Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September 2022�����������
HUBUNGAN
SINDROM METABOLIK DENGAN PREEKLAMPSIA DI PUSKESMAS MAJASEM
�
Farah
Syaufika Husnaa1, Triono Adi Suroso2, Zulkifli Ahmad3
1 Fakultas
Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Indonesia
2,3 Departemen
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Kata
Kunci: sindrom
metabolik, obesitas, preeklampsia
Abstract
Preeclampsia is a pregnancy-induced hypertension accompanied by
proteinuria or other organ system disturbances. The incidence of preeclampsia
in Indonesia is 128,273 per year or around 5.3%, with no apparent decrease in
cases over the last two decades. Several risk factors can contribute to the
development of preeclampsia, one of which is obesity, a metabolic disorder in
the body and a clinical manifestation of metabolic syndrome. This study aims to
determine the incidence of metabolic syndrome in postpartum mothers with a
history of preeclampsia, understand the incidence of preeclampsia, and analyze
the relationship between metabolic syndrome and preeclampsia at Majasem
Community Health Center in 2022. The study utilizes an analytical observational
method with a cross-sectional approach. Data used are medical records of
postpartum mothers in 2022 at Majasem Community Health Center. The total
sampling method was employed, resulting in 40 research samples. Bivariate
analysis using Spearman's correlation test indicates that the number of
postpartum mothers experiencing metabolic syndrome is 16. The total number of preeclampsia
cases at Majasem Community Health Center is 40. The Spearman test results show
a significant relationship between metabolic syndrome and preeclampsia, with a
p-value of 0.018 < 0.05.
Keywords: metabolic syndrome, obesity, preeclampsia
Pendahuluan
Menurut
WHO (�world health organization) pada tahun 2020, sebanyak 287.000
wanita dari seluruh dunia meninggal akibat penyebab yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan. Sekitar 95% kematian ibu dari seluruh dunia terjadi
di negara miskin dan negara berkembang.
Insiden
preeklampsia di Indonesia adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3% dimana tidak
tampak adanya penurunan kasus dalam dua dekade terakhir.
Peningkatan
berat badan berlebih pada ibu hamil dapat mengakibatkan berbagai risiko baik
untuk ibu maupun janin.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Desian
penelitian cross sectional merupakan desain penelitian dengan pengukuran
variabel dilakukan hanya satu kali observasi dari populasi pada satu waktu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi sindrom metabolik dan
preeklampsia pada ibu post partum serta menganalisis hubungan antara
sindrom metabolik dengan preeklampsia di Puskesmas Majasem, Kota Cirebon pada
tahun 2022. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu
jumlah total kasus preeklampsia di Puskemas Majasem pada tahun 2022 dan
diperoleh sebanyak 40 sampel.
Hasil
dan Pembahasan
Penelitian
ini dilakukan di Puskesmas Majasem, Kota Cirebon, Jawa Barat. Data yang
digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis ibu
hamil di Puskesmas Majasem pada tahun 2022. Data yang diambil meliputi hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan serta data hasil pengukuran tekanan
darah dan hasil pemeriksaan protein urin. Data tinggi badan dan berat badan
kemudian dihitung menggunakan rumus perhitungan indeks massa tubuh (IMT).
Kategori IMT yang termasuk ke dalam kriteria sindrom metabolik adalah kategori
obesitas (IMT > 30 kg/m2).
Tabel 1
Hasil
pengukuran IMT
Hasil Pengukuran IMT |
Frekuensi |
% |
Overweight |
24 |
60 |
Obesity |
16 |
40 |
Total |
40 |
100 |
Tabel di atas menunjukkan subjek
penelitian yang
tidak mengalami sindrom metabolik, didapatkan sebanyak 24 orang (60%) dan termasuk ke dalam
kategori IMT overweight. Sedangkan, yang mengalami sindrom
metabolik yaitu dengan kategori IMT obesity terdapat 16 orang (40%).
Tabel 2
Distribusi
frekuensi preeklampsia
Preeklampsia |
Frekuensi |
% |
Preeklampsia |
34 |
85 |
Preeklampsia berat: |
6 |
15 |
Total |
40 |
100 |
Jumlah
ibu hamil di Puskesmas Majasem pada tahun 2022, sebanyak 34 orang (85%)
mengalami preeklampsia. Sedangkan yang preeklampsia berat terdapat 6 orang (15%). Setelah didapatkan jumlah
dari tiap-tiap variabel yaitu sindrom metabolik dan preeklampsia, selanjutnya
dilakukan uji korelasi spearman untuk menganalisis adanya hubungan
antara sindrom metabolik dengan preeklampsia di Puskesmas Majasem.
Tabel 3
Hasil
Uji korelasi speearman
Preeklampsia |
Total |
p value |
||||
Preeklampsia |
Preeklampsia berat: |
|||||
Sindrom
metabolik |
Tidak sindrom metabolik |
N |
23 |
1 |
24 |
0.018 |
% |
57,55 |
2,5% |
60% |
|||
Sindrom metabolik |
N |
11 |
5 |
16 |
||
% |
27,5% |
12,5% |
40% |
|||
Total |
N |
34 |
6 |
40 |
||
% |
85% |
15% |
100% |
Pembahasan
Sindrom
metabolik
Sindrom
metabolik merujuk pada kelainan multifaktorial yang muncul akibat gangguan
metabolik. Pada sindrom metabolik terjadi inflamasi kronis akibat disfungsi
vaskular, dan juga disfungsi endotel yang kemudian menyebabkan inflamasi dan
agregasi trombosit, menyebabkan kondisi stres oksidatif akibat pelepasan reactive
oxygen species (ROS) melalui mitokondria endotel yang kemudian berujung
pada pertumbuhan dan proses remodelling vaskuler. Hal tersebut merupakan
mekanisme yang mendasari terjadinya preeklampsia.(8)
Salah
satu komponen dari sindrom metabolik adalah hasil pengukuran indeks massa tubuh
(IMT) dengan nilai > 30 kg/m2 atau termasuk ke dalam kategori
obesitas.(9) Pada seseorang yang mengalami obesitas baik dalam
keadaan hamil ataupun tidak, terjadi suatu kondisi yang disebut dengan
disfungsi endotel. Obesitas, melalui beberapa mekanisme dapat meningkatkan
risiko terjadinya preeklampsia. Pada ibu hamil obesitas yang mengalami
preeklampsia terjadi peningkatan berlebih dari fibronektin, sebuah molekul glikoprotein
yang terdapat pada matriks ekstraseluler, yang dihasilkan oleh sel epitel serta
sel-sel endotel. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ini Luh
Putu Purnamasari Ziarno, dkk pada tahun 2020 dimana pada ibu hamil dengan
adanya kenaikan berat badan sebesar 5-7 kg/m2�
akan memiliki peluang terjadinya preeklampsia sebesar 2 kali lipat.(8)
Berdasarkan
hasil uji korelasi spearman didapatkan adanya hubungan antara sindrom metabolik
dengan preeklampsia di Puskesmas Majasem. Hasil uji korelasi spearman
didapatkan nilai p value (Sig.) sebesar 0,018 < 0.05 sehingga
terdapat hubungan antara Sindrom metabolik dengan preeklampsia.
Obesitas
merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin besar dengan semakin
besarnya IMT. Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin, yang juga
merupakan faktor risiko preeklampsia. Obesitas meningkatkan risiko preeklampsia
sebanyak 2,47 kali lipat (95% CI, 1,66 � 3,67), sedangkan wanita dengan IMT
sebelum hamil > 35 dibandingkan dengan IMT 19-27 memiliki risiko
preeklampsia 4 kali lipat (95% CI, 3,52-5,49).(10)
Indeks
massa tubuh yang berlebihan berhubungan dengan menurunnya perfusi organ akibat
vasospasme� dan aktivitas endotel. Pada
ibu hamil, peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang berlebih atau obesitas
dapat menyebabkan inflamasi vaskuler yang kemudian dapat menyebabkan disfungsi
endotel yang kemudian mendasari patogenesis preeklampsia. Indeks massa tubuh
yang berlebih berhubungan dengan menurunnya perfusi organ akibat vasospasme� dan aktivitas endotel. Pada ibu hamil,
peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang berlebih atau obesitas dapat
menyebabkan inflamasi vaskuler yang kemudian dapat menyebabkan disfungsi
endotel yang kemudian mendasari patogenesis preeklampsia. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia Margaretta Sari, dkk. pada
tahun 2019 dimana terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian preeklampsia
dengan komponen metabolik yaitu indeks massa tubuh (IMT) dengan p value sebesar
0,00.(10)
Preeklampsia
Preeklampsia
merupakan suatu sindroma spesifik yang ditandai dengan munculnya hipertensi
dalam kehamilan disertai adanya proteinuria atau bukti adanya kegagalan organ
lain. Salah satu mekanisme yang menyebabkan preeklampsia adalah kegagalan pada
proses pembentukan plasenta yang menyebabkan plasenta tidak bisa tumbuh
sebagaimana mestinya untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi janin.
Perkembangan janin yang normal bergantung pada perubahan hemodinamik dan
kardiovaskular ibu sebagai suatu kompensasi pemenuhan oksigen dan nutrisi bagi
janin. Perubahan yang signifikan pada volume darah maternal akan disertai
dengan peningkatan cardiac output dan vasodilatasi pembuluh darah yang
menyebabkan resistensi vaskular dan pada akhirnya menimbulkan peningkatan tekanan
darah.(11)
Meskipun
selama ini diyakini bahwa mekanisme patofisiologi yang menyebabkan preeklampsia
adalah adanya kegagalan pada proses pembentukan plasenta atau faulty
placentation, namun ternyata faktor metabolisme ibu juga bisa mendasari
terjadinya preeklampsia. Perubahan pada metabolisme lemak dapat berperan pada
lesi endotel wanita yang mengalami preeklampsia. Pada wanita dengan
preeklampsia bisa ditemukan adanya lesi pada arteri uteroplasenta.
Karakteristik lesinya adalah berupa daerah dengan nekrosis fibrinoid yang
dikelilingi oleh sel makrofag yang memfagosit lipid, mirip pada lesi orang
dengan atherosklerosis.(11)
Perubahan
pada metabolisme lemak berperan terhadap pembentukan lesi endotel yang
ditemukan pada wanita dengan preeklampsia. Keparahan dari hipertensi dan
proteinuria mencerminkan keparahan dari disfungsi endotel yang terjadi.
Disfungsi endotel maternal pada preeklampsia menghasilkan peningkatan
resistensi sistemik sehingga menyebabkan penurunan perfusi pada seluruh organ.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Echeverria (2019), bahwa
berdasarkan hasil studi in vivo, ditemukan rendahnya mekanisme
vasodilatasi yang diinduksi oleh endotel pada wanita dengan preeklampsia
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami preeklampsia.(11)
Inflamasi
kronis akibat sindrom metabolik menyebabkan kerusakan vaskuler sehingga
memerlukan proses remodelling vaskuler.(12) Kaitan inflamasi
vaskuler pada sindrom metabolik terhadap preeklampsia adalah melalui
keterlibatan dari inositol phosphoglycans (IPGs). IPGs merupakan suatu
molekul yang berperan dalam menyediakan efek trofik pada insulin, meningkatkan
sintesis protein, berperan dalam proses pertumbuhan sel, diferensiasi serta
ketahanan sel dari fetus maupun plasenta. Pada sindrom metabolik terjadi
ketidakseimbangan sirkulasi faktor angiogenik dan secondary messenger dari
insulin dan terjadi juga perubahan imunologi. Adanya perubahan imunologi yang
terjadi pada sindrom metabolik menyebabkan pelepasan IPGs berbentuk lipid seperti
misalnya IPGs tipe P dari sirkulasi fetus atau plasenta ke sirkulasi ibu. Hal
tersebut menyebabkan kerusakan dari sel endotel.
Obesitas
sentral sebagai marker dari obesitas visceral memiliki risiko yang lebih
tinggi dibandingkan dengan obesitas perifer. Lemak visceral berbeda dengan
lemak subkutan. Lemak visceral menghasilkan lebih banyak C-reactive protein
(CRP) dan sitokin inflamasi sehingga mengakibatkan lebih banyak dihasilkannya
stress oksidatif. Stress oksidatif disebutkan merupakan hasil dari peningkatan free
fatty acid dan adanya inflamasi. Diet juga disebutkan sebagai salah
satu penyebab meningkatnya stress oksidatif. Pada orang dengan obesitas, kadar
antioksidan dalam darahnya lebih rendah, hal ini kemungkinan dapat disebabkan
karena rendahnya konsumsi antioksidan atau tingginya konsumsi makanan yang kaya
karbohidrat dan lemak. Diet seperti ini berhubungan dengan meningkatnya radikal
bebas dalam tubuh dan pola diet ini lebih sering ditemukan pada orang obesitas
dan wanita yang kemudian akan mengalami preeklampsia.
Simpulan
Penelitian
ini menggambarkan gambaran insidensi sindrom metabolik dan preeklampsia pada
ibu postpartum di Puskesmas Majasem, Kota Cirebon, tahun 2022. Sindrom
metabolik, khususnya obesitas sebagai salah satu komponennya, terbukti
berkaitan dengan risiko terjadinya preeklampsia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebanyak 40% dari responden mengalami sindrom metabolik, dengan mayoritas
termasuk dalam kategori obesitas. Di sisi lain, sebanyak 85% dari responden mengalami
preeklampsia, dengan sebagian kecil di antaranya mengalami preeklampsia berat.
Analisis
statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara sindrom metabolik, terutama obesitas, dengan kejadian
preeklampsia di Puskesmas Majasem. Hasil ini konsisten dengan temuan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko
preeklampsia pada ibu hamil. Obesitas, sebagai bagian dari sindrom metabolik,
memengaruhi fungsi dan perfusi plasenta melalui perubahan metabolik, inflamasi
kronis, dan disfungsi endotel.
Dalam
konteks kesehatan ibu dan anak, pemahaman terhadap hubungan antara sindrom
metabolik, obesitas, dan preeklampsia memiliki implikasi penting dalam upaya
pencegahan dan manajemen risiko selama kehamilan. Penekanan pada pengelolaan
berat badan, monitoring tekanan darah, dan pemantauan kesehatan metabolik
selama kehamilan dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengurangi risiko
preeklampsia..
BIBLIOGRAFI
Centers for Disease Control and
Prevention. (2020). Maternal Mortality Evidence Brief Progress. Retrieved from
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. (2022). Profil kesehatan provinsi Jawa Barat 2022. Kota Cirebon.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. (2021). Profil kesehatan Kota Cirebon 2021.
Fadhilah, M. Z., Fitriani, R.,
Gama, A. W., Hartoko, R. A., Lutfi, M., Universitas), et al. (2022). Analisis
Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil yang Bersalin di Rsud
Sawerigading Palopo. Medical Journal : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran,
5.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2022). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Komplikasi
Kehamilan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Komplikasi Kehamilan; Nomor
HK.01.07/MENKES/91/2017, 2017, 30�5.
Robillard, P. Y., Dekker, G.,
Scioscia, M., & Saito, S. (2022). Progress in the understanding of the
pathophysiology of immunologic maladaptation related to early-onset
preeclampsia and metabolic syndrome related to late-onset preeclampsia.
American Journal of Obstetric and Gynecology, 226(2), S867�S875.
Sari, Y. M., Serudji, J., &
Machmud, R. (2019). Perbandingan Kejadian Kehamilan Preeklampsia Berdasarkan
Komponen Metabolik. Andalas Obstetric and Gynecology Journal, 3(2).
Setiati, S., et al. (2016). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Vol. II. Jakarta: Interna Publishing.
Tendean, H. M., & Wagey, F. W.
(n.d.). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Preeklampsia.
Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic
Tran, V., De Silva, T. M., Sobey,
C. G., Lim, K., Drummond, G. R., Vinh, A., et al. (2020). The Vascular
Consequences of Metabolic Syndrome: Rodent Models, Endothelial Dysfunction, and
Current Therapies. Frontiers in Pharmacology, 11.
Wafiyatunisa, Z. (2016). Hubungan
Obesitas dengan Terjadinya Preeklampsia. Jurnal Majority, 5(5).
World Health Organization. (2020).
Maternal Mortality Evidence Brief Progress. Retrieved from
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
Ziarno, N. L. P., Ivana, & Nur,
A. F. (2019). Hubungan Obesitas dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil.
Jurnal Kesehatan Tadulako.
Copyright holder: Farah Syaufika Husnaa, Triono Adi Suroso, Zulkifli Ahmad (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |