Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9,
No. 3, Maret 2024
PENGARUH OPERATING CAPACITY, OPERATING CASH FLOW DAN SALES GROWTH TERHADAP FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE
Putri Desya Fitriani1,
R. Budi Hendaris2
Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa
Barat, Indonesia1,2
Email: [email protected]1,
[email protected]2
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh operating capacity, operating cash
flow, dan sales growth terhadap financial distress
menggunakan metode Springate. Studi ini berfokus pada perusahaan pertambangan
batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2018 hingga
2022. Financial distress menjadi perhatian utama bagi perusahaan,
terutama selama ketidakpastian ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, menganalisis data dari laporan keuangan tahunan 25 perusahaan
terpilih melalui purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa operating
capacity dan operating cash flow secara signifikan mempengaruhi financial
distress, sementara sales growth menunjukkan pengaruh positif namun
tidak signifikan. Studi ini berkontribusi pada pemahaman dinamika keuangan
perusahaan pertambangan batu bara, memberikan wawasan praktis untuk manajemen
keuangan, dan menjadi referensi untuk penelitian mendatang.
Kata Kunci: operating capacity,
operating cash flow, sales growth, financial distress, metode Springate,
perusahaan pertambangan batu bara, Indonesia.
Abstract
This research examines the
influence of operating capacity, operating cash flow, and sales growth on
financial distress using the Springate method. The study focuses on coal mining
companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2018 to 2022.
Financial distress is a critical concern for companies, especially during
economic uncertainties. The research employs quantitative methods, analyzing
data from annual financial reports of 25 selected companies through purposive
sampling. The results reveal that operating capacity and operating cash flow
significantly affect financial distress, while sales growth shows a positive
yet insignificant influence. The study contributes to understanding the
financial dynamics of coal mining companies, offering practical insights for
financial management and serving as a reference for future research.
Keywords: operating capacity, operating cash flow, sales growth, financial
distress, Springate method, coal mining companies, Indonesia.
Kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah
memberikan dampak pada aktivitas dan kinerja perusahaan, baik yang berskala
besar maupun kecil. Oleh karena itu, banyak perusahaan terutama yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia mengalami kebangkrutan. Kesulitan ekonomi yang dihadapi
perusahaan, terutama ketika berada dalam kondisi financial distress atau
kesulitan keuangan telah menyebabkan beberapa perusahaan publik di Bursa Efek
Indonesia harus mencabut pencatatan sahamnya karena tidak mampu menjaga
kelangsungan operasional perusahaan
Ancaman kebangkrutan
merupakan isu fundamental yang harus diawasi baik oleh perusahaan maupun
pemerintah. Analisis kebangkrutan bertujuan untuk mendeteksi gejala awal
kebangkrutan (indikator-indikator kebangkrutan). Semakin cepat
indikator-indikator tersebut teridentifikasi, semakin baik bagi pihak manajemen
untuk mengambil tindakan pencegahan dan merancang strategi perbaikan guna
mencegah terjadinya kebangkrutan
Kinerja keuangan
perusahaan dapat dinilai dari beberapa indikator, salah satu indikator utama
yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan. Terdapat
berbagai metode yang dapat diterapkan dalam menganalisis potensi kebangkrutan,
dan analisis menggunakan model Springate, Zmijewski, serta Altman Z-Score
adalah metode yang sering digunakan dan populer, karena cara mereka yang
relatif sederhana serta kemampuan mereka dalam memprediksi kebangkrutan secara
cukup akurat. Ketiga model ini dirancang dan dibentuk dengan membandingkan
rasio-rasio keuangan guna menghasilkan prediksi kebangkrutan. Meskipun
demikian, setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam
penentuan metodenya
Terdapat
beberapa faktor yang dapat mengakibatkan perusahaan mengalami financial distress,
salah satunya yaitu faktor
internal perusahaan. Faktor internal perusahaan yang mempengaruhi financial
distress adalah operating capacity. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Selain
operating capacity terdapat faktor
lain yang dapat mempengaruhi financial
distress yaitu operating cash flow. Perusahaan bisa menggunakan operating
cash flow untuk mengevaluasi apakah mereka menghadapi kesulitan keuangan
atau tidak. Penerapan operating cash flow dapat mencerminkan tingkat
likuiditas perusahaan dan berpotensi mempengaruhi situasi keuangan yang kritis
(financial distress). Perusahaan dengan operating cash flow yang
besar akan dapat meyakinkan kreditur bahwa perusahaan dapat melunasi utangnya
dan terhindar dari financial distress
Selain
operating capacity dan operating cash flow selanjutnya yang terakhir faktor lain yang dapat mempengaruhi financial
distress adalah sales growth. Sales growth digunakan untuk mengevaluasi dan memberikan informasi tentang performa penjualan
dan pertumbuhan penjualan. Dalam kondisi baik, rasio ini dianggap positif
ketika pendapatan mengalami peningkatan. Namun, yang lebih penting adalah bahwa
jika penjualan secara konsisten menghasilkan angka positif, hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan berada dalam keadaan stabil. Pertumbuhan penjualan adalah
salah satu indikator yang digunakan untuk meramalkan perkembangan masa depan
perusahaan. Perusahaan berhasil melaksanakan strategi apabila nilai sales
growth makin besar
Penelitian tentang Pengaruh Operating Capacity, Operating Cash Flow, dan Sales Growth terhadap Financial Distress telah banyak dilakukan di Indonesia. Dalam beberapa penelitian juga terdapat hasil yang berbeda (research gap). Beberapa hasil dari penelitian sebelumnya dirangkum dibawah ini.
Hasil
penelitian menurut
Hasil
penelitian menurut
Hasil
penelitian menurut
Dapat dilihat dari hasil penelitian sebelumnya, masih terdapat perbedaan hasil penelitian. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena serta dengan adanya penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Operating Capacity, Operating Cash Flow dan Sales Growth terhadap Financial Distress Menggunakan Metode Springate (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022)”.
Penelitian ini
mengidentifikasi masalah pada Perusahaan Pertambangan Batu Bara yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022, melibatkan aspek Operating
Capacity, Operating Cash Flow, Sales Growth, dan Financial Distress
dengan menggunakan Metode Springate. Maksud penelitian ini adalah memperoleh
data empirik mengenai pengaruh variabel tersebut. Tujuan penelitian mencakup
analisis Operating Capacity, Operating Cash Flow, Sales Growth, dan Financial
Distress, serta pengujian empiris terhadap pengaruhnya. Kegunaan penelitian
ini melibatkan aspek teoritis dengan memberikan pemahaman mengenai pengaruh
variabel tersebut pada perusahaan pertambangan, dan aspek praktis dengan
memberikan informasi tambahan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi keuangan
perusahaan, serta menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh operating
capacity, operating cash flow, dan sales growth terhadap financial distress
menggunakan metode Springate. Studi ini berfokus pada perusahaan pertambangan
batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2018 hingga
2022.
Analisis statistik deskriptif
bertujuan untuk memperoleh hasil nilai maksimum, minimum, mean dan standar
deviasi dari variabel independen (operating capacity, operating cash flow, dan
sales growth) maupun variabel dependen (financial distress).
Penelitian ini menggunakan program olah data SPSS versi 25.0, sehingga
diperoleh hasil penelitian statistik deskriptif seperti tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics |
||||||
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation |
|
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Std. Error |
Statistic |
|
X1 |
125 |
.000 |
2.982 |
.80390 |
.052224 |
.583886 |
X2 |
125 |
-1.383 |
4.111 |
.68151 |
.074682 |
.834974 |
X3 |
125 |
-1.000 |
10.966 |
.53654 |
.139094 |
1.555121 |
Y |
125 |
0 |
1 |
.46 |
.045 |
.500 |
Valid N (listwise) |
125 |
|
|
|
|
|
Sumber: Output SPSS 25
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa jumlah sampel (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 125 sampel dengan
tahun penelitian dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2022. Dilihat dari tabel 1
variabel operating capacity (X1) menunjukkan bahwa nilai minimum
sebesar 0.000 dimiliki oleh perusahaan PT. Garda Tujuh Buana Tbk dengan kode
GTBO pada tahun 2020, sedangkan nilai maximum sebesar 2.982 yang terjadi
pada PT. Golden Energy Mines Tbk dengan kode GEMS pada tahun 2022. Secara
keseluruhan nilai rata-rata variabel operating capacity pada perusahaan
pertambangan batu bara sebesar 0.80390. Nilai standar deviasinya sebesar
0.583886.
Variabel operating cash flow (X2)
menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar -1.383 dimiliki oleh
perusahaan PT. Toba Bara Sejahtera Tbk dengan kode TOBA pada tahun 2019,
sedangkan nilai maximum sebesar 4.111 yang terjadi pada PT. Mitrabara
Adiperdana Tbk dengan kode MBAP pada tahun 2022. Secara keseluruhan nilai
rata-rata variabel operating cash flow pada perusahaan pertambangan batu
bara sebesar 0.68151. Nilai standar deviasinya sebesar 0.834974.
Variabel sales growth (X3)
menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar -1.000 dimiliki oleh
perusahaan PT. Garda Tujuh Buana Tbk dengan kode GTBO pada tahun 2020,
sedangkan nilai maximum sebesar 10.966 yang terjadi pada PT. Garda Tujuh
Buana Tbk dengan kode GTBO pada tahun 2022. Secara keseluruhan nilai rata-rata
variabel sales growth pada perusahaan pertambangan batu bara sebesar 0.53654.
Nilai standar deviasinya sebesar 0.555121.
Variabel financial distress (Y)
merupakan variabel dummy. Nilai 1 diberikan untuk perusahaan
pertambangan batu bara yang terdaftar di BEI tahun 2018-2022 yang mengalami financial
distress, sedangkan nilai 0 diberikan untuk perusahaan pertambangan batu
bara yang terdaftar di BEI tahun 2018-2022 yang tidak mengalami financial
distress. Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel financial distress
pada perusahaan pertambangan batu bara sebesar 0.46. Nilai standar
deviasinya sebesar 0.500.
Tabel 2. Frekuensi Financial Distress
Financial
Distress |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
NFD |
68 |
54.4 |
54.4 |
54.4 |
FD |
57 |
45.6 |
45.6 |
100.0 |
|
Total |
125 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber: Output SPSS 25
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak perusahaan yang mengalami non-financial distress pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di BEI periode 2018-2022 sebesar 68 data perusahaan dari total sebesar 125 data. Yang mengalami financial distress sebesar 57 data perusahaan dari total sebesar 125 data.
Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 log likehood (-2LL) pada awal (Block
Number = 0) dengan nilai -2 log likehood (-2LL) harus turun pada
akhir (Block Number = 1). Penurunan ini dimana Likehood pada
regresi logistik menunjukkan model regresi yang lebih baik.
Tabel 3. Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
-2 Log Likehood Awal
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c |
|||
Iteration |
-2 Log likelihood |
Coefficients |
|
Constant |
|||
Step 0 |
1 |
172.318 |
-.176 |
2 |
172.318 |
-.176 |
|
a. Constant is included in the model. |
|||
b. Initial -2 Log Likelihood: 172.318 |
|||
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter
estimates changed by less than .001. |
Sumber: Output SPSS
Tabel 4. Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
-2 Log Likehood Awal
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d |
||||||
Iteration |
-2 Log likelihood |
Coefficients |
||||
Constant |
X1 |
X2 |
X3 |
|||
Step 1 |
1 |
115.860 |
1.512 |
-1.318 |
-.875 |
-.054 |
2 |
106.602 |
2.200 |
-1.922 |
-1.494 |
-.064 |
|
3 |
105.266 |
2.538 |
-2.168 |
-1.888 |
-.066 |
|
4 |
105.226 |
2.606 |
-2.208 |
-1.979 |
-.067 |
|
5 |
105.226 |
2.608 |
-2.209 |
-1.982 |
-.067 |
|
6 |
105.226 |
2.608 |
-2.209 |
-1.982 |
-.067 |
|
a. Method: Enter |
||||||
b. Constant is included in the model. |
||||||
c. Initial -2 Log Likelihood: 172.318 |
||||||
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter
estimates changed by less than .001. |
Sumber: Output SPSS
Pada tabel 3 dan 4 menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL blok pertama dengan -2LL blok kedua. Dari hasil perhitungan nilai -2LL terlihat mengalami penurunan, pada -2LL awal sebesar 172.318 sedangkan pada -2LL akhir sebesar 115.860. Penurunan nilai -2 Log Likehood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan variabel-variabel bebas yaitu rasio kedalam model penelitian akan memperbaiki model fit penelitian ini.
Hasil dari kelayakan regresi logistic
dapat diukur dengan Chi-Square pada tabel Hosmer And Lemeshow’s
Goodness Of Fit Test dengan nilai signifikansi
> 0,05 maka hipotesis nol diterima yang dapat diartikan model ini
memprediksi data observasinya atau dapat diterima.
Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit Test
Tabel 5. Hosmer and Lemeshow Test |
|||
Step |
Chi-square |
df |
Sig. |
1 |
8.939 |
8 |
.347 |
Sumber: Output SPSS
25
Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh nilai Chi-Square sebesar
8.939 dengan nilai signifikansi sebesar 0.347. Dari hasil tersebut terlihat
bahwa nilai Sig > dari pada nilai alpha sebesar 0.05, dapat diartikan bahwa
keputusan yang diambil adalah menerima H0 yang artinya tidak adanya
perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi logistik dapat digunakan untuk
analisis berikutnya. Data Chi-Square dilakukan untuk mengetahui pengaruh
dari variabel operating capacity, operating cash flow dan sales
growth terhadap financial distress.
Tabel 6. Koefisien Determinasi (Nagelker R Square)
Model Summary |
|||
Step |
-2 Log likelihood |
Cox & Snell R Square |
Nagelkerke R Square |
1 |
58.234a |
.588 |
.785 |
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than .001. |
Sumber: Output SPSS 25
Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat diketahui nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.588 atau 58,8% dan Nagelkerke R Square sebesar 0.785 atau 78.5% yang berarti variabilitas variabel operating capacity, operating cash flow, dan sales growth terhadap financial distress sebesar 78.5% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian sebesar 21.5% (100% - 78.5%).
Pada regresi logistik digunakan uji wald
yang berfungsi untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel
independen yang masuk ke dalam model dan selanjutnya dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress. Jika hasil signifikansi uji wald
kurang dari 0.05 maka signifikan. Sebaliknya, jika hasil signifikansi uji wald
lebih dari 0.05 maka tidak signifikan.
Tabel 7. Uji Wald Test (Parsial T)
Variables in the Equation |
|||||||||
|
B |
S.E. |
Wald |
df |
Sig. |
Exp (B) |
95% C.I.for EXP(B) |
||
Lower |
Upper |
||||||||
Step 1a |
Operating Capacity |
-2.031 |
.585 |
12.039 |
1 |
.001 |
.131 |
.042 |
.413 |
Operating Cash Flow |
-1.935 |
.531 |
13.255 |
1 |
.000 |
.144 |
.051 |
.409 |
|
Sales Growth |
-.051 |
.137 |
.138 |
1 |
.710 |
.951 |
.727 |
1.242 |
|
Constant |
2.391 |
.509 |
22.047 |
1 |
.000 |
10.929 |
|
|
|
a. Variable(s) entered on step 1: Operating Capacity, Operating Cash
Flow, Sales Growth. |
Sumber: Output SPSS 25
Dari pengujian hipotesis tersebut
maka diperoleh persamaan model regresi logistik:
FD = - 2.391 + 2.031 OC + 1.935 OCF + 0.051 SG
+ ε
Keterangan:
FD :
Financial Distress
OC : Operating
Capacity
OCF : Operating
Cash Flow
SG :
Sales Growth
E :
Error
Sehingga dapat diperoleh hasil uji
regresi logistik yang diperlukan untuk menguji signifikan konstanta dan
variabel independen, maka hasil pengujian hipotesisnya adalah:
1)
Variabel X1 (Operating
Capacity)
H0 : β1 ≥ 0 Operating Capacity berpengaruh positif terhadap Financial Distress.
Ha : β1 < 0 Operating Capacity berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.
2)
Variabel X2 (Operating
Cash Flow)
H0 : β2 ≥ 0 Operating Cash Flow berpengaruh positif terhadap
Financial Distress.
Ha : β2 < 0 Operating Cash Flow berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.
3)
Variabel X3 (Sales
Growth)
H0 : β3 ≥ 0 Sales Growth berpengaruh positif terhadap Financial Distress.
Ha : β3 < 0 Sales Growth berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.
Berdasarkan tabel 7 dalam kolom signifikansi dapat
disimpulkan bahwa:
1)
Operating Capacity
berpengaruh negatif signifikan terhadap kondisi financial
distress. Variabel operating capacity memiliki koefisien regresi
sebesar -2.031, artinya semakin kecil operating capacity maka semakin
besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Apabila
statistik Wald hitung > Chi-Square tabel, berdasarkan hasil
analisis data nilai Wald hitung adalah 12.039 > Chi-Square adalah
8.939 maka H0 ditolak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0.001 < 0.05 maka H0 ditolak, sehingga
operating capacity berpengaruh negatif signifikan terhadap financial
distress.
2)
Operating Cash
Flow berpengaruh negatif signifikan terhadap financial
distress. Variabel operating cash flow memiliki koefisien regresi
sebesar -1.935, artinya semakin kecil operating cash flow maka semakin
besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Apabila
statistik Wald hitung > Chi-Square tabel, berdasarkan hasil
analisis data nilai Wald hitung adalah 13.255 > Chi-Square adalah
8.939 maka H0 ditolak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 maka H0 ditolak, sehingga
operating cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap financial
distress.
3)
Sales Growth berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap financial
distress. Variabel sales growth memiliki koefisien regresi sebesar
-0.051, artinya semakin kecil sales growth maka semakin besar
kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Apabila statistik Wald
hitung < Chi-Square tabel, berdasarkan hasil analisis data nilai Wald
hitung adalah 0.138 < Chi-Square adalah 8.939 maka H0 diterima. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.710 > 0.05 maka H0 diterima, sehingga sales growth berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap financial distress.
Uji Omnibus Test Of Model Coefficient (Simultan F) yaitu pengujian secara
simultan atau bersama-sama yang dilakukan untuk menguji apakah
variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai
probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi (α). Untuk menentukan
penerimaan atau penolakan H0 didasarkan pada tingkat
signifikansi (α) 5% dengan kriteria:
1.
H0 tidak akan ditolak apabila statistik Wald
hitung < Chi-Square tabel, dan nilai probabilitas (sig) > tingkat
signifikansi (α).
2.
H0 ditolak apabila statistik Wald hitung > Chi-Square
tabel, dan nilai probabilitas (sig) < tingkat signifikansi (α).
Tabel 8. Uji Omnibus Test Of
Model Coefficient (Simultan F)
Omnibus Tests of Model Coefficients |
||||
|
Chi-square |
df |
Sig. |
|
Step 1 |
Step |
63.201 |
3 |
.000 |
Block |
63.201 |
3 |
.000 |
|
Model |
63.201 |
3 |
.000 |
Sumber: Output SPSS 25
Dari tabel 8 diatas, dapat
dilihat bahwa Chi-Square sebesar 63.201 dengan nilai
signifikansi 0.000 yang berarti < 0.05, maka dapat dijelaskan bahwa operating
capacity, operating cash flow, dan sales growth berpengaruh secara
bersama-sama atau simultan terhadap financial distress.
Dari tabel 8, variabel operating
capacity berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress
perusahaan pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2018-2022 (nilai signifikansi 0.001 < 0.05). Beberapa perusahaan, seperti
PT. Atlas Resources Tbk (ARII), PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk
(BIPI), dan PT. Darma Henwa Tbk (DEWA), menunjukkan bahwa meskipun memiliki operating
capacity tinggi, mereka mengalami kesulitan keuangan. Mayoritas perusahaan
dalam sektor ini rata-rata mengalami kondisi non-financial distress, di
mana tinggi atau rendahnya nilai operating capacity dapat mempengaruhi
potensi financial distress. Hal ini terjadi karena operating capacity
menilai kapasitas operasional perusahaan, sementara financial distress
mengukur kemampuan suatu perusahaan menghadapi tekanan keuangan. Tingginya operating
capacity sering kali mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
risiko dan menjaga kelancaran operasi. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya
memperhatikan hubungan antara operating capacity dan kondisi keuangan
mereka untuk mengelola risiko financial distress. Temuan ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa operating capacity memiliki
pengaruh negatif terhadap financial distress.
Dari tabel 8, variabel operating
cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress
perusahaan pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2018-2022 (nilai signifikansi 0.000 < 0.05). Temuan penelitian menunjukkan
bahwa beberapa perusahaan, seperti PT. Atlas Resources Tbk (ARII), PT. Astrindo
Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI), PT. Darma Henwa Tbk (DEWA), dan PT. Delta
Dunia Makmur Tbk (DOID), mengalami kesulitan keuangan meskipun memiliki operating
cash flow tinggi atau rendah. Mayoritas perusahaan dalam sektor
pertambangan batu bara cenderung mengalami kondisi non-financial distress,
dengan tinggi atau rendahnya nilai operating cash flow dapat mempengaruhi
kemungkinan terjadinya financial distress. Hal ini terjadi karena operating
cash flow mengukur likuiditas jangka pendek, sementara financial
distress bersifat prediksi jangka panjang. Oleh karena itu, perusahaan
sebaiknya memperhatikan hubungan antara operating cash flow dan kondisi
keuangan mereka untuk mengelola risiko financial distress. Penelitian
ini konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya, mendukung bahwa operating
cash flow memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress.
Dari tabel 8, variabel sales growth berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap financial distress
perusahaan pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2018-2022 (nilai signifikansi 0.710 > 0.05). Meskipun demikian, penelitian
menemukan bahwa beberapa perusahaan dalam sektor ini, seperti PT. Atlas
Resources Tbk (ARII) dan PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI),
mengalami kondisi kesulitan keuangan meskipun memiliki sales growth tinggi atau rendah. Perusahaan pada sektor
ini cenderung mengalami kondisi non-financial distress, di mana
nilai sales growth dapat
menjadi penentu kecenderungan financial distress. Sales growth yang tinggi dapat menciptakan minat
pelanggan dan meningkatkan pendapatan, namun pengaruhnya terhadap financial distress perlu diperhatikan. Temuan ini konsisten
dengan penelitian sebelumnya dan menunjukkan bahwa sales growth memiliki pengaruh positif terhadap financial distress. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya
memperhatikan secara cermat hubungan antara sales growth dan kondisi keuangan mereka untuk
menghindari risiko financial distress.
Hasil pengujian secara simultan (Uji Omnibus Test Of Model Coefficient) menunjukkan bahwa operating capacity, operating cash flow, dan sales growth secara simultan berpengaruh terhadap financial distress. Hal tersebut terbukti dari nilai Chi-Square sebesar 63.201 dengan nilai signifikansi 0.000 yang berarti < 0.05. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Idawati, 2020), (Fitri dkk, 2020), (Aji, 2022) yang menyebutkan operating capacity, operating cash flow, dan sales growth berpengaruh secara simultan terhadap financial distress.
Aji, P. S.,
& Anwar, S. (2022). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Likuiditas,
Sales Growth Dan Firm Size Terhadap Financial Distress Pada
Perusahaan Pulp & Kertas Dan Plastik & Kemasan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2016-2020. Jurnal Bina Bangsa Ekonomika, 15(1),
43-51. https://doi.org/10.46306/jbbe.v15i1.106
Ambarwati, K. F.
(2021). Analisis Perbandingan Model Springate dan Model Zmijewski dalam
Mengukur Tingkat Kesehatan Perusahaan pada PT. Bintang Persada Satelit. Indonesian
Journal of Business Analytics, 1(2), 261-270.
Fitri, dkk.
(2022). Pengaruh Arus Kas Operasi, Total Asset Turnover Dan Long
Term Debt To Equity Ratio Terhadap Financial
Distress Pada Perusahaan Subsektor Tekstil Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 12(2),
215-230. https://doi.org/10.34308/eqien.v12i02.1435
Fitri, M. A.,
& Dillak, V. J. (2020). Arus Kas Operasi, Leverage, Sales Growth
Terhadap Financial Distress. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer,
12(2), 60-64. https://doi.org/10.23969/jrak.v12i2.3039
Idawati, W. (2020). Analisis
Financial Distress: Operating Capacity, Leverage, Dan Profitabilitas.
Jurnal Akuntansi Bisnis, 13(1). https://doi.org/10.30813/jab.v13i1.1914
Jensen, M. C., &
Meckling, W. H. (2019). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs
and ownership structure. In Corporate governance (pp.
77-132). Gower.
Miswaty, dkk. (2023). Pengaruh Operating Capacity, Sales Growth,
Dan Arus Kas Operasi Terhadap Financial Distress. Jurnal Aplikasi Manajemen Dan
Bisnis, 9(2). https://doi.org/10.17358/jabm.9.583
Muslimin, D. W., & Bahri, S.
(2022). Pengaruh Gcg, Ukuran Perusahaan, Dan Sales Growth Terhadap
Financial Distress. Owner, 7(1), 293–301. https://doi.org/10.33395/owner.v7i1.1249
Novitasari, D.
(2023). Pengaruh operating capacity, sales growth, dan arus kas operasi
terhadap financial distress. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen
(JABM), 9(2), 583-583.
Pulungan, D. R.,
Koto, M., & Syahfitri, L. (2018, September). Pengaruh gaya hidup hedonis
dan kecerdasan emosional terhadap perilaku keuangan mahasiswa. In Seminar
Nasional Royal (SENAR) (Vol. 1, No. 1, pp. 401-406).
Putri, P. A. D. W.
(2021). The effect of operating cash flows, sales growth, and operating
capacity in predicting financial distress. International Journal of
Innovative Science and Research Technology, 6(1), 638-646.
Ramadhani, S., dkk
(2020). The Effect Of
Sales Growth And Profitability On Financial Distress. UPI YPTK Journal
Of Business And Economics (JBE), 5(3), 13-19. https://doi.org/10.35134/jbe.v5i3.67
Saleh, D. S.
(2018). Pengaruh Operating Capacity, Arus Kas Operasi Dan Biaya
Variabel Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Textil Dan Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2009-2016. Eqien-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 5(1), 34-49.https://doi.org/10.34308/eqien.v5i1.12
Sembiring, E. E.
(2022). Effect of Corporate Governance Mechanism and Operating Cash Flow on
Financial Distress. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 24(2),
205-214.
Sholikhah, M.
(2022). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Sales Growth, Operating Capacity
dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial Distress. Eqien-Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 11(04), 538-546.
Copyright holder: Putri Desya Fitriani, R. Budi
Hendaris (2024) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |