Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 4,
April 2024
STRATEGI PENGELOLAAN PDAM TIRTA
SEJUK UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAAN PELANGGAN DAN PENINGKATAN PAD KABUPATEN GAYO
LUES
Suryadi1, Edy Putra
Kelana2, Tora Akadira3
Universitas
Terbuka, Indonesia1,3
Universitas
Al-Muslim, Indonesia2
Email:
[email protected]1, [email protected]2,
Abstrak
Penyelenggarakaan
otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung
jawab kepada daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian
dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan daera.
Jasa pelayanan air minum di perkotaan, PDAM Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Les
menjalankan operasinya dengan prinsip-prinsip perusahaan, yaitu efisiensi dan
mengusahakan keuntungan, guna memenuhi target mengisi kas pemerintah daerah. Tujuan
dari penelitian ini adalah Mengetahui isu-isu strategis PDAM Tirta Sejuk dan
merumuskan strategi pengelolaan yang sebaiknya diterapkan di era otonomi agar
mampu meningkatkan PAD Kabupaten Gayo Lues dan Mengetahui strategi dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Penilitian ini menggunakan analisis SWOT. Kesimpualan Pada saat ini baru 21%
(10.500 sambungan) dari penduduk Gayo Lues yang dapat menikmati fasilitas air
bersih dari PDAM. Kondisi ini masih jauh dari target nasional yang mensyaratkan
60% penduduk perkotaan dapat menikmati fasilitas air bersih, Dari seluruh
karyawan yang bekerja di PDAM, terlihat bahwa komposisi jumlah karyawan yang
memiliki latar belakang pendidikan D3 ke atas sangat kecil hanya 14,01% bila
dibandingkan dengan jumlah pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan di
bawah D3 sebesar 85,99%. Kondisi seperti menunjukkan bahwa kualitas karyawan
masih rendah, dan Tingginya angka kebocoran air sudah barang tentu sangat
berpengaruh terhadap efisiensi dari PDAM sendiri. Bagi masyarakat pelanggan
kondisi ini jelas merugikan karena kuantitas, kualitas dan kontinuitas air
bersih yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka tidak sesuai
dengan harapan, yang berarti mengurangi kepuasan mereka atas pelayanan yang
diberikan oleh PDAM Tirta Sejuk.
Kata Kunci: Strategi, Pelanggan, PAD
Abstrack
The
implementation of regional autonomy by giving broad, real and responsible
authority to regions in a proportional manner is realized by regulating,
distributing and utilizing national resources as well as balancing central and
regional finances. Drinking water services in urban areas, PDAM Tirta Sejuk
Gayo Les Regency carries out its operations according to company principles,
namely efficiency and seeking profits, in order to meet the target of filling
regional government coffers. The aim of this research is to understand the
strategic issues of PDAM Tirta Sejuk and formulate management strategies that
should be implemented in the era of autonomy in order to be able to increase
the PAD of Gayo Lues Regency and to find out strategies for improving services
to the community. This research method uses a qualitative descriptive approach.
This research uses SWOT analysis. Conclusion Currently only 21% (10,500
connections) of Gayo Lues residents can enjoy clean water facilities from PDAM.
This condition is still far from the national target which requires 60% of
urban residents to be able to enjoy clean water facilities. Of all employees
working at PDAM, it can be seen that the composition of the number of employees
who have a D3 educational background or above is very small, only 14.01% when
compared with the number of employees who have an educational background below
D3 is 85.99%. Such conditions indicate that the quality of employees is still
low, and the high number of water leaks certainly has a big impact on the
efficiency of the PDAM itself. For the customer community, this condition is
clearly detrimental because the quantity, quality and continuity of clean water
needed to meet their daily needs does not meet expectations, which means
reducing their satisfaction with the services provided by PDAM Tirta Sejuk
Keywords: Strategy,
Customers, PAD
Pendahuluan
Pembangunan
daerah pada dasarnya adalah upaya untuk : (a) mengembangkan kemampuan ekonomi
daerah untuk menciptakan kesejahteraan dan memperbaiki kehidupan material
secara adil dan merata; (b) meningkatkan kondisi kesehatan, pendidikan,
perumahan, dan kesempatan kerja; (c) mendorong penegakan hak-hak asasi manusia,
kebebasan politik dan demokrasi; (d) mengembangkan peradaban dan (e)
meningkatkan kesadaran perlunya pembangunan berkelanjutan (Sofian et al., 2006). Melihat pentingnya pembangunan
daerah bagi pembangunan yang berkelanjutan, UU No. 22
Tahun 1999 saat ini sudah mengalami perubahan menjadi UU No. 23 Tahun 2014,
sebagaimana tertulis di dalam konsiderannya memandang perlu menyelenggarakan
otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung
jawab kepada daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian
dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah (Hayati, 2015).
Keuangan
menjadi salah satu faktor pendukung pelaksanaan otonomi daerah, dimana sumber
pendapatan daerah adalah terdiri dari: pendapatan asli daerah, yang terdiri
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah (Yuan & Suprobowati,
2022). Disamping pendapatan asli daerah, daerah juga mendapat
dana perimbangan berupa dana alokasi umum yang bersifat block grant, dan dana alokasi khusus yang bersifat spesifik grant dan pinjaman daerah (Warsito et al., 2014).
Kemampuan
keuangan daerah dapat dilihat dari struktur APBD, dimana kontribusi PAD masih
relatif kecil terhadap total penerimaan daerah, sebaliknya bagian penerimaan
pembangunan dan pendapatan terbesar daerah berasal dari pos pendapatan yang
berasal dari pemerintah dan atau instansi yang lebih tinggi (Laurens et al., 2017). Kabupaten Gayo Lues juga berada
dalam kondisi yang seperti ini. Karena dari struktur APBD selama ini
menunjukkan bahwa proporsi terbesar terhadap total penerimaan daerah adalah
berasal dari sumbangan/bantuan pemerintah pusat. PAD Kabupaten Gayo Lues hanya
mampu memberikan kontribusi terhadap APBK dalam lima tahun terakhir ini sebesar
1,3 persen. Hal ini terlihat dari tabel berikut, yang menggambarkan kontribusi
PAD terhadap APBD.
Tabel 1. Kontribusi PAD terhadap
APBK
No |
Tahun
Anggaran |
PAD |
APBD |
% |
1. |
2017 2018 2019 2020 2021 |
60.312.455,60 48.758.464,13 51.416.297,41 58.440.412,70 40.813.777,91 |
981.737.098.947,17 872.242.666.102,85 997.301.204.353,29 922.032.643.854,40 865.796.574.657,60 |
|
Sumber:
Dinas Keuangan Kab. Gayo Lues, diolah
Kondisi
lainnya yang dirasa akan menyulitkan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam
melaksanakan otonomi daerah dan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat adalah, Penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU), dari tahun ke tahun
tidak begitu besar, apalagi dunia umumnya dan Indonesia khususnya mengalami
covid-19. Seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel. 2 Distribusi Penerimaan Dana
DAU
No |
Daerah |
Besarnya Dana Yang Diterima (dalam
miliar Rupiah) |
1. |
Kabupaten
Gayo Lues Tahun
2017 Tahun
2018 Tahun
2019 Tahun
2020 Tahun
2021 |
462.943.021.000,00 462.943.021.000,00 472.230.875.000,00 423.662.731.000,00 419.760.894.000,00 |
Sumber :
Lampiran Kepres Tahun 2018 – 2022
Menurut Gani (2020) peranan dana sangat menentukan
keberhasilan pembangunan daerah disamping itu yang tidak kalah pentingnya
adalah kesiapan SDM dalam mengelolanya. Memang peranan dana saja tidak cukup
untuk menilai suatu daerah mampu atau tidak dalam melaksanakan otonomi daerah,
melainkan ada beberapa indikator lainnya yang telah dikembangkan Kementrian
Dalam Negeri. Indikator untuk mengukur kemampuan daerah dalam melaksanakan
otonomi daerah yaitu: kelembagaan, kepegawaian, peralatan, partisipasi
masyarakat, organisasi dan administrasi, ekonomi daerah serta demografi (Atrianingsi & Fitri,
2022). Akan tetapi bagi daerah ketercukupan dana akan sangat
menentukan keberhasilan pembangunan daerah (Winarto, 2017). Untuk itu Pemerintah Kabupaten
Gayo Lues pun melakukan berbagai upaya dan terobosan dalam meningkatkan PAD-nya
(Prasetyawati, 2018).
Salah satu sumber dana untuk mendukung
keuangan daerah adalah hasil perusahaan milik daerah (Rizkiano et al., 2011). Sebagaimana diketahui bahwa tugas
dan peranan BUMD adalah mendorong kegiatan ekonomi daerah, menciptakan
kesempatan kerja, menyediakan jasa pelayanan sosial dan memberikan kontribusi
bagi PAD (Hernoko, 2012). Kalau saja pemerintah daerah mampu
mengelola secara profesional tidak tertutup kemungkinan BUMD merupakan sumber
pendapatan daerah yang sangat potensial (Hasan, 2018).
Akan tetapi perlu diingat kembali oleh daerah
bahwa otonomi daerah semata-mata adalah untuk mensejahterakan masyarakat, dan
memberdayakan masyarakat, bukan makin membebani masyarakat dengan berbagai
pajak, retribusi dan kenaikan tarif pelayanan, yang diperuntukkan bagi
kepentingan kas pemerintah daerah dalam mengejar target PAD (Umam et al., 2016). Badan usaha milik daerah di era
otonomi masih menjadi tumpuan harapan kepala daerah untuk mengisi kas
pemerintah daerah, tetapi penerimaan dari sumber ini tidak menggembirakan.
Kondisi ini juga dialami oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, sebagaimana terlihat
pada tabel persentase kontribusi komponen PAD berikut ini:
Tabel 3. Persentase Komponen PAD
Terhadap PAD
No |
Komponen
PAD |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
1. |
Pajak
Daerah |
5.433.785.265,80 |
6.144.707.294,00 |
6.978.714.035,00 |
5.904.228.419,00 |
7.877.737.919.00 |
2. |
Retribusi
Daerah |
22.296.472.033,00 |
1.427.456.490,00 |
1.719.285.047,00 |
1.019.816.159,00 |
1.254.803.190,00 |
3. |
Laba
PDAM |
|
|
|
|
|
4. |
Lain-lain
PAD yang sah |
29.059.597.687,07 |
37.413.121.643,18 |
38.730.171.543,47 |
47.238.311.427,14 |
50.766.700.985,48 |
Jumlah |
100% |
100% |
100% |
100% |
100% |
Sumber:
Dinas Keuangan Kab. Gayo Lues, diolah
Dari tabel time series di atas terlihat bahwa
begitu kecilnya kontribusi laba BUMD terhadap PAD Kabupaten Gayo Lues dan PDAM
Tirta Sejuk hanya memberikan kontribusi sebesar rata-rata 0,73% dalam lima
tahun terakhir. Muncul pertanyaan mengapa keadaan seperti ini terjadi pada BUMD,
sedangkan begitu banyak peluang strategis yang dimiliki oleh BUMD diantaranya
yaitu memiliki captive market yang
besar, memiliki akses yang luas, baik ke bawah maupun ke atas sehingga dapat
memperoleh informasi kebijakan pemerintah dan peluang usaha lebih dini
dibandingkan swasta dan BUMD memiliki bargaining
power yang kuat karena kepemilikannya di tangan Pemerintah Daerah (Putra et al., 2021).
Sebagai
perusahaan daerah yang memberikan jasa pelayanan air minum di perkotaan, PDAM
menjalankan operasinya dengan prinsip-prinsip perusahaan, yaitu efisiensi dan
mengusahakan keuntungan, guna memenuhi target mengisi kas pemerintah daerah (Nurwanda, 2019). Dilain pihak, PDAM juga dituntut
untuk berfungsi sosial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih,
menunjang perkembangan dunia usaha dan perekonomian masyarakat, menunjang
percepatan pembangunan di daerah yang pada akhirnya dapat mensejahterakan
masyarakat. Dua dimensi yang berbeda tentang keberadaan BUMD dalam hal ini PDAM
Tirta Sejuk, hendaknya dapat dipadukan secara berimbang, walaupun sulit untuk
dilaksanakan. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini mencoba untuk
memberikan beberapa usulan strategi pengelolaan yang sebaiknya dilakukan oleh
PDAM Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Lues di era otonomi.
Metode
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya
ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2020)(Sugiyono, 2013). Sedangkan
pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Pendekatan ini merupakan suatu usaha pemecahan masalah dengan cara
membandingkan gejala-gejala yang ditemukan, mengadakan klasifikasi
gejala-gejala, dan menetapkan pengaruh antara gejala-gejala yang ditemukan (Singarimbun, 1989).
Pendekatan metode penelitian ini digunakan untuk
mengetahui studi Strategi Pdam Tirta sejuk
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat kasusnya adalah menggambarkan kinerja
pengelolaan pdam sejuk kabupaten gayo Lues.
Hasil dan Pembahasan
Melalui
alat analisis SWOT akan digambarkan analisis kondisi lingkungan internal dan
eksternal, yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan PDAM
Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Lues.
Analisis Kondisi Internal
Analisis
terhadap kondisi internal PDAM dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan internal
yang menjadi kendala bagi PDAM dalam upaya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dan kekuatan internal yang dimiliki perusahaan yang menjadi aset
bagi PDAM dalam mengurangi maupun menghilangkan kelemahan yang ada dan
sekaligus menjadi pendorong tercapainya tujuan PDAM Tirta Sejuk Kabupaten Gayo
Lues. Berikut hasil analisis SWOT pendorong tercapainya tujuan PDAM Tirta Sejuk
Kabupaten Gayo Lues.
1. Kekuatan
a. Kejelasan
Visi Misi
visi dari PDAM Tirta Sejuk adalah
“Menjaga Kehidupan, Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pelayanan Air
Bersih Yang Profesional”. Sejalan dengan visi tersebut, misi PDAM Tirta Sejuk
Kabupaten Gayo Lues lebih mengekspresikan upaya pencapaian visi tersebut dengan
produk-produk berupa: (1) Peningkatan cakupan pelayanan dari 21% menjadi 60%.
(2) Peningkatan kapasitas produksi terpasang menjadi 600 liter per detik,
dengan pembangunan instalasi pengolahan air Sungai Nelas. Dan (3) Penambahan
sambungan baru sebanyak 21.000 sambungan, guna memeratakan pelayanan air bersih
kepada masyarakat di Kabupaten Gayo Lues. (sumber: Corporate Plan PDAM Tirta
Sejuk)
b. Bidang
Organisasi dan Personalia
1) Struktur
Organisasi Yang Lengkap
Aspek ini dinilai sebagai kekuatan internal
PDAM, karena selain telah memenuhi persyaratan legalitas, yaitu telah disahkan
oleh badan pengawas, struktur organisasi yang diterapkan juga memenuhi
keperluan pengendalian intern, dimana telah dilakukan pemisahan fungsi operasi,
fungsi pencatatan dan fungsi penyimpanan. (Sumber: Corporate Plan PDAM Tirta
Sejuk)
2) Kuantitas
Karyawan Yang Memadai
Bila dibandingkan dengan jumlah
pelanggan yang dilayani yaitu sebanyak 10.500 sambungan, ratio antara jumlah
pegawai per. 1000 sambungan adalah 10 (sepuluh). Dengan mengacu pada standar
penilaian yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri yaitu Kepmendagri No.
690.900-327 Tahun 1994 tentang Pedoman Penelitian dan Peningkatan Kinerja
Keuangan PDAM. Maka dengan nilai rasio 10 (sepuluh) berada pada posisi yang
sehat. (Sumber: Profil PDAM Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Lues).
c.
Bidang Operasional Administrasi dan Keuangan
1) Peralatan
Kerja Kantor Yang Memadai
Secara bertahap telah dilaksanakan
komputerisasi untuk beberapa kegiatan, dan diharapkan melalui program komputerisasi
tersebut kegiatan yang dilaksanakan akan menjadi semakin baik, dalam artian
akan semakin cepat memberikan pelayanan dengan hasil yang akurat. (sumber: Data
Inventaris Peralatan Kantor PDAM Tirta Sejuk)
2) Sistem dan
Prosedur Pencatatan Akuntansi Yang Benar
Hal lain yang cukup membantu dalam
praktek pencatatan adalah dilakukannya komputerisasi untuk sistem pembukuan,
sehingga kebenaran pencatatan lebih dapat diandalkan dan dapat diselesaikan
dalam waktu yang tepat. Selain membantu dalam praktek pencatatan, komputerisasi
ini cukup membantu dalam pengambilan data yang diperlukan untuk berbagi
kebutuhan, khususnya untuk dasar pengambilan keputusan. (sumber: Bagian
Keuangan PDAM Tirta Sejuk)
3) Sistem
Laporan Yang Baik
Keseluruhan laporan telah disusun dan didistribusikan sesuai
dengan prosedur yang telah dirumuskan dan ditetapkan. Dalam hal ini adalah
bahwa laporan telah disusun dengan jadual yang telah ditetapkan dan data yang
tersaji dalam laporan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. (Sumber: Bagian
Keuangan PDAM Tirta Sejuk)
4) Pengelolaan
Kas Yang Sehat
Dalam pengelolaan dana kas kecil,
manajemen perusahaan masih harus menetapkan batasan jenis pengeluaran secara
tegas untuk menghindari penggunaan dana kas kecil guna menutup keperluan yang
seharusnya dapat diorganisir pemenuhannya melalui dana kas besar. (Sumber : Bagian Keuangan PDAM Tirta Sejuk).
2. Kelemahan
a.
Bidang Sumber Daya Manusia
1) Kualitas
Karyawan Masih Rendah
(a)
Dari
seluruh karyawan yang bekerja di PDAM, terlihat bahwa komposisi jumlah karyawan
yang memiliki latar belakang pendidikan D3 ke atas sangat kecil hanya 14,01%
bila dibandingkan dengan jumlah pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan
di bawah D3 sebesar 85,99%. Kondisi seperti menunjukkan bahwa kualitas karyawan
masih rendah. Tabel berikut ini akan memperlihatkan komposisi karyawan yang
bekerja di PDAM.
Tabel 4. Komposisi Karyawan PDAM
Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Lues
No |
Tingkat
Pendidikan |
Jumlah
Pegawai |
Persentase |
1. |
SD - SMTP |
6 |
14,95 % |
2. |
SMTA |
33 |
71,02 % |
3. |
D3 |
1 |
1,0 % |
4.
|
S1 |
13 |
9,34 % |
5. |
S2 |
1 |
1.0 % |
|
Jumlah |
55 |
100% |
Sumber: Bagian Umum PDAM Tirta
Sejuk, diolah
(b)
Kurang
berjalannya sebagian prosedur administrasi dan keuangan, tersendatnya pelayanan kepada pelanggan baik secara tekinis
maupun administratif, sebagiannya disebabkan oleh lemahnya kualitas karyawan.
(c)
Tidak
jarang rencana ataupun program yang telah disusun tidak dapat direalisasikan
karena kekurangmampuan sebagian pegawai dalam menjabarkan rencana tersebut
dalam rencana kerja terinci (detailed
work plan)
2) Koordinasi
Kerja Yang Belum Berjalan Dengan Baik
1) Pada beberapa prosedur kegiatan,
arus dokumen yang berfungsi sebagai media komunikasi dalam penyajian informasi
dalam penyajian informasi dari bagian yang satu ke bagian lainnya, tidak
berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya.
2) Bagian yang menerima informasi
mengenai suatu permasalahan tidak memberikan tanggapan yang semestinya,
sehingga masalah yang ada tidak pernah dapat diselesaikan.
b.
Kondisi Bidang Keuangan Yang Kurang Sehat
Dalam menilai kondisi kinerja bidang
keuangan PDAM Tirta Sejuk, digunakan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor:
690.900-327 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja
Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum. Berikut Indikatornya:
1) Pengeluaran Operasional Per Meter
Kubik Air Yang Terjual
PDAM Tirta Sejuk mengeluarkan biaya
terlalu banyak untuk air yang dijual kepada pelanggan. Sampai dengan bulan
Desember 2022 jumlah pengeluaran operasional sebesar Rp. 1.228.616.625,- sedangkan jumlah air yang terjual sebanyak 2.014.587
M3, sehinggga setiap kubik meter air yang terjual memerlukan pengeluaran
operasional sebesar Rp. 610.
2) Working ratio
perusahaan mengeluarkan biaya
terlalu banyak untuk setiap rupiah pendapatan yang diperoleh. Ratio yang
diperoleh dari indikator ini adalah sebesar 81%, artinya jumlah seluruh
pengeluaran operasional sebesar 81% dari total pandapatan operasional.
3) Kebocoran air
Tingkat kebocoran air yang terjadi
di perusahaan di atas standar kebocoran yang ditetapkan yakni 20 %. Sedangkan
angka kebocoran air di PDAM Tirta Sejuk mencapai 49 %. Sehingga kinerja PDAM
Tirta Sejuk sangat tidak efisien. (Sumber: Laporan Kesehatan Perusahaan Tahun
2022)
c.
Kondisi Pipa Produksi, Transmisi dan Distribusi Yang
Belum Baik
PDAM Tirta Sejuk mempunyai 4 (empat)
unit instalasi pengolahan air di Desa Rikit Gaib. Pompa intake pada
masing-masing unit pengolahan ini berjalan terus-menerus selama 24 jam tanpa
ada penggantian pompa karena pompa cadangan yang ada dalam kondisi rusak.
Sehingga keandalan penyediaan air bersih untuk pelanggan akan berkurang bila
ada pompa intake yang rusak. Berikut indikatornya:
1) Kondisi Fisik Pipa Transmisi dan
Distribusi
Kondisi fisik pipa secara langsung
tidak dapat diketahui karena semua rata-rata berada dalam tanah, tetapi dari
kinerja yang dihasilkan, seperti tingginya angka kebocoran sampai dengan 49 %,
tidak meratanya distribusi air dan sulitnya dilakukan penambahan pelanggan
baru, adalah merupakan salah satu indikator kurang baiknya kondisi fisik pipa.
2) Tingkat Kehilangan Air
a. Tingkat kehilangan air di PDAM Tirta
Sejuk cukup tinggi, dimana selama tahun 2022 tingkat kehilangan rata-rata
sebesar 32%. Tingkat kehilangan air terbesar pada tahun tersebut terjadi pada
bulan April, yaitu sebesar 59% dan terendah terjadi pada bulan Oktober sebesar
14%. Tingginya tingkat kehilangan air di jaringan distribusi PDAM Tirta Sejuk,
utamanya disebabkan oleh berbagi faktor antara lain:
(a) Faktor Mutu Pemasangan Pipa
Kemampuan pihak ketiga PDAM dan proyek dalam pemasangan pipa
masih kurang sehingga hasil pemasangan pipa masih banyak terjadi kebocoran.
Terjadinya hal ini disebabkan dua hal yaitu, pertama disebabkan oleh tingkat
kemampuan kontraktor dalam pemasangan pipa masih kurang dan yang kedua
mekanisme pengawasan kualitas pekerjaan pemasangan masih lemah.
(b) Faktor Kualitas Bahan Pipa
cara pemasangan yang kurang baik, faktor lain yang
menyebabkan seringnya terjadi kebocoran adalah kualitas pengadaan bahan yang
tidak standar (Sumber: Laporan Bagian Produksi)
d.
Bidang Pemasaran dan Pelayanan Yang Masih Rendah
Analisis terhadap kondisi bidang
pemasaran dan pelayanan, mencakup beberapa indikator berikut:
1) Cakupan Pelayanan
Biro Pusat Statistik Kabupaten Gayo
Lues, pada tahun 2022 jumlah penduduk di Kabupaten Gayo Lues adalah sebanyak 263.396
jiwa dengan jumlah rumah tangga 51.145 KK. Dikaitkan dengan cakupan pelayanan
yang dapat dicapai PDAM. Cakupan pelayanan terhadap penduduk adalah sebesar
21%. Dibandingkan dengan target cakupan pelayanan nasional, yaitu bahwa pada
akhir pelita V jumlah penduduk perkotaan yang dapat memperoleh pelayanan air
bersih melalui sistem perpipaan adalah sebanyak 60% dari total penduduk
perkotaan, maka cakupan yang dicapai PDAM saat ini masih dibawah target.
2) Pemasaran Sambungan Baru
Aspek ini dinilai lemah karena
pemasaran yang dilaksanakan belum direncanakan secara terpadu, maksudnya aspek
lain yang diperlukan dalam memaksimalkan upaya pemasaran belum diperhitungkan
secara akurat.
3)
Pelayanan
Pelanggan
Aspek ini masih dinilai lemah karena bila dilihat dari laporan
pengaduan pelanggan yang ada penyelesaian/tindak lanjut dari pengaduan
pelanggan, masih banyak yang berada di atas 1 (satu) minggu.
Analisis
Faktor Ekternal
Analisis kondisi eksternal
dimaksudkan untuk menganalisis kondisi di luar perusahaan yang secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi operasi perusahaan dan pada akhirnya
akan ikut menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk dari kondisi eksternal yang dianalisa adalah kondisi
eksternal yang menjadi peluang dan atau ancaman bagi PDAM Tirta Sejuk Kabupaten
Gayo Lues.
1. Peluang
a.
Luasnya
Cakupan Peluang
Aspek ini dinilai menjadi peluang
bagi PDAM Tirta Sejuk karena wilayah untuk perluasan layanan masih terbuka
lebar dan dilain pihak jumlah penduduk yang belum menjadi pelanggan PDAM
relatif masih sangat banyak. Sesuai dengan cakupan pelayanan yang dicapai saat
ini baru sebesar 21%, dengan berpedoman pada cakupan pelayanan nasional sebesar
60 % maka peluang yang masih terbuka adalah sebesar 39%.
b. Kondisi
Air Tanah Yang Kurang Memadai
Pada sebagian besar wilayah di
Kabupaten Gayo Lues, kadar kandungan zat besi pada air tanah/sumur dangkal
cukup tinggi sehingga mengganggu optimalisasi pemanfaatannya, dan jangka
panjangnya dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan.
c.
Tingginya
Kesadaran Masyarakat Akan Manfaat Air
Bersih
pada hasil survai untuk keperluan
penyusunan studi kelayakan dalam pengembangan sistem penyediaan air bersih PDAM
Tirta Sejuk 21 Juni 2022, bahwa 62 % respoden menghendaki untuk memiliki
sambungan rumah.
d.
Pembangunan
Instalansi Air Sungai Nelas
Pembangunan untuk pengembangan
instalasi air bersih sebesar 400 liter/detik dengan memanfaatkan Sungai
Blangkejeren Gayo Lues sebagai sumber air baku.
e.
Pemberlakuan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2014
PDAM Tirta Sejuk dengan
diberlakukannya otonomi daerah maka memberikan peluang untuk meningkatkan
kualitas pelayanannya kepada masyarakat di Kabupaten Gayo Lues dan ikut serta
mendorong kesejahteraan masyarakat dengan pemerataan produk air bersih yang ditawarkan,
yang pada akhirnya dapat memacu pembangunan di Kabupaten Gayo Lues.
2.
Ancaman
a.
Kurangnya
Alternatif Sumber Air Beku
Sungai dengan karakteristik seperti
tersebut sangat sensitif bila dilakukan perubahan di daerah tangkapan air. Maka
dampaknya akan langsung terlihat pada badan air, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
b.
Sarana
Listrik Gayo Lues Yang Kurang Baik
tidak kontinyunya kondisi persediaan
energi listrik dari PLN di Kabupaten Gayo Lues, yang berupa seringnya terjadi
pemutusan aliran listrik, yang secara langsung mempengaruhi proses produksi,
transmisi dan distribusi air bersih kepada pelanggan. Akibatnya tidak hanya
PDAM yang dirugikan tetapi yang lebih utama adalah pelanggan karena terhentinya
aliran air bersih ke rumah-rumah dan pelayananpun kurang memuaskan.
c.
Kurang
Disiplinnya Masyarakat Dalam Membayar Rekening Air
Faktor ini dinilai sebagai ancaman
karena seperti misalnya pembayaran rekening air bulanan kurang optimal sehingga
efisiensi penagihan bulanan atas rekening air relatif rendah, yang berkisar 60%
- 70%. Ditambah lagi dengan sering terjadinya pencurian air dan perusakan meter
air, yang kesemuanya cukup merugikan bagi PDAM.
d.
Seringnya
terjadi bencana Alama Gempa Bumi
Mengingat kondisi wilayah Gayo Lues
yang rawan gempa, maka aspek ini merupakan ancaman tersendiri bagi PDAM Tirta
Sejuk Kabupaten Gayo Lues. Sebagaimana yang terjadi pada bulan Juni 2022 yang
lalu, hampir 40% saluran transmisi dan distribusi PDAM mengalami kerusakan yang
cukup parah. Yang merupakan beban tersendiri bagi PDAM dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan air bersih kepada masyarakat dalam perbaikan aset-aset yang
rusak akibat gempa yang lalu merupakan pekerjaan rumah yang segera menuntut
untuk diselesaikan.
Strategi Pengelolaan PDAM Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Lues
Sebagai Sumber PAD Di Era Otonomi
Dengan didasarkan pada hal-hal
sebagai berikut ini :
1.
Pasal
33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara, dan digunakan sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.
2.
Sebagaimana
diketahui BUMN/BUMD memiliki dua dimensi, yakni sosial dan komersial yang harus
dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan yang secara umum dipandang sebagai
sebagai dua fungsi yang berlawanan.
3.
Mandat
dari para stake holders, visi dan misi yang intinya menginginkan agar PDAM
Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Lues memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi
masyarakat Kabupaten Gayo Lues, efisiensi produksi dan menunjang percepatan
pembangunan di daerah.
4.
Hakikat
dari otonomi daerah, yang berupa demokratisasi, penggalian potensi daerah,
percepatan pembangunan dan peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik
serta upaya kemakmuran dan pemberdayaan masyarakat.
5.
Analisis
dari kondisi lingkungan internal (kekuatan, kelemahan) dan kondisi lingkungan
eksternal (peluang, ancaman) terhadap PDAM Tirta Sejuk Kabupaten Gayo Lues.
Mengembangkan
Pemasaran Pemasaran dan Memperluas Cakupan Pelanggan
Saat ini
kapasitas produksi terpasang sebesar 200 liter per detik mampu melayani 10.500 pelanggan.
Dengan dibangunnya instalasi Sungai Blangkejeren dengan kapasitas terpasang 400
liter perdetik, maka masyarakat yang dapat dilayani instalasi tersebut adalah
sebanyak 21.000 sambungan.
Meningkatkan
SDM Guna Mengoptimalkan Manajemen operasi dan Meningkatkan Kualitas Layanan
Kemampuan
penyelesaian pelayanan pengaduan pelanggan masih sangat rendah 21% dari 216
pengaduan per bulan, efisiensi perusahaan yang rendah yang tercermin dalam
pengeluaran operasional yang tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh,
working ratio sebesar 81%, serta masih tingginya angka kebocoran air mencapai
49%.
Menekan
Tingkat
Kebocoran Air, Dalam Proses Produksi, Transmisi dan Distribusi
Metode dalam
menerapkan strategi menekan tingkat kebocoran dalam proses produksi, transmisi dan
distribusi adalah:
1.
Melakukan
metode kontrol tekanan, yang merupakan suatu metode yang secara langsung dapat
mendeteksi kebocoran yang terjadi, tetapi dimaksudkan dengan mengurangi tekanan
agar dapat menurunkan debit air yang keluar lewat lubang kebocoran.
2.
Pengendalian
kebocoran secara pasif, metode yang dilaksanakan dengan hanya memperbaiki
tempat-tempat bocor yang jelas terlihat.
3.
Sounding
secara teratur, yaitu cara pengendalian yang dilakukan secara teratur untuk
menentukan sumber kebocoran dengan memantau suara secara langsung pada stop
cock, hydrant dan valve, serta peralatan lainnya pada sistem distribusi.
4.
Pengukuran
wilayah, metode yang dilakukan dengan cara memasang meter distrik pada titik
distribusi yang strategis dengan jumlah sambungan 2000-5000 sambungan, dan
kemudian dilakukan pembacaan secara teratur. Hasil pembacaan digunakan untuk
menentukan angka kebocoran.
5.
Pengukuran
waste, yaitu metode pengendalian/penentuan kebocoran yang dilakukan dengan cara
membagi sistem distribusi menjadi beberapa wilayah yang terdiri dari 500-3000
persil. Wilayah-wilayah ini diisolasi dan dilayani oleh satu meter yang mampu
mengukur dan mencatat debit kecil yang terjadi selama aliran minimum (malam
hari). Jika aliran minimum pada malam hari diwilayah tersebut meningkat di atas
level yang telah diidentifikasikan sebelumnya, maka daerah tersebut terjadi
kebocoran.
6.
Satu
hal yang tidak boleh diabaikan adalah perlunya keandalan PDAM dalam melayani
masyarakat yang diperlihatkan melalui kecepatan pelayanan dalam menanggulangi
dan merehabilitasi perbaikan kebocoran. Untuk itu harus ada kerjasama sama yang
baik antara PDAM dengan masyarakat pelanggannya, yang diwujudkan dengan rasa
tanggung jawab dan saling memiliki terhadap sarana dan fasilitas publik.
Kesimpulan
Saat
ini, hanya 21% atau sekitar 10.500 penduduk Gayo Lues yang dapat mengakses
fasilitas air bersih dari PDAM, yang jauh di bawah target nasional sebesar 60%
untuk penduduk perkotaan. Selain itu, data menunjukkan bahwa hanya 14,01% dari
total karyawan PDAM memiliki latar belakang pendidikan D3 ke atas, sementara
85,99% lainnya memiliki pendidikan di bawah D3, mengindikasikan rendahnya
kualitas tenaga kerja. Tingginya tingkat kebocoran air juga berdampak pada
efisiensi PDAM dan merugikan masyarakat pelanggan karena tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup mereka secara memadai, yang pada gilirannya mengurangi kepuasan
terhadap pelayanan yang diberikan oleh PDAM Tirta Sejuk.
BIBLIOGRAFI
Atrianingsi, A., & Fitri, A. M. I. (2022).
Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Maros. Jurnal
Justitia: Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora, 8(4), 899–911.
Gani, D. A. P., Djaenuri, H. M. A.,
& Ilham, M. (2020). Efektivitas Badan Usaha Milik Desa dalam Mewujudkan
Desa Mandiri di Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Sciences, 21(1), 33–41.
Hasan, S. (2018). Model Komunikasi
Pada Program CSR Pemberdayaan Wirausaha Muda Perusahaan Migas. Interdisciplinary
Journal of Communication, 3(1), 59–82.
Hayati, T. (2015). Era Baru Hukum
Pertambangan: Di Bawah Rezim UU No. 4 Tahun 2009. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Hernoko, S. (2012). Evaluasi Kinerja
Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (Studi Kasus PDAM Tirta Perwitasari
Kabupaten Purworejo). Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance,
4(3), 169–178.
Laurens, L., Berwulo, D., Masinambow,
V. A. J., Wauran, P. C., Laurens, L., & Berwulo, D. (2017). Analisis
Pendapatan Asli Daerah Kota Jayapura. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 17(01),
23.
Nasution, A. A. (2020). Pengaruh
Persepsi Harga, Desain Produk, Dan Preferensi Konsumen Terhadap Keputusan
Pembelian Mobil Mitsubishi Xpander (Studi Kasus PT. Nusantara Berlian Motor
Medan). Jurnal Ilmiah Simantek, 4(3), 158–166.
Nurwanda, A. (2019). Implementasi
Pengawasan Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai (Studi Analisis BUMD PDAM Tirta
Galuh Kabupaten Ciamis). Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 4(4),
34–48.
Prasetyawati, S. E. (2018).
Implementasi Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 02 Tahun 2012 Tentang
Pajak Daerah. Pranata Hukum, 13(1).
Putra, R. D., Mulyana, N., &
Atika, D. (2021). Platform Digital Berbasis Giropos: Inovasi Pelayanan Publik
Di Masa Covid-19 (Studi Di PT. Pos Indonesia (Persero) Bandar Lampung). Administrativa:
Jurnal Birokrasi, Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 3(3), 361–376.
Rizkiano, A., SBM, N., & Nugroho,
S. B. M. (2011). Pengukuran Tingkat Kemampuan Keuangan Daerah Dalam
Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Periode 2004-2008 di Kota Salatiga.
Universitas Diponegoro.
Singarimbun, M. (1989). Rumah Adat
Karo dan Perubahan Sosial. Humaniora, 1.
Sofian, S., Tayles, M., & Pike,
R. (2006). The implications of intellectual capital on performance measurement
and corporate performance. Jurnal Kemanusiaan, 8.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian
manajemen. Bandung: Alfabeta, CV.
Umam, H., Sjafari, A., &
Listyaningsih, L. (2016). Manajemen Parkir di Kota Serang. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
Warsito, A. B., Yusup, M., &
Yulianto, Y. (2014). Kajian Yii Framework dalam Pengembangan Website Perguruan
Tinggi. Creative Communication and Innovative Technology Journal, 7(3),
437–451.
Winarto, B. (2017). Peranan Bumdes
“Mandiri” Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Desa Joho, Kecamatan Purwantoro.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Yuan, L. A. P., & Suprobowati, G.
D. (2022). Analisis Penyusunan UU Cipta Kerja Dalam Kaitannya Dengan UU No. 12
Tahun 2011 dan Putusan MK Nomor 91/PUU-XVIII/2020. Souvereignty, 1(3),
530–538.
Copyright holder: Suryadi, Edy Putra
Kelana, Tora Akadira (2024) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |