Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 09, September 2022

 

KAJIAN GAYA HIDUP DAN PERILAKU KONSUMSI PADA MASYARAKAT PETANI DESA PURWOASRI, KABUPATEN KEDIRI

 

Aisyah Achrijna Ismawati1*, Jun Surjanti2

1*,2 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia

Email: 1*[email protected], 2[email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai gaya hidup dan perilaku konsumsi masyarakat petani di Desa Purwoasri. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk merinci aspek-aspek tersebut. Teknik snowball sampling diterapkan dalam pengambilan sampel, dengan 9 informan utama yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari informan kunci dan melibatkan representasi dari tiga dusun di Desa Purwoasri, yaitu Templek, Mlilir, dan Tanggungan. Informan utama dipilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti menjadi petani aktif, warga asli desa, pencari nafkah tunggal atau telah menikah, dan berusia di atas 18 tahun. Analisis data dilakukan melalui tahap pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Validitas data diuji dengan menggunakan triangulasi melibatkan sumber data, teknik analisis, dan periode waktu penelitian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa persentase gaya hidup masyarakat petani dapat dikategorikan sebagai subsisters (11%), sustainers (23%), functionalist (22%), succeeders (22%), dan golden years (22%). Sementara itu, perilaku konsumsi masyarakat petani dapat diperinci menjadi perilaku konsumsi rasional sebanyak 80%, dan perilaku konsumsi irasional sebanyak 20%. Temuan ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang karakteristik gaya hidup dan perilaku konsumsi yang dapat menjadi dasar untuk pengembangan kebijakan atau program pembangunan yang lebih sesuai dengan realitas masyarakat petani di Desa Purwoasri.

 

Kata kunci: Gaya Hidup, Perilaku Konsumsi, Masyarakat Petani

 

Abstract

This research aims to gain an in-depth understanding of the lifestyle and consumption behavior of farmers in Purwoasri Village. A descriptive method with a qualitative approach was employed to detail these aspects. The snowball sampling technique was used to select samples, involving 9 key informants chosen based on recommendations from key informants and representing three hamlets in Purwoasri Village: Templek, Mlilir, and Tanggungan. Key informants were selected based on specific criteria, such as being active farmers, native residents of the village, sole breadwinners or married, and aged above 18. Data analysis involved stages of data collection, reduction, presentation, and drawing conclusions. Data validity was tested using triangulation involving data sources, analysis techniques, and the research period. The research findings revealed that the percentage of the farmers' lifestyle could be categorized as subsisters (11%), sustainers (23%), functionalists (22%), succeeders (22%), and golden years (22%). Meanwhile, the consumption behavior of farmers could be detailed into rational consumption behavior at 80% and irrational consumption behavior at 20%. These findings provide a comprehensive overview of the characteristics of lifestyle and consumption behavior, serving as a foundation for the development of policies or development programs more attuned to the realities of the farming community in Purwoasri Village.

 

Keywords: Lifestyle, Consumption Behavior, Farming Community

 

Pendahuluan

����������������������� Kehidupan seseorang tidak pernah lepas dari aktivitas apapun. Dari hari ke hari, setiap orang melakukan aktivitas yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Situasi seperti ini memiliki keterikatan dengan �Kekayaan� mapun �Keuangan�, dalam Goel et al. (2020) disebut dengan kegiatan ekonomi. Nuttall (2002) menjelaskan bahwasannya setiap manusia mempunyai kebutuhan yang harus terpenuhi agar dapat bertahan hidup walaupun menempuh beberapa jalan agar mencapai tingkat kepuasan dan tingkat kesenangan tersendiri. Hal ini selaras dengan pemikiran Maslow (dalam Mcleod, 2018) yang menjelaskan bahwa setiap orang termotivasi untuk mencapai kebutuhan tertentu dan beberapa kebutuhan lebih diutamakan daripada yang lain. Walaupun tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

����������� ����������� Rahayu (2020) menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi terdiri dari tiga bagian diantaranya yaitu konsumsi, produksi, dan distribusi. Bagian terpenting dalam kegiatan ekonomi adalah kegiatan konsumsi (Kasdi, 2014). Kegiatan konsumsi adalah kegiatan yang melampaui dikotomi penawaran � permintaan dimulai dari kondisi biofisik dan bersinggungan dengan perilaku manusia (Princen, 1999). Selain itu, Rahayu (2020) menjelaskan bahwa konsumsi merupakan aktivitas menggunakan produk berupa barang atau jasa yangmana diciptakan oleh produsen. Perbedaan dua sudut pandang terhadap definisi konsumsi terlihat jelas tidak akan memungkiri pernyataan Max Weber (dalam Kivinen et al., 2010) konsumsi dipandang sebagai bagian dari cara hidup modern. Selain itu, perbedaan sudut pandang pemikiran penulis ekonomi luar atau dalam negeri mempunyai kesamaan yaitu kegiatan konsumsi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan sehari-hari.

����������������������� Konsumsi adalah aktivitas menggunakan barang atau jasa yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, ataupun instansi. Pelaku yang ada didalam kegiatan konsumsi disebut dengan konsumen. Keterkaitan antara konsumsi dengan konsumen tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan berhubungan langsung dalam perilaku konsumsi. Perilaku konsumsi merupakan proses yang kompleks serta rumit karena melewati beberapa macam kegiatan seperti mencari, memilih, mengevaluasi, dsb bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, hasrat, hingga keinginan(Purboyo et al., 2021). Selain itu, perilaku konsumsi adalah menunjukkan bahwa proses pertukaran melibatkan serangkaian langkah, mulai dari fase akuisisi, beralih ke fase konsumsi, dan diakhiri dengan disposisi produk atau jasa (Mowen & Minor, 1997). Dari adanya pandangan antara penulis ekonomi luar dan dalam negeri menunjukkan bahwa Perilaku Konsumsi adalah proses konsumsi yang mana melibatkan pencarian, pemilihan, pembelian, penilaian/evaluasi atas produk berupa barang atau jasa. Adanya pengertian perilaku konsumsi, masing-masing konsumen mempunyai perilaku konsumsi yang berbeda satu sama lain, tidak dapat disamaratakan.

����������������������� Perilaku konsumsi berdasarkan sifat terbagi menjadi dua, diantaranya yaitu perilaku konsumsi rasional dan perilaku konsumsi irasional (Arwin, 2020). Rasionalitas pada perilaku konsumsi adalah tindakan yang direncanakan sebelumnya dan dilakukan secara sadar, melalui pemikiran yang matang pada tindakan-tindakan ekonomi. Sedangkan, perilaku konsumsi irasional merupakan kebalikan dari rasionalitas perilaku konsumsi. Irasionalitas dari perilaku konsumsi adalah tindakan yang dilakukan tanpa memikirkannya secara matang dalam memilih dan membeli produk, hanya karena tertarik akan bonus dan berguna dalam memenuhi gengsi (Arwin, 2020). Gambaran mengenai perilaku konsumsi rasional dan irasional mengindikasikan suatu hal diantaranya yaitu perilaku konsumsi rasional menggunakan, akal sehat dan perilaku konsumsi irasional menggunakan, emosi belaka.

����������������������� Purwoasri merupakan salah satu desa yang terletak di kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri merupakan wilayah di Jawa Timur dengan harga konstan Rp. 30.800,71 M/2022 dan harga berlaku Rp. 46.665,03 M/2022. Berdasarkan pada hasil wawancara Agus (2023a) masyarakat disekitar mempunyai rata-rata pendapatan menengah ke bawah dengan kisaran angka Rp. 1.500.000,00/bulan. Melalui ungkapan informan pendukung, pendapatan masyarakat desa Purwoasri selaras dengan penggolongan pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (Rakasiwi & Kautsar, 2020); pendapatan sangat tinggi (> Rp. 3.500.000,00), pendapatan tinggi (Rp. 2.500.000,00 - Rp. 3.500.000,00), pendapatan sedang (Rp. 1.500.000,00 - Rp. 2.500.000,00), dan pendapatan rendah (< Rp. 1.500.000,00).

����������������������� Masyarakat petani di desa pada umumnya mempunyai pemikiran yang tradisional, terutama pada gaya hidup konsumsi. Gaya hidup masyarakat petani di desa Purwoasri cenderung mengkonsumsi hasil pertaniannya sendiri atau memanfaatkan apa yang ada di alam, tidak terlalu neko-neko (Agus, 2023b). Di sisi lain, terdapat juga masyarakat petani di pedesaan dengan pemikiran modern yang memiliki gaya hidup konsumtif (Rani & Hidayat, 2020). Dalam Jensen (2007) menjelaskan bahwasannya gaya hidup merupakan kebiasaan atau pilihan yang dibangun oleh individu untuk tetap aman. Bahkan, dalam Miatun & Santoso (2020) menjelaskan bahwasannya gaya hidup adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan individu/kelompok, seberapa besar gambaran ketika menggunakannya, dengan nilai moral. Namun, perlu digarisbawahi bahwasannya gaya hidup ini dapat berubah sesuai perkembangan zaman (Rahmawati & Surjanti, 2021).

����������������������� Dengan adanya situasi seperti ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gaya hidup dan perilaku konsumsi masyarakat petani di desa Purwoasri. Penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai gaya hidup konsumsi masyarakat petani di desa Purwoasri menggunakan teori the ninth lifestyle consumption dan perilaku konsumsi dengan teori perilaku konsumsi rasional & perilaku konsumsi irasional.

 

Metode Penelitian

����������������������� Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif identik dengan latar ilmiah. Latar ilmiah digunakan untuk menafsirkan fenomena terkini. Situasi penelitian wajar (natural setting). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta dibalik data lapangan. Pada penelitian gaya hidup dan perilaku konsumsi masyarakat petani maka jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Tujuannya adalah menggambarkan kondisi sosial yang telah dieksplorasi dan diklarifikasi.

����������������������� Penilitian dilaksanakan di desa Purwoasri, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Informan utama penelitian adalah masyarakat petani. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik snowball sampling. Teknik ini menjaring informan dari skala terkecil hingga terbesar, hingga mendapati titik jenuh. Penjaringan informan utama bermula atas rekomendasi informan kunci (lurah desa Purwoasri) untuk menyampaikan kadindat-kadindat yang sesuai dengan kriteria. Ketika kadindat yang direkomendasikan kurang tepat, maka memerlukan rekomendasi lain dari informan tambahan.

����������������������� Teknik pengumpulan data penelitian adalah pemanfaatan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dan data sekunder didapatkan melalui buku, jurnal, dan dokumentasi selama penelitian. Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian telah diuji keabsahan datanya melalui triangulasi. Triangulasi yang digunakan diantaranya yaitu triangulasi sumber, data, dan waktu.

����������������������� Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian diantaranya yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Dalam pengumpulan data melalui beberapa proses diantaranya yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi (2 bulan). Reduksi data dan penyajian data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi N-Vivo dan Microsoft Excel. Penggunaan aplikasi N-Vivo berguna untuk menghasilkan presentasi data dengan volume kecil, coding, menyajikan data (word cloud, pemetaan data), dan verifikasi data. Penggunaan Microsoft Excel ini digunakan untuk pengolahan persentase hasil general dari penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

Demografi Masyarakat Petani Purwoasri

����������� ����������� Dalam penelitian demografi masyarakat petani desa Purwoasri sangatlah penting untuk mengetahui pengelompokkan gaya hidup konsumsi masyarakat. Berikut ini data yang didapatkan dalam penelitian bersama 9 informan utama, diantaranya sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik Persentase Usia Informan Utama

Dalam penelitian ini, persentase usia informan utama adalah 45% untuk usia lanjut (informan 1 � 65 tahun, informan 3 � 71 tahun, informan 6 � 72 tahun, dan informan 8 � 67 tahun), 33% untuk usia pra-pensiun (informan 2 - 51 tahun, informan 4 � 52 tahun, dan informan 5 � 47 tahun), dan 22% untuk paruh baya (informan 7 � 42 tahun dan informan 9 � 35 tahun).

Gambar 2. Grafik Persentase Pekerjaan Informan Utama

 

Sedangkan untuk persentase pekerjaan informan utama adalah 78% untuk petani pemilik penggarap, 11% untuk buruh tani, dan 11% untuk petani penggarap. Dengan detail petani pemilik penggarap (informan 1, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9), buruh tani (informan 2), dan petani penggarap (informan 3).

Gambar 3. Grafik Persentase Pendapatan Informan Utama

 

Demografi pendapatan, pada pendapatan rendah 33% (informan 1, 2, dan 3), pendapatan menengah (informan 4,5, dan 6), dan pendapatan tinggi 34% (informan 7,8, dan 9).

Gambar 4. Grafik Persentase Pendidikan Informan Utama

 

Pada pendidikan menunjukkan bahwasannya petani dengan pendidikan SD sebesar 11% (informan 3), SLTP se-derajat 11% (informan 1), SLTA se-derajat 45% (informan 2, 4, 5, dan 6), dan D3/S1 33% (informan 7, 8, dan 9).

Gambar 5. Grafik Persentase Tanggungan Keluarga Informan Utama

 

Tanggungan keluarga menjadi salah satu pertimbangan dalam gaya hidup konsumsi. Petani dengan tidak ada tanggungan 11% (informan 2), tanggungan 1 45% (informan 1, 3, 8, dan 9), tanggungan 2 (informan 4), tanggungan 3 22% (informan 5 dan 6), dan tanggungan 5 (informan 7).

Gaya Hidup Masyarakat Petani Purwoasri

����������������������� Gaya hidup konsumsi petani cukup beragam; subsiters (11%), sustainers (23%), functionalist (22%), the golden years (22%), dan succeeders (22%). Dari hasil persentase gaya hidup konsumsi, situasi ini didapatkan melalui pemetaan data berikut:

Gambar 6. Pemetaan Gaya Hidup Konsumsi Petani Desa Purwoasri

 

Pemetaan data petani desa Purwoasri, menunjukkan ciri khas tersendiri dalam gaya hidup konsumsi sehari-hari masyarakat jika didasarkan pada pendapatan. Mengingat bahwasannya, gaya hidup seseorang akan mengikuti perkembangan zaman yang ada di lingkungan (Rahmawati & Surjanti, 2021). Bahkan, gaya hidup mempunyai keterkaitan antara perilaku, sikap & nilai, kelompok vs individu, dan interaksi kelompok (Veal, 1993). Berikut ini penjelasannya:

1.      Petani pendapatan tinggi: menganggap bahwa biaya operasional kerja lebih besar dibanding biaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari, memiliki kemampuan dalam memfasilitasi kegiatan berolahraga, mengalokasikan dana untuk hiburan (rekreasi, liburan), mengalokasikan dana untuk merenovasi rumah, dan mampu mengikuti berbagai macam trend terkini.

2.      Petani pendapatan menengah: mayoritas petani pendapatan menengah mengalokasikan dana untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau tidak berlebihan untuk mendapatkan sesuatu yang mana mampu memaksakan keadaan.

3.      Petani pendapatan rendah: penerapan gaya hidup gali lubang tutup lubang.

A. Gaya Hidup Konsumsi Subsiters

����������� ����������� Mowen & Minor (1997) menjelaskan ciri-ciri gaya hidup konsumsi subsiters adalah orang-orang yang tengah mencari nafkah tunggal dan tingkat perekonomian terendah (lebih rendah dari sustainers). Kondisi ini ditunjukkan oleh informan 2, seorang pencari nafkah tunggal dan mempunyai pendapatan terendah sebagai buruh tani, Rp. 900.000/4 bulan, akumulasi per-bulan Rp. 225.000. Ditambah dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwasannya informan 2 menerapkan gaya hidup gali lubang tutup lubang �Kalau belanja di toko terdekat, bisa dibuat hutang. Kalau ada gaji hasil panen baru bisa bayar, kalau gak ada gaji ya hutang.� beserta kondisi informan yang tergolong dalam penerima BLT pemerintah.

B. Gaya Hidup Konsumsi Sustainers

����������������������� Mowen & Minor (1997) menjelaskan ciri-ciri gaya hidup konsumsi sustainers adalah menghidupi anggota keluarga lain, orang dewasa/tua/rata-rata pensiunan, level pendidikan rendah, pendapatan terendah (kedua), dan uang digunakan untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini ditunjukkan oleh informan 1 dan informan 3. Informan 1 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 5.000.000/4 bulan akumulasi per-bulan Rp. 1.250.000, usia 65 tahun, dengan pendidikan SLTP, dan menghidupi 1 pasangan. Informan 3 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 4.800.000/4 bulan akumulasi per-bulan Rp. 1.200.000, usia 71 tahun, dengan pendidikan SD, dan menghidupi 1 pasangan. Ditambah dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa informan berkutat pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, informan 1 �Biaya tenaga kerja dan produk bertani memang majal, tapi mahalan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah.� Informan 3, �Kalau biaya kerja kan maruh, jadi biaya operasional dibagi berdua. Tapi, masih beratan biaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari.�

C. Gaya Hidup Konsumsi Functionalist

����������������������� Mowen & Minor (1997) menjelaskan ciri-ciri gaya hidup konsumsi functionalist adalah mengeluarkan uang untuk hal berguna, level pendidikan rata-rata, level pendapatan rata-rata, pekerja kasar, usia <55 tahun, telah menikah, dan mempunyai anak. Kondisi ini ditunjukkan oleh informan 4 dan informan 5. Informan 4 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 6.000.000/4 bulan akumulasi per-bulan Rp. 1.500.000, usia 52 tahun, telah menikah dan menghidupi 1 anak, dan pendidikan SLTA. Informan 5 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 6.000.000/4 bulan akumulasi per-bulan Rp. 1.500.000, usia 47 tahun, telah menikah dan menghidupi 2 anak, dan pendidikan SLTA. Ditambah dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa informan berkutat untuk mengalokasikan uang untuk hal-hal berguna, informan 4 �Pokoknya uang yang dikumpulkan buat anak sampai bisa lulus kuliah.� informan 5 �Harus optimis demi masa depan anak sampai mendapatkan pendidikan lebih daripada saya. Jadi saya kerja keras untuk mendapatkan banyak uang untuk pendidikan anak.�

D. Gaya Hidup Konsumsi Succeeders

����������������������� Mowen & Minor (1997) menjelaskan ciri-ciri gaya hidup konsumsi succeeders adalah rumah tangga mapan, pendapatan tinggi, menghabiskan waktu untuk pendidikan dan kemajuan diri, dan mengeluarkan uang untuk operasional kerja. Kondisi ini ditunjukkan oleh informan 7 dan informan 9. Informan 7 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 120.000.000/6 bulan akumulasi per-bulan Rp. 20.000.000, usia 42 tahun, pendidikan S1, dan mempunyai kehidupan yang mapan. Informan 9 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 80.000.000/4 bulan akumulasi per-bulan Rp. 20.000.000, usia 35 tahun, pendidikan S1, dan rumah tangga yang mapan. Ditambah dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa informan berkutat pada menghabiskan waktu untuk memajukan diri (pendidikan) dan biaya operasional kerja yang besar. Informan 7, �Saya ikut gapoktan, poktan dusun, dan di luar Kediri ikut komunitas petani biar hasil tebu bisa didistribusikan ke perusahaan yang butuh. Dengan begitu saya bisa mendapat pengetahuan dan memajukan diri.� & �Biaya operasional sangat besar karena ada transportasi besar, untuk antar tebu ke perusahaan, belum alat, bahan, dan gaji buruh.� Informan 9, �Ikut gapoktan sama komunitas poktan dan burung, saya dapat berbaur dengan orang baru sharing pengetahuan.� & �Biaya operasional lebih tinggi dibanding biaya kebutuhan harian.�

E. Gaya Hidup Konsumsi The Golden Years

����������������������� Mowen & Minor (1997) menjelaskan ciri-ciri gaya hidup konsumsi The Golden Years adalah usia pensiunan atau lanjut, pendapatan tinggi (namun lebih tinggi succeeders), terlibat dalam renovasi rumah, dan mengalokasikan dana untuk modal, produk padat, serta hiburan. Kondisi ini ditunjukkan oleh informan 6 dan informan 8. Informan 6 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 10.000.000/4 bulan akumulasi per-bulan Rp. 2.500.000 dan usia 72 tahun. Informan 8 mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 40.000.000/4 bulan akumulasi per-bulan Rp. 10.000.000 dan usia 67 tahun. Ditambah dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa informan berkutat pada renovasi rumah dan pengalokasian dana untuk modal, produk padat, dan hiburan. Informan 6, �Saya renovasi rumah dua tahun sekali�, �Kalau saya ikut trend pakaian gamis saja�, & �Kalau liburan biasanya diajak anak laki-laki, sedangkan kalau rekreasi yang diadakan oleh komunitas saya ikut.� dan informan 8, �Kalau saya ada 1 tahun sekali buat rombak rumah�, �Saya biasanya berolahraga pagi bersepeda keliling desa, buat hiburan�, & �Saya ada liburan ke luar kota sering direncanakan, kadang juga dadakan.�

Perilaku Konsumsi Masyarakat Petani Desa Purwoasri

����������� ����������� Perilaku konsumsi menurut Arwin (2020) terbagi menjadi dua jenis diantaranya yaitu perilaku konsumsi rasional dan perilaku konsumsi irasional. Dalam penentuan perilaku konsumsi rasional dan irasional, memerlukan pemahaman bounded rationality. Bounded rationality adalah bentuk pengambilan keputusan menyimpang dari rasionalitas karena beberapa faktor seperti pengetahuan, kapasitas kognitif, dan batas waktu (Simon, 1957). Berdasarkan pada data yang telah diolah melalui N-Vivo, penelitian ini menunjukkan bahwasannya persentase perilaku konsumsi masyarakat petani sebagai berikut:

Gambar 7. Persentase Gaya Hidup Konsumsi Petani Desa Purwoasri

 

Persentase tersebut menunjukkan bahwasannya perilaku konsumsi petani yang rasional sebesar 80% dan irasional 20%. Dari hasil persentase perilaku konsumsi, situasi ini didapatkan melalui pemetaan data berikut:

Gambar 8. Pemetaan Perilaku Konsumsi Petani Desa Purwoasri

Pemetaan perilaku konsumsi masyarakat petani desa Purwoasri sangat beragam, berikut ini penjelasannya:

1.       Petani pendapatan tinggi: menunjukkan perilaku konsumsi irasional yang terindikasi dari indikator promo/diskon dan tertarik dengan gaya promosi.

2.       Petani pendapatan menengah: tidak menunjukkan perilaku konsumsi irasional, dikarenakan mudah mempertimbangkan dan memaknai nilai guna suatu produk. Selain itu, kondisi petani pendapatan menengah yang baik (well educated)(Suhada & Handoyo, 2022).

3.       Petani pendapatan rendah: menunjukkan perilaku konsumsi irasional yang terindikasi dari indikator rasa gengsi dan tertarik karena merek terkenal.

A. Perilaku Konsumsi Rasional Masyarakat Petani Desa Purwoasri

����������� ����������� Perilaku konsumsi rasional merupakan perilaku konsumsi yang mengedepankan akal sehat. Produk yang dikonsumsi oleh informan tentu mengedepankan nilai guna, kebutuhan yang tidak dapat ditunda, mutu, dan harga yang sesuai dengan kemampuan.

 

Tabel 1

Hasil Wawancara Indikator Nilai Guna & Kebutuhan Tidak Dapat Ditunda

PK_01A

Apakah barang-barang yang digunakan untuk bekerja dan bertani mempunyai nilai guna maksimal?

1, Tentunya sudah berguna

2, Ya sudah memiliki nilai guna

3, Sudah berguna sekali

4, Alhamdulillah sudah mempunyai kegunaan maksimal

5, Penggunaan produk-produk yang telah disebutkan telah berguna secara maksimal

6, Sudah mempunyai nilai guna maksimal alhamdulillah

7, Sudah sangat bernilai guna

8, Ya sudah selalu mempunyai kegunaan maksimal

9, Beguna saja walaupun masih ada beberapa produk baik untuk bertani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang masih di simpan

PK_01B

Apakah barang-barang yang digunakan untuk bekerja dan bertani sudah memenuhi kebutuhan saat itu juga?

1, Sudah memenuhi kebutuhan yang tidak dapat ditunda

2, Tentu saja

3, Ya memenuhi kebutuhan

4, Telah memenuhi kebutuhan bertani dan sehari-hari di rumah saat itu juga

5, Iya sudah memenuhi

6, Tentu saja memenuhi kebutuhan saat itu juga

7, Sudah pasti memenuhi kebutuhan kerja dan rumah

8, Ya sudah memenuhi kebutuhan pokoknya siap pakai

9, Ya kan kita pakai untuk memenuhi kebutuhan saat itu juga

 

Dari hasil wawancara, maka menunjukkan bahwasannya seluruh informan bertindak rasional dalam berperilaku konsumsi. Dimana setiap informan saat menggunakan produk baik untuk kebutuhan rumah dan kebutuhan kerja mengedepankan prinsip mempunyai nilai guna dan mampu memenuhi kebutuhan saat itu juga, tidak dapat ditunda-tunda lagi.

 

Tabel 2

Hasil Wawancara Indikator Mutu

PK_01C

Apakah produk-produk yang dikonsumsi telah memperhatikan mutu?

2, Mutu ya diperhatikan

3, Memperhatikan mutu

4, Kualitas mutu memang utama untuk produk bekerja dan bahan makanan

5, Mutu memang yang utama

6, Mutu menjadi prioritas

7, Mutu utama demi hasil yang baik dan memberikan keamanan bagi sekitar

9, Saya suka barang berkualitas baik untuk rumah dan bekerja walaupun harganya mahal

����������� �����������

Pada poin mutu, tidak seluruh informan menunjukkan perilaku konsumsi yang rasional. Terdapat dua informan yang tidak menunjukkan suatu rasionalitas dalam perilaku konsumsi, pada informan yang berpendapatan rendah dan informan yang berpendapatan tinggi. Informan yang memilih mengedepankan mutu sendiri terdapat beberapa alasan diantaranya yaitu produk dengan mutu terbaik mampu memberikan keamanan dan sudah pasti berkualitas.

Tabel 3

Hasil Wawancara Indikator Harga Terjangkau

PK_01D

Apakah produk-produk yang dikonsumsi telah dapat dijangkau?

2, Harga berapapun bisa dijangkau

3, Ya pokoknya bisa dijangkau

4, Selama ini berapapun harganya dapat dijangkau

5, Tentu semua barang yang dibeli untuk bertani dan memenuhi rumah terjangkau

6, Harga terjangkau tentunya

7, Ya terjangkau

8, Terkadang terjangkau, kadang mahal tapi diusahakan untuk memilih yang terjangkau

9, Harga mahal biasanya karena kualitas terbagus harganya mahal

����������� �����������

Dari wawancara yang telah didapatkan mengenai harga, maka terdapat 8 informan yang mengedepankan harga. Dengan maksud, harga yang didapatkan untuk membeli produk bekerja dan di rumah mampu untuk dijangkau. Memperhatikan informan 9, bahwasannya harga produk bekerja dan di rumah mahal hal tersebut tergolong rasional dan kembali pada konsep bounded rationality. Informan 9 sendiri mampu untuk membeli produk dengan harga mahal dikarenakan pendapatannya yang tergolong tinggi. Berbeda dengan informan 1, dimana memaksakan keadaan untuk membeli produk dengan merek terkenal yang mana harga nya sendiri tidak dapat dijangkau (mahal) namun informan berusaha untuk mengada-ngadakan.

B. Perilaku Konsumsi Irasional Masyarakat Petani Desa Purwoasri

����������������������� Perilaku konsumsi irasional merupakan perilaku konsumsi yang mengedepankan emosi belaka. Perilaku konsumsi irasional ini mengedepankan yang namanya promosi, meek terkenal, bonus/promo, dan rasa gengsi.

 

Tabel 4

Hasil Wawancara Indikator Tertarik Akan Promosi

PK_02A

Apakah anda membeli produk untuk bekerja dan rumah karena bentuk promosinya?

1, Kalau untuk bertani kan itu-itu saja. Namun untuk kebutuhan rumah seperti alat masak saya tertarik karena promosinya. Biasanya kan ada alat dari merek baru, ya saya beli. Bisa dikatakan coba-coba.

2, Kalau bagus promosinya saya tertarik untuk melakukan pembelian, saya pernah beli beberapa produk karena promosinya sampai sekarang

7, Saya kadang beli produk karena suka sama promosinya yang meyakinkan, padahal produknya saat dibeli gak kepakai. Kadang nyesel tapi yaudah kadang diulangi lagi

8, Iya kalau gak karena promosi gak tau bentukannya

9, Kalau promosinya biasa condong ke kebutuhan rumah

 

�����������������������

Dari hasil wawancara menunjukkan bahwasannya terdapat perilaku irasional dari petani pendapatan rendah dan pendapatan tinggi, terutama pada bentuk promosi. Petani merasa bahwasannya promosi mampu membuat tertarik diawal-awal saja, namun saat ada di depan mata produk yang digunakan tidak dipakai, cuma jadi pajangan.

 

Tabel 5

Hasil Wawancara Indikator Tertarik Akan Merk Terkenal

PK_02B

Apakah anda membeli produk karena mereknya terkenal?

1, Saya pilih merek terkenal

�����������

����������� Informan 1 merupakan informan yang menunjukkan perilaku konsumsi irasional melalui pemilihan barang (memenuhi rumah) yang hanya terfokus pada merek-merek terkenal. Merek-merek terkenal sendiri akan sangat identik dengan harga yang mahal dan tidak sesuai dengan kondisi dimana informan 1 berusaha mengada-ngadakan uang untuk dapat menjangkau barang dengan merek terkenal. Bahkan, tanpa ada alasan untuk menggunakan barang merek terkenal.

 

Tabel 6

Hasil Wawancara Indikator Mengejar Promo/Diskon

PK_02C

Apakah anda membeli produk hanya karena promo/diskon, padahal tidak diperlukan?

9, Beli dulu, biasanya lebih condong ke kebutuhan sekunder (sandang), baik baju atau jam. Beli ya disimpan, kadang gak kepakai terus kalau ada teman yang mau dijual.

�����������������������

Pada poin adanya promo/bonus, informan 9 dengan pendapatan tinggi melakukan konsumsi barang yang dibeli hanya karena promo/diskon padahal barang tersebut tidak diperlukan sehingga barang yang digunakan hanya disimpan hingga ada teman/rekan yang menginginkan barang tersebut dan dibeli.

 

 

 

 

Tabel 7

Hasil Wawancara Indikator Rasa Gengsi

PK_02D

Apakah anda membeli produk hanya karena rasa gengsi?

1, Kalau ada teman di rumah terus ada promosi barang dari penjual-penjual ya beli

�����������������������

Dari sini menunjukkan bahwasannya informan 1 membeli suatu produk atas dasar gengsi. Menggarisbawahi bahwasannya informan menyebutkan membeli barang yang dipromosikan oleh penjual dan akan membeli kalau ada teman lain di rumah.

 

Kesimpulan

����������������������� Berdasarkan penelitian dan hasil penemuan mengenai gaya hidup dan perilaku masyarakat petani di desa Purwoasri, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Dalam teori Mowen dan Minor menunjukkan gaya hidup konsumsi masyarakat dengan beberapa macam ciri di dalamnya, kondisi tersebut sesuai dengan temuan dalam penelitian. Pada penelitian, ditemukan bahwasannya masyarakat dengan pendapatan rendah bergaya hidup subsisters, masyarakat dengan pendapatan menengah bergaya hidup functionalist, dan masyarakat dengan pendapatan tinggi bergaya hidup succeeders. (2) Terdapat ciri-ciri khusus dalam masyarakat atas perilaku konsumsi baik rasional maupun irasional. Namun, dalam pengelompokkan perilaku konsumsi tersebut harus disesuaikan dengan bounded rationality untuk menutupi kekurangan dari sebuah rasionalitas. Dalam kondisi ini, maka masyarakat dengan pendapatan rendah dan tinggi menunjukkan sebuah irasionalitas, sedangkan masyarakat dengan pendapatan menengah tidak menunjukkan irasionalitas dikarenakan konsep well educated. (3) Persentase dari gaya hidup konsumsi masyarakat secara general diantaranya yaitu subsisters (11%), sustainers (23%), functionalist (22%), succeeders (22%), dan the golden years (22%). (4) Persentase dari perilaku konsumsi masyarakat secara general diantaranya yaitu perilaku konsumsi rasional (80%) dan perilaku konsumsi irasional (20%).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Agus. (2023a). Pendapatan Masyarakat.

 

Agus. (2023b). Perilaku Konsumsi dan Gaya Hidup Masyarakat Petani Desa Purwoasri.

Arwin, S. E., M. S. (2020). Pengantar Ekonomi Mikro. In Business & Economics (p. 196). Cendekia Publisher.

 

Goel, J. P., Goel, K., & Prakashan, G. B. (2020). Economic Applications. https://www.google.co.id/books/edition/I_C_S_E_Economics_Applications_for_Class/U4c7EAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0

 

Jensen, M. (2007). Defining lifestyle. Environmental Sciences, 4(2), 63�73. https://doi.org/10.1080/15693430701472747

 

Kasdi, A. (2014). Tafsir Ayat-Ayat Konsumsi dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Syariah, 18�32.

 

Kivinen, D., Rahkonen, K., Gronow, J., & Noro, A. (2010). A Social and Economic Theory of Consumption. Springer. https://www.google.co.id/books/edition/A_Social_and_Economic_Theory_of_Consumpt/4EZ9DAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0

 

Mcleod, S. (2018). Maslow�s Hierarchy of Needs.

 

Miatun, S. L., & Santoso, L. (2020). Pengaruh Religiusitas Terhadap Gaya Hidup Konsumen Muslim Di Ponorogo. SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis Islam, 2(2), 113�120. https://doi.org/10.36407/serambi.v2i2.181

 

Mowen, J. C., & Minor, M. (1997). Consumer behavior (5th ed.).

 

Nuttall, C. J. (2002). IGCSE business studies. Cambridge University Press.

 

Princen, T. (1999). Consumption and environment: some conceptual issues. Science Direct, 31(3), 347�363. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/S0921-8009(99)00039-7

 

Purboyo, Hastutik, S., Kusuma, G. P. E., Sudirman, A., Sangadji, S. S., Wardhana, A., Kartika, R. D., Erwin, Hilal, N., & Syamsuri. (2021). Perilaku Konsumen (Tinjauan Konseptual dan Praktis). Media Sains Indonesia.

 

Rahayu, T. P. (2020). Kegiatan Pokok Ekonomi. In Ida (Ed.), Pelaku Kegiatan Ekonomi (pp. 3�10). ALPRIN.

 

Rahmawati, V. E., & Surjanti, J. (2021). Analisis Faktor Perilaku Konsumtif Berbelanja Online Produk Fashion Saat Pandemi Pada Mahasiswa. Jekpend, 4(2), 11�18. https://doi.org/10.26858/jekpend.v4i2.21122

 

Rakasiwi, L. S., & Kautsar, A. (2020). Pengaruh Faktor Demografi dan Sosial Ekonomi Terhadap Status Kesehatan Individu di Indonesia. Kajian Ekonomi Keuangan, 5(2).

 

Rani, O. M., & Hidayat, M. A. (2020). Budaya Konsumerisme Petani Perkotaan: Studi Gaya Hidup Petani di Kelurahan Jeruk, Lakarsantri, Surabaya. Jurnal Analisa Sosiologi, 9(2). https://doi.org/10.20961/jas.v9i2.44359

 

Simon, H. A. (1957). Model of man: social and rational. Wiley. https://www.goodreads.com/book/show/7302177-models-of-man

 

Suhada, H., & Handoyo, P. (2022). Tindakan Rasional Kelas Menengah Pekerjamengkonsumsi Kopi Di Starbucks Graha Pena Kota Surabaya. Paradigma. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/download/50016/41264.

 

Veal, A. J. (1993). The concept of lifestyle: a review. Leisure Studies, 12(4), 233�252. https://doi.org/10.1080/02614369300390231

������������������������������������������������

Copyright holder:

Aisyah Achrijna Ismawati, Jun Surjanti (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: