Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
09, September 2022����
RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT SEBAGAI PREDIKTOR DISFUNGSI ORGAN
PADA PASIEN SEPSIS BERDASARKAN DIAGNOSIS QSOFA DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT RSUD WALED
Faradilla
Fitri Santika1*, Isti Noviani2, Friska Oktavrisa3
1* Fakultas
Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Indonesia
2, 3 Departemen Patologi Klinik,
Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Indonesia
Email: [email protected]
Sepsis adalah respon sistemik inang terhadap infeksi. Pada tahun 2018,
tingkat kejadian sepsis di Indonesia masih tinggi, mencapai 30,29% dengan
tingkat kematian berkisar antara 11,56% hingga 49%. Usia rata-rata pasien adalah 49,4 tahun dan jenis kelamin
terbanyak adalah laki-laki. Kriteria klinis untuk mendiagnosis sepsis dapat menggunakan
quick sequential organ failure assessment (qSOFA). Berbagai penanda awal
sepsis telah dikembangkan untuk diagnosis sepsis, salah satunya yaitu rasio
neutrofil limfosit sebagai metode yang cepat dan mudah untuk menilai adanya
inflamasi dan memprediksi angka kematian di intensive care unit (ICU).
Rasio neutrofil terhadap limfosit (RNL) memiliki potensi untuk memprediksi
bakteremia pada pasien dengan infeksi yang didapat dari komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio
neutrofil limfosit sebagai prediktor disfungsi organ pada pasien sepsis
berdasarkan diagnosis qSOFA di ruangan intensive care unit RSUD waled.
Metode ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan desain cross
sectional. Pengambilan data dengan cara total sampling. Data tersebut
dianalisis menggunakan chi square untuk mengetahui rasio neutrofil
limfosit sebagai prediktor pada pasien sepsis berdasarkan diagnosis qSOFA.
Terdapat hubungan bermakna rasio neutrofil limfosit sebagai prediktor disfungsi
organ pada pasien sepsis berdasarkan diagnosis qSOFA (p = 0,01). Rasio
neutrofil limfosit bisa menjadi prediktor disfungsi organ pada pasien sepsis
berdasarkan diagnosis qSOFA.
Kata Kunci: RNL, qSOFA, ICU, Sepsis.
Sepsis is the host's systemic response to infection. In
2018, the incidence rate of sepsis in Indonesia remained high, reaching 30.29%,
with mortality rates ranging from 11.56% to 49%. The average age of patients
was 49.4 years, and the majority were male. Clinical criteria for diagnosing
sepsis can use the quick sequential organ failure assessment (qSOFA). Various
early sepsis markers have been developed for sepsis diagnosis, one of which is
the neutrophil-to-lymphocyte ratio as a quick and easy method to assess
inflammation and predict mortality in the intensive care unit (ICU). The
neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR) has the potential to predict bacteremia in
patients with community-acquired infections. This study aims to determine the
neutrophil-to-lymphocyte ratio as a predictor of organ dysfunction in sepsis
patients based on qSOFA diagnosis in the ICU of RSUD Waled. This is an
analytical observational study with a cross-sectional design. Data were
collected using total sampling. The data were analyzed using chi-square to
determine the neutrophil-to-lymphocyte ratio as a predictor in sepsis patients
based on qSOFA diagnosis. There was a significant association between the
neutrophil-to-lymphocyte ratio as a predictor of organ dysfunction in sepsis
patients based on qSOFA diagnosis (p = 0.01). The neutrophil-to-lymphocyte
ratio can be a predictor of organ dysfunction in sepsis patients based on qSOFA
diagnosis.
Keywords: NLR, qSOFA, ICU, Sepsis.
Pendahuluan
Sepsis merupakan kondisi dimana terjadi invasi bakteri ke dalam pembuluh
darah yang akan menyebabkan inflamasi sistemik dengan melibatkan banyak
mediator inflamasi ataupun sitokin.
Ketika terjadi sepsis, proses fibrinolitik terganggu oleh plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1), yang menghalangi plasminogen
untuk berubah menjadi plasmin dan mengurangi kerusakan fibrin. Pada proses ini,
aktivitas koagulasi tetap berlangsung dan mengakibatkan pembentukan bekuan
fibrin. Gumpalan fibrin ini kemudian masuk ke dalam aliran darah, mengganggu
pasokan oksigen ke jaringan maupun organ tubuh. Hasilnya adalah iskemia
jaringan dan disfungsi organ, seperti disfungsi pernapasan, kardiovaskular,
ginjal, hepar, serta terjadi penurunan kesadaran.
Menurut World Health
Organization (WHO), pasien terdiagnosis sepsis mencapai 30 juta kasus
setiap tahun di seluruh dunia. Banyaknya kasus tersebut dapat mengakibatkan 6
juta kematian setiap tahunnya.
Berbagai
penanda awal untuk mendiagnosis sepsis telah dikembangkan. Pemeriksaan C-Reactive
Protein (CRP), Laju Endap Darah (LED), dan jumlah leukosit memberikan hasil
yang kurang sensitif, terutama dalam mengidentifikasi infeksi bakteri. Dalam
sebuah studi yang dilakukan oleh Jekarl et al, disampaikan bahwa
sensitifitas dan spesifisitas penanda awal seperti CRP (66,5% dan 50,8%), LED
(56,2% dan 55,3%), dan jumlah leukosit (41% dan 77,8%) pada pasien yang
dicurigai mengalami infeksi.
Standar baku emas dalam mendiagnosis sepsis masih bergantung
pada hasil kultur darah, yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk
pemeriksaannya yaitu 3-5 hari. Sensitifitas hasil dari kultur darah masih
rendah, hanya dapat mengidentifikasi sekitar 20-40% pasien sepsis dengan hasil
positif, sementara 70% pasien sepsis mendapatkan hasil kultur darah yang
negatif meskipun memiliki gejala klinis yang sesuai. Selain itu, spesifisitas
kultur darah juga dapat terganggu karena adanya kontaminasi. Oleh karena itu,
diperlukan metode yang lebih cepat dalam mendiagnosis sepsis, seperti
penggunaan rasio neutrofil limfosit (RNL).
Respons imun ketika terjadi invasi bakteri ditandai oleh
peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit dalam darah. Akibat
dari peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit ini, dapat
mengakibatkan peningkatan RNL. Rasio neutrofil limfosit adalah perbandingan
antara jumlah neutrofil absolut dan jumlah limfosit absolut dalam darah. Jumlah
neutrofil dan limfosit dapat diukur melalui pemeriksaan darah rutin yang sering
dilakukan di rumah sakit, yaitu pemeriksaan differential count.
Rasio neutrofil limfosit (RNL) merupakan metode yang cepat
dan sederhana untuk menilai adanya inflamasi serta untuk memprediksi angka
kematian di intensive care unit (ICU). Rasio neutrofil limfosit
(RNL) memiliki potensi untuk memprediksi terjadinya bakteremia. Sensitifitas
dan spesifisitas RNL mencapai 75% dan 44,44%, yang menunjukkan bahwa RNL
memiliki sensitifitas yang baik dalam mengidentifikasi sepsis pada tahap awal.
Angka kematian akibat bakteremia mencapai 25-30%, yang kemudian meningkat
menjadi 50% pada kasus sepsis.
Menurut penelitian Iswandi, et al pada tahun 2019, terdapat
hubungan antara rasio neutrofil limfosit (RNL) dengan pasien sepsis. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa, pasien sepsis yang memiliki nilai RNaL
>13,05 sebanyak 18 pasien (66,67%) meninggal, sedangkan pada pasien geriatri
yang memiliki nilai RNL <13,05, sebanyak 9 pasien (36%) meninggal.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled, Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat pada bulan Juli 2023. Jenis penelitian yang digunakan
adalah analitik obsevasional dengan menggunakan rancangan Cross sectional dan pengumpulan data menggunakan data sekunder
yaitu rekam medis. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang
dirawat di ruangan ICU RSUD Waled pada bulan Januari 2020-Desember 2022 dan
data rekam medis pada bulan Januari 2020-Desember 2022 yang lengkap. Penelitian
telah mendapatkan persetujuan dari �Komisi
Etik FK UGJ dengan nomor 54/EC/FKUGJ/VI/2023. Data dianalisis dengan analisis
univariat dan analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square untuk
menganalisis pengaruh variabel disertai dengan tabel distribusi frekuensi
serta tabel analisis chi square.
Hasil dan Pembahasan
����������� Dalam penelitian ini, sebanyak 121
sampel yang dapat memenuhi kriteria inklusi untuk menilai pengaruh nilai RNL sebagai
prediktor disfungsi organ pada pasien sepsis berdasarkan diagnosis qSOFA yang
di rawat di Intensive Care Unit �RSUD
Waled periode 2020-2022.
Tabel
1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien
Karakteristik |
Frekuensi
(n) |
Persentasi
(%) |
Usia |
|
|
17-25 |
1 |
1% |
26-35 |
6 |
4,92% |
36-44 |
18 |
14,75% |
45-59 |
49 |
40,98% |
60-74 |
41 |
33,61% |
75-90 |
6 |
4,92% |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
67 |
55,4% |
Perempuan |
54 |
44,6% |
Tabel 1 menunjukan karakteristik usia
dengan rentang umur 45-59 tahun merupakan presentase usia paling banyak pasien
yang dirawat di ICU yaitu sebanyak 40,98%. Distribusi jenis kelamin pasien yang dirawat di ICU lebih banyak laki-laki dengan
presentase sebanyak 55,4% dibandingkan perempuan dengan presentase sebanyak
44,6%.
Tabel 2
Distribusi
Nilai RNL
RNL |
Standar Deviasi |
Jumlah |
Rata-Rata |
Persentase |
Tinggi ≥3,13 |
11,520 |
71 |
11,8139579 |
90% |
Normal <3,13 |
11,610 |
50 |
1,86514385 |
10% |
Tabel 2 menunjukan bahwa distribusi pasien yang memiliki
nilai RNL yang tinggi sebanyak 71 pasien dengan standar deviasi 11,52 dan rata
rata nya adalah 11,81 dimana mendapatkan presentase sebanyak 90%.
Tabel 3
Distribusi
Nilai qSOFA
qSofa |
Jumlah |
Persentase |
1 |
57 |
47% |
2 |
30 |
27% |
3 |
34 |
26% |
Tabel 3 menunjukan bahwa distribusi pasien yang memiliki
nilai qSOFA positif (2) sebanyak 30 pasien dengan presentase 27%. Dan untuk
pasien dengan qSOFA positif (3) sebanyak 34 pasien dengan presentase 26 %.
Distribusi qSOFA dalam penelitian ini, didapatkan banyak pasien dengan qSOFA
positif yaitu sebanyak 64 pasien.
Tabel 4
Nilai
RNL dan qSOFA Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin |
RNL |
qSOFA |
|
|
|
Positif |
Negatif |
Laki-Laki |
Tinggi |
30 |
12 |
|
Normal |
8 |
17 |
Perempuan |
Tinggi |
17 |
12 |
|
Normal |
8 |
17 |
Tabel 4 menunjukan bahwa analisis nilai
RNL dan skor qSOFA berdasarkan jenis kelamin didapatkan sebanyak 30 pasien
laki-laki dengan RNL tinggi dan qSOFA positif dan sebanyak 17 pasien dengan RNL
tinggi dan qSOFA positif.
Tabel 5
Analisis
Nilai RNL dan qSOFA Berdasarkan Usia
Usia |
RNL |
qSOFA |
|
|
|
Positif |
Negatif |
17-25 |
Tinggi |
0 |
0 |
|
Normal |
0 |
1 |
26-35 |
Tinggi |
3 |
0 |
|
Normal |
1 |
2 |
36-45 |
Tinggi |
12 |
3 |
|
Normal |
2 |
1 |
45-59 |
Tinggi |
14 |
14 |
|
Normal |
6 |
15 |
60-74 |
Tinggi |
16 |
7 |
|
Normal |
7 |
11 |
75-90 |
Tinggi |
2 |
0 |
|
Normal |
0 |
4 |
Tabel 5 menunjukan bahwa pasien dengan
rentang usia 60-74 memiliki nilai RNL tinggi dan qSOFA positif lebih banyak.
Hasil analisis bivariat
Tabel 6
Analisis Bivariat Variabel Penelitian
|
qSOFA |
P value |
||
Positif |
Negatif |
|
||
RNL |
Tinggi |
42 |
30 |
0,01 |
Normal |
14 |
35 |
Tabel 6 menunjukan bahwa hasil Uji Chi Square
diperoleh nilai signifikansi 0,01 yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang
bermakna.
a.
Sebanyak 42 orang memiliki nilai RNL tinggi dan nilai qSOFA positif.
b.
Sebanyak 30 orang memiliki nilai RNL tinggi dan nilai qSOFA negatif.
c.
Sebanyak 14 orang memiliki nilai RNL normal dan nilai qSOFA positif.
d.
Sebanyak 35 orang nilai RNL normal, memiliki nilai qSOFA negatif.
Uji sensitivitas
Berdasarkan uji sensitifitas didapatkan hasil 75%, yang artinya
sensitifitas RNL dapat digunakan untuk menentukan diagnosis awal pada pasien
sepsis.
Berdasarkan uji spesifitas didapatkan hasil 46%, yang artinya spesifitas
RNL tidak cukup baik untuk menentukan diagnosis awal pada pasien sepsis.
Berdasarkan perhitungan nilai rasio prevalen yang
didapat adalah 2, bahwa jika RP
> 1 variabel bebas pada penelitian ini merupakan faktor resiko terjadinya
sepsis.
Pembahasan
Pada penelitian ini pasien jenis kelamin laki�laki (55,4%)
lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (44,6%). Pasien dengan jenis kelamin laki-laki yang memiliki
nilai RNL tinggi dan qSOFA positif sebanyak 26 pasien. Sedangkan pasien dengan
jeis kelamin perempuan yang memiliki nilai RNL tinggi dan qSOFA positif
sebanyak 16 pasien. Pada kasus ini laki-laki menjadi faktor resiko kemungkinan
terjadinya sepsis
Pada penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2020 di Padang
tentang hubungan RNL dengan skor SOFA pada
pasien sepsis di ICU yang mengatakan bahwa 76,7%
subjek penelitian adalah laki-laki.
Pada tabel 5 frekuensi usia terbanyak RNL tinggi dan qSOFA positif pada
subjek penelitian ini adalah di rentang umur 60-74 tahun. Penelitian ini
sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Epiloksa, et al di mana
rata-rata usia subjek penelitian adalah 50,2 tahun, dengan rentang usia antara
12 hingga 91 tahun.
Hasil analisis
tabulasi silang dibuat untuk menentukan RNL dan skor qSOFA dapat menjadi
rujukan dalam mendiagnosis sepsis. Pada tabel 6 terdapat 42 pasien dengan nilai
RNL tinggi dan skor qSOFA positif, dimana keadaan ini menjelaskan bahwa terjadi
inflamasi sistemik dan adanya disfungsi organ pada pasien. Sesuai dengan
penelitian Spoto, et al bila nila RNL tinggi dan nilai qSOFA positif menandakan
terjadinya sepsis. Pada penelitian tersebut juga menyatakan angka positive
predictive value sebesar 99,7% dan nilai negative predictive value
sebesar 76%.
Nilai RNL dan skor qSOFA dalam mendiagnosis sepsis dilakukan uji
sensitifitas dan uji spesifisitas untuk mengetahui persentase masing-masing
data tersebut. Didapatkan nilai uji sensitifitas pada penelitian ini sebesar
75% dan nilai uji spesifisitas sebesar 46%. Penelitian ini sejalan dengan
peneltian Irawati, et al dimana sensitifitas
dan spesifisitas RNL mencapai 75% dan 44,44%, yang menunjukkan bahwa RNL
memiliki sensitifitas yang baik dalam mengidentifikasi sepsis pada tahap awal.
Berdasarkan pada tabel 6, dilakukan uji rasio prevalen dan didapatkan
hasil perhitungan yaitu 2, artinya bila RNL meningkat menjadi faktor resiko
terjadinya kegagalan fungsi organ. Sesuai dengan penelitian Li, et al
terdapat hubungan yang signifikan antara RNL dan qSOFA serta menjadi prediktor
prognosis kematian bila nilai RNL tinggi dan skor qSOFA meningkat.
Rata-rata RNL dalam penelitian ini adalah 11,7, angka ini
melebihi nilai normal RNL yang seharusnya <3,13. RNL meningkat disebabkan
oleh adanya mekanisme yang bertanggung jawab atas limfositopenia pada sepsis.
Mekanisme ini melibatkan proses marginalisasi dan redistribusi limfosit dalam
sistem limfatik, serta percepatan proses apoptosis. Apoptosis adalah proses
kematian sel yang terjadi ketika bakteri atau produk bakteri merangsang
makrofag untuk melepaskan zat-zat proapoptosis seperti TNF-α, nitrit oksida (NO), dan glukokortikoid. Kondisi ini
pada akhirnya akan menghambat produksi limfosit.
Penelitian ini mendapatkan pengaruh positif sangat kuat
antara RNL dengan skor qSOFA. Hasil ini sesuai dengan penelitian Epiloksa, et
al dimana terdapat korelasi antara kedua parameter tersebut (r = 0,96, p
<0,05).
Sistem kekebalan tubuh merespon inflamasi sistemik dengan meningkatkan
jumlah neutrofil dan mengurangi jumlah limfosit. Hal ini disebabkan oleh
perubahan dalam regulasi apoptosis selama keadaan inflamasi sistemik.
Keterlambatan dalam proses apoptosis neutrophil, memperpanjang aktivitas
neutrofil dalam proses inflamasi yang dapat meningkatkan produksi toksin
metabolik. Toksin metabolik dan sitokin inflamasi yang dilepaskan oleh
neutrofil dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan disfungsi organ. Saat
seseorang mengalami sepsis, apoptosis pada sel B dan sel T cenderung mengalami
penurunan. Limfositopenia mengurangi jumlah efektor inflamasi dan dapat
menghambat respons imun adaptif. Hal ini membuat pasien menjadi lebih rentan
terhadap infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di lingkungan perawatan
medis) dan invasi mikroba oportunistik. Kondisi ini dapat memicu respons
inflamasi sistemik yang lebih lanjut.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
karakteristik pasien terbanyak berada pada rentang usia 45-59 tahun, mencakup
sekitar 40,50% dari total pasien, dengan mayoritas jenis kelamin adalah
laki-laki, mencapai sekitar 55,4%. Ditemukan bahwa sebanyak 71 pasien memiliki
distribusi nilai RNL yang tinggi, dengan standar deviasi sebesar 11,52 dan
rata-rata 11,81. Selain itu, 64 pasien menunjukkan distribusi skor qSOFA yang
positif, menghasilkan presentase sebesar 53%. Laki-laki menjadi jenis kelamin
yang paling dominan dalam kelompok pasien dengan nilai RNL tinggi dan qSOFA
positif, mencapai 30 pasien. Rentang usia 60-74 tahun juga menonjol dengan 16
pasien yang memiliki nilai RNL tinggi dan qSOFA positif. Secara keseluruhan, 42
orang menunjukkan kedua karakteristik ini. Analisis sensitivitas menghasilkan
nilai 75%, menunjukkan bahwa RNL memiliki sensitivitas yang baik untuk
diagnosis awal pasien sepsis. Namun, uji spesifitas menghasilkan nilai 46%,
menunjukkan bahwa spesifitas RNL tidak cukup baik untuk diagnosis awal sepsis.
Selain itu, dengan nilai rasio prevalensi sebesar 2 dan p value sebesar 0,01
dari analisis bivariat menggunakan chi-square, penelitian ini menyarankan bahwa
skor qSOFA dapat berpotensi menjadi prediktor sepsis.
Adiwijono. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi VI. Interna Publishing.
Ali, A., Kedokteran, F., Halu Oleo U.,
& Correspoding Author K. (2021). Uji Sensitivitas Dan Spesifisitas Rasio
Neutrofil Limfosit Terhadap Skor Sequential Organ Failure Assesment Dalam
Diagnosis Awal Sepsis Di Rumah Sakit Sensitivity And Specificity Test Of
Neutrofil Limfosite Ratio Against Sequential Organ Failure Assessment Scores
In Early Sepsis Diagnosis In The Hospital.
Arif, S. K., Bau, A., Rukka, S., &
Wahyuni, S. (2017). Comparison of Neutrophils-lymphocytes Ratio and
Procalcitonin Parameters in Sepsis Patient Treated in Intensive Care Unit Dr.
Wahidin Hospital, Makassar, Indonesia. Journal of Medical Science, 17-21.
Bouwman, W., Verhaegh, W., &
Stolpe, A. van de. (2021). Androgen Receptor Pathway Activity Assay for Sepsis
Diagnosis and Prediction of Favorable Prognosis. Front Med (Lausanne), 1-12.
doi:10.3389/fmed.2021.767145
Burns, B. (2023). Systemic Inflammatory
Response Syndrome. National Library of Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547669/
Caraballo, C., & Jaimes, F. (2019).
Organ Dysfunction in Sepsis : An Ominous Trajectory From Infection To
Death, 629-640.
Chakraborty, R. K., & Burns, B.
(2017). Changing definitions of sepsis. Turk Anesteziyoloji ve Reanimasyon
Dernegi Dergisi, 45(3), 129-138. doi:10.5152/TJAR.2017.93753
Darwis, I., & Probosuseno. (2019).
Hubungan Neutrophil Lymphocyte Ratio dengan Outcome Sepsis pada Geriatri
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Journal Kedokteran Unila, 3(1), 147-153.
Delaloye, J., & Calandra, T.
(2014). Invasive candidiasis as a cause of sepsis in the critically ill
patient, 161-169.
Dafitri, I. A., Khairsyaf, O., Medison,
I., & Sabri, Y. S. (2020). Korelasi qSOFA dan NLR Terhadap Kadar Prokalsitonin
Untuk Memprediksi Luaran Pasien Sepsis Pneumonia di RSUP dr. M. DJAMIL Padang.
J Respir Indo, 40(3), 173-176. http://www.jurnalrespirologi.org
Echeverria, C., et al. (2019).
Endothelial Dysfunction in Pregnancy Metabolic Disorders. Molecular Basis of
Disease. Elsevier.
Febrianto, R., Farhanah, N., &
Sari, E. P. (2016). Menurut Kategori American Burn Association dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Sepsis di RSUP Dr. Kariadi,
1526-1534.
G�l, F., Arslantaş, M. K., Cinel,
İ., & Kumar, A. (2017). Changing definitions of sepsis. Turk
Anesteziyoloji ve Reanimasyon Dernegi Dergisi, 45(3), 129-138.
doi:10.5152/TJAR.2017.93753
Gyawali, B., Ramakrishna, K., &
Dhamoon, A. S. (2019). Sepsis: The evolution in definition, pathophysiology,
and management. SAGE Open Med, 7, 205031211983504.
doi:10.1177/2050312119835043
Iba, T., Umemura, Y., et al. (2019).
Diagnosis of sepsis-induced disseminated intravascular coagulation and
coagulopathy, 223-232. doi:10.1002/ams2.411
Jekarl, D. W., Lee, S., Kim, M., et al.
(2019). Procalcitonin as a prognostic marker for sepsis based on SEPSIS
‐ 3, 1-7. doi:10.1002/jcla.22996
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2011). Pedoman interpretasi data klinik. Kementrian kesehatan RI,
1-83.
Kundu, S., Tabassum, S., & Kumar,
R. (2020). A perspective on sepsis pathogenesis, biomarkers and diagnosis: A
concise survey. Med Devices Sens, 3(4), 1-22. doi:10.1002/mds3.10089
Levy, M. M., Evans, L. E., &
Rhodes, A. (2018). The Surviving Sepsis Campaign Bundle : 2018 update.
Intensive Care Med, 44(6), 925-928. doi:10.1007/s00134-018-5085-0
Liu, J., Liu, Y., Xiang, P., et al.
(2020). Neutrophil-to-lymphocyte ratio predicts critical illness patients with
2019 coronavirus disease in the early stage. J Transl Med, 18(1), 1-12. doi:10.1186/s12967-020-02374-0
Mahapatra, S., & Hefffiner, A. C.
(2023). Septic Shock. NCBI.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430939/?report=printable
Patklin, P. D. S. (2020). Usulan
Panduan Pemeriksaan Laboratorium Covid-19. PDS PatKLIn, 1-3.
Pikwer, A., Carlsson, M., Mahmoud, D.
A., & Castegren, M. (2020). The Patient�s Gender Influencing the Accuracy
of Diagnosis and Proposed Sepsis Treatment in Constructed Cases. Emerg Med
Int, 2020, 1-7. doi:10.1155/2020/4823095
Pool, R., Gomez, H., & Kellum, J.
A. (2019). Mechanisms, 34(1), 63-80. doi:10.1016/j.ccc.2017.08.003
Purba, A. K. R., Mariana, N., Aliska,
G., et al. (2020). The burden and costs of sepsis and reimbursement of its
treatment in a developing country: An observational study on focal infections
in Indonesia. International Journal of Infectious Diseases, 96, 211-218.
doi:10.1016/j.ijid.2020.04.075
Purwanto, D. S., & Astrawinata, D.
A. W. (2018). Mekanisme Kompleks Sepsis dan Syok Septik. Jurnal Biomedik
(Jbm), 10(3), 143. doi:10.35790/jbm.10.3.2018.21979
Purwanto, D. S., & Astrawinata, D.
A. W. (2019). Pemeriksaan Laboratorium sebagai Indikator Sepsis dan Syok
Septik, 1-9.
Rsup AT, & Sudirohusodo, W. (2021).
Tesis Hubungan Skor qSOFA, skor SOFA dan Kadar Laktat Darah Dengan Mortalitas Pasien
Sepsis Halaman Pengajuan Hubungan Skor qSOFA, skor SOFA dan Kadar Laktat Darah
Dengan Mortalitas Pasien Sepsis.
Rumah, D., Abdoel, S. H., & Bandar,
M. (2015). Hubungan Lama Hari Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Kemih Pada Pasien Yang Terpasang Kateter di Ruang Rawat Inap Penyakit,
28-33.
Rudd, K. E., Johnson, S. C., Agesa, K.
M., et al. (2020). Global, regional, and national sepsis incidence and
mortality, 1990�2017: analysis for the Global Burden of Disease Study. The
Lancet, 395(10219), 200-211. doi:10.1016/S0140-6736(19)32989-7
Saputra, I. M. Y., Gustawan, W., Utama,
M. D., & Arhana, B. (2019). Rasio Neutrofil dan Limfosit (NLCR) Sebagai
Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Bakteri di Ruang Rawat Anak RSUP Sanglah
Denpasar. Sari Pediatri, 20(6), 354. doi:10.14238/sp20.6.2019.354-9
Singer, M. M. F., Deutschman, C. S. M.
M., Seymour, C. W. M. M., et al. (2016). The Third International Consensus
Definitions for Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3), 23. doi:doi:
10.1001/jama.2016.0287
Simmons, J. M., & Pittet, J. F. M.
(2015). The Coagulopathy of Acute Sepsis, 18. doi:10.1097/ACO.0000000000000163
Spoto, S., Lupoi, D. M., Valeriani, E.,
et al. (2021). Diagnostic accuracy and prognostic value of
neutrophil-to-lymphocyte and platelet-to-lymphocyte ratios in septic patients
outside the intensive care unit. Medicina (Lithuania), 57(8), 1-11.
doi:10.3390/medicina57080811
Sudiartha, I. P. G., Wiargitha, I. K.,
Gde, T., & Mahadewa, B. (2020). Perbedaan nilai Neutrophil Lymphocyte
Ratio ( NLR ) terhadap pemeriksaan kultur darah dalam mendiagnosis sepsis pada
pasien peritonitis di RSUP Sanglah , Bali , Indonesia, 11(1), 165-171.
doi:10.15562/ism.v11i1.571
Ummaimah Epiloksa, A., Efrida, A.,
& Syahrul, Z. (2020). Hubungan Rasio Neutrofil � Limfosit Dengan Skor
Sequential Organ Failure Assesment Pada Pasien Sepsis Di Intensive Care Unit
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 9(1S), 16-21.
doi:10.25077/jka.v9i1s.1150
Wafiyatunisa, Z. (2016). Hubungan
Obesitas dengan Terjadinya Preeklampsia. Jurnal Majority, 5(5).
WHO. (n.d.). Maternal Mortality
Evidence Brief Progress.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
Ziarno, N. L. P., Ivana, & Nur, A.
F. (2019). Hubungan Obesitas dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil:
Jurnal Kesehatan Tadulako.
Copyright holder: Faradilla
Fitri Santika, Isti Noviani, Friska Oktavrisa (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |