Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
3, Maret 2024
DAMPAK KENYAMANAN BERKOMUNIKASI DAN PELAYANAN
BERKUALITAS TERHADAP KINERJA ANGGOTA ORGANISASI
Taufik Ridho Iano1*, Sufyarma Marsidin2
Universitas Negeri Padang, Padang, Sumatera Barat, Indonesia1,2
Email:
[email protected]1*, [email protected]2
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui
apakah kenyamanan berkomunikasi dan pelayanan yang
berkualitas pada suatu organisasi berdampak pada kinerja anggota organisasi
tersebut terutama para pendidik. Sampel yang akan digunakan
adalah pendidik atau guru dari SMAN 1 Merangin, Selain mengidentifikasikan kenyamanan komunikasi dan pelayanan berkualitas dalam
organisasi, ada pula identifikasi
kendala yang membuat pelayanan dan
komunikasi organisasi tidak nyaman dan bagaimana cara penanganannya. Penulisan artikel ini menggunakan metode Kualitatif dan Systematic Literature Review (SLR) atau suatu metode mengumpulkan
artikel-artikel dari buku, jurnal, dan
sumber lainnya. Dari hasil penyelesaian data kuesioner didapat hasil berupa 81,64% yang
menyatakan para pendidik sangat menyetujui bahwa kualitas pelayanan dan kenyamanan
berkomunikasi dalam suatu lembaga (dalam hal ini SMAN 1 Merangin) berdampak
pada kinerja mereka.
Kata
Kunci: Pelayanan, Kinerja Pendidik,
Komunikasi
Abstract
This article aims to
find out whether the comfort
of communicating and quality service
in an organization has an impact on
the performance of members of
that organization, especially educators. The samples that will be
used are educators or teachers from
SMAN 1 Merangin. Apart from
identifying comfortable communication and quality services in the organization, there is also
identification of obstacles that make organizational services and communication
uncomfortable and how to handle
them. This article was written
using the qualitative and Systematic Literature Review (SLR) method or a method of
collecting articles from books, journals
and other sources. The results obtained were 81.64% from questionnaire data which stated that educators
strongly agreed that the quality
of service and comfort of
communicating in an institution (in this case SMAN 1 Merangin) had an impact on their
performance.
Keywords:
service, educator performance, communication
Pendahuluan
Sumber daya manusia yang bermutu
tinggi dalam
berorganisasi terlihat dari kinerjanya yang berkualitas (Arianty, 2014). Salah satu faktor yang membuat kinerja
suatu anggota organisasi terlihat berkualitas terdapat pada kemampuan
komunikasinya yang membuat anggota lainnya dapat termobilisasi sesuai tujuan organisasi. Kinerja yang
dihasilkan juga sesuai tanggung jawab dan nilai organisasi, maka dari itu tidak
terlaksananya kinerja organisasi tanpa adanya komunikasi (Nabawi, 2019).
Komunikasi didefinisikan sebagai sesuatu yang terjadi ketika
terdapat penciptaan pesan dan penafsiran pesan (Nurdianti, 2014). Komunikasi yang terjadi
dalam hierarki organisasi dapat disebut dengan komunikasi organisasi. Dari pernyataan tersebut, terungkap bahwa kualitas komunikasi organisasi merupakan kunci keberhasilan suatu
organisasi. Untuk itu tiap anggota harus senantiasa memberikan pelayanan komunikasi yang terbaik dan memiliki kualitas tinggi bagi tiap anggota dan publik sehingga dapat memenuhi standar pelayanan komunikasi (Sartika & Sutrariadi, 2023).
Komunikasi yang efektif juga memastikan bahwa kinerja yang dihasilkan sesuai dengan tanggung
jawab dan nilai-nilai organisasi (Rosidah, 2011). Oleh karena itu, komunikasi merupakan elemen kunci yang tidak dapat diabaikan dalam pelaksanaan tugas organisasi. Dalam konteks hierarki
organisasi, komunikasi ini sering disebut
sebagai komunikasi organisasi. Dari definisi tersebut, jelas bahwa kualitas komunikasi organisasi memegang peranan penting dalam kesuksesan
sebuah organisasi. Setiap anggota organisasi diharapkan dapat memberikan layanan komunikasi terbaik dengan kualitas tinggi, baik kepada sesama
anggota maupun kepada publik, guna memenuhi standar
pelayanan komunikasi yang diperlukan.
Penelitian terdahulu telah
menunjukkan pentingnya kualitas komunikasi organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Sebagai contoh, penelitian oleh Islami (2021) menyoroti hubungan positif antara kemampuan komunikasi organisasi dan kinerja organisasi.
Begitu juga dengan temuan oleh Hutagalung (2018) yang menekankan bahwa komunikasi organisasi yang efektif dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja anggota organisasi. Oleh karena itu, pemahaman
akan pentingnya komunikasi organisasi menjadi suatu hal
yang vital bagi pengelolaan
sumber daya manusia dalam suatu
organisasi.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah kenyamanan berkomunikasi dan pelayanan yang
berkualitas pada suatu organisasi berdampak pada kinerja anggota organisasi
tersebut terutama para pendidik.
Metode Penelitian
Artikel ini menggunakan metode kualitatif yang bersumber dari dua pendekatan penelitian yang berbeda, yaitu kuesioner kepada para pendidik di SMAN 1 Merangin dan systematic literature review (SLR). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang fenomena yang diteliti melalui analisis data deskriptif dan interpretative (Sugiyono, 2016). Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para pendidik di SMAN 1 Merangin untuk mendapatkan pandangan dan pengalaman mereka terkait dengan topik penelitian. Selain itu, metode systematic literature review digunakan untuk mengumpulkan artikel-artikel terkait dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan sumber lainnya. Setelah sumber-sumber kajian terkumpul, bahan tersebut dianalisis dengan cara mempelajari dan memasukkannya ke dalam artikel. Analisis data dilakukan dengan menyusun temuan dari kedua pendekatan tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang topik penelitian.
Hasil dan
Pembahasan
Kinerja secara umum diartikan sebagai
hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Kinerja
seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak hal termasuk pelayanan dan kenyamanan
dalam berkomunikasi. Menurut Hardiyansyah
(2018) pelayanan dikatakan berkualitas apabila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat. Pelayanan juga menjadi
faktor signifikan, karena kualitasnya memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan dan kenyamanan
konsumen (Aryamti & Suyanto, 2019). Dengan
demikian pelayanan dikatakan berkualitas jika dapat memenuhi
harapan masyarakat dan membuat masyarakat
menjadi nyaman.
Terkadang
terdapat pelayanan yang kurang memuaskan dari berbagai pihak dan sering terjadi
miskomunikasi,
menurut Arini (2020) ada
beberapa sebab kenapa pelayanan suatu organisasi atau lembaga tersebut bisa
kurang memuaskan atau tidak efektif, yaitu:
1)
Pemimpin lebih mengandalkan kewenangan
daripada kebutuhan publik
2)
Belum berjalannya akuntabilitas
3)
Pandangan yang condong mengutamakan diri
sendiri
4)
Kesadaran tiap anggota rendah yang
mengakibatkan terjadinya kontrol sosial
Namun tak semata-mata
pelayanan yang berkualitas hanya ditunjukan kepada
konsumen atau masyarakat, para anggota pun juga diberikan pelayanan yang
berkualitas supaya proses pelayanan kepada konsumen dan masyarakat berjalan
lancar dan terjaga kualitasnya. Pelayanan yang baik bagi para anggota meliputi
banyak hal, seperti pemberian informasi yang akurat dan cepat, serta lingkungan
kerja yang dirasa nyaman. Adapun enam pokok prinsip yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap masyarakat dari organisasi yang disampaikan oleh Tjiptono dan Chandra (2019), yaitu:
1)
Pemimpin strategi harus berinisiatif dan
berkomitmen dalam memanajemen organisasinya
2)
Semua anggota harus memperoleh pendidikan
mengenai kualitas dan memenuhi aspek-aspek renstra
3)
Proses renstra harus mencakup tujuan
kualitas yang digunakan dalam mencapai visinya
4)
Mereview perilaku
organisasi
5)
Komunikasi harus tetap berjalan
6)
Mengadakan penghargaan dan pengakuan
kepada anggota yang berprestasi
Berbicara tentang
komunikasi yang menjadi pokok prinsip dari kualitas pelayanan anggota
organisasi, untuk menjaga kualitas arus komunikasi tetap berjalan dalam
organisasi tersebut, ada baiknya pemimpin beserta anggota memperhatikan aspek
kenyamanan dalam berkomunikasi (Kusumawati, 2023). Kenyaman
berkomunikasi dalam organisasi didapatkan bila suatu individu (baik anggota
maupun masyarakat) merasa nyaman dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh
individu lainnya ataupun media yang ia dengar. Menurut Kolcaba
(2003) untuk mengetahui apa kenyamanan dalam
komunikasi tersebut, terdapat 2 aspek yang harus diperhatikan yaitu:
1)
Kenyamanan psikospiritual
yang berarti kenyamanan individu yang didapat dari kesadaran internal yang
dipengaruhi oleh konsep diri, harga diri, makna kehidupan, dan hubungan
atau keakraban sesama individu
2)
Kenyamanan Sosiokultural yang berarti
kenyamanan individu yang didapat dari hubungan antar personal, keluarga, dan
masyarakat
Kenyamanan
dalam beromunikasi memiliki dampak besar terhadap
kinerja organisasi. Seperti dijelaskan diawal bahwasannya kualitas komunikasi organisasi merupakan kunci keberhasilan
suatu organisasi dan pelayanan komunikasi yang terbaik dan
berkualitas bagi publik sehingga pelayanan tersebut dapat
memenuhi standar pelayanan yang masyarakat inginkan. Kolcaba (2003) pun menjelaskan dampak dari aspek-aspek
kenyamanan ini, sehingga timbulah tiga tingkatan
kenyamanan dalam berorganisasi yaitu:
1)
Relief : tingkat
kenyamanan paling dasar yang berpengaruh pada kondisi tubuh yang fit dan segar
bugar dalam mengerjakan aktivitas
2)
Ease : tingkat
kenyamanan menengah yang berpengaruh pada pikiran dan psikologis, sehingga
dapat meningkatkan kinerja serta pemikiran pekerja sehingga aktivitas yang
dikerjakan dapat berjalan lancar
3)
Transcendence : kenyamanan tingkat
tinggi yang berpengaruh terhadap spiritual dan rohani
Komunikasi
seringkali mengalami kehambatan
sehingga komunikasi sesama anggota dalam organisasi menjadi tidak nyaman dan miskomunikasi. Menurut Oktavia (2022) ada beberapa
hambatan yang menghambat jalannya komunikasi sehingga kenyamanannya terganggu:
1)
Hambatan psikologis: orang yang memiliki
psikologis yang kurang memadai biasanya dapat menghambat dan mengacaukan
jalannya komunikasi sehingga proses komunikasi terasa kurang nyaman dan faktor
psikologis seseorang inilah yang menjadi penyebab konflik atau terjadinya miskomunikasi, sehingga perlu menerapkan rasa nyaman dalam
ruang lingkup komunikasi, seperti mengatur nada bicara, melihat situasi
psikologis lawan bicara, dan lainnya
2)
Hambatan Ekologi atau Fisik: lingkungan
yang kurang nyaman juga menjadi sebab terhambatnya proses komunikasi, jadi
usahakan lingkungan organisasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi
adalah lingkungan yang nyaman dan terhindar dari gangguan
3)
Hambatan Antropologis
atau Semantik: selain lingkungan dan psikologi, perbedaan bahasa juga menjadi
faktor terhambatnya komunikasi, sehingga komunikasi tidak terasa nyaman, maka
sebelum berkomunikasi persiapkan terlebih dahulu bahasa yang akan dipakai dalam
berkomunikasi
Adapun observasi yang
dilakukan penulis mengenai dampak kenyamanan komunikasi dan pelayanan
berkualitas dalam suatu lembaga pendidikan (SMAN 1 Merangin) terhadap kinerja
anggota organisasi atau lembaga (yang mana berfokus pada pendidik/guru), dengan
menggunakan kuesioner skala likert dengan skor maksimal 5 dan skor yang rendah adalah 1. Bila dijabarkan skala likert tersebut
akan bermakna sebagai berikut:
5: |
Sangat Setuju |
4: |
Setuju |
3: |
Kurang Setuju (Netral) |
2: |
Tidak Setuju |
1: |
Sangat Tidak Setuju |
Tabel 1. Hasil Kuesioner 22 Pendidik
SMAN 1 Merangin Terkait Kenyamanan Komunikasi dan Kulitas
Pelayanan di SMAN 1 Merangin
No |
Pertanyaan |
STS |
TS |
KS |
S |
SS |
1 |
Pelayanan SMAN 1 Merangin
dirasa sudah baik dalam melayani bapak/ibu |
0 |
0 |
0 |
16 |
6 |
2 |
Pelayanan SMAN 1 Merangin
cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan seharian bapak/ibu |
0 |
0 |
0 |
21 |
1 |
3 |
Selama di SMAN 1 Merangi,
bapak/ibu merasa nyaman dalam berkomunikasi di sekolah maupun lingkungan
sekolah |
0 |
0 |
0 |
17 |
5 |
4 |
Kepala Sekolah SMAN 1 Merangin melaksanakan
tanggung jawab dan perannya dengan baik |
0 |
0 |
0 |
22 |
0 |
5 |
Pelayanan
yang SMAN 1 Merangin berikan berdampak pada kinerja dan pemikiran bapak/ibu |
0 |
0 |
0 |
17 |
5 |
6 |
Kinerja
bapak/ibu meningkat dengan kondisi pelayanan dan komunikasi SMAN 1 Merangin
yang sekarang |
0 |
0 |
6 |
15 |
1 |
7 |
Kinerja SMAN 1 Merangin
membuahkan hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan sekolah dan masyarakat |
0 |
0 |
0 |
17 |
5 |
8 |
Kualitas
Pelayanan di SMAN 1 Merangin tahun sekarang lebih baik daripada tahun sebelumnya |
0 |
0 |
2 |
18 |
2 |
9 |
Kepala
sekolah SMAN 1 Merangin membawa arus komunikasi secara tegas namun nyaman di
hati bapak/ibu |
0 |
0 |
1 |
19 |
2 |
10 |
Komunikasi yang terjalin antara sesama pendidik di SMAN 1 Merangin cukup baik dan
tidak terjadi toxic
relationship |
0 |
0 |
1 |
20 |
1 |
Jumlah |
0 |
0 |
10 |
182 |
28 |
Untuk mengetahui hasil skor
dari tiap respon, penulis menggunakan rumus total
jumlah responden yang dikalikan dengan skor tiap likert
1) Skor
5 untuk responded Sangat Setuju = 28 x 5 = 140
2) Skor
4 untuk responden Setuju = 182 x 4 = 728
3) Skor
3 untuk responden netral atau Kurang Setuju = 10 x 3 = 30
4) Skor
2 untuk responden Tidak Setuju = 0 x 2 = 0
5) Skor
1 untuk responden Sangat Tidak Setuju = 0 x 1 = 0
Berikut kriteria
interpretasi skor berdasarkan interval
1) Skor 0% –19%
= sangat tidak setuju
2) Skor 20% – 39% = tidak setuju
3) Skor 40% – 59% = kurang setuju atau netral
4) Skor 60% – 79% = setuju
5) Skor 80% – 100% = sangat setuju
Skor akhir rumus indeks % = = x 100% = 81,64%.
Dari hasil penyelesaian data kuesioner ini didapat
hasil berupa pernyataan para pendidik yang sangat menyetujui bahwa kualitas
pelayanan dan kenyamanan berkomunikasi dalam suatu lembaga (dalam hal ini SMAN
1 Merangin) berdampak pada kinerja mereka.
Mayoritas para pendidik di SMAN 1 Merangin sangat setuju bahwa kualitas
pelayanan dan kenyamanan berkomunikasi dalam lembaga tersebut
memiliki dampak signifikan pada kinerja mereka. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor non-akademis, seperti kualitas pelayanan dan kenyamanan
berkomunikasi, memainkan peran penting dalam
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung produktivitas
para pendidik. Kualitas pelayanan yang baik dan suasana komunikasi
yang nyaman dapat meningkatkan kepuasan kerja, motivasi, dan komitmen para pendidik terhadap pekerjaan mereka (Sanjaya, 2018). Hal ini berpotensi untuk memengaruhi kinerja mereka secara keseluruhan,
baik dalam aspek pengajaran maupun manajemen sekolah. Dengan demikian, peningkatan kualitas pelayanan dan kenyamanan berkomunikasi di lembaga pendidikan dapat menjadi strategi penting dalam meningkatkan
kinerja pendidik dan keseluruhan efektivitas lembaga pendidikan.
Kesimpulan
Kualitas komunikasi organisasi merupakan kunci keberhasilan suatu
organisasi tersebut. Untuk itu tiap anggota harus senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas bagi
tiap anggota dan masyarakat
sehingga dapat memenuhi standar pelayanan komunikasi tertentu. Pelayanan dikatakan berkualitas jika
dapat memenuhi harapan masyarakat dan membuat masyarakat menjadi nyaman. Kenyaman dalam berkomunikasi didapatkan bila
seseorang tersebut (baik anggota maupun masyarakat) merasa nyaman dengan
pesan-pesan yang disampaikan oleh orang lain ataupun media yang ia dengar. Dengan adanya kenyamanan komunikasi dan pelayanan
berkualitas dalam suatu organisasi, maka akan menciptakan lingkungan yang
berkualitas dalam hal peningkatan motivasi kerja, kenyamanan dalam bekerja, rohani
para anggota, serta meningkatnya kinerja anggota yang mengakibatkan kinerja
organisasi menjadi lebih efektif.
Arianty, N. (2014). Pengaruh budaya
organisasi terhadap kinerja pegawai. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis,
14(2).
Arini, H. D., & Suwastini, A. (2020).
Waktu Tunggu Pelayanan Resep di Depo Farmasi RS X. Lombok Journal of Science,
2(2), 40–46.
Aryamti, A. S., & Suyanto, A. M. A.
(2019). Analisis Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Dan Citra Merek Pada
Kepuasan Pelanggan Klinik Kecantikan Dan Pengaruhnya Terhadap Loyalitas
Pelanggan. EProceedings of Management, 6(1).
Hardiyansyah, H. (2018). Kualitas
Pelayanan Publik: Konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya. Gava
Media.
Hutagalung, I., & Ritonga, R. (2018).
Pengaruh iklim komunikasi dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja
pegawai Kecamatan XYZ Bekasi. Jurnal Kajian Komunikasi, 6(2), 204–216.
Islami, A. N., Palupi, M. F. T., &
Romadhan, M. I. (2021). Pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja
karyawan di PT. Feva Indonesia. Representamen, 7(01).
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and
practice: a vision for holistic health care and research. Springer
Publishing Company.
Kusumawati, E. (2023). Analysis of the
relationship between the school principal’s visionary leadership and
kindergarten teachers’ performance. Journal of Innovation in Educational and
Cultural Research, 4(1), 89–97.
Nabawi, R. (2019). Pengaruh lingkungan
kerja, kepuasan kerja dan beban kerja terhadap kinerja pegawai. Maneggio:
Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 2(2), 170–183.
Nurdianti, S. R. (2014). Analisis
Faktor-Faktor Hambatan Komunikasi dalam Sosialisasi Program Keluarga Berencana
pada Masyarakat Kebon Agung Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2),
145–159.
Oktavia, L., & Rahman, A. (2022).
Analisis Peran Perseroan Terbatas Taspen Dalam Pelayanan Sistem Aplikasi
Otentikasi Penerima Dana Pensiunan Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 7(1).
Rosidah, R. (2011). Upaya Peningkatan
Kualitas Pelayanan dalam Organisasi. Efisiensi: Kajian Ilmu Administrasi,
11(2).
Sanjaya, L. J. (2018). Hubungan Antara
Kenyamanan Pelayanan Dengan Loyalitas Pelanggan: Studi Pada Mahasiswa
Universitas Diponegoro Pengguna Layanan Go-Jek Di Semarang. Jurnal Empati,
6(4), 149–156.
Sartika, R., & Sutrariadi, P. (2023).
The Influence of Communication and Work Environment on the Performance of
Junior Highschool State 13 Bogor Teachers. International Journal of Social
Service and Research, 3(12).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, R&D. IKAPI.
Tjiptono, F., & Chandra, G. (2019). Service,
quality dan customer satisfaction.
Copyright holder: Taufik Ridho Iano, Sufyarma Marsidin (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |