Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
9, No. 5, Mei 2024
ANALISIS
PENGARUH PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA, PERAN KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI ORGANISASI PEMBELAJAR SEBAGAI VARIABEL
MEDIASI
Hendrikus Gunawan¹*,
Conchita
Valentina Latupapa², Heriani3
UPBJJ-UT Tarakan,
Tarakan, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]¹*, [email protected]², [email protected]3
abstrak
Penelitian
ini memiliki model yang kompleks serta jumlah sampel yang terbatas, sehingga
teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS)
dengan bantuan software SmartPLS versi 3.0. Pengukuran data dilakukan
dengan menggunakan Skala Likert. Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Peran Kepemimpinan sebagai
variabel independen, Organisasi Pembelajar sebagai variabel mediasi serta
Kinerja Karyawan sebagai variabel dependen. Pada nilai Q-Square presictive relevance, variabel Organisasi Pembelajar
memiliki nilai sebesar 0,621. Hal ini menunjukkan bahwa Pelatihan dan
Pengembangan SDM serta Peran Kepemimpinan memiliki kekuatan prediksi yang kuat
terhadap Organisasi Pembelajar. Variabel Kinerja Karyawan memiliki nilai Q-Square presictive revelance sebesar
0,961 Hal ini menunjukkan bahwa Pelatihan dan Pengembangan SDM serta Peran
Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajar memiliki kekuatan prediksi yang kuat
terhadap Kinerja Karyawan.
Kata Kunci: Pelatihan, Pengembangan, SDM, Kepemimpinan,
Kinerja
Abstract
This research has a complex
model and a limited number of samples, so the data analysis technique in this
research uses Partial Least Square (PLS) with the help of SmartPLS version 3.0
software. Data measurement was carried out using a Likert Scale. This research
has three variables, namely Training and Development of Human Resources,
Leadership Role as an independent variable, Learning Organization as a
mediating variable and Employee Performance as a dependent variable. In the Q-Square value of predictive relevance, the Learning Organization
variable has a value of 0.621. This shows that HR Training and Development and
Leadership Roles have strong predictive power on Learning Organizations. The
Employee Performance variable has a Q-Square predictive relevance value of
0.961. This shows that HR Training and Development as well as the Role of
Leadership and Learning Organizations have strong predictive power on Employee
Performance.
Keywords: Training, Development, HR, Leadership, Performance
Pendahuluan
Sumber daya manusia karyawan Credit Union menjadi sangat penting
dikelola dengan baik karena pada hakekatnya sumber daya manusialah yang
menentukan berhasil tidaknya sebuah usaha yang di jalankan Credit Union. Begitu
pentingnya sumber daya manusia maka di dalam Credit Union pada umumnya ada
bagian khusus yang mengelola sumber daya manusia, mulai dari program rekrutmen
atau pengadaan tenaga kerja, seleksi, penempatan, pelatihan, pengembangan
sumber daya manusia, pengawasan, evaluasi kinerja, pemberian kompensasi dan
pemberhentian karyawan atau pemutusan hubungan kerja (Paulus, 2020). Dalam perkembangan usahanya sejak
berdiri pada tanggal 12 Februari 1995, CU. Stela
Maris Siantan telah sering mengadakan pelatihan untuk pengurus dan karyawan. Dengan adanya pelatihan
yang dilaksanakan, diharapkan karyawan dapat meningkatkan wawasan, pemahaman,
dan keterampilan kerja, sehingga kualitas dan perkembangan usaha dapat
meningkat. Dalam pelaksanaan pelatihan karyawannya, CU. Stela Maris Siantan mengadakan penyelenggaraan pelatihan baik oleh CU. Stela Maris Siantan sendiri maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak luar yang terkait
dalam bidang usaha yang dijalankan.
Berikut ini adalah tabel jumlah Pelatihan dan Pengembangan sumber daya
manusia yang dilaksanakan CU. Stela
Maris Siantan tahun 2016-2021:
Tabel 1. CU. Stela Maris Siantan Jumlah Pelatihan Karyawan Tahun 2016-2021
Tahun |
Jumlah Karyawan |
Jumlah Pelatihan Karyawan |
Persentase Pelatihan |
2016 |
23 |
7 |
30,00 |
2017 |
27 |
8 |
29,00 |
2018 |
28 |
10 |
35,00 |
2019 |
28 |
10 |
35,00 |
2020 |
33 |
9 |
27,00 |
2021 |
33 |
8 |
24,00 |
Sumber: CU Stella Maris Pontianak, 2021
Tabel 2. CU. Stela Maris Siantan Bentuk Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Tahun 2016-2021
Tahun |
Bentuk Pelatihan dan Pengembangan SDM |
Jumlah |
Persentase |
2016 |
Diklat, Pelatihan, Presentasi |
5 |
5,62 |
2017 |
Diklat, Pelatihan, Rotasi |
7 |
7,87 |
2018 |
Pelatihan, Pengawasan, Presentasi, RAT (Rapat Anggota Tahunan) BKCU, Rotasi, Sosialisasi |
8 |
8,99 |
2019 |
Latihan Instruksi Pekerjaan, Dialog, Lokakarya, Pelatihan, Presentasi, RAT
(Rapat Anggota Tahunan) BKCU, Sosialisasi |
15 |
16,85 |
2020 |
Lokakarya, Pengawasan, Pelatihan, Rotasi |
34 |
38,20 |
2021 |
Lokakarya dan Diklat Eksternal ( 8 kali secara tatap muka
dan 12 kali secara virtual) |
20 |
22,47 |
|
Jumlah |
89 |
100 |
Sumber: CU Stella Maris Pontianak, 2021
Berdasarkan temuan analisis pada Tabel 1 dan 2 menunjukkan
bahwa karyawan Credit Union mempunyai akses terhadap berbagai peluang
pelatihan dan pengembangan. CU. Stela
Maris Siantan berubah seiring
berjalannya waktu. Hal ini menunjukkan CU. Stela Maris Siantan berupaya
meningkatkan kualitas dan pengembangan usaha yang dikelolanya. Produktivitas
dan kinerja karyawan diperkirakan akan meningkat sebagai hasil dari pelaksanaan
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Credit Union memanfaatkan
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai bagian dari upayanya
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (Anggraeni et al., 2017). Melalui pelatihan dan pengembangan
yang berkelanjutan bagi anggota, eksekutif, manajer, karyawan, dan masyarakat
luas sejalan dengan nilai-nilai solidaritas, demokrasi, sosial dan ekonomi.
Tujuan sosialnya adalah untuk membantu anggota memahami hak dan kewajiban
mereka, menabung dan mendorong penggunaan uang secara bijaksana. Menerapkan
kepemimpinan, CU. Stela Maris Siantan membutuhkan personel yang bisa dipercaya
agar CU. Stela Maris Siantan tetap maju dan berkembang sepanjang waktu. Oleh
karena itu, diadakan Pelatihan Management Leader di Rumah Retret Constantin
Sungai Ambawang pada tanggal 20 Juni s/d 20 Juli 2021 oleh Deputy HRD &
ADUM CU. Stela Maris Siantan, Credit Union lainnya, dan Puskopcuina sebagai
penyelenggara pelatihan eksternal. Program Kerja Diklat Tahun Anggaran 2020
memiliki tindak lanjut bernama Pelatihan Pemimpin Manajemen, yang mengevaluasi
kebutuhan internal untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan (kemampuan)
kepemimpinan dan peserta didik melalui sesi outbound. Agar prinsip-prinsip kepemimpinan manajemen
dapat terinternalisasi, dilakukan kegiatan outbound dan pelatihan kepemimpinan
manajemen. Karena peserta kegiatan ini diharapkan sudah memiliki kemampuan
kepemimpinan. Namun ketika diamati dalam praktik, menjadi jelas bahwa
menyeimbangkan teori dan praktik kepemimpinan adalah hal yang sulit. Misalnya
dalam materi komunikasi efektif, secara teoritis komunikasi efektif adalah
penyampaian pesan efektif yang sesuai dengan aslinya, namun yang terjadi antara
pengirim pesan dan penerima pesan, pesan tersebut sebenarnya tidak pernah
diterima oleh orang atau penerima akhir sesuai dengan pesan aslinya ketika
pengirim pesan dan penerima pesan mengkomunikasikan pesan tersebut. Oleh karena
itu, terlihat dari permainan ini bahwa teori dan praktik tidak selalu
berkomunikasi dengan baik. Organisasi Pembelajar (learning Organization)
merupakan suatu hal yang penting dalam peningkatan kinerja CU. Stela Maris
Siantan oleh karena itu perlu adanya pemantauan secara berkala dalam hal
penerapan program tersebut di seluruh tempat pelayanan. Manajemen harus
konsisten memfasilitasi kegiatan Organisasi Pembelajar (organisasi
pembelajaran), sehingga para pekerjanya merasa diperhatikan dan dengan sadar
meningkatkan semangat kerja agar yang diharapkan lembaga dapat tercapai. CU.
Stela Maris Siantan perlu mempelajari dan mengelola pengetahuan untuk menopang
daya saing mereka di era global saat ini. Hal ini telah mengubah fokus dari
Pembelajar, berawal dari sebuah mekanisme untuk mencapai aspirasi individu
menjadi mekanisme untuk menciptakan nilai-nilai organisasi. Dengan kata lain,
organisasi mendukung pembelajaran bagi pelajar dan pekerja individu. Kemampuan
mengkomunikasikan informasi dan keahlian di seluruh anggota organisasi, serta
penekanan pada adaptasi berkelanjutan, seiring dengan pengembangan kemampuan
tersebut mengarah pada lahirnya organisasi pembelajar. Penilaian Kinerja Karyawan CU. Stela Maris
Siantan memiliki manfaat baik bagi karyawan itu sendiri maupun lembaga CU. Stela
Maris Siantan. Seorang pemimpin harus memahami manfaat penilaian kinerja agar
karyawan agar lembaga CU. Stela Maris Siantan dapat bergerak maju dan
berkembang menjadi lebih baik lagi. Manfaat penilaian Kinerja Karyawan CU.
Stela Maris Siantan antara lain:
1) Sebagai media ukur untuk menentukan kenaikan
jabatan dari karyawan yang bersangkutan yaitu dengan melakukan review sebelum akhirnya dapat
diputuskan bahwa karyawan tersebut berhak untuk mendapatkan kenaikan jabatan.
2) Penilaian Kinerja Karyawan dilakukan untuk
melihat seberapa besar bobot pekerjaan mereka dan berapa banyak bonus yang
dapat diberikan oleh CU. Stela Maris Siantan, dengan adanya sistem kerja yang
demikian maka karyawan akan merasa termotivasi untuk bekerja dengan lebih giat
lagi untuk mendapatkan penilaian kinerja yang baik.
3) Penilaian Kinerja Karyawan juga dapat menjadi
parameter pengukuran dalam menaikkan gaji karyawan. Apabila karyawan tersebut
memiliki skor penilaian yang baik, maka tentu dapat memberikan gaji yang lebih
karena besarnya kontribusi yang diberikan oleh karyawan tersebut kepada CU.
Stela Maris Siantan.
4) Melalui penilaian Kinerja Karyawan bisa membantu
untuk menemukan potensi dan kemampuan karyawan yang dapat dikembangkan dan di
support untuk kemajuan CU. Stela Maris Siantan.
5) Penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi baik dari sisi lembaga maupun sisi karyawan.
Dalam perkembangan usahanya sejak berdiri pada tanggal 12 Februari
1995, CU. Stela Maris Siantan atau sering
disingkat dengan nama KSP CU Stella Maris telah memiliki Badan Hukum No:
148/BH/X, Nomor Induk Koperasi (NIK): 6171040050091 dan NPWP
No:83.162.083.6-701.000 serta memiliki Anggaran Dasar (AD) yang di revisi
Nomor: 460 Tanggal 19 November 2018 oleh Notaris Novi Syafitri,S.H.
Saat ini KSP CU Stella Maris. Data perkembangan CU. Stela Maris Siantan selama
3 tahun (2019 s/d 2021) yaitu :
Tabel 3. Data
perkembangan CU. Stela Maris Siantan 2019-2021
No |
Tahun Buku |
Anggota |
Asset |
Pinjaman Beredar |
Pendapatan |
Biaya |
SHU |
1. |
2019 |
10.458 |
137.938.429.050 |
97.357.914.140 |
13.273.214.375 |
12.576.862.003 |
696.352.372 |
2. |
2020 |
11.259 |
137.033.747.340 |
92.133.588.972 |
12.323.545.548 |
12.271.788.760 |
51.756.788 |
3. |
2021 |
12.158 |
141.718.178.052 |
89.567.116.728 |
10.727.497.986 |
10.624.738.619 |
102.759367 |
Kondisi Pandemi Corona Virus
Disease (COVID-19) yang melanda dunia dan sebagian besar wilayah
Indonesia tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan dan sosial kemasyarakatan,
namun sangat berpengaruh pada sektor ekonomi. Jika dilihat dalam data
perkembangan CU. Stela Maris Siantan selama 3 tahun (2019 s/d 2021), tampak
bahwa jumlah anggota setiap tahunnya bertambah namun disisi lain pinjaman
beredar, pendapatan, biaya dan SHU mengalami penurunan "Adaptasi pola kerja dan pengelolaan organisasi
merupakan hal utama yang perlu diterapkan di lingkungan kerja, mengingat kita
tidak bisa memastikan kapan situasi seperti ini akan berakhir" (Rosita, 2020). Selanjutnya peneliti akan mengkaji
ulang untuk mengetahui Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Peran Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan melalui Organisasi Pembelajar
sebagai Variabel Mediasi. Faktor-faktor tersebut menarik untuk diteliti, apakah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan CU. Stela Maris
Siantan
Metode Penelitian
Penelitian ini mengadopsi metodologi
kuantitatif, yaitu yang menekankan pada analisis data numerik yang diproses
secara statistik. Sujarweni (2016) mendefinisikan penelitian kuantitatif
sebagai suatu teknik penelitian yang menghasilkan temuan yang dapat
dikuantifikasi (diukur) atau diproduksi (diperoleh) dengan menggunakan teknik
statistik. Dalam metode kuantitatif, teori objektif digunakan untuk mempelajari
jenis hubungan antar variabel. Menurut Sujarweni (2016), penelitian ini merupakan salah satu
contoh penelitian asosiatif, yang berupaya mengidentifikasi hubungan atau
pengaruh antara dua faktor atau lebih. Kantor Credit Union Stella Maris Siantan
berlokasi di Pontianak Jalan Gusti Situt Mahmud No. 80, Siantan Tengah,
Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sugiyono (2017) mengartikan sampling jenuh sebagai
strategi pengambilan sampel yang memperhitungkan setiap anggota populasi. Jika
populasinya berjumlah kurang dari 30 orang, hal ini dilakukan untuk membuat
generalisasi dengan margin kesalahan yang sangat rendah. Sensus, yang mengambil
sampel seluruh populasi, adalah nama lain dari sampel jenuh. Sesuai dengan
justifikasi yang diberikan, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini
akan mewakili total populasi atau seluruh pekerja CU. Stela Maris Siantan
sebanyak 33 (tiga puluh tiga).
Pada
penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan Teknik analisis Partial Least
Square (PLS) dengan program smartPLS 4.0. Berikut ini adalah skema model
program PLS yang diajukan:
Gambar 1. Skema Model Partial Least Square
(PLS)
Sumber: Data Primer diolah, 2023
Hasil
pengelolahan data dengan menggunakan SmartPLS dapat dilihat pada gambar 1.
Nilai Outer Loading atau korelasi
antar konstruk dengan variabel telah memenuhi convergent validity dan dinyatakan valid karena memiliki nilai loading factor > 07. Maka semua
indikator pada semua variabel dinyatakan layak dan valid serta bisa digunakan
untuk analisis lebih lanjut.
Tabel
4. Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Langsung
Hipotesis |
Hubungan antara Konstruk |
T-Statistik |
P-Values |
Status |
H1 |
Pelatihan
dan Pengembangan SDM (X1) Kinerja Karyawan (Y) |
1,507 |
0,133 |
Ditolak |
H2 |
Pelatihan dan Pengembangan SDM (X1) Organisasi Pembelajar (Z) |
0,745 |
0,457 |
Ditolak |
H3 |
Peran Kepemimpian (X2)
Kinerja Karyawan (Y) |
3,751 |
0,000 |
Diterima |
H4 |
Peran Kepemimpinan (X2) Organisasi
Pembelajar (Z) |
2,281 |
0,023 |
Diterima |
H5 |
Organisasi Pembelajar (Z) Kinerja
Karyawan (Y) |
7,409 |
0,000 |
Diterima |
Sumber: Data Primer diolah 2023
Berdasarkan
tabel 3 dapat dijelaskan hasil pengujian pengaruh langsung dari masing-masing
variabel sebagai berikut:
1.
Pengujian Hipotesis 1
Berdasarkan data di atas, P-Value sebesar 0,133 lebih tinggi dari
nilai signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Pelatihan dan Pengembangan SDM tidak signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Hipotesis 1 ditolak.
2.
Pengujian Hipotesis 2
Berdasarkan data di atas, nilai P-Value sebesar 0,457 lebih
tinggi dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Pelatihan dan Pengembangan SDM berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap Organisasi Pembelajar, dan hal ini membuktikan bahwa Pelatihan
dan Pengembangan SDM tidak selalu meningkatkan organisasi pembelajar. Hipotesis 2 ditolak.
3.
Pengujian Hipotesis 3
Pada data diatas menunjukkan bahwa nilai P-Value sebesar 0,000 yakni lebih kecil dari nilai
signifikan yaitu, 0.05. Hal
ini berarti Peran Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap
Kinerja Karyawan, yang berarti Peran
Kepemimpinan mampu meningkatkan secara signifikan terhadap
Kinerja Karyawan. Hipotesis 3 diterima.
4.
Pengujian Hipotesis 4
Berdasarkan
statistik di atas, nilai P-Value adalah 0,023, lebih kecil dari nilai
signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Peran Kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Organisasi Pembelajaran, menunjukkan kemampuan
Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan Organisasi Pembelajaran. Hipotesis 4 diterima.
5.
Pengujian Hipotesis 5
Berdasarkan
data di atas, nilai P-Value adalah 0,000, lebih kecil dari nilai signifikansi
0,05. Oleh karena itu, Organisasi Pembelajar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Karyawan, hal ini menunjukkan kemampuan organisasi pembelajar
mempunyai dampak yang baik dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hipotesis 5 diterima
Gambar 2. Model jalur Bootstrapping
Sumber: Data Primer diolah, 2023
Bootstrapping adalah resampling, PLS menggunakan bootstrapping untuk menentukan nilai t
sehingga dapat diketahui tingkat signifikan dari nilai T tersebut. Oleh sebab
itu penggunaan bootstrapping >500 supaya mendapatkan nilai T yang stabil dan
juga untuk mengetahui pengaruh tidak langsung atau efek mediasi antar konstruk
atau variabel.
Tabel 5. Hasil Uji Efek Mediasi
Hipotesis |
Hubungan
antara Konstruk |
T-Statistik |
P-Values |
Status |
H6 |
Pelatihan dan Pengembangan SDM (X1) Organisasi Pembelajar (Z) Kinerja Karyawan (Y) |
0,819 |
0,413 |
Ditolak |
H7
|
Peran Kepemimpian (X2) Organisasi
Pembelajar (Z) Kinerja
Karyawan (Y) |
2,238 |
0,026 |
Diterima
|
Sumber: Data Primer diolah 202
Berdasarkan tabel 4, dapat
diinterpretasikan temuan uji koefisien pengaruh tidak langsung dengan mediasi
organisasi pembelajar dalam pelatihan dan pengembangan SDM, peran kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan, dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut
:
1.
Pengujian
Hipotesis 1
Berdasarkan data di
atas, nilai P-Values sebesar 0,413 lebih tinggi dari nilai signifikan 0,05.
Oleh karena itu, Organisasi Pembelajar tidak dapat memediasi antara Pelatihan dan Pengembangan SDM dengan
Kinerja Karyawan. Hipotesis 6 ditolak.
2.
Pengujian
Hipotesis 2
Berdasarkan data di
atas, P-Value adalah 0,026, lebih kecil dari nilai signifikan 0,05. Oleh karena
itu, peran kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dapat dimediasi oleh
organisasi pembelajar. Hipotesis
7 diterima.
Pembahasan
Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan SDM Terhadap Kinerja Karyawan
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Pelatihan dan Pengembangan SDM
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap Kinerja Karyawan. Kesimpulannya.
Pelatihan dan Pengembangan SDM tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun dapat
dikurangi agar dapat meningkat tanpa menurunkan Kinerja Karyawan CU. Stella
Maris dari Siantan. Namun, jika Pelatihan dan Pengembangan SDM dapat ditangani
secara efektif, lembaga akan memperoleh manfaat terbesar, termasuk mendorong
persaingan yang sehat di antara karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
karyawan di CU. Stela Maris Siantan tidak dipengaruhi oleh variabel Pelatihan
dan Pengembangan SDM karena organisasi tidak efektif dalam mengidentifikasi
kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan SDM karyawan, Pelatihan dan Pengembangan
SDM berdampak kecil terhadap kinerja karyawan. Organisasi tidak memberikan
Pelatihan dan Pengembangan SDM yang komprehensif kepada seluruh karyawan;
sebaliknya, program Pelatihan dan Pengembangan SDM hanya diberikan untuk
beberapa bagian atau untuk manajer di setiap bagian. Penelitian Rahinnaya &
Surya Perdhana (2016) mendukung klaim temuan penelitian ini bahwa pelatihan tidak berdampak
terhadap kinerja karyawan karena perusahaan dalam penelitian tidak cocok dengan
sistem pelatihan yang ada saat ini karena perusahaan kurang pandai dalam
mengidentifikasi pelatihan. Kebutuhan dan belum optimal dalam menguji peserta
diklat.
Pengaruh
Pelatihan dan Pengembangan SDM Terhadap Organisasi Pembelajar
Berdasarakan pengujian hipotesis dalam penelitian ini diperoleh hasil
bahwa Pelatihan dan Pengembangan SDM berpen garuh secara tidak signifikan
terhadap Organisasi Pembelajar. Yang berarti bahwa semakin tinggi Pelatihan dan
Pengembangan SDM tidak serta merta meningkatkan Organisasi Pembelajar karyawan.
Bahwa Pelatihan dan Pengembangan SDM (pelatihan tugas dan pengembangan SDM)
memiliki korelasi kuat dan terhadap Organisasi Pembelajar anggota Tim. Kinerja
CU. Stela Maris Siantan dapat ditingkatkan dengan bantuan organisasi pembelajar
dan terus memantau pelaksanaan program di seluruh lokasi layanan. Untuk
memastikan bahwa karyawan merasa dihargai, semangat kerja meningkat dan untuk
membantu organisasi pembelajar mencapai tujuannya, manajemen harus terus
mendukung operasional organisasi pembelajar agar CU. Stela Maris Siantan dapat
tetap kompetitif dalam lingkungan global saat ini, pengelolaan pengetahuan dan
pembelajaran sangatlah penting. Akibatnya, fokus pembelajar telah bergeser dari
sarana untuk memenuhi tujuan pribadi menjadi sarana untuk mengembangkan
cita-cita perusahaan. Dengan kata lain, organisasi mendukung untuk para pekerja
untuk terus belajar dalam organisasi. Kemampuan mengkomunikasikan informasi dan
keahlian di seluruh perusahaan/ organisasi, serta penekanan pada adaptasi
berkelanjutan, seiring dengan pengembangan kemampuan tersebut mengarah pada
lahirnya organisasi pembelajar (learning organization).
Pengaruh
Peran Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Melayu SP Hasibuan (2007), kepemimpinan adalah proses seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
pengikutnya untuk berkolaborasi dan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Menurut Hemphill dalam Thoha (2012), kepemimpinan terkadang digambarkan sebagai penggunaan kekuasaan dan
pengambilan keputusan. Selain itu, terdapat apa yang dianggap sebagai inisiatif
untuk bertindak yang menghasilkan pola berulang dalam mencari solusi terhadap
suatu permasalahan tertentu. Menurut Robbins (2003), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tindakan orang lain sedemikian
rupa sehingga mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kata
lain, kepemimpinan adalah kapasitas untuk membujuk suatu kelompok agar mencapai
tujuan organisasi. Peran Kepemimpinan / tanggung jawab kepemimpinan suatu
perusahaan atau organisasi harus meningkatkan lingkungan kerja yang baik bagi
karyawannya guna mengembangkan komitmen organisasi, yang mencerminkan
kesungguhan karyawan dalam menjalankan pekerjaan dan aktivitasnya guna
meningkatkan kinerja. Menurut Yasin Aziz (2001), efektivitas inisiatif pengembangan organisasi sangat dipengaruhi oleh
kualitas kepemimpinan atau manajemen, dedikasi pimpinan puncak organisasi
terhadap usaha/ energi yang dikeluarkan maupun upaya pemimpin itu sendiri. Temuan
ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif dapat mendorong kinerja SDM
yang baik melalui indikator kepemimpinan seperti keterlibatan bawahan dalam
semua pengambilan keputusan, kepercayaan pemimpin, adanya bimbingan atau
instruksi terkait pekerjaan, dan sikap pimpinan yang adil dan bijaksana
terhadap bawahan sehingga dapat meningkatkan kinerja SDM. di CU. Stela Maris
Siantan.
Pengaruh
Peran Kepemimpinan Terhadap Organisasi Pembelajar
Berdasarkan hasil analisis mengenai pengaruh Peran Kepemimpinan terhadap
Organisasi Pembelajar, menunjukkan Peran Kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Organisasi Pembelajar karyawan. Para manajer diperingatkan
oleh perusahaan bahwa kapasitas mereka untuk mendorong perubahan akan
menentukan nasib organisasi. Oleh karena itu, manajer yang baik harus mampu
mengelola dan megevaluasi perubahan dan perkembangan organisasi dengan tepat
dan cepat. Perubahan dapat dilakukan secara paksa atau bebas melalui
pengunduran diri, penggantian karyawan dan pelatihan/ training. Hal ini terjadi
akibat kurangnya dukungan dan penerimaan di antara seluruh anggota organisasi
terhadap perubahan yang terjadi atau akibat kurangnya kepercayaan terhadap agen
perubahan. Di sisi lain, pemimpin adalah penghalang terbesar dalam melakukan
perubahan yang berarti. Pemimpin sekolah mendorong kreativitas guru dengan
menggunakan berbagai teknik manajemen untuk memfasilitasi inovasi di antara
para guru, seperti yang disebutkan oleh Chan Lin dkk. (2013). Asbari, (2019); Asbari dkk., (2019); Asbari dkk., (2020); Purwanto dkk., (2019); Purwanto dkk., (2020); Gumusluoglu dan Ilsev, (2009); Scott dan Bruce, (2009) telah menemukan bahwa dukungan kepemimpinan terhadap inovasi dapat
mempengaruhi pertumbuhan inovasi di lembaga pendidikan. Menurut penelitian
Lewis dkk. (2017), Asbari dkk. (2020), Santoso dkk. (2021), dan Purwanto dkk. (2020), kepemimpinan secara langsung mempengaruhi potensi inovasi organisasi.
Dalam situasi ini, dorongan kepemimpinan memperkuat kegiatan inovasi, terutama
ketika pemimpin transformasional menginspirasi guru untuk menciptakan prosedur
perbaikan dan inovasi.
Pengaruh
Organisasi Pembelajar Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan temuan uji hipotesis, analisis penelitian mengungkapkan bahwa
secara empiris jika karyawan meyakini organisasi pembelajar efektif maka akan
meningkatkan tingkat kepuasan kerja mereka. Dengan demikian, jelas bahwa
meningkatkan organisasi pembelajar juga akan meningkatkan kinerja karyawan. Hal
ini menunjukkan keabsahan hipotesis penelitian yang dikemukakan. Pemikiran
sistem muncul pertama kali ketika membahas bagaimana model organisasi
pembelajar akan diimplementasikan. Elemen pemikiran sistem mencakup berbagai
teknik, instrumen, dan ide samar-samar yang semuanya terfokus pada pemahaman
bagaimana beberapa faktor berinteraksi dan bagaimana semuanya berkontribusi
pada satu proses. Karena bagian-bagian penyusunnya kadang-kadang saling
mempengaruhi satu sama lain secara progresif dan terus-menerus dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, suatu sistem merupakan suatu keutuhan menyeluruh
yang menciptakan saling ketergantungan di antara mereka. Menurut Watkins dan
Marsick (2003) Pembelajar dapat meningkatkan kemampuan karyawan dan organisasi pada
akhirnya akan menjadi lebih baik. Organisasi Pembelajar dapat dianggap sebagai
proses dinamis penciptaan dan integrasi pengetahuan yang ditujukan untuk
pengembangan sumber daya yang berkontribusi untuk mencapai kinerja yang lebih
baik (Choe, (2006); Gonzales, (2001); Lopez dkk., (2009)).
Organisasi
Pembelajar Memediasi Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan SDM terhadap Kinerja
Karyawan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa Organisasi Pembelajar tidak
mampu memediasi Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan SDM terhadap Kinerja
Karyawan, maka hipotesis keenam ditolak. Kesimpulannya, Pelatihan dan
Pengembangan SDM tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun dapat dikurangi agar
dapat meningkat tanpa menurunkan Kinerja Karyawan CU. Stela Maris Siantan.
Namun, jika Pelatihan dan Pengembangan SDM dapat ditangani secara efektif,
lembaga akan memperoleh manfaat terbesar, termasuk mendorong persaingan yang
sehat di antara karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan di CU.
Stela Maris Siantan tidak dipengaruhi oleh variabel Pelatihan dan Pengembangan
SDM. Karena organisasi tidak efektif dalam mengidentifikasi kebutuhan Pelatihan
dan Pengembangan SDM karyawan, Pelatihan dan Pengembangan SDM berdampak kecil
terhadap kinerja karyawan. Organisasi tidak memberikan Pelatihan dan
Pengembangan SDM yang komprehensif kepada seluruh karyawan; sebaliknya, program
ini hanya memberikan Pelatihan dan Pengembangan SDM untuk beberapa bagian atau
untuk manajer di setiap bagian, tidak termasuk tenaga kerja lainnya dari
program ini. Hipotesis keenam terbantahkan berdasarkan temuan penelitian yang
menunjukkan bahwa Learning Organization tidak mampu memitigasi dampak Pelatihan
dan Pengembangan SDM terhadap Kinerja Karyawan. Terakhir, meskipun Pelatihan
dan Pengembangan SDM tidak dapat sepenuhnya dihindari, hal ini dapat
diminimalkan hingga dapat meningkat tanpa memberikan dampak negatif terhadap
kinerja karyawan CU. Stela Maris Siantan. Namun organisasi akan memperoleh
manfaat terbesar jika Pelatihan dan Pengembangan SDM dikelola dengan baik,
termasuk mendorong persaingan yang sehat di antara karyawan. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel Pelatihan dan Pengembangan SDM tidak mempunyai pengaruh terhadap
kinerja karyawan di CU. Stela Maris Siantan. Analisis merupakan tantangan bagi
perusahaan, oleh karena itu Pelatihan dan Pengembangan SDM memiliki pengaruh
minimal terhadap kinerja karyawan.
Organisasi
Pembelajar Memediasi Pengaruh Peran Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa organisasi pembelajar
berfungsi sebagai variabel mediasi antara peran kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan. Kita akan menjelaskan hubungan tidak langsung antara posisi peran
kepemimpinan, organisasi pembelajar, dan kinerja karyawan sebelum berbicara
tentang fungsi mediasi atau interaksi tidak langsung. Berdasarkan temuan yang
diperoleh, (1) tidak terdapat hubungan atau pengaruh antara peran kepemimpinan
dengan kinerja karyawan, (2) terdapat hubungan antara peran kepemimpinan dengan
organisasi pembelajar, dan (3) terdapat hubungan antara organisasi pembelajar
dengan kinerja karyawan. Dari hasil signifikasi hubungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel Organisasi Pembelajar mempunyai status mediasi sempurna.
Gadzali (2018) juga mengemukakan hal yang sama dimana kepuasan kerja secara signifikan
memediasi (Fully mediation) hubungan
antara keseimbangan kehidupan-kerja dan niat untuk mengundurkan diri, hal ini
didasarkan pada analisis causal step
dan temuan uji signifikansi. Individu dapat bekerja untuk mengembangkan ide-ide dalam proses kerja
yang lebih baik, efektif, dan efisien dengan bantuan Organisasi Pembelajar.
Kinerja karyawan akan meningkat dengan membaiknya penerapan Organisasi
Pembelajar, yang secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan kinerja
organisasi (Mantikei et al., 2020). Seluruh komunitas korporat secara cepat dan akurat dihadapkan pada
proses pembelajaran atau transfer informasi. Dengan pendekatan baru dalam
pengambilan keputusan, pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan di
perusahaan yang sedang belajar, dan para pemimpin dapat menggunakan personal
branding untuk kesuksesan perusahaan lain sambil juga belajar dari kesalahan
masa lalu mereka. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian terdahulu oleh Abraham (1999), menyatakan hasil penelitian Organisasi Pembelajar dapat memediasi
hubungan antara Peran Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan.
Kesimpulan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa temuan penting. Pertama,
pelatihan dan pengembangan SDM tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan maupun
terhadap organisasi pembelajaran. Kedua, peran kepemimpinan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan serta organisasi pembelajaran.
Ketiga, organisasi pembelajaran memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan, tetapi tidak secara signifikan memediasi hubungan
antara pelatihan dan pengembangan SDM dengan kinerja karyawan. Namun,
organisasi pembelajaran signifikan dalam memediasi hubungan antara peran
kepemimpinan dengan kinerja karyawan. Dengan demikian, faktor-faktor seperti
kepemimpinan dan pembelajaran organisasional memiliki dampak yang signifikan
terhadap kinerja karyawan.
BIBLIOGRAFI
Abraham, R. (1999). Emotional intelligence in organizations:
A conceptualization. Genetic, Social, and General Psychology Monographs,
125(2), 209.
Anggraeni, S. K., Maarif, M. S., Sukardi, S., & Raharja,
S. (2017). Strategi peningkatan daya saing usaha kecil menengah berbasis olahan
ikan di Indonesia: suatu tinjauan. Journal Industrial Servicess, 3(1c).
Asbari, M. (2019). Pengaruh kepemimpinan transformasional dan
iklim organisasi terhadap kinerja dosen. Joce Ip, 13(2), 172–186.
Asbari, M., Purwanto, A., Ong, F., Mustikasiwi, A., Maesaroh,
S., Mustofa, M., Hutagalung, D., & Andriyani, Y. (2020). Impact of hard
skills, soft skills and organizational culture: lecturer innovation
competencies as mediating. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, 2(1), 101–121.
Asbari, M., Santoso, P. B., & Purwanto, A. (2019).
Pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap perilaku kerja inovatif
pada industri 4.0. JIM UPB (Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas Putera
Batam), 8(1), 7–15.
Choe, I.-S. (2006). Creativity—A sudden rising star in Korea.
The International Handbook of Creativity, 395–420.
Gazali, E. (2018). Pesantren di antara generasi alfa dan
tantangan dunia pendidikan era revolusi industri 4.0. OASIS: Jurnal Ilmiah
Kajian Islam, 2(2), 94–109.
Gonzales, R. D., Schreckenberger, P. C., Graham, M. B.,
Kelkar, S., DenBesten, K., & Quinn, J. P. (2001). Infections due to
vancomycin-resistant Enterococcus faecium resistant to linezolid. The Lancet,
357(9263), 1179.
Gumusluoglu, L., & Ilsev, A. (2009). Transformational
leadership, creativity, and organizational innovation. Journal of Business
Research, 62(4), 461–473.
Hasibuan, M. S. P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM). Bumi Aksara, Jakarta.
Lewis, G. D., Malhotra, R., Hernandez, A. F., McNulty, S. E.,
Smith, A., Felker, G. M., Tang, W. H. W., LaRue, S. J., Redfield, M. M., &
Semigran, M. J. (2017). Effect of oral iron repletion on exercise capacity in
patients with heart failure with reduced ejection fraction and iron deficiency:
the IRONOUT HF randomized clinical trial. Jama, 317(19),
1958–1966.
Lin, C. H., Guo, Y., Ghaffar, S., McQueen, P., Pourmorady,
J., Christ, A., Rooney, K., Ji, T., Eskander, R., & Zi, X. (2013). Dkk-3, a
secreted wnt antagonist, suppresses tumorigenic potential and pulmonary
metastasis in osteosarcoma. Sarcoma, 2013.
López-Terrada, D., Gunaratne, P. H., Adesina, A. M., Pulliam,
J., Hoang, D. M., Nguyen, Y., Mistretta, T.-A., Margolin, J., & Finegold,
M. J. (2009). Histologic subtypes of hepatoblastoma are characterized by
differential canonical Wnt and Notch pathway activation in DLK+ precursors. Human
Pathology, 40(6), 783–794.
Mantikei, B., Christa, U. R., Sintani, L., Negara, D. J.,
& Meitiana, M. (2020). The role of responsible leadership in determining
the triple-bottom-line performance of the Indonesian tourist industry. Contemporary
Economics, 466–476.
Marsick, V. J., & Watkins, K. E. (2003). Demonstrating
the value of an organization’s learning culture: the dimensions of the learning
organization questionnaire. Advances in Developing Human Resources, 5(2),
132–151.
Paulus, M. M. (2020). Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Karyawan Credit Union (CU). FOKUS: Publikasi Ilmiah Untuk Mahasiswa, Staf
Pengajar Dan Alumni Universitas Kapuas Sintang, 18(2).
Purwanto, A., Asbari, M., Pramono, R., Senjaya, P., Hadi, A.
H., & Andriyani, Y. (2020). Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Guru
Sekolah Dasar dengan Keterlibatan Kerja dan Budaya Organisasi sebagai Mediator.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1),
50–63.
Purwanto, M. R., & Supriadi, R. (2019). The Use of
Entrepreneurship Education in Community Empowerment at Lintangsongo Islamic
Boarding School of Yogyakarta. International Journal of Engineering and
Advanced Technology, 9(2), 796–799.
Rahinnaya, R., & Perdhana, M. S. (2016). Analisis
pengaruh pelatihan dan pengembangan, kompensasi serta kompetensi terhadap
kinerja karyawan (Studi pada PT Pos Semarang). Fakultas Ekonomika dan
Bisnis.
Robbins, P. S. (2003). Perilaku Organisasi (Edisi
Semb). PT Indeks Kelompok Gramedia.
Rosita, R. (2020). Pengaruh pandemi Covid-19 terhadap UMKM di
Indonesia. Jurnal Lentera Bisnis, 9(2), 109–120.
Santoso, M., Sari, C. R., & Jalal, S. (2021). Promosi
Kampus Berbasis Augmented Reality. Jurnal Edukasi Elektro, 5(2),
105–110.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Alfabeta.
Sujarweni, V. W. (2016). Implementasi Penentuan Harga Pokok
Produksi Untuk Mencapai Laba Optimal (Studi Pada Sentra Ukm Industri Bakpia Di
Wilayah Minomartani Sleman Yogyakarta). Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan,
4(3), 1111–1124.
Thoha, M. (2012). Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Pendekatan
Manajemen Berbasis Sekolah. OKARA: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 6(1).
Yasin, A. M. (2001). Evaluation of the Disinfecting and
Cleaning Ability of Disinfectants on Dental Steel Burs. Jabatan
Pemeliharaan Gigi, Fakulti Pergigian, Universiti Malaya, 2000/2001.
Copyright
holder: Hendrikus
Gunawan, Conchita Valentina Latupapa, Heriani (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |