Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 1, Januari 2024
DETERMINANT YIELD SPREAD SUKUK DAN OBLIGASI
KONVENSIONAL DI INDONESIA
Utut
Rara Putra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mempertegas perbedaan antara Sukuk dan Obligasi Konvensional melalui faktor
yang mempengaruhi yield spread pada Sukuk dan Obligasi Konvensional.
Peneliti menggunakan dua variabel utama dalam menganalisa perbedaan yield
spread yaitu firm spresific dan kondisi makro ekonomi. Data yang
digunakan adalah Sukuk dan Obligasi Konvensional pada periode 2015 – 2021
dengan jangka waktu jatuh tempo pada 3, 5 dan 7 Tahun dengan total 385 Obligasi
Konvensional dan 80 Sukuk. Hasil
Penelitian mengungkapkan pada Obligasi Konvensional, rasio kecukupan bunga
berpengaruh secara signifikan terhadap selisih imbal hasil, sedangkan pada Sukuk
rasio modal menjadi variabel yang signifikan mempengaruhi. Sukuk dan Oblagasi
Konvensional juga dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi dengan variabel yang
berbeda.
Kata Kunci: Yield Spread, Sukuk,
Obligasi, Firm Spesific
Abstract
This study aims to emphasize the difference between Sukuk and
Conventional Bonds through the factors that affect the yield spread on Sukuk
and Conventional Bonds. Researchers use two main variables in analyzing
differences in yield spread, namely firm characteristic and macroeconomic
conditions. The data used are Sukuk and Conventional Bonds for the period 2015
– 2021 with maturity dates of 3, 5 and 7 years with a total of 385 conventional
bonds and 80 sukuk. The result shows that for conventional bonds, the interest
adequacy ratio has a significant effect on the difference in yields, while for
sukuk the capital ratio is a variable that has a significant influence. Sukuk
and Conventional Bonds are also influenced by macroeconomic conditions with
different variables.
Keywords: Yield Spread, Sukuk, Conventional Bonds, Firm Spesific
Pendahuluan
Menurut
Selama
beberapa dekade terakhir, terdapat perdebatan apakah sukuk adalah insturmen
pembiayaan yang menyerupai obligasi konvensioanl atau apakah sukuk memiliki
karakteristik uniknya sendiri
Menurut
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
Selisih
imbal hasil menjadi faktor yang penting bagi investor dan pelaku usaha di pasar
keuangan untuk menentukan keputusan pengambilan risiko. Ketika investor lebih
konservatif dalam mengambil risiko, premi risiko dapat meningkat variasinya
akan sangat berkorelasi dengan selisih imbal hasil obligasi
Pertumbuhan
pesat keuangan syariah telah meningkatkan atensi publik. Aset keuangan Syariah
dalam CAGR (compound annual groth rate) tumbuh
sebesar 4% dengan capital asset sebagai
instrument yang tumbuh paling cepat. Dengan CAGR sebesar 7%, sukuk merupakan
asset nomor dua yang memiliki pertumbuhan tercepat
Data
dari
Studi
literatur mengenai sukuk dalam dua dekade terakhir banyak mengutamakan
identifikasi akan struktur dan komposisi dari sukuk itu sendiri. Secara garis
besar, studi tentang sukuk dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1.
Perbandingan model bisnis obligasi konvensional dan sukuk, 2. Identifikasi faktor
– faktor yang mempengaruhi sukuk, 3. Identifikasi dari sudut pandang pasar
saham dan hubungan korelasinya terhadap sukuk.
Dengan
menganalisa selisih imbal hasil, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
jawaban pertanyaan: (1) Apakah terdapat perbedaan penting dalam determinant yield spread antara obligasi
konvensional dan sukuk? (2) Apakah sukuk hanyalah versi lain dari obligasi
konvensional? Secara keseluruhan, hal yang mempengaruhi adalah pada faktor
ekonomi makro dan frim specific Perusahaan. Penelitian ini menggunakan yield spread yang didapatkan dari
selisih yield to maturity antara
obligasi konvensional atau sukuk dengan yield curve Surat Berharga
Negara sebagai risk free. Sumber data yang digunakan untuk mendapatkan
harga obligasi atau sukuk didapatkan dari Bloomberg.
Data yang digunakan adalah seluruh obligasi korporasi konvensional dan
sukuk pada tahun 2015 – 2021. Yield
spread atau selisih imbal hasil didapatkan dari selisih antara ytm obligasi atau sukuk terhadap yield curve SBN sesuai dengan tenornya.
Untuk
mengetahui faktor dari masing – masing group, analisis varians dekomposisi memungkinkan
untuk dapat digunakan dengan tujuan untuk dapat mengetahui nilai varians dalam
variabel hasil
Hasil
penelitian ini dapat berkontribusi dalam literature mengenai permasalahan sukuk vs bonds dalam beberapa faktor. Pertama,
belum banyak penelitian yang membandingkan
yield spread antara sukuk dan obligasi konvensional di Indonesia. Walaupun
penelitian ini memfokuskan pada pasar obligasi di Indonesia, komparasi dapat
dilakukan dengan pasar obligasi di Malaysia seperti dalam penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi selisih imbal hasil antara Sukuk dan Obligasi Konvensional terhadap
yield curve SBN dalam tenor 3, 5, dan 7 tahun. Permasalahan utama melibatkan
pengaruh firm specific seperti Return on Asset, Rasio Modal, Rasio Utang, Rasio
Kecukupan Bunga, Besaran Modal, dan Volatilitas Harga Saham terhadap spread
yield, serta dampak faktor Makro Ekonomi seperti inflasi dan pertumbuhan GDP.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara simultan dan parsial
dari variabel-variabel tersebut, serta menentukan nilai varians dekomposisi
dari masing-masing grup variabel. Manfaat penelitian ini melibatkan kontribusi
praktis bagi investor dalam mempertimbangkan instrumen investasi pendapatan
tetap, bahan pertimbangan bagi perusahaan penerbit obligasi, dan peningkatan
kajian akademis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi selisih imbal hasil
antara obligasi konvensional dan sukuk. Penelitian ini memanfaatkan data yield
spread Obligasi Korporasi Konvensional dan Sukuk di Indonesia sejak tahun 2015
hingga 2021, dengan fokus pada obligasi berperingkat investasi (minimum rating
BBB-) untuk menghindari bias dan menggunakan data harga obligasi dari
Bloomberg.
Metode Penelitian
Penelitian ini
mengikuti langkah-langkah tertentu, dimulai dengan pengumpulan data melalui
Bloomberg Terminal dan seleksi data sesuai kriteria yang ditentukan. Metode
regresi Fixed Effect dengan Driscoll and Kraay's standard errors digunakan
untuk mengatasi bias heteroskedastisitas dan autokorelasi. Kerangka pemikiran melibatkan
variabel independen yield spread (selisih imbal hasil) dari Sukuk dan Obligasi
Konvensional, yang dibagi menjadi tiga kelompok: kondisi perusahaan (ROA, Rasio
Modal, Rasio Utang, Rasio Kecukupan Bunga, Nilai Perusahaan, dan Volatilitas
Harga Saham), serta faktor makro ekonomi (Inflasi dan Pertumbuhan GDP). Data
yang digunakan mencakup 465 Obligasi Sukuk dan Konvensional dari 57 Perusahaan
dalam tenor 3, 5, dan 7 tahun. Variabel dependen, selisih imbal hasil, dihitung
menggunakan logaritma natural. Metode analisis melibatkan regresi Fixed Effect
dengan Driscoll and Kraay's standard errors, analisis statistik deskriptif, uji
korelasi, dan pengujian hipotesis. Hipotesis penelitian terfokus pada pengaruh
variabel kondisi perusahaan dan faktor makro ekonomi terhadap selisih imbal
hasil Sukuk dan Obligasi Konvensional, dengan harapan memberikan wawasan bagi
investor, perusahaan penerbit obligasi, dan akademisi.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 berikut
merupakan ringkasan statistik variabel penelitian yang digunakan dalam seluruh
sampel yang diteliti.
Tabel 1. Deskripsi Statistik Obligasi
Deskripsi Statistik |
Conventional Bonds |
Sukuk |
||||
Variable |
Mean |
St.Dev |
n |
Mean |
St.Dev |
n |
Yield
Spread (ln) |
-3.1419 |
1.50 |
4480 |
-2.84 |
1.7101 |
882 |
Firm
Spesific |
||||||
ROA |
0.0241 |
0.0330 |
4,480 |
0.01622 |
0.03256 |
882 |
Equity/Capital |
0.3746 |
0.2520 |
4,480 |
0.32653 |
0.23209 |
882 |
Leverage |
0.2235 |
0.1876 |
4,480 |
0.33318 |
0.16443 |
882 |
Interest
Coverage |
0.6173 |
1.5449 |
4,480 |
0.68925 |
1.38762 |
882 |
Size |
0.1688 |
0.0337 |
4,480 |
0.17435 |
0.00951 |
882 |
Equity
Volatility |
0.3869 |
0.0434 |
4,480 |
0.39052 |
0.04870 |
882 |
Makro
Ekonomi |
||||||
Inflasi (ln) |
-3.2331 |
0.3966 |
4,480 |
-3.2467 |
0.4059 |
882 |
GDP
Growth |
0.0296 |
0.0195 |
4,480 |
0.02810 |
0.01937 |
882 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Dalam tabel diatas
terlihat bahwa variabel yang digunakan memiliki simpangan yang relative kecil. Yield
spread sukuk memiliki standar deviasi yang lebih tinggi bila dibandingka
dengan obligasi konvensional yaitu sebesar 1.7101. Sedangkan untuk Variabel Independent,
Variabel Rasio Kecukupan Bunga memiliki simpangan yang paling besar yaitu 1.55.
Secara keseluruhan jumlah sampel yang diteliti mencapai 4,480 sampel untuk
konvensional dan 882 sampel untuk sukuk. Yield spread dan inflasi
dirubah dalam logaritma normal sehingga didaptkan mean yang bernilai negative.
Tabel 2. Matriks Korelasi Obligasi Konvensional
ROA |
Equity/ Capital |
Leverage |
Interest Coverage |
Size |
Equity Volatility |
Inflasi |
GDP Growth |
|
ROA |
1 |
|||||||
Equity/Capital |
0.1822 |
1 |
||||||
Leverage |
0.1165 |
-0.2623 |
1 |
|||||
Interest Coverage |
0.2231 |
0.1909 |
0.0626 |
1 |
||||
Size |
-0.1173 |
-0.0887 |
-0.325 |
-0.0571 |
1 |
|||
Equity Volatility |
-0.2643 |
-0.1103 |
-0.037 |
-0.0544 |
-0.1625 |
1 |
||
Inflasi |
0.1141 |
-0.0318 |
-0.0224 |
0.1217 |
0.0385 |
-0.2739 |
1 |
|
GDp Growth |
0.1275 |
0.0596 |
0.0223 |
-0.0133 |
0.0027 |
-0.1995 |
0.2542 |
1 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Tabel diatas
memperlihatkan korelasi antar variabel penelitian. Dalam tabel terlihat bahwa
secara keseluruhan variabel yang satu dengan lainnya tidak memiliki korelasi
yang signifikan. Nilai korelasi tertinggi ada pada variabel Rasio Modal terhadap
leverage. Sedangkan untuk hubungan antar variabel lainnya berada di bawah 0.5.
Sedangkan untuk Sukuk, nilai korelasi antar variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Matriks Korelasi Sukuk
ROA |
Equity/ Capital |
Leverage |
Interest Coverage |
Size |
Equity Volatility |
Inflasi |
GDP Growth |
|
ROA |
1 |
|||||||
Equity/Capital |
0.156 |
1 |
||||||
Leverage |
0.2547 |
-0.4023 |
1 |
|||||
Interest Coverage |
0.3105 |
0.3113 |
-0.067 |
1 |
||||
Size |
-0.1976 |
-0.2381 |
-0.0736 |
-0.2616 |
1 |
|||
Equity Volatility |
-0.314 |
-0.1081 |
-0.2659 |
-0.0478 |
0.0959 |
1 |
||
Inflasi |
-0.062 |
-0.0303 |
0.0042 |
0.092 |
-0.0763 |
-0.2538 |
1 |
|
GDP Growth |
-0.0425 |
0.0493 |
0.1302 |
-0.0795 |
-0.1411 |
-0.2064 |
0.2316 |
1 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Hal yang sama juga
terlihat pada korelasi antar variabel di instrument sukuk. Dalam uji yang
dilakukan terlihat bahwa tidak ada autokorelasi antar variabel yang digunakan. Nilai
korelasi tertinggi terdapat pada variabel antara interest coverage ratio terhadap
ROA dan Equity/Capital.
Tabel 2 dan tabel 3 menyajikan ringkasan
regresi untuk seluruh sampel obligasi konvensional dan sukuk. Jumlah
keseluruhan data yang diolah pada variabel firm specific adalah 4480
sedangkan jumlah untuk variable makro ekonomi lebih kecil akibat data yang sama
untuk tiap obligasi dan sukuk.
Dalam hal firm spesific, nilai ROA
memberikan koefisien yang negative baik pada sukuk maupun konvensional yang
berarti semakin besar ROA makan selisih imbal hasil obligasi akan semakin
kecil. Namun tidak terdapat signifikansi dalam variabel ROA baik dalam obligasi
konvensional maupun dalam sukuk. Hal ini kontra dengan penelitian sebelumnya
oleh
Tabel 4. Determinant
Obligasi Konvensional
Variabel |
Conventional
Bonds |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std
Eror |
P>|t| |
|
Firm Spesific |
|||
ROA |
-0.414 |
0.547 |
0.450 |
Equity/ Capital |
0.137 |
0.287 |
0.634 |
Leverage |
-0.609 |
0.414 |
0.143 |
Interest Coverage |
-0.013 |
0.005 |
0.006 |
Size |
-2.145 |
10.159 |
0.833 |
Equity Volatility |
-0.228 |
0.604 |
0.705 |
Makro Ekonomi |
|||
Inflasi |
-0.781 |
0.499 |
0.118 |
GDp Growth |
-2.501 |
0.777 |
0.001 |
Cons |
-2.013 |
1.664 |
0.227 |
N |
4480 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Pada variabel Rasio Modal, baik untuk
obligasi konvensional maupun sukuk memiliki koefisien yang positif dan
signifikan pada sukuk. Hal ini sejalan dengan penelitian dari
Tabel 5. Determinant
Yield Spread Sukuk Seluruh Tenor
Variabel |
Sukuk |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std
Eror |
P>|t| |
|
Firm Spesific |
|||
ROA |
-2.400 |
1.531 |
0.121 |
Equity/ Capital |
3.233 |
1.002 |
0.002 |
Leverage |
0.443 |
0.944 |
0.641 |
Interest
Coverage |
-0.003 |
0.023 |
0.888 |
Size |
32.814 |
23.431 |
0.165 |
Equity Volatility |
-0.666 |
0.660 |
0.316 |
Makro Ekonomi |
|||
Inflasi |
-0.937 |
0.858 |
0.278 |
GDp Growth |
-5.708 |
1.258 |
0.000 |
Cons |
-9.279 |
4.396 |
0.038 |
N |
882 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Sementara itu, rasio ketercukupan bunga
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas utang yang
diterbitkan oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio kecukupan bunga, maka
akan semakin baik kondisi perusahaan tersebut yang dapat berimplikasi pada
selisih imbal hasil yang akan semakin kecil. Hal ini sesuai pada obligasi
konvensional yang memiliki nilai sebesar negative 0.013 dengan tingkat
signifikansi lebih dari 95%.
Untuk variabel asset, nilai koefisien pada
obligasi konvensional bernilai negative sedangkan pada sukuk bernilai positif.
Namun, nilai tersebut tidak signifikan baik pada obligasi konvensional maupun
pada sukuk. Hal yang sama juga tercermin pada volatilitas harga saham dimana
bernilai negative baik untuk obligasi konvensional maupun untuk sukuk. Hal ini
dapat menggambarkan bahwa volatilitas harga yang lebih stabil mencerminkan spread
yield yang lebih kecil.
Secara keseluruhan, firm spesific memberikan
nilai yang negative pada obligasi konvensional (kecuali pada rasio modal) yang
dapat menggambarkan bahwa semakin baik kondisi perusahaan, maka akan semakin
kecil selisih imbal hasil obligasi terhadap risk free. Namun, hanya variabel
rasio kecukupan bunga yang memiliki signifikansi di atas 95%. Hal yang berbeda
terjadi pada sukuk dimana hanya variabel rasio ROA, Rasio Kecukupan Bunga dan
volatilitas harga saham yang memberikan nilai negative.
Dari makro ekonomi, hanya variabel GDP
Growth yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan yield
spread. Hal ini menggambarkan pada saat pertumbuhan ekonomi meningkat, nilai
kepercayaan investor meningkat terhadap perusahaan penerbit yang mengakibatkan
penurunan selisih imbal hasil terhadap index acuan.
Tabel
6 menampilkan determinant yield spread untuk obligasi konvensional
dengan tenor 3 tahun. Untuk variabel makro ekonomi, hasil yang diberikan sama
dengan hasil yang didapatkan pada regresi pada seluruh sampel. Variabel inflasi
dan GDP memberikan koefisien yang negative, namun hanya variabel GDP Growth yang
memiliki signifikansi yang kuat. Hal ini menguatkan hasil yang didapatkan dari
sampel untuk seluruh tenor obligasi dan gagal menolak H02.
Tabel 6. Determinant
Obligasi Konvensional Tenor 3 Tahun
Variabel |
Conventional
Bonds |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std
Eror |
P>|t| |
|
Firm Spesific |
|||
ROA |
-1.771 |
0.985 |
0.074 |
Equity/ Capital |
0.166 |
0.463 |
0.721 |
Leverage |
-1.160 |
0.797 |
0.147 |
Interest Coverage |
-0.059 |
0.030 |
0.050 |
Size |
20.443 |
16.966 |
0.230 |
Equity Volatility |
-1.017 |
1.214 |
0.403 |
Makro Ekonomi |
|||
Inflasi |
9.858 |
8.301 |
0.237 |
GDP Growth |
-2.812 |
0.834 |
0.001 |
Cons |
-6.734 |
2.634 |
0.012 |
N |
1277 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Hal yang sama juga terlihat pada variabel firm
spesific. Hasil yang didapatkan hampir sama dengan hasil pada seluruh
tenor. Hal yang menarik adalah pada variabel interest coverage ratio,
koefisien bernilai negative dengan signifikansi kuat. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari
Dalam
Tabel 7, variabel firm spesific secara keselurahan bernilai positive
terhadap yield spread untuk sukuk dengan tenor 3 tahun kecuali untuk
variabel ROA yang tetap konsisten sesuai dengan sampel untuk seluruh tenor yang
bernilai negative. Rasio Modal dan Besaran Perusahaan menjadi variabel yang
memiliki signifikansi yang kuat. Hal ini dimungkinkan karena lebih banyak
investor sukuk yang memegang sukuk hingga jatuh tempo
Tabel 7. Determinant
Sukuk Tenor 3 tahun
Variabel |
Sukuk |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std Eror |
P>|t| |
|
Firm Spesific |
|||
ROA |
-6.453 |
3.460 |
0.072 |
Equity/ Capital |
5.288 |
0.298 |
0.000 |
Leverage |
1.217 |
0.873 |
0.174 |
Interest Coverage |
4.854 |
2.386 |
0.051 |
Size |
31.464 |
63.733 |
0.000 |
Equity Volatility |
0.187 |
1.493 |
0.901 |
Makro Ekonomi |
|||
Inflasi |
0.273 |
9.778 |
0.978 |
GDP Growth |
-3.903 |
1.939 |
0.054 |
Cons |
-61.087 |
11.000 |
0.000 |
N |
251 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Dalam variabel makro ekonomi, inflasi
memberikan nilai yang positif sedangkan GDP memberikan nilai negative. Namun
dari kedua variabel tersebut, tidak ada variabel yang memberikan nilai
signifikansi yang kuat untuk mempengaruhi selisih imbal hasil pada sukuk.
Dari hasil regresi untuk Sukuk dan
Obligasi jangka pendek, terlihat bahwa yield spread untuk Obligasi dan Sukuk
jangka pendek lebih dipengaruhi oleh kondisi perusahaan penerbit. Kemampuan
perusahaan untuk membayar jumlah pokok obligasi yang akan jatuh tempo menjadi perhatian
investor dalam waktu dekat. Selain itu, obligasi dengan jatuh tempo yang pendek
lebih likuid di pasar obligasi akibat investor lebih mendapat kepastian
mengenai kondisi yang terjadi di perusahaan.
Determinant obligasi konvensional untuk
tenor 5 tahun tersaji dalam tabel 4.8. Hasil yang diberikan hampir sama dengan
keseluruhan variabel dalam tenor 3 tahun kecuali untuk variabel rasio kecukupan
bunga yang bernilai negatif dengan signifikansi yang kuat. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada tenor menengah investor juga menaruh perhatian
terhadap kemampuan perusahaan dalam mencukupi beban bunga yang ditanggung.
Dalam variabel makroekonomi, nilai
koefisien menunjukan nilai negative untuk GDP dan positif untuk inflasi, sama
dengan keseluruhan sampel dan pada tenor 3 tahun. Namun, nilai signifikansi
tidak menunjukan signifikansi yang kuat baik untuk variabel inflasi maupun
dalam GDP. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa pada obligasi dan sukuk jangka
menengah, yield spread tidak dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi. Sukuk
dan Obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang cenderung lebih sepi
dipasaran.
Tabel 8. Determinant
Obligasi Konvensional Tenor 5 Tahun
Variabel |
Conventional
Bonds |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std
Eror |
P>|t| |
|
Firm Spesific |
|||
ROA |
-0.204 |
0.820 |
0.804 |
Equity/ Capital |
0.259 |
0.279 |
0.355 |
Leverage |
-0.237 |
0.316 |
0.455 |
Interest Coverage |
-0.010 |
0.005 |
0.042 |
Size |
2.423 |
16.811 |
0.886 |
Equity Volatility |
0.696 |
0.899 |
0.440 |
Makro Ekonomi |
|||
Inflasi |
0.844 |
0.974 |
0.387 |
GDP Growth |
-8.424 |
4.577 |
0.067 |
Cons |
-1.832 |
3.116 |
0.557 |
N |
2191 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Sedangkan untuk Sukuk, determinant yield
spread tersaji pada Tabel 4.9. Dari firm specific, keseluruhan
variabel menunjukan nilai negative kecuali untuk ROA. Tidak ada variabel yang
secara signifikan mempengaruhi yield spread untuk sukuk dari firm
spresific. Hal ini bisa menunjukan bahwa pada sukuk, kondisi makro ekonomi
lebih mempengaruhi selisih imbal hasil bila dibandingkan dengan firm
specific. Dalam Makro Ekonomi, variable pertumbuhan GDP memiliki nilai yang
negative dengan nilai signifikansi yang tinggi. Hal ini berbeda dengan yang
didapat pada keseluruh tenor dimana variabel inflasi juga menunjukan nilai
negative.
Tabel 9. Determinant
Sukuk Tenor 5 Tahun
Variabel |
Sukuk |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std
Eror |
P>|t| |
|
Firm
Spesific |
|||
ROA |
1.905 |
2.154 |
0.383 |
Equity/
Capital |
-0.401 |
0.712 |
0.577 |
Leverage |
-1.213 |
0.709 |
0.096 |
Interest
Coverage |
-0.032 |
0.029 |
0.286 |
Size |
-88.342 |
51.608 |
0.096 |
Equity
Volatility |
-0.180 |
1.563 |
0.909 |
Makro
Ekonomi |
|||
Inflasi |
2.352 |
1.907 |
0.226 |
GDP
Growth |
-22.061 |
6.119 |
0.001 |
Cons |
15.093 |
8.982 |
0.102 |
N |
403.000 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Berbeda dengan saham yang diperdagangkan
setiap harinya dalam satu bursa saham, perdagangan surat utang atau obligasi
dilakukan diluar bursa atau yang dikenal dengan Over the Counter (OTC). Mengacu
pada website IDX, OTC atau Over the Counter merupakan istilah yang
merujuk pada proses yang menjelaskan perdagangan sekuritas secara langsung
antara beberapa pihak tanpa perlu terdaftar lewat bursa saham atau exchange.
Perdangangan ini dilakukan karna volume yang lebih sedikit dan banyaknya jenis
obligasi yang diperdagangkan di pasar. Dengan supply dan demand yang lebih
sedikit, investor cenderung lebih banyak menyimpan obligasi hingga jatuh tempo
atau mendekati jatuh tempo dimana demand obligasi yang cukup tinggi untuk
pemenuhan reksadana yang membutuhkan instrument yang lebih likuid.
Determinant
pada tenor 7 tahun memperlihatkan nilai yang negative pada kondisi perusahaan
kecuali variabel interest coverage (tabel 4.10). Hal ini sejalan dengan
hasil determinant pada tenor 3 dan 5 tahun. Hal yang signifikan terlihat pada
variabel rasio modal yang memiliki koefisien yang tinggi sebesar -81.361 dengan
signifkansi yang kuat. Rasio modal menjadi faktor utama perhatian investor
untuk berinvestasi pada obligasi jangka Panjang. Nilai signifikansi pada tenor
7 tahun memperlihatkan signifikansi yang kuat pada variabel inflasi. Pada saat
inflasi tumbuh, kepercayaan investor cenderung meningkat yang mengakibatkan
yield obligasi turun sehingga selisih terhadap index acuan menjadi lebih kecil.
Pada Sukuk keseluruhan variabel firm
specific menunjukan nilai negative namun tidak terdapat variabel yang
secara signifikan mempengaruhi. Hal ini menunjukan bahwa pada sukuk dengan
tenor yang Panjang, kondisi keuangan perusahaan tidak banyak mempengaruhi
selisih imbal hasil sukuk.
Tabel 10. Determinant
Obligasi Konvensional Tenor 7 Tahun
Variabel |
Conventional
Bonds |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std
Eror |
P>|t| |
|
Firm Spesific |
|||
ROA |
-0.878 |
1.437 |
0.543 |
Equity/ Capital |
-81.361 |
18.886 |
0.000 |
Leverage |
-1.440 |
0.889 |
0.110 |
Interest Coverage |
0.085 |
0.249 |
0.734 |
Size |
-56.657 |
34.249 |
0.103 |
Equity Volatility |
-1.927 |
1.514 |
0.207 |
Makro Ekonomi |
|||
Inflasi |
-4.467 |
1.237 |
0.001 |
GDP Growth |
-6.873 |
6.238 |
0.274 |
Cons |
7.525 |
6.422 |
0.245 |
N |
969 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Hasil regresi diatas juga menguatkan teori
sebelumnya bahwa pada Obligasi dan Sukuk jangka panjang, yield spread tidak
dipengaruhi oleh kondisi perusahaan. Obligasi dan sukuk dengan tenor jangka
panjang cenderung lebih tidak likuid dipasaran akibat dari investor yang lebih
memilih hold to maturity. Yield Spread lebih banyak dipengaruhi oleh
kondisi makro ekonomi yang mendorong peningkatan suku bunga dan yield dari
Surat Berharga Negara.
Penerbitan sukuk di Indonesia selalu
diterbitkan bersamaa dengan Obligasi Konvensional. Sebagai informasi,
penerbitan Sukuk sepanjang tahun 2023 sejumlah 14 sukuk, sedangkan untuk
Obligasi Konvensional mencapai 189 Obligasi. Dari 14 Sukuk yang diterbitkan,
seluruhnya diterbitkan bersaam dengan obligasi konvensional dan dengan jumlah
emisi yang lebih kecil daripada Obligasi konvensional. Dengan jumlah penerbitan
yang lebih sedikit, hal ini dapat memungkinkan volatilitas untuk sukuk yang
lebih kecil dipasar modal. Akibatnya, yield spread pada sukuk lebih
dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi dibandingkan dengan kondisi perusahaan.
Tabel 11. Determinant
Sukuk Tenor 7 Tahun
Variabel |
Sukuk |
||
FE-DR |
|||
Coefisien |
Std
Eror |
P>|t| |
|
Firm Spesific |
|||
ROA |
-4.739 |
2.098 |
0.039 |
Equity/ Capital |
-8.181 |
102.930 |
0.938 |
Leverage |
-2.258 |
1.117 |
0.061 |
Interest Coverage |
0.813 |
2.982 |
0.789 |
Size |
-62.014 |
74.171 |
0.416 |
Equity Volatility |
-2.143 |
2.612 |
0.425 |
Makro Ekonomi |
|||
Inflasi |
-2.834 |
1.276 |
0.042 |
GDP Growth |
-28.275 |
17.815 |
0.133 |
Cons |
9.200 |
14.147 |
0.525 |
N |
221 |
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Berdasarkan
hasil regresi pada seluruh tenor yang ditampilkan sebelumnya pada tabel 1 dan
tabel 2, peneliti membuat varians dekomposisi untuk menunjukan varian dari
masing – masing variabel mempengaruhi dari selisih imbal. Hasil varians
tersebut tersaji pada grafik 1 dan grafik 2 di bawah ini.
Gambar 1. Varians Dekomposisi Firm Spesific
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
(2023)
Gambar 2. Varian Dekomposisi Makro Ekonomi
Sumber: Hasil Olahan
Peneliti (2023)
Dari faktor firm
spesific terlihat bahwa variabel rasio modal dan rasio kecukupan bunga
merupakan dua variabel yang paling banyak mempengaruhi selisih imbal hasil
obligasi baik konvensional maupun dari sukuk. Secara keseluruhan, varians dekomposisi
pada sukuk dan obligasi konvensional memiliki kemiripan satu sama lainnya. Pada
sukuk, rasio modal memiliki pengaruh yang cukup besar bila dibandingkan dengan
obligasi konvensional. Sedangkan pada obligasi konvensional, rasio kecukupan
bungan memiliki pengaruh yang dominan terhadap selisih imbal hasil. investor
menaruh perhatian cukup tinggi pada kemampuan cash flow perusahan untuk
dapat membayarkan bunga yang menjadi kewajiban perusahaan. Sedangkan dari fakor
makro ekonomi, pertumbuhan GDP memiliki pengaruh yang dominan baik pada sukuk
maupun obligasi konvensional.
Dari kedua faktor
dekomposisi yaitu firm spesific dan makro ekonomi, firm spesific memiliki
varians sebesar 92.88% pada sukuk dan 88.703% pada
obligasi konvensional. Sedangkan untuk makro ekonomi, nilai varians pada sukuk
sebesar 7.013% dan 11.2967% pada obligasi konvensional.
Hasil perhitungan varians dekomposisi
diatas menunjukan hasil yang berbeda dengan penelitian dari
Sedangkan untuk makro ekonomi, hasil yang
didapatkan sesuai dengan penelitian dari
Hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi yield
spread pada Sukuk dan Obligasi Konvensional menghasilkan beberapa kesimpulan.
Pertama, faktor firm specific secara parsial memiliki pengaruh signifikan pada
Sukuk dan Obligasi Konvensional, di mana rasio kecukupan bunga dan rasio modal
memainkan peran penting. Kedua, faktor makro ekonomi secara keseluruhan juga
memiliki pengaruh signifikan pada kedua instrumen investasi, dengan perbedaan
pengaruh pada tenor tertentu. Melalui analisis varians dekomposisi, terungkap
bahwa rasio kecukupan bunga dan rasio modal memiliki pengaruh terbesar,
sementara pertumbuhan GDP mendominasi faktor makro ekonomi. Perbedaan faktor
yang mempengaruhi yield spread pada kedua instrumen menegaskan keunikan Sukuk
sebagai instrumen investasi dibandingkan dengan Obligasi Konvensional.
Rekomendasi saran untuk penelitian berikutnya mencakup melibatkan variabel
lain, menggunakan data harian harga obligasi dan sukuk, memperpanjang periode
observasi, dan menambah jumlah data sukuk untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam mengenai yield spread. Penelitian ini juga sejalan dengan temuan
penelitian sebelumnya oleh Cakir & Raei (2007) dan Saeed et al. (2021),
yang menegaskan perbedaan antara Sukuk dan Obligasi Konvensional.
BIBLIOGRAFI
Abdelsalam, O., Elnahass, M., Ahmed, H., &
Williams, J. (2022). Asset securitizations and bank stability: Evidence from
different banking system. Global Finance Journal.
Aloui, C., Hammoudeh,
S., & Hamida, H. B. (2015). Co-movement between sharia stocks and sukuk
in the GCC markets: A time-frequency analysis. International Financial
Market Institution and Money, 69-79.
Balasubramnian, B.,
& Cyree, K. B. (2011). Market discipline of banks: Why are yield spreads
on bank-issued subordinated notes and debentures not sensitive to bank risks?
Journal of Banking & Finance, 21 - 35.
Bales, K., &
Malikane, C. (2020). The effect of credit ratings on emerging market
volatility. Journal of International Financial Markets, Institutions &
Money.
Bodie, Z., Kane, A.,
& Marcus, A. (2009). Investments, 8th Edition. New York: McGraw
Hill.
Cakir, S., & Raei,
F. (2007). Sukuk vs. Eurobonds: Is There a Difference in Value-at-Risk? IMF
Working Paper.
Cavallo, E., &
Valenzuela, P. (2010). The determinants of corporate risk in emerging
markets: an option-adjusted spread analysis. International Journal of
Finance & Economics.
Collin-Dufresne, P.,
Goldstein, R. S., & Spencer, M. J. (2001). The determinants of credit
spread changes. Journal of Finance, 2177-2207.
Downing, C., &
Zhang, F. (2004). Trading Activity and Price Volatility in the Municipal Bond
Market. The Journal of Financ, Vol. 59, No. 2 pp. 899-931.
Fama, E. F., &
French, K. R. (1993). Common risk factors in the returns on stocks and bonds.
Journal of Financial Economics, 3 - 56.
Flannery, M. J.,
Nikolova, S., & Öztekin, Ö. (2012). Leverage Expectations and Bond
Credit. Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 47, No.
4, pp. 689–714.
Gebka, Bartosz, Wohar,
& E., M. (2018). The predictive power of the yield spread for future
economic expansions:. Economic Modelling, 181-195.
Godlewski, C. J.,
Turk-Ariss, R., & Weill, L. (2013). Sukuk vs. conventional bonds: A stock
market perspective. Journal of Comparative Economics, 745 - 761.
Gujarati, D. N., &
Porter, D. C. (2009). Basic Econometric 5th Edition. New York : Mc
Graw Hill.
Hanifa, Masih, M. H.,
Bacha, M. a., & Obiyathulla. (2014). Testing Sukuk And Conventional Bond
Offers Based On Corporate Financing Theories Using Partial Adjustment Models:
Evidence From Malaysian Listed Firms. Munich Personal RePEc.
Hassan, M. K.,
Paltrinieri, A., Dreassi, A., Miani, S., & Sclip, A. (2018). The
determinants of co-movement dynamics between sukuk and conventional bonds. The
Quarterly Review of Economics and Finance, 73 - 84.
Hayat, U. (2010). Islamic
finance’s sukuk explained. Dubai: Financial Times.
Jogiyanto, H. (2013). Teori
Portfolio dan Analisis Investasi Edisi ke-8. Yogyakarta: BPPE.
Kasmir. (2017). Analisis
Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Grafindo.
Lind, D. A., Marchal,
W. G., & Wathen, S. A. (2005). Statistical Techniques in Business
& Economics. New York: Mc Graw Hill.
Livingston, M., Poon,
W. P., & Zhou, L. (2018). Are Chinese credit ratings relevant? A study of
the Chinese bond. Journal of Banking and Finance, 216-232.
Maghyereh, A. I., &
Awartani, B. (2016). Dynamic transmissions between Sukuk and bond markets. Research
in International Business and Finance, 246 - 261.
Mankiw, N. G. (2018). Pengantar
Ekonomi Makro. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Miller, Neil, Challoner,
John, Atta, & Aziza. (2007). UK welcomes the sukuk. International
Financial Law Review, 24-25.
MUI, D. . (2002). Fatwa
MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah. Jakarta: DSN -
MUI.
Nastiti, D. (2005).
Analisis Selisih Imbal Hasil antara Obligasi Korporasi dan Obligasi
Pemerintah Pada Periode Juni 2001 - Juni 2004. Tesis Pascasarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
OJK. (2022). Statistik
Sukuk Syariah Desember 2022. Jakarta: OJK.
Raffestin, L. (2017).
Do bond credit ratings lead to excess comovement? Journal of Banking and
Finance, 41-55.
Ramasamy, R., Munisamy,
S., Hanif, M., & Helmi, M. (2011). Relative Risk Of Islamic Sukuk Over
Government And Conventional Bonds. Global Journal of Management and
Business Research, Volume 11 Issue 6 .
Saad, N. M., Haniff, M.
N., & Ali, N. (2020). Corporate governance mechanisms with conventional
bonds and Sukuk Yield Spread. Pacific-Basin Finance Journal.
Saeed, M., Elnahass,
M., Izzeldin, M., & Tsionas, M. (2021). Yield spread determinants of
sukuk and conventional bonds. Economic Modelling.
Safari, M., &
Ariff, M. (2014). Does market differentiate between Sukuk and bonds? Journal
of Money, Investment and Banking, 104 - 119.
Tandelilin, E. (2010). Portfolio
dan Investasi, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Wilson, R. (2006).
Innovation in the structuring of Islamic sukuk securities. Global
Perspective on Islamic Banking & Insurance, 6 - 12.
Zaefarian, G., Iurkov,
V., & Koval, M. (2022). Variance decomposition analysis: What is it and
how to perform it – A complete guide for B2B researchers. Industrial
Marketing Management, 315-322.
Copyright holder: Utut Rara Putra (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |