Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
9, No. 4, April
2024
MENINGKATKAN
UPAYA PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS MELALUI PENGUATAN STRATEGI BERBASIS
KOMUNITAS: TINJAUAN SISTEMATIS
Alexander
W. Chriswanto1*, Dumilah Ayuningtyas2, Khaula Karima3
Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Abstrak
Manajemen
penanggulangan TB berbasis komunitas memiliki dampak positif terhadap capaian
program penanggulangan TB. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyusun
kerangka strategi terkait peningkatan peran serta komunitas dan masyarakat
dalam upaya penanggulangan TB yang diharapkan dapat diterapkan dan disesuaikan
dengan kondisi unik tiap kelompok masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi bukti mengenai beragam intervensi manajemen penanggulangan
TB berbasis komunitas. Penelitian ini melakukan tinjauan literatur sistematis
menggunakan database ProQuest, Embase dan PubMed untuk
menemukan artikel yang berkaitan dan diterbitkan dalam rentang lima tahun
terakhir. Model PRISMA digunakan untuk menyaring judul dan abstrak, sehingga
dari 198 total artikel yang ditemukan, didapatkan 13 artikel yang sesuai dengan
kriteria inklusi. Kegiatan atau program penanggulangan TB yang melibatkan
komunitas dan masyarakat secara langsung akan meningkatkan angka capaian
program penanggulangan TB dari tahap pencegahan sampai hasil akhir pengobatan. Kesimpulannya,
pemerintah perlu merancang strategi penanggulangan TB berbasis komunitas yang
efektif dan komprehensif agar masyarakat dapat ikut berperan aktif dalam upaya penanggulangan
TB dan mendapatkan hasil yang berkelanjutan.
Kata Kunci: strategi, komunitas, tuberculosis
Abstract
Community-based TB control
management has a positive impact on the achievements of TB control programs.
The World Health Organization (WHO) has developed a strategic framework related
to increasing the role of communities and society in TB control efforts which
it is hoped can be implemented and adapted to the unique conditions of each
community group. The study aims to explore the evidence regarding a variety of
community-based TB control management interventions. The study conducted a
systematic literature review using the ProQuest, Embase and PubMed databases to
find related articles published within the last five years. The PRISMA model
was used to filter titles and abstracts, so that of the 198 total articles
found, 13 articles met the inclusion criteria. TB control activities or
programs that directly involve the community and society will increase the
achievement rate of TB control programs from the prevention stage to the final
results of treatment. In conclusion, the government needs to design an effective
and comprehensive community-based TB control strategy so that the community can
play an active role in TB control efforts and obtain sustainable results.
Keywords: strategy, community, tuberculosis
Pendahuluan
Tuberkulosis
(TB) merupakan penyakit menular penyebab kematian terbesar kedua di dunia (di
atas HIV/AIDS) pada tahun 2020. Diperkirakan sebanyak 10 juta orang di dunia
menderita TB yang terdiri dari 5,6 juta laki-laki, 3,3 juta perempuan serta 1,1
juta anak-anak (Chakaya J. et al., 2021; WHO, 2021). TB merupakan penyakit
penyebab kematian terbesar keempat di Indonesia (setelah stroke, jantung dan
diabetes). TB menempati peringkat pertama penyakit menular penyebab kematian di
Indonesia dengan perkiraan angka kasus sebanyak 845.000 dan mortalitas sebanyak
93.000 pada tahun 2020. Namun, data menunjukkan bahwa hanya 568.866 (67%) dari
845.000 perkiraan kasus TB yang terdeteksi, sehingga sebanyak sepertiga kasus
TB tidak terdeteksi atau terdeteksi tetapi tidak dilaporkan. Dari 568.866 kasus
TB yang terdeteksi, hanya 85% yang mendapatkan pengobatan. Selain itu,
diperkirakan sebanyak 25.000 pasien menjadi resisten terhadap obat (TB-MDR)
pada tahun 2020, namun hanya 9.040 kasus yang terdeteksi dan 46% yang
mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2021; Caminero L. et al., 2021).
Strategi
penanggulangan TB di Indonesia tahun 2020-2024 dilaksanakan untuk mencapai
target penurunan angka kejadian TB dari 320 per 100.000 penduduk di tahun 2017
menjadi 190 per 100.000 penduduk, serta penurunan angka kematian akibat TB dari
45 per 100.000 penduduk di tahun 2017 menjadi 37 per 100.000 penduduk pada
tahun 2024 (Kemenkes RI, 2020; Lestari T. et al., 2023). Upaya percepatan
eliminasi TB pada tahun 2030 ini telah diamanatkan dalam RPJMN 2020-2024 dan
Strategi Pembangunan Kesehatan Nasional 2020-2024 dalam enam kelompok
intervensi yang salah satunya yaitu meningkatkan peran serta komunitas, mitra
dan multisektor lain (Bappenas, 2019; Kemenkes RI, 2020). Peran serta komunitas
merupakan salah satu komponen penting dalam upaya penanggulangan TB di
Indonesia. Salah satu contoh peran serta komunitas yang penting adalah dalam
bentuk pendampingan dan pengawasan kepatuhan pengobatan pasien TB. Saat ini,
masyarakat modern cenderung menyelesaikan permasalahan di sekitarnya secara
mandiri yang dapat mempengaruhi kesadaran tentang hidup bermasyarakat, terutama
dalam hal gotong royong dan saling membantu. Para ahli, dalam gagasannya
mengenai bagaimana tindakan individu dipengaruhi oleh nilai suatu peristiwa,
menyatakan bahwa tindakan individu muncul berdasarkan kepentingan dan manfaat
apa yang akan diperoleh oleh masing-masing individu (Coleman J.S., 2015). Penanganan
masalah kesehatan melalui manajemen berbasis komunitas dipercaya mampu
meningkatkan peran serta masyarakat karena dilandasi oleh kesediaan
masing-masing individu dalam mengutamakan penyelesaian permasalahan kesehatan
yang sedang terjadi (Lukman M. et al., 2019; Yuniarto P.R., 2019). Dalam hal
ini, TB akan menjadi prioritas permasalahan kesehatan yang harus segera ditangani,
agar tidak semakin menyebar dan mempengaruhi aspek-aspek lain dalam
bermasyarakat.
Penelitian
sebelumnya di Senegal, menunjukkan bahwa dukungan kolaboratif pemerintah dalam
keikutsertaan masyarakat menghasilkan peningkatan sebanyak 463 kelompok komunitas
yang ikut serta dalam upaya penanganan TB dan lebih dari satu juta orang telah
dijangkau melalui berbagai kegiatan berbasis komunitas. Kasus terduga TB yang
dirujuk dari masyarakat juga mengalami peningkatan sebanyak 13.675 pada tahun
2018 atau sebesar 15% dari angka nasional. Selain itu, pemantauan dan
dokumentasi ketat terhadap kegiatan-kegiatan berbasis komunitas di berbagai
tingkat juga dapat dilakukan melalui sistem ini (Riccardi N. et al., 2019). Pemerintah
perlu menguatkan peran serta komunitas dalam manajemen penanggulangan TB
melalui berbagai kegiatan dalam kerangka strategi yang telah disusun oleh WHO yang
berkontribusi terhadap pencegahan, penemuan dan pelaporan, diagnosis,
peningkatan kepatuhan pengobatan, serta perawatan yang secara positif mempengaruhi
hasil dari program penanggulangan TB secara keseluruhan (WHO, 2012). Kegiatan
penanggulangan TB berbasis komunitas memanfaatkan struktur dan mekanisme
komunitas dimana anggota komunitas, organisasi dan kelompok akan saling
berinteraksi, berkoordinasi dan menyampaikan tanggapan mereka terhadap
tantangan dan kebutuhan yang mempengaruhi komunitas mereka. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi bukti mengenai beragam intervensi manajemen
penanggulangan TB berbasis komunitas menggunakan tinjauan literatur sistematis
berskala luas.
Metode
Penelitian
Tinjauan
literatur sistematis ini mengikuti pedoman PRISMA untuk mengeksplorasi bukti
mengenai beragam manajemen penanggulangan TB berbasis komunitas yang telah
disesuaikan dengan kerangka strategi WHO. Database yang digunakan adalah ProQuest,
Embase dan PubMed, dimana peninjau akan memeriksa literatur
menggunakan pendekatan prioritas dan pengecualian yang dilakukan secara
berurutan.
Kriteria Inklusi
Pencarian
menggunakan tiga jenis database yang mengidentifikasi artikel dari berbagai
negara, dengan fokus pada kegiatan penanggulangan TB berbasis komunitas.
Strategi intervensi didasarkan pada kerangka WHO, yaitu Prevention, Detection,
Referral, Treatment Support, Social and Livelihood Support,
Advocacy dan Stigma Reduction. Kriterianya mencakup intervensi
berbasis komunitas dalam strategi penanggulangan TB dan peningkatan capaian
program.
Manajemen dan Analisis Data
Penulis
pertama dan kedua menyaring judul dan abstrak untuk mengetahui relevansi
artikel yang telah dikumpulkan, sementara penulis ketiga akan membantu
menyelesaikan perbedaan yang terjadi di antara penulis pertama dan kedua. Semua
penulis akan mengumpulkan dan mempelajari artikel, mensintesis data serta
merangkum kesimpulan dalam bentuk narasi.
Hasil dan Pembahasan
Mengikuti
pedoman PRISMA sesuai dengan Gambar 1., diperoleh 198 artikel dari pencarian
awal menggunakan tiga jenis database yang berbeda. Dilanjutkan pada tahap
penyaringan pertama, dimana terdapat 163 artikel yang teridentifikasi
tanpa duplikasi dari keseluruhan artikel yang diperoleh. Penyaringan kedua
melalui identifikasi judul dan abstrak mendapatkan 34 artikel yang sesuai
dengan kategori inklusi yang telah ditetapkan, dimana sebanyak 7 artikel
dikeluarkan karena desain penelitiannya tidak sesuai, 13 artikel dikeluarkan
karena tidak memiliki kesesuaian kata kunci dan 109 artikel dikeluarkan karena
tidak sesuai dengan kriteria inklusi. Selanjutnya, sebanyak 4 artikel tidak
dapat diunduh, sehingga didapatkan 30 artikel dalam bentuk full-text.
Kami meninjau sebanyak 8 artikel yang tidak berfokus pada manajemen
penanggulangan TB berbasis komunitas, 4 artikel dengan intervensi yang dipimpin
oleh organisasi profesi tertentu dan 5 artikel dengan hasil yang tidak sesuai
dengan kriteria inklusi. Pada tahap akhir, diperoleh 13 artikel yang paling
sesuai untuk dimasukkan dalam tinjauan literatur sistematis ini, seperti yang
dijelaskan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alur pemilihan artikel untuk tinjauan sistematis
(PRISMA)
Kami
mengkaji terdapat beragam strategi penanggulangan TB berbasis
komunitas untuk mencapat target program TB nasional maupun daerah. Bentuk
program, distribusi dan jenis intervensi yang diberikan sangat bervariasi,
namun pentingnya keterlibatan komunitas atau masyarakat secara langsung dalam
manajemen penanggulangan TB di suatu daerah tetap menjadi prioritas. Tabel 1
memberikan gambaran mengenai bentuk intervensi penanggulangan TB berbasis
komunitas yang telah dilakukan negara atau daerah dengan angka kejadian TB yang
tinggi. Hampir 100% penelitian menggunakan model Active Case Finding
(ACF) berbasis komunitas atau masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan angka
temuan kasus TB. Pengawasan khusus pemberian obat, bantuan rujukan untuk orang
terduga TB, pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), dukungan berupa
pemberian edukasi, tambahan nutrisi, konseling maupun pemberian sejumlah dana
untuk mobilisasi menuju fasilitas kesehatan serta kolaborasi bersama pemerintah
setempat adalah kegiatan-kegiatan dalam program manajemen penanggulangan TB
berbasis komunitas yang menunjukkan peningkatan hasil pencapaian program yang
maksimal.
Tabel 1. Karakteristik strategi, inovasi dan outcome
Penulis dan Tahun Penelitian |
Lokasi Penelitian |
Kelompok Strategi
dan Inovasi |
Hasil Penelitian |
Adane
K. et al. (2019) |
Ethiopia |
- Strategi:
prevention, detection, advocacy - Inovasi: 1. Memberdayakan
narapidana sebagai agen kesehatan terkait penanggulangan TB di lingkungan
penjara |
- 75 kasus TB baru
(1% dari 8.874 narapidana) terdeteksi di penjara kelompok intervensi,
dibandingkan dengan 25 kasus TB baru (<1% dari 9.158 narapidana) yang
terdeteksi di penjara kelompok kontrol - Rata-rata tingkat
deteksi kasus TB baru secara signifikan lebih tinggi di kelompok intervensi
dibandingkan kelompok kontrol (perbedaan rata-rata 52,9 poin persentase, 95%
CI 17,5-88,3, p=0,010) |
Ajudua
F.I. & Mash R.J. (2020) |
Eastern
Cape, South Africa |
- Strategi :
detection, referral, advocacy - Inovasi : 1. Ward Based
Primary Health Care Outreach Teams (WBPHCOTs) yang dikelola oleh
Community-Oriented Primary Care (COPC) |
- Pengembangan
sarana inovatif menggunakan Imbizos yang dapat meningkatkan cakupan edukasi
dan angka skrining - Menggerakkan
pemimpin daerah dalam mempromosikan cakupan dan pengawasan aktif melalui
komunitas - Mengatasi
faktor-faktor yang berkontribusi pada penyebaran kasus TB di masyarakat |
Biermann
O. et al. (2021) |
Ho
Chi Minh City, Vietnam |
- Strategi :
prevention, detection, referral, social and livelihood support, stigma
reduction - Inovasi : 1. IMPACT-TB |
- Mengatasi
hambatan penerapan model community-based ACF (stigma, diskriminasi dan
ketidakpercayaan) - Meningkatkan akses terhadap
layanan kesehatan, dukungan untuk pasien TB dan ketersediaan skrining, tes
dan pengobatan gratis - Memberikan dukungan finansial
dan sosial melalui penyediaan makanan bagi rumah tangga pasien TB, layanan
gratis, bantuan dana untuk membeli bahan bakar, serta konseling |
Cohen
D.B. et al. (2020)14/04/24 18.00.00 |
Malawi |
- Strategi :
treatment support, advocacy - Inovasi : 1. Pemberdayaan
anggota keluarga (awam) dalam pemberian suntikan intramuskular pada pasien
TB-MDR |
- Tidak ada
perbedaan proporsi pengobatan TB selama 8 bulan. 96% pasien pada kelompok
perawatan berbasis rumah sakit dibandingkan dengan 93,2% pada kelompok
perawatan berbasis komunitas, dengan perbedaan risiko sebesar -0,03 (95% CI
-0,09-0,03, p=0,538) - Biaya rata-rata
perawatan berbasis rumah sakit adalah USD 1.546,3 per-orang, dibandingkan
dengan USD 729,2 per-orang untuk perawatan berbasis komunitas, sehingga
perawatan berbasis komunitas mengurangi risiko bencana biaya rumah tangga
sebesar 84% |
Daru
P. et al. (2018) |
Bangladesh |
- Strategi :
detection, referral, treatment support, social and livelihood support - Inovasi : 1. Community-based
Programmatic Management of Drug Resistant TB (cPMDT) |
- Pasien yang
didiagnosis TB-MDR meningkat dari 50% pada tahun 2011 menjadi 100% pada tahun
2015 - Keterlambatan
antara diagnosis dan inisiasi pengobatan menurun dari 69 hari pada tahun 2011
menjadi 6 hari pada tahun 2014 - Tingkat
keberhasilan pengobatan meningkat dari 70% pada tahun 2011 menjadi 76% pada
tahun 2015 pada akhir periode intervensi - Penurunan antara
baseline dan endline dari 14% menjadi 9% untuk pasien meninggal, 14% menjadi
10% untuk mangkir/drop-out dan 2% menjadi 0% untuk kegagalan pengobatan |
Eyo
A.S. et al. (2021) |
Southern
Nigeria |
- Strategi :
prevention, detection, stigma reduction - Inovasi : 1. Community-based
ACF oleh Excellence Community Education Welfare Scheme (ECEWS) |
- Angka notifikasi
kasus TB di wilayah intervensi meningkat sebesar 112,9% dibandingkan dengan
data awal dan meningkat sebesar 138,3% jika dibandingkan dengan tren historis - Mengadakan
lokakarya kesadaran TB setiap minggu dan skrining untuk wanita hamil dan
anak-anak di klinik antenatal (ANC), balai kota, sekolah, gereja serta tempat
publik lainnya untuk meningkatkan pengetahuan tentang TB dan mengurangi
stigma di tengah masyarakat |
Kay
A.W. et al. (2021) |
Eswatini,
Southern Africa |
- Strategi : prevention,
detection, referral, social and livelihood support - Inovasi : 1. Vikela Ekhaya,
sebuah program manajemen kontak TB berbasis komunitas |
- 945 orang dengan
riwayat kontak dari 244 rumah tangga diperiksa gejala TB-nya, 72 (8%) orang
melaporkan mengalami gejala TB dan 5 kontak (0,5%) didiagnosis menderita TB - 322 dari 330
(98%) orang dengan riwayat kontak dan tanpa gejala TB memenuhi syarat memulai
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) - Pada kunjungan
komunitas, anak-anak dengan gejala TB dirujuk ke fasilitas layanan kesehatan
untuk melakukan tes dan perawatan klinis, pemberian obat cacing dan pemberian
vitamin A, penilaian status gizi dan vaksinasi, serta penilaian dan
pengobatan penyakit umum |
Kerschberger
B. et al. (2019) |
Shiselweni,
Southern Africa |
- Strategi :
detection, referral, treatment support - Inovasi : 1. Ambulatory TB-MDR
dan Community Treatment Supporters (CTS) |
- Inisiasi
pengobatan meningkat dari 27 pada tahun 2008 menjadi 127 pada tahun 2011 - Permintaan akan
layanan TB-MDR berbasis komunitas meningkat dari 19% pada tahun 2009 menjadi
77% pada tahun 2016 - Keberhasilan
pengobatan TB-MDR lebih tinggi pada layanan berbasis komunitas (79%)
dibandingkan layanan berbasis klinik/rumah sakit (68%, p=0,002) - Risiko hasil yang
merugikan (kematian, drop-out, kegagalan pengobatan) dalam perawatan TB-MDR
berbasis komunitas berkurang sebesar 41% (rasio hazard yang disesuaikan
sebesar 0,59, 95% CI 0,39-0,91) |
Morris
L. et al. (2019) |
Daru,
Western Province, Papua New Guinea |
- Strategi :
detection, treatment support, social and lifelihood support, advocacy - Inovasi : 1. Emergency Response
Taskforce for TB-MDR in Western Province |
- 1.548 orang
terdaftar dalam pengobatan TB, 1.208 (78%) orang menderita TB sensitif obat
dan 333 (21,5%) menderita TB-MDR - Tingkat
keberhasilan pengobatan meningkat selama periode penelitian dari 55% menjadi
86% untuk TB sensitif obat dan dari 70% menjadi 81% untuk TB-MDR dari tahun
2014 hingga 2015 - Meningkatkan
pemanfaatan layanan dan pencegahan TB dengan advokasi serta menggerakkan
keterlibatan komunitas/masyarakat melalui organisasi berbasis agama,
membentuk pusat pengobatan TB berbasis komunitas yang tersebar di tempat yang
sulit dijangkau, dukungan nutrisi dan transportasi bagi penderita TB-MDR
serta pelacakan aktif kasus baru TB-MDR di seluruh wilayah |
Sarwar
G. et al. (2023) |
Dhaka,
Bangladesh |
- Strategi :
prevention, detection, referral, treatment support, stigma reduction - Inovasi : 1. Community-based ACF
dan Peer Educators |
- 905 orang (90%) dari 1.007 kelompok minoritas seksual
melakukan skrining, dibandingkan di lokasi kontrol dengan 247 orang (27%)
dari 926 kelompok minoritas seksual (p<0,001) dalam periode intervensi - Identifikasi
kasus TB meningkat di lokasi intervensi dibandingkan dengan lokasi kontrol
(5,9% dan 0,8%, p<0,001) - Angka rujukan
meningkat di tempat intervensi, ditemukan 53 kasus dugaan dan 50 di antaranya
berhasil dirujuk ke pusat tes TB, 1 kasus positif TB teridentifikasi (2%) di
antara 50 orang yang dites dan memulai pengobatan - PE membantu
meningkatkan tingkat pengetahuan TB, mengatasi stigma, mengunjungi rumah
pasien TB setiap hari dan memastikan asupan obat di hadapan mereka, serta
melaporkan efek samping pengobatan |
Sophan
Sam et al. (2018) |
Cambodia |
- Strategi :
prevention, detection, referral, treatment support, social and livelihood
support - Inovasi : 1. Community-based
Treatment dalam National Tuberculosis Program (NTP) |
- Tidak ada
perbedaan yang signifikan mengenai outcome pengobatan berbasis komunitas
(n=79) dengan rawat inap di rumah sakit (n=74) (aOR 1,0, p=0,99) - Komunitas melakukan
skrining gejala kontak TB pada kunjungan bulanan, memberikan dukungan
langsung dan finansial yang diberikan dalam bentuk nutrisi, termasuk susu
formula untuk pasien yang tidak dapat menyusui serta biaya transportasi untuk
pemeriksaan laboratorium dan kunjungan ke rumah sakit |
Vasiliu
A. et al. (2022) |
Cameroon
dan Uganda |
- Strategi :
prevention, detection, referral - Inovasi : 1. Community
Intervention for TB Active Contact Tracing (CONTACT) |
- Skrining TB dan
pemberian TPT diterima oleh masyarakat, agar memastikan bahwa infeksi TB dari
orang tua tidak akan menular ke anak-anaknya - Anak-anak yang
memiliki gejala atau menghadapi masalah dengan TPT akan dirujuk ke fasilitas
layanan kesehatan |
Yuen
C.M. et al. (2019) |
Lima,
Peru |
- Strategi :
prevention, detection, referral, social and livelihood support - Inovasi : 1. TB-Cero
(community-based ACF, comprehensive patient support, improved use of
preventive therapy and community-engagement) |
- 314 kontak TB
dari 109 pasien, dimana 283 (90%) kontak telah menyelesaikan evaluasi dan 4
(1%) kontak didiagnosis menderita TB - TPT diresepkan
untuk 35/38 (92%) kontak berusia 0-19 tahun yang memenuhi syarat berdasarkan
pedoman, 26/6 (23%) kontak dengan kelayakan yang tidak diketahui karena
kurangnya Tuberculin Skin Test (TST) dan 20/69 (29%) yang tidak memenuhi
syarat karena hasil TST negatif atau paparan terhadap TB-MDR atau TB
ekstra-paru - Proporsi kontak
yang menyelesaikan evaluasi meningkat dari 42% selama periode awal menjadi
71% selama periode evaluasi (RR 1,73, CI 95%, 1,41-2,13) - Proporsi kontak
yang memulai terapi pencegahan meningkat dari 15% menjadi 40% (RR 2,45, CI
95%, 1,42-4,22) |
Pembahasan
Salah satu
indikator masih belum maksimalnya manajemen penanggulangan TB adalah rendahnya angka
pelaporan kasus TB sebagai akibat dari ketidakmampuan masyarakat mengakses
layanan TB yang berkualitas. Lemahnya sistem kesehatan, rendahnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat, buruknya hubungan dengan sektor swasta dan kurangnya
partisipasi masyarakat adalah faktor lain yang menyebabkan masih rendahnya
capaian program TB. Keterlibatan masyarakat melalui pemberdayaan dan
peningkatan partisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan merupakan salah satu strategi yang diusulkan dalam piagam Ottawa
(Ajudua F.I. & Mash R.J., 2020). Keterlibatan masyarakat dapat
mendorong perubahan yang tepat dalam sistem kesehatan, meningkatkan kesadaran
masyarakat akan masalah kesehatan dan memungkinkan adanya kolaborasi dalam
program peningkatan kesehatan.
Intervensi
berbasis masyarakat yang mendukung penemuan kasus pada komunitas sasaran dapat
menghasilkan sebuah kemajuan penting dalam capaian program TB. Hal ini juga
memberikan peluang untuk peningkatan skrining dan diagnosis melalui pengumpulan
dan transportasi dahak, uji sensitivitas melalui Gene X-pert, peningkatan
aksesibilitas pengobatan dan dukungan psiko-sosial jika diperlukan (Sarwar G.
et al., 2023). Seluruh penelitian yang ditinjau menunjukkan bahwa strategi ACF
berbasis komunitas terbukti meningkatkan angka temuan kasus TB di masyarakat.
ACF didefinisikan oleh WHO sebagai proses identifikasi sistematis orang terduga
TB pada kelompok sasaran yang telah ditentukan menggunakan prosedur yang
diterapkan diluar fasilitas kesehatan dan berlangsung cepat. Kami meninjau
bahwa peningkatan angka temuan kasus TB menggunakan ACF berbasis komunitas
berkisar antara 40% hingga 60% jika dibandingkan periode tahun sebelum
intervensi atau kelompok kontrol di berbagai wilayah. Selain itu, angka rujukan
kasus TB sensitif obat maupun TB-MDR juga meningkat antara 30% hingga 70%
selama periode intervensi ACF berbasis komunitas dilaksanakan. Jika dilihat
dari sudut pandang masyarakat, ACF berbasis komunitas memiliki tiga kategori
manfaat, yaitu akses terhadap layanan kesehatan berkualitas, ketersediaan
skrining dan dukungan untuk pasien TB (finansial, makanan, konseling), serta
tes dan pengobatan gratis (Biermann O. et al., 2021; Eyo A.S. et al., 2021).
Manajer program TB menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan ACF berbasis
komunitas, namun tetap diperlukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
faktor-faktor penentu sosial TB di masyarakat, antara lain tingkat pengetahuan
dan kesadaran masyarakat terhadap TB, kepercayaan masyarakat terhadap petugas
kesehatan dalam sebuah komunitas serta kolaborasi yang dibangun antara
komunitas dengan pemangku kebijakan setempat. Pada wilayah dengan sumber daya
terbatas dan berisiko tinggi, strategi ACF berbasis komunitas dilaksanakan
dengan memperhatikan tingkat prioritas dan potensi keberlanjutannya.
Pemberdayaan anggota masyarakat sebagai tenaga kesehatan terlatih di lingkungan
berisiko tinggi seperti penjara, daerah terpencil dan kelompok minoritas mampu
meningkatkan angka penemuan kasus TB secara signifikan.
Selain
penemuan kasus, ACF berbasis komunitas juga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan penggunaan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) yang angka
capaiannya masih rendah. Kami menemukan kenaikan penggunaan TPT melalui
berbagai kegiatan atau program manajemen kontak aktif berbasis komunitas
berkisar antara 15% hingga 40% di berbagai wilayah. Selain peningkatan
pemanfaatan TPT di masyarakat, strategi ini juga meningkatkan angka evaluasi
orang terduga TB secara klinis atau bakteriologis dan meningkatkan angka mulai
pengobatan pada orang terdiagnosis TB melalui berbagai kegiatan pendampingan
berbasis komunitas yang komprehensif (Yuen C.M. et al., 2019). Manfaat lain
dari program manajemen kontak aktif berbasis komunitas dalam upaya
penanggulangan TB adalah pemberian edukasi mengenai pencegahan, gejala,
diagnosis dan pengobatan TB yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan
(Vasiliu A. et al., 2022). Hal ini akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap TB, serta membantu mengatasi stigma yang ada di masyarakat.
Stigma seperti TB adalah penyakit akibat ilmu sihir yang tidak dapat
disembuhkan menjadi salah satu faktor rendahnya cakupan penemuan kasus dan inisiasi
pengobatan TB pada populasi minoritas. Kehadiran Peer Educators (PE) dalam
program manajemen kontak aktif berbasis komunitas dapat menjadi solusi, dimana
kepercayaan dan keakraban dengan bahasa, sikap serta perilaku melalui diskusi
interaktif, pelatihan partisipatif, maupun permainan peran akan mempengaruhi
mereka untuk menggunakan layanan kesehatan terkait TB. Kenaikan orang yang
memanfaatkan layanan kesehatan terkait TB dalam populasi minoritas mencapai 90%
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (27%) pada periode intervensi
dilakukan (Sarwar G. et al., 2023). Hal ini menunjukkan bahwa manajemen kontak
aktif berbasis komunitas tidak hanya berperan dalam skrining dan pencarian
kontak pasien TB, melainkan juga ikut berperan dalam meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat terhadap TB, mengatasi stigma dan mendorong masyarakat
untuk memanfaatkan layanan kesehatan terkait TB, sehingga capaian program TB
dapat menunjukkan hasil yang lebih baik. Namun demikian, kami mengidentifikasi
beberapa tantangan dalam manajemen kontak aktif berbasis komunitas ini, antara
lain tingkat pengetahuan dan kemampuan komunikasi, serta pemberian insentif
kepada PE atau anggota masyarakat yang terlibat dalam program. Pelatihan dan
peningkatan pengetahuan secara rutin dibutuhkan agar masyarakat yang terlibat
dalam program memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas di lapangan.
Selain itu, pemberian insentif juga diperlukan sebagai bentuk penghargaan
kepada masyarakat yang telah berpartisipasi dalam program penanggulangan TB di
wilayahnya.
Setiap
tahunnya, sekitar 700.000 orang dirawat karena TB berulang dan 480.000 orang
dirawat karena TB-MDR, dimana pengobatan untuk kedua kelompok penyakit ini
membutuhkan obat suntik setiap hari dalam jangka panjang. Agar pengobatan untuk
kedua kelompok tersebut berhasil, manajemen pemberian obat suntik jangka
panjang harus layak dan terjangkau untuk sistem kesehatan, serta yang paling
penting adalah strategi tersebut dapat diterima dengan baik oleh pasien. Secara
tradisional, pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit untuk menerima obat
suntik tersebut, namun rawat inap dalam rentang waktu yang lama membutuhkan
biaya yang besar baik pasien maupun penyedia layanan kesehatan serta
meningkatkan risiko penularan infeksi nosokomial (Cohen D.B. et al., 2020).
Model perawatan pasien TB berulang dan TB-MDR berbasis komunitas dipercaya
dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut, dimana model ini melibatkan
pelatihan terstruktur kepada masyarakat awam atau wali yang telah ditunjuk oleh
pasien untuk memberikan obat suntik Streptomycin di rumah mereka sendiri
(Kerschberger B. et al., 2019; Sophan Sam et al., 2018). Beberapa artikel yang
telah dikumpulkan menunjukkan bahwa perawatan pasien TB berbasis komunitas
memiliki angka capaian yang lebih baik dibandingkan dengan perawatan berbasis
rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kenaikan angka pasien yang
memanfaatkan perawatan TB berbasis komunitas, kenaikan angka cakupan inisiasi
pengobatan untuk pasien TB berulang dan TB-MDR, kenaikan angka keberhasilan
pengobatan TB berulang dan TB-MDR serta penurunan angka kerugian perawatan TB
yang meliputi kasus kematian, drop-out dan kegagalan pengobatan TB karena sebab
lainnya. Dari sudut pandang pasien, perawatan TB berbasis komunitas telah
memberikan banyak manfaat, antara lain berkurangnya beban keuangan yang harus
ditanggung untuk perawatan jangka panjang di rumah sakit, kesempatan untuk
keluar dari kondisi bangsal perawatan yang penuh dan kotor, meningkatkan rasa
percaya diri dan motivasi dalam menyelesaikan pengobatan serta kemampuan untuk
melanjutkan interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari. Penyedia layanan
kesehatan melihat strategi perawatan TB berbasis komunitas ini sebagai suatu
kesempatan untuk menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit,
serta sebagai upaya dalam menekan beban biaya yang harus dikeluarkan untuk
perawatan jangka panjang pasien TB, khususnya pasien TB berulang dan TB-MDR. Dalam
hal pembiayaan, kami meninjau bahwa strategi penanggulangan TB berbasis
komunitas memiliki beban biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
penanggulangan TB berbasis layanan kesehatan seperti rumah sakit atau klinik.
Beberapa penelitian menunjukkan beban biaya atau modal investasi yang harus
dikeluarkan pemerintah untuk kegiatan penanggulangan TB berbasis komunitas
mulai dari upaya pencegahan, penemuan kasus sampai perawatan pasien, relatif
lebih rendah daripada strategi konvensional lainnya dengan hasil akhir yang
juga lebih baik.
Kesimpulan
Manajemen
penanggulangan TB berbasis komunitas telah menunjukkan hasil yang baik mulai dari
kenaikan tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap TB, kenaikan
angka temuan kasus, kenaikan angka masyarakat yang mengakses layanan TB, serta
kenaikan keberhasilan pengobatan. Melihat besarnya potensi yang diberikan oleh
model ini, pemerintah perlu mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya penanggulangan TB yang telah
disesuaikan dengan kerangka strategi dari WHO dengan mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal lain di setiap kelompok masyarakat. Perumusan strategi secara
komprehensif untuk meningkatkan peran komunitas yang efektif dan tepat sasaran diperlukan
untuk mencapai hasil yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
BIBLIOGRAFI
Adane,
K., Spigt, M., Winkens, B., & Dinant, G. J. (2019). Tuberculosis Case
Detection by Trained Inmate Peer
Educators in a Resource Limited Prison Setting in Ethiopia : A Cluster
Randomised Trial. The Lancet.
Global Health, 7(4),
e.482-e.491. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(18)30477-7.
Ajudua, F. I., & Mash, R. J. (2020).
Implementing Active Surveillance for TB : The Views of Managers in a Resource
Limited Setting, South Africa. PloS One,
15(10), e.0239430. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0239430.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas). (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.
Jakarta.
Biermann, O., Tran, P. B., Forse, R. J.,
Codlin, A. J., Viney, K., Caws, M., & Lönnroth, K. (2021). Capitalizing on
Facilitators and Addressing Barriers When Implementing Active Tuberculosis Case
Finding in Six Districts of Ho Chi Minh City, Vietnam : A Qualitative Study
with Key Stakeholders. Implementation
Science, 16, 1-12.
Health & Medical Collection; Publicly Available Content Database. https://doi.org/10.1186/s13012-021-01124-0.
Caminero, L., Guillermo, P. M., & Felipe,
R. C. (2021). Multidrug Resistant Tuberculosis : Ten Years Later. Medicina
Clinica (English Edition), Volume 156, Issue 8, Pages 393-401, ISSN 2387-0206.
Chakaya, J., Khan,
M., Ntoumi, F., Aklillu, E., Fatima, R., Mwaba, P., Kapata, N., Mfinanga, S.,
Hasnain, S. E., Katoto, P. D. M. C., Bulabula, A. N. H., Sam-Agudu, N. A.,
Nachega, J. B., Tiberi, S., McHugh, T. D., Abubakar, I., & Zumla, A.
(2021). Global Tuberculosis Report : Reflections on the Global TB Burden,
Treatment and Prevention Efforts. Int. J. Infect. Dis. Dec. ; 113. Suppl. 1 :
S7/S12. Diakses pada 9 Oktober 2023. Doi : 10.1016/j.ijid.2021.02.107. E-Pub. :
Mar. 11, PMID 33716195, PMC 8433257.
Cohen, D. B., Mbendera, K., Maheswaran, H.,
Mukaka, M., Mangochi, H., Phiri, L., Madan, J., Davies, G., Corbett, E. &
Squire B. (2020). Delivery of Long Term Injectable Agents for TB by Lay Carers
: Pragmatic Randomised Trial. Thorax,
75(1), 64-71. https://doi.org/10.1136/thoraxjnl-2018-212675.
Coleman, J. S. (2015). Dasar-Dasar Teori
Sosial (Foundation of Sosial Theory). Bandung: Penerbit Nusa Media.
Daru, P., Matji, R., Mossawi, H. J.,
Chakraborty, K., & Kak, N. (2018). Decentralized, Community Based Treatment
for Drug Resistant Tuberculosis : Bangladesh Program Experience. Global Health, Science and Practice, 6(3), 594-602. https://doi.org/10.9745/GHSP-D-17-00345.
Eyo, A. S., Obot, V. O., Onyedinachi, O., Vasquez,
N. A., Bigio, J., Sanaie, A., Favour Beulah, Ette U., Uju D. & Rahman, M.T.
(2021). A Multi-Faceted Approach to Tuberculosis Active Case Finding Among
Remote Riverine Communities in Southern Nigeria. International Journal of Environmental Research and Public Health,
18(18), 9424. https://doi.org/10.3390/ijerph18189424.
Kay, A.W., Soval M., Mtetwa G., Mkhabela M.,
Ndlovu B., Devezin T., Sikhondze W., Vambe D., Sib J., Dube G.S., Stevens R.H.,
Lukhele B.M. & Alakas A.M. (2022). Vikela Ekhaya : A Novel, Community Based,
Tuberculosis Contact Management Program in a High Burden Setting. Clinical Infectious Diseases : An Official
Publication of the Infectious Diseases Society of America, 74(9), 1631-1638. https://doi.org/10.1093/cid/ciab652.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI). (2020). Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
di Indonesia 2020-2024. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI). (2021). Laporan Tahunan Program TBC Nasional (2020).
Jakarta.
Kerschberger B., Telnov A., Yano N., Cox H.,
Zabsonre I., Kabore S.M., Vambe D., Ngwenya S., Rusch B., Tombo M.L. &
Ciglenecki I. (2019). Successful Expansion of Community Based Drug Resistant TB
Care in Rural Eswatini : A Retrospective Cohort Study. Tropical Medicine & International Health : TM
& IH, 24(10),
1243-1258. https://doi.org/10.1111/tmi.13299.
Lestari, T., Fuady A., Yani
F.F., Putra I.W.G.A.E., Pradipta I.S., Chaidir L. (2023). The Development of
the National Tuberculosis Research Priority in Indonesia : A Comprehensive
Mixed-Method Approach. PLOS ONE 18(2) : e0281591. Diakses pada 9 Oktober 2023. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0281591.
Lukman M., Ibrahim K., Yani D.I., Sari
S.P., Juniarti N. (2019). Exploring Strategies to Improve the Performance of
Community Health Volunteers for Tuberculosis Care and Prevention: A Qualitative
Study. Int. J. Community Based Nurs. Midwifery. 7(4) : 270-8. Mid. : 31641676.
Morris, L., Hiasihri S., Chan G., Honjepari A.,
Tugo O., Taune M., Aia P., Dakulala P. & Majumdar S.S. (2019). The Emergency
Response to Multidrug Resistant Tuberculosis in Daru, Western Province, Papua
New Guinea, 2014-2017. Public Health Action,
9, S4-S11. https://doi.org/10.5588/pha.18.0074.
(Towards Ending TB : Civil Community Engagement in
a Rural Area of Senegal : Results, Challenges and Future Proposal. Infect. Dis. 51(5), 392-394.
Sarwar, G., Khan S.M., Irfan S.D., Mohammad
Niaz Morshed Khan, Masud Reza A.K.M., Masud Rana, Rupali Sisir Banu, Ahmed S.,
Sayera Banu & Sharful Islam Khan. (2023). Community Based Peer Led TB Screening
Intervention : An Innovative Approach to Increase TB Knowledge, Presumptive
Case Identification and Referral Among Sexual Minority People in Urban Bangladesh.
BMC Health Services Research, 23, 1-20. https://doi.org/10.1186/s12913-023-09737-5.
Sophan, Sam, Shapiro A. E., Thim Sok, Sokhan
Khann, Rassi So, Sopheap Khem, Chhun S., Noun S., Koy B., Prum C.S., Chun Im
Sin, Heng Bunsieth, Mao T.E. & Goldfeld, A. E. (2018). Initiation, Scale Up
and Outcomes of the Cambodian National MDR-TB Programme 2006-2016 : Hospital and
Community Based Treatment Through an NGO-NTP Partnership. BMJ Open Respiratory Research, 5(1). https://doi.org/10.1136/bmjresp-2017-000256.
Vasiliu, A., Tiendrebeogo G., Awolu M.M.,
Akatukwasa C., Tchakounte B.Y., Ssekyanzi B., Tchounga B.K., Atwine D.,
Casenghi M., Bonnet M. & on behalf of the CONTACT study group. (2022).
Feasibility of a Randomized Clinical Trial Evaluating a Community Intervention
for Household Tuberculosis Child Contact Management in Cameroon and Uganda. Pilot and Feasibility Studies, 8, 1-12. https://doi.org/10.1186/s40814-022-00996-3.
World Health Organization (WHO).
(2012). Integrating Community Based Tuberculosis Activities Into the Work of
Non Governmental and Other Civil Society Organizations (Operational Guidance).
Geneva : World Health Organization.
World Health Organization (WHO).
(2021). Global Tuberculosis Report. Geneva : World Health Organization.
Yuen, C. M., Millones A.K., Contreras C.C.,
Lecca L., Becerra M.C. & Keshavjee S. (2019). Tuberculosis Household
Accompaniment to Improve the Contact Management Cascade : A Prospective Cohort
Study. PLoS One, 14(5). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0217104.
Yuniarto, P. R. (2019). Migrant
Workers Empowerment Through Vocational Education and Community-Based Learning :
A Study Case of Indonesian in Taiwan. J. Indones. Soc. Sci. Humanit. 2019 ;
9(2) : 113-29. Diakses pada 9 Oktober 2023. https://doi.org/10.14203/jissh.v9i2.151.
Copyright holder: Alexander W. Chriswanto, Dumilah Ayuningtyas, Khaula Karima (2024) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |