Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 5, Mei 2024            

 

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN EARNING PER SHARE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

 

Yunita Sari1*, Mayang Sari Edastami2

Universitas Esa Unggul, Jakarta, Indonesia1,2

Email: [email protected]1*, [email protected]2

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan (ROA, CR, dan DER) terhadap harga saham dengan EPS sebagai variabel intervening pada perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018 – 2022.  Terdapat 18 perusahaan yang dijadikan sampel dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sehingga total sampel yang dilakukan pengujian sebanyak 90 sampel.  Secara langsung, terdapat pengaruh negatif tidak signifikan ROA dan CR terhadap Harga Saham.  Secara langsung terdapat pengaruh positif tidak signifikan DER terhadap Harga Saham.  Secara langsung, terdapat pengaruh positif tidak signifikan CR dan DER terhadap EPS.  Secara langsung, terdapat pengaruh positif signifikan EPS terhadap Harga Saham.  Secara langsung, terdapat pengaruh positif signifikan ROA terhadap EPS.  Secara tidak langsung, ROA berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui EPS.  Di lain pihak, CR dan DER secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham melalui EPS.

Kata kunci: Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), harga saham

 

Abstract

This research aims to determine the effect of financial performance (ROA, CR, and DER) on share prices with EPS as an intervening variable in coal companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2018 - 2022. There are 18 companies sampled within a period of 5 (five) year so that the total samples tested were 90 samples.  Directly, there is an insignificant negative effect of ROA and CR on share prices. Directly, there is a positive and insignificant influence of DER on share prices. Directly, there is an insignificant positive effect of CR and DER on EPS. Directly, there is a significant positive influence of EPS on share prices. Directly, there is a significant positive influence of ROA on EPS. Indirectly, ROA has a significant effect on share prices through EPS. On the other hand, CR and DER indirectly have an insignificant effect on share prices through EPS.

Keywords: Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Share Price

 

Pendahuluan

Cadangan batubara Indonesia terbesar ke enam di dunia (4%) setelah Amerika Serikat (25%), Rusia (16%), Australia (15%), China (14%), dan India (10%).  Sumber daya batubara di Indonesia sebesar 149.049,58 juta ton dengan porsi terbesar berada di pulau Kalimantan (62,12%), selanjutnya Sumatera (37,69%), Papua (0,09%), Sulawesi (0,04%), Jawa (0,04%), dan terakhir Maluku (0,01%) (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, 2020).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setiap bulannya menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk memberikan transparansi dan kepastian dalam kegiatan pertambangan di Indonesia. (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2023)

 

Gambar 1. Harga Batubara Acuan 2018-2023

 

HBA bulan Januari 2018 ditetapkan sebesar 95,54 USD/ton cenderung stabil pada 89,53 USD/ton – 107,83 USD/ton.  Terjadi penurunan HBA di tahun 2019 hingga di titik 64,80 USD/ton pada bulan September 2019.  Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat berat karena stagnant demand, over supply, serta berkurangnya permintaan China dan India efek dari lockdown akibat pandemic Covid-19.  Optimalisasi penggunaan batubara domestik yanag dilakukan sejumlah negara dan pembatasan kuota impor turut menekan angka ekspor batubara Indonesia (Umah, 2021).  Pemerintah menetapkan HBA Januari 2020 sebesar 65.93 USD/ton hingga mengalami titik terendah sepanjang 3 tahun terakhir yaitu di angka 49,42 USD/ton di bulan September dan nilai tertinggi di bulan Maret sebesar 67,08 USD/ton. 

Tahun 2021 HBA berangsur naik hingga mencapai nilai tertinggi di bulan Oktober 2022 sebesar 330,97 USD/ton.  Hal ini terjadi karena ketegangan yang terjadi antara China dan Australia berdampak positif pada permintaan batubara ke Indonesia (Mudassir, 2021a).  Selain itu, permintaan China untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batubara domestik serta meningkatnya permintaan batubara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa karena tingginya harga gas alam (Mudassir, 2021b).  Beroperasinya PLTU Shanghaimiao di China (Fajrian, 2021) berbasis batubara dengan kapasitas 1.000 megawatt (MW) pun turut mendongkrak penjualan batubara.  China menargetkan membangun pembangkit listrik tenaga batubara hingga 260 GW (NEF, 2021) menjadi peluang besar bagi Indonesia terutama para investor untuk menginvestasikan dananya di sektor batubara yang tentunya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan subsektor batubara.  HBA di tahun 2023 cenderung menurun hingga mencapai titik terendah 123,96 USD/ton di bulan Oktober.

Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia membuat pemerintah mengeluarkan program pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan menyediakan berbagai stimulus ekonomi.  Di tahun 2020 Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan relaksasi waktu penyampaian Laporan Tahunan nomor KEP- 00089/BEI/10-2020 tanggal 15 Oktober 2020 (Bursa Efek Indonesia, 2020) yang sebelumnya tanggal 30 April menjadi tanggal 30 Juni (Bursa Efek Indonesia, 2021). 

BEI tanggal 28 April 2022 melakukan relaksasi kembali dengan KEP-00024/BEI/04-2022 yang menyatakan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan dan laporan tahunan diperpanjang selama satu bulan dari batas waktu penyampaian laporan (Bursa Efek Indonesia, 2022b).  Hal ini ditegaskan dalam Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang berakhir per 31 Desember 2021 No.: Peng-LK-00003/BEI.PP1/05-2022, No.: Peng-LK-00004/BEI.PP2/05-2022, dan No.: Peng-LK-00003/BEI.PP3/05-2022 yang menyatakan batas waktu penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang berakhir per 31 Desember 2021 adalah tanggal 9 Mei 2022 (Bursa Efek Indonesia, 2022a).

Seiring dengan penerbitan surat dari OJK nomor S-68/D.04/2023 perihal keberlakuan kebijakan relaksasi dalam menjaga kinerja dan stabilitas pasar modal akibat penyebaran corona virus disease 2019 (COVID-19) yang menegaskan agar peraturan bursa efek dikembalikan sebagaimana kondisi sebelum pandemi COVID-19 (tanpa relaksasi) dengan beberapa kondisi tertentu, BEI mengeluarkan KEP-00057/BEI/03-2023 tanggal 30 Maret 2023 perihal pencabutan kebijakan relaksasi batas waktu penyampaian laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan tercatat dan penerbit.  KEP-00057/BEI/03-2023 mencabut dan menyatakan tidak berlaku KEP-00024/BEI/04-2022 sehingga batas waktu penyampaian laporan keuangan dan laporan tahunan berakhir tanggal 31 Maret 2023.

Laporan keuangan dan laporan tahunan yang sudah disampaikan ke BEI kemudian digunakan oleh investor untuk melihat peluang investasi dengan cara melihat kinerja perusahaan dan prediksi harga saham yang akan terbentuk.  Dengan memperhatikan batas waktu penyampaian laporan keuangan dan laporan tahunan baik sebelum, saat, maupun sesudah relaksasi, penulis menggunakan data harga saham bulan Mei 2019 dan  2020, bulan Juli 2021, bulan Juni 2022, dan bulan April 2023. 

 

Gambar 2. Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Batubara 2019-2023

 

Rata-rata harga saham di tahun 2019 sebesar 3.827 dan mengalami penurunan di tahun 2020 menjadi 3.001.  Tahun 2021 rata-rata harga saham mulai bergerak naik menjadi 3.642,  lonjakan terjadi di tahun 2022 hingga mencatatkan rata-rata harga saham menjadi 9,600. Di bulan April 2023 terjadi penurunan menjadi 6.675.

Harga saham dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.  Kondisi ekonomi, politik, sosial, dan budaya merupakan faktor eksternal yang perlu diperhatikan.  Selain itu, kinerja perusahaan yang dicerminkan dari laporan keuangan sebagai faktor internal merupakan hal yang tak kalah pentingnya (Ardhana & Anwar, 2023).

Profitabilitas perusahaan menjadi salah satu daya tarik investor untuk melakukan investasi.  Salah satu indikator dalam mengukur profitabilitas adalah Return on Asset (ROA) karena berfokus pada kemampuan pengelolaan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba.  ROA berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap harga saham perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman (Hikmah et al., 2022).  Hal ini juga berlaku di perusahaan yang terdaftar pada LQ45 (Tarmizi et al., 2022) dan pada perusahaan consumer goods (Talia et al., 2023).  Namun, penelitian pada perusahaan LQ45 yang dilakukan oleh (Ardhana & Anwar, 2023) menyimpulkan bahwa profitabilitas kurang menunjukkan prospek masa depan perusahaan dengan karena adanya pengaruh positif tetapi tidak signifikan.  Pengaruh negatif tidak signifikan terjadi pada  pada perusahaan kosmetik dan barang keperluan rumah tangga (Sofyan, Frama Aditya et al., 2023) karena aset dikelola dengan kurang efektif dan efisien. 

Menurut (Tarmizi et al., 2022), (Hikmah et al., 2022), dan (Dhae, 2023) studi pada bank umum, baik secara parsial maupun simultan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS.  Hal ini berbeda dengan (Ardhana & Anwar, 2023) menghasilkan pengaruh yang arahnya negatif tidak signifikan pada ROA terhadap EPS. 

ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham melalui EPS sebagai variabel intervening (Tarmizi et al., 2022), (Hikmah et al., 2022), dan (Ardhana & Anwar, 2023) dengan arah negatif.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek tepat waktu antara lain diukur dengan Current Ratio (CR).  Sinyalemen positif akan terpancar jika CR perusahaan baik.  Berdasarkan penelitian (Mujaddidi, 2023) pada perusahaan otomotif dan komponen, CR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham berbeda halnya dengan (Samara, 2020), CR berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham.  Hal ini juga sejalan dengan (Ardhana & Anwar, 2023) yang menambahkan arah positif. 

CR berpengaruh tidak signifikan terhadap EPS (Samara, 2020) dan ditambahkan arah negatif (Ardhana & Anwar, 2023) karena banyak dana yang menganggur akibatnya keuntungan menjadi berkurang.  Secara tidak langsung, CR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham melalui EPS (Ardhana & Anwar, 2023).

Solvabilitas merupakan kemampuan perushaan untuk melunasi hutang.  Salah satu alat ukur yang digunakan adalah Debt to Equty Ratio (DER).  Semakin besar nilai solvabilitas maka beban hutang semakin besar.  Hal ini memberikan sinyal negatif kepada investor untuk tidak berinvestasi pada perusahaan tersebut.  DER berpengaruh signifikan  terhadap Harga Saham (Barohin, Faizunnazif Al & Nasution, 2023) dengan arah negatif dan (Sofyan, Frama Aditya et al., 2023) arah positif.  Pada penelitian yang dilakukan (Talia et al., 2023) dan (Samara, 2020), DER berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham. 

DER berpengaruh negatif signifikan terhadap EPS (Ardhana & Anwar, 2023).  Hal yang berbeda disampaikan oleh (Samara, 2020) bahwa DER tidak berpengaruh terhadap EPS.  Adapun penelitian pengaruh DER terhadap harga saham melalui EPS yang dilakukan (Ardhana & Anwar, 2023) ditemukan pengaruh dengan arah negatif tetapi signifikan

Earning per Share (EPS) merupakan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.  Dalam pengambilan keputusan melakukan investasi, investor cenderung mengikuti spekulasi, referensi kelompok tertentu dan pengalaman (Hikmah et al., 2022).  Menurut (Tarmizi et al., 2022), (Ardhana & Anwar, 2023), dan (Barohin, Faizunnazif Al & Nasution, 2023) dengan menambah arah positif EPS berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.  Lain halnya dengan (Samara, 2020), (Talia et al., 2023), dan (Hikmah et al., 2022) yang menyatakan EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham. 

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Penulis akan meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham dengan Earning per Share (EPS) sebagai variabel intervening pada Perusahaan Subsektor Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2022.  Kinerja keuangan yang dimaksud adalah profitabilitas menggunakan Return on Asset (ROA), likuiditas menggunakan Current Ratio (CR), dan solvabilitas menggunakan Debt Equity Ratio (DER).

 

Metode Penelitian

Desain Penelitian

Berdasarkan pengukuran dan analisis data, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang menggunakan rancangan penelitian tertutup dan sudah tersusun sempurna sejak awal (Sudaryono, 2021). Penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel independen yaitu Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham melalui variabel intervening Earning per Share (EPS).

Jenis dan sumber Data

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil data sekunder yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia melaui laman www.idx.co.id. Informasi yang dikumpulkan berupa laporan keuangan tahunan atau annual report perusahaan batubara periode 2018-2022.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan batubara yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2022 sejumlah 24 (dua puluh empat) perusahaan dengan sampel sebanyak 18 (delapan belas) perusahaan.

Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah menggunakan analisis regresi linier berganda dan Sobel Test untuk mengetahui seberapa besar pengaruh langsung maupun tidak langsung antara variabel independen (ROA, CR, dan DER) terhadap variabel dependen (Harga Saham) melalui variable intervening (EPS).

 

Hasil dan Pembahasan

Analisis Statistik Deskriptif

Pengukuran statistik deskriptif dilakukan untuk melihat gambaran umum jumlah data yang digunakan (n), nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), dan standar deviasi (std. Deviation) dari masing-masing variabel yaitu ROA, CR, DER, EPS, dan Harga Saham.  Berikut adalah hasil statistik deskriptif dari variabel yang digunakan.

 

                                                                                                                                           Tabel 1.    Uji Statistik Deskriptif

 

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

ROA

90

    (0.316)

         0.616

         0.127

          0.175

CR

90

       0.208

      10.074

         1.927

          1.693

DER

90

  (18.751)

      34.056

         1.698

          5.265

EPS

90

  (75.920)

 1,094.000

      33.558

      150.820

HARGA SAHAM

90

     50.000

77,950.000

 5,349.100

11,107.063

Valid N (listwise)

90

 

 

 

 

Sumber : data statistik diolah

 

Tabel 1. menunjukkan statistik deskriptif variabel penelitian.  Jumlah data yang diuji sebanyak 90 (sembilan puluh) sampel dari 18 (delapan belas) perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2022.  ROA menunjukkan nilai minimum (0,316) pada PT. Borneo Olah Sarana Sukses Tbk. di tahun 2021, nilai maximum 0,616 pada PT. Golden Energy Mines Tbk di tahun 2022, dan mean sebesar 0,127.  CR menunjukkan nilai minimum sebesar 0,208 pada PT. Atlas Resosurces Tbk tahun 2020, nilai maximum sebesar 10,074 pada PT. Harum Energy Tbk di tahun 2020, dan mean sebesar 1,927.  DER menunjukkan nilai minimum sebesar (18,751) pada PT. Borneo Olah Sarana Sukses Tbk. tahun 2022 dan nilai maximum sebesar 34,056 pada PT. Atlas Resources Tbk. di tahun 2018, dan mean sebesar 1,698.  EPS menunjukkan nilai minimum sebesar (75,920) pada PT. Borneo Olah Sarana Sukses Tbk. tahun 2020 dan nilai maximum sebesar 1.094 pada PT. Bukit Asam Tbk. di tahun 2022, dan mean sebesar 33,558.  Harga saham menunjukkan nilai minimum sebesar 50,00 pada PT. Bumi Resources Tbk. tahun 2019 dan nilai maximum sebesar 77.950,00 pada PT. Bayan Resources Tbk. di tahun 2021, dan mean sebesar 5.349,100. 

 

Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian untuk menilai sebaran data pada sampel kelompok data (variabel) apakah terdistribusi normal atau tidak.  Penelitian ini menggunakan uji  Kolmogorov Smirnov.  Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.  Setelah empat kali dilakukan uji normalitas atas 90 data sampel baru didapatkan data terdistribusi normal.  Hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov atas 24 (dua puluh empat) data ditunjukkan tabel berikut.

a.          Variabel independen (ROA, CR, dan DER) terhadap variabel intervening (EPS)

 

                                                                                                                            Tabel 2.    Uji Kolmogorov-Smirnov Model I

 

 

Unstandardized Residual

N

 

25

Normal Parameters a.b.

Mean

-.0004332

 

Std. Deviation

0.00629734

Most Extreme Differences

Absolute

.117

 

Positive

.117

 

Negative

-.085

Test Statistic

 

.117

Asymp. Sig. (2-tailed)

 

.200 c.d

Berdasarkan Tabel 3. diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 > 0,05 artinya data terdistribusi normal.

b.          Variabel independen (ROA, CR, dan DER) serta variabel intervening (EPS) terhadap variabel dependen (Harga Saham)

                                                                                                                                  Tabel 3.    Uji Kolmogorov-Smirnov Model II

 

 

Unstandardized Residual

N

 

25

Normal Parameters a.b.

Mean

-39.0900545

 

Std. Deviation

395.0215727

Most Extreme Differences

Absolute

.154

 

Positive

.154

 

Negative

-.113

Test Statistic

 

.154

Asymp. Sig. (2-tailed)

 

.128 c

Sumber: data statistik diolah

Tabel 3. menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,128 > 0,05 artinya data terdistribusi normal.

 

Uji Multikolineritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Pengujian ini dapat diketahui dengan melihat nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF).  Apabila nilai toleransce > 0,100 dan VIF <10 tidak terjadi multikolineritas.  Uji multikolineritas dilakukan 2 (dua) tahap yaitu

                                                                                                                                    Tabel 4.    Uji Multikolineritas Model I

Model

 

Tolerance

VIF

1

ROA

.919

1.088

 

CR

.919

1.088

 

DER

1.000

1.000

a.     Dependent Variable: EPS

 

Sumber: data statistik diolah

Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa nilai tolerance ROA sebesar 0,919 > 0,100, CR sebesar 0,919 > 0,100, dan DER sebesar 1,000 > 0,100.  Untuk nilai VIF ROA sebesar 1,088 < 10, CR sebesar 1,088 < 10, dan DER sebesar 1,000 < 10.  Dapat disimpulkan bahwa persamaan pertama dengan variabel dependen EPS tidak terjadi multikolineritas.

                                                                                                                                   Tabel 5.    Uji Multikolineritas Model II

Model

 

Tolerance

VIF

1

ROA

.678

1.476

 

CR

.914

1.094

 

DER

.982

1.018

 

EPS

.696

1.438

a.     Dependent Variable: HARGA SAHAM

Sumber: data statistik diolah

Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa nilai toleransi ROA sebesar 0,678 > 0,100, CR sebesar 0,914 > 0,100, DER sebesar 0,982 > 0,100, dan EPS sebesar 0,696 > 0,100.  Adapun nilai VIF ROA sebesar 1,476 < 10,00, CR sebesar 1,094 < 10,00, DER sebesar 1,018 < 10,00, dan EPS sebesar 1,438 < 10,00.  Artinya, tidak terjadi multikolineritas pada data yang diteliti.

 

Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.  Uji ini digunakan jika apabila model regresi memiliki ketidakcocokan antara satu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Dalam uji ini dikenal dengan dua keputusan. Jika hasil antara prediksi dengan residual membentuk suatu pola maka model regresi yang kita buat memiliki indikasi heteroskedastisitas.

Uji heterroskedastisitas yang digunakan adalah Uji Glejser.  Jika nilai signifikasnsi (Sig) > 0,05 maka tidak terjadi hetertokedastisitas dalam model regresi.  Namun apabila nilai signifikasi (Sig) < 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.

 

                                                                                                                                Tabel 6.    Uji Heteroskedastisitas Model I

Model

 

Unstandardized B

Coefficients Std. Error

Standardized Coefficients Beta

t

Sig.

1

(Constant)

.001

.002

 

-.297

.769

 

ROA

.018

.009

.357

1.959

.064

 

CR

.002

.001

.311

1.705

.103

 

DER

.002

.001

.267

1.525

.142

a.     Dependent Variable: ABS_RES

 

 

 

Sumber: data statistik diolah

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa nilai signifikansi ROA sebesar 0,064 > 0,05, CR sebesar 0,103 > 0,05, dan DER sebesar 0,142 > 0,05.  Disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada persamaan pertama.

                                                                                                                               Tabel 7.    Uji Heteroskedastisitas Model II

Model

 

Unstandardized B

Coefficients Std. Error

Standardized Coefficients Beta

t

Sig.

1

(Constant)

41.572

142.843

 

.291

.774

 

ROA

-2.449

804.905

-.001

-.003

.998

 

CR

-1.998

76.214

-.005

-.026

.979

 

DER

199.491

77.945

.477

2.559

.019

 

EPS

9000.777

7865.392

.253

1.144

.266

a.     Dependent Variable: ABS_RES1

 

 

 

Sumber: data statistik diolah

Berdasarkan Tabel 7, diperoleh nilai signifikansi ROA sebesar 0,998 > 0,05, CR sebesar 0,979 > 0,05, DER sebesar 0,019 <0,05, dan EPS sebesar 0,266 > 0,05.  Karena masih terdapat heterokedastisitas pada variabel DER, maka dilakukan transformasi data dengan logaritma natural (LN) terhadap variabel dependen DER. 

 

                                                                                                        Tabel 8.    Uji Heterokedastisitas Menggunakan LN Pada DER

Model

 

Unstandardized B

Coefficients Std. Error

Standardized Coefficients Beta

t

Sig.

1

(Constant)

.031

.058

 

.533

.600

 

ROA

-.153

.326

-.115

-.469

.644

 

CR

.059

.031

.400

1.896

.072

 

DER

.021

.032

.136

.667

.512

 

EPS

1.608

3.184

.122

.505

.619

a. Dependent Variable: ABS_RES2

 

 

 

Sumber: data statistik diolah

Berdasarkan Tabel 8. diperoleh nilai signifikasi untuk ROA sebesar 0,644 > 0,05, CR sebesar 0,072 > 0,05, DER sebesar 0,512 > 0,05, dan EPS sebesar 0,619 > 0,05.  Artinya, data terbebas dari heterokedastisitas karena nilai signifikansi > 0,05.

 

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah ada korelasi antara kesalahan peggunaan periode t dengan kesalahan penggunaan periode t-1 (sebelumnya) di dalam model regresi.  Gejala autokorelasi dapat dideteksi dengan uji Durbin-Watson (D-W).  Hasil pengujian Durbin Waatson dikataakan tidak terdapat autokorelasi jika dU < d < 4-dU.

Pengujian variabel dependen EPS menggunakan data (n) sebanyak 25 data dengan variabel bebas (k) sebanyak 3 variabel yaitu ROA, CR, dan DER.  Mengacu pada Tabel Durbin Watsondi Lampiran 5.4 dengan n = 25 dan k = 3 didapat nilai dL sebesar 1,1228 dan dU sebesar 1,6540. 

                                                                                                                                    Tabel 9. Uji Autokorelasi Durbin Watson Model I

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

.552a

.304

.205

.006645

1.099

a.     Predictors: (Constant), DER, ROA, CR

b.     Dependent Variable: EPS

 

 

Sumber: data statistik diolah

                                                                                                                                             Tabel 10. Perhitungan Durbin Watson

dL

dU

d

4-dU

4-dL

1.1228

1.6540

1.0990

2.3460

2.8772

Sumber: data statistik dan tabel Durbin Watson diolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai dU > d < 4-dU atau 1,6540 > 1,099 < 2,3460, artinya terdapat autokorelasi pada variabel independen EPS. Metode cochcrane-orcutt digunakan karena masih terdapat autokorelasi pada Model I.  setelah itu dilakukann kembali uji Durbin Watson dengan hasil sebagai berikut.

                                                                                                           Tabel 11. Uji Autokorelasi Durbin Watson Model I

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

.537a

.288

.182

.00478

2.131

a.     Predictors: (Constant), LAG_DER, LAG_CR, LAG_ROA

b.     Dependent Variable: LAG_EPS

 

Sumber: data statistik diolah

                                                                                                                         Tabel 12. Perhitungan Durbin Watson

dL

dU

d

4-dU

4-dL

1.1228

1.6540

2.1310

2.3460

2.8772

Sumber: data statistik dan tabel Durbin Watson diolah

 

Hasil perhitungan menunjukkan nilai dU < d < 4-dU atau 1,6540 < 2,1310 < 2,3460, artinya tidak terdapat autokorelasi. Uji autokorelasi Durbin Watson dengan variabel dependen Harga Saham menggunakan (n) sebanyak 25 data dengan variabel bebas (k) sebanyak 4 (empat) variabel yaitu ROA, CR, DER, dan EPS.  Tabel Durbin Watson dengan n = 25 dan k = 4, nilai dL sebesar 1,0381 dan dU sebesar 1,7666.

                                                                                                                                     Tabel 13. Autokorelasi Durbin Watson Model II

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

.889a

.790

.748

415.145

1.651

a.      Predictors: (Constant), EPS, DER, CR, ROA

b.     Dependent Variable: HARGA SAHAM

 

 

Sumber data statistik diolah

                                                                                                                                           Tabel 14. Perhitungan Durbin Watson

dL

dU

d

4-dU

4-dL

1.0381

1.7666

1.6510

2.2334

2.9619

Sumber: data statistik dan tabel Durbin Watson diolah

Hasil penelitian diperoleh nilai dL > d < dU atau 1,0381 < 1651 < 2,2334, artinya tidak terdapat autokorelasi pada variabel independen Harga Saham.

 

Uji Hipotesis

Uji hipotesis pengaruh secara langsung (hipotesis 1 sampai hipotesis 7) untuk variabel intervening menggunakan 2 model yaitu:

a.          Jalur Model I

                                                                                                                                                    Tabel 15. Jalur Model I

Model

 

Unstandardized B

Coefficients Std. Error

Standardized Coefficients Beta

t

Sig.

1

(Constant)

.001

.004

 

.263

.795

 

ROA

.052

.019

.520

2.737

.012

 

CR

.001

.002

.062

.327

.747

 

DER

.001

.002

.111

.612

.547

a.      Dependent Variable: EPS

 

 

 

Sumber: data statistik diolah

Dari di atas diketahui bahwa nilai signifikansi ROA sebesar 0,012 < 0,05 dan nilai t hitung sebesar 2,737, artinya ROA berpengaruh positif signifikan terhadap EPS.  Jika ROA naik maka EPS juga akan naik.  Nilai signifikansi CR sebesar 0,747 > 0,05 dan t hitung 0,327 maka CR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap EPS.  Dengan kata lain, kenaikan CR berbanding lurus dengan kenaikan EPS.  Nilai signifikansi DER sebesar 0,547 > 0,05 dan t hitung 0,612 menandakan bahwa DER berpengaruh positif tidak signifikan terhadap EPS.  Kenaikan DER berbanding lurus dengan dengan kenaikan EPS.

                                                                                                                                       Tabel 16. Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.552a

.304

.205

0.006645

a.     Predictors: (Constant): DER, ROA, CR

b.     Dependent Variable: EPS

 

Sumber: data statistik diolah

Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen (ROA, CR, dan DER) serta 1 variabel intervening (EPS) sehingga menggunakan nilai Adjusted R Square.  Berdasarkan Tabel 17, nilai Adjusted R Square sebesar 0,205.  Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh ROA, CR dan DER terhadap EPS sebesar 20,5%.  Sementara sisanya 79,5% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. 

 

b.       Jalur Model II

                                                                                                                                                    Tabel 17. Jalur Model II

Model

 

Unstandardized B

Coefficients Std. Error

Standardized Coefficients Beta

t

Sig.

1

(Constant)

152.128

257.709

 

.590

.562

 

ROA

-1142.921

1486.955

-.117

-.769

.452

 

CR

-43.327

137.013

-.041

-.316

.755

 

DER

185.677

141.790

.166

1.310

.206

 

EPS

104921.268

18457.250

.856

5.685

.000

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

 

 

 

Sumber: data statistik diolah

Nilai signifikansi ROA sebesar 0,452 > 0,05 dengan nilai t hitung (0,769) artinya ROA berpengaruh negative idak signifikan terhadap Harga Saham.  Kenaikan ROA berbanding terbalik dengan Harga Saham.  Nilai signifikansi CR sebesar 0,755 > 0,05 dan t hitung sebesar (0,316) artinya CR berpengaruh negative tidak signifikan terhadap Harga Saham.  Jika CR naik maka Harga Saham akan turun.  Dengan nilai signifikansi DER sebesar 0,206 > 0,05 dan t hitung sebesar 1,310, dikatakan bahwa DER berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Harga Saham.  Artinya, kenaikan DER berbanding lurus dengan Harga Saham.  Di lain pihak, nilai signifikansi EPS sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung 5,685 menunjukkan EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

 

                                                                                                                                        Tabel 18.Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.842a

.709

.648

429.51355

a.     Predictors: (Constant): EPS, CR, DER, ROA

b.     Dependent Variable: HARGA SAHAM

Sumber: data statistik diolah

Dari Tabel 18 didapat nilai Adjusted R Square sebesar 0,648 yang artinya pengaruh variabel independen (ROA, CR, dan DER) serta variabel intervening (EPS) terhadap variabel dependen (Harga Saham) sebesar 64,8%.  Kontribusi variabel lain sebesar 35,2% tidak dimasukkan dalam penelitian.

Pengaruh tidak langsung menggunakan Uji Sobel (Sobel Test) sebagaimana tabel berikut.

                                                                                                                                                    Tabel 19. Sobel Test

URAIAN

ROA

CR

DER

A

0.052

0.001

0.001

B

 102,226.051

102,226.051

102,226.051

SEA

            0.019

           0.002

          0.002

SEB

  13,632.932

  13,632.932

  13,632.932

Test Statistic

2.571

0.499

0.499

p-Value

0.010

0.618

0.618

α

0,050

0,050

0,050

SIMPULAN

SIGNIFIKAN

TIDAK SIGNIFIKAN

TIDAK SIGNIFIKAN

Sumber: data kalkulator sobel diolah

Berdasarkan tabel 19, nilai p-value untuk ROA sebesar 0,010 < 0,05 artinya ROA secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui EPS.  Nilai p-value CR sebesar 0,618 > 0,05 dan DER sebesar 0,618 > 0,05.  Hal ini berarti baik CR maupun DER secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham melalui EPS.

 

Hasil dari uji Hipotesis ditunjukkan tabel berikut.

                                                                                                                                                      Tabel 20. Uji Hipotesis

HIPOTESIS

VARIABEL

t

Sig

p-value

SIGNIGIKANSI

KESIMPULAN

ARAH

H1

ROA-HARGA SAHAM

-0.824

0.420

 

Tidak Signifikan

Ditolak

Negatif

H2

CR-HARGA SAHAM

-0.423

0.677

 

Tidak Signifikan

Ditolak

Negatif

H3

DER-HARGA SAHAM

1.311

0.205

 

Tidak Signifikan

Ditolak

Positif

H4

EPS-HARGA SAHAM

7.489

0.000

 

Signifikan

Diterima

Positif

H5

ROA - EPS

2.737

0.012

 

Signifikan

Diterima

Positif

H6

CR - EPS

0.327

0.747

 

Tidak Signifikan

Ditolak

Positif

H7

DER- EPS

0.612

0.547

 

Tidak Signifikan

Ditolak

Positif

H8

ROA - EPS - HARGA SAHAM

 

 

0.010

Signifikan

 

 

H9

CR - EPS - HARGA SAHAM

 

 

0.618

Tidak Signifikan

 

 

H10

DER - EPS - HARGA SAHAM

 

 

0.618

Tidak Signifikan

 

 

 

Pembahasan

Return on Asset dengan Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 20 diperoleh hasil signifikansi ROA terhadap Harga Saham sebesar 0,420 > 0,05 dengan dan t hitung (0,824).  Jika nilai signifikansi > 0,05 dan t hitung bernilai negatif dapat disimpulkan bahwa secara langsung ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Harga Saham.  Tingginya ROA tidak berbanding lurus dengan harga saham.  Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan merupakan padat modal sehingga mereka lebih banyak menanamkan modalnya pada aset tetap.  Informasi kinerja keuangan yang disajikan manajemen perusahaan tidak memberikan sinyal positif kepada investor untuk meningkatkan harga saham.  EPS yang tinggi lebih menarik bagi para investor dibandingkan dengan dengan ROA yang tinggi karena EPS akan memberi keuntungan dalam setiap saham yang dimiliki (Prasetya & Fitra, 2022).  Penelitian ini sejalan dengan (Sofyan, Frama Aditya et al., 2023) yang menyatakan perusahaan melakukan seluruh kegiatan mengelola aset dengan kurang efektif dan kurang efisien.

 

Current Ratio dengan Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil signifikansi CR sebesar 0,677 > 0,05 dan t hitung sebesar (0,423) sehingga dapat disimpulkan bahwa secara langsung CR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham.  Rendahnya CR sektor pertambangan karena perusahaan padat modal sehingga sebagian besar dana diinvestasikan pada aktiva tetap.  Meski CR perusahaan bagus namun nilai aset lancar jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan aset tetap (Fadillah & Basyith, 2019).  Penelitian ini mendukung (Samara, 2020) pada perusahaan subsektor garmen dan tekstil. 

 

Debt Equity Ratio dengan Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil signifikansi DER sebesar 0,205 > 0,05 serta nilai t hitung sebesar 1,311 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara langsung DER berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham.  Penelitian ini sejalan dengan (Samara, 2020), (Talia et al., 2023) pada perusahaan consumer goods dan (Fadillah & Basyith, 2019).

 

Earning per Share dengan Harga Saham 

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil signifikansi EPS sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara langsung terdapat pengaruh positif signifikan EPS tehadap harga saham.  Semakin tinggi nilai EPS akan berbanding lurus dengan kenaikan harga saham.  Nilai EPS yang tinggi memberi sinyal positif bagi para investor untuk melakukan investasi demikian juga sebaliknya.  Hasil yang sama diperoleh (Barohin, Faizunnazif Al & Nasution, 2023) dan  (Talia et al., 2023).

 

Return on Asset dengan Earning per Share 

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil signifikansi ROA sebesar 0,012 < 0,05 dan t hitung sebesar 2,737 sehingga disimpulkan bahwa secara langsung terdapat pengaruh positif signifikan ROA terhadap EPS.  Semakin tinggi ROA maka pemegang saham akan mendapatkan bagian yang semakin tinggi juga. Nilai EPS mencerminkan seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan keuntungan per lembar saham (Hikmah et al., 2022).  Informasi ROA memberi sinyal positif kepada investor untuk melakukan investasi (Dhae, 2023). 

 

Current Ratio dengan Earning per Share

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil signifikansi CR sebesar 0,747 > 0,05 dan t hitung sebesar 0,327 sehingga disimpulkan bahwa secara langsung CR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap EPS.  Likuiditas (CR) yang tinggi mengindikasikan berkurangnya keuntungan karena dana banyak yang tidak terpakai (Ardhana & Anwar, 2023). Hal ini mendukung penelitian (Samara, 2020).

 

Debt Equity Ratio dengan Earning per Share

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil signifikansi DER sebesar 0,547 > 0,05 dan t hitung sebesar 0,612 sehingga disimpulkan bahwa secara langsung DER berpengaruh positif tidak signifikan terhadap EPS.  Penelitian ini sejalan (Samara, 2020).

 

Return on Asset dengan Harga Saham melalui Earning per Share

Nilai p-value ROA sebesar 0,010 mengindikasikan bahwa secara tidak langsung ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham melalui EPS.  Tingginya EPS akan berpengaruh terhadap harga saham.  Sinyal positif dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan investasi guna mendapatkan keuntungan yang lebih besar.  Hal ini sejalan dengan penelitian (Hidayati & Suwaidi, 2022).

 

Current Ratio dengan Harga Saham melalui Earning per Share

Nilai p-value CR terhadap harga saham melalui EPS sebesar 0,618.  Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung CR melalui EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.  Penelitian ini mendukung (Ardhana & Anwar, 2023) dan (Fadillah & Basyith, 2019).

 

Debt Equity Ratio dengan Harga Saham melalui Earning per Share

Nilai p-value DER terhadap harga saham melalui EPS sebesar 0,618.  Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung DER melalui EPS berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.  Penelitian ini  Hal ini mendukung penelitian (Ardhana & Anwar, 2023).

 

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan (ROA, CR, dan DER) terhadap harga saham dengan EPS sebagai variabel intervening pada perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018 – 2022.  Secara langsung, terdapat pengaruh negatif tidak signifikan ROA dan CR terhadap Harga Saham.  Secara langsung terdapat pengaruh positif tidak signifikan DER terhadap Harga Saham.  Secara langsung, terdapat pengaruh positif tidak signifikan CR dan DER terhadap EPS.  Secara langsung, terdapat pengaruh positif signifikan EPS terhadap Harga Saham.  Secara langsung, terdapat pengaruh positif signifikan ROA terhadap EPS.  Secara tidak langsung, ROA berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui EPS.  Di lain pihak, CR dan DER secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham melalui EPS.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ardhana, F. C., & Anwar, S. (2023). Eps Sebagai Variabel Intervening Antara Profitabilitas, Solvabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Harga Saham. Jambura Economic Education Journal, 5(2), 64–74. https://doi.org/10.37479/jeej.v5i2.18381

Barohin, Faizunnazif Al, & Nasution, R. (2023). Pengaruh EPS , PER, DAN DER Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Bank Periode 2017-2021. Jurnal Bisnis, 6(2), 617–630.

Bursa Efek Indonesia. (2020). Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia KEP-00089/BEI/10-2020 Perihal Relaksasi Batas Waktu Penyampaian Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (pp. 1–6).

Bursa Efek Indonesia. (2021). Laporan Tahunan 2020 Annual Report: Digital Capabilities To Advance Further.

Bursa Efek Indonesia. (2022a). Penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang Berakhir per 31 Desember 2021 (pp. 1–7).

Bursa Efek Indonesia. (2022b). Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: KEP-00024/BEI/04-2022 Perihal: Perubahan Relaksasi Batas Waktu Penyampaian Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (pp. 1–7). PT. Bursa Efek Indonesia.

Dhae, L. R. . (2023). Analisis Return on Asset (Roa), Return on Equity (Roe) Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Earning Per Share (Eps) Sebagai Variabel Intervening. Jrime : Jurnal Riset Manajemen Dan Ekonomi, 1(1), 179–192.

Fadillah, I., & Basyith, A. (2019). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Pertambangan Antara PMA dan PMDN Di Bursa Efek Indonesia. Mbia, 18(1), 1–17. https://doi.org/10.33557/mbia.v18i1.141

Fajrian, H. (2021). Cina Operasikan PLTU Shanghaimiao MW, dari Total 4.000 MW. Katadata.Co.Id.

Hidayati, L., & Suwaidi, R. A. (2022). Earning per share sebagai variabel intervening antara rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan property dan real estate. Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 5(1), 74–85. https://doi.org/10.32670/fairvalue.v5i1.1914

Hikmah, N., Kadir, M. A., & Sohilouw, M. I. (2022). Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS) sebagai Intervening. YUME : Journal Of Management, Volume 5(3), 148–165. https://doi.org/10.2568/yum.v5i3.3060

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2023). Grafik Harga Batubara Acuan. Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. (2020). Peluang Investasi Batubara.

Mudassir, R. (2021a). China Bangun PLTU 1.000 MW, Indonesia Ketiban Untung? Bisnis.Com.

Mudassir, R. (2021b). Ini Penyebab Harga Batu Bara Acuan Meroket Hingga US$150,03 per Ton. Bisnis.Com.

NEF, B. (2021). Climate Policy Factbook. Climate Policy Factbook, 35, 6.

Prasetya, A., & Fitra, H. (2022). Pengaruh ROE, ROA, EPS dan DER terhadap Harga Saham dengan PER sebagai Variabel Moderasi: Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 4(4), 712–725. https://doi.org/10.24036/jea.v4i4.554

Samara, A. (2020). Pengaruh Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Current Ratio Terhadap Harga Saham Dengan Earning Per Share Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Sektor Industri Sub Sektor Garmen Dan Tekstil Tahun 2014 – 2017). ECo-Bus, 3(1), 54–75.

Sofyan, Frama Aditya, Norisanti, Nor, & Sunarya, E. (2023). Pengaruh Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Return On Asset Dan Cash Ratio Terhadap Harga Saham. 9(23), 289–297. https://doi.org/https://doi.org/10.5281/zenodo.10155745

Talia, Purnasari, N., Chayadi, Al., Sianturi, R. A., & Nurhayani, U. (2023). Analysis Of The Influence Of Fundamental Factors On Share Prices Of Consumer Goods Companies Listed On The Indonesian Stock Exchange (IDX) 2018-2022. Management Studies and Entrepreneurship Journal, 4(6), 9555–9564.

Tarmizi, M., Hady, H., & Lusiana. (2022). Faktor Internal dan Eksternal terhadap Harga Saham dengan Earning Per Share sebagai Variabel Intervening. Journal of Business and Economics (JBE) UPI YPTK, 7(3), 409–415. https://doi.org/10.35134/jbeupiyptk.v7i3.193

Umah, A. (2021). Produksi Batu Bara 2020 Lebihi Target, Tapi Ekspornya Melesu. CNBC Indonesia.

 

 

Copyright holder:

Yunita Sari, Mayang Sari Edastami (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: