Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 2, Februari 2024

 

PENGARUH MAKROEKONOMI DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

 

Putri Mahardika Rusadi, Rusdi Hidayat Nugroho

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Perkembangan ekonomi di Indonesia mengalami siklus pasang surut akibat pergerakan yang tidak stabil. Aktivitas masyarakat mengalami kesulitan hingga bergantung pada dana darurat selama terjadi pandemi COVID-19. Investasi menjadi perencanaan keuangan yang tepat dalam pemulihan ekonomi nasional. Dari beberapa sub sektor di Bursa Efek Indonesia, sub sektor perbankan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional sebagai perantara penghimpunan dana antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana serta jasa lainnya. Namun, harga saham perusahaan sub sektor perbankan berfluktuasi karena faktor ekonomi makro dan riwayat perdagangan pasar, sehingga investor memerlukan informasi dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 hingga 2021. Jenis penelitian ini adalah asosiatif kuantitatif dengan sumber data sekunder. Jumlah populasi sebanyak 46 perusahaan sub sektor perbankan dengan teknik purposive sampling menjadi 24 perusahaan. Data penelitian menggunakan data time series dari bulan Januari 2017 hingga Desember 2021 sebanyak 60 data. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan pengujian hipotesis menggunakan uji-F dan uji-t pada program SPSS versi 26. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham secara bersama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai tukar USD/IDR berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Sedangkan jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci: Harga Saham; Kurs USD/IDR; Jumlah Uang Beredar; BI-7 Day (Reverse) Repo Rate; Volume Perdagangan Saham

 

Abstract

Economic development in Indonesia is experiencing a tidal cycle due to unstable movements. Community activities have experienced difficulties to rely on emergency funds during the COVID-19 pandemic. Investment becomes the right financial planning in the recovery of the national economy. Of the several subsectors on the Indonesia Stock Exchange, the banking subsector is the engine of national economic growth as an intermediary for raising funds between parties who have excess funds and parties who lack funds and other services. However, the share prices of banking subsector companies fluctuate due to macroeconomic factors and market trading history, so investors need information in making investment decisions. This study aims to determine and analyze the effect of the USD/IDR exchange rate, money supply, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate and stock trading volume on stock prices of banking sub-sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2017 to 2021. Type This research is quantitative associative with secondary data sources. Total population of 46 banking sub-sector companies using purposive sampling technique is 24 companies. The research data uses time series data from January 2017 to December 2021 as many as 60 data. The data analysis technique uses multiple linear regression analysis with hypothesis testing using the F-test and t-test in the SPSS version 26 program. The results of the analysis show that the USD/IDR exchange rate, money supply, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate and trading volume shares together have a significant effect on stock prices. The USD/IDR exchange rate has a significant negative effect on stock prices. Meanwhile, the money supply, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate and stock trading volume have a significant positive effect on stock prices.

Keywords: Stock Price; USD/IDR Exchange Rate; Total Money Supply; BI-7 Day (Reverse) Repo Rate; Stock Trading Volume

 

Pendahuluan

Indikator penting berdirinya negara yang kuat adalah melalui faktor ekonominya. Namun, perkembangan ekonomi negara dapat mengalami siklus pasang surut hingga terjadi penurunan karena pegerakan ekonomi yang kurang stabil. Fakta terjadi oleh negara Indonesia yang mengalami deflasi dengan tingkat inflasi sebesar 1,68% pada awal kuartal II tahun 2020 karena pandemi COVID-19 sehingga perusahaan kesulitan pembiayaan operasional, berkurangnya pendapatan masyarakat hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini dipertegas oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat bahwa pandemi COVID-19 selama 2 tahun menyebabkan perekonomian Indonesia pada triwulan II tahun 2020 terhadap triwulan II tahun 2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -5,32% (y-on-y).

Dalam skala besar, kinerja perusahaan terjadi pembatasan mobilitas dan produksi akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan ketergantungan terhadap dana darurat. Investasi menjadi keputusan perencanaan keuangan yang tepat untuk memanfaatkan dana pada kondisi yang tidak pasti. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa investasi berperan dalam pemulihan ekonomi nasional melalui pertumbuhan daya beli yang berdampak positif pada produksi bisnis. Konsep utama investasi ialah pendanaan jangka panjang untuk mengalahkan inflasi yang cenderung meningkat setiap tahun. Dalam memudahkan pelaksanaannya, tercipta pasar modal untuk mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Pasar modal sebagai sumber tambahan modal perusahaan dan pendapatan yang menguntungkan bagi investor (Rahmah, 2019).

Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai lembaga pasar modal di Indonesia mewadahi transaksi efek dari pihak-pihak yang memperdagangkan efek. Salah satu instrumen investasi yang populer diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham sebagai akomoditas keuangan untuk tambahan dana agar modal perusahaan semakin kuat kedepannya (Paningrum, 2022). Saham sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau badan dalam perusahaan. Pemegang saham akan memperoleh keuntungan sebagai kewajiban yang harus diterima seperti dividen setiap tahun, capital gain sebagai keuntungan atas penjualan saham dengan harga yang lebih tinggi serta hak suara dalam melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan klasifikasi sektor industri yakni IDX Industrial Classification (IDX-IC) menjadi 12 sektor yang meliputi sektor energi, barang baku, perindustrian, barang konsumen primer, barang konsumen non-primer, kesehatan, keuangan, properti dan real estate, teknologi, infrastruktur, transportasi dan logistik serta produk investasi tercatat. Dalam sektor keuangan, terdapat sub sektor perbankan yang berperan penting menjadi engine of growth laju perekonomian Indonesia sebagai perantara penghimpun dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkan kembali kepada pihak yang kekurangan dana (lack of fund) serta menyediakan jasa lainnya.

Beberapa tahun terakhir sub sektor perbankan mengalami perkembangan signifikan. Perbankan menjadi industri yang kompetitif karena kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan layanan, tempat operasional serta suku bunga deposito. Tujuannya untuk membangun sistem perbankan yang efisien sesuai kebutuhan masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa perbankan tangguh menopang pemulihan ekonomi nasional hingga pasca pandemi COVID-19 saat ini. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan aset industri perbankan di Indonesia yang meningkat 37,8% dalam lima tahun terakhir yaitu dari Rp7,3 Triliun di bulan Januari 2017 menjadi Rp10,112 Triliun di bulan Desember 2021 sehingga berkontribusi sebesar 59,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Pergerakan harga saham perusahaan sub sektor perbankan tidak terlepas dari adanya gejolak atau fluktuasi yang tidak stabil karena tinggi rendahnya investor dalam melakukan penawaran dan permintaan di pasar modal (Ambarwati et al., 2019). Dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian, investor memerlukan informasi perusahaan atau analisis harga saham melalui faktor makroekonomi hingga data historis saham di pasar modal. Salah satu faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan yaitu kurs USD/IDR karena US Dollar merupakan mata uang dunia dari negara Amerika Serikat dengan perekonomian yang kuat. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Restiawan & Asytuti (2020) dan Ilmi (2017) bahwa kurs USD/IDR berpengaruh negatif signifikan yakni harga saham dapat menurun jika kurs USD/IDR terdepresiasi. Sedangkan, Rahmayanti & Farida (2022) menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Gambar 1. Grafik Data Kurs US Dollar terhadap Rupiah Tahun 2017 – 2021

(Sumber: www.kemendag.co.id)

Berdasarkan gambar 1, diketahui Kurs USD/IDR di Indonesia pada periode tahun 2017 hingga 2021 mengalami pergerakan setiap bulan. Nilai rupiah terkuat pada bulan Juni 2017 sebesar Rp13.319,-. Sedangkan nilai rupiah melemah sepanjang tahun 2020 dengan titik terendah pada bulan Maret sebesar Rp16.367,- sebagai salah satu dampak pandemi COVID-19 lalu sehingga harga saham dipengaruhi oleh kurs yang terdepresiasi. Namun, nilai rupiah pada tahun 2021 menguat kembali karena meningkatnya kepercayaan investor asing kepada Indonesia serta sinergi kebijakan antara pemerintah dengan BI dan OJK untuk stabilitas ekonomi Indonesia.

Jumlah uang beredar juga berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Peredaran uang yang di luar kendali bisa menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan ekonomi negara. Selain itu, jika jumlah uang beredar rendah akan mengakibatkan kelesuan di pasar modal karena menurunnya permintaan investasi. Kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dengan mengupayakan pengontrolan peredaran uang dan suku bunga Bank Indonesia agar tidak kekurangan atau berlebihan (Sancaya, 2019).  Restiawan & Asytuti (2020) serta Iskak & Iswara (2021) menyatakan bahwa investor dapat lebih percaya diri saat jumlah uang beredar yang banyak karena dapat lebih mudah berinvestasi.

Gambar 2. Grafik Data Jumlah Uang Beredar Tahun 2017 – 2021

(Sumber: www.bps.co.id)

Pada gambar 2 menandakan titik terendah jumlah uang beredar terjadi pada bulan Januari 2017 sebesar Rp4.936.882 Miliar. Peredaran uang sempat mengalami perlambatan pada bulan April hingga Juni 2018 karena rendahnya pertumbuhan aktiva dalam negeri. Sedangkan titik tertinggi pada bulan Desember 2021 sebesar Rp7.870.453 Miliar karena kenaikan kredit bank sentral kepada bank dan lembaga lainnya sehingga peredaran uang meningkat.

Faktor lain yang juga menarik perhatian investor dalam keputusan berinvestasi adalah suku bunga dengan harapan mendapatkan keuntungan dari hasil membeli saham tersebut. Sejak 19 Agustus 2016, Bank Indonesia mengimplementasikan suku bunga acuan baru yaitu BI-7 Day (Reverse) Repo Rate untuk penguatan pengelolaan kebijakan moneter. Pasar keuangan, lembaga perbankan, sektor rill hingga aktivitas di pasar modal secara cepat dipengaruhi kebijakan tersebut. Restiawan & Asytuti (2020) serta Rahmayanti & Farida (2022) menyebutkan suku bunga Bank Indonesia berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Investor dapat mengalihkan dananya pada instrumen saham karena bunga yang ditawarkan rendah (Bentellu, 2021).

Gambar 3. Grafik Data BI-7 Day (Reverse) Repo Rate Tahun 2017 – 2021

(Sumber: www.bi.co.id)

Berdasarkan gambar 3, pergerakan BI-7 Day (Reverse) Repo Rate cenderung mengalami penurunan 5 tahun terakhir. Kuartal IV tahun 2018 hingga kuartal II tahun 2019 merupakan tingkat tertinggi dengan angka 6.00% sebagai pemicu masyarakat untuk menempatkan dananya di instrumen keuangan.  Sedangkan kuartal ke I tahun 2021 hingga kuartal IV tahun 2021 menjadi tingkat terendah sebesar 3.50% sejalan dengan stimulus kebijakan moneter untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham ialah volume perdagangan untuk mengetahui data historis pasar yang mencerminkan kekuatan antara supply dan demand sebagai bentuk manifestasi tingkah laku investor (Sinurat & Ilham, 2021). Semakin banyak investor yang berinvestasi pada perusahaan, akan meningkatkan volume perdagangan yang berdampak pada peningkatan harga saham. Harga saham dapat jatuh saat penawaran lebih tinggi dibandingkan permintaan, sehingga volume perdagangan saham memengaruhi arah gerak harga saham (Adnyana, 2020). Teori ini didukung oleh hasil penelitian Pakaya & Tasik (2021) bahwa volume perdagangan berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan Hutasoit & Hutabarat (2022) menyebutkan volume perdagangan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

Gambar 4. Grafik Data Volume Perdagangan Saham Perusahaan Sub Sektor Perbankan Tahun 2017 – 2021

(Sumber: www.idx.co.id)

Pada gambar 4 dapat dilihat volume perdagangan saham perusahaan sub sektor perbankan periode tahun 2017 hingga 2021 mengalami fluktuasi dan sempat mengalami peningkatan tajam pada awal tahun 2021. Volume perdagangan saham terkecil terjadi pada bulan September 2018 sebesar 3.812.600 lembar saham. Sedangkan volume perdagangan saham terbesar terjadi pada bulan Februari 2021 yaitu sebesar 158.482.042 lembar saham.

Informasi utama yang wajib diketahui investor dalam melihat kinerja perusahaan adalah harga saham. Harga saham dibentuk dari mekanisme permintaan dan penawaran di bursa (Safuridar & Asyuratama, 2018). Harga saham dapat berubah akibat permintaan dan penawaran yang naik dan turun oleh pembeli dan penjual saham (Rachmawati, 2018). Rata-rata harga saham perusahaan sub sektor perbankan mengalami gejolak atau fluktuasi selama 5 tahun terakhir.

Gambar 5. Grafik Data Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Perbankan Tahun 2017 – 2021

(Sumber: www.idx.co.id)

Berdasarkan gambar 5 diketahui rata-rata harga saham sub sektor perbankan mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir. Rata-rata harga saham tertinggi terjadi pada bulan Maret 2019 sebesar Rp1.805,-. Sedangkan rata-rata harga saham menurun drastis menyentuh angka Rp966,- pada bulan Maret 2020 dengan adanya krisis ekonomi di Indonesia. Namun, harga saham kembali mengalami tren kenaikan hingga pasca pandemi COVID-19.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 hingga 2021.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2019). Jenis penelitian asosiatif sebagai pengindentifikasi pengaruh secara simultan dan parsial dari variabel bebas yang terdiri dari kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham terhadap variabel terikat yaitu harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 - 2021. Pendekatan kuantitatif untuk meneliti populasi atau sampel serta analisis data yang bersifat kuantitatif atau statistik dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2019).

Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian yaitu kurs USD/IDR dan jumlah uang beredar dengan skala pengukuran rasio satuan rupiah (Rp) berdasarkan data perbulan dari tahun 2017 hingga 2021. BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dengan skala pengukuran rasio berupa persentase (%) berdasarkan publikasi suku bunga perbulan dari tahun 2017 hingga 2021. Volume perdagangan saham dengan skala pengukuran rasio berupa satuan poin berdasarkan publikasi aktivitas perdagangan saham di akhir bulan dari tahun 2017 hingga 2021. Harga saham dengan skala pengukuran rasio satuan rupiah (Rp) berupa harga saham penutupan (closing price) perbulan dari tahun 2017 hingga 2021.

Jenis data penelitian yaitu data runtut waktu (time series) dalam waktu bulanan dari periode bulan Januari 2017 hingga Desember 2021 sehingga diperoleh sampel data sejumlah 60 data. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dengan teknik dokumentasi yang meliputi data kurs USD/IDR dari website resmi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, data jumlah uang beredar dari website resmi Badan Pusat Statistik, data BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dari website resmi Bank Indonesia, data volume perdagangan saham dari website resmi Bursa Efek Indonesia serta data harga saham perusahaan dari platform pasar finansial internasional. Populasi penelitian mencakup 46 perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2017 hingga 2021 dan terdapat 24 perusahaan sebagai sampel penelitian.

Alat untuk menganalisis data penelitian menggunakan Statistical Product and Services Solution (SPSS) versi 26 dengan teknik pengambilan sampel yakni purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu. Karakteristik tersebut diantaranya perusahaan yang tergabung dalam papan utama sub sektor perbankan, saham aktif diperdagangkan, tidak dikeluarkan (delisting) serta masuk kembali (relisting), tidak mengalami corporate action yang mengacu pada aktivitas pemecahan saham (stock split) serta menyajikan data pasar yang lengkap sesuai dengan variabel dan periode yang diteliti.

Teknik analisis data menggunakan teknik asumsi klasik untuk mengetahui tingkat nilai variabel pada pemodelan dalam analisis regresi linier berganda atau mendeteksi keberadaan multikolineritas, heteroskedastisitas, autokolerasi, dan normalitas dalam hasil estimasi. Teknik analisis regresi linear berganda untuk menguji besaran pengaruh kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan. Koefisien determinasi (R2) mengukur tingkat kejauhan variasi variabel terikat pada suatu model (Ghozali, 2018). Penggunaan uji F (simultan) digunakan dalam pengujian hipotesis bahwa seluruh variabel bebas memengaruhi variabel terikat (Bahri, 2018). Sedangkan penggunaan uji T (parsial) untuk mendeteksi pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat (Bahri, 2018). Apabila nilai signifikansi uji t < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Kurs USD/IDR, Jumlah Uang Beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Harga Saham

Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui adanya pengaruh variabel bebas yang meliputi kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham terhadap variabel terikat yaitu harga saham perusahaaan sub sektor perbankan melalui uji analisis linear berganda.

Tabel 1. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

(Sumber: Data diolah peneliti)

Konstanta (β0) sebesar 2389,436 berarti bahwa pada variabel bebas konstan tidak terdapat perubahan sehingga variabel terikat memiliki nilai 2389,436 satuan. Nilai koefisien regresi (β1) variabel kurs USD/IDR yakni -0,184 berarti bahwa jika variabel kurs USD/IDR mengalami kenaikan satu satuan, penurunan terjadi pada harga saham sebesar 0,184 dengan anggapan variabel bebas yang lain konstan. Nilai koefisien regresi (β2) variabel jumlah uang beredar yakni 9,403E-5 menunjukkan jika terjadi peningkatan satu satuan pada jumlah uang beredar, maka harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 9,403E-5 dengan anggapan variabel bebas yang lain konstan. Nilai koefisien regresi (β3) variabel BI-7 Day (Reverse) Repo Rate yakni 21835.099 menunjukkan jika BI-7 Day (Reverse) Repo Rate mengalami kenaikan satu satuan, maka peningkatan juga terjadi pada harga saham sebesar 21835.099 dengan anggapan variabel bebas yang lain konstan. Nilai koefisien regresi (β4) variabel volume perdagangan saham yakni 2.467E-6X4 menunjukkan jika volume perdagangan saham mengalami peningkatan satu satuan, maka kenaikan terjadi pada harga saham sebesar 2.467E-6X4 dengan anggapan variabel bebas yang lain konstan. e memperlihatkan variabel yang mengganggu maupun standar error selain dalam model penelitian.

 

Tabel 2. Hasil Koefisien Determinasi

(Sumber: Data diolah peneliti)

            Berdasarkan tabel 2 dapat diperoleh hasil regresi linear dengan nilai R square = 0,508 yang menunjukkan bahwa sebesar 50,8% harga saham dapat dipengaruhi oleh kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham. Sebagai sisanya, harga saham bisa dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada model penelitian ini yaitu sebesar 49,2%.

 

Tabel 3. Hasil Uji F

(Sumber: Data diolah peneliti)

Hipotesis pertama (H1) penelitian ini menyatakan bahwa kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 - 2021. Hal ini dijelaskan berdasarkan hasil pengujian uji statistik F (simultan) diperoleh tingkat signifikan 0,000 < 0,05 dan Fhitung dengan nilai 14,169 > Ftabel 2,540. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Slamet Ardi Restiawan & Rinda Asytuti (2020), Afrita Rahmayanti & Siti Ning Farida (2022), Leri Santoso Hutasoit & Francis Hutabarat (2022) dan Ananda Putri Pakaya & H.D. Hizkia Tasik (2021) dengan hasil bahwa variabel-variabel independen di dalamnya berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham.

Pengaruh Kurs/IDR Terhadap Harga Saham

Hipotesis kedua (H2) penelitian ini menyatakan bahwa kurs USD/IDR berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021. Hal ini dijelaskan pada hasil uji statistik t (parsial) diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan nilai t hitung sebesar -4,060 lebih kecil (<) dari t tabel sebesar -2,004. Dengan demikian Kurs USD/IDR berpengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat terjadi kenaikan pada kurs USD/IDR atau nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang menguat, maka terjadi kecenderungan investor dalam menanamkan modal pada instrumen saham sehingga terjadi peningkatan harga saham. Sebaliknya, saat penurunan terjadi pada kurs USD/IDR, kemungkinan peningkatan terjadi pada harga saham. Hasil ini mengindikasikan nilai Kurs dan harga saham berlawanan arah pada periode tahun 2017 hingga 2021. Derpresiasi nilai rupiah menandakan kondisi perekonomian mengalami perlambatan dikarenakan mengalami tekanan adanya apresiasi dollar. Nilai tukar yang lemah akan menjadikan investor kehilangan minat sehingga terjadi aksi jual dengan tujuan menarik dana kembali untuk meminimalisir risiko kerugian yang mengakibatkan harga saham melemah atau menurun. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang menyebabkan investor menunggu untuk melakukan investasi saham. Turunnya minat beli para investor dalam membeli saham menjadikan harga saham melemah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Slamet Ardi Restiawan & Rinda Asytuti (2020) yang menghasilkan adanya pengaruh negatif signifikan oleh nilai tukar USD/IDR terhadap harga saham. Sedangkan hasil tidak searah dengan penelitian dari Afrita Rahmayanti & Siti Ning Farida (2022) yang menyatakan bahwa terjadi pengaruh positif signifikan pada nilai tukar USD/IDR terhadap harga saham.

Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham

Hipotesis ketiga (H3) penelitian ini menyatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021. Hal ini dijelaskan pada hasil uji statistik t (parsial) diperoleh nilai signifikansi 0,033 < 0,05 dengan nilai t hitung sebesar 2,187 lebih besar (>) dari t tabel sebesar 2,004. Dengan demikian jumlah uang beredar berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021.

Gejolak pada harga saham perbankan diakibatkan oleh jumlah peredaran uang pada perekonomian sebagai salah satu faktor pola investasi secara makro (Rozak, 2017). Apabila jumlah uang beredar mengalami peningkatan, maka kenaikan akan terjadi pada harga saham sub sektor perbankan. Masyarakat akan menggunakan uangnya selain untuk bertransaksi yaitu untuk tujuan investasi melalui pembelian instrumen saham. Harga saham akan mengalami kelemahan apabila jumlah uang yang beredar menurun. Hasil penelitian ini mengindikasikan jumlah uang beredar mengalami kenaikan yang menandakan adanya kenaikan produktivitas perekonomian Indonesia. Kenaikan uang kartal memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan daya beli konsumsi masyarakat. Sementara disisi uang giral, kenaikan jumlah uang beredar memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan masyarakat dalam menyisihkan pendapatan mereka untuk ditabung atau diinvestasikan, setelah dikurangi dengan konsumsi mereka.

Hasil penelitian ini dikatakan searah dengan penelitian dari Slamet Ardi Restiawan & Rinda Asytuti (2020) yang menghasilkan bahwa jumlah uang beredar memiliki efek positif signifkan terhadap harga saham. Namun, berbeda dengan penelitian dari Kevin Jehezkiel Muntu (2020) yang menghasilkan adanya pengaruh negatif yang signifikan oleh jumlah uang beredar terhadap harga saham.

Pengaruh BI-7 Day (Reverse) Repo Rate Terhadap Harga Saham

Hipotesis keempat (H4) penelitian ini menyatakan bahwa BI-7 Day (Reverse) Repo Rate berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021. Hal ini dijelaskan pada hasil uji statistik t (parsial) diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan nilai t hitung sebesar 6,352 lebih besar (>) dari t tabel sebesar 2,004. Dengan demikian BI-7 Day (Reverse) Repo Rate berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021.

Penelitian ini menghasilkan bahwa kenaikan akan terjadi pada harga saham sub sektor perbankan apabila terdapat peningkatan pada BI-7 Day (Reverse) Repo Rate. Adanya pengalihan dana dalam bentuk simpanan di bank menjadikan meningkatnya permintaan terhadap saham-saham perusahaan sub sektor perbankan. Hal ini dikarenakan faktor tersebut memiliki sensitifitas tinggi pada acuan tingkat suku bunga bank sentral melalui nilai BI-7 Day (Reverse) Repo Rate (Rozak, 2017). Bank mampu menghasilkan lebih banyak pendapatan yang menjadikan harga sahamnya meningkat.  Namun harga saham perusahaan sub sektor perbankan juga dapat menurun saat BI-7 Day (Reverse) Repo Rate mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Priadi et al., (2021) serta Ah. Syahril Qisthi & Tony Seno Aji (2022) yang menghasilkan suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham bank. Hal ini didukung oleh Pramesti et al., (2020) bahwa adanya pengaruh positif signifikan dari suku bunga terhadap harga saham yang menandakan investor semakin berminat dalam berinvestasi pada instrumen saham. Sedangkan penelitian oleh Afrita Rahmayanti & Siti Ning Farida (2022) menghasilkan bahwa adanya pengaruh negatif yang signifikan oleh suku bunga terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan.

Pengaruh Volume Perdagangan Saham Terhadap Harga Saham

Hipotesis kelima (H5) penelitian ini menyatakan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021. Hal ini dijelaskan pada hasil uji statistik t (parsial) diperoleh nilai signifikansi 0,006 < 0,05 dengan nilai t hitung sebesar 2,876 lebih besar (>) dari t tabel sebesar 2,004. Dengan demikian volume perdagangan saham berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 – 2021.

Permintaan pada saham akan mengalami peningkatan saat terjadi kenaikan dari volume perdagangan saham sebagai tanda bahwa ada informasi yang bernilai positif (Bentellu, 2021). Artinya, investor yang berinvestasi pada sub sektor perbankan memerhatikan volume perdagangan saham. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan tajam pada volume perdagangan saham di tahun 2021 seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan saham sebagai bentuk ketertarikan dan optimisme investor terhadap pemulihan ekonomi nasional sehinga dari banyaknya investor yang menginginkan saham akan menaikkan harga saham tersebut.

Hasil penelitian ini searah dengan penelitian Ananda Putri Pakaya & H.D. Hizkia Tasik (2021) yang menghasilkan adanya pengaruh positif oleh volume perdagangan saham terhadap harga saham. Sedangkan, terdapat perbedaan hasil pada penelitian Leri Santoso Hutasoit & Francis Hutabarat (2022) yang menyatakan adanya pengaruh negatif oleh volume perdagangan saham terhadap harga saham.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian analisis secara simultan (uji-F), maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa Kurs USD/IDR, jumlah uang beredar, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate dan volume perdagangan saham secara bersama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 hingga 2021. Hasil analisis pengujian hipotesis secara parsial (uji-t), dapat disimpulkan bahwa Kurs USD/IDR berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham, jumlah uang beredar berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, BI-7 Day (Reverse) Repo Rate berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, serta volume perdagangan saham berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka terdapat saran dari peneliti yang dapat diberikan. Bagi para investor diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan investasi. Bagi perusahaan sub sektor perbankan diharapkan dapat secara konsisten memerhatikan faktor-faktor penyebab gejolak atau fluktuasi pada harga saham. Hal ini ditujukan untuk memberikan informasi dan meningkatkan kepercayaan investor agar tertarik dalam menanamkan modalnya pada saham perusahaan terkait. Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian serupa dengan objek penelitian yang berbeda atau dapat melakukan perbandingan dengan menambahkan variabel lain dalam kurun waktu atau periode tahun penelitian berbeda yang erat kaitannya dalam memengaruhi harga saham perusahaan go-public di Bursa Efek Indonesia.


 

 

BIBLIOGRAFI

 

Adnyana, I Made. (2020). “Manajemen Investasi dan Portofolio”. Jakarta: Lembaga Penerbitan Universitas Nasional.

Afrita Rahmayanti, & Siti Ning Farida. (2022). “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal. 4 (5).

Ambarwati, P., Enas, E., & Lestari, M. N. (2019). “Pengaruh Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada PT. Bank Central Asia Tbk, yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2017)”. Business Manajemen and Enterpreneurship Journal. 1 (2).

Bahri, Syaiful. (2018). “Metode Penelitian Bisnis Lengkap Dengan Teknik Pengolahan Data SPSS”. ANDI: Yogyakarta.

Bentellu, Regina Ayu Sangiang, & Sonang Sitohang. (2021). “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Volume Perdagangan Saham (Trading Volume Activity), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Harga Saham Perusahaan Subsektor Perbankan Periode 2015-2019”. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. 10 (1).

Fiki Priadi, Elfreda Aplonia Lau & Sunarto. (2021). “Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham PT Bank Mnc Internasional Tbk Periode 2014-2018”. DEDIKASI: Jurnal Ilmiah Sosial, Hukum, Budaya. 22 (2).

Ghozali, Imam. (2018). “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang

Ilmi, Maisaroh Fathul. (2017). “Pengaruh Kurs Nilai Tukar Rupiah Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan LQ45”. Jurnal Nominal. 6 (1).

Jamaludin Iskak, Adrian Iswara. (2021). “Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham Perusahaan.” Jurnal Paradigma Akuntansi. 3 (1).

Leri Santoso Hutasoit & Francis Hutabarat (2022). “Pengaruh Analisa Teknikal Terhadap Harga Saham Bank BUMN di Bursa Efek Indonesia Tahun 2020”. Jurnal Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. 4 (6).

Muntu, Kevin Jehezkiel. (2020). “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia, Nilai Tukar, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham”. Jurnal Bisnis Manajemen dan Ekonomi. 18 (2).

Pakaya, Ananda Putri, & H.D. Hizkia Tasik. (2021). “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Sub Sektor Food and Beverage antara Saham Syariah Malaysia dan Indonesia (Periode Semester I 2015 - Semester II 2019)”. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi. 9 (4).

Paningrum, S E Destina. (2022). “Buku Referensi Investasi Pasar Modal”. Kediri: Lembaga Chakra Brahmanda Lentera.

Pramesti, Ekayani & Jayanti. (2020). “Pengaruh Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Atas USD, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Marwadewa. 1 (2).

Priadi, Lau, & Sunarto. (2021). “Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham PT Bank MNC Internasional Tbk Periode 2014-2018”. Jurnal Ilmiah Sosial, Hukum, Budaya. 22 (2).

Qisthi & Aji. (2022). “Pengaruh Suku Bunga Acuan Terhadap Harga Saham Bank Mandiri Pada Tahun 2013-2020”. Independent Journal of Economics. 2 (1).

Rachmawati. (2018). “Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di LQ45 Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Media Akuntansi. 1 (1).

Rahmah, Mas. (2019). “Hukum Pasar Modal”. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Restiawan, Slamet Ardi & Rinda Asytuti. (2020). “Evaluasi Faktor Ekonomi Makro Dalam Mempengaruhi Harga Saham”. AKURASI: Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. 2 (1).

Rozak, Abdul. (2017). “Analisis Faktor Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar yang Berpengaruh Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan”. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis. 1 (2).

Safuridar, S., dan Asyuratama, Z. (2018). “Analisis Indikator Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Sektor Perbankan”. Jurnal Samudra Ekonomika. 2 (2).

Sancaya & Wenagama. (2019). “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Kurs Dollar Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia”. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan. 8 (4).

Sinurat, M., & Ilham, R. N. (2021). “Perdagangan Saham dan Good Corporate Governance”. Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani.

Sugiyono. (2019). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta, CV.

Tandelilin, Eduardus. (2017). “Pasar Modal: Manajemen Portofolio dan Investasi”. Yogyakarta: Kanisius.

                                                

Copyright holder:

Nama Author (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: