Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 5, Mei
2024
ANALISIS MANFAAT PROGRAM MBKM SEBAGAI UPAYA MENJAWAB TANTANGAN KEBUTUHAN
KETERAMPILAN KERJA (STUDI KASUS HIBAH PKKM-UAJ TAHUN 2022)
Ati Cahayani1, Aristo Surya Gunawan2*
Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]*
Abstract
Data Februari 2023
angkatan kerja yang masuk dalam kategori pengangguran terbuka ada 7,99 juta
orang dari beragam tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Persentase
pengangguran terbuka lulusan Diploma IV/S1/S2/S3 lebih tinggi dari lulusan SMP
dan SD ke bawah. Kondisi ini memprihatinkan, karena berarti cukup banyak
lulusan Diploma IV/S1/S2/S3 tidak terserap di pasar tenaga kerja. Untuk
memfasilitasi mahasiswa agar dapat memiliki sejumlah keterampilan kerja,
pemerintah pada tahun 2020 mencetuskan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Apabila
ditelaah dari metode pembelajaran, program MBKM ini, baik kelas maupun
non-kelas, mewujudkan bentuk pembelajaran aktif (active learning) dan
pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning). Peneliti
ingin mengetahui apakah mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan MBKM mendapat
manfaat yang dapat menjawab tantangan di dunia kerja, khususnya keterampilan
yang diperlukan di tahun 2025. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan evaluasi bagi tim pengelola MBKM di perguruan tinggi. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif dengan data kuantitatif serta merupakan
penelitian sensus. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan MBKM ini memberi
manfaat yang banyak bagi mahasiswa pesertanya, khususnya dari sudut
keterampilan, baik keterampilan lunak maupun keterampilan keras, yang dapat
berguna di dunia kerja kelak. Saran dari peneliti, kegiatan MBKM ini tetap
dilaksanakan, baik oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia maupun
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, mengingat manfaat yang dimiliki oleh
kegiatan MBKM ini. Dan untuk meningkatkan minat mahasiswa mengikuti kegiatan
MBKM ini, perlu diadakan sosialisasi terus-menerus dan juga cerita-cerita
sukses para peserta MBKM agar meningkatkan minat mahasiswa yang tidak tertarik
mengikuti program MBKM ini.
Kata kunci: program MBKM,
keterampilan kerja, tantangan kerja
Abstract
In February 2023, number of unemployed individuals in
the open unemployment category was 7.99 million with various levels of
education. Unemployment among Diploma IV/S1/S2/S3 graduates was higher than
graduates of junior high and elementary school or below. This condition was
concerning as it indicates that quite a number of Diploma IV/S1/S2/S3 graduates
were not absorbed into the labor market. To facilitate students in acquiring a
set of job skills, the government initiated the Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) program in 2020. Upon examination of the learning methods, both in-class
and non-class activities of the MBKM program embody active learning and
student-centered learning approaches. The researcher aims to determine whether
students who have participated in MBKM activities have gained benefits that can
address challenges in the job market, particularly the skills required in 2025.
The results of this research are expected to serve as an evaluation material
for the MBKM management team at universities. This research was descriptive
analysis with quantitative data dan a census survey. The result showed, it can
be concluded that the MBKM activities provide numerous benefits to
participating students, particularly in terms of skills, including both soft
and hard skills, which can be useful in their future careers. The researcher
recommends that MBKM activities continue to be implemented by all universities
in Indonesia, including Atma Jaya Catholic University of Indonesia, considering
the benefits of the MBKM program. To increase student interest in participating
in MBKM activities, continuous socialization and success stories of MBKM
participants are necessary to enhance the interest of students who are not
initially interested in joining the MBKM program.
Keywords: MBKM program, job skills, employment challenges
Pendahuluan
Di Indonesia, didapat data bahwa per Februari 2023 ada
138,63 juta orang yang bekerja dari 146,62 juta orang angkatan kerja, atau
sekitar 94,6% angkatan kerja yang bekerja (Statistik, 2023). Angkatan kerja yang masuk dalam kategori
pengangguran terbuka ada 7,99 juta orang per Februari 2023 (Statistik, 2023), dari beragam tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan. Pada Tabel 1 di bawah ini ditampilkan data persentase pengangguran
berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk periode Februari
2023.
Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan per Februari 2023
No. |
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan |
Persentase Pengangguran Terbuka |
1 |
SD ke bawah |
3,02% |
2 |
SMP |
5,41% |
3 |
SMA |
7,69% |
4 |
SMK |
9,60% |
5 |
Diploma I/II/III |
5,91% |
6 |
Diploma IV/S1/S2/S3 |
5,52% |
Sumber: BPS 2023
Dari data pada tabel tersebut terlihat bahwa
persentase pengangguran terbuka lulusan Diploma IV/S1/S2/S3 lebih tinggi dari lulusan
SMP dan SD ke bawah. Kondisi ini
memprihatinkan, karena berarti cukup banyak lulusan Diploma IV/S1/S2/S3 tidak
terserap di pasar tenaga kerja. SUBANDI, (2017) mengemukakan 4 alasan lulusan sarjana banyak
menganggur: kurang pengalaman, jumlah pencari kerja lebih banyak, kurang
mencari informasi, terlalu pilih-pilih. Sementara itu Handayani, (2015) mengutarakan alasan yang agak berbeda, yaitu lulusan
sarjana tak sesuai kebutuhan, perkembangan teknologi sehingga membuat sarjana
sulit mencari kerja, dan minimnya sarjana berkualitas. Dari kedua pendapat
tersebut, sesungguhnya dapat ditarik 1 kesimpulan yaitu sarjana perlu
meningkatkan keterampilan yang dimiliki agar sesuai dengan permintaan pasar dan
tidak kalah bersaing dalam mencari kerja. HR Director of Blue Bird Group,
Pambudi Sunarsihanto menyatakan, ada 4 keterampilan lunak yang harus dimiliki
pekerja, yaitu komunikasi yang baik, kemampuan adaptasi, kemampuan bekerja
dalam kerja tim, kepemimpinan (Manara, 2014).
Tabel 2. Keterampilan yang Diperlukan dan Paling
Dibutuhkan di Tahun 2025
No. |
Keterampilan yang Diperlukan |
Keterampilan Paling DIbutuhkan |
1.
|
Memecahkan masalah |
Kemampuan berpikir analitis dan inovasi |
2.
|
Kemampuan memecahkan masalah yang kompleks |
|
3.
|
Kemampuan berpikir kritis, dan analitis |
|
4.
|
Kreativitas, keaslian ide, dan inisiatif |
|
5.
|
Kemampuan berpikir logis, pemecahan masalah, dan
pembentukan ide atau konsep |
|
6.
|
Manajemen diri |
Pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran |
7.
|
Ulet, toleransi terhadap stress yang baik, dan
fleksibilitas |
|
8.
|
Bekerja bersama orang |
Kepemimpinan dan pengaruh sosial |
9.
|
Penggunaan Teknologi dan Pengembangan |
Penggunaan teknologi, pemantauan, dan kontrol |
10.
|
Desain teknologi dan pemrograman |
Sumber: (Whiting, 2020)
Tabel 2 di atas mengutip
pernyataan Whiting,
(2020) yang ada di laman World Economic Forum. Whiting mengatakan
ada 4 jenis keterampilan yang diperlukan di 2025: kemampuan memecahkan masalah,
manajemen-diri, kemampuan bekerja dengan orang lain, serta keterampilan dalam penggunaan
dan pengembangan teknologi. Whiting juga mengatakan, ada 10 keterampilan paling
dibutuhkan di 2025, seperti tampak pada Tabel 2 di bawah ini.
Untuk memfasilitasi mahasiswa agar dapat memiliki
sejumlah keterampilan kerja tersebut, pemerintah pada tahun 2020 mencetuskan Program
Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Agar mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di
Indonesia mendapat kesempatan mengikuti program MBKM, maka di dalam
Permendikbud No 3 Tahun 2020 tersebut dinyatakan, perguruan tinggi “WAJIB” memfasilitasi
kegiatan belajar di luar program studi selama 3 semester (Merdeka, 2020; Tohir, 2020). Perlu ditekankan di sini, mahasiswa tidak wajib
mengikuti kegiatan kampus merdeka, tetapi pihak perguruan tinggi wajib
memfasilitasi kegiatan kampus merdeka ini supaya hak mahasiswa untuk belajar 3 semester
di luar program studi terpenuhi. Dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini, ada
9 program yang sesungguhnya terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
pembelajaran kelas (pertukaran mahasiswa lintas program studi internal
perguruan tinggi atau lintas perguruan tinggi) dan pembelajaran non-kelas (magang,
penelitian, studi independen, KKN, proyek kemanusiaan, belanegara, kewirausahaan,
asisten mengajar).
Apabila ditelaah dari metode pembelajaran, program
MBKM ini, baik kelas maupun non-kelas, mewujudkan bentuk pembelajaran aktif (active
learning) dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered
learning). Hal ini selaras dengan pendapat Carr, Palmer, & Hagel, (2015) yang mengutip pernyataan dari Chickering and Gamson,
di mana mereka mengatakan bahwa dalam pembelajaran aktif, mahasiswa belajar
tidak hanya dengan sekadar duduk di kelas mendengarkan ucapan dosen, mengingat
tugas apa yang akan diberikan, dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan dosen.
Jadi, sesuai namanya, mahasiswa dituntut berperan aktif selama proses
pembelajaran. Sementara itu, O’Loughlin, seperti dikutip oleh Carr, Palmer, & Hagel, (2015) menyatakan, pembelajaran aktif mengandung citra
pembelajaran aktif, berpusat pada siswa, dan partisipatif di mana siswa harus
mempelajari sendiri konten yang ada dalam rangka belajar. Jadi, dapat dikatakan
pembelajaran aktif juga merupakan pembelajaran berpusat pada siswa. Jacobs & Power, (2016) mengatakan, pembelajaran berpusat pada siswa adalah
pendekatan yang mendorong siswa untuk lebih aktif terlibat dan memegang kendali
atas pembelajaran yang mereka tempuh. Dan bila merujuk pada pendapat Jacob dan
Power tersebut, program MBKM memang merupakan bentuk perwujudan pembelajaran
berpusat pada siswa. Jadi dalam program MBKM ini, walaupun merupakan program
MBKM kelas berupa pertukaran mahasiswa, tetapi dengan ditempatkannya mahasiswa
di luar program studinya, berarti mahasiswa tidak sekadar dituntut mempelajari
materi tetapi juga mempelajari secara aktif hal-hal di luar materi, termasuk
belajar beradaptasi di lingkungan belajar yang baru, dan ini juga merupakan
salah satu bentuk pembelajaran aktif serta pembelajaran berpusat pada siswa.
Sejak program MBKM dicetuskan pada 2020, Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya secara berkala mengirimkan mahasiswanya untuk
mengikuti kegiatan MBKM di bawah koordinasi Kemendikbud, seperti program Magang
Studi Independen Bersertifikat dan Kampus Mengajar (MSIB) dan Kampus Mengajar,
serta yang berada di bawah koordinasi dengan BRIN dan Kemendikbud, yaitu riset.
Selain memiliki program unggulan (flagship) MBKM, pemerintah dalam hal
ini kemendikbud juga melakukan sejumlah program bantuan dalam bentuk hibah bagi
perguruan tinggi. Walaupun UAJ telah banyak melakukan kegiatan belajar di luar
program studi, bahkan sebelum program MBKM dicetuskan oleh Kemendikbud pada
2020, UAJ tetap antusias mengikuti hibah terkait MBKM ini karena diharapkan
dapat bisa terus mendorong mahasiswa terlibat dalam kegiatan MBKM ini. Sejumlah
hibah terkait MBKM yang telah diikuti oleh UAJ adalah: Program Bantuan Program Studi Menerapkan
Kerjasama Kurikulum MBKM pada 2020 yang diikuti oleh Program Studi Manajemen,
Biologi, dan Teknologi Industri serta hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka
(PKKM) pada tahun 2021 dan tahun 2022.
Metode pembelajaran menurut Landøy, Popa, & Repanovici, (2020) adalah “the assembly or the system of processes or
modes of execution of the operations involved in the learning process,
integrated into a single flow of action, in order to achieve the objectives
proposed” (sistem proses atau model pelaksanaan dalam proses pembelajaran dan
terintegrasi ke dalam satu alur tindakan untuk mencapai objektif yang telah
ditetapkan). Landøy, Popa, & Repanovici, (2020) juga mengklasifikasikan metode pembelajaran
berdasarkan kriteria orang yang menjadi pusat aktivitas pembelajaran atau
berdasarkan tingkatan aktivitas siswa, yaitu: berpusat pada pengajar/guru/dosen,
terfokus pada interaksi siswa dan pengajar/guru/dosen, metode yang berpusat
pada siswa/mahasiswa atau partisipasi aktif pembelajar. Pada penelitian ini,
fokusnya adalah pada metode pembelajaran yang berpusat pada siswa/mahasiswa
atau partisipasi aktif pembelajar.
Hackathorn, Solomon, Blankmeyer, Tennial, &
Garczynski, (2011) menyatakan,
pembelajaran aktif adalah pendekatan berpusat pada siswa yang mencakup segala
teknik yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan siswa bertanggung
jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Kalau dilihat dari definisi
pembelajaran aktif yang diutarakan Hackathorn et al. tersebut, pembelajaran tersebut
berpusat pada siswa, dan bukan pada dosen/guru/pengajar. Hal ini senada dengan
definisi pembelajaran berpusat pada siswa yang diutarakan oleh Attard, Di Iorio, Geven, & Santa, (2010): “Student-Centred Learning
represents both a mindset and a culture within a given higher education
institution and is a learning approach which is broadly related to, and
supported by, constructivist theories of learning. It is characterised by innovative
methods of teaching which aim to promote learning in communication with
teachers and other learners and which take students seriously as active
participants in their own learning, fostering transferable skills such as
problem-solving, critical thinking and reflective thinking” (pembelajaran
berpusat pada siswa menjadi karakteristik pola pikir dan budaya di lembaga
pendidikan tinggi dan merupakan pendekatan pembelajaran yang terkait dengan, serta
didukung oleh, teori konstruktivis pembelajaran. Pembelajaran ini memiliki ciri
metode pengajaran yang inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran
dalam berkomunikasi dengan guru dan siswa lain serta menganggap siswa sebagai
peserta aktif dalam aktivitas pembelajaran serta untuk mendorong keterampilan
yang dapat diajarkan, seperti pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan
pemikiran reflektif). Dapat disimpulkan dari pernyataan Attard et al. tersebut
bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat meningkatkan beragam
keterampilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Keterampilan menurut menurut Shermon, (2004) adalah hasil dari penerapan pengetahuan atau
kemampuan secara berulang. Atau dengan kata lain, kalau pengetahuan dan
kemampuan diterapkan oleh individu secara berulang, maka individu itu akan
menjadi terampil. Hal ini agak berbeda dengan definisi keterampilan dari Kassema, (2019) yang mengatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki
individu untuk menerapkan pengetahuan yang dia miliki untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Walau kedua definisi
tersebut agak berbeda, tetapi dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah penerapan
pengetahuan dan kemampuan oleh seseorang dan bila pengetahuan serta kemampuan
itu semakin sering diterapkan akan membuat orang tersebut semakin terampil.
Kassema, (2019) mengutip dari (Zubaidah, 2016) membagi
keterampilan menjadi 6 kategori, yaitu:
1) Keterampilan keras/hard skills (kategori
teknis): mencakup metode, prosedur, proses dan/atau teknik, biasanya merupakan
kualifikasi profesional, teknis, dan akademis.
2) Keterampilan tenaga kerja/labor skills
(kategori teknis): keterampilan yang digunakan untuk produktivitas ekonomis,
seperti ahli listrik, tukang bangunan, insinyur, tukang kayu, pembuat kue, dan
pekerjaan lain yang produktif secara ekonomis.
3) Keterampilan yang diperlukan dalam hidup/life
skills (kategori konseptual): keterampilan ini mencakup ide, hal-hal, dan
orang-orang yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang kompleks lewat upaya
yang sistematis, disengaja, dan terukur.
4) Keterampilan orang/people skills (kategori
manusia): keterampilan ini terkait dengan pemahaman-diri, hubungan dengan orang
lain, pembentukan rasa percaya, citra-diri, dan komunikasi.
5) Keterampilan sosial/social skills (kategori
konseptual): keterampilan ini pada dasarnya memfasilitasi interaksi dan
membangun hubungan dan juga meningkatkan komunikasi dengan masyarakat, dan juga
dikenal sebagai sosialisasi.
6) Keterampilan lunak/soft skills (kategori
manusia): keterampilan ini merupakan kombinasi keterampilan antar-pribadi,
sosial, dan komunikasi serta kepribadian, sifat, karakteristik karier dan
kecerdasan emosional.
Chaudhari, (2022) membagi keterampilan menjadi 2
kelompok besar: keterampilan keras yaitu keterampilan yang harus dimliki
seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu dan keterampilan lunak, yaitu
keterampilan yang tidak terkait dengan pekerjaan tertentu tetapi lebih mencakup
keterampilan dasar. Penelitian ini akan menggunakan klasifikasi keterampilan
menurut Chaudhari, yaitu membagi keterampilan menjadi 2 klasifikasi:
keterampilan lunak dan keras.
Keterampilan lunak
menurut Chaudhari sedikit berbeda dengan konsep keterampilan lunak menurut
Kassema. Berikut adalah jenis-jenis keterampilan lunak menurut Chaudhari, (2022) keterampilan komunikasi,
keterampilan kefasihan berbahasa, keterampilan perilaku, keterampilan
percakapan, keterampilan berbicara di depan umum, keterampilan manajemen waktu,
keterampilan pengelolaan media, keterampilan kepemimpinan, keterampilan
presentasi pribadi, keterampilan sikap positif, keinginan untuk mendapatkan
keterampilan, keterampilan kerja tim, keterampilan rasa percaya diri. Penelitian ini menggabungkan jenis
keterampilan lunak menurut Kassema dan Chaudhari.
Berdasarkan data pendahuluan yang didapat peneliti
dari mahasiswa calon pelamar MSIB, menyatakan bahwa sebagian dari mereka
mendaftar kegiatan MBKM, khususnya MSIB adalah untuk menghindari pembelajaran
di kelas. Sementara itu, banyak mahasiswa yang mendaftar pertukaran mahasiswa
ke luar negeri mengatakan, mereka ingin mengikuti pertukaran terutama agar bisa
keluar negeri. Beberapa mahasiswa yang mendaftar pertukaran mahasiswa di dalam
negeri mengatakan, mereka mengikuti pertukaran ini untuk bisa lulus matakuliah
wajib program studi. Keinginan awal mahasiswa calon peserta MBKM ini menjadi alasan
dilakukannya penelitian ini.
Tetapi berdasarkan data penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Triana,
Selfilia, Praptiningsih (2024), didapat data bahwa sebagian besar mahasiswa
mendapat manfaat dari program MBKM berupa peningkatan yang sangat baik terhadap
soft skills dan hard skills serta kesiapan memasuki dunia kerja
bagi mahasiswa. Lalu, dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Septiani,
Rinanti, Dewayana, Fachrul, Ischak, Murwonugroho (2022), didapat data bahwa
program MBKM memberikan manfaat berupa:
a) kompetensi tambahan, seperti keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan nyata yang
kompleks, keterampilan dalam menganalis, etika profesi, dan lain-lain.
b) perspektif yang lebih luas.
c) pengembangan kompentensi/keterampilan sebagai
bekal bekerja setelah
lulus setelah mengikuti kegiatan
MBKM.
d) peningkatan softskill untuk
pengembangan kompetensi dan keterampilan
Mengacu pada penjabaran mengenai MBKM yang telah
dijabarkan di atas dan sejumlah penelitian terdahulu tentang MBKM, tujuan
penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah peneliti ingin
mengetahui apakah mahasiswa di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya yang
telah mengikuti kegiatan MBKM mendapat manfaat yang dapat menjawab tantangan di
dunia kerja, khususnya keterampilan yang diperlukan di tahun 2025. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi tim pengelola MBKM
di perguruan tinggi.
Metode Penelitian
Pada tahun 2022 ini, UAJ mendapat 2 hibah PKKM, yaitu
PKKM ISS-MBKM 2022 dan PKKM Lanjutan (Ongoing) 2022. Untuk PKKM ISS-MBKM
2022, salah satu program kegiatannya adalah internalisasi MBKM yang mengandung
4 aktivitas MBKM, yaitu magang, pertukaran mahasiswa, asisten mengajar, dan KKN
tematik. Keempat kegiatan MBKM itu adalah yang selama ini menjadi kegiatan MBKM
unggulan di UAJ, bahkan sebelum ada program MBKM yang dicetuskan Kemdikbud. Untuk
PKKM Lanjutan 2022, ada 2 program studi yang terlibat, yaitu Teknik Industri
dan Manajemen, yang salah satu aktivitasnya adalah pembelajaran eksternal,
yaitu magang.
Penelitian ini merupakan penelitian sensus, yaitu menjadikan
semua mahasiswa yang mengikuti program kegiatan MBKM melalui program hibah PKKM
sebagai responden penelitian ini. Peserta kegiatan MBKM untuk program hibah
PKKM ISS-MBKM 2022 di UAJ adalah 130 mahasiswa dan total peserta kegiatan MBKM
untuk program PKKM Ongoing 2022 untuk program studi manajemen di UAJ adalah 2
orang mahasiswa. Tetapi hingga selesainya waktu yang ditetapkan, hanya ada 115
mahasiswa (88,5%) peserta kegiatan MBKM untuk program PKKM ISS-MBKM 2022 yang
mengisi kuesioner dan 2 mahasiswa (100%) peserta MBKM untuk program PKKM
Ongoing 2022 yang mengisi kuesioner. Jadi total, ada 117 mahasiswa yang mengisi
kuesioner.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
dengan bentuk data kuantitatif. Analisis deskriptif ini merujuk pada tingkat
eksplanasi yang menjelaskan tentang variabel mandiri yang tidak dihubungkan
atau dibandingkan dengan variabel lain (Sugiono, 2019). Variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah manfaat yang
didapat peserta kegiatan MBKM melalui program hibah PKKM ini, khususnya dalam
kaitannya dengan keterampilan lunak.
Data Analisis
Bila dikaji dari manfaat yang didapat oleh para
peserta MBKM, didapat data seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel
3. Manfaat yang Didapat Peserta MBKM
No |
Manfaat yang Didapat |
Jawaban Responden |
Persentase |
1. |
Keterampilan
Lunak |
50 |
42,7% |
2. |
Keterampilan
Keras |
12 |
10,2% |
3. |
Keterampilan
Lunak dan Keterampilan Keras |
49 |
41,8% |
4. |
Lainnya |
6 |
5,3% |
TOTAL |
117 |
100% |
Sumber:
data kuesioner yang telah diolah
Pada Tabel 3 tersebut dapat kita lihat bahwa pilihan
jawaban dengan persentase lebih dari 2% adalah jawaban yang terkait dengan
keterampilan keras, keterampilan lunak, atau kombinasi dari keduanya. Persentase
terbanyak adalah pilihan jawaban mendapat manfaat keterampilan lunak, yaitu
sebesar 42,7%, dan persentase kedua terbanyak adalah pilihan jawaban mendapat
manfaat keterampilan lunak dan keterampilan keras, yaitu sebesar 41,8%. Persentase
ketiga terbanyak adalah pilihan jawaban mendapat manfaat keterampilan keras,
yaitu sebesar 10,2%.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa ada 6 responden
yang menjawab lainnya. Dari jawaban yang mereka berikan, jawaban lainnya itu
mencakup: dana bantuan dari program hibah yang mereka terima, konversi nilai
yang membuat mereka dapat lulus matakuliah tanpa duduk di ruang kelas, dan rasa
senang karena bisa membantu masyarakat di pedesaan dalam mengembangkan desa
mereka.
Apabila data tentang manfaat tersebut dikaji dari
jenis kegiatan MBKM yang diikuti oleh mahasiswa, maka didapat data seperti
ditampilkan pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Manfaat yang Didapat Peserta MBKM Berdasarkan
Program Kegiatan MBKM
No |
Manfaat yang Didapat |
Asisten Mengajar |
KKN Tematik |
Magang |
Pertukaran Mahasiswa |
1.
|
Keterampilan Lunak |
30 |
6 |
13 |
1 |
2.
|
Keterampilan Keras |
2 |
5 |
4 |
1 |
3.
|
Keterampilan Lunak dan Keterampilan Keras |
22 |
3 |
20 |
4 |
4.
|
Lainnya |
4 |
1 |
1 |
0 |
TOTAL |
58 |
15 |
38 |
6 |
Sumber: data kuesioner yang
telah diolah
Dari data pada Tabel 4 tersebut dapat dinyatakan bahwa
keterampilan lunak menjadi manfaat terbanyak untuk 2 kegiatan MBKM yaitu
asisten mengajar dan KKN tematik. Untuk magang dan pertukaran mahasiswa,
manfaat terbanyak yang dirasakan adalah perpaduan antara keterampilan lunak dan
keterampilan keras.
Ada beberapa data menarik dari para responden, yang menunjukkan bahwa
keterampilan lunak yang mereka dapatkan dengan mengikuti kegiatan ini pun
beragam. Berikut adalah beberapa contoh kutipan jawaban singkat dari responden:
1) Responden A (peserta asisten mengajar): “….saya menjadi morning person sejati sejak mengikuti
program asistensi mengajar.”
2) Responden B (peserta KKN tematik): Saya belajar bahwa
kesedehanaan pun bisa membuat saya bahagia dan bersyukur”.
3) Responden C (peserta magang): “Belajar bagaimana
bekerja sama dan bertemu dengan banyak orang yg berbeda latar belakang dan
mengetahui gambaran besar bagaimana dunia kerja….”
4) Responden D (pertukaran mahasiswa): “Hidup mandiri,
dapat mengatur keuangan, mendapatkan pandangan baru terkait budaya baru,
mendapatkan relasi.”
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, dapat
dinyatakan bahwa 42.7% responden menganggap kegiatan MBKM ini memberi manfaat
keterampilan lunak saja. Keterampilan lunak yang dimaksud di sini adalah
keterampilan lunak menurut Chaudhari (2022) maupun Kassema (2019) yang antara lain mencakup keterampilan
dalam berinteraksi, kepercayaan diri, keterampilan sikap positif, keterampilan
berkomunikasi.
Manfaat keterampilan lunak terutama paling banyak
didapat oleh responden yang mengikuti kegiatan asisten mengajar, yaitu 30 darj
58 responden (52%)
peserta asisten mengajar. Tetapi, sedikit mengejutkan, dari
keempat program MBKM yang diikuti oleh responden, program pertukaran mahasiswa yang
dianggap paling sedikit memberi manfaat keterampilan lunak, yaitu 1 dari 6
responden (17%) peserta pertukaran mahasiswa. Hal ini dikarenakan peserta lebih
fokus pada upaya memahami materi perkuliahan karena aktivitas utamanya adalah
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Para responden merasa mendapat banyak hal, di luar
keterampilan dalam bekerja. Mereka merasa keikutsertaan mereka dalam MBKM juga
menambah kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain saat melakukan
kegiatan MBKM ini serta menambah pengalaman yang tidak didapat dari kegiatan di
dalam kelas di program studinya sendiri. Selain itu, responden menyatakan,
mereka yang melakukan pertukaran mahasiswa di luar kota jadi belajar hidup
mandiri serta mengatur hidupnya sendiri.
Mahasiswa peserta KKN tematik yang harus hidup dan
tinggal di pedalaman selama beberapa bulan bersama warga setempat pun merasa
mendapat manfaat keterampilan lunak, terutama keterampilan sikap positif
menurut Chaudhari (2022). Keterampilan lunak ini bukan sesuatu yang bisa didapat
kalau responden mengikuti perkuliahan reguler di program studinya sendiri.
Manfaat
keterampilan lunak yang didapat para responden dengan mengikuti MBKM, khususnya
manajemen diri dan bekerja bersama orang, merupakan keterampilan yang
diperlukan pada tahun 2025 menurut Whiting (2020).
Di sisi lain, hanya ada 10,2% responden yang menjawab
mendapat manfaat keterampilan keras saja dengan mengikuti kegiatan MBKM ini.
Kalau merujuk pada Chaudhari dan Kassema, keterampilan keras adalah
keterampilan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sedikit
mengejutkan, karena hanya 10,2% responden yang merasa mendapat manfaat
keterampilan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. Manfaat keterampilan
keras terutama paling sedikit dirasakan oleh responden peserta asisten
mengajar, karena manfaatnya hanya dirasakan oleh 2 dari 58 responden (3,4%)
peserta asisten mengajar. Hal ini dikarenakan, hal yang mereka hadapi adalah
orang (siswa) yang memiliki karakter masing-masing dan sulit dipahami yang
lebih menuntut keterampilan lunak dari para responden. Manfaat keterampilan
keras yang didapat peserta MBKM tidak spesifik mengarah ke penggunaan dan
pengembangan teknologi sebagai keterampilan yang diperlukan di tahun 2025
(Whiting, 2020), berbeda dengan keterampilan lunak yang secara spesifik
mengarah ke manajemen diri dan bekerja bersama orang. Untuk jawaban atas
pertanyaan terbuka tentang keterampilan keras yang didapat, responden hanya
mengatakan mendapat pengetahuan baru dan kemampuan kerja tanpa secara khusus menyebut
pengetahuan itu terkait dengan penggunaan dan pengembangan teknologi.
Bila diperbandingkan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Septiani et.al. (2022), maka hasil penelitian ini secara umum
memiliki kesamaan, di mana peserta program MBKM mendapat keterampilan lunak dan
keras, tetapi dalam penelitian ini tidak ada jawaban terkait perspektif/sudut
pandang yang lebih luas karena memang tidak termasuk di dalam kriteria
keterampilan lunak menurut Chaudhari dan Kassema.
Sementara itu, bila diperbandingkan dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Triana, et. al. (2024), terdapat kesamaan
jawaban, di mana mayoritas peserta MBKM mendapat manfaat keterampilan lunak dan
keterampilan keras yang secara langsung ataupun tidak langsung menjadi bekal
mahasiswa untuk masuk ke dunia kerja.
Seperti data yang didapat pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Triana et. al. (2024) tersebut, di dalam penelitian ini pun ada sebagian kecil
responden yang mengutarakan jawaban di luar manfaat keterampilan lunak dan
keras. Walau ada 6 responden (5,3%) di dalam penelitian tidak merasa mendapat
manfaat keterampilan keras dan lunak secara langsung, tetapi jumlah tersebut
relatif kecil. Ada kemungkinan mereka tidak merasakan manfaat keterampilan
lunak dan keras secara langsung karena memang minat mereka untuk mengikuti
kegiatan MBKM ini lebih karena faktor finansial, faktor bosan mengikuti
perkuliahan di kelas, dan semacamnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan MBKM ini memberi manfaat yang banyak bagi mahasiswa pesertanya,
khususnya dari sudut keterampilan, baik keterampilan lunak maupun keterampilan
keras, yang dapat berguna di dunia kerja kelak. Apabila dilihat dari data pada
Tabel 3 di atas, terdapat 94,7% responden yang merasa mendapat manfaat
keterampilan lunak, keterampilan keras, serta perpaduan keterampilan lunak dan
keterampilan keras. Dengan hasil yang demikian, maka diharapkan program MBKM
ini dapat menjawab tantangan kebutuhan keterampilan kerja. Saran dari peneliti,
kegiatan MBKM ini tetap dilaksanakan, baik oleh seluruh perguruan tinggi di
Indonesia maupun Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, mengingat manfaat
yang dimiliki oleh kegiatan MBKM ini. Dan untuk meningkatkan minat mahasiswa
mengikuti kegiatan MBKM ini, perlu diadakan sosialisasi terus-menerus dan juga cerita-cerita
sukses para peserta MBKM agar meningkatkan minat mahasiswa yang tidak tertarik
mengikuti program MBKM ini.
BIBLIOGRAFI
Attard, A., Di Iorio, E., Geven, K.,
& Santa, R. (2010). Student-Centred Learning: Toolkit for Students, Staff
and Higher Education Institutions. European Students’ Union (NJ1).
Carr,
R., Palmer, S., & Hagel, P. (2015). Active learning: The importance of
developing a comprehensive measure. Active Learning in Higher Education,
16(3), 173–186.
Chaudhari,
T. (2022). Soft Skills: Types, Characteristics, and Importance. Journal of
Commerce & Trade, 16(2).
Hackathorn,
J., Solomon, E. D., Blankmeyer, K. L., Tennial, R. E., & Garczynski, A. M.
(2011). Learning by Doing: An Empirical Study of Active Teaching Techniques. Journal
of Effective Teaching, 11(2), 40–54.
Handayani,
T. (2015). Relevansi lulusan perguruan tinggi di Indonesia dengan kebutuhan
tenaga kerja di era global. Jurnal Kependudukan Indonesia, 10(1),
53–64.
Jacobs,
G., & Power, M. A. (2016). Student centered learning–an approach to
fostering democracy in schools. Beyond Words, 4(2), 79–87.
Kassema,
J. J. (2019). Knowledge and skills: What do we know about it. Computer
Science Educator: Courses, Cases & Teaching EJournal, 2(15).
Landøy,
A., Popa, D., & Repanovici, A. (2020). Collaboration in designing a
pedagogical approach in information literacy. Springer Nature.
Manara,
M. U. (2014). Hard skills dan soft skills pada bagian sumber daya manusia di
organisasi industri. Jurnal Psikologi Tabularasa, 9(1).
Merdeka,
M. B. K. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Shermon,
G. (2004). Competency based HRM: A strategic resource for competency
mapping, assessment and development centres. Tata McGraw-Hill Education.
Statistik,
B. P. (2023). Februari 2023: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,45
persen dan Rata-rata upah buruh sebesar 2,94 juta rupiah per bulan.
SUBANDI,
S. (2017). Strategi Mutu SDM Berbasis Broad Based Education Dan High Based
Education Pada Lembaga Pendidikan Nu: Perspektif Tantangan Abad Ke-21. Al-Idarah:
Jurnal Kependidikan Islam, 7(1), 73–95.
Sugiono.
(2019). Metode penelitian kuantitatif kuantitatif dan R&D. Alfabeta.
Tohir,
M. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.
Whiting,
K. (2020). These are the top 10 job skills of tomorrow–and how long it takes to
learn them. World Economic Forum, 21.
Zubaidah,
S. (2016). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui
pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan, 2(2), 1–17.
Copyright holder: Ati Cahayani,
Aristo Surya Gunawan (2024) |
First publication right: Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |