Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 1, Januari 2024
PERAN PEMERIKSAAN
ULTRASONOGRAFI DALAM DIAGNOSA KLINIS FLEXOR TENOSYNOVITIS PIOGENIK
Almerveldy Azaria Dohong,
Khadijah Ratna Widiyani, Nadia, Basuki Supartono*
Fakultas Kedokteran, UPN Veteran Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]*
Abstrak
Pyogenic Flexor Tenosynovitis (PFT) adalah
infeksi pada selubung tendon fleksor tangan. Diagnosis PFT dapat ditegakkan
secara klinis apabila terdapat empat tanda kardinal Kanavel. Namun, jika tidak
terdapat empat tanda tersebut, maka dianjurkan pemeriksaan penunjang berupa
ultrasonografi tangan. Pada salah satu penelitian didapatkan ultrasonografi
(USG) memiliki sensitivitas 94%, spesifisitas 74% dan nilai prediksi negatif
97% dalam menentukan diagnosis PFT. Penelitian ini bertujuan untuk
menganlisis peran ultrasonografi
berperan dalam membantu penegakkan diagnosa PFT disertai dengan
penelitian-penelitian yang mendukung pernyataan tersebut. Metode
penelitian yang dapat digunakan untuk mengkaji kasus Pyogenic Flexor
Tenosynovitis (PFT) adalah studi kasus. Penelitian yang secara khusus
mendukung peran USG sebagai pemeriksaan penunjang yang tepat untuk PFT masih
sangat sedikit, sedangkan penanganan yang cepat dan tepat diperlukan untuk
mendapatkan prognosis yang baik. Oleh karena itu perlu dibahas bagaimana USG
memiliki peran dalam membantu diagnosa dari PFT. Hasil ditemukan memiliki
sensitivitas 94%, spesifisitas 74% dan nilai prediksi negatif 97% dalam
menentukan diagnosis PFT, dan pada penelitian juga menunjukkan kisaran
sensitifias 94% dalam mendeteksi abnormalitas tendon di tangan serta
jari-jarinya, temuan ini membantu ahli
bedah menentukan pengobatan yang tepat.
Kata kunci: PFT, pemeriksaan penunjang, USG
Abstract
Pyogenic Flexor Tenosynovitis (PFT) is an infection of
the flexor tendon sheath of the hand. The diagnosis of PFT can be clinically
established if there are four cardinal signs of Kanavel. However, if there are
no four signs, then a supporting examination in the form of hand ultrasound is
recommended. In one study, ultrasound (USG) was found to have a sensitivity of
94%, specificity of 74% and a negative predictive value of 97% in determining
the diagnosis of PFT. This study aims to analyze the role of ultrasound in
helping to establish the diagnosis of PFT accompanied by studies that support
this statement. The research method that can be used to examine cases of
Pyogenic Flexor Tenosynovitis (PFT) is a case study. Research specifically
supporting the role of ultrasound as an appropriate supporting examination for
PFT is still very small, while prompt and appropriate treatment is needed to
obtain a good prognosis. Therefore it is necessary to discuss how ultrasound
has a role in helping diagnose PFT. The results were found to have a
sensitivity of 94%, specificity of 74% and a negative predictive value of 97%
in determining the diagnosis of PFT, and the study also showed a sensitivity
range of 94% in detecting tendon abnormalities in the hands and fingers, these
findings helped surgeons determine the appropriate treatment.
Keywords: PFT, diagnostic
test, USG
Pendahuluan
Tenosinovitis adalah istilah luas yang
menggambarkan peradangan sinovium berisi cairan di dalam selubung tendon. Ini
biasanya bermanifestasi sebagai nyeri, pembengkakan, dan kontraktur, tergantung
pada etiologi. Kondisi ini dapat mempengaruhi setiap tendon di tubuh yang
dikelilingi oleh selubung tetapi memiliki kecenderungan untuk tangan,
pergelangan tangan, dan kaki. Tenosinovitis tetap merupakan sebuah kondisi yang
umum ditemukan, dengan insiden, prevalensi, dan distribusinya yang bervariasi
tergantung pada etiologi (El-Deek et al., 2019). Fleksor
tenosynovitis (FTS) merupakan bentuk tenosynovitis yang terjadi pada tendon
fleksor. Pyogenic flexor tenosynovitis (PFT) adalah infeksi ruang tertutup yang
agresif pada selubung sinovial tendon fleksor yang dapat menyebabkan morbiditas
yang substansial jika tidak ditangani secara efektif. Dari mereka yang
mengalami infeksi tangan, hanya 2,5 hingga 9,4% pasien akan terus berkembang
menjadi tenosinovitis infeksius (Giladi et al., 2015).
Pada PFT selalu terdapat risiko amputasi. Faktor
risiko amputasi termasuk diabetes (angka amputasi 39%), penyakit pembuluh darah
perifer (71%), dan gagal ginjal (64%) (Sbai et al., 2015). Faktor
risiko lainnya yang terkait dengan hasil yang buruk termasuk usia lebih dari 43
tahun, penyakit penyerta termasuk diabetes melitus, penyakit pembuluh darah
perifer, dan gagal ginjal, purulensi subkutan, iskemia digital, dan infeksi
polimikroba (Chan et al., 2019).
Oleh karena itu, diagnosa yang tepat dan cepat
pada kasus PFT diperlukan. PFT adalah penyakit yang didiagnosa secara klinis
menggunakan empat tanda kardinal Kanavel berupa postur fleksi, pembengkakan
fusiform, nyeri tekan dan nyeri ekstensif pasif pada jari yang bermasalah (Kennedy et al., 2016). Tetapi
dalam keadaan tertentu, tidak semua pasien memiliki empat tanda kardinal
Kanavel. Hal tersebut terutama terjadi pada fase akut penyakit ini, sedangkan
penangan yang cepat dan tepat dibutuhkan untuk mendapatkan prognosis yang
terbaik pada kasus PFT. Pada keadaan tanda klinis pasien yang tidak pasti
diperlukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa. Salah satu
pemeriksaan penunjang yang menjadi pilihan banyak klinisi adalah pengunaan
ultrasonografi. USG merupakan alat pemeriksaan radiologi yang paling mudah
didapatkan karena tersedia dengan luas disertai biaya yang lebih hemat tetapi
tetap memiliki sensitifitas yang baik, terutama pada kasus PFT yang akan
dijabarkan di jurnal ini. Penelitian ini
bertujuan untuk menganlisis peran ultrasonografi
berperan dalam membantu penegakkan diagnosa PFT disertai dengan
penelitian-penelitian yang mendukung pernyataan tersebut.
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang dapat digunakan untuk
mengkaji kasus Pyogenic Flexor Tenosynovitis (PFT) adalah studi kasus (case
study). Studi kasus merupakan pendekatan penelitian yang mendalam terhadap satu
kasus atau sekelompok kasus yang spesifik. Dalam konteks PFT, studi kasus dapat
melibatkan pengamatan terperinci terhadap pasien-pasien yang didiagnosis dengan
PFT, termasuk gejala, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan klinis, dan respons
terhadap berbagai metode diagnosis dan penatalaksanaan. Pendekatan ini akan
memberikan pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik, diagnosis, dan
penatalaksanaan PFT, serta dapat menjadi dasar untuk merumuskan rekomendasi
penanganan yang lebih efektif. Studi kasus juga dapat mencakup penggunaan
metode diagnosis seperti ultrasonografi, yang merupakan fokus penelitian dalam
konteks PFT. Dengan demikian, studi kasus dapat menjadi alat yang efektif untuk
memahami secara komprehensif kasus PFT dan peran ultrasonografi dalam
penegakkan diagnosa.
Hasil dan Pembahasan
Presentasi
Klinis (Clinical Presentation)
Terdapat empat
tanda kardinal Kanavel yang terlihat pada mereka yang menderita PFT. Empat
tanda ini disusun pada tahun 1912 dan masih digunakan hingga sekarang. Empat
tanda kardinal Kanavel terdiri dari berikut ini dan gambarannya dapat dilihat
pada gambar 1 (Kennedy et al., 2016):
1) Postur tertekuk (fleksi) dari
digit yang terlibat
2) Pembengkakan fusiform pada jari
3) Nyeri tekan saat palpasi di
atas selubung tendon
4) Nyeri yang ditandai dengan
ekstensi pasif dari jari
Gambar
1 Tangan dengan tanda klinis PFT5
Keterangan
:
Jari telunjuk pasien dengan
tenosinovitis fleksor piogenik ini menunjukkan pembengkakan fusiform pada jari
dan jari ditahan dalam fleksi. Pasien ini mengalami nyeri dengan ekstensi pasif
jari dan nyeri tekan pada palpasi sepanjang selubung tendon fleksor.
Tanda-tanda yang dideskripsikan oleh Kanavel tersebut dapat membantu
dalam proses diagnosis tetapi berdasarkan hasil yang didapatkan dari sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa tidak semua empat tanda kardinal tenosynovitis
fleksor oleh Kanavel akan terlihat pada pasien yang terdiagnosa dengan PFT. Sebuah penelitian dengan 41 pasien
yang terdiagnosa tenosynovitis fleksor purulent menyatakan bahwa hanya 22
pasien yang memiliki semua empat tanda kardinal Kanavel, tetapi semua 41 pasien
memiliki gejala berupa nyeri tekan sepanjang selubung tendon yang terinfeksi
serta nyeri pada ekstensi pasif (Bishop
et al., 2013). Pada sebuah penelitian lain yang
dilakukan oleh Jardin et al., pada tahun 2018 mendapati dari 73 pasien yang
menunjukkan tanda inflamasi pada jarinya, hanya 16 pasien yang terkonfirmasi
dengan tenosynovitis fleksor piogenik, sedangkan 57 pasien lainnya harus
dilanjutkan ke pemeriksaan dengan alat penunjang USG untuk membantu menentukan diagnose (Jardin
et al., 2018). Oleh karena itu, beberapa pemeriksaan
dengan menggunakan alat penunjang diagnostik dibutuhkan.
Empat tanda kardinal Kanavel berfungsi
sebagai panduan untuk proses pemeriksaan dan membantu membedakan PFT dengan bentuk infeksi pada tangan
yang lainnya serta menjadi alat pemersatu komunikasi dan dokumentasi yang dapat
didata (Chan
et al., 2019). Pada sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Kennedy et al. pada tahun 2017 didapatkan bahwa pasien dengan PFT memiliki secara signifikan dari pasien dengan infeksi jari non-PFT dengan ditemukan atau tidaknya 4 tanda Kanavel, pada PFT memiliki tanda kanavel
yang ditemukan berkisar sekitar 90% sedangkan pada non-PFT berkisar di 40%.
Pada penelitian tersebut didapatkan sensitivitas tanda Kanavel berkisar dari 91,4%
hingga 97,1%. Spesifisitas berkisar dari 51,3% hingga 69,2% (Kennedy
et al., 2017).
Dalam upaya untuk memandu proses pengobatan,
Michon menciptakan sistem klasifikasi berdasarkan temuan operasi (tabel 1)
dimana pada tahap I terdapat penumpukan cairan di selubung tendon, kemudian di
tahap II cairan tersebut berubah menjadi purulent, dan diakhiri dengan nekrosis
pada tahap terakhir (Hyatt
& Bagg, 2017) seperti yang terlihat pada contoh di
gambar 2 (Chapman
& Ilyas, 2019). Meskipun tidak divalidasi atau
digunakan secara luas, klasifikasi Michon ini dapat menjadi algoritme yang
berharga untuk dipertimbangkan ketika memutuskan seberapa agresif komponen
debridemen pada operasi PFT akan digunakan (Hyatt
& Bagg, 2017). Klasifikasi dari Michon ini
menyebutkan tiga fase progresifitas dari PFT. Ketika terdapat pada fase dimana
terdapat efusi yang signifikan dalam selubung tendon, temuan ini dapat
dideteksi dengan ultrasonografi (USG).7 Penggunaan USG juga dapat membantu dalam proses tatalaksana dalam menentukan
letak aspirasi cairan yang paling tepat (Chapman
& Ilyas, 2019).
Tabel 1 Klasifikasi Michon untuk
Tingkat Keparahan Tenosinovitis Fleksor9
Tahap Intraoperatif |
Penemuan Karakteristik |
Rekomendasi Tatalaksana |
Tahap I |
Penumpukan cairan di selubung tendon, eksudat serosa
primer |
Drainase invasive minimal dan irigasi kateter |
Tahap II |
Cairan purulent/berkabut, synovial granulomatosa |
Drainase invasive minimal ± pemasangan irigasi
kateter |
Tahap III |
Nekrosis septic pada tendon, pulley (katrol),
atau selubung tendon |
Debridemen terbuka ekstensif; kemungkinan amputasi |
Gambar 2 Nekrosis pada fleksor tangan11
Pemeriksaan
Penunjang (Diagnostic Test)
Dalam beberapa kasus PFT yang tidak terdapat empat tanda Kanavel
diperlukan pemeriksaan penunjang. Beberapa bentuk pemeriksaan penunjang
tersebut diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi.
Pemeriksaan laboratorium yang pada umumnya dilakukan adalah pemeriksaan hitung
jumlah sel darah putih, laju endap darah dan C-reactive protein. Pemeriksaan
laboratorium tersebut memiliki sensitifitas yang tinggi tetapi dengan
spesifitas yang rendah dan tidak dapat membantu dalam membedakan PFT dengan
infeksi pada tangan lainnya (Patel
et al., 2014).
Dalam membedakan PFT dengan infeksi lainnya membutuhkan bantuan
gambaran yang didapatkan dari pemeriksaan radiologi. Foto polos harus diperoleh
pada kasus yang mengindikasikan adanya infeksi pada tendon fleksor untuk
mengevaluasi benda asing yang tertinggal dan menyingkirkan kemungkinan fraktur (Chan
et al., 2019). Magnetic Resonance Imaging
(MRI) pernah dideskribsikan dalam diagnosis PFT (Giladi
et al., 2015) dan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas yang bersaing dengan ultrasonografi dalam mendeteksi synovitis dan
tenosynovitis, namun tidak tersedia secara luas (Bao
et al., 2020). Sedangkan ultrasonografi bersifat
simple, terjangkau dalam sisi harga serta ketersediaannya, tidak membutuhkan
prosedur persiapan pasien yang kompleks. Selain itu, pemeriksaan ini tidak
memiliki efek samping. Hal tersebut membuatnya menjadi metode pemeriksaan
radiografi yang lebih disukai (Soubeyrand
et al., 2011).
Penggunaan Ultrasonografi (Use of
Ultrasonography)
Ultrasonografi sangat berperan dalam membantu diagnosa dari PFT. Peran ini diperlukan ketika FTS tidak memiliki tanda klinis yang pasti. Peran lain dari USG adalah untuk membantu menyingkirkan diagnosa banding dari penyakit ini. USG tersedia luas untuk digunakan dalam proses diagnosis serta penentuan alur tatalaksana pada infeksi musculoskeletal. Alat ini digunakan sebagai teknik gambaran radiologi primer atau sebagai alat bantu untuk modalitas lainnya. USG dapat membantu mengkonfirmasi lokasi pengumpulan cairan untuk mengarahkan jarum yang dibutuhkan saat melakukan aspirasi (Hyatt & Bagg, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rabiner et al., di tahun 2013, ultrasonografi dapat digunakan oleh tenaga kesehatan di dalam ruang gawat darurat oleh dokter yang telah menerima pelatihan (Hogan et al., 2017). Salah satu limitasi dalam penggunaan USG adalah perlunya tenaga kesehatan yang telah melalui pelatihan penggunaan ultrasonografi dengan benar, agar fungsi kerja dari alat tersebut digunakan sebaik mungkin (Stasi & Ruoti, 2015).
Telah ditunjukkan bahwa USG berguna untuk deteksi awal dari tenosynovitis fleksor piogenik. Alat ini dapat memperlihatkan penebalan pada tendon dan selubung tendon, dimana penebelan pada selubung tendon biasanya bersifat hypoechoic (Hyatt & Bagg, 2017), yaitu berupa gambaran abu-abu di layar pemeriksaan USG, gambaran hypoechoic biasa ditemukan pada kartilago, otot, nodus limfatik, dan jaringan adiposa (Ihnatsenka & Boezaart, 2010). Tanda awal yang muncul pada tenosynovitis fleksor piogenik dapat dilihat menggunakan ultrasonografi (Padrez et al., 2015; Starr et al., 2016). Terlihat tampilan efusi peritendinous hipoekogenik di gambaran radiologi menggunakan ultrasonografi pada pemeriksaan sebuah kasus PFT (Gambar 3 & 4) (Jardin et al., 2018).
Gambar 3 Efusi peritendinous pada posisi transversal7
Gambar 4 Efusi peritendinous pada posisi longitudinal7
Pada beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Jardin et al tahun 2018 (Jardin et al., 2018) dan Starr et al tahun 2016 (Starr et al., 2016) telah menunjukkan manfaat serta kegunaan dari ultrasonografi dalam membantu memperkuat diagnosa serta menyingkirkan diagnosis banding yang terkait seputar kondisi patologis di tangan. USG adalah pemeriksaan tambahan yang lebih disukai di tangan operator yang berpengalaman dan biasa digunakan untuk menunjang diagnosa serta penentuan tatalaksana yang tepat pada kondisi patologis di tangan (Starr et al., 2016). Pada penelitian yang dilakukan oleh Jardin et al. tahun 2018, dilakukan pemeriksaan USG pada 73 pasien yang menunjukkan tanda-tanda inflamasi pada jari (nyeri, berwarna merah, teraba panas) dan mengindikasikan PFT. Berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan USG memiliki sensitivitas 94%, spesifisitas 74% dan nilai prediksi negatif 97% dalam menentukan diagnosis PFT untuk membantu ahli bedah menentukan pengobatan yang tepat (Jardin et al., 2018). Dalam studi lain tentang tenosinovitis tuberkulosis menyimpulkan bahwa analisis laboratorium, pencitraan (MRI, ultrasonografi, radiografi polos) dan mikrobiologi berguna untuk membantu diagnosis, tetapi dalam kasus PFT yang diakibatkan oleh tuberculokis konfirmasi akhir dari diagnosa penyakit tersebut didapatkan dari hasil histopatologi (Suwannaphisit & Ranong, 2020). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Prunieres et al tahun 2018 yang memeriksa sebanyak 20 pasien, menunjukkan kegunaan USG dalam indikasi tatalaksana bedah pada pasien atas indikasi PFT dengan melihat pelebaran lebih dari 20% pada diamater selubung tendon fleksor (Jardin et al., 2018). Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan pada sebuah kasus lainnya dan mengidentifikasi PFT secara tepat ketika pemeriksaan fisik diinterpretasi secara berbeda oleh dokter yang menangani. Pada kasus wanita berusia 46 tahun dengan riwayat gigitan kucing pada jari telunjuk kanannya diduga memiliki PFT berdasarkan pemeriksaan klinisnya, tetapi penggunaan USG membantu memastikan diagnosa, dari pemeriksaan USG tersebut ditemukan adanya infeksi pada ruang sendi sehingga dokter bedah melakukan insisi dan drainase sesuai lokasi gambaran dari USG (Gambar 5) (Marvel & Budhram, 2015).
Gambar 5 Cairan pada tendon fleksor dan kapsul sendi22
Keterangan
:
Gambaran
jari telunjuk pada posisi transversal dengan ultrasound di bawah air
menunjukkan cairan di sekitar tendon fleksor (panah putih) serta cairan di
dalam kapsul sendi dari sendi interphalangeal proksimal (panah kuning)
Ultrasonografi dapat berfungsi untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis selain FTS seperti gout (Draeger & Bynum, 2012). Alat ini sangat berguna untuk melihat ada atau tidaknya benda asing seperti kristal serta lokasi dari benda asing lainnya yang bersifat radiolusen seperti kayu (Ceroni et al., 2013; Marvel & Budhram, 2015; Rabiner et al., 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh El-Deek et al tahun 2019 yang meneliti beberapa macam kasus abnormalitas tendon pada tangan jari, didapatkan hasil pemeriksaan USG yang berhasil mendeteksi 20 dari 20 kasus tenosinovitis (100%), 8 dari 10 kasus trigger finger (80%), 10 dari 12 kasus tendon robek (83,3%), 3 dari 3 kasus foreign body impaction (100%), 12 dari 12 kasus simple ganglion (100%), dan 3 dari 3 kasus massa padat (100%) dengan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi masing-masing 93,8%, 97,8%, dan 95,8% (El-Deek et al., 2019). Hasil temuan yang didapatkan akan membantu dalam pemilihan alur tatalaksana yang adekuat sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya misdiagnosa dan komplikasi yang tidak diinginkan.
Keunggulan Ultrasonografi (Advantages of Ultrasonography)
Ultrasonografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang pilihan untuk kasus seperti pencarian benda asing dan massa pada jaringan lunak. USG juga menjadi pilihan pemeriksaan untuk banyak klinisi dikarenakan ketersediaan alat, jumlah tenaga ahli, serta rentang biaya yang lebih murah, hal ini membantu mempercepat penentuan diagnosis serta tindakan pilihan yang tepat untuk pasien. Beberapa penelitian juga menunjukkan dibalik biaya yang lebih murah ini, pemeriksaan USG tetap memiliki kemampuan dan keunggulan dibandingkan dengan bentuk pemeriksaan radiologis lainnya.
Pada sebuah
penelitian yang membahas pemeriksaan radiologis pada kasus benda asing di tubuh
menyatakan pada kasus yang dicurigai terdapatnya benda asing, seperti pada
trauma, dapat dilakukan pemeriksaan awal berupa foto rontgen (X-rays),
jika ditemukan objek yang bersifat radiolusen seperti duri, kayu dan plastik,
disarankan untuk melakukan USG. Dinyatakan bahwa USG memiliki sensitifitas 87%
dan spesifisitas 97% untuk objek kayu berukuran paling tidak sepanjang 2,5 mm.
USG juga memiliki kemampuan untuk menilai benda asing lainnya, benda asing akan
tampak hiperekoik dengan bayangan dan reverberasi yang bervariasi. Saat
mencitrakan kerikil atau kayu, objek akan tampak hiperekoik dengan bayangan
yang kuat dan jelas. Objek logam menampilkan "comet tail" atau
garis-garis parallel, distal, regular mengikuti reverberasi akustik. Kaca dapat
menampilkan bayangan akustik yang bervariasi, termasuk comet tail atau
hamburan sinar yang menyebar (Campbell & Wilbert, n.d.).
Penelitian
lain membandingkan kemampuan evaluasi kasus nyeri pada pergelangan tangan
antara USG dengan magnetic resonance imaging (MRI). Berdasarkan
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa USG hampir sama dengan MRI dalam kemampuan
penilaian kelainan tendon dan lebih baik dari MRI dalam mendiagnosis kasus CTS
dan benda asing (El-Deek et al., 2019). Pada sebuah konferensi konsensus USG juga membahas kegunaan dan
keunggulan USG dalam pencitraan massa jaringan lunak superfisial. Keuntungan
dari USG termasuk kemampuan resolusi spasial tinggi, portabilitas, akses mudah,
biaya rendah, dapat dilakukan perbandingan dengan sisi kontralateral, Doppler
US, dan yang terpenting, kemampuan untuk menggabungkan temuan pemeriksaan fisik
dan riwayat pasien selama pemeriksaan USG berlangsung. Selain itu, pencitraan real
time yang terjadi saat pemeriksaan USG memungkinkan penilaian tambahan saat
dilakukan kompresi manual, gerakan ekstremitas, kontraksi otot, dan interaksi
langsung dengan pasien. Lesi yang bersifat superfisial idealnya dicitrakan
dengan USG, terutama jika lesi tersebut berukuran kecil. Namun jika pencitraan
yang dihasilkan masih belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG ulang atau
MRI, MRI juga menjadi pilihan jika ternyata lesi terlalu dalam (Diana Afonso & Mascarenhas, 2015; Jacobson et
al., 2022).
Kesimpulan
BIBLIOGRAFI
Bao, Z., Zhao, Y., Chen, S., Chen, X., Xu,
X., Wei, L., & Xiong, M. (2020). Ultrasound Versus Contrast-Enhanced
Magnetic Resonance Imaging for Subclinical Synovitis and Tenosynovitis.pdf. Clinics,
75. https://doi.org/https://doi.org/10.6061/clinics/2020/e1500
Bishop, G. B., Born, T., Kakar, S., &
Jawa, A. (2013). The diagnostic accuracy of inflammatory blood markers for
purulent flexor tenosynovitis. Journal of Hand Surgery, 38(11),
2208–2211. https://doi.org/10.1016/j.jhsa.2013.08.094
Campbell, E., & Wilbert, C. (n.d.). Foreign
Body Imaging.pdf.
Ceroni, D., Merlini, L., Salvo, D.,
Lascombes, P., & Dubois-Ferrière, V. (2013). Isolated hydatid disease of
ovary and broad ligament in a child. Pediatric Infectious Disease Journal,
32(6), 702–703. https://doi.org/doi: 10.1097/INF.0b013e3182868f17
Chan, E., Robertson, B. F., & Johnson,
S. M. (2019). Kanavel signs of flexor sheath infection: A cautionary tale. British
Journal of General Practice, 69(683), 315–316.
https://doi.org/10.3399/bjgp19X704081
Chapman, T., & Ilyas, A. M. (2019).
Pyogenic Flexor Tenosynovitis: Evaluation and Treatment Strategies. Journal
of Hand Surgery, 44(11), 981–985.
https://doi.org/10.1016/j.jhsa.2019.04.011
Diana Afonso, P., & Mascarenhas, V. V.
(2015). Imaging techniques for the diagnosis of soft tissue tumors. Reports
in Medical Imaging, 8, 63–70. https://doi.org/10.2147/RMI.S54490
Draeger, R. W., & Bynum, D. K. (2012). 2012
Flexor Tendon Sheath Infections. 20(6), 373–382.
El-Deek, A. M. F., Dawood, E. M. A. E. H.
H., & Mohammed, A. A. M. (2019). Role of ultrasound versus magnetic
resonance imaging in evaluation of non-osseous disorders causing wrist pain. Egyptian
Journal of Radiology and Nuclear Medicine, 50(1).
https://doi.org/10.1186/s43055-019-0008-9
El-Deek, A. M. F., & Hassan Dawood, E.
M. A. E. H. (2019). Role of ultrasonography in evaluation of tendons
abnormalities in hand and fingers. Egyptian Journal of Radiology and Nuclear
Medicine, 50(1). https://doi.org/10.1186/s43055-019-0110-z
Giladi, A. M., Malay, S., & Chung, K.
C. (2015). A systematic review of the management of acute pyogenic flexor
tenosynovitis. Journal of Hand Surgery: European Volume, 40(7),
720–728. https://doi.org/10.1177/1753193415570248
Hogan, J. I., Hurtado, R. M., & Nelson,
S. B. (2017). Mycobacterial Musculoskeletal Infections. Infectious Disease
Clinics of North America, 31(2), 369–382.
https://doi.org/10.1016/j.idc.2017.01.007
Hyatt, B. T., & Bagg, M. R. (2017).
Flexor Tenosynovitis. Orthopedic Clinics of North America, 48(2),
217–227. https://doi.org/10.1016/j.ocl.2016.12.010
Ihnatsenka, B., & Boezaart, A. P.
(2010). Ultrasound: Basic understanding and learning the language. International
Journal of Shoulder Surgery, 4(3), 55–62.
https://doi.org/10.4103/0973-6042.76960
Jacobson, J. A., Middleton, W. D., Allison,
S. J., Dahiya, N., Lee, K. S., Levine, B. D., Lucas, D. R., Murphey, M. D.,
Nazarian, L. N., Siegel, G. W., & Wagner, J. M. (2022). Ultrasonography of
Superficial Soft-Tissue Masses: Society of Radiologists in Ultrasound Consensus
Conference Statement. Radiology, 304(1), 18–30.
https://doi.org/10.1148/radiol.211101
Jardin, E., Delord, M., Aubry, S., Loisel,
F., & Obert, L. (2018). Usefulness of ultrasound for the diagnosis of
pyogenic flexor tenosynovitis: A prospective single-center study of 57 cases. Hand
Surgery and Rehabilitation, 37(2), 95–98. https://doi.org/10.1016/j.hansur.2017.12.004
Kennedy, C. D., Huang, J. I., & Hanel,
D. P. (2016). In Brief: Kanavel’s Signs and Pyogenic Flexor Tenosynovitis. Clinical
Orthopaedics and Related Research, 474(1), 280–284.
https://doi.org/10.1007/s11999-015-4367-x
Kennedy, C. D., Lauder, A. S., Pribaz, J.
R., & Kennedy, S. A. (2017). Differentiation Between Pyogenic Flexor
Tenosynovitis and Other Finger Infections. Hand, 12(6), 585–590.
https://doi.org/10.1177/1558944717692089
Mamane, W., Lippmann, S., Israel, D., Ramdhian-Wihlm,
R., Temam, M., Mas, V., Pierrart, J., & Masmejean, E. H. (2018). Infectious
flexor hand tenosynovitis: State of knowledge. A study of 120 cases. Journal
of Orthopaedics, 15(2), 701–706.
https://doi.org/10.1016/j.jor.2018.05.030
Marvel, B. A., & Budhram, G. R. (2015).
Bedside ultrasound in the diagnosis of complex hand infections: A case series. Journal
of Emergency Medicine, 48(1), 63–68.
https://doi.org/10.1016/j.jemermed.2014.09.015
Padrez, K., Bress, J., Johnson, B., &
Nagdev, A. (2015). Bedside ultrasound identification of infectious flexor
tenosynovitis in the emergency department. Western Journal of Emergency
Medicine, 16(2), 260–262.
https://doi.org/10.5811/westjem.2015.1.24474
Patel, D. B., Emmanuel, N. B., Stevanovic,
M. V., Matcuk, G. R., Gottsegen, C. J., Forrester, D. M., & White, E. A.
(2014). Hand infections: Anatomy, types and spread of infection, imaging
findings, and treatment options. Radiographics, 34(7), 1968–1986.
https://doi.org/10.1148/rg.347130101
Prunières, G., Igeta, Y., Hidalgo Díaz, J.
J., Gouzou, S., Facca, S., Xavier, F., & Liverneaux, P. (2018). Ultrasound
for the diagnosis of pyogenic flexor tenosynovitis. Hand Surgery and
Rehabilitation, 37(4), 243–246.
https://doi.org/10.1016/j.hansur.2018.03.002
Rabiner, J. E., Friedman, L. M., Khine, H.,
Avner, J. R., & Tsung, J. W. (2013). Accuracy of point-of-care ultrasound
for diagnosis of skull fractures in children. Pediatrics, 131(6).
https://doi.org/10.1542/peds.2012-3921
Ray, G., Sandean, D. P., & Tall., M. A.
(2021). Tenosynovitis.pdf. Treasure Island (FL): StatPearls.
Sbai, M. A., Benzarti, S., Boussen, M.,
& Maalla, R. (2015). Tuberculous flexor tenosynovitis of the hand. International
Journal of Mycobacteriology, 4(4), 347–349.
https://doi.org/10.1016/j.ijmyco.2015.06.003
Soubeyrand, M., Begin, M., Pierrart, J.,
Gagey, O., Dumontier, C., & Guerini, H. (2011). L’échographie pour le
chirurgien de la main (conférence d’enseignement XLV e congrès de la Société
Française de Chirurgie de la Main). Chirurgie de La Main, 30(6),
368–384. https://doi.org/10.1016/j.main.2011.09.008
Starr, H. M., Sedgley, M. D., Means, K. R.,
& Murphy, M. S. (2016). Ultrasonography for hand and wrist conditions. Journal
of the American Academy of Orthopaedic Surgeons, 24(8), 544–554.
https://doi.org/10.5435/JAAOS-D-15-00170
Stasi, G., & Ruoti, E. M. (2015). A
critical evaluation in the delivery of the ultrasound practice: The point of
view of the radiologist. Italian Journal of Medicine, 9(1), 5–10.
https://doi.org/10.4081/itjm.2015.502
Suwannaphisit, S., & Ranong, N. N.
(2020). Tuberculous tenosynovitis of the Flexor Tendons of the hand and wrist:
A case report and mini-review. Annals of Medicine and Surgery, 57(July),
249–252. https://doi.org/10.1016/j.amsu.2020.07.061
Copyright holder: Almerveldy Azaria Dohong, Khadijah Ratna Widiyani,
Nadia, Basuki Supartono (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |