Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 5, Mei 2024

 

 

METODE BRAINSTORMING DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI

 

Sumirah, Satya Wiranata1*, Zawaqi Afdal Jamil2

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia1,2

Email: [email protected], [email protected]1*,

[email protected]2

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru tentang metode brainsrotming, menjelaskan proses serta efektivitas dari metode brainstorming dalam pembelajaran, dan mengetahui kendala atau hambatan yang dihadapi dalam proses belajar di kelas, baik itu guru maupun siswa untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan metode brainstorming. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan berbasis deskriptif yang dilaksanan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Penelitian ini menghasilkan tiga hal, yaitu: (1) Pemahaman guru tentang metode brainstorming, yang mana metode brainstorming merupakan metode pengajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini ditandai dengan lebih menekankan pada penyampaian pendapat dan ide dari siswa, Begitupula pada pemahaman guru mengenai pelaksanaan dan keunggulan dari metode brainstorming, dimana guru sudah sangat baik sekali dan sudah betul-betul paham, yang ditandai dengan guru hanya memberikan pengantar kepada siswa dan proses pembelajarannya lebih mendekatkan kepada siswa. (2) Pelaksanaan dan efektivitas dalam pelaksanaan metode brainstorming. Pelaksanaan metode brainstorming hampir sama dengan metode diskusi, dimana, dalam metode brainstorming, guru hanya memberikan suatu permasalahan dan siswa menyampaikan ide-ide yang sesuai dengan pikirannya, tanpa ada kritik atau sanggahan apapun, serta efektivitasnya dapat dilihat pada partisipasi dan kecakapan siswa. (3) Kendala atau hambatan dalam proses belajar di kelas untuk meningkatkan keaktifan belajar dengan menggunakan metode brainstorming, adalah guru sulit membaca situasi dan kondisi saat mengajar, sementara dari siswa sendiri adalah takut salah dan merasa minder dalam menyampaikan ide atau gagasan.

Kata Kunci: metode brainstorming, keaktifan belajar, pembelajaran, Aqidah Akhlak.

 

Abstract

This study aims to determine the teacher's understanding of the brainsrotming method, explain the process and effectiveness of the brainstorming method in learning, and find out the obstacles or obstacles faced in the learning process in the classroom, both teachers and students to increase student learning activity with the brainstorming method. This research is a qualitative research with a descriptive basis carried out in Madrasah Aliyah Negeri 1 Sungai Full City, Jambi Province. Data collection techniques use observation, interviews, documentation and field notes. This research resulted in three things, namely: (1) Teacher understanding of the brainstorming method, where the brainstorming method is a teaching method that can improve student learning activities. This is characterized by more emphasis on conveying opinions and ideas from students, as well as on the teacher's understanding of the implementation and excellence of the brainstorming method, where the teacher is very good and really understands, which is characterized by the teacher only giving an introduction to students and the learning process is closer to students. (2) Implementation and effectiveness in the implementation of brainstorming methods. The implementation of the brainstorming method is almost the same as the discussion method, where, in the brainstorming method, the teacher only gives a problem and students convey ideas that are in accordance with their thoughts, without any criticism or refutation, and its effectiveness can be seen in student participation and skills. (3) Obstacles or obstacles in the learning process in class to increase learning activity using the brainstorming method, are teachers find it difficult to read situations and conditions when teaching, while students themselves are afraid of being wrong and feel inferior in conveying ideas or ideas.

Keywords: brainstorming method, active learning, learning, Aqidah Akhlak.

 

Pendahuluan

Pada kehidupan manusia, pendidikan ialah kebutuhan yang tak bisa dipisahkan. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang bertujuan membekali peserta didik buat berpartisipasi aktif dan positif, baik pada kehidupan mereka saat ini maupun pada masa depan (Putri, n.d.). Pada hakikatnya, pendidikan merupakan tahapan interaksi antara guru dan  siswa untuk mencapai target pendidikan dalam keadaan yang telah ditentukan. Keterlibatan semacam ini diistilahkan sebagai interaksi pendidikan, yang merupakan hubungan antara guru dengan peserta didik. Pada hubungan ini, pendidik memiliki peran yang lebih krusial, sebab mereka adalah seorang yang lebih dewasa dan berpengalaman dengan nilai, pengetahuan, serta memiliki lebih banyak keterampilan (Ali, 2018).

Proses belajar yang didasari pada pembahasan buku bacaan atau model yang berfokus pada guru, akan membuat siswa menjadi cepat muak dan  jenuh dengan cara guru yang mengajar, serta mengakibatkan siswa berdialog dengan sesama temannya, mengganggu teman lain yang tengah memperhatikan penjelasan guru, dan membuat semacam hal yang mengganggu selama proses pembelajaran (Fatah & Zumrotun, 2023).

Tugas guru sebagai pengajar adalah untuk membentuk lingkungan belajar yang efektif, bisa mendorong kreativitas siswa, sebab belajar adalah proses yang melekat pada siswa, serta sangat penting dalam aktivitas sehari-hari (Juhji, 2016). Oleh sebab itu, tugas seorang guru ialah membentuk lingkungan belajar yang efektif sehingga siswa bisa mengekspresikan kreativitasnya. Guru yang mengajar, serta siswa yang belajar, harus berkolaborasi untuk membentuk lingkungan belajar mengajar yang menarik dan berguna untuk  guru dan siswa. Dengan memadukan dua faktor manusia ini serta menggunakan materi sebagai media pelengkap, kolaborasi pendidikan tercipta (Nurdin & Adriantoni, 2019). Dalam Hadits, Rasulullah SAW Bersabda:

 

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي عَاتِكَةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ عَنْ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْعِلْمِ قَبْلَ أَنْ يُقْبَضَ وَقَبْضُهُ أَنْ يُرْفَعَ وَجَمَعَ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ الْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ هَكَذَا ثُمَّ قَالَ الْعَالِمُ وَالْمُتَعَلِّمُ شَرِيكَانِ فِي الْأَجْرِ وَلَا خَيْرَ فِي سَائِرِ النَّاسِ.

 

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Khalid berkata, telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu ‘Atikah dari Ali bin Yazid dari Al Qasim dari Abu Umamah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaknya kalian berpegang teguh dengan ilmu ini sebelum dicabut, dan dicabutnya adalah dengan diangkat “beliau menggabungkan antara dua jarinya” jari tengah dan telunjuk seperti ini- kemudian bersabda: “Seorang alim dan penuntut ilmu bersekutu dalam pahala, dan tidak ada kebaikan pada mayoritas manusia.” (H.R Al-Qazwiny, n.d. No. Hadis 228 dan H.R. Ibnu Majah No. 224)

Dalam Hadits di atas, jika dikaitkan dengan pendidikan adalah, guru dan siswa memiliki hubungan yang kuat pada aspek pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Guru mengajarkan dengan bertahap, sedangkan siswa menerima dengan hasil yang bermacam-macam. Hubungan ini terekam secara internal dalam Al-Qur’an yang mempunyai tiga unsur, yaitu nilai, pengetahuan dan etika (akhlak). Menurut Al-Mawardi dan Al-Ghazali yang dikutip oleh Rahmadi menjelaskan, interaksi yang hendaknya terikat antara guru dengan peserta didik adalah interaksi yang penuh cinta, hormat, dan penuh jiwa (Slamet, 2021). Ketiga prinsip ini membuat hubungan kedua orang menjadi lebih efektif dan membekas. Oleh sebab itu, siswa selalu wajib mengandalkan rasa hormat dan kerendahan hati di hadapan guru, supaya apa yang diraihnya membawa keberkahan bagi dirinya (Nurdin & Damairi, 2021).

Menurut Riyan, Prijana, dan Sukaesih menjelaskan, karena membaca memberikan informasi, tingkat aktivitas membaca di masyarakat dapat digunakan untuk mengukur kualitas kehidupan masyarakat tersebut. Dalam Islam, metode yang sangat penting adalah metode membaca. Membaca memainkan peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran serta memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan iman, akhlak, dan fungsi psikologis, memberikan informasi dan memperluas pengetahuan tentang kehidupan, meningkatkan kosakata dan keterampilan pemahaman, berpikir dan mendorong kreativitas, dan banyak lagi (Zebua & Setiawan, 2020).

Pembelajaran partisipatif menitikberatkan pada partisipasi siswa dalam aktivitas pendidikan, bukan pada dominasi guru dalam mengajar bahan ajar (Taufik et al., 2014). Dengan demikian, pembelajaran bakal lebih bermakna Jika peserta didik mempunyai peluang untuk ikut serta pada bermacam aktivitas pembelajaran, sekaligus pendidik bertindak sebagai fasilitator dan mediator, sehingga siswa dapat mengambil peran dan secara efektif mengaktualisasikan kemampuan mereka di dalam dan di luar kelas (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016).

Melalui keikutsertaan aktif siswa dalam proses pembelajaran, berarti guru tidak lagi memiliki kewenangan untuk belajar dari siswa. Pengutamaan pada kegiatan siswa berpengaruh, karena pada intinya, belajar merupakan proses aktif dimana siswa menggunakan pemikirannya untuk membangun pemahamannya (pendekatan konstruktif) (Saputro, 2018).

Keaktifan belajar siswa ialah salah satu upaya untuk memotivasi siswa. Mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk ambil bagian dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar mereka. Adanya keaktifan belajar akan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, tidak hanya dari sisi intelektual, tetapi juga dari sisi sosial (fisik/afektif) dan psikologis (psikomotorik).

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan pembelajaran termasuk merencanakan inovasi pembelajaran baru dan merangsang manfaat siswa dalam belajar, sehingga keuntungan mereka dalam pembelajaran muncul secara normal. Salah satu pendekatannya adalah pendekatan inkuiri, yang mendorong siswa untuk belajar langsung dengan menghubungkan materi yang dipelajari dengan dengan peristiwa yang mereka alami (Hariandi & Cahyani, 2018).

Metode mempunyai peranan yang sangat vital dalam pembelajaran. Metode berperan sebagai tanda ataupun “cara memproses” pembelajaran supaya bisa berlangsung dengan baik dan sistematis. Padahal, bisa diketahui bahwa proses pembelajaran tidak bisa dilakukan tanpa adanya metode. Oleh sebab itu, setiap guru wajib menguasai beraneka macam jenis metode pembelajaran supaya proses pembelajaran bisa efektif, menyenangkan, dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. ditinjau dari sudut pandang pelaksanaannya, metode pembelajaran diterapkan sebagai suatu teknik, mewujudkan apa yang terjadi sebenarnya untuk mencapai tujuan (Mukrimah, 2014).

Berdasarkan istudi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota iSungai Penuh pada hari Kamis, 27 Juli 2023, pada kelas X, terlihat bahwa pelaksanaan proses pembelajaran terlihat sudah berjalan dengan baik, tetapi belum optimal, yang mana ditandai dengan kurangnya partisipasi dari siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sehingga mereka kurang iaktif iuntuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh iguru, serta hanya terpaku pada penjelasan dari guru. Selain itu, guru juga masih kurang memahami dan menerapkan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif. Alasannya adalah tingkat pemahaman guru mengenai metode pembelajaran masih dalam taraf sudah mengerti, tetapi belum sepenuhnya paham, serta juga kurangnya membaca situasi dan kondisi di kelas, sehingga guru sulit untuk melaksanakan proses pembelajaran itu sendiri, dan mengakibatkan kurangnya percaya diri siswa untuk aktif dalam berdiskusi, dan juga takut untuk berkomentar atau menjawab pertanyaan karena takut salah. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan secara jelas permasalahannya sebagai berikut :

Mengenai metode, guru mesti memilih dan memahami dari beberapa metode yang menuntut siswa untuk aktif, dan membawa siswa untuk secara aktif mencurahkan pikirannya dan menggunakan pendekatan yang berfokus pada siswa (student center), salah satunya adalah dengan menggunakanimetode brainstorming (Novita, 2021).

Saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, guru tidak hanya mengaplikasikan satu metode saja, yaitu metode ceramah. Guru telah melaksanakan metode lain yang menuntut siswanya untuk aktif, salah satunya dengan menggunakan metode brainstorming. Disela-sela guru menjelaskan, guru selalu melakukan pendekatan yang kepada siswanya, dan mengedepankan keaktifan siswa. Seakan-akan, guru sedang berinteraksi dengan siswa layaknya interaksi sosial di kehidupan masyarakat. Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, siswa tidak hanya belajar dan memahami apa yang disampaikan oleh guru di kelas, namun bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Guru ijuga sebaiknya menggunakan metode yang ilebih iberagam dalam pembelajaran iagar isiswa tidak bosan dan suasana di dalam kelas tetap hidup.

Metode brainstorming adalah metode yang memberikan peluang atau kesempatan kepada siswa supaya dapat melatih kemandirian serta masukan diri, menampilkan keterbukaan serta integrasi dalam memilih aksi alternatif terbaik, dapat menyampaikan komentar serta mengaktualisasikan diri dalam pemecahan masalah dan juga dapat menghormati opini orang lain. Metode ini pula memberikan kelegaan kepada siswa untuk menyampaikan argumennya serta mengatasi permasalahan, dan juga dapat menghargai opini orang lain. Tujuan metode ini adalah untuk menyatukan buah pikiran maupun opini serta juga memastikan serta memilih pernyataan yang berbeda-beda mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran sebagai jawabannya.

Konsepsi dari brainstorming berarti berusaha membuat prses belajar mengajar yang menarik dan mendorong siswa untuk belajar aktif dan memberikan pendapat. Untuk melaksanakan proses belajar mengajar itu, mau tak mau harus merenungkan serta mengambil langkah-langkah yang mempermudah siswa untuk bisa aktif belajar supaya mendapatkan tujuan pengajaran secara efektif. Metode iini mendorong ipeserta ididik iuntuk ilebih aktif dalam menyampaikan pendapat secara lebih luas, dan mendapatkan pengetahuan serta mengupayakan agar hasil belajar bisa dapat kuat dimengerti oleh peserta didik.(Amin, 2016) Diharapkan, metode brainstorming ini dapat mendorong siswa untuk lebih berani dalam mengekspresikan pendapatnya, berani berbicara di depan kelas, dan menjadi dampak positif dalam menaikkan kadar keaktifan siswa di kelas, yang dibuktikan dengan keaktifan dan sikap pekanya. Guru tidak hanya berperan sebagai fasilitator dalam metode pembelajaran brainstorming, namun juga, memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpendapat sepuasnya. Intinya, perlu diingat bahwa guru juga membimbing dan mengarahkan siswa pada materi yang dipelajari (Simunara, 2020).

Dari ilatar ibelakang imasalah iyang telah dijelaskan, tujuan dari Penelitian iini adalah sebagai berikut; (1) mengetahui pemahaman guru tentang metode brainstorming, (2) menjelaskan pelaksanaan metode brainstorming dan efektivitas dari metode brainstorming dalam proses pembelajaran, dan (3) mengetahui kendala atau hambatan dalam proses belajar di kelas untuk meningkatkan keaktifan belajar dengan menggunakan metode brainstorming, baik guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, maupun siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami makna realitas sosial dan melihat dunia apa adanya. Sumber data yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dan data sekunder, yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan, jurnal, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mendokumentasikan informasi yang diperlukan, sementara wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan memerlukan jawaban lisan. Selain itu, dokumentasi juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Teknik triangulasi juga diterapkan untuk memastikan keakuratan informasi yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda.

 Data kualitatif berbentuk kata-kata dan diperoleh melalui berbagai cara pengumpulan informasi seperti wawancara, analisis dokumen, dialog terfokus, dan observasi yang dituangkan dalam catatan lapangan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer, yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dan data sekunder, yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan, jurnal, dan dokumentasi.

Proses pengumpulan informasi dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi digunakan sebagai teknik pengamatan dan dokumentasi informasi yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada responden, sementara dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Teknik triangulasi juga diterapkan untuk memastikan keakuratan informasi yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda.

Analisis data merupakan bagian penting dalam proses penelitian yang dilakukan untuk mensintesis data yang sudah diperoleh secara akurat ke dalam format yang benar dan bisa diandalkan. Terdapat beberapa teknik analisis data yang dapat digunakan, di antaranya adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif meliputi tiga proses utama, yaitu reduksi data, pemaparan (display) data, dan penarikan kesimpulan. Proses reduksi data melibatkan refleksi, pemfokusan, abstraksi, dan transformasi data yang diperoleh selama pengamatan. Setelah itu, data yang sudah direduksi dapat dipaparkan dengan menggunakan matriks, bagan, atau grafik. Terakhir, peneliti dapat menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi data yang telah diperoleh. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif meliputi prosedur pengumpulan data, tahap editing, tahap coding, tahap pengujian, tahap pendeskripsian data, dan tahap pengujian hipotesis.

 

Hasil dan Pembahasan

Pemahaman Guru Tentang Metode Pembelajaran Brainstorming

Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam memahami menguraikan sesuatu. Seseorang dapat dikatakan memahami jika ia dapat menjelaskan suatu informasi secara mendalam dengan bahasa dan kata-katanya sendiri sesuai konsep yang ada. Sangat baik lagi, jika seseorang dapat memberikan gambaran tentang apa yang telah dipelajarinya dari permasalahan yang ada di sekitarnya.

Pemahaman guru tentang metode brainstorming adalah kemampuan guru dalam memahami dan mengerti tentang metode pembelajaran Brainstorming (curah gagasan). Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman tentang metode brainstorming, pemahaman tentang pelaksanaan metode brainstorming, dan pemahaman mengenai keunggulan dan kelemahan dari metode brainstorming.

Dalam sebuah wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X, yang mana seperti yang telah dijelaskan pada bagian temuan penelitian pada poin a bagian 1, bahwasanya guru Aqidah Akhlak Kelas X sepenuhnya sudah memahami dan sudah sangat paham mengenai metode brainstorming. Hal tersebut dapat ditandai dengan penjelasan dari guru Aqidah Akhlak Kelas X yang mana dikatakan bahwa metode ini lebih menekankan pada suara yang keluar dari mulut siswa, tanpa melihat apa yang disampaikan. Memang, seperti yang diketahui bahwa metode brainstorming ini adalah metode yang dilakukan untuk menghasilkan ide atau gagasan sebanyak-banyaknya, dan tidak mempedulikan masalah benar salahnya, dan pada akhirnya ide atau gagasan tersebut tetap di analisis, disintesis, dan juga dinilai.

Pada awal pembelajaran, guru telah menekankan kepada siswa mengenai hal diatas, yaitu pada dasarnya, jangan takut salah, guru bukan hanya menilai dari apa yang disampaikan oleh siswa, tetapi hal yang paling penting itu adalah suara yang keluar.

Berdasarkan wawancara yang sudah dijelaskan pada bagian temuan penelitian poin a bagian 1, bahwasanya metode ini telah diterapkan pada pembelajaran, dimana metode ini lebih menekankan pada kegiatan melatih otak untuk berfikir dalam menciptakan hal-hal yang baru. Metode ini juga mendorong setiap orang untuk bisa mengungkapkan isi pikirannya yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa ada kritik atau sanggahan.

Begitu juga pemahaman mengenai pelaksanaan metode brainstorming, dan pemahaman mengenai keunggulan dan kelemahan dari metode brainstorming, Berdasarkan hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa pemahaman guru mengenai pelaksanaan metode brainstorming sudah sangat baik sekali dan sudah betul-betul paham, dimana pada metode brainstorming ini, guru hanya memberikan pengantar materi dan melihat jalan pikiran yang disampaikan oleh siswa. Begitu pula untuk pemahaman tentang keunggulan dari metode brainstorming, yang mana ditandai dengan adanya persaingan, persaingan yang sehat, dimana siswa berebutan ingin menyampaikan ide-ide yang dimilikinya. Jadi, tidak ada istilah siswa yang merasa ketertinggalan dalam pembelajaran. Memang, pada awal-awal pembelajaran, guru sudah menekankan hal yang seperti itu, yang mana siswa ikut aktif dalam pembelajaran, namanya juga belajar, benar salahnya itu adalah hal biasa. Pernyataan tersebut sesuai dengan keunggulan dari metode brainstorming, salah satunya adalah mendorong semua siswa untuk mengajukan ide yang baru dan terjadinya kompetisi atau persaingan yang sehat.

   

Pelaksanaan dan Efektivitas Metode Brainstorming dalam Pembelajaran

Pelaksanaan Metode Brainstorming dalam Pembelajaran

Pelaksanaan metode brainstorming hampir sama dengan pelaksanaan metode diskusi. Namun, dalam metode brainstorming, siswa hanya menyampaikan ide-ide yang sesuai dengan pikirannya, tanpa ada kritik atau sanggahan apapun. Tujuannya adalah agar siswa bebas mengungkapkan idenya dan merangsang ide kreatifnya. Hal ini ada keterkaitan dengan apa yang diterapkan oleh guru Aqidah Akhlak, dimana yang dilakukan pada langkah pertama adalah menjelaskan materi dan membagikan materi kepada siswa. Langkah kedua, guru memilih salah satu siswa untuk menjadi pemateri yang akan menjelaskan materi, kemudian ada sesi tanya jawab. Langkah ketiga, guru mempersilahkan seluruh siswa untuk mengemukakan pendapatnya serta argumentasi yang dimilikinya, sehingga diskusi menjadi hidup dan menyenangkan di kelas. Dengan demikian, kemampuan berpikir siswa dapat terasah dan guru berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

Efektivitas Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran

Metode brainstorming sangat berguna dan ada efektif diterapkan dalam pembelajaran. Karena, pada metode tersebut dapat melatih kreativitas antar siswa dan melatih siswa untuk bersuara dan menyampaikan pendapatnya. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di MAN 1 Kota Sungai Penuh yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di setiap Kelas X, peneliti melihat bahwa sudah terdapat beberapa atau bahkan semua siswa yang sudah memiliki keaktifan dalam belajar. Artinya, penerapan metode ini sudah dapat dikatakan berhasil dalam pembelajaran, karena siswa sudah mulai membiasakan diri secara aktif dan berani untuk belajar dan mengemukakan gagasan, tanpa terpaku pada buku sumber belajar. Dari observasi tersebut dapat ditunjukkan bahwa semua siswa telah mencapai target indikator keaktifan, iwalaupun imasih iada beberapa siswa, bahkan sedikit siswaiyang masih malu-malu untuk mengemukakan ide pikirannya, dikarenakan siswa takut salah. Seiring berjalannya waktu, siswa sudah mulai terbiasa untuk belajar secara aktif.

 

Kendala atau Hambatan dalam Proses Belajar di Kelas dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar dengan Menggunakan Metode Brainstorming, Baik Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, Maupun Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi

Kendala atau Hambatan dari Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dalam Proses Belajar di Kelas Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar dengan Menggunakan Metode Brainstorming

Berdasarkan temuan di lapangan sekaligus melakukan observasi,  peneliti menemukan ada sedikit kendala guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa di Kelas X MAN 1 Kota Sungai Penuh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum, kendala yang terjadi adalah adalah rasa jenuh, jenuh dalam arti kata, bukan membosankan. Seperti yang diketahui bahwa perasaan bosan, jenuh, dan lain-lain, merupakan permasalahan yang sering dialami dalam pembelajaran. Salah satu pilihan metode pembelajaran yang memungkinkan untuk siswa mengaktifkan keaktifan belajar adalah dengan menggunakan metode brainstorming dengan model diskusi, sebab dengan diskusi, kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalkan melalui kerja kelompok, sehingga dapat memberdaya, mengasah, menguji, dan mengembangkan gagasannya berkesinambungan.

Adapun kendala lainnya yang dirasakan guru dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan metode brainstorming adalah Guru sulit membaca situasi kondisi, dan waktu pembelajaran didalam kelas, sehingga banyak siswa yang serasa bosan, sulitnya menekankan kepada siswa untuk bisa berargumen atau memberi pendapat terhadap pertanyaan dari guru, lemahnya penguatan kepada siswa agar siswa lebih antusias dan semangat dalam pembelajaran.

Hambatan tersebut dapat diatasi dengan cara, harus bisa membaca situasi, kondisi, dan waktu pembelajaran didalam kelas, dan juga menekankan kepada siswa untuk bisa berargumen atau memberi pendapat terhadap pertanyaan dari guru, meskipun pendapat itu salah. Suatu hal yang terpenting adalah jika seorang guru atau ketua kelas bisa membaca situasi dan menguasai kelas dengan baik untuk mencari solusi. Guru harus mampu menjadi penengah sekaligus mengatur situasi sebaik mungkin di dalam kelas.

Kendala atau Hambatan Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi dalam Proses Belajar di Kelas untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar dengan Menggunakan Metode Brainstorming

Berdasarkan temuan di lapangan sekaligus melakukan observasi, peneliti juga menemukan ada sedikit kendala yang dihadapi oleh siswa Kelas X MAN 1 Kota Sungai Penuh dalam proses belajar di kelas untuk meningkatkan keaktifan belajar, salah satunya adalah siswa yang kesulitan dalam mengungkapkan tanggapannya terhadap suatu permasalahan. Penyebabnya adalah siswa kebingungan dalam mengungkapkan kata-kata yang mewakili idenya. Selain karena hal tersebut, bisa juga karena siswa merasa takut jika pendapat yang disampaikan itu tidak valid, merasa minder, dan yang sering terjadi adalah rasa malu dari siswa apabila ditertawakan siswa lainnya. Hal ini merupakan hal yang cukup lumrah dan sesuatu yang wajar yang sering ditemui dalam proses pembelajaran. Dari hasil yang telah dijelaskan tersebut, dapat diambil penjelasan bahwa kendala umum yang terjadi dari penerapan metode brainstorming ini merupakan kendala yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri.

Seperti yang terjadi pada Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sungai Penuh yang mana dari hasil yang didapatkan melalui wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, hampir semua kendala yang dihadapi telah dihandle dengan baik oleh guru Aqidah Akhlak dalam menerapkan metode brainstorming pada pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sungai Penuh dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, khususnya siswa kelas X.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pemahaman guru tentang metode pembelajaran brainstorming dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas X telah menunjukkan pemahaman yang sangat baik dan sepenuhnya mengerti. Guru telah memahami bahwa metode brainstorming adalah penyampaian pendapat, argumen, dan ide-ide yang keluar dari mulut siswa tanpa adanya penilaian benar atau salah. Selain itu, pelaksanaan metode brainstorming dilakukan dengan langkah-langkah yang terstruktur, seperti memberikan apersepsi kepada siswa, menjelaskan materi, membagi siswa menjadi kelompok, dan melakukan diskusi kelompok. Efektivitas metode ini juga terlihat dari tercapainya indikator keaktifan belajar, seperti siswa menjawab pertanyaan, mendengarkan dengan seksama, saling membantu antar kelompok, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Namun, terdapat kendala dalam proses belajar, baik dari guru maupun siswa. Guru menghadapi kendala berupa kejenuhan siswa saat pembelajaran berlangsung, sementara siswa merasa takut salah dan kurang persiapan. Meskipun demikian, kendala ini dapat diatasi dengan perencanaan pembelajaran yang baik dan pembiasaan siswa untuk berfikir serta mengajukan pendapat.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ali, S. N. (2018). Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Kolaka. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 4 (2), 127–144.

Amin, D. N. F. (2016). Penerapan Metode Curah Gagasan (Brainstorming) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa. Pendidikan Sejarah, 5.

Fatah, M. A., & Zumrotun, E. (2023). Implementasi Projek P5 Tema Kewirausahaan Terhadap Kemandirian Belajar Di Sekolah Dasar. Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 6(2), 365–377.

Hariandi, A., & Cahyani, A. (2018). Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Inkuiri Di Sekolah Dasar. Gentala Pendidikan Dasar, 3, 353–371.

Juhji, J. (2016). Peran urgen guru dalam pendidikan. Studia Didaktika: Jurnal Ilmiah Bidang Pendidikan, 10(01), 51–62.

Mukrimah, S. S. (2014). 53 Metode Belajar dan Pembelajaran. UPI.

Novita, T. (2021). Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Menggembangkan Kemampuan Menulis Cerpen Pada Siswa Ix A Di Smp Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Iain Bengkulu.

Nurdin, A., & Damairi, M. U. (2021). Hadis Tarbawi : Nilai-nilai Pendidikan dalam Hadis Nabi. Lintas Nalar.

Nurdin, S., & Adriantoni. (2019). Profesi Keguruan. Raja Grafindo Persada.

Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.

Putri, D. P. (n.d.). Pendidikan karakter pada anak sekolah dasar di era digital.

Saputro, N. (2018). Pengaruh Penggunaan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Tematik Siswa kelas IV SDN 1 Surabaya Bandar Lampung.

Simunara, S. (2020). Pengaruh Metode Pembelajaran Brainstorming (Curah Gagasan) Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Terpadu Bustanul Arifin Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. JIM : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 5(4), 243.

Slamet, N. (2021). Etika Murid Terhadap Guru (Kajian Terjemah Risalah Qusyairiyah Karya Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi An-Naisaburi). IAIN Purwokerto.

Taufik, R., Hustim, R., & Nurlina, N. (2014). Penerapan Pembelajaran Partisipatif Metode True-False Dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 17 Bulukumba. Jurnal Pendidikan Fisika, 2(3), 245–260.

Zebua, R. S. Y., & Setiawan, A. (2020). Tafsir Ayat-Ayat Al-Quran tentang Konsep Metode Pembelajaran (Panduan Pengembangan Metode Pembelajaran) (Second). Google Books. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.13478.04162

 

 

Copyright holder:

Sumirah, Satya Wiranata, Zawaqi Afdal Jamil (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: