Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 3, Maret 2024

 

PENGARUH OPERATING CAPACITY, OPERATING CASH FLOW DAN SALES GROWTH TERHADAP FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE

 

Putri Desya Fitriani1, R. Budi Hendaris2

Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh operating capacity, operating cash flow, dan sales growth terhadap financial distress menggunakan metode Springate. Studi ini berfokus pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2018 hingga 2022. Financial distress menjadi perhatian utama bagi perusahaan, terutama selama ketidakpastian ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, menganalisis data dari laporan keuangan tahunan 25 perusahaan terpilih melalui purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa operating capacity dan operating cash flow secara signifikan mempengaruhi financial distress, sementara sales growth menunjukkan pengaruh positif namun tidak signifikan. Studi ini berkontribusi pada pemahaman dinamika keuangan perusahaan pertambangan batu bara, memberikan wawasan praktis untuk manajemen keuangan, dan menjadi referensi untuk penelitian mendatang.

Kata Kunci: operating capacity, operating cash flow, sales growth, financial distress, metode Springate, perusahaan pertambangan batu bara, Indonesia.

 

Abstract

This research examines the influence of operating capacity, operating cash flow, and sales growth on financial distress using the Springate method. The study focuses on coal mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2018 to 2022. Financial distress is a critical concern for companies, especially during economic uncertainties. The research employs quantitative methods, analyzing data from annual financial reports of 25 selected companies through purposive sampling. The results reveal that operating capacity and operating cash flow significantly affect financial distress, while sales growth shows a positive yet insignificant influence. The study contributes to understanding the financial dynamics of coal mining companies, offering practical insights for financial management and serving as a reference for future research.

Keywords: operating capacity, operating cash flow, sales growth, financial distress, Springate method, coal mining companies, Indonesia.

 

Pendahuluan

Kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah memberikan dampak pada aktivitas dan kinerja perusahaan, baik yang berskala besar maupun kecil. Oleh karena itu, banyak perusahaan terutama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami kebangkrutan. Kesulitan ekonomi yang dihadapi perusahaan, terutama ketika berada dalam kondisi financial distress atau kesulitan keuangan telah menyebabkan beberapa perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia harus mencabut pencatatan sahamnya karena tidak mampu menjaga kelangsungan operasional perusahaan (Idawati, 2020).

Ancaman kebangkrutan merupakan isu fundamental yang harus diawasi baik oleh perusahaan maupun pemerintah. Analisis kebangkrutan bertujuan untuk mendeteksi gejala awal kebangkrutan (indikator-indikator kebangkrutan). Semakin cepat indikator-indikator tersebut teridentifikasi, semakin baik bagi pihak manajemen untuk mengambil tindakan pencegahan dan merancang strategi perbaikan guna mencegah terjadinya kebangkrutan (Pulungan, 2018).

Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dari beberapa indikator, salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan. Terdapat berbagai metode yang dapat diterapkan dalam menganalisis potensi kebangkrutan, dan analisis menggunakan model Springate, Zmijewski, serta Altman Z-Score adalah metode yang sering digunakan dan populer, karena cara mereka yang relatif sederhana serta kemampuan mereka dalam memprediksi kebangkrutan secara cukup akurat. Ketiga model ini dirancang dan dibentuk dengan membandingkan rasio-rasio keuangan guna menghasilkan prediksi kebangkrutan. Meskipun demikian, setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam penentuan metodenya (Pulungan, 2018).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mengakibatkan perusahaan mengalami financial distress, salah satunya yaitu faktor internal perusahaan. Faktor internal perusahaan yang mempengaruhi financial distress adalah operating capacity. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saleh, 2018)  bahwa operating capacity berpengaruh signifikan negatif terhadap financial distress. Operating capacity memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dan juga berperan dalam menilai sejauh mana aset perusahaan digunakan secara produktif. Saat perusahaan mengoptimalkan penggunaan asetnya, operating capacity akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-aset tersebut. Semakin tinggi nilai operating capacity maka akan semakin rendah potensi perusahaan mengalami financial distress (Idawati, 2020).

Selain operating capacity terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi financial distress yaitu operating cash flow. Perusahaan bisa menggunakan operating cash flow untuk mengevaluasi apakah mereka menghadapi kesulitan keuangan atau tidak. Penerapan operating cash flow dapat mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan dan berpotensi mempengaruhi situasi keuangan yang kritis (financial distress). Perusahaan dengan operating cash flow yang besar akan dapat meyakinkan kreditur bahwa perusahaan dapat melunasi utangnya dan terhindar dari financial distress (Fitri dkk, 2023).  Perusahaan yang memiliki operation cash flow terhadap kewajiban lancar dibawah 1 berarti perusahaan tersebut tidak mampu melunasi kewajiban lancarnya hanya dengan menggunakan operating cash flow. Arus kas digunakan untuk membayar tagihan juga untuk mengecek kualitas laba dari perusahaan.

Selain operating capacity dan operating cash flow selanjutnya yang terakhir  faktor lain yang dapat mempengaruhi financial distress adalah sales growth. Sales growth digunakan untuk mengevaluasi dan memberikan informasi tentang performa penjualan dan pertumbuhan penjualan. Dalam kondisi baik, rasio ini dianggap positif ketika pendapatan mengalami peningkatan. Namun, yang lebih penting adalah bahwa jika penjualan secara konsisten menghasilkan angka positif, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam keadaan stabil. Pertumbuhan penjualan adalah salah satu indikator yang digunakan untuk meramalkan perkembangan masa depan perusahaan. Perusahaan berhasil melaksanakan strategi apabila nilai sales growth makin besar (Muslimin & Bahri, 2022). Nilai sales growth yang tinggi akan semakin baik bagi perusahaan. Ketika laba yang diterima dari penjualan semakin besar, memungkinkan perusahaan terhindar dari financial distress.

Penelitian tentang Pengaruh Operating Capacity, Operating Cash Flow, dan Sales Growth  terhadap Financial Distress telah banyak dilakukan di Indonesia. Dalam beberapa penelitian juga terdapat hasil yang berbeda (research gap). Beberapa hasil dari penelitian sebelumnya dirangkum dibawah ini.

Hasil penelitian menurut  (Sholikhah, 2022) mendapatkan hasil bahwa Operating Capacity berpengaruh  terhadap Financial Distress, hasil berbeda dihasilkan oleh penelitian (Saleh, 2018)  bahwa Operating Capacity berpengaruh signifikan positif terhadap Financial Distress, dan berbeda dengan hasil penelitian (Idawati, 2020) yang menunjukan bahwa Operating Capacity tidak berpengaruh terhadap Financial Distress.

Hasil penelitian menurut  (Fitri & Dillak, 2020) mendapatkan hasil bahwa Operating Cash Flow secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress sedangkan, secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress, hasil berbeda dihasilkan oleh penelitian (Sembiring, 2022) bahwa Operating Cash Flow berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Financial Distress, dan berbeda dengan hasil penelitian (Miswaty & Novitasari, 2023) yang menunjukan bahwa Operating Cash Flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Distress.

Hasil penelitian menurut  (Aji, 2022) mendapatkan hasil bahwa Sales Growth berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Financial Distress, hasil berbeda dihasilkan oleh (Solikhah, 2022) Sales Growth tidak berpengaruh terhadap Financial Distress, dan berbeda dengan hasil penelitian (Ramadhani dkk., 2021) yang menunjukan bahwa Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Dapat dilihat dari hasil penelitian sebelumnya, masih terdapat perbedaan hasil penelitian. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena serta dengan adanya penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Operating Capacity, Operating Cash Flow dan Sales Growth terhadap Financial Distress Menggunakan Metode Springate (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022)”.

Penelitian ini mengidentifikasi masalah pada Perusahaan Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022, melibatkan aspek Operating Capacity, Operating Cash Flow, Sales Growth, dan Financial Distress dengan menggunakan Metode Springate. Maksud penelitian ini adalah memperoleh data empirik mengenai pengaruh variabel tersebut. Tujuan penelitian mencakup analisis Operating Capacity, Operating Cash Flow, Sales Growth, dan Financial Distress, serta pengujian empiris terhadap pengaruhnya. Kegunaan penelitian ini melibatkan aspek teoritis dengan memberikan pemahaman mengenai pengaruh variabel tersebut pada perusahaan pertambangan, dan aspek praktis dengan memberikan informasi tambahan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi keuangan perusahaan, serta menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh operating capacity, operating cash flow, dan sales growth terhadap financial distress menggunakan metode Springate. Studi ini berfokus pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2018 hingga 2022.

 

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan asosiatif. Jenis penelitian kuantitatif dipilih karena mengharapkan data berupa angka untuk melakukan analisis statistik guna menguji hipotesis. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang telah dipublikasikan, terutama laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2018-2022.

Metode penelitian kuantitatif ini mencakup rumusan masalah deskriptif dan asosiatif, melibatkan hubungan kausal antara variabel. Penelitian dilakukan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di BEI selama 2018-2022. Populasi penelitian mencakup 31 perusahaan, dengan pemilihan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, menghasilkan 25 perusahaan sebagai sampel dengan 125 data.

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen, yaitu Operating Capacity, Operating Cash Flow, dan Sales Growth, serta variabel dependen, yaitu Financial Distress. Operasionalisasi variabel dilakukan dengan mengukur sejauh mana perusahaan dapat mengelola operasional dan keuangan mereka. Pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, metode dokumentasi, dan analisis data dilakukan dengan program Microsoft Excel dan IBM SPSS 25.0 for Windows.

Teknik analisis data mencakup uji statistik deskriptif, uji regresi logistik, uji keseluruhan model fit, uji kelayakan model regresi, dan analisis koefisien determinasi. Kesimpulan akan ditarik berdasarkan uji Wald dan uji Omnibus Test of Model Coefficient untuk masing-masing variabel.

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran objektif dan sistematis terkait fenomena yang diteliti dengan menghasilkan informasi yang akurat tentang pengaruh Operating Capacity, Operating Cash Flow, dan Sales Growth terhadap Financial Distress pada perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memperoleh hasil nilai maksimum, minimum, mean dan standar deviasi dari variabel independen (operating capacity, operating cash flow, dan sales growth) maupun variabel dependen (financial distress). Penelitian ini menggunakan program olah data SPSS versi 25.0, sehingga diperoleh hasil penelitian statistik deskriptif seperti tabel dibawah ini:

 

Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

 

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Statistic

Statistic

Statistic

Statistic

Std. Error

Statistic

X1

125

.000

2.982

.80390

.052224

.583886

X2

125

-1.383

4.111

.68151

.074682

.834974

X3

125

-1.000

10.966

.53654

.139094

1.555121

Y

125

0

1

.46

.045

.500

Valid N (listwise)

125

 

 

 

 

 

Sumber: Output SPSS 25

 

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 125 sampel dengan tahun penelitian dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2022. Dilihat dari tabel 1 variabel operating capacity (X1) menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar 0.000 dimiliki oleh perusahaan PT. Garda Tujuh Buana Tbk dengan kode GTBO pada tahun 2020, sedangkan nilai maximum sebesar 2.982 yang terjadi pada PT. Golden Energy Mines Tbk dengan kode GEMS pada tahun 2022. Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel operating capacity pada perusahaan pertambangan batu bara sebesar 0.80390. Nilai standar deviasinya sebesar 0.583886.

Variabel operating cash flow (X2) menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar -1.383 dimiliki oleh perusahaan PT. Toba Bara Sejahtera Tbk dengan kode TOBA pada tahun 2019, sedangkan nilai maximum sebesar 4.111 yang terjadi pada PT. Mitrabara Adiperdana Tbk dengan kode MBAP pada tahun 2022. Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel operating cash flow pada perusahaan pertambangan batu bara sebesar 0.68151. Nilai standar deviasinya sebesar 0.834974.

Variabel sales growth (X3) menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar -1.000 dimiliki oleh perusahaan PT. Garda Tujuh Buana Tbk dengan kode GTBO pada tahun 2020, sedangkan nilai maximum sebesar 10.966 yang terjadi pada PT. Garda Tujuh Buana Tbk dengan kode GTBO pada tahun 2022. Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel sales growth pada perusahaan pertambangan batu bara sebesar 0.53654. Nilai standar deviasinya sebesar 0.555121.

Variabel financial distress (Y) merupakan variabel dummy. Nilai 1 diberikan untuk perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di BEI tahun 2018-2022 yang mengalami financial distress, sedangkan nilai 0 diberikan untuk perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di BEI tahun 2018-2022 yang tidak mengalami financial distress. Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel financial distress pada perusahaan pertambangan batu bara sebesar 0.46. Nilai standar deviasinya sebesar 0.500.       

Tabel 2. Frekuensi Financial Distress

Financial Distress

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

NFD

68

54.4

54.4

54.4

FD

57

45.6

45.6

100.0

Total

125

100.0

100.0

 

Sumber: Output SPSS 25

 

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak perusahaan yang mengalami non-financial distress pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di BEI periode 2018-2022 sebesar 68 data perusahaan dari total sebesar 125 data. Yang mengalami financial distress sebesar 57 data perusahaan dari total sebesar 125 data.

 

Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likehood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 log likehood (-2LL) harus turun pada akhir (Block Number = 1). Penurunan ini dimana Likehood pada regresi logistik menunjukkan model regresi yang lebih baik.

 

 

 

Tabel 3. Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

-2 Log Likehood Awal

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0

1

172.318

-.176

2

172.318

-.176

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 172.318

c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.

Sumber: Output SPSS

 

Tabel 4. Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

-2 Log Likehood Awal

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant

X1

X2

X3

Step 1

1

115.860

1.512

-1.318

-.875

-.054

2

106.602

2.200

-1.922

-1.494

-.064

3

105.266

2.538

-2.168

-1.888

-.066

4

105.226

2.606

-2.208

-1.979

-.067

5

105.226

2.608

-2.209

-1.982

-.067

6

105.226

2.608

-2.209

-1.982

-.067

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 172.318

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Sumber: Output SPSS

 

Pada tabel 3 dan 4 menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL blok pertama dengan -2LL blok kedua. Dari hasil perhitungan nilai -2LL terlihat mengalami penurunan, pada -2LL awal sebesar 172.318 sedangkan pada -2LL akhir sebesar 115.860. Penurunan nilai -2 Log Likehood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan variabel-variabel bebas yaitu rasio kedalam model penelitian akan memperbaiki model fit penelitian ini.

 

Menilai Kelayakan Regresi Logistik

Hasil dari kelayakan regresi logistic dapat diukur dengan Chi-Square pada tabel Hosmer And Lemeshow’s Goodness Of Fit Test dengan nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis nol diterima yang dapat diartikan model ini memprediksi data observasinya atau dapat diterima.

 

 

 

 

Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit Test

 

Tabel 5. Hosmer and Lemeshow Test

Step

Chi-square

df

Sig.

1

8.939

8

.347

Sumber: Output SPSS 25

 

Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh nilai Chi-Square sebesar 8.939 dengan nilai signifikansi sebesar 0.347. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai Sig > dari pada nilai alpha sebesar 0.05, dapat diartikan bahwa keputusan yang diambil adalah menerima H0 yang artinya tidak adanya perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi logistik dapat digunakan untuk analisis berikutnya. Data Chi-Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel operating capacity, operating cash flow dan sales growth terhadap financial distress.

 

Koefisien Determinasi (Nagelker R Square)

 

Tabel 6. Koefisien Determinasi (Nagelker R Square)

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1

58.234a

.588

.785

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Sumber: Output SPSS 25

 

Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat diketahui nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.588 atau 58,8% dan Nagelkerke R Square sebesar 0.785 atau 78.5% yang berarti variabilitas variabel operating capacity, operating cash flow, dan sales growth terhadap financial distress sebesar 78.5% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian sebesar 21.5% (100% - 78.5%).

 

Pengujian Model

Uji Wald Test (Parsial T)

Pada regresi logistik digunakan uji wald yang berfungsi untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen yang masuk ke dalam model dan selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Jika hasil signifikansi uji wald kurang dari 0.05 maka signifikan. Sebaliknya, jika hasil signifikansi uji wald lebih dari 0.05 maka tidak signifikan.

 

Tabel 7. Uji Wald Test (Parsial T)

Variables in the Equation

 

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp (B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower

Upper

Step 1a

Operating Capacity

-2.031

.585

12.039

1

.001

.131

.042

.413

Operating Cash Flow

-1.935

.531

13.255

1

.000

.144

.051

.409

Sales Growth

-.051

.137

.138

1

.710

.951

.727

1.242

Constant

2.391

.509

22.047

1

.000

10.929

 

 

a. Variable(s) entered on step 1: Operating Capacity, Operating Cash Flow, Sales Growth.

Sumber: Output SPSS 25

 

Dari pengujian hipotesis tersebut maka diperoleh persamaan model regresi logistik:

FD = - 2.391 + 2.031 OC + 1.935 OCF + 0.051 SG + ε

Keterangan:

FD       : Financial Distress

OC      : Operating Capacity

OCF    : Operating Cash Flow

SG       : Sales Growth

E          : Error

Sehingga dapat diperoleh hasil uji regresi logistik yang diperlukan untuk menguji signifikan konstanta dan variabel independen, maka hasil pengujian hipotesisnya adalah:

1)    Variabel X1 (Operating Capacity)

H0 : β1 ≥ 0 Operating Capacity berpengaruh positif terhadap Financial Distress.

Ha : β1 < 0  Operating Capacity berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.

2)    Variabel X2 (Operating Cash Flow)

H0 : β2 ≥ 0 Operating Cash Flow berpengaruh positif terhadap Financial Distress.

Ha : β2 < 0  Operating Cash Flow berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.

3)    Variabel X3 (Sales Growth)

H0 : β3 ≥ 0 Sales Growth berpengaruh positif terhadap Financial Distress.

Ha : β3 < 0  Sales Growth berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.

Berdasarkan tabel 7 dalam kolom signifikansi dapat disimpulkan bahwa:

1)    Operating Capacity berpengaruh negatif signifikan terhadap kondisi financial distress. Variabel operating capacity memiliki koefisien regresi sebesar -2.031, artinya semakin kecil operating capacity maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Apabila statistik Wald hitung > Chi-Square tabel, berdasarkan hasil analisis data nilai Wald hitung adalah 12.039 > Chi-Square adalah 8.939 maka H0 ditolak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.001 < 0.05 maka H0 ditolak, sehingga operating capacity berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress.

2)    Operating Cash Flow berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress. Variabel operating cash flow memiliki koefisien regresi sebesar -1.935, artinya semakin kecil operating cash flow maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Apabila statistik Wald hitung > Chi-Square tabel, berdasarkan hasil analisis data nilai Wald hitung adalah 13.255 > Chi-Square adalah 8.939 maka H0 ditolak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 maka H0 ditolak, sehingga operating cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress.

3)    Sales Growth berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap financial distress. Variabel sales growth memiliki koefisien regresi sebesar -0.051, artinya semakin kecil sales growth maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Apabila statistik Wald hitung < Chi-Square tabel, berdasarkan hasil analisis data nilai Wald hitung adalah 0.138 < Chi-Square adalah 8.939 maka H0 diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.710 > 0.05 maka H0 diterima, sehingga sales growth berpengaruh positif tidak signifikan terhadap financial distress.

 

Uji Omnibus Test Of Model Coefficient (Simultan F)

Uji Omnibus Test Of Model Coefficient (Simultan F) yaitu pengujian secara simultan atau bersama-sama yang dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi (α). Untuk menentukan penerimaan atau penolakan H0 didasarkan pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan kriteria:

1.     H0 tidak akan ditolak apabila statistik Wald hitung < Chi-Square tabel, dan nilai probabilitas (sig) > tingkat signifikansi (α).

2.     H0 ditolak apabila statistik Wald hitung > Chi-Square tabel, dan nilai probabilitas (sig) < tingkat signifikansi (α).

 

Tabel 8. Uji Omnibus Test Of Model Coefficient (Simultan F)

Omnibus Tests of Model Coefficients

 

Chi-square

df

Sig.

Step 1

Step

63.201

3

.000

Block

63.201

3

.000

Model

63.201

3

.000

Sumber: Output SPSS 25

 

Dari tabel 8 diatas, dapat dilihat bahwa Chi-Square sebesar 63.201 dengan nilai signifikansi 0.000 yang berarti < 0.05, maka dapat dijelaskan bahwa operating capacity, operating cash flow, dan sales growth berpengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap financial distress.

 

Pembahasan

Pengaruh Operating Capacity Secara Parsial Terhadap Financial Distress

Dari tabel 8, variabel operating capacity berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress perusahaan pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022 (nilai signifikansi 0.001 < 0.05). Beberapa perusahaan, seperti PT. Atlas Resources Tbk (ARII), PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI), dan PT. Darma Henwa Tbk (DEWA), menunjukkan bahwa meskipun memiliki operating capacity tinggi, mereka mengalami kesulitan keuangan. Mayoritas perusahaan dalam sektor ini rata-rata mengalami kondisi non-financial distress, di mana tinggi atau rendahnya nilai operating capacity dapat mempengaruhi potensi financial distress. Hal ini terjadi karena operating capacity menilai kapasitas operasional perusahaan, sementara financial distress mengukur kemampuan suatu perusahaan menghadapi tekanan keuangan. Tingginya operating capacity sering kali mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola risiko dan menjaga kelancaran operasi. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya memperhatikan hubungan antara operating capacity dan kondisi keuangan mereka untuk mengelola risiko financial distress. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa operating capacity memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress.

 

Pengaruh Operating Cash Flow Secara Parsial Terhadap Financial Distress

Dari tabel 8, variabel operating cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress perusahaan pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022 (nilai signifikansi 0.000 < 0.05). Temuan penelitian menunjukkan bahwa beberapa perusahaan, seperti PT. Atlas Resources Tbk (ARII), PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI), PT. Darma Henwa Tbk (DEWA), dan PT. Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), mengalami kesulitan keuangan meskipun memiliki operating cash flow tinggi atau rendah. Mayoritas perusahaan dalam sektor pertambangan batu bara cenderung mengalami kondisi non-financial distress, dengan tinggi atau rendahnya nilai operating cash flow dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya financial distress. Hal ini terjadi karena operating cash flow mengukur likuiditas jangka pendek, sementara financial distress bersifat prediksi jangka panjang. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya memperhatikan hubungan antara operating cash flow dan kondisi keuangan mereka untuk mengelola risiko financial distress. Penelitian ini konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya, mendukung bahwa operating cash flow memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress.

 

Pengaruh Sales Growth Secara Parsial Terhadap Financial Distress

Dari tabel 8, variabel sales growth berpengaruh positif tidak signifikan terhadap financial distress perusahaan pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022 (nilai signifikansi 0.710 > 0.05). Meskipun demikian, penelitian menemukan bahwa beberapa perusahaan dalam sektor ini, seperti PT. Atlas Resources Tbk (ARII) dan PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI), mengalami kondisi kesulitan keuangan meskipun memiliki sales growth tinggi atau rendah. Perusahaan pada sektor ini cenderung mengalami kondisi non-financial distress, di mana nilai sales growth dapat menjadi penentu kecenderungan financial distress. Sales growth yang tinggi dapat menciptakan minat pelanggan dan meningkatkan pendapatan, namun pengaruhnya terhadap financial distress perlu diperhatikan. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dan menunjukkan bahwa sales growth memiliki pengaruh positif terhadap financial distress. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya memperhatikan secara cermat hubungan antara sales growth dan kondisi keuangan mereka untuk menghindari risiko financial distress.

 

Pengaruh Operating Capacity, Operating Cash Flow dan Sales Growth Secara Simultan Terhadap Financial Distress

Hasil pengujian secara simultan (Uji Omnibus Test Of Model Coefficient) menunjukkan bahwa operating capacity, operating cash flow, dan sales growth secara simultan berpengaruh terhadap financial distress. Hal tersebut terbukti dari nilai Chi-Square sebesar 63.201 dengan nilai signifikansi 0.000 yang berarti < 0.05. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Idawati, 2020), (Fitri dkk, 2020), (Aji, 2022) yang menyebutkan operating capacity, operating cash flow, dan sales growth berpengaruh secara simultan terhadap financial distress.

 

 

Kesimpulan

Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pada periode 2018-2022, kondisi operating capacity, operating cash flow, dan sales growth secara keseluruhan pada perusahaan pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) kurang baik, dengan pengaruh negatif signifikan terhadap financial distress yang diukur menggunakan nilai S-Score (Springate). Meskipun demikian, secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan ini berada dalam kondisi non-financial distress. Selain itu, secara simultan, operating capacity, operating cash flow, dan sales growth berpengaruh terhadap financial distress. Oleh karena itu, disarankan bagi perusahaan pertambangan batu bara di BEI untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi keuangan mereka guna menghindari financial distress. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan model prediksi financial distress lain sebagai pembanding, serta untuk memperluas penelitian ke sektor lain di luar pertambangan, menambah variabel penelitian, dan mengeksplorasi sektor-sektor seperti manufaktur atau LQ-45.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Aji, P. S., & Anwar, S. (2022). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Sales Growth Dan Firm Size Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Pulp & Kertas Dan Plastik & Kemasan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020. Jurnal Bina Bangsa Ekonomika, 15(1), 43-51. https://doi.org/10.46306/jbbe.v15i1.106

Ambarwati, K. F. (2021). Analisis Perbandingan Model Springate dan Model Zmijewski dalam Mengukur Tingkat Kesehatan Perusahaan pada PT. Bintang Persada Satelit. Indonesian Journal of Business Analytics1(2), 261-270.

Fitri, dkk. (2022). Pengaruh Arus Kas Operasi, Total Asset Turnover Dan Long Term Debt To Equity Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Subsektor Tekstil Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 12(2), 215-230. https://doi.org/10.34308/eqien.v12i02.1435

Fitri, M. A., & Dillak, V. J. (2020). Arus Kas Operasi, Leverage, Sales Growth Terhadap Financial Distress. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer, 12(2), 60-64. https://doi.org/10.23969/jrak.v12i2.3039

Idawati, W. (2020). Analisis Financial Distress: Operating Capacity, Leverage, Dan Profitabilitas. Jurnal Akuntansi Bisnis, 13(1). https://doi.org/10.30813/jab.v13i1.1914

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (2019). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. In Corporate governance (pp. 77-132). Gower.

Miswaty, dkk. (2023). Pengaruh Operating Capacity, Sales Growth, Dan Arus Kas Operasi Terhadap Financial Distress. Jurnal Aplikasi Manajemen Dan Bisnis, 9(2). https://doi.org/10.17358/jabm.9.583

Muslimin, D. W., & Bahri, S. (2022). Pengaruh Gcg, Ukuran Perusahaan, Dan Sales Growth Terhadap Financial Distress. Owner, 7(1), 293–301. https://doi.org/10.33395/owner.v7i1.1249

Novitasari, D. (2023). Pengaruh operating capacity, sales growth, dan arus kas operasi terhadap financial distress. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM)9(2), 583-583.

 

Pulungan, D. R., Koto, M., & Syahfitri, L. (2018, September). Pengaruh gaya hidup hedonis dan kecerdasan emosional terhadap perilaku keuangan mahasiswa. In Seminar Nasional Royal (SENAR) (Vol. 1, No. 1, pp. 401-406).

Putri, P. A. D. W. (2021). The effect of operating cash flows, sales growth, and operating capacity in predicting financial distress. International Journal of Innovative Science and Research Technology6(1), 638-646.

Ramadhani, S., dkk (2020). The Effect Of Sales Growth And Profitability On Financial Distress. UPI YPTK Journal Of Business And Economics (JBE), 5(3), 13-19. https://doi.org/10.35134/jbe.v5i3.67

Saleh, D. S. (2018). Pengaruh Operating Capacity, Arus Kas Operasi Dan Biaya Variabel Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Textil Dan Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2016. Eqien-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 5(1), 34-49.https://doi.org/10.34308/eqien.v5i1.12

Sembiring, E. E. (2022). Effect of Corporate Governance Mechanism and Operating Cash Flow on Financial Distress. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi24(2), 205-214.

Sholikhah, M. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Sales Growth, Operating Capacity dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial Distress. Eqien-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis11(04), 538-546.

 

 

Copyright holder:

 

Putri Desya Fitriani, R. Budi Hendaris (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: