Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
3, Maret 2024
PENGARUH INNOVATIVE WORK BEHAVIOR DAN ADHOCRACY
CULTURE TERHADAP KEPUASAN DAN KINERJA KARYAWAN
Nohan Allam Mardhika1, Sidiq Permono Nugroho2*
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2*
Abstrak
Tujuan dari
penelitian ini ialah untuk menganalisis pengaruh Innovative Work Behavior dan Adhocracy
Culture terhadap Kepuasan dan Kinerja Karyawan pada
pekerja dibidang kreatif di Kota
Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan sampel sebanyak 109 responden. Penelitian dilakukan di wilayah Kota
Surakarta dengan penyebaran data menggunakan kuesioner secara online melalui
google form. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability dengan
teknik purposive sampling. Kemudian teknik analisis yang digunakan yaitu
analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian ini ialah Innovative
Work Behavior dan Adhocracy Culture berdampak positif
signifikan pada Kepuasan Karyawan. Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
Kata
Kunci: Innovative Work Behavior,
Adhocracy Culture, Kepuasan Karyawan,
Kinerja Karyawan
Abstract
The purpose of this study is to analyze the impact
of Innovative Work Behavior and Adhocracy Culture on Employee Satisfaction and
Performance on creative workers in Surakarta City. The study used a
quantitative method using a sample of 109 respondents. The research was carried
out in Surakarta City with data dissemination using online questionnaires via
google form. Sampling technique using nonprobability with purposive sampling
techniques. Then the analytical technique used is double linear regression
analysis using SPSS version 20. The results of this study are that Innovative
Work Behavior and Adhocracy Culture have a significant positive impact on
Employee Satisfaction. Innovative Work Behavior and Adhocracy Culture have a
significant positive impact on Employee Performance.
Keywords: Innovative Work
Behavior, Adhocracy Culture, Employee Satisfaction, Employer Performance
Pendahuluan
Dalam Fenomena industri 4.0 yang ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, menuntut para karyawan untuk senantiasa mengembangkan kreativitasnya agar berdaya saing serta mampu mengikuti perkembangan masa (Hidayat, 2018). Di era digital, kreativitas dan inovasi yang dimiliki oleh para karyawan sebagai sumber daya manusia (SDM) di sebuah organisasi, selain bermanfaat bagi perkembangan dirinya juga akan bermanfaat bagi organisasi tempat ia bekerja. Inovasi itu sendiri dapat terjadi jika dimulai dengan ide-ide kreatif yang muncul dari seseorang karena kreativitas merupakan elemen penting dan langkah awal terciptanya sebuah inovasi (Akehurst et al., 2009).
Getz dan Robinson (2003) mengungkapkan bahwa 80% ide-ide baru dalam berinovasi dimunculkan oleh karyawan. Inovasi individu dalam organisasi disebut dengan perilaku kerja inovatif (innovative work behavior). Akram, Lei, dan Haider (2016) mengungkapkan bahwa perilaku kerja inovatif merupakan landasan fundamental bagi peningkatan kinerja organisasi. Perilaku kerja inovatif yang dilakukan karyawan di tempat kerja meliputi upaya mengeksplorasi peluang, memunculkan ide, memperjuangkan ide, dan menerapkan ide (De Jong, 2007). Artinya, karyawan berusaha menemukan solusi atas masalah dengan menciptakan gagasan solusi, mencari data pendukung, dan mengimplementasikannya sehingga mampu menghasilkan inovasi dalam bidang produk, pasar, atau struktur organisasi (Orfila-Sintes & Mattson, 2009). Organisasi dengan perilaku kerja inovatif yang rendah akan mengalami beberapa dampak negatif diantaranya menghambat kinerja organisasi, meningkatkan absensi karyawan, pengunduran diri, buruknya etos kerja karyawan, dan menurunnnya layanan kepada pelanggan (Subramony & Holtom, 2012). Organisasi dengan demikian perlu berusaha mendorong karyawan untuk memiliki pola pikir inovatif.
Budaya organisasi diklasifikasikan oleh beberapa tipe, Competing Value Framework (CVF) adalah salah satu landasan teoritis yang paling banyak diadopsi untuk menganalisis karakteristik budaya organisasi dan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas organisasi. Model ini mengidentifikasi empat jenis budaya organisasi: budaya klan, budaya hierarki, budaya adhokrasi, dan budaya pasar. Pada penelitian ini, budaya organisasi yang akan diteliti berfokus pada budaya adhokrasi. Hal ini didasari oleh budaya adhokrasi itu sendiri yang melibatkan kreativitas, inovasi, dan tantangan sebagai cara menuju kesuksesan organisasi (Lakner et al., 2018), serta mengarah pada perolehan sumber daya baru dan kewirausahaan. Budaya ini memiliki ciri khas yang memotivasi adanya kreativitas, inovasi, adaptasi, dan fleksibilitas; yang nantinya mampu menginisiasi munculnya perilaku kerja positif dari karyawan sebagai bentuk timbal balik pada organisasi dengan budaya adhokrasi tersebut (Jeong et al., 2019; OCAI online, n.d.). Penelitian oleh Miao et al. (2020) serta Isen dan Baron (1991) menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki perasaan positif dan puas dengan pekerjaannya, akan cenderung berpikir kreatif serta memunculkan ide-ide unik dan bermanfaat bagi kelangsungan hidup organisasi tempat ia bekerja.
Menurut Hasibuan (2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaan. Menurut Annakis et al (2011) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Menurut Rivai (2010) bahwa kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Menurut Handoko (2011) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
Kualitas sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam kemajuan pembangunan nasional setiap negara
di dunia sehingga perlu untuk terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Setiap perusahaan
dituntut untuk mampu mendayagunakan sumber daya manusia yang dimiliki dengan
optimal agar memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam mencapai visi dan
misi yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan perusahaan, maka dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkompeten di bidangnya agar karyawan dapat mencapai standar
kinerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Dama dan Ogi (2018)
kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, tujuan penelitian
ini adalah untuk menguji pengaruh innovative work behavior dan adhocracy
culture terhadap kepuasan dan kinerja karyawan.
Hipotesis penelitian
Innovative work behavior dengan kepuasan
karyawan.
Menurut Yuan dan Woodman (2010), innovative work behavior adalah perilaku untuk menghasilkan ide, mengadopsi, dan mengimplementasikan ide-ide baru untuk menghasilkan produk dan metode kerja yang efektif dan efisien di tempat kerja. Tuntutan pekerja dan beban kerja yang tinggi mendorong individu untuk innovative work behavior melalui bekerja keras dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaan agar kinerja lebih baik (Janssen, 2000). Bagi organisasi perlu memotivasi karyawan agar kreatif dan inovatif untuk mencapai kinerja tinggi (Yun & Lee, 2017). Hasil penelitian Aryee, Walumbwa, Zhou dan Hartnell (2012) dan Leong dan Rasli (2014) menunjukkan innovative work behavior berpengaruh signifikan terhadap kepuasan karyawan.
H1:
Innovative work behavior berpengaruh signifikan terhadap kepuasan karyawan.
Innovative work behavior dengan kinerja
karyawan.
Pratama (2018) mendefinisikan Budaya inovatif adalah tentang membudayakan mindset untuk belajar melihat dunia dengan cara-cara yang baru. Dengan adanya budaya inovatif yang baik maka akan berdampak pada kinerja karyawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh budaya inovatif terhadap kinerja karyawan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 atau signifikansi budaya inovatif < 0,05. Dengan demikian hasil perhitungan statistik bahwa secara parsial variabel budaya inovatif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel independen yaitu kinerja karyawan.
H2:
Innovative work behavior berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Adhocracy culture terhadap kepuasan
karyawan.
Hasil penelitian yang dilakukan Eikla dan Arum (2022) membuktikan beberapa hal, yaitu yang pertama, pada penelitian ini ditemukan bahwa para karyawan yang bekerja pada organisasi/perusahaan dengan budaya adhokrasi akan memiliki kepuasan kerja dengan terbukti adanya hubungan positif dan signifikan di antara kedua variabel tersebut. Budaya organisasi, merujuk pada penelitian sebelumnya oleh Joo dan Ready (2012), dimaknai sebagai sebuah penunjuk yang mendukung kepuasan dan perkembangan karyawan.
H3:
Adhocracy culture berpengaruh signifikan terhadap kepuasan karyawan.
Adhocracy culture terhadap kinerja
karyawan.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh (Estyana & Jati, 2023) Temuan bahwa budaya adhocratic tidak memiliki
dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan
kurang menekankan inovasi dan pengambilan risiko mungkin berjuang untuk
menghasilkan solusi baru dalam menanggapi perubahan eksternal.
H4:
Adhocracy culture berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Penelitian
Terdahulu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Estyana & Jati, 2023) Perilaku kerja yang inovatif memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, menunjukkan bahwa penerapan ide-ide baru yang disengaja dalam suatu perusahaan dapat sangat bermanfaat bagi keberhasilannya. Inovasi memainkan peran penting dalam menarik pelanggan, memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi, berkembang, dan tetap kompetitif di tengah berbagai tantangan bisnis. Berdasarkan (Iqbal et al. 2020), perilaku kerja inovatif mengacu pada penciptaan, pengenalan, dan implementasi yang disengaja dari ide-ide baru dalam peran kerja, kelompok, atau organisasi, dengan tujuan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Pentingnya menumbuhkan perilaku kerja inovatif dapat didukung oleh tiga prinsip utama. Pertama, karyawan sering mengidentifikasi masalah dan mengusulkan solusi kreatif. Kedua, individu yang berkembang dalam pekerjaannya lebih berenergi, meningkatkan kecenderungan mereka untuk terlibat dalam perilaku inovatif. Ketiga, individu kreatif menghasilkan solusi yang dapat diterapkan pada situasi serupa, yang mengarah pada peningkatan kinerja. Mendorong karyawan untuk terlibat dalam perilaku kerja yang inovatif dapat memiliki efek positif dan mendalam pada kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Estyana & Jati, 2023) Temuan bahwa budaya adhocratic tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan kurang menekankan inovasi dan pengambilan risiko mungkin berjuang untuk menghasilkan solusi baru dalam menanggapi perubahan eksternal. Akibatnya, keputusan yang dibuat dalam keadaan seperti itu mungkin tidak menghasilkan hasil yang diinginkan. Berdasarkan (Tidak seorang pun dkk, 2022a), budaya adhocratic ditandai dengan iklim organisasi yang mendorong adaptasi, pengambilan risiko, dan eksperimen di antara karyawan. Kinerja perusahaan biasanya diukur berdasarkan efisiensi operasional. Dengan kata lain, semakin efektif operasi perusahaan dijalankan, semakin baik kinerjanya secara keseluruhan, begitu pula sebaliknya. Efisiensi operasional dan kinerja karyawan yang rendah merupakan indikasi buruknya kinerja perusahaan. Namun, budaya adhokratis yang kuat yang menekankan kepuasan pelanggan dan memupuk pemahaman bersama tentang tujuan bisnis yang menyeluruh lebih mungkin mendorong tenaga kerja yang kohesif dan meningkatkan produktivitas. Sudut pandang ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gichunge & Muema, 2022), yang menunjukkan bahwa budaya adhocratic tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Metode Penelitian
Penelitian ini,
metodologi penelitian kuantitatif digunakan. Data primer ialah jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data primer. Para pekerja ikut serta dalam survei sebagai
responden. Data untuk penelitian ini dikumpulkan melalui
penyebaran kuesioner kepada
para partisipan, yang memungkinkan pengumpulan data yang tepat.
Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung dan secara online menggunakan Google Form.
Kuesioner dalam penelitian ini diukur
menggunakan teknik pengukuran skala likert.
Populasi penelitian ini diperoleh dari populasi perkerja bidang kreatif di Kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability dengan teknik purposive sampling. Kemudian teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS versi 20. Sampel pada penelitian ini berjumlah 109 di dapatkan secara acak dari karyawan pekerja bidang kreatif di Kota Surakarta. Pada penelitian ini, pertimbangan dan kriteria sampel adalah sebagai berikut:
1) Karyawan pekerja bidang kreatif di Kota Surakarta.
2) Pernah bekerja dibidang kreatif selama 0 – 1 tahun atau 2 tahun lebih.
Hasil dan Pembahasan
Uji
Statistik Deskriptif
Karakteristik responden merupakan sifat yang melekat pada responden atau
kondisi demografi responden. Adapun karakteristik yang digunakan adalah yang
berhubungan dengan tujuan penelitian. Karakteristik responden karyawan pekerja
bidang kreatif di Kota Surakarta yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
Tabel 1. Uji Statistik Deskriptif
Karakteristik |
Indikator |
Jumlah |
Presentase |
Jenis
kelamin |
Laki-laki Perempuan Total |
53 56 109 |
48.6% 51.4% 100% |
Pendidikan |
SMA Diploma Sarjana Pasca Sarjana Total |
18 3 86 2 109 |
16,5% 2,8% 78,9% 1,8% 100.0% |
Lama
Bekerja |
0 – 1 tahun 2 tahun lebih Total |
36 73 109 |
33,0% 67,0% 100,0% |
Sumber : Data primer diolah
2023
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar dari 109 responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 56 orang atau 51,4% dan laki-laki sejumlah 53 orang atau 48,6%. Data tersebut menunjukkan bahwa karyawan di bidang kreatif Kota Surakarta adalah perempuan.
Dapat diketahui bahwa sebagian besar dari 109 responden memiliki latar belakang pendidikan Sarjana (S1), yaitu sebanyak 86 orang atau 78,9%. Berdasar data tersebut diketahui bahwa karyawan di bidang kreatif Kota Surakarta memiliki latar belakang pendidikan yang mencukupi untuk mendukung profesinya.
Dapat diketahui bahwa sebagian besar dari 109 responden sudah bekerja selama 2 tahun lebih, yaitu sebanyak 73 atau 67,0%. Data tersebut menunjukkan bahwa karyawan di bidang kreatif Kota Surakarta memiliki pengalaman di bidangnya.
Tabel 2. Statistik
Deskriptif
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation |
Innovative Work
Behavior |
109 |
18.00 |
30.00 |
24.8807 |
2.19732 |
Adhocracy Culture |
109 |
16.00 |
30.00 |
24.7706 |
2.47069 |
Kepuasan Karyawan |
109 |
28.00 |
50.00 |
||
Kinerja Karyawan |
109 |
25.00 |
40.00 |
||
Valid N
(listwise) |
109 |
|
|
|
|
Sumber : Data primer
diolah 2023
Variabel Innovative Work Behavior (X1), dari data tersebut
dapat dideskripsikan bahwa nilai minumin 18 sedangkan nilai maksimum 30, nilai
rata – rata 24.8807 dan standar deviasi adalah
2.19732.
Variabel Adhocracy Culture (X2), dari data tersebut dapat
dideskripsikan bahwa nilai minumin 16 sedangkan nilai maksimum 30, nilai rata –
rata 24.7706 dan standar deviasi adalah 2.47069.
Variabel Kepuasan Karyawan (Y1), dari data tersebut dapat
dideskripsikan bahwa nilai minumin 28 sedangkan nilai maksimum 50, nilai rata –
rata 40.2202 dan standar deviasi adalah 3.75736.
Variabel Kinerja Karyawan (Y2), dari data tersebut dapat
dideskripsikan bahwa nilai minumin 25 sedangkan nilai maksimum 40, nilai rata –
rata 33.2752 dan standar deviasi adalah 2.77513.
Uji Kualitas Data
Uji Validitas
Tabel 3. Uji Validitas
Indikator |
Rxy |
Rtabel |
keterangan |
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6 Y2.7 Y2.8 |
0.481 0.656 0.546 0.520 0.578 0.585 0.684 0.585 0.668 0.637 0.493 0.621 0.586 0.645 0.594 0.415 0.608 0.527 0.486 0.496 0.554 0.504 0.579 0.448 0.550 0.632 0.547 0.600 0.437 0.545 |
0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 |
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID |
Sumber : Data primer diolah
2023
Berdasarkan
tabel diatas, terlihat bahwa masing-masing indikator dalam variabel penelitian
menunjukkan nilai rhitung > rtabel berdasarkan uji
signifikan 0,05, artinya bahwa indikator diatas terserbut valid.
Uji Reliabilitas
Tabel 4. Uji Reliabilitas
Indikator |
Variabel |
Cronbach's Alpha |
keterangan |
Independen Dependen |
Innovative Work Behavior, Adhocracy Culture Kepuasan Karyawan, Kinerja Karyawan |
0.748 0.792 |
Reliabel Reliabel |
Sumber : Data primer diolah
2023
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai Cronbac’h Alpha > nilai batas yaitu 0,70 yang menunjukkan bahwa variabel tersebut reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Pengujian
normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik normal probability plot. Hasil
pengujian normalitas ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Uji Normalitas
Sumber : Data primer diolah 2023
Dari grafik di atas terlihat bahwa
titik-titik berada disekitar garis diagonal, maka dapat dikatakan model regrsei
memenuhi unsur normalitas.
Uji Multikoleniaritas
Tabel 5. Uji
Multikoleniaritas
Variabel
Terikat |
Variabel Bebas |
VIF |
Keterangan |
Kepuasan
Karyawan Kinerja
Karyawan |
Innovative Work Behavior (X1) Adhocracy Culture (X2) Innovative Work Behavior (X1) Adhocracy Culture (X2) |
1.428 1.428 1.428 1.428 |
Non-multikolinieritas Non-multikolinieritas Non-multikolinieritas Non-multikolinieritas |
Sumber : Data primer diolah
2023
Berdasarkan tabel di atas maka
disimpulkan bahwa model regresi tidak terdeteksi adanya multikolinieritas
(antar variabel bebas dalam model berkorelasi kuat) karena nilai VIF (Variance
Inflating Factor) < 5
Uji
Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013) salah satu cara
untuk melihat adanya heterokesdastisitas pada persamaan regresi adalah dengan
melihat titik-titik pada grafik scatter plot. Jika titik-titik tersebut
membentuk pola tertentu maka regresi terindikasi adanya heterokesdastisitas.
Hasil uji heterokesdastisitas ditampilkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data primer diolah
2023
Hasil pengujian pada gambar di atas menunjukkan tidak terdapat gejala heterokesdastisitas oleh karena titik titik menyebar secara acak dan tidak menunjukkan pola tertentu.
Uji Hipotesis Penelitian
Uji Parsial (t)
Tabel 6. Uji Parsial (t)
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std. Error |
Beta |
|||
(Constant) Innovative Work Behavior |
20.425 .796 |
3.655 .146 |
.465 |
5.589 5.437 |
.000 .000 |
(Constant) Adhocracy Culture |
19.386 .841 |
3.049 .122 |
.553 |
6.358 6.867 |
.000 .000 |
a. Dependent Variabel:
Kepuasan Karyawan |
|||||
(Constant) Innovative Work Behavior |
15.068 .732 |
2.485 .100 |
.579 |
6.063 7.354 |
.000 .000 |
(Constant) Adhocracy Culture |
17.386 .641 |
2.219 .089 |
.571 |
7.836 7.196 |
.000 .000 |
a. Dependent Variabel:
Kinerja Karyawan |
Sumber : Data primer diolah
2023
Dari hasil pengolahan pada tabel diatas bahwa pengujian parsial (t) antara Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture terhadap kepuasan karyawan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 atau signifikansi Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture < 0,05. Dengan demikian hasil perhitungan statistik bahwa secara parsial variabel Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen yaitu kepuasan karyawan.
Pengujian parsial (t) antara Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture terhadap kinerja karyawan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 atau signifikansi Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture < 0,05. Dengan demikian hasil perhitungan statistik bahwa secara parsial variabel Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen yaitu kinerja karyawan.
Uji Simultan (F)
Tabel
7. Uji
Simultan (F)
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Regression |
523.857 |
2 |
261.929 |
27.741 |
.000b |
Residual |
1000.858 |
106 |
9.442 |
|
|
Total |
1524.716 |
108 |
|
|
|
a. Dependent Variabel:
Kepuasan Karyawan |
|||||
b. Predictors: : (Constant),
Adhocracy Culture, Innovative Work Behavior |
Sumber : Data primer diolah
2023
Hasil pengujian model regresi untuk keseluruhan variabel menunjukan nilai signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05. Hasil tersebut didapat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan arah koefisien positif, dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa variabel Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture secara bersama-sama memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan karyawan diterima atau terbukti.
Tabel 8. Uji Regresi
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Regression |
355.764 |
2 |
177.882 |
39.614 |
.000b |
Residual |
475.980 |
106 |
4.490 |
|
|
Total |
831.743 |
108 |
|
|
|
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan |
|||||
b. Predictors: (Constant), Adhocracy Culture,
Innovative Work Behavior |
Sumber : Data primer diolah
2023
Hasil pengujian model regresi untuk keseluruhan variabel menunjukan nilai signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05. Hasil tersebut didapat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan arah koefisien positif, dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa variabel Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture secara bersama-sama memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan diterima atau terbukti.
Analisis
Regresi Linier Berganda
Uji Persamaan
Regresi Linier Berganda
Tabel
9. Uji Persamaan Regresi Linier
Berganda
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std. Error |
Beta |
|||
(Constant) |
14.300 |
3.623 |
|
3.947 |
.000 |
Innovative Work Behavior |
.397 |
.161 |
.232 |
2.467 |
.015 |
Adhocracy Culture |
.648 |
.143 |
.426 |
4.530 |
.000 |
a. Dependent Variable:
Kepuasan Karyawan |
Sumber : Data primer diolah
2023
Dari hasil persamaan regresi tersebut di atas, maka akan disajikan penjelasan dari persamaan regresi yaitu, hasil konstanta (a) sebesar 14.300, dapat diartikan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel bebas Innovative Work Behavior (X1) dan Adhocracy Culture (X2), terhadap kepuasan karyawan berada pada nilai skala 14.300. Untuk koefisien b1 sebesar 0.397, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu skala pada Innovative Work Behavior (X1) akan menghasilkan peningkatan sebesar 0.397 pada kepuasan karyawan. Demikian pula dengan variabel b2 sebesar 0.648, dapat diartikan bahwa setiap peningkatan satu skala Adhocracy Culture (X2) akan menghasilkan peningkatan sebesar 0.648 pada kepuasan karyawan.
Berdasarkan hasil persamaan regresi tersebut, menunjukkan bahwa variabel independen, yaitu Innovative Work Behavior (X1) dan Adhocracy Culture (X2) memiliki hubungan positif terhadap variabel dependen, yaitu kepuasan karyawan (Y) yang ditunjukkan dengan koefisien variabel yang bertanda positif. Selain itu, dari kedua nilai antara variabel bebas terdapat perbedaan, dimana variabel Adhocracy Culture (X2) berpengaruh lebih besar dan siginifikan terhadap kepuasan karyawan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien masing-masing, dimana variabel Adhocracy Culture (X2) 0.648 > dari variabel Innovative Work Behavior (X1) 0.397.
Tabel 10. Hasil Uji Persamaan Regresi
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std. Error |
Beta |
|||
(Constant) |
11.219 |
2.498 |
|
4.491 |
.000 |
Innovative Work Behavior |
.481 |
.111 |
.381 |
4.338 |
.000 |
Adhocracy Culture |
.407 |
.099 |
.363 |
4.129 |
.000 |
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan |
Sumber : Data primer diolah
2023
Dari hasil persamaan regresi tersebut di atas, maka akan disajikan penjelasan dari persamaan regresi yaitu, hasil konstanta (a) sebesar 11.219, dapat diartikan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel bebas Innovative Work Behavior (X1) dan Adhocracy Culture (X2), terhadap kinerja karyawan berada pada nilai skala 14.300. Untuk koefisien b1 sebesar 0.397, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu skala pada Innovative Work Behavior (X1) akan menghasilkan peningkatan sebesar 0.481 pada kinerja karyawan. Demikian pula dengan variabel b2 sebesar 0.407, dapat diartikan bahwa setiap peningkatan satu skala Adhocracy Culture (X2) akan menghasilkan peningkatan sebesar 0.407 pada kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil persamaan regresi tersebut, menunjukkan bahwa variabel independen, yaitu Innovative Work Behavior (X1) dan Adhocracy Culture (X2) memiliki hubungan positif terhadap variabel dependen, yaitu kinerja karyawan (Y) yang ditunjukkan dengan koefisien variabel yang bertanda positif. Selain itu, dari kedua nilai antara variabel bebas terdapat perbedaan, dimana variabel Innovative Work Behavior (X1) berpengaruh lebih besar dan siginifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien masing-masing, dimana variabel Innovative Work Behavior (X1) 0.481 > dari variabel Adhocracy Culture (X2) 0.407.
Uji Koefisien Determinasi
Tabel
11. Uji
Koefisien Determinasi
Model |
R |
R
Square |
Adjusted
R Square |
Std.
Error of the Estimate |
1 |
.586a |
.344 |
.331 |
3.07279 |
a. Predictors: (Constant),
Adhocracy Culture, Innovative Work Behavior |
Sumber : Data primer diolah
2023
Hasil olahan data di atas, menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R square). Dari tabel di atas diketahui nilai R sebesar 0.586. R Square menjelaskan seberapa besar variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas, dari hasil perhitungan diperoleh nilai R Square sebesar 0.344.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0.331. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel bebas yakni Innovative Work Behavior (X1) dan Adhocracy Culture (X2) mempunyai kontribusi bersama-sama sebesar 33,1% terhadap variabel terikat yaitu kepuasan karyawan (Y). Sedangkan, sisanya 66,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai standard error of the estimate sebesar 3.07279. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kesalahan dalam memprediksi kepuasan karyawan dapat ditentukan sebesar 3.07279.
Tabel 12. Uji R square
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.654a |
.428 |
.417 |
2.11905 |
a. Predictors: (Constant),
Adhocracy Culture, Innovative Work Behavior |
Sumber : Data primer diolah
2023
Hasil olahan data di atas, menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R square). Dari tabel di atas diketahui nilai R sebesar 0.654. R Square menjelaskan seberapa besar variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas, dari hasil perhitungan diperoleh nilai R Square sebesar 0.428.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0.417. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel bebas yakni Innovative Work Behavior (X1) dan Adhocracy Culture (X2) mempunyai kontribusi bersama-sama sebesar 41,7% terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y). Sedangkan, sisanya 58,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai standard error of the estimate sebesar 2.11905. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kesalahan dalam memprediksi kinerja karyawan dapat ditentukan sebesar 2.11905.
Pembahasan
Innovative Work Behavior dengan Kepuasan karyawan
Berdasarkan Hasil
analisis didapat Innovative Work Behavior berdampak positif signifikan pada kepuasan karyawan. Innovative
Work Behavior
yang baik tentunya dapat meningkatkan kepuasan
karyawan, karena modal organisasi yang baik dapat mendorong inovasi karyawan
semakin berkembang. Hasil penelitian ini sesui dengan temuan Aryee,
Walumbwa, Zhou dan Hartnell
(2012) dan Leong dan Rasli (2014)
menunjukkan Innovative Work Behavior berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan karyawan.
Innovative Work Behavior dengan Kinerja karyawan
Berdasarkan Hasil analisis didapat Innovative Work Behavior berdampak positif signifikan pada kinerja karyawan. Pratama (2018) mendefinisikan menunjukkan Innovative Work Behavior adalah tentang membudayakan mindset untuk belajar melihat dunia dengan cara-cara yang baru. Dengan adanya budaya inovatif yang baik maka akan berdampak pada kinerja karyawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh budaya inovatif terhadap kinerja karyawan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 atau signifikansi budaya inovatif < 0,05. Dengan demikian hasil perhitungan statistik bahwa secara parsial variabel menunjukkan Innovative Work Behavior berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel independen yaitu kinerja karyawan.
Adhocracy Culture dengan Kepuasan Karyawan
Berdasarkan Hasil analisis didapat
Adhocracy
Culture
berdampak positif signifikan pada kepuasan karyawan. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Eikla dan
Arum (2022) membuktikan beberapa hal, yaitu yang pertama, pada penelitian ini
ditemukan bahwa para karyawan yang bekerja pada organisasi/perusahaan dengan
budaya adhokrasi akan memiliki kepuasan kerja dengan terbukti adanya hubungan
positif dan signifikan di antara kedua variabel tersebut. Budaya organisasi,
merujuk pada penelitian sebelumnya oleh Joo dan Ready (2012), dimaknai sebagai
sebuah penunjuk yang mendukung kepuasan dan perkembangan karyawan.
Adhocracy Culture dengan Kinerja Karyawan
Berdasarkan Hasil analisis didapat Adhocracy Culture berdampak positif signifikan pada kinerja karyawan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Estyana & Jati, 2023) temuan bahwa budaya adhocratic tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan kurang menekankan inovasi dan pengambilan risiko mungkin berjuang untuk menghasilkan solusi baru dalam menanggapi perubahan eksternal. Bahwasanya Adhocracy Culture berdampak positif signifikan terhadap kinerja karyawan bidang kreatif di Kota Surakarta.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa terdapat dampak positif signifikan dari Innovative Work
Behavior dan Adhocracy Culture terhadap kepuasan karyawan. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika karyawan mampu menunjukkan perilaku kerja inovatif dan budaya
organisasi yang mendukung inovasi seperti adhocracy culture, mereka cenderung
merasa puas dengan pekerjaan mereka. Selain itu, juga terdapat dampak positif
signifikan dari Innovative Work Behavior dan Adhocracy Culture terhadap kinerja
karyawan. Ini mengindikasikan bahwa ketika karyawan mampu menunjukkan perilaku
kerja inovatif dan bekerja dalam lingkungan budaya organisasi yang mendukung
inovasi, mereka lebih mungkin untuk mencapai kinerja yang lebih baik dalam
pekerjaan mereka. Dengan demikian, promosi perilaku kerja inovatif dan budaya
organisasi yang mendorong inovasi dapat menjadi strategi yang efektif dalam
meningkatkan kepuasan dan kinerja karyawan.
Akehurst, G., Comeche, J. M., & Galindo, M. A. (2009).
Job satisfaction and commitment in the entrepreneurial SME. Small Business
Economics, 32(3), 277–289.
Akram, T., S. Lei, dan M. J. Haider. (2016). The Impact of
Relational Leadership on Employee Innovative Work Behavior in IT Industry of
China. Arab Economic and Business Journal 11(2): 153–61.
Annakis, J., Lobo, A., dan Pillay, S., (2011). Exploring
monitoring, work environment and flexibility as predictors of job satisfaction
within Australian call centres. Internasional Journal of Business and
Management, 6(8), 75.
Aryee, S., Walumbwa, F. O., Zhou, Q., & Hartnell, C. A. (2012). Transformational Leadership, Innovative Behavior, and Task Performance: Test of Mediation and Moderation Processes. Human Performance, 25(1), 1–25.
Dama,
Jihanti, dan Ogi, Imelda W.J. (2018). Pengaruh Inovasi dan Kreativitas
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Manado. Jurnal
EMBA, Vol.6 No.1, Januari 2018, Hal:41-50. ISSN:2303-1174.
De Jong, J. P. J. (2007). Individual Innovation : The Connection
between Leadership and Employee‟s Innovative Work Behavior.
Eikla, L, Y & Arum, E. (2022). Hubungan Budaya Adhokrasi dan Perilaku Kerja Inovatif: Peran Kepuasan Kerja sebagai Mediator. Jurnal Psikologi, 18(2)
Estyana & Jati. (2023). Kepemimpinan etis, budaya adhocratic, dan karya inovatif perilaku: Penggerak kinerja perusahaan, Jurnal Perusahaan dan Pengembangan (JED), 5(3).
Getz, I., dan A. G. Robinson. 2003. “Innovate or Die: Is
That a Fact?” Creativity and Innovation Management 12(3): 130–36.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi
Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi.
Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gichunge, S. W., & Muema, E.
(2022). Analisis Pendekatan Implementasi Budaya Adhocracy dan Kinerja
Universitas di Kenya. EdinBurg Peer Review Jurnal dan Penerbit Buku Journal of
Strategic Management,2 (3), 1–10.
Handoko, T. H., (2011) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE Jogjakarta.
Hasibuan, S. P. (2013) Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan
keempat. Jakarta, PT.Bumi Aksara.
Hidayat, M. (2018). SDM yang kreatif, inovatif, dan
produktif. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Iqbal, Z. A., Abid, G., Contreras, F., Hassan, Q., & Zafar, R. (2020). Kepemimpinan etis dan perilaku kerja inovatif: Peran mediasi atribut individu. Jurnal Inovasi Terbuka: Teknologi, Pasar, dan Kompleksitas, 6 (3).
Isen, A. M., & Baron, R. A. (1991). Positive affect as
a factor in organizational-behavior. Research in organizational behavior,
13, 1-53.
Jeong, Y., Kim, E., Kim, M., & Zhang, J. J. (2019). Exploring relationships among organizational culture, empowerment, and organizational citizenship behavior in the South Korean professional sport industry. Sustainability, 11(9), 5412.
Joo, B. K., & Ready, K. J. (2012). Career satisfaction:
The influences of proactive personality, performance goal orientation,
organizational learning culture, and leader-member exchange quality. Career
Development International, 17(3), 276–295.
Lakner, Z., Kiss, A., Merlet, I., Oláh, J., Máté, D., Grabara, J., & Popp, J. (2018). Building coalitions for a diversified and sustainable tourism: Two case studies from Hungary. Sustainability, 10(4), 1–23.
Leong, C.
T., & Rasli, A. (2014). The Relationship between Innovative Work
Behavior. 22(2)
Miao, S., Fayzullaev, A. K., & Dedahanov, A. T. (2020).
Management characteristics as determinants of employee creativity: The
mediating role of employee job satisfaction. Sustainability, 12(5),
1948.
Janssen, O. (2000). Job demands, perceptions of effort-reward fairness nd innovative work behavior. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 287–302.
Orfila-Sintes, F., & J. Mattson. (2009). Innovation
Behavior in the Hotel Industry. Omega 37(2): 380–94.
Pratama. (2018). Pengaruh Budaya Inovatif Dan Gaya Kepemimpina Suportif Terhadap Komitmen Organisasi (Studi Pada Karyawan PT. BPR Guna Daya Boyolali). Diponegoro Journal Of Management. 7(2). 1-12.
Rivai, V.,
(2010). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Subramony, M., & B. C. Holtom. (2012). The Long-Term
Influence of Service Employee Attrition on Customer Outcomes and Profits. Journal
of Service Research 15(4): 460–73.
Yuan, F.,
& Woodman, R. W. (2010). Innovative behavior in the workplace: The role of
performance and image outcome expectations. Academy of Management Journal,
22(2).
Yun, Y. J., & Lee, K. J. (2017). Social skills as a moderator between R&D personnel’s knowledge sharing and job performance. Journal of Managerial Psychology, 32(5), 387–400.
Copyright holder: Nohan Allam Mardhika, Sidiq Permono Nugroho (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |