Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 1, Januari 2024
PENGGUNAAN STORYTELLING
DALAM PEMASARAN DIGITAL PELAKU UKM PEREMPUAN
Annisa Jasmine Maharani*,
Sri Dewi Setiawati
Telkom University, Indonesia
Email: [email protected]*
Abstrak
Perempuan
dalam dunia wirausaha menghadapi kendala kompleks dalam menghadapi persaingan
bisnis yang semakin ketat. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa stereotip
yang melekat pada perempuan sering kali menggambarkan mereka memiliki
keterbatasan dalam penguasaan teknologi, informasi, dan komunikasi. Namun, data
menunjukkan bahwa pengguna media sosial yang paling banyak adalah perempuan.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi yang
digunakan oleh perempuan dalam menjalankan komunikasi pemasaran digital mereka.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode
fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku UKM
perempuan mengadopsi strategi storytelling sebagai pendekatan yang efektif
dalam membangun hubungan emosional dengan konsumen, serta memperkuat daya tarik
brand mereka. Strategi ini dipilih karena mampu mendorong keterlibatan konsumen
yang lebih dalam melalui narasi yang kuat dan unik. Implikasi penelitian ini
adalah memberikan wawasan berharga bagi pelaku usaha UMKM dan UKM perempuan,
serta menyumbangkan pemahaman baru dalam pengembangan strategi pemasaran
berbasis storytelling dalam era digital yang terus berkembang.
Kata Kunci: storytelling, perempuan, media digital, UKM, pemasaran
digital
Abstract
Women in the world of
entrepreneurship face complex obstacles in the face of increasingly fierce
business competition. Previous research has shown that stereotypes attached to
women often portray them as having limited mastery of technology, information,
and communication. However, data shows that the most social media users are
women. Therefore, this study aims to identify strategies used by women in
carrying out their digital marketing communications. The research method used
is a qualitative approach with phenomenological methods. The results showed
that most female SMEs adopt storytelling strategies as an effective approach in
building emotional connections with consumers, as well as strengthening their
brand appeal. This strategy was chosen because it is able to encourage deeper
consumer engagement through a strong and unique narrative. The implication of
this research is to provide valuable insights for MSMEs and women SMEs, as well
as contribute new understanding in the development of storytelling-based
marketing strategies in the growing digital era.
Keywords: storytelling, women,
digital media, SMEs, digital marketing
Pendahuluan
Perkembangan
era saat ini telah ditandai dengan peningkatan signifikan partisipasi perempuan
dalam dunia wirausaha, data mencatat bahwa sebanyak 231 juta perempuan telah
meluncurkan atau mengoperasikan bisnis di 59 ekonomi di seluruh dunia (Bullough et al., 2022). Namun,
peran perempuan dalam kewirausahaan masih dihadapkan pada berbagai kendala yang
kompleks (Cárdenas et al., 2014; Goyal & Yadav, 2014).
Masyarakat cenderung mempersepsikan perempuan memiliki keterbatasan dalam
berbagai aspek dibandingkan dengan laki-laki (Bachmann
et al., 2003; Koneru, 2017; Le & Raven, 2015).
Dampaknya, pelaku UKM perempuan sering mengalami kesulitan dalam memasarkan
produk mereka secara strategis, efektif, dan efisien (Rachmawati, 2014). Hal ini
menyebabkan mereka sering kali terpaksa memasarkan produk-produk mereka di
pasar lokal dengan jumlah pembeli yang terbatas, sehingga kultur laki-laki
sebagai pengusaha sukses masih mendominasi (Marlow & McAdam, 2013; Pradiani, 2017).
Dalam
konteks ini, bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), khususnya wirausahawan
perempuan yang baru merintis atau bisnisnya yang masih kurang dikenal, strategi
pemasaran berbasis storytelling dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan yang
baik dalam mengembangkan merek mereka melalui pemasaran digital. Dengan
mengadopsi pendekatan ini, mereka dapat memanfaatkan kekuatan narasi yang kuat
dan persuasif untuk menarik perhatian audiens, membangun ikatan emosional yang
mendalam dengan konsumen, dan mengubah persepsi serta citra merek mereka. Data
menunjukkan bahwa sebanyak 72% pengguna media sosial lebih memilih untuk
berinteraksi dengan merek yang menggunakan storytelling dalam konten mereka.
Hal ini mengindikasikan bahwa pemasaran digital berbasis storytelling
memberikan potensi bagi wirausahawan perempuan untuk meningkatkan pengaruh
merek mereka di media sosial (Small Business Trends, 2017). Strategi
pemasaran berbasis storytelling telah terbukti berhasil dan relevan dalam
berbagai konteks bisnis, termasuk bagi wirausahawan perempuan yang ingin
mengadopsi strategi untuk meningkatkan visibilitas, daya saing, dan
keberhasilan bisnis dalam pasar yang semakin kompetitif.
Dalam
konteks pemasaran, strategi pemasaran berbasis storytelling memiliki potensi
untuk membangun audiens yang relevan dengan cerita bisnis. Dengan
memanfaatkan kekuatan narasi yang kuat, strategi ini dapat secara signifikan
meningkatkan loyalitas konsumen dan menghasilkan peningkatan penjualan. Seperti
yang disampaikan oleh Aishwarya Balaji, CEO dan Co-Founder A Fresh Sip,
platform minuman bebas alkohol, “Orang-orang menginginkan alasan untuk mendukung Anda,
berikan itu kepada mereka” (Forbes, 2021). Dengan demikian, adopsi strategi
pemasaran berbasis storytelling dapat memberikan nilai tambah yang signifikan
bagi wirausahawan perempuan, serta memungkinkan mereka untuk membangun hubungan
yang kuat dengan konsumen dan meraih kesuksesan dalam bisnis mereka.
Meskipun
strategi pemasaran berbasis storytelling telah terbukti efektif dalam membangun
merek yang kuat, pengetahuan tentang implementasi strategi ini masih terbatas.
Masalah yang muncul adalah bagaimana wirausahawan perempuan ini dapat
memanfaatkan strategi storytelling yang telah sukses diterapkan oleh pelaku UKM
yang sudah besar dan terkenal, serta mengembangkan merek mereka melalui
pemasaran digital storytelling. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengisi kesenjangan pengetahuan tersebut dan memberikan kontribusi baru dalam
bidang ini, dengan fokus pada pengembangan strategi pemasaran berbasis
storytelling yang dapat digunakan oleh wirausahawan perempuan dalam
mengembangkan bisnis mereka dan meraih kesuksesan di era digital.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini mengadopsi pendekatan fenomenologi kualitatif untuk mendapatkan pemahaman
yang mendalam tentang pengalaman dan perspektif Sonia Basil. Sonia Basil adalah
seorang wirausahawan perempuan yang dikenal karena konten unik berbasis
storytelling dalam bisnisnya yang viral di TikTok, yang dikenal dengan nama
Cakeology. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan
narasumber utama, yaitu Sonia Basil, serta melalui analisis referensi jurnal
terdahulu yang relevan dengan strategi pemasaran berbasis storytelling.
Wawancara
dilakukan secara online melalui Zoom Meeting pada tanggal 7 Juni 2023, ini
bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif dan efisien. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah pengalaman dan perspektif Sonia Basil
terkait dengan implementasi strategi pemasaran berbasis storytelling. Data yang
terkumpul dianalisis secara komprehensif untuk mengidentifikasi pola dan temuan
yang muncul dari wawancara dan referensi jurnal terdahulu.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman yang mendalam tentang motivasi,
tantangan, keberhasilan, dan pembelajaran yang diperoleh dari penggunaan
strategi pemasaran berbasis storytelling dalam konteks bisnis Sonia Basil.
Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dan menganalisis pengalaman Sonia
Basil sebagai narasumber utama, diharapkan penelitian ini memberikan wawasan
yang berharga dan kontribusi baru dalam pemahaman tentang penggunaan strategi
pemasaran berbasis storytelling dalam kesuksesan bisnis wirausahawan perempuan.
Hasil dan Pembahasan
Makna
Wirausaha Bagi Pelaku UKM Perempuan
Banyak
faktor yang mendukung seorang perempuan dalam membuka usaha atau berwirausaha .
Faktor tersebut bisa datang dari diri mereka sendiri sebagai niat baik dan
kemauan, keluarga, maupun lingkungan mereka. Perempuan memiliki beberapa faktor
yang menunjang berkembangnya karirnya dalam bidang wirausaha (Alma, 2010). Pertama,
naluri perempuan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa depan,
menjaga keharmonisan, kerja sama dalam rumah tangga dapat diterapkan dalam kehidupan
usaha. Kedua, mendidik anggota keluarga agar berhasil dikemudian hari,
dapat dikembangkan dalam personel manajemen
perusahaan. Ketiga, faktor adat istiadat (di Bali dan Sumatera Barat) di
mana perempuan memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga. Keempat, Lingkungan kebutuhan
hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat kue, aneka masakan, kosmetika,
mendorong lahirnya perempuan pengusaha yang mengembangkan komoditi tersebut. Kelima, majunya dunia
pendidikan perempuan sangat mendorong perkembangan perempuan karir, menjadi
pegawai, atau membuka usaha sendiri dalam dalam berbagai bidang usaha.
Majunya
dunia teknologi juga mempermudah jaringan komunikasi perempuan dalam
berwirausaha (Lestari, 2011). Perempuan
memiliki beragam alasan mengapa dirinya dapat terjun ke dunia wirausaha (Rachmawati, 2014). Perempuan
wirausaha berusaha untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya, sebelum perempuan
berwirausaha mereka terlebih dahulu bekerja menjadi pegawai swasta. Atas dasar
ketidaknyamanan di dalam lingkungan pekerjaan sebagian dari perempuan wirausaha
memandang wirausaha sebagai hal yang baru yang dapat mereka lakukan untuk
mengaplikasikan semua ilmu yang mereka dapat ketika mereka bekerja sebagai
pegawai swasta. Seperti yang diungkapkan Alma (2018), wanita
pengusaha dimotivasi untuk membuka bisnis karena ingin berprestasi dan adanya
frustasi dalam pekerjaan sebelumnya. Dia merasa terkekang tidak dapat
menampilkan kebolehannya dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada dirinya (Alma, 2010).
Keberhasilan permepuan dalam menjalankan bisnisnya sangat dipengaruhi bagaimana
mereka membentuk persepsi (Le & Raven, 2015). Hal ini
didasari karena persepsi yang tumbuh dalam diri perempuan akan memepengaruhi
motivasi yang terbangun. Artinya, setiap persepsi yang terbentuk dalam diri
perempuan dapat mempengaruhi kesuksesan dalam membangun bisnis mereka melalui
motivasi yang terbentuk dalam dirinya.
Kemampuan
perempuan yang terpendam sejak mereka bekerja di dalam suatu perusahaan
kemudian mereka tanamkan ketika mereka mulai untuk menjadi seorang wirausaha.
Mereka membuka lapangan kerja bagi masyarakat lainnya, dan berusaha untuk
belajar dari kemampuan diri yang mereka miliki. Perempuan wirausaha dapat
berkembang dengan semua keahlian yang dimiliki didorong dengan kemauan atau
niat baik dari dalam dirinya serta sikap ulet, tekun, dan rajin. Maka hasilnya dengan
kemampuan tersebut, perempuan wirausaha mampu bekerja keras dan memiliki tujuan
untuk menghasilkan brand sendiri.
Murphy and Peck dalam Alma menyatakan bahwa kerja keras merupakan modal dasar
untuk keberhasilan seseorang (Alma, 2010).
Disamping
itu seorang perempuan wirausaha harus memiliki kepercayaan diri (Self Confidence) yang tinggi. Mereka
melihat target pasar yang memungkinkan dan percaya bahwa dirinya dapat
memasarkan produk dengan tepat. Percaya diri dapat diimplementasikan dalam
kegiatan berwirausaha secara nyata dan dirasakan oleh diri sendiri maupun orang
lain. Selanjunya Zimmer dan Scarborough menyatakan, mengenai karakteristik
kepribadian wanita pengusaha mempunyai sifat toleransi dan fleksibel,
realistik, dan kreatif, antusias dan enerjik dan mampu berhubungan dengan
lingkungan masyarakat dan memiliki medium
level of self tolerance (Alma, 2010).
Tingkatan
kepercayaan diri perempuan wirausaha memang tidak setinggi laki-laki namun
perempuan selalu memiliki rasa optimis sebagai nilai yang ditanamkan perempuan
wirausaha dalam dirinya. Perempuan wirausaha memaknai kewirausahaannya sebagai
pembuktian diri bahwa mereka merupakan seseorang yang mandiri. Perempuan
wirausaha berusaha membuktikan bahwa mereka mampu untuk bangkit dan tidak
menyusahkan orang lain. Mereka juga dalam manjalankan kewirausahaannya harus
berdasarkan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Zimmer menyatakan bahwa, Creativity
is the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at
problems and opportunities. Kreativitas adalah kemampuan untuk
mengembangkan ide baru dan menemukan cara baru dalam melihat peluang ataupun
problem yang dihadapi. Innovation is
ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to
enhance or to enrich people’s live. Inovasi adalah kemampuan untuk
menggunakan solusi kreatif dalam mengisi peluang sehingga membawa manfaat dalam
kehidupan masyarakat (Alma, 2010).
Inovasi
yang mereka lakukan tidak lepas dari beragam pemikiran kreatif perempuan
wirausaha. Membuat diferensiasi produk dari banyaknya produk lain termasuk ke
dalam tugas perempuan yang berwirausaha. Ujungnya pemikiran yang kreatif dan
inovatif ini lah yang banyak mengantarkan perempuan menjadi seorang wirausaha sukses.
Berdasarkan
hasil penelitian perempuan juga memaknai dirinya dalam berwirausaha untuk
harapan di masa yang akan datang atau beorientasi pada masa depan. Umumnya
mereka memilih untuk berwirausaha karena melihat banyak hal menjajikan di masa
depan. Salah satunya mereka ingin brandnya dikenal oleh semua orang secara
nasional maupun internasional. Seperti yang dikatakan oleh Tambunan bahwa jika
ingin berhasil kita harus memasarkan produk kita minimal hingga menembus pasar
lokal (Tulus Tambunan, 2004). Perempuan
wirausaha menggunakan perkembangan teknologi untuk mempermudah mereka
memasarkan produknya.Keterlibatan langsung mereka ke dalam usaha membuat mereka
memiliki kebebasan untuk menentukan tujuan dari usaha tersebut. Beberapa
informan mengakui bahwa dengan berwirausaha mereka berani mengambil resiko,
berani bermimpi lebih, dan berani untuk mencapai apa yang diharapkan. Seperti
yang diungkapkan oleh Hisrich-Peters bahwa Kewirausahaan adalah proses yang
dinamik untuk menciptakan kemakmuran (Alma, 2010). Tambahan
kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang menanggung resiko,
menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk barang dan jasa
Semua yang
mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan pribadi di masa yang akan datang.
Keinginan jangka panjang mereka yaitu membuat aplikasi atau toko untuk
membentuk branding produk. Harapan
lainnya dapat membentuk komitmen dengan dirinya sendiri agar tetap konsisten
dengan tujuannya membuka usaha, yaitu untuk bisa membahagiakan keluarga dan
kerabat terdekat mereka.
Strategi
komunikasi pemasaran menggunakan media digital
Sonia Basil
mengelola tiga merek, yaitu Cakeology, Keku, dan Monsora. Cakeology dan Keku
fokus pada bisnis kue online, dengan perbedaan jenis kue dan target pasar,
sementara Monsora adalah bisnis offline yang menawarkan makanan penutup (TFR, 2022). Sonia memahami bahwa konten dan
komunikasi pemasaran harus disesuaikan dengan jenis bisnis dan target pasar
yang berbeda karena setiap merek memiliki target pasar dan jenis produk yang
berbeda. Storytelling
adalah strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan kepada audiens target dan menginspirasi mereka untuk melakukan pembelian.
Sonia
menekankan pentingnya bercerita dalam kontennya, berbagi pengalaman, proses,
kegagalan, dan pelajaran dari bisnisnya, yang menambah nilai bagi audiensnya
dan memungkinkan mereka untuk merasa terlibat dalam proses tersebut. Penggunaan
storytelling dalam pemasaran digital dapat menciptakan hubungan emosional
antara audiens dan merek, sehingga memudahkan mereka untuk mengingat merek.
Sonia juga menggunakan berbagai platform media sosial seperti Instagram,
YouTube Shorts, TikTok, dan Instagram Reels, yang memiliki fungsi dan peran
berbeda dalam strategi pemasarannya. Penggunaan media yang tepat adalah kunci
dalam pemasaran storytelling untuk menyampaikan pesan sesuai dengan target
pasar. Pada wawancara, ditemukan beberapa strategi yang digunakan oleh Sonia
Basil dalam menggunakan storytelling sebagai komunikasi pemasaran digital
bisnisnya, diantaranya:
1) Konten
Khusus untuk Jenis Bisnis
Strategi
pemasaran digital Sonia Basil menggabungkan konten berbasis cerita, yang ia
sesuaikan untuk setiap merek yang ia kelola. Storytelling adalah strategi yang
secara efektif mengkomunikasikan narasi kepada audiens target, menginspirasi
mereka untuk melakukan pembelian. Ini membantu menciptakan hubungan emosional,
menghibur, mendidik, dan membuat konten mudah diingat. Pendekatan Sonia selaras
dengan manfaat pemasaran storytelling, karena mendorong konsumen untuk terlibat
dan bertransaksi dengan mereknya.
Sonia
telah bereksperimen dengan berbagai jenis konten untuk menemukan konten yang
sesuai dengan bisnisnya dan dirinya sendiri. Sonia menyebutkan bahwa dia
belajar dari pembuat konten lain dan memasukkan ide-ide mereka ke dalam
kontennya sendiri. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk terus belajar dan
meningkatkan strategi pemasaran digitalnya. Dengan memanfaatkan konten berbasis
cerita, Sonia Basil berhasil melibatkan audiensnya dan membedakan mereknya di
pasar yang kompetitif.
2) Platform
Media Sosial yang Digunakan
Sonia
Basil memanfaatkan berbagai platform media sosial seperti Instagram, YouTube
Shorts, TikTok, dan Instagram Reels. Setiap platform memiliki fungsi yang
berbeda dan memiliki perannya masing-masing dalam strategi pemasarannya.
Misalnya Instagram digunakan untuk portofolio, sedangkan YouTube Shorts dan
TikTok digunakan untuk meningkatkan kesadaran pasar (Barnhart, 2022; Southern, 2023).
Menurut
studi yang dilakukan oleh Social Insider, TikTok, Instagram Reels, dan YouTube
Shorts adalah platform dominan untuk konten video berdurasi pendek, dengan
masing-masing platform melayani audiens dan tujuan pemasaran tertentu (Barnhart,
2022).
TikTok memegang keterlibatan terbanyak, sementara Instagram Reels memimpin
dalam hal tingkat tontonan. Merek juga memposting konten dua kali lebih banyak
di TikTok dibandingkan dengan Instagram Reels dan YouTube Shorts. Temuan-temuan
ini menyoroti pentingnya memanfaatkan berbagai platform untuk menjangkau dan
berinteraksi dengan beragam khalayak.
3) Storytelling
sebagai Konten Unggulan
Penekanan
Sonia Basil pada storytelling dalam kontennya didukung oleh berbagai sumber.
Storytelling adalah strategi yang efektif untuk membuat konten di media sosial
karena membantu menciptakan hubungan emosional, menghibur, mendidik, dan
membuat konten mudah diingat (Moss, 2021; Nguyen, 2020; Thomson, 2018; Tika &
Diyah, 2023). Dengan
berbagi pengalaman, proses, kegagalan, dan pelajaran dari bisnisnya, Sonia
menciptakan hubungan emosional dengan audiensnya, menambah nilai, dan membuat
kontennya lebih menarik. Pemasaran storytelling adalah proses menggunakan
platform media sosial untuk menceritakan kisah tentang suatu merek, produk,
atau layanan untuk memikat audiens. Merupakan keterampilan bisnis yang kuat
yang dapat mendongkrak bisnis dalam berbagai cara, seperti meningkatkan
loyalitas pelanggan, menciptakan strategi pemasaran yang kuat, dan meningkatkan
keuntungan. Pengisahan cerita menyampaikan tujuan, dan bisnis yang memiliki
tujuan akan diperhatikan dan memenangkan loyalitas konsumen.
4) Interaksi
dengan Audiens
Sonia
memahami pentingnya berinteraksi dengan audiensnya. Ia menyebutkan bahwa ia
merespons komentar dan pertanyaan dari pengikutnya, yang membantu meningkatkan
interaksi dan keterlibatan. Berinteraksi dengan audiens adalah aspek penting
dalam pemasaran digital, karena membantu bisnis memahami kebutuhan dan
preferensi pelanggan mereka (Schreiber & Hartranft, 2013). Ini juga
membantu membangun kepercayaan dan loyalitas, yang dapat menghasilkan
peningkatan penjualan dan pendapatan.
5) Menghadapi
Kontroversi
Sonia
menghindari konten yang kontroversial dan berfokus pada konten yang positif.
Ini penting untuk memelihara hubungan baik dengan pelanggan dan audiens.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Oracle, bisnis harus menghindari
konten kontroversial yang dapat menyinggung audiens mereka dan sebaliknya fokus
pada pembuatan konten positif yang beresonansi dengan target pasar mereka
(Oracle, 2022). Hal ini dikarenakan konten negatif dapat merusak reputasi
sebuah brand dan mengakibatkan hilangnya pelanggan.
6) Mengukur
Keberhasilan Konten
Sonia
secara rutin mengukur keberhasilan kontennya dengan melihat data seperti jumlah
pengunjung dan respons dari audiensnya. Ini membantu dalam mengevaluasi
efektivitas strategi pemasaran digitalnya. Menganalisis dan mengukur dampak
konten terhadap perolehan pendapatan sangat penting dalam mengevaluasi
efektivitas strategi pemasaran digital. Hal ini dapat dilakukan dengan melacak
tingkat konversi, nilai pesanan rata-rata, atau nilai seumur hidup pelanggan
untuk mengevaluasi efektivitas konten dalam meningkatkan pendapatan (McBride).
7) Konsistensi
dalam Konten
Konsistensi
adalah aspek penting dari pemasaran media sosial, karena membantu bisnis
mengembangkan dan membina audiensnya, terhubung dengan pelanggan, dan
memperkuat keterlibatan (Adobe, 2023; Martinez, 2023; Simpson, 2019). Sonia
menekankan pentingnya konsistensi dalam membuat konten, meski algoritma media
sosial bisa berubah.
Sonia
telah melalui banyak eksperimen untuk menemukan jenis konten yang sesuai dengan
bisnisnya dan dirinya sendiri. Sonia menyebutkan, bahwa dia belajar dari
pembuat konten lain dan terinspirasi untuk membuat konten yang tidak hanya
menghibur tetapi juga mendidik. Ia percaya bahwa setiap konten tidak boleh
sekedar cerita, tapi selalu ada hikmah yang ia dapat dari proses dalam
pembuatan, yang ingin ia bagikan kepada penontonnya. Komitmen Sonia terhadap
konsistensi dan eksperimen menunjukkan dedikasinya dalam meningkatkan strategi
pemasaran digital dan mencapai tujuannya
Kesimpulan
Storytelling merupakan
strategi ampuh dalam membuat konten di media sosial, khususnya bagi UKM
perempuan. Penggunaan storytelling dalam pemasaran digital membantu membangun
hubungan yang langgeng dengan audiens, menciptakan hubungan emosional,
menghibur, mendidik, dan membuat konten mudah diingat. Strategi pemasaran
digital Sonia Basil menggabungkan konten berbasis cerita, yang ia sesuaikan
untuk setiap merek yang ia kelola. Dengan berbagi pengalaman, proses,
kegagalan, dan pelajaran dari bisnisnya, Sonia menciptakan hubungan emosional
dengan audiensnya, menambah nilai, dan membuat kontennya lebih menarik. Pendekatan
Sonia selaras dengan manfaat pemasaran bercerita, karena mendorong konsumen
untuk terlibat dan bertransaksi dengan mereknya. Penggunaan storytelling dalam
digital marketing terbukti menjadi strategi yang efektif di berbagai industri,
termasuk bisnis kue. UKM perempuan dapat memperoleh manfaat dari pemasaran
berbasis cerita (storytelling marketing) dengan menciptakan strategi pemasaran
yang kuat, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan meningkatkan keuntungan.
Kesimpulannya, storytelling adalah strategi efektif bagi UKM perempuan untuk
mencapai kesuksesan dalam pemasaran digital dengan menciptakan hubungan
emosional dengan audiens mereka, memanusiakan merek mereka, dan membangun
hubungan yang langgeng dengan pelanggan mereka.
Alma, B. (2010). Manajemen Pemasaran dan
Pemasaran Jasa. Alfabeta.
Adobe Express. (2023). Consistent Posting for Creators. https://www.adobe.com/express/learn/blog/consistent-posting-creators
Bachmann, L. M., Kolb, E., Koller, M. T.,
Steurer, J., & ter Riet, G. (2003). Accuracy of Ottawa ankle rules to
exclude fractures of the ankle and mid-foot: systematic review. Bmj, 326(7386),
417.
Barnhart, B. (2022). Instagram Reels vs.
TikTok: Which is the best short-form video platform? Sprout Social.
https://sproutsocial.com/insights/instagram-reels-vs-tik-tok/
Bullough, A., Guelich, U., Manolova, T. S.,
& Schjoedt, L. (2022). Women’s entrepreneurship and culture: gender role
expectations and identities, societal culture, and the entrepreneurial
environment. Small Business Economics, 58(2), 985–996.
Cárdenas, M. C., Eagly, A., Salgado, E.,
Goode, W., Heller, L. I., Jaúregui, K., Galarza Quirós, N., Gormaz, N., Bunse,
S., & Godoy, M. J. (2014). Latin American female business executives: an
interesting surprise. Gender in Management: An International Journal, 29(1),
2–24.
Goyal, P., & Yadav, V. (2014). To be or
not to be a woman entrepreneur in a developing country. Psychosociological
Issues in Human Resource Management, 2(2), 68–78.
Koneru, K. (2017). Women entrepreneurship
in India-problems and prospects. Available at SSRN 3110340.
Le, Q. V., & Raven, P. V. (2015). Woman
Entrepreneurship in Rural Vietnam: Success and Motivational Factors. The
Journal of Developing Areas, 49(2), 57–76.
https://doi.org/10.1353/jda.2015.0024
Lestari,
retno budi. (2011). Teknologi Informasi dan Pemberdayaan Perempuan. Jurnal
Teknologi Dan Informatika (TEKNOMATIKA), 1(1), 84–93.
Marlow, S., & McAdam, M. (2013). Gender
and entrepreneurship: Advancing debate and challenging myths; exploring the
mystery of the under‐performing female entrepreneur. International Journal
of Entrepreneurial Behavior & Research, 19(1), 114–124.
Martinez, J. (2023). Why Consistency Matters with Social
Media. https://www.redefineyourmarketing.com/blog/why-social-media-consistency-matters
Moss, L. (2021). Social Media
Storytelling: The Complete Guide for Your Brand. Everyone Social.
https://everyonesocial.com/blog/social-media-storytelling/
Nguyen, J. (2020). Social Media
Storytelling: How to Do it Right? Social Pilot.
https://www.socialpilot.co/blog/social-media-storytelling
Oracle. (2022). Manage Supporting References For
Sublegder Journals (Doc ID 1550638.1). Oracle Fusion Cost Management. https://support.oracle.com/knowledge/Oracle%20Fusion%20Applications/1550638_1.html
Pradiani, T. (2017). Pengaruh sistem
pemasaran digital marketing terhadap peningkatan volume penjualan hasil
industri rumahan. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 11(2),
46–53.
Rachmawati, I. K. (2014). Social Capital
Ukm Berbasis Perempuan Untuk Malang Jawa Timur( Studi pada usaha mikro berbasis
perempuan upk Kabupaten Malang ). Some Argue That Brands Will Become Less
Important in the Digital Age, and Others Argue, 16–29.
Schreiber, L., & Hartranft, M. (2013). Principles
Public Speaking. Bay College.
https://www.baycollege.edu/_resources/pdf/academics/academic-resources/open-education/principles-public-speaking.pdf
Simpson, J. (2019). Why Content Consistency Is Key To
Your Marketing Strategy. Forbes.
https://www.forbes.com/sites/forbesagencycouncil/2019/02/11/why-content-consistency-is-key-to-your-marketing-strategy/?sh=3d2dda534ef5
Southern, M. G. (2023). TikTok Dominates
Short-Form Content, Instagram Reels Not Far Behind.
https://www.searchenginejournal.com/tiktok-dominates-short-form-content-instagram-reels-not-far-behind/488042/
TFR. (2022). Sonia Basil steps out of
her comfort zone in order to create content for business. https://tfr.news/news/9/28/sonia-basil-steps-out-of-her-comfort-zone-in-order-to-create-content-for-business
Thomson, S. (2018). The Importance of
Storytelling in Business, with Examples. Virtual Speech.
https://virtualspeech.com/blog/importance-storytelling-business
Tika, D. (2023). Strategi Jitu
Storytelling dalam Content Marketing. Saungwriter.
Tulus, T, (2004). the development of
small and medium enterprises cultures in indonesia (pp. 29–44). gajah mada
internasional kournal of business.
Copyright holder: Annisa Jasmine Maharani, Sri Dewi Setiawati (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |