |
1.224 |
2.66 |
73.201 |
1.169 |
53.901 |
Silty Sandy CLAY |
|
BH 01 UDS 02 |
5.50 |
- |
6.00 |
26.47 |
1.645 |
1.301 |
2.62 |
68.468 |
1.011 |
50.283 |
Sandy Silty CLAY |
|
BH 01 UDS 03 |
10.00 |
- |
10.50 |
36.12 |
1.598 |
1.174 |
2.62 |
76.939 |
1.228 |
55.126 |
Sand Silty CLAY |
Sampel no. (nomor contoh) |
Depth (Kedalaman) |
Grain Site Analysis (analisis ukuran butir) |
Atterberg Limit (Batas-Batas Atterberg) |
Triaksial UU |
||||||||
Sand �(Pasir) |
Silt (Lanau) |
Clay (Lempung) |
WL |
Wp |
Ip |
Classification (Klasifikasi) |
|
C |
||||
(m) |
(%) |
(%) |
(%) |
(%) |
(%) |
(%) |
(deg) |
(kg/cm2) |
||||
BH 01 UDS 01 |
3.50 |
- |
4.00 |
32.70 |
39.57 |
27.73 |
43.98 |
23.39 |
20.58 |
CL-OL |
17.76 |
0.15 |
BH 01 UDS 02 |
5.50 |
- |
6.00 |
10.20 |
34.38 |
55.42 |
49.72 |
25.10 |
24.62 |
CH-OH |
18.01 |
0.18 |
BH 01 UDS 03 |
10.00 |
- |
10.50 |
14.60 |
35.52 |
49.88 |
47.92 |
24.43 |
23.49 |
CH-OH |
18.35 |
0.20 |
(Sumber: BBPJN V Satker P2JN
Provinsi Sumatera Selatan, 2017)
Tabel 4
Hasil laboratorium propertis tanah di lokasi 2 Desa Kuba
Sampel no. (nomor contoh) |
Depth (Kedalaman) |
Water Content (Kadar air) |
Unit Wight (Berat Isi) |
Dry Density (Berat Isi Kering) |
Specific� Gravity (Berat Jenis) |
Saturabillity (Kejenuhan) |
Void Ratio (Angka Pori) |
Porosity (Kelengasan) |
Soil Type (Jenis Tanah) |
|||
(m) |
w (%) |
gn (gr/cm3) |
gn (gr/cm3) |
Gs (gr/cm3) |
Sr (%) |
e |
n (%) |
|||||
BH 01 UDS 01 |
3.50 |
- |
4.00 |
75.42 |
1.463 |
0.834 |
2.60 |
92.581 |
2.119 |
67.936 |
Sand Silty CLAY |
|
BH 01 UDS 02 |
5.50 |
- |
6.00 |
46.48 |
1.632 |
1.114 |
2.66 |
89.044 |
1.390 |
58.152 |
Sand Clay SILTY |
|
BH 01 UDS 03 |
7.50 |
- |
8.00 |
78.29 |
1.463 |
0.821 |
2.64 |
93.315 |
2.212 |
68.863 |
Sand Silty CLAY |
Sampel no. (nomor contoh) |
Depth (Kedalaman) |
Grain Site Analysis (analisis ukuran butir) |
Atterberg Limit (Batas-Batas Atterberg) |
Triaksial UU |
||||||||
Sand �(Pasir) |
Silt (Lanau) |
Clay (Lempung) |
WL |
Wp |
Ip |
Classi fication (Klasifikasi) |
|
C |
||||
(m) |
(%) |
(%) |
(%) |
(%) |
(%) |
(%) |
(deg) |
(kg/cm2) |
||||
BH 01 UDS 01 |
3.50 |
- |
4.00 |
8.70 |
32.90 |
58.40 |
71.26 |
34.77 |
36.49 |
ML-OL |
8.00 |
0.24 |
BH 01 UDS 02 |
5.50 |
- |
6.00 |
23.78 |
48.78 |
27.44 |
43.86 |
23.14 |
20.72 |
CL-OL |
9.78 |
0.30 |
BH 01 UDS 03 |
7.50 |
- |
8.00 |
19.64 |
38.98 |
41.38 |
60.08 |
28.87 |
31.21 |
CH-OH |
10.38 |
0.44 |
(Sumber: BBPJN V Satker P2JN
Provinsi Sumatera Selatan, 2017)
Hasil dan Pembahasan
Hasil propertis tanah di lokasi 1 Desa Muara Siban menunjukkan jenis tanahnya adalah Silty Sandy Clay, Sandy Silty Clay, Sand Silty Clay.� Nilai rata-rata kadar air (w) sebesar 31,61%, Nilai rata-rata berat jenis (Gs) 2,63, dan nilai rata-rata angka pori (e) sebesar 1,136, dan klasifikasi tanah masuk ke dalam CL-OL, CH-OH, CH-OH.
Serta hasil propertis tanah di lokasi 2 Desa Muara Kuba menunjukkan jenis tanahnya adalah Sand Silty Clay, Sand Clay Silty, Sand Silty Clay.Nilai rata-rata kadar air (w) sebesar 66,73 %, Nilai rata-rata berat jenis (Gs) 2,63, dan nilai rata-rata angka pori (e) sebesar 1,907 dan klasifikasi tanah masuk ke dalam ML-OL, CL-OL, CH-OH.
Hasil survei
dilapangan kelongsoran terjadi karena penyebab aliran air pada badan lereng
(aliran seapage), dan pengaruh muka air tanah. dimana
curah hujan rata-rata relative tinggi (berdasarkan data BMKG Kelas II
Palembang), rembesan air tanah dari drainase jalan raya melalui pori-pori tanah
kearah bidang yang lebih rendah menyebabkan perubahan angka pori tanah disaat
perubahan musim.
Dapat dilihat pada lokasi 1 di Desa Muara Siban STA 222+850 bahwa kondisi
kaki lereng mengalami ketidak stabilan karena aliran air dari atas mengalir
melalu badan lereng, Peta situasi longsoran lereng ditunjukkan pada Gambar 4. Pada Gambar 5, lokasi 2 di Desa Kuba STA 227+700 menjelaskan kondisi kaki lereng yang mengalami ketidak stabilan
karena aliran air dari atas mengalir melalu badan lereng,
Gambar 4. Peta situasi longsoran lereng loaksi 1
di Desa Muara Siban STA 222+850
(Sumber: BP2JN Provinsi Sumatera
Selatan)
Perhitungan analisa faktor
keamanan (FK) di lokasi 1 Desa Muara Siban STA 222+850 menggunakan program
Slope/W (Gambar 6). Hasil program tersebut yaitu pada lapisan bidang gelincir (sliding)
berada pada material interace lapisan 1 (lanau lempung warna
coklat), lapisan 2 (Pasir
lanauan warna abu-abu), dan lapisan 2 (batu lempung warna abu-abu-abu).
Prediksi bidang gelincir dihasilkan dari hasil analisis dengan cara membuat
permodelan faktor keamanan (FK) untuk menentukan kuat geser dengan
mengintegrasi nilai c dan �pada
lapisan terjadi gelincir oleh sampai diperoleh nilai FK~1.
Gambar 5. Peta situasi longsoran lereng Desa Kuba
STA 227+700
(Sumber: BP2JN Provinsi Sumatera
Selatan)
Hasil permodelan perhitungan faktor keamanan (FK) Desa Kuba STA 227+700 menunjukan bahwa lapisan sliding berada pada material interace lapisan 1 (lanau lempung warna coklat), lapisan 2 (Pasir lanauan warna abu-abu), dan lapisan 2 (batu lempung warna abu-abu-abu). Prediksi bidang gelincir dihasilkan dari hasil analisis dengan cara membuat permodelan faktor keamanan (FK) untuk menentukan kuat geser dengan mengintegrasi nilai c dan �pada lapisan terjadi gelincir sampai didapat FK~1. Pola bidang gelincir dan hasil analisa FK lereng di lokasi longsor 2 Desa Kuba dengan program Slope/W diperlihatkan pada Gambar 7.
Analisa program Slope/W
menggunakan beberapa metode yaitu: Morgenstern dan Price (MP),
Fellenius/Ordinary, Bishop, Janbu, dan Spencer. Tabel 5 memperlihatkan hasil
rekapituasi perhitungan faktor keamanan (FK) lokasi 1 di Desa Muara Siban. dan Tabel 6 untuk
hasil rekapitulasi FK di Desa Kuba.
|
|
Lereng asli |
Hasil FK lereng asli |
|
|
Lereng akibat aliran seapage |
Lereng akibat aliran seapage |
|
|
Grafik lereng asli |
Grafik lereng akibat aliran seapage |
Gambar 6. Analisa lokasi longsor 1 Desa Muara Siban dengan program Slope/W
|
|
Lereng Asli |
Hasil FK lereng asli |
|
|
Lereng akibat aliran seapage |
Lereng akibat aliran seapage |
|
|
Grafik lereng asli |
Grafik lereng akibat aliran seapage |
Gambar 7. Analisa lokasi longsor 2 Desa Kuba dengan program Slope/W
Tabel 5
Hasil rekapituasi perhitungan faktor
keamanan (FK) lokasi
1
di Desa Muara Siban
Metode |
Lokasi
1 Desa
Muara Siban STA 222+850 |
|
Awal |
Seapage |
|
Morgenstern dan Price (MP) |
1,642 |
1,124 |
Fellenius/Ordinary |
1,813 |
1,172 |
Bishop |
1,640 |
1,124 |
Janbu |
1,639 |
1,199 |
Spencer |
1,820 |
1,035 |
Tabel 6
Hasil rekapituasi
perhitungan faktor keamanan (FK) lokasi 2 di Desa Kuba
Metode |
Lokasi
2 Desa
Kuba STA 227+700 |
|
Awal |
Seapage |
|
Morgenstern dan Price (MP) |
1,715 |
1,131 |
Fellenius/Ordinary |
1,652 |
1,092 |
Bishop |
1,718 |
1,158 |
Janbu |
1,793 |
1,033 |
Spencer |
1,793 |
1,168 |
Berdasarkan Tabel 4 pada lokasi penelitian Desa Muara Siban STA
222+850, nilai Faktor Keamanan (FK) awal dengan
metode Bishop sebesar 1,640. Sedangkan setelah terjadinya seepage nilai FK
menjadi 1.199. Nilai FK awal dengan metode Bishop di lokasi penelitian Desa
Kuba STA 227+700 diperoleh 1,718 dan setelah seepage diperoleh FK 1,158. Semua
nilai FK berdasarkan hasil program Slope/W menunjukkan penurunan setelah
terjadinya seepage dalam rentang nilai 1,033-1,199.� Menurut Bowles (2019) tentang hubungan faktor
keamanan dan kemungkinan longsor, maka hasil dari analisis program Slope/W dari
penelitian ini menjelaskan bahwa longsor pernah terjadi dan kereng dalam
kondisi kritis (1,07-1,25).
Selain itu, banyak ruas jalan di
Kabupaten Lahat terletak berdekatan dengan aliran sungai.� Gerusan sungai yang terjadi terutama di
tikungan luar akan mengakibatkan longsoran yang pada
umumnya telah mengganggu kestabilan badan jalan.� Untuk melindungi ruas jalan yang terjadi
akibat pengaruh aliran sungai, perlu dibuat bangunan pengarah arus serta
bangunan yang mampu melindungi badan jalan dari torehan sungai.�
Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa penyebab
longsor lereng jalan disebabkan karena faktor air (curah hujan, rembesan),
faktor tanah (pelapukan), faktor geologi, dan juga faktor geometri.
Kesimpulan
Dari
hasil analisis lereng di Desa Muara Siban STA 222+850 dan Desa Kuba STA
227+700, dapat disimpulkan bahwa kelongsoran terjadi karena adanya aliran
seepage pada badan menuju kaki lereng dan masalah saluran drainase jalan raya
yang tidak baik. Analisis menggunakan metode Bishop menunjukkan bahwa Faktor
Keamanan (FK) pada lokasi 1 (Desa Muara Siban) sebesar 1,640 dalam kondisi
awal, dan setelah terjadi kelongsoran akibat aliran seepage, FK menjadi 1,124.
Sementara itu, pada lokasi 2 (Desa Kuba), FK awal sebesar 1,718, dan setelah
kelongsoran karena aliran seepage, FK menjadi 1,158.
Abramson,
L. E. E. W., Lee, T. S., & Boyce, G. M. (1994). Slope Stability and.
1�54.
Arfan,
M. dan Anggraini, N. (2018). Case Study of Lahat Road Failure SP Air
Dingin KM 229 + 000 The Plaxis Program, Bearing: Jurnal Penelitian dan
Kajian Teknik Sipil, Vol 5, No, hal. 235�246.
Bowles
(2019) Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit
Erlangga.
Broms,
B.B., (1996). The Lateral Resistance of Piles in Cohesive Soils. Journal of
The Soil Mechanics Divisions, ASCE. Vol.90. No.SM3
Chn,
C. Y., & Huang, W. L. (2013). Land use change and landslide
characteristics analysis for community-based disaster mitigation. Environmental
Monitoring and Assessment, 185(5), 4125�4139.
Cruden,
D. dan Varnes, D. (1996) Landslides: Investigation and Mitigation. Chapter 3
-Landslide Types and Processes, Transportation Research Board Special Report.
Das,
B. M. dan Sivakugan, N. (2016) Introduction to Geotechnical Engineering
Second Edition. Second. United States: Cengage Learning.
Dewi, A.P.S., Iqbal., M.M., Sutejo, Y.,
Dewi, R., and Adhityia, B.B. Factors
Causing Landslides on Highways in Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatra
Province (2022). International Journal of Innovative Research
and Scientific Studies (IJIRSS),
5(2) 2022, pages: 90-10.
Elias
Victor, Ilan Juran. 1991. Ground Anchors and Soil Nails in Retaining
Structures.
Geo-Slope International Ltd. (2012). Slope/W User�s guide for Slope Stability
Analysis. Version 5,
Calgary, Alta., Canada.
Hardiyatmo,
H. C. (2003). Mekanika Tanah II. Gadjah Mada University Press, 91(5),
1�398.
Haryadi,
D., Mawardi, M., & Razali, M. R. (2019). Analisis Lereng Terasering dalam
Upaya Penanggulangan Longsor Metode Fellenius dengan Program Geostudio Slope. Inersia,
Jurnal Teknik Sipil, 10(2), 53�60.
M,
Y. dan Cheng, C. K. L. (2014) Slope Stability Analysis and Stabilization:
New Methods and Insight, Taylor & Francis Group, 2014.
PUPR,
K. (2017) Laporan Akhir Paket 6 TA. 2017. Palembang: Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) V Satuan
Kerja Perencanaan Dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Sumatera Selatan.
Copyright holder: R. Dewo
Hiraliyamaesa Hariyanto, Maulid M. Iqbal, Yulindasari Sutejo (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |