Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 2, Februari 2024
PENGARUH
PEMBELAJARAN ONLINE TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING
MAHASISWA
Adventina Situngkir
Universitas Pelita Harapan, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Self-regulated
learning mahasiswa dapat diartikan sebagai suatu tindakan di mana mahasiswa
mengambil peran aktif dalam mengendalikan pengalaman belajar mereka sendiri,
sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Pengendalian ini melibatkan
pemilihan lingkungan belajar yang mendukung, pemanfaatan sumber belajar secara
efisien, pengaturan informasi untuk pembelajaran, manajemen emosi positif saat
menjalani tugas akademik, serta memiliki motivasi terkait kemampuan diri, nilai
pembelajaran, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi proses belajar. Mahasiswa
dengan regulasi pembelajaran diri yang baik mampu menghadapi pengalaman dan
melakukan refleksi diri dalam berbagai situasi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat pengaruh pembelajaran online terhadap regulasi
pembelajaran diri mahasiswa. Analisis data akan dilakukan menggunakan metode
analisis regresi berganda, dan data yang terkumpul akan diolah menggunakan
perangkat lunak IBM SPSS Statistics 26.0. Pengumpulan data dilakukan melalui
penyebaran kuesioner daring kepada responden.
Berdasarkan hasil dari analisis regresi berganda bahwa pembelajaran online
berpengaruh positif dan significant terhadap self-regulated learning mahasiswa.
Kata
kunci: pembelajaran
online, evaluasi diri, manajemen waktu
Abstract
Student self-regulated learning can be interpreted as an
action in which students take an active role in controlling their own learning
experience, according to their respective potential. This control involves
choosing a supportive learning environment, efficient use of learning
resources, organizing information for learning, managing positive emotions when
carrying out academic tasks, as well as having motivation related to one's
abilities, learning values, and other factors that influence the learning
process. Students with good self-regulation of learning are able to deal with
experiences and carry out self-reflection in various situations. The aim of
this research is to see the effect of online learning on students'
self-regulation of learning. Data analysis will be carried out using the
multiple regression analysis method, and the collected data will be processed
using IBM SPSS Statistics 26.0 software. Data collection was carried out
through distributing online questionnaires to respondents. Based on the results
of multiple regression analysis, online learning has a positive and significant
effect on students' self-regulated learning.
Keywords: online
learning, self-evaluation, time management
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran krusial dalam mengembangkan potensi generasi penerus dan merupakan faktor utama dalam kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu memberikan perhatian serius terhadap sektor pendidikan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa, sesuai dengan prinsip-prinsip UUD 1945. Pendidikan juga seharusnya dapat dinikmati oleh siapa saja, kapan saja, dan dalam jarak yang tanpa batas. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, maka dikembangkanlah sebuah pembelajaran dalam jaringan atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran daring melibatkan berbagai aspek, termasuk penggunaan media sebagai alat komunikasi pembelajaran, kesiapan dosen dalam menyampaikan materi, evaluasi proses belajar mahasiswa melalui berbagai jenis tugas dan ujian, serta kemampuan mandiri mahasiswa dalam menggali pengetahuan dan mengasah keterampilan (Andiarna & Kusumawati, 2020).
Di Indonesia, pembelajaran jarak jauh atau yang dikenal dengan istilah PJJ sebenarnya bukan konsep yang baru sama sekali. Praktik PJJ telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1950, terutama dalam sistem pendidikan formal untuk mencakup peserta didik yang kesulitan mengikuti pembelajaran tatap muka, lebih sering diterapkan di tingkat pendidikan tinggi (Zuhairi & Wahyono, 2004). Seiring berjalannya waktu, penggunaan PJJ daring semakin meluas, yang sejalan dengan perkembangan internet di Indonesia sejak dekade 1990-an dan kemunculan world wide web (Fidalgo et al., 2020).
Sistem pembelajaran jarak jauh memiliki tujuan agar dapat membawa dampak positif, di mana mahasiswa dapat menjadi lebih proaktif dan mengelola proses pembelajarannya dengan lebih leluasa dan mandiri (Argaheni, 2020). Hal ini disebabkan oleh hilangnya hambatan tempat dan waktu dalam kegiatan belajar, serta adanya dukungan teknologi seperti fitur obrolan yang memberikan kesempatan kepada semua mahasiswa untuk berpartisipasi dalam diskusi tanpa harus berinteraksi langsung di depan publik (Argaheni, 2020; Prabawangi et al., 2021). Di sisi lain, di tingkat perguruan tinggi, di mana tuntutan pembelajaran, kemandirian, dan adaptasi terhadap lingkungan yang semakin beragam lebih menantang dibandingkan dengan jenjang pendidikan sebelumnya, mahasiswa menjadi lebih rentan terhadap masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, dan depresi (Argaheni, 2020; Son et al., 2020; Worsley et al., 2023).
Self-regulated learning dijelaskan sebagai suatu tindakan yang berasal dari inisiatif diri, mencakup penetapan tujuan, upaya regulasi untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen waktu, dan pengaturan lingkungan fisik serta sosial. Bandura (sebagaimana disebut dalam Gufron, 2011) mendefinisikan self-regulated learning sebagai keadaan di mana individu yang sedang belajar mengendalikan aktivitas belajarnya sendiri, memantau motivasi dan tujuan akademik, mengelola sumber daya manusia dan materi, serta mengambil peran dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan dalam proses belajar. Keterampilan self-regulated learning memberikan arahan kepada siswa untuk mengatur diri mereka sendiri dalam proses belajar, sebagai langkah untuk meningkatkan hasil pembelajaran mereka (Steffens, 2006; Fasikhah & Fatimah, 2013)
Kesiapan peserta pelatihan dalam mengadaptasi metode pembelajaran daring sangat penting. Menurutnya, keberhasilan kegiatan belajar mengajar sulit tercapai tanpa pemahaman terlebih dahulu mengenai apa yang akan dipelajari dan alasan mengapa hal tersebut perlu dipelajari. Ia menyampaikan bahwa peserta didik perlu memiliki motivasi dan usaha untuk meraih keberhasilan belajar. Motivasi menekankan bahwa motivasi merupakan suatu cara untuk mendorong semangat individu agar berusaha secara maksimal, mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan demi mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, motivasi dianggap sebagai hasil dari interaksi saling memengaruhi antara individu dan situasi yang dihadapinya, menciptakan pemahaman bahwa setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar yang beragam.
Bermacam-macam pihak berlomba-lomba mengembangkan teknologi berbasis web, aplikasi, dan layanan guna mendukung pembelajaran online. Pada tahun 2017, Google, sebuah perusahaan multinasional di bidang teknologi, menghadirkan inovasi melalui Google Apps for Education yang dikenal dengan sebutan Google Classroom. Google Classroom merupakan platform berbasis web yang disediakan secara gratis oleh Google, dirancang khusus untuk sekolah dengan tujuan membantu pendidik dalam membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas tanpa perlu melakukan pertemuan langsung dengan siswa (Google, 2021). Platform ini dapat diunduh dan digunakan tanpa biaya di perangkat seluler maupun komputer. Selain itu, Google Classroom terintegrasi secara otomatis dengan Google Suite, mempermudah pengelolaan informasi, materi, dan tugas belajar secara efisien dan terpusat. Dalam penelitian oleh Mustakim (2020), penggunaan Google Classroom sebagai media pembelajaran terbukti meningkatkan hasil belajar, minat, motivasi, dan menumbuhkan sikap kreatif siswa, memberikan dampak positif pada kegiatan belajar mengajar daring.
Sebelum munculnya Google Classroom, pada tahun 2013, Eric Yuan meluncurkan Zoom Cloud Meeting sebagai platform untuk melakukan konferensi video atau pertemuan tatap muka virtual tanpa harus bertatap muka secara fisik. Layanan ini dapat diakses secara gratis maupun berbayar di berbagai perangkat, dan memiliki keunggulan mampu menampung banyak peserta. Oleh karena itu, Zoom Cloud Meeting banyak dimanfaatkan untuk kegiatan video konferensi, termasuk dalam konteks belajar mengajar di lembaga pendidikan. Sasongko (2021) menemukan bahwa penggunaan Zoom Cloud Meeting dapat memberikan motivasi belajar, meningkatkan keaktifan, dan kemampuan berbicara siswa, menjadikannya sebagai pilihan populer untuk komunikasi dan penyampaian materi dalam pembelajaran yang efektif.
Efektivitas pembelajaran, menurut Andini dan Supardi (2018), melibatkan pencapaian keterampilan khusus, pembentukan karakter positif, kemudahan pemahaman ilmu pengetahuan, serta kegembiraan siswa dalam belajar. Faktor-faktor seperti metode pembelajaran, sumber belajar, kemampuan guru, kondisi siswa, waktu, fasilitas, dan media pembelajaran, berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pemilihan media atau platform pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi belajar menjadi kunci untuk mencapai efektivitas belajar. Hanum (2013) menegaskan bahwa optimalisasi teknologi informasi dan komunikasi sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran dapat mendukung efektivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Namun, bagaimana mahasiswa menyelesaikan kuliah secara online, di samping memiliki tanggung jawab lain, menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Dalam situasi pandemi, regulasi belajar mengubah peran mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian hasil sesuai standar yang ditetapkan, baik dari diri mereka sendiri maupun capaian pembelajaran yang diharapkan dari dosen. Dengan penerapan sistem pembelajaran online, mahasiswa terlibat dalam aktivitas multitasking yang terkadang membagi peran mereka, memberikan dampak pada pencapaian akademis. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bagaimana mahasiswa mengatur diri mereka dengan berbagai peran tersebut, dan mungkin diperlukan kebijakan darurat untuk menyesuaikannya. Berdasarkan pengamatan, sebagian mahasiswa terlibat dalam kuliah sambil bekerja, menjadi ibu rumah tangga, melakukan pekerjaan paruh waktu secara online, dan sebagainya. Secara spesifik, perlu diperhatikan bagaimana mahasiswa mengatur regulasi diri mereka untuk mencapai hasil belajar secara optimal dalam kondisi tersebut.
E-Learning
E-learning merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dimanfaatkan untuk proses pengajaran dan penyampaian materi oleh guru kepada siswa, melibatkan interaksi dalam ranah pendidikan melalui dunia maya. Hadisi dan Muna (2015) sejalan dengan hal tersebut, menggambarkan e-learning sebagai kegiatan belajar yang terjadi melalui jaringan internet atau web, di mana siswa dapat mengakses tugas-tugas yang diberikan dan pengajar memiliki kebebasan dalam menetapkan batas waktu pengumpulan tugas, disertai dengan penerapan berbagai sistem penilaian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa e-learning mencakup pembelajaran yang dilakukan secara daring melalui koneksi internet, yang menjadi wadah untuk mengakses layanan pembelajaran baik bagi pendidik maupun peserta didik. Pardede (2011) menekankan pentingnya pemahaman dan pemanfaatan media e-learning dengan baik oleh pendidik dan peserta didik, sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal.
OSL - Online Self Learning
Asynchronus
Menurut Perveen (2016) , pembelajaran daring asynchronous memberikan peluang bagi individu yang memiliki jadwal yang padat dalam bisnis dan kehidupan keluarga, memungkinkan mereka untuk dengan mudah mendapatkan pendidikan. Kursus online yang tidak sinkron sering dipilih oleh lembaga pendidikan tinggi karena fleksibilitasnya dalam hal waktu dan tempat, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara mandiri dengan kecepatan yang berbeda, selain keuntungan lainnya. Dalam perspektif Nugraha (2017), asynchronous mengindikasikan bahwa pembelajaran tidak terjadi secara bersamaan. Peserta didik memiliki fleksibilitas untuk mengatur waktu pembelajaran mereka sendiri, tidak harus sinkron dengan penyedia materi. Model pelatihan asynchronous populer dalam e-learning karena memungkinkan peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja. Mereka dapat melakukan pembelajaran dan menyelesaikan tugas pada waktu yang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Format pembelajaran dapat berupa teks, animasi, simulasi, permainan, tes, kuis, dan pengumpulan tugas.
Self Regulated Learning (Y)
Self-regulated learning merupakan upaya dan kapabilitas individu yang dilakukan secara independen dan terstruktur untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan dan optimal, yang dicirikan oleh tindakan menetapkan tujuan, mengelola waktu, menerapkan strategi tugas, mengatur lingkungan, mencari bantuan, dan melakukan evaluasi diri (Barnard-brak et al., 2010; Setiani et al., 2018; Wolters, 1998).
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pembelajaran online terhadap regulasi pembelajaran diri mahasiswa.
METODE
Penelitian
ini menerapkan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan maksud menguraikan
situasi mahasiswa yang mengikuti kuliah dalam sistem daring. Populasi
penelitian mencakup mahasiswa yang masih terlibat aktif dalam proses
perkuliahan di berbagai universitas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
dengan menggunakan metode random sampling, di mana responden yang aktif
mengikuti sistem perkuliahan daring untuk kelas pelajar pada beberapa mata
kuliah di beberapa universitas yang dipilih sebagai sampel. Jumlah responden
yang terlibat dalam penelitian ini mencapai 105 mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang membentuk self-regulated
learning
Table 1. R-square Test Results
Berdasarkan tabel diatas, R-square menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.971 yang berarti adanya hubungan yang cukup kuat antara faktor-faktor yang membentuk self-regulated learning yakni goal setting, environment structuring, self evaluation, help seeking, time management dan task strategies. R square merupakan koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0.971, dimana diartikan sebesar 97.1% variabel self-regulated learning dapat dijelaskan oleh goal setting, environment structuring, self evaluation, help seeking, time management dan task strategies, dan sisanya sebesar 2.9% dijelaskan oleh faktor lain.
Table 2. Hasil Uji Analisis Regresi
Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 0.541 + 0.184 X1 + 0.157 X2 + 0.154 X3 + 0.170 X4 + 0.167 X5 + 0.133 X6
dimana:
Y = Self Regulated Learning
X1 = Goal Setting
X2 = Environment Structuring
X3 = Task Strategies
X4 = Time Management
X5 = Help Seeking
X6 = Self Evaluation
Dapat disimpulkan bahwa hasil dari analisis regresi berganda variabel goal setting, environment structuring, self evaluation, help seeking, time management dan task strategies berpengaruh terhadap variabel self regulated learning dikarenakan nilai dari setiap variabel independent memiliki nilai positif atau berpengaruh. Selain itu, nilai p-value service quality, brand image, dan store atmosphere pada kolom significant masing-masing adalah 0,000. Nilai p-value ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh signifikan goal setting, environment structuring, self evaluation, help seeking, time management dan task strategies terhadap self regulated learning.
Goal Setting
Table 3.
Hasil Uji R-square
Berdasarkan tabel diatas, R-square menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.482 yang berarti adanya hubungan yang cukup kuat antara goal setting terhadap self regulated learning. R square merupakan koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0.482, dimana diartikan sebesar 48.2% variabel self-regulated learning dapat dijelaskan oleh goal setting, dan sisanya sebesar 51.8% dijelaskan oleh faktor lain yakni environment structuring, self evaluation, help seeking, time management dan task strategies.
Table 4. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 7.503 + 0.391 X
dimana:
Y = Self Regulated Learning
X = Goal Setting
Dapat disimpulkan bahwa
hasil dari analisis regresi berganda bahwa variabel goal setting berpengaruh
terhadap variabel self regulated learning dikarenakan memiliki nilai positif
atau berpengaruh. Selain itu, nilai p-value pada kolom significant adalah
0,000. Nilai p-value ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh signifikan goal setting
terhadap self regulated learning.
Environment Structuring
Tabel 5.
Hasil Uji R-square
Berdasarkan tabel diatas, R-square menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.283 yang berarti terdapat hubungan yang antara environmental structuring terhadap self regulated learning namun tidak cukup kuat. R square merupakan koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0.283, dimana diartikan sebesar 28.3% variabel self-regulated learning dapat dijelaskan oleh environmental structuring, dan sisanya sebesar 71.7% dijelaskan oleh faktor lain yakni goal setting, self evaluation, help seeking, time management dan task strategies.
Tabel 6.
Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 9.093 + 0.351 X
dimana:
Y = Self Regulated Learning
X = Environmental Structuring
Dapat disimpulkan bahwa
hasil dari analisis regresi berganda bahwa variabel environmental structuring
berpengaruh terhadap variabel self regulated learning dikarenakan memiliki
nilai positif atau berpengaruh. Selain itu, nilai p-value pada kolom
significant adalah 0,000. Nilai p-value ini lebih kecil dari 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh signifikan
environmental structuring terhadap self regulated learning.
Task Strategies
Tabel 7.
Hasil Uji R-square
Berdasarkan tabel diatas, R-square menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.531 yang berarti terdapat hubungan yang antara task strategies terhadap self regulated learning yang cukup kuat. R square merupakan koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0.531, dimana diartikan sebesar 53.1% variabel self-regulated learning dapat dijelaskan oleh task strategies, dan sisanya sebesar 46.9% dijelaskan oleh faktor lain yakni goal setting, environmental structuring, self evaluation, help seeking, dan time management.
Tabel 8.
Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 8.891 + 0.445 X
dimana:
Y = Self Regulated Learning
X1 = Task Strategies
Dapat disimpulkan bahwa
hasil dari analisis regresi berganda bahwa variabel task strategies berpengaruh
terhadap variabel self regulated learning dikarenakan memiliki nilai positif
atau berpengaruh. Selain itu, nilai p-value pada kolom significant adalah
0,000. Nilai p-value ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh signifikan task strategies
terhadap self regulated learning.
Time Management
Tabel 9.
Hasil Uji R-square
Berdasarkan tabel diatas, R-square menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.494 yang berarti terdapat hubungan yang antara time management terhadap self regulated learning yang cukup kuat. R square merupakan koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0.494, dimana diartikan sebesar 49.4% variabel self-regulated learning dapat dijelaskan oleh time management, dan sisanya sebesar 53.6% dijelaskan oleh faktor lain yakni goal setting, environmental structuring, task strategies, self evaluation, dan help seeking.
Tabel 10.
Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 8.207 + 0.605 X
dimana:
Y = Self Regulated Learning
X = Time Management
Dapat disimpulkan bahwa
hasil dari analisis regresi berganda bahwa variabel time management berpengaruh
terhadap variabel self regulated learning dikarenakan memiliki nilai positif
atau berpengaruh. Selain itu, nilai p-value pada kolom significant adalah
0,000. Nilai p-value ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh signifikan time management
terhadap self regulated learning.
Help Seeking
Tabel 11.
Hasil Uji R-square
Berdasarkan tabel diatas, R-square menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.430 yang berarti terdapat hubungan yang antara help seeking terhadap self regulated learning yang cukup kuat. R square merupakan koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0.430, dimana diartikan sebesar 43% variabel self-regulated learning dapat dijelaskan oleh time management, dan sisanya sebesar 57% dijelaskan oleh faktor lain yakni goal setting, environmental structuring, task strategies, time management, dan self evaluation.
Tabel 12.
Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 8.013 + 0.458 X
dimana:
Y = Self Regulated Learning
X = Help Seeking
Dapat disimpulkan bahwa
hasil dari analisis regresi berganda bahwa variabel help seeking berpengaruh
terhadap variabel self regulated learning dikarenakan memiliki nilai positif
atau berpengaruh. Selain itu, nilai p-value pada kolom significant adalah
0,000. Nilai p-value ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh signifikan help seeking
terhadap self regulated learning.
Self Evaluation
Tabel 13.
Hasil Uji R-square
Berdasarkan tabel diatas, R-square menunjukkan koefisien regresi sebesar 0.548 yang berarti terdapat hubungan yang antara self evaluation terhadap self regulated learning yang cukup kuat. R square merupakan koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0.548, dimana diartikan sebesar 54.8% variabel self-regulated learning dapat dijelaskan oleh self evaluation, dan sisanya sebesar 45.2% dijelaskan oleh faktor lain yakni goal setting, environmental structuring, task strategies, time management, dan help seeking.
Tabel 14.
Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 7.001 + 0.530 X
dimana:
Y = Self Regulated Learning
X = Self Evaluation
Dapat disimpulkan bahwa
hasil dari analisis regresi berganda bahwa variabel self evaluation berpengaruh
terhadap variabel self regulated learning dikarenakan memiliki nilai positif
atau berpengaruh. Selain itu, nilai p-value pada kolom significant adalah
0,000. Nilai p-value ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh signifikan self evaluation
terhadap self regulated learning.
Kesimpulan
Self-Regulated Learning merupakan suatu proses pembelajaran yang
bersifat proaktif, memerlukan motivasi, inisiatif, dan melibatkan proses
metakognisi seperti penetapan tujuan, pengembangan strategi, dan evaluasi
terhadap usaha atau komitmen yang telah dilakukan. Komponen terakhir, selective
help-seeking, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi pihak
lain yang dapat membantu mengatasi tantangan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian
mengenai Pengaruh Pembelajaran Online terhadap Self-Regulated Learning
mahasiswa diperoleh bahwa selama pembelajaran online mahasiswa dapat mengatur
pembelajarannya secara mandiri dengan baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
hasil penelitian bahwa pembelajaran online memiliki pengaruh yang positif dan
significant terhadap self-regulated learning mahasiswa.
BIBLIOGRAFI
Andiarna, F., &
Kusumawati, E. (2020). Pengaruh pembelajaran daring terhadap stres akademik
mahasiswa selama pandemi Covid-19. Jurnal Psikologi, 16(2),
139–149.
Andini, D. M.,
& Supardi, E. (2018). Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Efektivitas
Pembelajaran Dengan Variabel Kontrol Latar Belakang Pendidikan Guru. Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran, 3(1), 1–7.
Argaheni, N. B.
(2020). Sistematik review: Dampak perkuliahan daring saat pandemi COVID-19
terhadap mahasiswa Indonesia. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan
Aplikasinya, 8(2), 99–108.
Fasikhah, S. S.,
& Fatimah, S. (2013). Self-regulated learning (SRL) dalam meningkatkan
prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1),
145–155.
Fidalgo, P.,
Thormann, J., Kulyk, O., & Lencastre, J. A. (2020). Students’ perceptions
on distance education: A multinational study. International Journal of
Educational Technology in Higher Education, 17(1), 1–18.
Hadisi, L., &
Muna, W. (2015). Pengelolaan teknologi informasi dalam menciptakan model
inovasi pembelajaran (e-learning). Al-TA’DIB: Jurnal Kajian Ilmu
Kependidikan, 8(1), 117–140.
Kusumawati, E. (2021). Implementasi
Customer Relationship Management pada Industri Pendidikan: Studi Kasus Pada
Akademi Pariwisata. Altasia Jurnal Pariwisata Indonesia, 3(1),
1-8.
Kusumawati, E. (2017). Iklim Etika, Ethical Behavior
Planned dan Kinerja Berkelanjutan. JITK (Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Komputer), 2(2), 156-164.
Mustakim, M.
(2020). Efektivitas pembelajaran daring menggunakan media online selama pandemi
covid-19 pada mata pelajaran matematika. Al Asma: Journal of Islamic
Education, 2(1), 1–12.
Nugraha, A. J.,
Suyitno, H., & Susilaningsih, E. (2017). Analisis kemampuan berpikir kritis
ditinjau dari keterampilan proses sains dan motivasi belajar melalui model pbl.
Journal of Primary Education, 6(1), 35–43.
Nugroho, M. R.,
Sasongko, R. N., & Kristiawan, M. (2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 2269–2276.
Pardede, T. (2011).
Pemanfaatan e-learning sebagai media pembelajaran pada pendidikan tinggi jarak
jauh. Seminar Nasional FMIPA UT, 1, 55–60.
Perveen, A. (2016).
Synchronous and asynchronous e-language learning: A case study of virtual
university of Pakistan. Open Praxis, 8(1), 21–39.
Prabawangi, R. P.,
Fatanti, M. N., & Ananda, K. S. (2021). After a year of online learning
amid the covid-19 pandemic: A survey of indonesian undergraduate students’
opinions and behaviors. Asian Journal of University Education, 17(4),
418–431.
Son, C., Hegde, S.,
Smith, A., Wang, X., & Sasangohar, F. (2020). Effects of COVID-19 on
college students’ mental health in the United States: Interview survey study. Journal
of Medical Internet Research, 22(9), e21279.
Worsley, J. D.,
Harrison, P., & Corcoran, R. (2023). Accommodation environments and student
mental health in the UK: the role of relational spaces. Journal of Mental
Health, 32(1), 175–182.
Zuhairi, A., &
Wahyono, E. (2004). Perkembangan Dan Kontribusi Pendidikan Jarak Jauh Dalam
Upaya Pembangunan Masyarakat Indonesia Berbasis Pengetahuan. 20 Tahun
Universitas Terbuka Dulu, Kini Dan Esok, 62–91.
Copyright holder: Adventina Situngkir (2024) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |