Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 12, Desember 2023
FAKTOR RISIKO PADA PASIEN
HERPES ZOSTER DI URJ KULIT DAN KELAMIN RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE
JANUARI 2015 – DESEMBER 2017
Kezia Arung Palobo1, Sawitri2,
Pirlina Umiastuti3
1Program Studi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Airlangga, Indonesia
2Departemen Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Indonesia
3Departemen IKM-KP, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Herpes Zoster (HZ) adalah penyakit virus yang dapat disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster yang tetap tidak aktif di ganglia sensorik saraf kranial atau ganglia akar dorsal setelah infeksi varisela sebelumnya. Setelah reaktivasi, virus bereplikasi di badan sel saraf dan virion dapat dilepaskan dari sel yang dibawa ke saraf ke area kulit yang diinervasi oleh ganglion. Semakin tua usia seseorang, risiko terkena HZ juga meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko pada pasien HZ terutama di URJ kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode analitik retrospektif dengan desain penelitian case-control pada pasien HZ yang tercatat dan terdokumentasi pada Rekam Medis pasien URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2015 – 2017. Data tersebut dianalisis secara simultan dengan analisis multivariat logistik menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan jenis uji Odds Ratio. Didapatkan bahwa sebanyak 62 (23,5%) pasien HZ adalah berusia 56-65 tahun, dengan perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih dominan sebesar 146 (55,3%) serta pasien yang memiliki penyakit komorbid seperti Diabetes Melitus tipe 2 15 (2,9%) juga memiliki angka kejadian yang lebih banyak. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara usia lanjut dengan pasien HZ dengan nilai p = 0,000 dan komorbid seperti diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p = 0,000 Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor risiko berupa usia lanjut dan faktor penyakit komorbid yang dimiliki oleh seseorang menjadi salah satu faktor risiko terbanyak akan kejadian HZ.
Kata kunci: Herpes zoster; faktor risiko; virus varicella-zoster
Abstract
Herpes Zoster (HZ) is a viral disease that can be caused by reactivation of the varicella-zoster virus that remains dormant in the sensory ganglia of the cranial nerves or dorsal root ganglia after a previous varicella infection. After reactivation, the virus replicates in the nerve cell bodies, and virions can be released from the cells carried down the nerves to areas of the skin innervated by the ganglion. The older a person is, the risk of getting shingles also increases. This study aims to analyze the risk factors in HZ patients, especially in dermatology and venereology outpatient clinic RSUD Dr. Soetomo Surabaya. This study used a retrospective analytic method with a case-control study design in HZ patients who were recorded and documented in the medical records of dermatology and venereology outpatient clinic patients at RSUD Dr. Soetomo Surabaya for 2015 – 2017. The data was analyzed simultaneously with multivariate logistic analysis using the SPSS with the Odds Ratio test. It was found that as many as 62 (23.5%) P (0,000) HZ patients were aged 56-65 years, with women as the more dominant sex as much as 55.3%,P (0,685), and patients with comorbid diseases such as Diabetes Mellitus type 2 15 (2,9%) also had a higher incidence rate. The results of the study showed that there was a significant effect between old age and HZ patients with a p value = 0.000 and comorbidities such as type 2 diabetes mellitus with a p value = 0.000 . In conclusion, risk factors such as old age and comorbid disease factors owned by a person are one of the most common risk factors for the occurrence of HZ.
Keywords: Herpes
zoster; risk factors; varicella-zoster virus
Pendahuluan
Herpes Zoster (HZ)
adalah penyakit virus yang dapat disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster
(VVZ) yang tetap tidak aktif di ganglia sensorik saraf kranial atau ganglia
akar dorsal setelah infeksi varisela sebelumnya. Varisela umumnya, terjadi pada
anak-anak, sedangkan HZ terjadi pada orang dewasa atau orang tua (Heineman, Cunningham, &
Levin, 2019; Watanabe, 2019; Yu, Lin, & Sun, 2019). Setelah reaktivasi, virus bereplikasi di badan
sel saraf dan virion dapat dilepaskan dari sel yang dibawa ke saraf ke area
kulit yang diinervasi oleh ganglion. Virus dapat menyebabkan peradangan lokal
dan lepuh di kulit. Rasa sakit yang dapat disebabkan oleh HZ disebabkan oleh
peradangan saraf yang terkena virus (Davis & Sheppard, 2019;
Senderovich, Grewal, & Mujtaba, 2019; Warren-Gash et al., 2019).
Herpes Zoster
merupakan kondisi yang berkaitan dengan imunitas (Asada, 2019). Kondisi yang erat kaitannya dengan imunitas
memiliki keterkaitan kuat dengan terjadinya HZ (Tran, Ducancelle, Masson,
& Lunel-Fabiani, 2017). Usia merupakan salah satu faktor risiko terkuat
terjadinya reaktivasi VVZ sehingga bermanifestasi sebagai HZ (van Oorschot et al., 2021). Faktor risiko lain yang diduga terkait dengan HZ
adalah jenis kelamin. Perempuan memiliki kerentanan lebih tinggi dibanding
laki-laki mengalami HZ pada usia di atas 60 tahun (Kawai & Yawn, 2017). Diabetes melitus (DM) sebagai penyakit
degeneratif multifaktorial yang memiliki efek sistemik berperan dalam
reaktivasi VVZ akibat menurunnya fungsi sel imun adaptif (Papagianni, Metallidis,
& Tziomalos, 2018). T2DM meningkatkan
risiko nyeri pasca-zoster persisten sebesar 18% (Carey IM et al., 2018). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa nyeri terkait HZ
lebih intens pada pasien dengan T2DM ( Torcel-Pagnon L et al., 2017). Toleransi glukosa yang terganggu merupakan faktor risiko
untuk neuralgia pasca-herpetik (Carey IM et al., 2018). Populasi khusus
seperti penderita human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency
syndrome (HIV/AIDS) memiliki kerentanan yang sangat tinggi terjadinya
reaktivasi VVZ (Ku et al., 2021; Marra, Parhar, Huang, & Vadlamudi, 2020; Nikzad et al., 2019). Penurunan jumlah limfosit selain melemahkan dari
pertahanan infeksi virus juga menurunkan respon terhadap pengenalan
imunogenitas sehingga meningkatkan kerentanan infeksi (Mirnezami, Zarinfar,
Sofian, Botlani Yadegar, & Rahimi, 2020). Penyakit autoimun seperti lupus eritematosus
sistemik (LES) dan artritis reumatoid (AR) juga meningkatkan risiko terjadinya
HZ (Chen et al., 2017; Pego-Reigosa et
al., 2021; Winthrop et al., 2022). Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
adalah pengobatan imunosupresan dan patologi pada sel imun tubuh yang lebih
reaktif ke self-antigen dibanding terhadap antigen asing (Liao, Chen, Liu, &
Chen, 2017; Sunzini, McInnes, & Siebert, 2020).
Herpes Zoster memiliki
komplikasi yang sangat beragam terutama jika menyerang nervus kranialis ataupun
suatu dermatom. Salah satu kondisi yang menurunkan kualitas hidup penderitanya
adalah neuralgia pasca-herpetik (NPH) (Mellaratna, 2020; Mizukami et al., 2018). Orang yang dulu menderita infeksi VVZ dan
mengalami Varisela dapat dicegah terjadinya HZ dengan menjalani vaksinasi (Watanabe, 2019). Fungsi vaksinasi adalah untuk mencegah reaktivasi
VVZ pada ganglion radiks posterior (Warren-Gash et al., 2019). Pencegahan terjadinya HZ meningkatkan kualitas
hidup pasien dengan menurunkan insidensi NPH (Lang & Aspinall, 2021).
Seiring dengan semakin
meningkatnya prevalensi HZ di dunia maupun di Indonesia, serta kekhawatiran
komplikasi HZ yang dapat timbul, maka perlu digali apa saja faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan HZ. Hal tersebut penting diketahui sebagai upaya
preventif agar pasien dengan faktor risiko tersebut tidak menderita HZ hingga
komplikasi yang dapat muncul di kemudian hari. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
risiko pada pasien HZ terutama di URJ kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Metode
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode analitik retrospektif dengan desain penelitian case-control.
Penelitian ini menggunakan rekam medis dari pasien HZ (kelompok kasus) dan
Keratosis Seboroik (KS) (kelompok kontrol) di URJ kulit dan kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya periode 2015-2017. KS dipilih sebagai kontrol karena secara
epidemiologis, KS banyak dijumpai pada pasien usia lanjut, di mana hal tersebut
sama dengan epidemiologis dari HZ. Sampel diambil dengan teknik consecutive
sampling dengan kriteria inklusi yaitu pasien dengan usia remaja awal (18 –
25 tahun), dewasa awal (26 – 35 tahun), dewasa akhir (36 – 45 tahun), lansia
awal (46 – 55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun), dan manula (>65 tahun)
yang memiliki data DMK (Dokumen Medik Kesehatan) usia, jenis kelamin, dan
komorbid atau penyakit penyerta. Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini
yaitu apabila datanya tidak lengkap.
Data tersebut
dianalisis secara simultan dengan analisis multivariat logistik menggunakan
aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan jenis
uji Odds Ratio. Penelitian ini telah mendapatkan izin dan persetujuan
dari Komite Etik Penelitian Kesehatan URJ kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (No.070/002/301.16/XI/2021).
Hasil
Penelitian
Total 511 sampel dari
data rekam medis di URJ kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode
2015 – 2017 didapatkan dalam penelitian ini. Pada pasien HZ (kelompok kasus)
didapatkan sebanyak 264 orang, sementara pada pasien KS didapatkan sebanyak 247
orang. Sampel tersebut didapatkan setelah memenuhi kriteria inklusi.
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
karakteristik
Keterangan : T1DM = diabetes melitus tipe 1, T2DM =
diabetes melitus tipe 2, HT = hipertensi, SLE = systemic lupus erythematosus, RA= rheumatoid
arthritis
Tabel 1 menunjukkan
bahwa pasien dengan HZ sebanyak 264 orang (100,0%) dan KS sebanyak 247 orang
(100,0%). Pasien HZ dalam kategori usia 56-65 tahun terdapat 62 orang (23,5).
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan paling banyak perempuan sebanyak 146
orang (55,3%) pada pasien HZ. Sementara pasien HZ dengan komorbid DMT1 sebanyak
6 orang (2,3 %), DMT2 sebanyak 15 (5,7%), SLE 7 (2,7%), RA 2 (0,8%) dan tidak
memiliki komorbid sebanyak 234 (88,6%).
Tabel 2 Hubungan usia, jenis kelamin, dan komorbid terhadap
kejadian Herpes Zoster
|
Variabel |
Herpes Zoster N (%) |
Non Herpes
Zoster N (%) |
Total N (%) |
Nilai P |
Usia |
Remaja awal (18-25 tahun) |
31(6,1) |
12(2,3) |
43(8,4) |
0,000 |
Dewasa awal (26-35 tahun) |
51(10,0) |
28(5,5) |
79(15,5) |
||
Dewasa akhir (36-45
tahun) |
31(6,1) |
54(10,6) |
85(16,6) |
||
Lansia awal (46-55 tahun) |
54(10,6) |
71(13,9) |
125(24,5) |
||
Lansia akhir (56-65 tahun) |
62(12,1) |
42(8,2) |
104(20,4) |
||
Manula (> 65 tahun) |
35(6,8) |
40(16,2) |
75(14,7) |
||
Total |
264 (51,7) |
247 (48,3) |
511 (100) |
||
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
118 (23,1) |
106 (108,3) |
224(43,8) |
0,685 |
Perempuan |
146 (28,6) |
141 (27,6) |
287 (56,2) |
||
Total |
264 (100,0) |
247 (100,0) |
511 (100) |
||
Komorbid |
DMT1 |
6 (1,2) |
2 (0,4) |
8 (8,0) |
0,000 |
DMT2 |
15(2,9) |
0 (0,0) |
15(2,9) |
||
SLE |
2 (0,4%) |
0 (0,0) |
2 (0,4) |
||
RA |
7 (1,4%) |
0 (0,0) |
7 (1,4%) |
||
Tidak ada komorbid |
234 (45,8%) |
245 (47,9%) |
479 (93,7) |
||
Total |
264 (100,0) |
247 (100,0) |
511 (100) |
Berdasarkan tabel 2,
usia dan komorbid masing-masing memiliki perbedaan bermakna pada analisis uji chi-square
dengan nilai p=0,000 sehingga menunjukkan bahwa terdapat faktor risiko
yang berhubungan secara signifikan terhadap kejadian HZ (p<0,05).
Tabel 3 Analisis regresi logistik
Variabel |
B |
Nilai P |
a0R(95%CI) |
Tahap 1 |
|
|
|
Usia |
0,128 |
0,035* |
1,136 |
Jenis
kelamin |
-0,048 |
0,793 |
0,953 |
Komorbid |
0,809 |
0,001* |
2,245 |
Tahap 2 |
|
|
|
Usia |
0,129 |
0,033* |
1,137 |
Komorbid |
0,808 |
0,001* |
2,244 |
*p<0,05
Berdasarkan tabel 3
tahap 1, diketahui bahwa 2 variabel yang memiliki p value < 0,05
yaitu usia dan komorbid. Variabel tersebut berpengaruh secara signifikan. Pada
tahap 2, variabel usia memiliki nilai sig. (p-value) sebesar 0,033
(<0,05) dan variabel komorbid memiliki nilai sig. (p-value) sebesar
0,001 (<0,05) berkesimpulan bahwa usia dan komorbid dapat berpengaruh secara
parsial terhadap HZ dengan nilai Exp(B)/Odd Ratio pada usia sebesar
1,137 dan nilai Exp(B)/Odd Ratio pada komorbid sebesar 2,244.
Pembahasan
Herpes Zoster merupakan
penyakit kulit yang disebabkan oleh VVZ, yang diakibatkan oleh infeksi primer
(cacar air) di mana membentuk latensi di ganglia sensorik yang berisiko
mengembangkan HZ di kemudian hari jika pada imunitas yang dimediasi sel gagal
menekan aktivitas virus (Schmader, 2018). HZ muncul sebagai ruam makulopapular yang nyeri,
eritematosa, dan berisi cairan sebelum krusta. Ciri-ciri yang dapat membedakan
HZ dengan ruam dermatologis lainnya adalah presentasi dari unilateral dan
terbatasnya pada satu dermatom (Somayaji et al., 2017). Komplikasi utama yang terkait dari HZ adalah NPH,
nyeri yang dapat menetap selama lebih dari 90 hari setelah onset HZ, yang
terjadi pada 20% pasien HZ (Gabutti, Valente, Kuhdari,
Lupi, & Stefanati, 2016).
Herpes Zoster
merupakan kondisi yang berkaitan dengan imunitas (Asada, 2019). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pasien HZ dengan kategori usia paling banyak 56 – 65 tahun, yaitu sebanyak 62
(23,5%) sedangkan pada KS dengan usia 56 – 65 tahun, yaitu sebanyak 42 (8,2 %).
Hal ini serupa dengan studi yang dilakukan oleh Nair & Patel (2022) bahwa insiden HZ bergantung pada usia hingga
3,9-11,8 per 1000 orang per tahun pada pasien usia lanjut yaitu > 65 tahun. Peran
penting usia sebagai faktor risiko HZ diduga berkaitan dengan hilangnya respon
imunitas seluler spesifik sel akibat penuaan (Johnson et al., 2015). Umumnya, pada kelompok usia lanjut sangat rentan
mengalami berbagai penyakit dan gangguan akibat penurunan fungsi organ,
kelompok ini juga lebih rentan untuk mengalami infeksi virus. Menurunnya
kemampuan tubuh dalam melawan patogen disebabkan oleh karena stimulasi
antigenik kronis inflamm-aging yang dapat meningkatkan sel T memori, CD8,
dan pro-inflamasi Th17 (Fulop et al., 2018). Manifestasi klinis HZ yang dapat mengganggu
adalah nyeri. Manifestasi ini juga akan dialami oleh kelompok usia lanjut, dan
akan sangat mengganggu aktifitas sehari-hari mereka. Apabila hal ini
berlangsung secara terus-menerus, akibatnya yang muncul salah satunya adalah
penurunan kualitas hidup individu, karena sakit yang diderita bukan hanya akan
mempengaruhi status kesehatan individu, tetapi juga akan mempengaruhi aktivitas
dasar sehari-hari, perubahan peran sosial, dan penurunan aktivitas sosial dari
suatu individu tersebut (Mick & Hans, 2013).
Faktor risiko pasien
HZ dengan kategori jenis kelamin perempuan pada penelitian ini sebanyak 146
(55,3%) sedangkan dengan KS pada perempuan sebanyak 141 (57,1 %). Pada
penelitian ini didapatkan bahwa HZ pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki.
Penelitian di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado
tahun 2013 didapatkan HZ pada perempuan 57,14% sedangkan laki-laki 42,86% (Dilly, Kapantow, &
Suling, 2016). Beberapa penelitian menemukan jenis kelamin
perempuan menempatkan individu pada faktor risiko HZ yang sedikit lebih tinggi
tetapi belum ada penjelasan pasti untuk perbedaan ini. Kemungkinan penyebab
lain mungkin karena perbedaan hormonal atau biologis antara jenis kelamin (Kawai & Yawn, 2017). Misalnya, masa transisi menopause yang dialami
wanita diduga terjadi peningkatan kejadian HZ pada wanita karena perubahan
hormonal pada respons imun.
Pasien HZ yang
memiliki penyakit komorbid DMT2 juga menjadi salah satu faktor risiko HZ, yakni
sebanyak 15 (5,7%) sementara tidak didapatkan pasien KS yang memiliki komorbid DMT2.
Dalam meta-analisis terbaru dari 62 studi, DMT2 secara independen dikaitkan
dengan peningkatan risiko infeksi HZ, diperkirakan sekitar 13% kasus infeksi HZ
terjadi pada pasien dengan DMT2. Pada diabetes melitus tipe 2 (DMT2), diketahui
bahwa aktivitas sel yang mengambil bagian dalam respon imun bawaan dan adaptif
terganggu. Penurunan kekebalan spesifik ini mungkin bertanggung jawab atas
reaktivasi HZ, menjadikan diabetes sebagai faktor risiko HZ (Carey et al., 2018).
Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pasien HZ yang memiliki penyakit komorbid DMT1 sebanyak
6 (2,3%) sedangkan pasien KS yang memiliki penyakit komorbid DMT1 sebanyak 2
(0,8%). Pada perempuan dan laki-laki dalam kelompok DMT1 memiliki risiko HZ
yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok non-DMT1 (Okamoto, Hata, Sadaoka,
Yamanishi, & Mori, 2009). Pasien dengan DMT1 mungkin berisiko lebih tinggi
terkena zoster karena diregulasi imun akibat patogenesis autoimun (Geerlings & Hoepelman,
1999).
Pasien HZ yang
memiliki komorbid autoimun yaitu RA sebanyak 2 (0,8%) sementara tidak
didapatkan pasien KS dengan komorbid RA menurut
hasil penelitian ini. Penelitian di Jepang melaporkan bahwa tingkat insiden HZ
yang dilaporkan pada pasien dengan RA masing-masing adalah 9,99 dan 9,83 per
1000 orang per tahun (Harada, Sakai, Hirano,
Miyasaka, & Harigai, 2017). Hubungan berbagai pengobatan rheumatoid
arthritis dengan HZ menjadi salah satu meningkatnya kejadian HZ. Pada
pasien dengan rheumatoid arthritis yang menerima agen antiTNF ∝ memungkinkan terjadinya
peningkatan infeksi bakteri. Keparahan HZ dan jumlah komplikasi berkurang
secara signifikan pada mereka yang diberikan vaksinasi HZ. Oleh karena itu,
vaksinasi direkomendasikan untuk pasien seronegatif yang direncanakan terapi
imunosupresif.
Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pasien HZ yang memiliki komorbid autoimun yaitu
SLE sebanyak 7 (2,7%) sementara tidak didapatkan pasien KS dengan komorbid SLE.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa SLE dapat terjadi peningkatan
risiko HZ. Studi yang lebih baru dari Jepang dan Taiwan telah menemukan insidensi
HZ di antara pasien SLE menjadi 37,7-53,7 per 1000 orang per tahun (Chen et al., 2011). Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah
penyakit autoimun yang berhubungan dengan keadaan immunocompromised yang
menyebabkan orang lebih rentan terhadap infeksi HZ dan mengalami komplikasi.
Pasien SLE lebih rentan mengalami reaktivasi VVZ akibat gangguan sistem imun
intrinsik dan terapi imunosupresif. Sebagian besar onset HZ terjadi pada awal
perkembangan SLE, dengan puncak onset terjadi 3-6 bulan setelah diagnosis SLE
ditegakkan. Hal ini mungkin terkait dengan aktivitas SLE atau obat yang
diberikan (Chen et al., 2017).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
risiko terhadap kejadian HZ di URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Soetomo tahun
2015-2017 adalah usia 56 – 65 tahun dan memiliki komorbid T2DM. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan agar
lebih memperbanyak faktor risiko lainnya untuk memperkuat penyebab terjadinya
HZ. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat mendeteksi dini gejala awal HZ, dan
edukasi kepada masyarakat yang memiliki faktor risiko tersebut terkait vaksin
HZ sehingga dapat mencegah peningkatan angka kejadian HZ dan berbagai
komplikasi lainnya.
BIBLIOGRAFI
Asada, H. (2019). VZV-specific
cell-mediated immunity, but not humoral immunity, correlates inversely with the
incidence of herpes zoster and the severity of skin symptoms and
zoster-associated pain: The SHEZ study. Vaccine, 37(44),
6776–6781. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2019.09.031
Carey, I. M., Critchley, J. A., DeWilde, S.,
Harris, T., Hosking, F. J., & Cook, D. G. (2018). Risk of Infection in Type
1 and Type 2 Diabetes Compared With the General Population: A Matched Cohort
Study. Diabetes Care, 41(3), 513–521.
https://doi.org/10.2337/dc17-2131
Chen, D., Li, H., Xie, J., Zhan, Z., Liang,
L., & Yang, X. (2017). Herpes zoster in patients with systemic lupus
erythematosus: Clinical features, complications and risk factors. Experimental
and Therapeutic Medicine, 14(6), 6222–6228.
https://doi.org/10.3892/etm.2017.5297
Chen, H.-H., Chen, Y.-M., Chen, T.-J., Lan,
J.-L., Lin, C.-H., & Chen, D.-Y. (2011). Risk of herpes zoster in patients
with systemic lupus erythematosus: a three-year follow-up study using a
nationwide population-based cohort. Clinics, 66(7), 1177–1182.
https://doi.org/10.1590/S1807-59322011000700009
Davis, A. R., & Sheppard, J. (2019).
Herpes Zoster Ophthalmicus Review and Prevention. Eye & Contact Lens:
Science & Clinical Practice, 45(5), 286–291.
https://doi.org/10.1097/ICL.0000000000000591
Dilly, J. T., Kapantow, M. G., & Suling,
P. L. (2016). Profil herpes zoster di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP. Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari - Desember 2013. Jurnal E-CliniC
(ECI), 4(2). https://doi.org/https://doi.org/10.35790/ecl.v4i2.14563
Fulop, T., Larbi, A., Dupuis, G., Le Page, A.,
Frost, E. H., Cohen, A. A., … Franceschi, C. (2018). Immunosenescence and
Inflamm-Aging As Two Sides of the Same Coin: Friends or Foes? Frontiers in Immunology,
8(1960). https://doi.org/10.3389/fimmu.2017.01960
Gabutti, G., Valente, N., Kuhdari, P., Lupi,
S., & Stefanati, A. (2016). Prevention of herpes zoster and its
complications: from the clinic to the real-life experience with the vaccine. Journal
of Medical Microbiology, 65(12), 1363–1369.
https://doi.org/10.1099/jmm.0.000386
Geerlings, S. E., & Hoepelman, A. I. .
(1999). Immune dysfunction in patients with diabetes mellitus (DM). FEMS
Immunology & Medical Microbiology, 26(3–4), 259–265. https://doi.org/10.1111/j.1574-695X.1999.tb01397.x
Harada, S., Sakai, R., Hirano, F., Miyasaka,
N., & Harigai, M. (2017). Association Between Medications and Herpes Zoster
in Japanese Patients with Rheumatoid Arthritis: A 5-year Prospective Cohort
Study. The Journal of Rheumatology, 44(7), 988–995.
https://doi.org/10.3899/jrheum.161196
Heineman, T. C., Cunningham, A., & Levin,
M. (2019). Understanding the immunology of Shingrix, a recombinant glycoprotein
E adjuvanted herpes zoster vaccine. Current Opinion in Immunology, 59,
42–48. https://doi.org/10.1016/j.coi.2019.02.009
Johnson, R. W., Alvarez-Pasquin, M.-J., Bijl,
M., Franco, E., Gaillat, J., Clara, J. G., … Weinke, T. (2015). Herpes zoster
epidemiology, management, and disease and economic burden in Europe: a multidisciplinary
perspective. Therapeutic Advances in Vaccines, 3(4), 109–120.
https://doi.org/10.1177/2051013615599151
Kawai, K., & Yawn, B. P. (2017). Risk
Factors for Herpes Zoster: A Systematic Review and Meta-analysis. Mayo
Clinic Proceedings, 92(12), 1806–1821.
https://doi.org/10.1016/j.mayocp.2017.10.009
Ku, H.-C., Tsai, Y.-T., Konara-Mudiyanselage,
S.-P., Wu, Y.-L., Yu, T., & Ko, N.-Y. (2021). Incidence of Herpes Zoster in
HIV-Infected Patients Undergoing Antiretroviral Therapy: A Systematic Review and
Meta-analysis. Journal of Clinical Medicine, 10(11), 2300.
https://doi.org/10.3390/jcm10112300
Lang, P.-O., & Aspinall, R. (2021).
Vaccination for quality of life: herpes–zoster vaccines. Aging Clinical and
Experimental Research, 33(4), 1113–1122. https://doi.org/10.1007/s40520-019-01374-5
Liao, T.-L., Chen, Y.-M., Liu, H.-J., &
Chen, D.-Y. (2017). Risk and severity of herpes zoster in patients with
rheumatoid arthritis receiving different immunosuppressive medications: a
case–control study in Asia. BMJ Open, 7(1), e014032.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016-014032
Marra, F., Parhar, K., Huang, B., &
Vadlamudi, N. (2020). Risk Factors for Herpes Zoster Infection: A
Meta-Analysis. Open Forum Infectious Diseases, 7(1), ofaa005.
https://doi.org/10.1093/ofid/ofaa005
Mellaratna, W. Z. (2020). Hubungan antara
kadar 25-hidroksi vitamin D dengan intensitas nyeri paling berat pasien post
herpetic neuralgia. Universitas Sumatera Utara.
Mick, G., & Hans, G. (2013). Postherpetic
neuralgia in Europe: The scale of the problem and outlook for the future. Journal
of Clinical Gerontology and Geriatrics, 4(4), 102–108.
https://doi.org/10.1016/j.jcgg.2013.03.001
Mirnezami, M., Zarinfar, N., Sofian, M.,
Botlani Yadegar, B., & Rahimi, H. (2020). Mucocutaneous Manifestations in
HIV-Infected Patients and Their Relationship to CD4 Lymphocyte Counts. Scientifica,
2020, 1–4. https://doi.org/10.1155/2020/7503756
Mizukami, A., Sato, K., Adachi, K., Matthews,
S., Holl, K., Matsuki, T., … Curran, D. (2018). Impact of Herpes Zoster and
Post-Herpetic Neuralgia on Health-Related Quality of Life in Japanese Adults
Aged 60 Years or Older: Results from a Prospective, Observational Cohort Study.
Clinical Drug Investigation, 38(1), 29–37.
https://doi.org/10.1007/s40261-017-0581-5
Nair, P. A., & Patel, B. C. (2022). Herpes
zoster. Treasure Island: StatPearls Publishing.
Nikzad, R., Angelo, L. S., Aviles-Padilla, K.,
Le, D. T., Singh, V. K., Bimler, L., … Paust, S. (2019). Human natural killer
cells mediate adaptive immunity to viral antigens. Science Immunology, 4(35).
https://doi.org/10.1126/sciimmunol.aat8116
Okamoto, S., Hata, A., Sadaoka, K., Yamanishi,
K., & Mori, Y. (2009). Comparison of Varicella‐Zoster Virus–Specific
Immunity of Patients with Diabetes Mellitus and Healthy Individuals. The
Journal of Infectious Diseases, 200(10), 1606–1610.
https://doi.org/10.1086/644646
Papagianni, M., Metallidis, S., &
Tziomalos, K. (2018). Herpes Zoster and Diabetes Mellitus: A Review. Diabetes
Therapy, 9(2), 545–550. https://doi.org/10.1007/s13300-018-0394-4
Pego-Reigosa, J. M., Nicholson, L., Pooley,
N., Langham, S., Embleton, N., Marjenberg, Z., … Hammond, E. R. (2021). The
risk of infections in adult patients with systemic lupus erythematosus:
systematic review and meta-analysis. Rheumatology, 60(1), 60–72.
https://doi.org/10.1093/rheumatology/keaa478
Schmader, K. (2018). Herpes Zoster. Annals
of Internal Medicine, 169(3), ITC19–ITC31. https://doi.org/10.7326/AITC201808070
Senderovich, H., Grewal, J., & Mujtaba, M.
(2019). Herpes zoster vaccination efficacy in the long-term care facility
population: a qualitative systematic review. Current Medical Research and
Opinion, 35(8), 1451–1462. https://doi.org/10.1080/03007995.2019.1600482
Somayaji, R., Elliott, J. A., Persaud, R.,
Lim, M., Goodman, L., & Sibbald, R. G. (2017). The impact of team based
interprofessional comprehensive assessments on the diagnosis and management of
diabetic foot ulcers: A retrospective cohort study. PLOS ONE, 12(9),
e0185251. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0185251
Sunzini, F., McInnes, I., & Siebert, S.
(2020). JAK inhibitors and infections risk: focus on herpes zoster. Therapeutic
Advances in Musculoskeletal Disease, 12.
https://doi.org/10.1177/1759720X20936059
Tran, C. T., Ducancelle, A., Masson, C., &
Lunel-Fabiani, F. (2017). Herpes zoster: Risk and prevention during
immunomodulating therapy. Joint Bone Spine, 84(1), 21–27.
https://doi.org/10.1016/j.jbspin.2016.04.001
van Oorschot, D., Vroling, H., Bunge, E.,
Diaz-Decaro, J., Curran, D., & Yawn, B. (2021). A systematic literature
review of herpes zoster incidence worldwide. Human Vaccines &
Immunotherapeutics, 17(6), 1714–1732. https://doi.org/10.1080/21645515.2020.1847582
Warren-Gash, C., Forbes, H. J., Williamson,
E., Breuer, J., Hayward, A. C., Mavrodaris, A., … Smeeth, L. (2019). Human
herpesvirus infections and dementia or mild cognitive impairment: a systematic
review and meta-analysis. Scientific Reports, 9(1), 4743.
https://doi.org/10.1038/s41598-019-41218-w
Watanabe, D. (2019). Shinkei kenkyu no shinpo
[Cutaneous Herpesvirus Infection]. Brain Nerve, 71(4), 302–308.
https://doi.org/https://doi.org/10.11477/mf.1416201266
Winthrop, K. L., Curtis, J. R., Yamaoka, K.,
Lee, E. B., Hirose, T., Rivas, J. L., … Burmester, G. R. (2022). Clinical
Management of Herpes Zoster in Patients With Rheumatoid Arthritis or Psoriatic
Arthritis Receiving Tofacitinib Treatment. Rheumatology and Therapy, 9(1),
243–263. https://doi.org/10.1007/s40744-021-00390-0
Yu, Y.-H., Lin, Y., & Sun, P.-J. (2019).
Segmental zoster abdominal paresis mimicking an abdominal hernia. Medicine,
98(15), e15037. https://doi.org/10.1097/MD.0000000000015037
Copyright holder: Kezia Arung Palobo,
Sawitri, Pirlina Umiastuti (2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |