Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 5, Mei
2024
PENGARUH
JOB INSECURITY DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KINERJA DAN KECEMASAN PEKERJA
KATERING DAN AKOMODASI PT. PATRA DRILLING CONTRACTOR DI PERTAMINA SHU ZONA 10
Hendar
Sunandar
Universitas Terbuka, Indonesia
Email: [email protected]
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran mengenai job insecurity dan pengaruhnya terhadap kinerja dan
kecemasan pekerja katering dan akomodasi PT. PDC di lingkungan kerja Pertamina
SHU Zona 10. Terdapat 153 responden
yang berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini dan hanya 147 yang
datanya dapat dianalisis lebih lanjut. Pengukuran variabel dilakukan dengan
menggunakan skala likert. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Partial
Least Square – Structural Equation Model (PLS-SEM). Perangkat lunak yang
digunakan untuk analisis model pengukuran dan model struktural adalah SmartPLS
3 dan untuk analisis deskriptif menggunakan SPSS 25. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pekerja katering dan akomodasi merasakan ancaman job
insecurity namun tidak sampai menimbulkan kecemasan yang berarti. Pekerja
juga mempunyai kinerja yang bagus diserta resiliensi yang tinggi. Analisis
dengan metode PLS-SEM menunjukkan bahwa job insecurity berdampak pada
peningkatan kecemasan namun tidak berdampak pada kinerja. Kecemasan berdampak
pada kinerja sekaligus memediasi pengaruh job insecurity terhadap
kinerja. Resiliensi menjadi variabel yang memoderatori pengaruh job
insecurity terhadap kecemasan. Perusahaan disarankan untuk konsisten
memberikan kepastian jaminaan keberlangsungan pekerjaan bagi pekerja,
menyediakan fasilitas penunjang operasional dan non-operasional, melakukan
kajian ulang risiko terkini pandemi COVID-19, mengembalikan jadwal kerja
normal, dan meningkatkan komunikasi yang baik dengan para pekerja.
Kata Kunci: job insecurity, kinerja, kecemasan, resiliensi, pandemi
The
purpose of this study was to describe job insecurity and its impact on job
performance and anxiety among PT. PDC’s catering and accommodation workers at
Pertamina SHU Zone 10. There were 153 respondents who participated voluntarily
in this study and only 147 can be analyzed further. Variables were measured
using Likert scale. Data of this study was analysed by Partial Least Square –
Structural Equation Model (PLS-SEM) method. SmartPLS 3 is used for measurement
model and structural model analysis while SPSS 25 is used for descriptive
analysis. The result shows that catering
and accommodation workers feel the threat of job insecurity but do not cause
significant anxiety, as well as workers have good performances and high
resilience. Analysed by PLS-SEM method shows that job insecurity affects to
increasing anxiety but has no impact on job performance. Anxiety has an impact
on job performance as well as mediates the effect of job insecurity to job
performance. Resilience becomes a moderating factor that moderates the effect
of job insecurity to anxiety. Company is advised to consistently provide
assurance of job continuity for workers, provide operational and
non-operational support facilities, review the latest risk of pandemic COVID-19,
restore normal work schedules, and improve good communication with workers.
Keywords:
job insecurity, job performance, anxiety, resilience, pandemic
Pandemi COVID-19 yang
ditetapkan sejak 11 Maret 2020 oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), telah
berdampak besar pada operasional berbagai organisasi industri seperti industri
perjalanan (travel), pariwisata, perhotelan, makanan dan minuman,
pertambangan, minyak dan gas, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan
sebagainya (Aguiar-Quintana et al., 2021).
Salah satu dampak yang dirasakan adalah meningkatnya angka pengangguran (unemployment)
sehubungan banyaknya industri yang harus mengurangi sebagian aktivitas
operasionalnya bahkan menutup total operasionalnya atau memberhentikan
pekerjanya (Couch et al., 2020).
Tercatat telah terjadi peningkatan angka pengangguran dari 3,8% pada Februari
2020 menjadi 14,7% pada April 2020 di Amerika pada puncak kasus COVID-19 karena
pemberlakuan lockdown dan pembatasan sosial. Peningkatan pengangguran
juga terjadi di banyak negara-negara Eropa sebagai dampak dari pandemi COVID-19
terutama di German, Itali, dan Inggris (Su et al., 2021).
Organisasi Buruh Internasional (ILO) juga mencatat kehilangan 130 juta jam
kerja pada kuartal IV tahun 2020 akibat pandemi COVID-19, terutama terjadi di
banyak negara berkembang (ILO, 2021).
Pemerintah di banyak
negara memberlakukan lockdown dan pembatasan sosial sebagai bagian dari
upaya menekan laju penularan COVID-19 terutama saat kasus COVID-19 memuncak (Chao, 2021; X. Chen & Qiu, 2020).
Lockdown dan pembatasan sosial yang diberlakukan di berbagai negara
seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia, telah cukup berhasil menekan laju
COVID-19. Namun demikian lockdown dan pembatasan sosial juga berdampak
pada penurunan laju ekonomi negara dengan meningkatnya pengangguran. Tercatat
telah terjadi penurunan 10%-15% laju ekonomi di Chili sebagai dampak
pemberlakuan lockdown (Asahi et al., 2021)
begitu pun beberapa negara di Eropa dan Asia (Lai et al., 2021).
Sementara di Indonesia tercatat terjadi penurunan kinerja keuangan dalam bentuk
penurunan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas perusahaan-perusahaan
publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama pandemi COVID-19 (Devi et al., 2020).
Banyak perusahaan
atau instansi harus mengurangi jam kerja akibat pemberlakuan pembatasan sosial
bahkan sebagian harus menutup operasionalnya dan “merumahkan” sebagian
pekerjanya. Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pemberian layanan
esensial masyarakat harus mengatur pekerjanya, sebagian bekerja di rumah (work
from home) dan sebagian bekerja di kantor (work from office), agar
persyaratan physical distancing terpenuhi sementara layanan publik dapat
tetap diberikan. Perusahaan-perusahaan yang operasionalnya sangat diperlukan
oleh negara seperti perusahaan minyak dan gas harus tetap menjalankan
operasinya demi terjaminnya pemenuhan energi nasional di masa pandemi COVID-19.
Protokol-protokol kesehatan dan ketentuan-ketentuan lain seperti screening
test yang ketat diberlakukan untuk memastikan bahwa pekerja yang masuk area
kerja, terutama pekerja lapangan/site adalah pekerja sehat dan terbebas
dari COVID-19.
Kondisi pandemi
COVID-19, upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya, serta dampak ekonomi
akibat COVID-19 menjadi pemicu timbulnya masalah mental serta kekhawatiran akan
hilangnya pekerjaan (job insecurity) pada pekerja yang saat ini masih
bekerja (Aguiar-Quintana
et al., 2021; Sarwar et al., 2021). Job Insecurity (JI) sering terjadi pada
masa krisis dimana pekerja mempersepsikan akan kemungkinan kehilangan
pekerjaannya sebagai dampak dari krisis. Pandemi COVID-19 dan dampaknya seperti
job insecurity dapat meningkatkan ketidakseimbangan kesehatan mental
pekerja seperti peningkatan tingkat kecemasan, depresi, dan post-traumatic
stress disorder (Y. Hu et al., 2020; Wilson et
al., 2020).
Job insecurity
sebagai dampak pandemi COVID-19 menjadi sumber stressor yang membuat
pekerja merasa tidak pasti mengenai masa depan pekerjaan mereka yang
selanjutnya akan berdampak negatif terhadap kinerja (Aguiar-Quintana et al., 2021; Ganson et al., 2021;
Wilson et al., 2020). Namun demikian,
pada sebagian pekerja, job insecurity justeru menjadi pemicu dan
tantangan (challenge stressor) untuk berprestasi. Ketidakkonsistenan
pengaruh job insecurity terhadap kinerja diduga karena adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi hubungan keduanya menjadi negatif (sebagai hindrance
stressor) atau positif (sebagai challenge stressor). Penelitian
terhadap pekerja hotel di kepulauan Canary, Spanyol menyimpulkan bahwa terdapat
dua variabel yang memediasi hubungan dampak ketidakamanan keberlangsungan
pekerjaan akibat pandemik COVID-19 terhadap kinerja, yaitu kecemasan dan
depresi, serta satu variabel yang memperlemah hubungan tersebut (moderating
factor) yaitu ketangguhan (resilience) (Aguiar-Quintana et al., 2021).
Begitupun dengan penelitian pada pekerja hotel di Pakistan ditemukan bahwa
pekerja dengan resilience yang tinggi mempunyai tingkat kecemasan yang
relatif rendah akibat job insecurity dibanding pekerja dengan resilience
yang rendah (Sarwar
et al., 2021).
Kondisi pandemi
COVID-19 juga mengakibatkan kecemasan bagi sebagian banyak orang karena
terbatasnya aktivitas sehari-hari, jauh dari keluarga karena pembatasan sosial
dan mobilisasi, penurunan pendapatan bulanan, penutupan pusat-pusat keramaian
dan tempat rekreasi, serta keharusan isolasi/karantina ketika terdiagnosa
COVID-19 (Chen et al., 2020; Choi et al., 2020; C. H. Liu,
Zhang, Wong, Hyun, et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan di Hongkong mencatat bahwa pandemi COVID-19
menyebabkan peningkatan kecemasan pada 14% respondennya (Choi et al., 2020).
Begitu pula di Indonesia, berdasarkan survei swaperiksa Kesehatan mental di
masa Pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada bulan April – Agustus 2020 pada 4.010
responden menunjukan bukti bahwa kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan masalah
Kesehatan mental dengan proporsi 64,8% gangguan kecemasan, 61,5% gangguan
depresi, dan 74,8% gangguan paska trauma (PDSKJI, 2020).
Kecemasan yang timbul dapat berupa perasaan gugup, gelisah, khawatir yang berlebihan,
sulit untuk rileks, gelisah, perasaan jengkal dan kesal (Mossman et al., 2017; Tiirikainen et al., 2019).
Kecemasan yang berlangsung lama dapat berdampak pada penurunan kinerja
sebagaimana temuan pada 433 pekerja professional di sector swasta di India (Kumar et al., 2021)
dan pada 271 polisi AJ&K di Pakistan (Nisar & Rasheed, 2020).
Cakupan
layanan katering dan akomodasi PT. PDC di wilayah kerja Pertamina SHU Zona 10 meliputi
kantor utama Pasir Ridge Balikpapan, dua wilayah kerja onshore (Terminal
Tanjung Santan dan Terminal Lawe-lawe), dan empat wilayah kerja offshore (Attaka,
NIB, Sepinggan, dan Yakin). Layanan katering dan akomodasi disediakan
sepenuhnya untuk semua pekerja di onshore dan offshore karena
pekerja berada di tempat kerja selama 24 jam sesuai jadwal kerja on dan off-nya.
Sementara itu untuk pekerja kantor hanya disediakan layanan katering pilihan di
jam kerja dimana pekerja dapat membeli/memanfaatkan layanan tersebut untuk
makan siang dan tidak ada layanan akomodasi untuk pekerja kantor.
Fasilitas
katering dan akomodasi disediakan oleh Pertamina SHU Zona 10 namun layanannya
dikelola oleh PT. PDC. Terdapat total 252 pekerja PT. PDC yang memberikan
layanan katering dan akomodasi di seluruh wilayah kerja Pertamina SHU Zona 10. Pekerja
katering adalah pekerja yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung
dengan layanan penyediaan makanan dan minuman di lokasi kerja seperti camp
boss, juru masak, asisten juru masak, store man, pramusaji,
pengontrol kualitas bahan makanan, juru mudi kendaraan pembawa bahan makanan,
petugas keselamatan, nutritionist, dan lainnya. Sementara itu pekerja akomodasi
adalah pekerja yang berhubungan dengan penyediaan layanan tempat tinggal dan
fasilitas terkait seperti housekeeper, petugas kebersihan dan petugas
binatu.
Terdapat
perubahan jadwal kerja pekerja katering dan akomodasi wilayah kerja onshore
dan offshore dari dua pekan bekerja dan satu pekan libur sebelum pandemi
COVID-19 menjadi tiga pekan bekerja dan tiga pekan libur selama pandemi COVID-19.
Sementara itu sebagian pekerja yang melayani katering dan akomodasi di area
kerja kantor utama Pasir Ridge Balikpapan harus secara bergilir libur kerja
karena cakupan layanan katering dan akomodasi menjadi sangat berkurang saat
diberlakukan kebijakan WFO dan WFH di masa pandemi COVID-19. Selain perubahan
jadwal kerja, pekerja katering dan akomodasi juga dihadapkan dengan risiko
terkena COVID-19 karena mereka menjadi frontliner yang memberikan
layanan langsung dan berpotensi berinteraksi dengan pekerja dan/atau terpajan
dari permukaan benda-benda yang terkontaminasi COVID-19 dari pekerja lain.
Perubahan jadwal kerja diduga menjadi salah satu penyebab job insecurity
disamping risiko terkena COVID-19 yang menyebabkan harus karantina atau isolasi
mandiri yang keduanya berdampak pada pendapatan yang berkurang.
Berdasarkan
permasalahan di atas maka diperlukan penelitian untuk menganalisis pengaruh job
insecurity akibat pandemi COVID-19 terhadap kinerja dan kecemasan pekerja
katering dan akomodasi PT. PDC di lingkungan kerja Pertamina SHU Zona 10 dengan
resiliensi sebagai variabel yang memoderatorinya. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan pendekatan Conservation of Resources (COR)
theory dan Job Demands-Resources (JDR) theory dengan metode Partial
Least Square – Structural Equation Modelling (PLS-SEM) sebagai alat bantu
analisis. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran job insecurity akibat dampak
pandemi COVID-19 dan pengaruhnya terhadap kinerja dan
kecemasan pekerja katering dan akomodasi PT, PDC di lingkungan kerja Pertamina
SHU Zona 10.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan metode deskriptif kuantitatif
untuk menganalisis dampak job insecurity akibat pandemi COVID-19 terhadap
kinerja dan kecemasan pekerja katering dan akomodasi PT. PDC di lingkungan
Pertamina SHU Zona 10. Dalam penelitian ini, kecemasan bertindak sebagai
variabel mediasi dan resiliensi sebagai variabel moderasi. Sampel penelitian
terdiri dari 250 pekerja katering dan akomodasi PT. PDC yang telah bekerja
minimal 2 tahun di Pertamina SHU Zona 10. Pengumpulan data primer dilakukan
melalui kuesioner daring dengan penyebaran tautan melalui media sosial
WhatsApp, sementara data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan. Analisis data
melibatkan uji validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif, analisis
Tingkat Capaian Responden (TCR), serta analisis jalur dan faktor menggunakan
Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM).
Dalam
analisis, hubungan antar variabel dievaluasi menggunakan teknik PLS-SEM, dengan
pengujian kolinearitas, koefisien jalur, koefisien determinasi (R2), ukuran
efek (f2), relevansi prediksi (Q2), dan uji kebaikan model. Uji hipotesis
dilakukan untuk menentukan signifikansi hubungan antar variabel, dengan
menggunakan bootstrapping untuk melihat nilai t-statistik dan p-value. Selain
itu, analisis juga melibatkan pengujian variabel mediasi menggunakan metode
Sobel test. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang dampak job insecurity pada kinerja dan
kecemasan pekerja katering dan akomodasi di tengah pandemi COVID-19, serta
peran resiliensi sebagai faktor moderasi dalam hubungan tersebut.
Sebagaimana disampaikan pada kerangka konsep, penelitian ini dibangun
dengan sebuah skema model yang selanjutnya diuji dan dianalisis dengan metode Partial
Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) untuk mendapatkan
model yang mampu memperkirakan setiap pengaruh variabel terhadap
variabel-variabel lainnya. Indikator-indikator pada variabel penelitian ini
bersifat reflektif, mempunyai arah dari variabel ke indikatornya dimana
indikator merupakan manifestasi dari variabelnya sehingga setiap perubahan pada
indikator tidak menyebabkan perubahan pada variabelnya.
Evaluasi model pengukuran
dilakukan dengan uji validitas konvergen, uji validitas diskriminan, dan uji
reliabilitas. Pada uji validitas konvergen didapatkan indikator-indikator
dengan nilai outer loading < 0,5 yaitu pada indikator KC.02, KC.05,
KN.04, KN.05, dan RS.04 serta AVE < 0,5 pada variabel KC dan KN sebagaimana Error! Reference
source not found..
Idealnya indikator merefleksikan sebuah variabel jika nilai loading factor
> 0,7, namun demikian pada banyak penelitian sosial nilai loading factor
> 0,5 masih dapat diterima (Gozali & Latan, 2020). Selanjutnya indikator dengan nilai loading factor
< 0,4 dapat langsung dikeluarkan sedangkan nilai loading factor dari
0,4 sampai dengan 0,7 dapat dikeluarkan hanya jika dapat meningkatkan nilai composite
reliability dari yang tidak reliabel menjadi reliabel (Hair Jr et al., 2017). Sebagaimana Error! Reference
source not found.
indikator RS.04 mempunyai nilai loading factor < 0,4 sehingga
indikator ini dikeluarkan karena tidak dapat merefleksikan variabelnya.
Sementara itu KC.02, KC.05, KN.04, dan KN.05 juga dikeluarkan untuk mendapatkan
nilai AVE > 0,5 pada variabel KC, dan KN.
Setelah indikator KC.02, KC.05, KN.04, KN.05,
dan RS.04 dikeluarkan kemudian dilakukan ulang uji validitas konvergen dan
didapatkan nilai loading factor dan AVE indikator dengan nilai tertinggi
dari setiap variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Indikator utama yang mempengaruhi variabel job
insecurity adalah JI.03 dengan nilai outer loading 0,926: “karena
pandemi COVID-19, pekerjaan saya di masa mendatang menjadi tidak pasti”.
2) Indikator utama yang mempengaruhi variabel kecemasan
adalah KC.06 dengan nilai outer loading 0,812: “menjadi mudah kesal atau
jengkel”.
3) Indikator utama yang mempengaruhi variabel kinerja adalah
KN.02 dengan nilai outer loading 0,927: “saya akan menyelesaikan tugas
yang diberikan dengan sebaik-baiknya”.
4) Indikator utama yang mempengaruhi variabel resiliensi
adalah RS.06 dengan nilai outer loading 0,917: “saya yakin dapat mencapai
tujuan saya sekalipun ada hambatan”.
Selanjutnya uji validitas diskriminan
dilakukan dengan melihat nilai cross loading, Fornell-Larker criterion,
dan Heterotrait-Monotrait (HTMT) ratio secara bersama-sama (Hair Jr et al., 2017). Cross loading merupakan korelasi antara nilai
indikator dengan variabelnya dan dinyatakan valid jika > 0,7. Pada hasil
penelitian ini masih ditemukan nilai cross loading < 0,7 yaitu pada
indikator JI.01, KC.03, KC.07, dan KN.03, sebagaimana pada Tabel 1 namun demikian cross loading bukan
satu-satu untuk menguji validitas diskriminan pada PLS-SEM. Selanjutnya
validitas diskriminan akan dilihat dari nilai fornell-larker criterion
dan HTMT.
Tabel 1. Nilai Cross Loading
|
JI |
KC |
KN |
RS |
JI.01 |
0.627 |
0.240 |
-0.107 |
-0.414 |
JI.02 |
0.835 |
0.474 |
-0.122 |
-0.501 |
JI.03 |
0.926 |
0.548 |
-0.196 |
-0.596 |
JI.04 |
0.909 |
0.529 |
-0.147 |
-0.542 |
KC.01 |
0.417 |
0.808 |
-0.259 |
-0.577 |
KC.03 |
0.268 |
0.582 |
-0.210 |
-0.299 |
KC.04 |
0.490 |
0.732 |
-0.156 |
-0.610 |
KC.06 |
0.477 |
0.812 |
-0.262 |
-0.606 |
KC.07 |
0.308 |
0.638 |
-0.167 |
-0.353 |
KN.01 |
-0.213 |
-0.278 |
0.895 |
0.307 |
KN.02 |
-0.113 |
-0.281 |
0.927 |
0.254 |
KN.03 |
-0.081 |
-0.092 |
0.586 |
0.218 |
RS.01 |
-0.543 |
-0.650 |
0.366 |
0.861 |
RS.02 |
-0.557 |
-0.618 |
0.186 |
0.862 |
RS.03 |
-0.475 |
-0.578 |
0.307 |
0.816 |
RS.05 |
-0.586 |
-0.637 |
0.249 |
0.877 |
RS.06 |
-0.610 |
-0.620 |
0.245 |
0.917 |
RS.07 |
-0.512 |
-0.559 |
0.229 |
0.840 |
RS.08 |
-0.372 |
-0.501 |
0.354 |
0.759 |
RS.09 |
-0.533 |
-0.583 |
0.212 |
0.843 |
RS.10 |
-0.483 |
-0.601 |
0.247 |
0.799 |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Fornell-Larker criterion merupakan nilai korelasi antara variabel dengan variabel
itu sendiri dan variabel dengan variabel lainnya. Nilai korelasi antara
variabel dengan variabel itu sendiri TIDAK boleh lebih kecil dari pada nilai
korelasi variabel itu dengan variabel lainnya. Pada hasil penelitian ini,
sebagaimana pada Tabel 2 didapatkan
bahwa nilai korelasi antara variabel dengan variabel itu sendiri sudah lebih
besar dari nilai korelasi variabel itu dengan variabel lainnya. Berdasarkan
nilai Fornell-Larker criterion maka variabel-variabel penelitian ini
sudah memenuhi uji validitas diskriminan.
Tabel 2. Nilai
Fornell-Larker Criterion
|
JI |
KC |
KN |
RS |
JI |
0,833 |
|
|
|
KC |
0,561 |
0,721 |
|
|
KN |
-0,175 |
-0,293 |
0,817 |
|
RS |
-0,620 |
-0,708 |
0,314 |
0,843 |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Heterotrait-Monotrait
(HTMT) ratio merupakan metode baru yang
sangat direkomendasikan pada PLS-SEM, lebih akurat dari pada cross-loading
dan Fornell-Lacker criterion (Hair Jr et al., 2017). Validitas diskriminan terpenuhi jika nilai HTMT ≤ 0,9.
Pada penelitian ini, sebagaimana Tabel 3 didapatkan bahwa semua nilai HTMT sudah berada di bawah
0,9. Oleh karena itu maka indikator-indikator pada penelitian ini sudah
memenuhi uji validitas diskriminan.
Tabel 3. Nilai Heterotrait-Monotrait Ratio
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Selanjutnya uji
reliabilitas variabel-variabel penelitian dilakukan dengan melihat nilai Cronbach
alpha dan composite reliability secara bersama-sama. Sebagaimana Tabel 4 pada penelitian ini didapatkan nilai Cronbach
alpha > 0,6 dan composite reliability lebih dari 0,7 pada keempat
variabel penelitian (JI, KC, KN, dan RS). Dengan demikian maka
variabel-variabel tersebut sudah reliabel dan layak menjadi variabel dalam
penelitian ini.
Tabel 4.
Nilai
Cronbach Alpha dan Composite Reliability
No. |
Variabel |
Cronbach's |
Composite Reliability |
1 |
Job
Insecurity (JI) |
0.850 |
0.899 |
2 |
Kecemasan
(KC) |
0.768 |
0.842 |
3 |
Kinerja
(KN) |
0.761 |
0.853 |
4 |
Resilience
(RS) |
0.948 |
0.956 |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Berdasarkan uji validitas
konvergen, uji validitas diskriminan dan uji reliabiltas maka dapat disimpulkan
bahwa variabel-variabel penelitian ini beserta indikator-indikatornya secara
statistik sudah valid dan reliabel.
Langkah selanjutnya sebagai bagian dari
analisis PLS-SEM adalah melakukan pengujian model struktural untuk mengetahui
hubungan variabel dengan variabel lainnya dalam suatu skema model penelitian.
Pengujian ini dilakukan melalui uji kolinearitas, koefisien jalur, koefisien
determinasi (R2), ukuran efek (f2),
relevansi prediksi (Q2), dan
uji kebaikan model (goodness of fit). Uji kolinearitas pada PLS-SEM
dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dimana nilai
VIF < 5 menunjukan tidak terjadinya kolinearitas. Sebagaimana Tabel 5 pada penelitian ini didapatkan nilai
semua VIF di bawah 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
kolinearitas pada variabel-variabel penelitian ini sehingga tidak ada
variabel-variabel yang perlu dihilangkan maupun digabungkan.
Tabel 5. Nilai
Variance of Inflation Factor (VIF)
Path |
VIF |
Keterangan |
JI -> KC |
2,169 |
Tidak terjadi kolinearitas |
JI -> KN |
1,459 |
Tidak terjadi kolinearitas |
KC -> KN |
1.459 |
Tidak terjadi kolinearitas |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Bagian dari pengujian model
struktural berikutnya adalah koefisien jalur yang menggambarkan hubungan dua
arah (two tailed) dan signifikansi hubungan dari setiap variabel dalam
model penelitian pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha 5%. Sebagaimana Tabel 6 terdapat tiga jalur hubungan yang menjelaskan pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat, satu jalur yang menjelaskan variabel yang
memoderatori (moderator), dan satu jalur yang menjelaskan variabel yang
memediasi (mediator).
Tabel 7. Koefisien Jalur
H |
Hubungan |
O |
T |
P |
Arah |
Signifikansi |
H.1 |
JI KN |
-0,016 |
0,156 |
0.876 |
Negatif |
Tidak signifikan |
H.2 |
JI KC |
0,287 |
4,315 |
0.000 |
Positif |
Signifikan |
H.3 |
KC KN |
-0,283 |
2,771 |
0.006 |
Negatif |
Signifikan |
H.4 |
Mod RS, JI KC |
-0,161 |
2,682 |
0.007 |
Memperlemah |
Signifikan |
H.5 |
JI KC KN |
-0,081 |
2,208 |
0,027 |
Negatif |
Signifikan |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Job insecurity
berpengaruh negatif terhadap kinerja namun secara statistik tidak signifikan,
sedangkan terhadap kecemasan job insecurity memberikan dampak positif
dan secara statistik signifikan. Kecemasan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja, begitu pula secara statistik kecemasan menjadi variabel yang
mampu memediasi pengaruh job insecurity terhadap kinerja. Begitu pula
resiliensi secara signifikan terbukti memperlemah pengaruh job insecurity terhadap
kecemasan. Hasil uji sobel test sebagaimana Tabel 8 juga menunjukan bukti variabel kecemasan sebagai variabel
yang memediasi pengaruh job insecurity secara tidak langsung terhadap
kinerja.
Tabel 8. Hasil Sobel Test
JI |
T-statistic |
p-value |
Kesimpulan |
|
a |
0,266 |
-2,382 |
0,017 |
KC menjadi mediator pengaruh tidak langsung
JI terhadap KN |
b |
-0,143 |
|||
sa |
0,035 |
|||
sb |
0,057 |
Online
calculation: http://quantpsy.org/sobel/sobel.htm
Selanjutnya analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan
untuk mengukur sejauh mana tingkat variasi perubahan variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen). Sebagaimana
Tabel terdapat dua variabel yang dapat diukur
koefisien determinasinya, yaitu Kecemasan (KC) dan Kinerja (KN) dengan nilai R2
masing-masing adalah 0,540 dan 0,086. Variabilitas kecemasan (endogen) dapat
dijelaskan oleh variabel job insecurity sebesar 54% (kategori sedang)
sedangkan 56% nya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini. Begitupun dengan variabilitas kinerja (endogen)
dapat dijelaskan oleh variabel kecemasan dan job insecurity sebesar 8,6%
(kategori lemah) sedangkan 81,4% nya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Tabel 9. Koefisien Determinasi (R2)
Variabel |
R2 |
Kategori |
Penjelasan |
KC |
0,540 |
Sedang |
Variabilitas kecemasan dapat dijelaskan oleh
variabel job insecurity dalam model sebesar 54% (kategori sedang) |
KN |
0,086 |
Lemah |
Variabilitas kinerja dapat dijelaskan oleh
variabel kecemasan dan job insecurity dalam model sebesar 8,6% |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Analisis berikutnya adalah nilai ukuran efek (f2),
yaitu untuk menggambarkan dampak relatif variabel bebas (eksogen) terhadap
variabel terikat (endogen). Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 10 job insecurity berdampak relatif terhadap kecemasan
sebesar 8,3% dan tergolong kecil, sedangkan terhadap kinerja, job insecurity
tidak memberikan dampak relatif secara statistik. Sementara itu terhadap
kinerja, kecemasan memberikan dampak relatif sebesar 6% dan secara statistik
tergolong kecil..
Tabel 10. Ukuran
Efek (f2)
Hubungan |
f2 |
Kategori |
Keterangan |
JI KC |
0,083 |
Kecil |
Job insecurity berdampak relatif terhadap
kecemasan sebesar 8,3% dan tergolong kecil. |
JI KN |
0,000 |
Tidak ada |
Job insecurity TIDAK berdampak relatif terhadap
kinerja |
KC KN |
0,060 |
Kecil |
Kecemasan berdampak relatif terhadap kinerja
sebesar 6% dan tergolong kecil. |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Selanjutnya adalah analisis
kebaikan model (goodness of fit) yang dapat dilihat pada nilai Q2.
Nilai Q2 > 0 maka model sudah cukup baik (memiliki relevansi
prediksi) dimana variabel bebas sudah dapat dinyatakan sebagai variabel
penjelas yang dapat memprediksi variabel terikatnya. Nilai Q2 memiliki
nilai 0 < Q2 < 1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik.
Nilai nilai Q2 pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 11 yaitu 0,258 untuk kecemasan dan 0,042
untuk kinerja. Secara statistik model yang dibuat dalam penelitian ini sudah
mampu menjelaskan seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model berikut
estimasi parameternya.
Tabel 11. Relevansi Prediksi (Q2)
Variabel |
SSO |
SSE |
Q² (=1-SSE/SSO) |
Job Insecurity |
588,000 |
588,000 |
|
Kecemasan |
735,000 |
545,057 |
0,258 |
Kinerja |
441,000 |
422,631 |
0,042 |
Resilience |
1323,000 |
1323,000 |
|
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Selanjutnya setelah
evaluasi model pengukuran dan model struktural maka skema model penelitian ini
dapat digambarkan sebagaimana Gambar 1.
Gambar 1. Skema Model Penelitian Akhir
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Pada penelitian ini,
pengujian hipotesis dilakukan melalui analisis koefisien jalur dua arah (two
tailed) dan t-statistic pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha 5%
melalui bootstrapping dengan bantuan aplikasi SmartPLS 3. Menurut Hass
& Lehner (2009) nilai koefisien jalur pada rentang -0,1 hingga 0,1 adalah
tidak signifikan (Hair Jr et al., 2017). Nilai lebih besar dari 0,1 mempunyai
arah hubungan positif dan secara statistik signifikan, sebaliknya nilai kurang
dari -0,1 mempunyai arah hubungan negatif dan secara statistik adalah
signifikan. Selanjutnya nilai t-statistic dibandingkan dengan nilai t-table.
Nilai t-table untuk jalur dua arah pada tingkat kepercayaan 95% atau
alpha 5% adalah 1,96 (Gozali & Latan, 2020). Pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat adalah signifikan jika nilai t-statistic lebih besar
dari pada nilai t-table dan p-value kurang dari 0,05.
Hasil uji hipotesis dengan SmartPLS 3 pada penelitian ini dapat terlihat
pada Tabel 12
Tabel 12. Uji Hipotesis
Hubungan |
O |
T |
P |
Arah |
Sig |
Hasil |
|
H.1 |
JI KN |
-0,016 |
0,156 |
0.876 |
Negatif |
Tidak signifikan |
Ditolak |
H.2 |
JI KC |
0.287 |
4,315 |
0,000 |
Positif |
Signifikan |
Diterima |
H.3 |
KC KN |
-0,283 |
2,771 |
0,006 |
Negatif |
Signifikan |
Diterima |
H.4 |
Mod RS, JI KC |
-0,161 |
2,682 |
0,007 |
Memperlemah |
Signifikan |
Diterima |
H.5 |
JI KC KN |
-0,081 |
2,208 |
0,027 |
Negatif |
Signifikan |
Diterima |
Sumber:
hasil olahan peneliti, 2022
Berdasarkan Tabel 12 maka hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
H.1 Job
Insecurity (JI) berpengaruh terhadap kinerja (KN).
Berdasarkan
Tabel diketahui bahwa hubungan antara job
insecurity (JI) dan kinerja (KN) memiliki nilai koefisien -0,016, t-statistic
0,156 (lebih kecil dari t-tabel 1,96), dan p-value 0,112 (lebih
besar dari 0,05). Dengan demikian maka job insecurity tidak berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.
Kesimpulan: H.1 ditolak
H.2 Job
insecurity (JI) berpengaruh terhadap kecemasan (KC).
Berdasarkan
Tabel diketahui bahwa hubungan antara job
insecurity (JI) dan kecemasans (KC) memiliki nilai koefisien 0,287, t-statistic
4,315 (lebih besar dari t-tabel 1,96), dan p-value 0,000 (lebih
kecil dari 0,05). Dengan demikian maka job insecurity berpengaruh
terhadap kecemasan.
Kesimpulan: H.2 diterima
H.03 Kecemasan
(KC) berpengaruh terhadap kinerja (KN).
Berdasarkan
Tabel diketahui bahwa hubungan antara kecemasan (KC)
dan kinerja (KN) memiliki nilai koefisien -0,283, t-statistic 2,771
(lebih besar dari t-tabel 1,96), dan p-value 0,006 (lebih kecil
dari 0,05). Dengan demikian maka kecemasan berpengaruh terhadap kinerja.
Kesimpulan: H.3 diterima.
H.4 Resiliensi
(RS) memoderasi pengaruh job insecurity (JI) terhadap kinerja (KN).
Berdasarkan
Tabel diketahui bahwa pengaruh resiliensi (RS)
sebagai moderating factor terhadap hubungan job insecurity (JI)
dan kinerja (KN) memiliki nilai koefisien -0,161, t-statistic 2,682
(lebih besar dari t-tabel 1,96), dan p-value 0,007 (lebih kecil dari
0,05). Dengan demikian maka resiliensi memoderatori pengaruh job insecurity terhadap
kinerja.
Kesimpulan: H.4
diterima
H.5 Kecemasan
(KC) memediasi pengaruh job insecurity (JI) terhadap kinerja (KN).
Berdasarkan
Tabel diketahui bahwa hubungan antara job
insecurity (JI) dan kinerja (KN) yang diperantarai oleh kecemasan (KC)
memiliki nilai koefisien -0,081, t-statistic 2,208 (lebih besar dari t-tabel
1,96), dan p-value 0,027 (lebih kecil dari 0,05). Begitu pula berdasarkan hasil
sobel test pada Tabel menunjukkan nilai p-value 0, 017 (lebih
kecil dari 0,05). Dengan demikian maka kecemasan memediasi pengaruh job
insecurity terhadap kinerja.
Kesimpulan: H.5 diterima.
Hasil uji patch coefficient berdasarkan nilai t-statistic
menunjukkan bahwa pengaruh job insecurity terhadap kinerja adalah
positif namun tidak signifikan. Indikator JI.03 (karena
pandemi COVID-19, pekerjaan saya di masa mendatang menjadi tidak pasti)
merupakan indikator dominan yang membentuk job insecurity. Hasil
uji hipotesis menunjukkan path coefficient -0,016, nilai p-value 0,876
lebih besar dari 0,05, dan nilai t-statistic 0,156 lebih kecil dari
1,96. Ketiga hasil ini menunjukan bahwa job insecurity akibat pandemi
COVID-19 tidak berpengaruh terhadap kinerja pekerja katering dan akomodari PT.
PDC di Pertamina SHU Zona 10. Hal ini ditunjang dengan: (1) variabel job
insecurity secara statistik tidak berdampak relatif terhadap kinerja dengan
nilai f2 sebesar 0% (tidak ada dampak) dan
(2) variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel job insecurity dan
kecemasan dalam model dengan nilai R2 hanya sebesar 8,6% (kategori
lemah) sedangkan 81,4% nya diduga dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang
tidak masuk dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini didukung dengan temuan pada 353 pekerja hotel di
kepulauan Canary Spanyol dimana pula job insecurity
tidak berdampak terhadap penurunan kinerja (Aguiar-Quintana et al., 2021). Berbeda dengan hasil di atas, penelitian
terhadap 250 pekerja hotel bintang 4 dan 5 di Tehran Iran (Darvishmotevali &
Ali, 2020) dan penelitian terhadap 120 pekerja pada
sektor swasta dan pemerintahan di Nigeria (Abolade, 2018) justeru mendapatkan bukti bahwa job
insecurity berdampak langsung terhadap penurunan kinerja.
Ketidakkonsistenan dampak job insecurity terhadap penurunan kinerja
kinerja juga disampaikan oleh banyak penelitian (Huang et al., 2013; Jiang
& Probst, 2016; Ngo & Li, 2015).
Hasil uji patch coefficient berdasarkan nilai t-statistic
menunjukkan bahwa pengaruh job insecurity terhadap kecemasan adalah
positif dan signifikan. Indikator KC.06 (menjadi mudah kesal atau jengkal)
merupakan indikator dominan yang membentuk kecemasan. Hasil uji hipotesis
menunjukkan path coefficient 0,287, nilai p-value 0,000 lebih
kecil dari 0,05, dan nilai t-statistic 4,315 lebih besar dari 1,96.
Ketiga hasil ini menunjukkan bahwa job insecurity akibat pandemi
COVID-19 berpengaruh terhadap kecemasan pekerja katering dan akomodasi PT. PDC
di Pertamina SHU Zona 10. Namun demikian dampak relatif job insecurity
terhadap security secara statistik masih tergolong kecil dengan nilai f2
sebesar 8,3% (kategori kecil), begitu pula variabel kecemasan dapat dijelaskan
oleh variabel job insecurity dalam model dengan nilai R2
sebesar 54% (kategori sedang), sedangkan 46% nya diduga dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya pada 353 pekerja hotel di
kepulauan Canary, Spanyol (Aguiar-Quintana et al., 2021) dan pada 4.145 pekerja di Swedia (Blom et al., 2018) yang menunjukkan bukti bahwa job
insecurity akibat pandemi COVID-19 berdampak pada peningkatan kecemasan.
Begitu pula penelitian terhadap 16.000 pekerja di 1.100 perusahaan di Inggris
yang menunjukkan hasil bahwa job insecurity berdampak langsung terhadap
peningkatan kecemasan pekerja (W. Wang et al., 2018).
Meskipun pada penelitian ini didapatkan bahwa tingkat kecemasan pekerja
katering dan akomodasi PT. PDC di Pertamina SHU Zona 10 adalah kecil (rata-rata
indeks 33%), namun secara statistik membuktikan bahwa tingkatan kecemasan
tersebut dipengaruhi oleh ketidakamanan akan keberlangsungan pekerjaan sebagai
dampak pandemi COVID-19. Oleh karena itu Perusahaan harus dapat memastikan
jaminan keberlangsungan pekerjaan bagi pekerja katering dan akomodasi, jika
tidak, maka akan berdampak pada peningkatan kecemasan di tempat kerja.
Komunikasi dua arah manajemen PT. PDC dan pekerja perlu dibangun dengan baik
untuk memastikan penyampaian informasi mengenai jaminan kerja di masa pandemi
COVID-19 ini. PT. PDC juga perlu mengkomunikasikan dengan user nya (PT.
Pertamina SHU Zona 10) mengenai jaminan keberlangsungan pekerjaan ini.
Hasil uji patch coefficient berdasarkan nilai t-statistic
menunjukkan bahwa pengaruh kecemasan terhadap kinerja adalah negatif dan
signifikan. Indikator KN.02 (saya akan menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan sebaik-baiknya) merupakan indikator dominan yang membentuk kinerja.
Hasil uji hipotesis menunjukkan path coefficient -0,283, nilai p-value
0,006 lebih kecil dari 0,05, dan nilai t-statistic 2,771 lebih besar
dari 1,96. Ketiga hasil ini menunjukkan bahwa kecemasan berpengeruh terhadap
kinerja pekerja katering dan akomodasi PT. PDC di Pertamina SHU Zona 10. Walau
demikian secara statisik dampak relatif kecemasan terhadap kinerja masih
tergolong kecil dengan nilai f2 sebesar 6% (berdampak kecil)
sementara itu secara statistik variabilitas kinerja juga dapat dijelaskan oleh
variabel kecemasan dan job insecurity dalam model penelitian dengan
nilai R2 hanya sebesar 8,6% (kategori lemah) sedangkan 81,4% nya
diduga dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak masuk dalam
penelitian ini.
Temuan ini didukung dengan hasil penelitian terhadap 433 pekerja
professional di sektor swasta di New Delhi India (Kumar et al., 2021)
dan 271 polisi AJ&K di Pakistan (Nisar & Rasheed, 2020)
yang
membuktikan bahwa kecemasan berdampak pada penurunan kinerja. Demikian pula terbukti bahwa kecemasan mengakibatkan penurunan
kinerja pada 494 pekerja sosial di Israel (Kagan & Itzick, 2019).
Namun
demikian hal ini berbeda dengan hasil survei yang
dilakukan terhadap pekerja di Inggris
tahun 2004 dan 2011 yang tidak menemukan bukti pengaruh peningkatan kecemasan
terhadap penurunan kinerja (Jones et al., 2016).
Pembahasan pengaruh resiliensi sebagai variabel yang memoderatori
pengaruh job insecurity terhadap kecemasan adalah untuk menjawab rumusan
masalah dan hipotesis keempat penelitian ini yang menyatakan bahwa resiliensi
(RS) memoderatori pengaruh job insecurity (JI) terhadap kecemasan (KC).
Hasil uji hipotesis menunjukkan patch coefficient sebesar -0,161, nilai p-value
0,007 lebih kecil dari 0,05, dan nilai t-statistic 2,682 lebih besar
dari 1,96. Ketiga hasil ini menunjukkan bahwa resiliensi menjadi variabel
moderator yang memperlemah pengaruh job insecurity terhadap kecemasan
pekerja katering dan akomodasi PT. PDC di Pertamina SHU Zona 10.
PT. PDC perlu memastikan agar resiliensi pekerja yang saat ini sudah
bagus dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi. Resiliensi pekerja menjadi
penting di masa pandemi COVID-19 ini karena dengannya bisa mengurangi dampak
kecemasan yang ditimbulkan oleh job insecurity.
Pembahasan kecemasan sebagai variabel yang memediasi job insecurity
terhadap kinerja adalah menjawab rumusan masalah dan hipotesis kelima
penelitian ini yang menyatakan bahwa kecemasan (KC) memediasi pengaruh job
insecurity (JI) terhadap kinerja (KN). Hasil uji hipotesis menunjukan patch
coefficient -0,081, nilai p-value 0,027 lebih kecil dari 0,05, dan
nilai t-statistic 2,208 lebih besar dari 1,96. Hasil sobel test juga menunjukkan nilai p-value
0, 017 (lebih kecil dari 0,05). Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa
kecemasan menjadi variabel yang memediasi pengaruh job insecurity
terhadap kinerja.
Temuan ini didukung hasil penelitian terhadap kinerja pada 288 pekerja
hotel bintang 4 dan 5 di Cyprus Utara di mana kecemasan telah terbukti
memediasi pengaruh job insecurity terhadap kinerja.
Berbeda dengan hal di atas, penelitian terhadap 353 pekerja hotel di
kepulauan Canary, Spanyol (Aguiar-Quintana et al., 2021)
justeru tidak mendapatkan bukti bahwa kecemasan menjadi variabel yang memediasi
pengaruhi job insecurity terhadap kinerja.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis
PLS-SEM serta pembahasannya didapatkan bahwa Job insecurity akibat
pandemi COVID-19 tidak berpengaruh terhadap kinerja. Job insecurity juga
berdampak relatif kecil terhadap kinerja, begitupula variabel kinerja tidak
dapat dijelaskan oleh variabel job insecurity dan kecemasan dalam model
penelitian ini. Ketidakpastian pekerjaan di masa mendatang merupakan indikator
dominan yang membentuk job insecurity. Adapun terhadap kecemasan, job
insecurity terbukti mempengaruhi tingkat kecemasan pekerja katering dan
akomodasi PT. PDC di lingkungan kerja Pertamina SHU Zona 10 pada penelitian
ini. Mudah kesal dan atau jengkel merupakan indikator utama yang membentuk
kecemasan. Kecemasan juga terbukti berpengaruh langsung terhadap kinerja pada
penelitian ini. Penyelesaian tugas dengan sebaik-baiknya merupakan indikator
utama yang membentuk kinerja. Selanjutnya kecemasan juga menjadi variabel yang
memediasi pengaruh job insecurity terhadap kinerja, artinya terdapat
pengaruh tidak langsung job insecurity terhadap kinerja melalui
kecemasan pekerja. Resiliensi menjadi variabel moderator yang memperlemah
pengaruh job insecurity terhadap kecemasan. Artinya resiliensi pekerja
yang bagus dapat menurunkan dampak job insecurity terhadap kecemasan
pekerja. Keyakinan untuk mencapai tujuan walaupun ada hambatan merupakan
indikator utama yang membentuk resiliensi pekerja. Terhadap lima hipotesis yang
diajukan dalam skema model yang menggambarkan jenis hubungan dari setiap
variabel pada penelitian ini, terdapat empat hipotesis yang diterima dan satu
hipotesis ditolak. Job insecurity berdampak pada peningkatan kecemasan
namun tidak berdampak pada kinerja. Kecemasan berpengaruh terhadap kinerja
disampaing menjadi variabel yang memediasi pengaruh tidak langsung job
insecurity terhadap kinerja. Resiliensi berperan sebagai variabel yang
memperlemah pengaruh job insecurity terhadap kecemasan
Abiad, A., Arao, R. M., & Dagli, S. (2020). The
economic impact of the COVID-19 outbreak on developing Asia.
Abolade, D. A. (2018).
Impact of Employees’ Job Insecurity and Employee Turnover on Organisational
Performance in Private and Public Sector Organisations. Studies in Business
and Economics, 13(2), 5–19. https://doi.org/10.2478/sbe-2018-0016
Aguiar-Quintana, T., Nguyen,
H., Araujo-Cabrera, Y., & Sanabria-Díaz, J. M. (2021). Do job insecurity,
anxiety and depression caused by the COVID-19 pandemic influence hotel
employees’ self-rated task performance? The moderating role of employee
resilience. International Journal of Hospitality Management, 94(June
2020), 102868. https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2021.102868
Asahi, K., Undurraga, E. A.,
Valdés, R., & Wagner, R. (2021). The effect of COVID-19 on the economy:
Evidence from an early adopter of localized lockdowns. Journal of Global
Health, 11, 5002. https://doi.org/10.7189/jogh.10.05002
Bakker, A. B., &
Demerouti, E. (2007). The Job Demands‐Resources model: state of the art. Journal
of Managerial Psychology, 22(3), 309–328.
https://doi.org/10.1108/02683940710733115
Bakker, A. B., &
Demerouti, E. (2017). Job demands–resources theory: taking stock and looking
forward. Journal of Occupational Health Psychology, 22(3), 273.
Bakker, A. B., & Wang,
Y. (2020). Self-undermining behavior at work: Evidence of construct and
predictive validity. International Journal of Stress Management, 27(3),
241.
Barzilay, R., Moore, T. M.,
Greenberg, D. M., DiDomenico, G. E., Brown, L. A., White, L. K., Gur, R. C.,
& Gur, R. E. (2020). Resilience, COVID-19-related stress, anxiety and
depression during the pandemic in a large population enriched for healthcare
providers. Translational Psychiatry, 10(1), 1–8.
Baskin, R. G., &
Bartlett, R. (2021). Healthcare worker resilience during the COVID‐19 pandemic:
An integrative review. Journal of Nursing Management, 29(8),
2329–2342. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/jonm.13395
Blom, V., Richter, A.,
Hallsten, L., & Svedberg, P. (2018). The associations between job
insecurity, depressive symptoms and burnout: The role of performance-based
self-esteem. Economic and Industrial Democracy, 39(1), 48–63.
Bouzari, M., & Karatepe,
O. M. (2018). Antecedents and outcomes of job insecurity among salespeople. Marketing
Intelligence & Planning.
Callea, A., Urbini, F.,
Ingusci, E., & Chirumbolo, A. (2016). The relationship between contract
type and job satisfaction in a mediated moderation model: The role of job
insecurity and psychological contract violation. Economic and Industrial
Democracy, 37(2), 399–420.
Cao, C., Shang, L., &
Meng, Q. (2020). Applying the Job Demands-Resources Model to exploring
predictors of innovative teaching among university teachers. Teaching and
Teacher Education, 89, 103009.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.tate.2019.103009
Chao, S.-P. (2021).
Simplified model on the timing of easing the lockdown. Chinese Journal of
Physics, 70, 170–181. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cjph.2021.01.007
Charkhabi, M. (2019).
Quantitative Job Insecurity and Well-Being: Testing the Mediating Role of
Hindrance and Challenge Appraisals. In Frontiers in Psychology (Vol. 9,
p. 2776). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.02776
Chen, F., Zheng, D., Liu,
J., Gong, Y., Guan, Z., & Lou, D. (2020). Depression and anxiety among
adolescents during COVID-19: A cross-sectional study. Brain, Behavior, and
Immunity, 88, 36–38.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.bbi.2020.05.061
Chen, H., & Eyoun, K.
(2021). Do mindfulness and perceived organizational support work? Fear of
COVID-19 on restaurant frontline employees’ job insecurity and emotional
exhaustion. International Journal of Hospitality Management, 94,
102850. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2020.102850
Chen, X., & Qiu, Z.
(2020). Scenario analysis of non-pharmaceutical interventions on global
COVID-19 transmissions. ArXiv Preprint ArXiv:2004.04529.
https://arxiv.org/abs/2004.04529
Choi, E. P., Hui, B. P.,
& Wan, E. Y. (2020). Depression and Anxiety in Hong Kong during COVID-19.
In International Journal of Environmental Research and Public Health
(Vol. 17, Issue 10). https://doi.org/10.3390/ijerph17103740
Cohen, J. (2013). Statistical
power analysis for the behavioral sciences. Academic press.
Colquitt, J., LePine, J. A.,
& Wesson, M. J. (2020). Organizational Behavior. McGraw-Hill
Education.
Couch, K. A., Fairlie, R.
W., & Xu, H. (2020). Early evidence of the impacts of COVID-19 on minority
unemployment. Journal of Public Economics, 192, 104287.
Dai, Y.-D., Zhuang, W.-L.,
& Huan, T.-C. (2019). Engage or quit? The moderating role of abusive
supervision between resilience, intention to leave and work engagement. Tourism
Management, 70, 69–77.
Darvishmotevali, M., &
Ali, F. (2020). Job insecurity, subjective well-being and job performance: The
moderating role of psychological capital. International Journal of
Hospitality Management, 87, 102462.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2020.102462
De Cuyper, N., Mäkikangas,
A., Kinnunen, U., Mauno, S., & Witte, H. De. (2012). Cross‐lagged
associations between perceived external employability, job insecurity, and
exhaustion: Testing gain and loss spirals according to the conservation of
resources theory. Journal of Organizational Behavior, 33(6),
770–788.
Devi, S., Warasniasih, N. M.
S., Masdiantini, P. R., & Musmini, L. S. (2020). The impact of COVID-19
pandemic on the financial performance of firms on the Indonesia stock exchange.
Journal of Economics, Business, & Accountancy Ventura, 23(2),
226–242.
Ganson, K. T., Tsai, A. C.,
Weiser, S. D., Benabou, S. E., & Nagata, J. M. (2021). Job Insecurity and
Symptoms of Anxiety and Depression Among U.S. Young Adults During COVID-19. Journal
of Adolescent Health, 68(1), 53–56.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2020.10.008
Gozali, I., & Latan, H.
(2020). Partial Least Squares: Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan
Program SmartPLS 3.0. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hair Jr, J. F., Sarstedt,
M., Ringle, C. M., & Gudergan, S. P. (2017). Advanced issues in partial
least squares structural equation modeling. SAGE publications.
Halbesleben, J. R. B.,
Neveu, J.-P., Paustian-Underdahl, S. C., & Westman, M. (2014). Getting to
the “COR”: Understanding the Role of Resources in Conservation of Resources
Theory. Journal of Management, 40(5), 1334–1364.
https://doi.org/10.1177/0149206314527130
Hartmann, S., Weiss, M.,
Newman, A., & Hoegl, M. (2020). Resilience in the workplace: A multilevel
review and synthesis. Applied Psychology, 69(3), 913–959.
Hasibuan, H. M. S. P.
(2016). Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Hastono, S. P. (2019). Analisis
Data Pada Bidang Kesehatan. Depok: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Henseler, J., Ringle, C. M.,
& Sarstedt, M. (2015). A new criterion for assessing discriminant validity
in variance-based structural equation modeling. Journal of the Academy of
Marketing Science, 43(1), 115–135.
Hobfoll, S. E., Halbesleben,
J., Neveu, J.-P., & Westman, M. (2018). Conservation of Resources in the
Organizational Context: The Reality of Resources and Their Consequences. Annual
Review of Organizational Psychology and Organizational Behavior, 5(1),
103–128. https://doi.org/10.1146/annurev-orgpsych-032117-104640
Hu, S., Jiang, L., Probst,
T. M., & Liu, M. (2018). The relationship between qualitative job
insecurity and subjective well-being in Chinese employees: The role of
work–family conflict and work centrality. Economic and Industrial Democracy,
0143831X18759793. https://doi.org/10.1177/0143831X18759793
Hu, Y., Liang, W., Liu, L.,
& Li, L. (2020). (No Title). N Engl j Med, 18, 1708–1728.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2002032
Huang, G., Zhao, H. H., Niu,
X., Ashford, S. J., & Lee, C. (2013). Reducing job insecurity and
increasing performance ratings: does impression management matter? Journal
of Applied Psychology, 98(5), 852.
Hui, F. K., & Aye, L.
(2018). Occupational Stress and Workplace Design. In Buildings (Vol. 8,
Issue 10). https://doi.org/10.3390/buildings8100133
ILO. (2021). COVID-19 and
the world of work. Updated Estimates and Analysis.
http://oit.org/wcmsp5/groups/public/---dgreports/---dcomm/documents/briefingnote/wcms_743146.pdf
Inanc, H. (2018).
Unemployment, Temporary Work, and Subjective Well-Being: The Gendered Effect of
Spousal Labor Market Insecurity. American Sociological Review, 83(3),
536–566. https://doi.org/10.1177/0003122418772061
Jiang, L., & Probst, T.
M. (2016). The moderating effect of trust in management on consequences of job
insecurity. Economic and Industrial Democracy, 40(2), 409–433.
https://doi.org/10.1177/0143831X16652945
Jones, M. K., Latreille, P.
L., & Sloane, P. J. (2016). Job anxiety, work‐related psychological illness
and workplace performance. British Journal of Industrial Relations, 54(4),
742–767. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/bjir.12159
Kagan, M., & Itzick, M.
(2019). Work-related factors associated with psychological distress among
social workers. European Journal of Social Work, 22(1), 30–42.
https://doi.org/10.1080/13691457.2017.1357021
Kumar, P., Kumar, N.,
Aggarwal, P., & Yeap, J. A. L. (2021). Working in lockdown: The
relationship between COVID-19 induced work stressors, job performance,
distress, and life satisfaction. Current Psychology, 40(12),
6308–6323. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s12144-021-01567-0
Lai, H., Khan, Y. A.,
Thaljaoui, A., Chammam, W., & Abbas, S. Z. (2021). COVID-19 pandemic and
unemployment rate: A hybrid unemployment rate prediction approach for developed
and developing countries of Asia. Soft Computing, 1–16.
https://doi.org/10.1007/s00500-021-05871-6(0123456789().,-volV)(0123456789().
,- volV)
Lee, C., Huang, G. H., &
Ashford, S. J. (2018). Job insecurity and the changing workplace: Recent
developments and the future trends in job insecurity research. Annual Review
of Organizational Psychology and Organizational Behavior, 5,
335–359. https://doi.org/10.1146/annurev-orgpsych-032117-104651
Lin, W., Shao, Y., Li, G.,
Guo, Y., & Zhan, X. (2021). The psychological implications of COVID-19 on
employee job insecurity and its consequences: The mitigating role of
organization adaptive practices. Journal of Applied Psychology, 106(3),
317. https://doi.org/10.1037/apl0000896
Liu, C. H., Zhang, E., Wong,
G. T. F., Hyun, S., & Hahm, H. “Chris.” (2020). Factors associated with
depression, anxiety, and PTSD symptomatology during the COVID-19 pandemic:
Clinical implications for U.S. young adult mental health. Psychiatry
Research, 290, 113172.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113172
Mayerl, H., Stolz, E.,
Waxenegger, A., Rásky, É., & Freidl, W. (2016). The Role of Personal and
Job Resources in the Relationship between Psychosocial Job Demands, Mental
Strain, and Health Problems. In Frontiers in Psychology (Vol. 7, p.
1214). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2016.01214
Merino, M. D., Privado, J.,
& Arnaiz, R. (2019). Is There Any Relationship between unemployment in
Young Graduates and Psychological Resources? An empirical research from the
conservation of resources theory. Journal of Work and Organizational
Psychology, 35(1), 1–8.
Mohr, G. B. (2000). The
changing significance of different stressors after the announcement of
bankruptcy: A longitudinal investigation with special emphasis on job
insecurity. Journal of Organizational Behavior, 21(3), 337–359.
https://doi.org/10.1002/(SICI)1099-1379(200005)21:3<337::AID-JOB18>3.0.CO;2-G
Mossman, S. A., Luft, M. J.,
Schroeder, H. K., Varney, S. T., Fleck, D. E., Barzman, D. H., Gilman, R.,
DelBello, M. P., & Strawn, J. R. (2017). The Generalized Anxiety Disorder
7-item scale in adolescents with generalized anxiety disorder: Signal detection
and validation. Annals of Clinical Psychiatry : Official Journal of the
American Academy of Clinical Psychiatrists, 29(4), 227-234A.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29069107
Munir, S., Takov, V., &
Coletti, V. A. (2021). Generalized Anxiety Disorder (Nursing). StatPearls
[Internet].
Ngo, H., & Li, H.
(2015). Chinese traditionality and career success: mediating roles of
procedural justice and job insecurity. Career Development International.
Nisar, S. K., & Rasheed,
M. I. (2020). Stress and performance: Investigating relationship between
occupational stress, career satisfaction, and job performance of police
employees. Journal of Public Affairs, 20(1), e1986.
https://doi.org/https://doi.org/10.1002/pa.1986
PDSKJI. (2020). Lima
Bulan Pandemi COVID-19 di Indonesia. http://pdskji.org/home
Prapanjaroensin, A.,
Patrician, P. A., & Vance, D. E. (2017). Conservation of resources theory
in nurse burnout and patient safety. Journal of Advanced Nursing, 73(11),
2558–2565.
Rue, L. W., Lloyd L. Byars,
D., & Ibrahim, N. A. (2015). Human Resource Management. McGraw-Hill
Education. https://books.google.co.id/books?id=osW2nAEACAAJ
Sarwar, A., Maqsood, U.,
& Mujtaba, B. G. (2021). Impact of job insecurity due to COVID-19 on the
psychological wellbeing and resiliency of food delivery personnel. International
Journal of Human Resource Studies, 11(1), 24–44.
https://doi.org/https://doi.org/10.5296/ijhrs.v11i1.18075
Shoss, M. K., Jiang, L.,
& Probst, T. M. (2018). Bending without breaking: A two-study examination
of employee resilience in the face of job insecurity. Journal of
Occupational Health Psychology, 23(1), 112.
http://dx.doi.org/10.1037/ocp0000060
Su, C.-W., Dai, K., Ullah,
S., & Andlib, Z. (2021). COVID-19 pandemic and unemployment dynamics in
European economies. Economic Research-Ekonomska Istraživanja, 1–13.
https://doi.org/10.1080/1331677X.2021.1912627
Sugiyono. (2018). Metode
Penelitian Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tavakol, Z., Ghannadi, S.,
Tabesh, M. R., Halabchi, F., Noormohammadpour, P., Akbarpour, S., Alizadeh, Z.,
Nezhad, M. H., & Reyhan, S. K. (2021). Relationship between physical
activity, healthy lifestyle and COVID-19 disease severity; a cross-sectional
study. Journal of Public Health, 1–9.
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s10389-020-01468-9
Tiirikainen, K., Haravuori,
H., Ranta, K., Kaltiala-Heino, R., & Marttunen, M. (2019). Psychometric
properties of the 7-item Generalized Anxiety Disorder Scale (GAD-7) in a large
representative sample of Finnish adolescents. Psychiatry Research, 272,
30–35. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.12.004
Vogt, K., Hakanen, J. J.,
Brauchli, R., Jenny, G. J., & Bauer, G. F. (2016). The consequences of job
crafting: A three-wave study. European Journal of Work and Organizational
Psychology, 25(3), 353–362.
Wang, H., Lu, C., & Siu,
O. (2015). Job insecurity and job performance: The moderating role of
organizational justice and the mediating role of work engagement. Journal of
Applied Psychology, 100(4), 1249.
Wang, W., Mather, K., &
Seifert, R. (2018). Job insecurity, employee anxiety, and commitment: the
moderating role of collective trust in management. Journal of Trust Research,
8(2), 220–237.
Wilson, J. M., Lee, J.,
Fitzgerald, H. N., Oosterhoff, B., Sevi, B., & Shook, N. J. (2020). Job
Insecurity and Financial Concern During the COVID-19 Pandemic Are Associated
With Worse Mental Health. Journal of Occupational and Environmental Medicine,
62(9). https://doi.org/10.1097/jom.0000000000001962
Zheng, X., Diaz, I., Tang,
N., & Tang, K. (2014). Job insecurity and job satisfaction: The
interactively moderating effects of optimism and person-supervisor deep-level
similarity. Career Development International.
Copyright holder: Hendar Sunandar (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |