Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November
2022
Implementasi Excellence Theory Of
Public Relations Dalam Membangun
Komunikasi Efektif Pada Perguruan
Tinggi Negeri Badan Layanan Umum
(PTN-BLU) Dan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
(PTN-BH)
Nike Virgawati
Yuarko1*, Maulina Pia Wulandari 2, Zulkarnain3
1,2,3 Universitas Brawijaya Jl.
Veteran Malang, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang
Email: [email protected]1*
Abstrak
Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis fungsi manajemen kehumasan berdasarkan struktur organisasi Public
Relations di Universitas Jember sebagai
Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan
Umum (PTN-BLU) dan Universitas Airlangga
Surabaya Perguruan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) dan endeskripsikan,
serta menganalisis
Excellence Theory of Public Relations pada praktek kehumasan di Universitas Jember
dan Universitas Airlangga dalam
membangun komunikasi efektitif terhadap publik internal dan eksternal. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis studi
multikasus. Hal itu dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain. praktek kehumasan
di Universitas Jember dengan
status BLU dan Univeritas Airlangga
komunikasi efektif dapat dilakukan dengan cara, (1) menggunakan model komunikasi simetris dua arah,
(2) Memberdayakan fungsi kehumasan (3) Mengintegrasikan fungsi kehumasan (4) Mengidentifikasi dan menganalisis
publik strategis (5) Membangun dan memelihara hubungan (6) Menyusun dan menyebarkan
informasi akurat dan transparan (7) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, kultural, dan edukatif (8) Melakukan riset, inovasi, dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia
(9) mengukur dan mengevaluasi
dampak dan nilai dari kegiatan kehumasan.
Kata Kunci: Public Relations, Excellence
Theory, PTN-BLU, PTN-BH.
Abstract
The aim of this research is
to describe and analyze the functions of public relations management based on
the organizational structure of Public Relations at the University of Jember as a Public Service Agency State University
(PTN-BLU) and Airlangga University Surabaya as a
State University Legal Entity (PTN-BH). Furthermore, it aims to describe and
analyze the Excellence Theory of Public Relations in the practice of public
relations at the University of Jember and Airlangga University in building effective communication
with internal and external publics. This research employs a qualitative
research approach with a multicase study design to
understand phenomena experienced by the research subjects, such as behaviors,
perceptions, motivations, actions, and more. In the practice of public
relations at the University of Jember as a BLU
institution and Airlangga University, effective
communication can be achieved by (1) employing a two-way symmetrical
communication model, (2) empowering the functions of public relations, (3)
integrating public relations functions, (4) identifying and analyzing strategic
publics, (5) building and maintaining relationships, (6) compiling and
disseminating accurate and transparent information, (7) organizing social,
cultural, and educational activities, (8) conducting research, innovation, and
human resource capacity development, and (9) measuring and evaluating the
impact and value of public relations activities.
Keywords: Public Relations, Excellence Theory, (PTN-BLU), (PTN-BH).
Pendahuluan
Perguruan Tinggi merupakan
salah satu pilar penting sebagai sarana meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
Peningkatan kualitas SDM harus direncanakan dengan sistematis, terarah dan fokus pada kepentingan memajukan ilmu pengetahuan yang dilandasi visi dan misi lembaga. Kemajuan
dan keberhasilan lembaga atau Perguruan Tinggi sangat ditentukan oleh citra yang dimiliki dimata stakeholdernya. Keberhasilan Perguruan Tinggi dalam membangun citra Lembaga sangat ditentukan dengan adanya pengembangan manajemen terutama komunikasi baik pada publik internal maupun publik eksternal
Hubungan Masyarakat (Humas) adalah fungsi manajemen
untuk membantu menegakkan dan memelihara aturan bersama dalam komunikasi, demi terciptanya saling pengertian dan kerjasama antara lembaga atau perusahaan dengan publiknya, membantu manajemen dan menanggapi pendapat publiknya, mengatur dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen dalam mengikuti, memonitor, bertindak sebagai suatu sistem.
Dalam hal ini humas instansi sangat berperan dalam menangani reputasi dan mampu memberikan gagasan yang positif dalam jangka panjang.
Praktik PR saat ini begitu dinamis,
selain mengemban tugas sebagai penyampai
pesan kepada publiknya
Humas merupakan
fungsi manajemen yang membantu, menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi serta kerja sama
suatu organisasi/perusahaan. Humas sangat berperan
bagi perusahaan dalam menjalin hubungan yang baik serta menyampaikan informasi, opini, ide, pengetahuan kepada publik secara dua
arah. Komunikasi dua arah merupakan
tuntunan seorang humas agar
dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku kelompok/perorangan agar sesuai dengan tujuan institusi
yang diwakilinya. Secara umum tidaklah perlu
mempunyai keahlian akademis, namun perlu untuk mewakili
aktribut yakni, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berorganisasi, kemampuan untuk dapat bergaul dengan
banyak orang, mempunyai integritas diri, mempunyai imajinasi diri, niat untuk
mengembangkan wawasan. (Mulyana, 2004:78).
HUMAS (Hubungan
Masyarakat) merupakan salah satu
fungsi untuk menghubungkan pihak atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi. Pada dasarnya publik dalam Humas biasanya dikategorikan sebagai hubungan internal dan hubungan eksternal. Hubungan internal adalah publik yang berada di dalam lingkungan organisasi yang meliputi seluruh Staf yaitu
humas sendiri dengan pimpinan. Sedangkan Hubungan eksternal adalah publik yang berada di luar lingkungan organisasi yang meliputi instansi-instansi pemerintah, media atau pers komunitas dan lain sebagainya. Dalam kegiatannya Humas memiliki kewajiban untuk membuat program-program
yang bertujuan untuk menjalin hubungan baik dengan publik
luar (eksternal) diharapkan dapat menghasilkan perubahan sikap positif dari
publik luar atau khalayak.
Hubungan masyarakat
atau yang biasa disebut dengan humas yang ada di perguruan tinggi sangat diperlukan oleh lembaga kampus baik itu di kampus
yang memilki predikat Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan
Umum (PTN-BLU) ataupun kampus dengan predikat
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Humas berperan dalam membangun citra diri kampus agar dapat di kenal baik oleh masyarakat luas. Selain itu
humas kampus juga berperan penting dalam menjawab
beberapa permasalahan yang terjadi pada lembaga kampus yang tujuannya untuk dapat mengklarifikasi
apapun bentuk informasi internal yang ada di kampus untuk dapat
di dengar oleh khalayak umum. Dalam menjalankan
tugas humas yang ada di kampus baik PTN-BLU atau PTN-BH terjadi perbedaan yang menarik untuk dilakukan kajian, karena secara nomenklatur status perguruan tinggi yang berbeda maka manajemen
kampus juga berbeda. Maka dari itu
perlu mengetahui terlebih dahulu nomenklatur antara perguruan tinggi badan layanan umum (PTN-BLU) dan perguruan tinggi badan hukum (PTN-BH).
Perguruan tinggi
negeri dengan badan layanan
umum (PTN-BLU) memiliki pedoman dalam pengelolaan
manajemen kampus. Pedoman penilaian kinerja Badan Layanan Umum (BLU) di bidang layanan pendidikan telah diatur dalam
peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per 32/ PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Satuan Kerja Badan Layanan Umum di bidang layanan pendidikan. Penilaian kinerja Badan Layanan Umum adalah suatu
cara dalam menilai capaian penyediaan layanan umum yang diselenggarakan oleh
BLU, yang meliputi aspek penilaian keuangan dan penilaian aspek pelayanan yang dilakukan secara tahunan. Penilaian aspek keuangan adalah penilaian kinerja BLU berdasarkan analisis data laporan keuangan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan BLU. Penilaian aspek pelayanan adalah penilaian kinerja BLU terkait teknis dan mutu manfaat kepada masyarakat berdasarkan data layanan BLU. Status BLU saat ini memang mengarah
ke pengelolaan yang lebih fleksibel. Banyak Satker non-pendidikan yang bersedia ketika ditantang untuk menjadi BLU karena merasa pengelolaan keuangan akan menjadi
tidak terlalu terikat birokrasi uang masuk harus ke
negara baru kemudian diminta lewat KPPN.
Menurut data Kemeterian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi, saat ini telah terdapat
21 perguruan tinggi yang telah berstatus PTN-BH di seluruh Indonesia. Adapun perguuan
tinggi tersebut yakni, Universitas Indonesia (UI), Institut
Teknologi Bandung (ITB), Institut
Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Padjadjaran
(Unpad), Universitas Diponegoro
(Undip), Universitas Airlangga
(Unair), Universitas Brawijaya
(UB), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanuddin
(Unhas), Universitas Sebelas
Maret (UNS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),
Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Andalas (Unand), Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Negeri
Semarang (Unnes), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Universitas Terbuka (UT), dan Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY). Berikut PTN-BLU dan PTN-BH Tahun 2023 di Jawa Timur:
Tabel 1. PTN-BLU dan PTN-BH Jawa
Timur
PTN-BLU |
PTN-BH |
1.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 3.
Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember 4.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa
Timur 5.
Universitas Jember 6.
Politeknik Kesehatan Malang 7.
Politeknik Negeri Malang 8.
Politeknik Kesehatan Surabaya 9.
Politeknik Pelayaran
Surabaya 10.
Politeknik Penerbangan
Surabaya 11.
Politeknik Perkeretaapian
Indonesia Madiun 12.
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
1.
Universitas Airlangga (UNAIR)
|
Sumber: Kemenkeu
2023
Berdasarkan tabel
1 tersebut terdapat perbedaan jumlah yang cukup besar antara
perguruan tinggi negeri BLU
dan perguruan tinggi negeri
berbadan hukum, dengan adanya perbedaan
status maka penyampain informasi kepada publik juga memiliki perbedaan. Perubahan status dalam suatu organisasi
menuntut peran Humas yang
sangat penting dalam berbagai bentuk layanan baik internal maupun eksternal. Komunikasi merupakan komponen yang paling penting dari kehidupan kita, karena kita
dipaksa untuk berkomunikasi, terlepas dari sarana atau
saluran yang digunakan
Komunikasi merupakan
sarana stakeholder memahami
organisasi mereka, agar dapat berkontribusi dan motivasi penciptaan identitas bersama, sehingga peran PR terhadap komunikasi internal akan sangat berperan penting. Efektivitas komunikasi merupakan hal yang sangat menentukan kesuksesan suatu organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Maka dari itu
hubungan masyarakat sangat diperlukan oleh sebuah Perguruan Tinggi dengan tujuan untuk mendapatkan
kepercayaan masyarakat
Tidak ada
daftar spesifik fungsi PR sekolah yang dapat diterima secara universal. Namun, beberapa profesional (Kowalski 2000; Kotler dan Fox 1985; Keen dan Greenal 1987) di bidang ini menegaskan bahwa fungsi umum
PR pendidikan melibatkan hubungan media, hubungan masyarakat, pembangunan citra, manajemen informasi, pemrograman PR dan perencanaan, internal dan komunikasi
eksternal, konseling, penelitian, pemasaran, periklanan, penggalangan dana,
dan rekrutmen mahasiswa
UNEJ atau
Universitas Jember berubah dari PTN dengan status Satker menjadi PTN-BLU pada pada tahun 2020. Pada tahun 2020 dan 2021 Universitas Jember
masih mengalami fase transisi dan belum menjadi PTN BLU yang bisa dikatakan terbaik. Pada tahun 2022
Universitas Jember mampu mengungguli beberapa Perguruan Tinggi Negeri lain baik
dari sisi pendapatan dan persentase serta target sebagai Badan Layanan Umum. Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi (Kemendikbudristek)
melalui Ditjen Dikti menempatkan Universitas Jember di posisi ke-9 sebagai PTN BLU dengan kinerja anggaran tahun 2022 terbaik diantara 35 PTN BLU di Indonesia. Dengan
menyandang status BLU, Unej
memiliki otonomi yang lebih luas dalam
pengelolaan sumber daya, termasuk dalam pengelolaan keuangan. Sedangkan Universitas Airlangga banyak mengalami perkembangan sejak ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Badan
Hukum Milik Negara (PT BHMN) pada tahun 2006 kemudian tahun 2014 Universitas Airlangga menyandang status baru sebagai Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum atau PTN BH sebagai akibat perubahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
Pada saat
ini kampus yang memiliki Badan Layanan Umum (PTN-BLU) seperti
Universitas Jember ataupun kampus dengan predikat
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) seperti Universitas Airlangga
Surabaya memiliki gaya hubungan masyarakat dengan menerapkan teori excellence yang mengedepankan
komunikasi dua arah yang humas sendiri dituntut untuk dapat membantu memecahkan masalah pada lembaga kampus dalam menjalin hubungan dengan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut beberapa
temuan pra penelitian terkait dengan fungsi PR yang ada di UNEJ dan UNAIR yang telah menerapakan teori excellence:
Tabel 2. Penerapan Excellence
Theory Public Relation
UNEJ |
UNAIR |
Humas yang ada di UNEJ merupakan subbidang dibawah Koordinator kelompok kerja Perencanaan, Kerjasama, Informasi dan Humas (PKIH). Humas memiliki
peran dalam membantu membangun reputasi lembaga, mengkomunikasikan segala bentuk informasi tentang organisasi, baik kepada publik
internal maupun eksternal. Humas memiliki
tugas sebagai berikut: 1. Kehumasan 2. Promosi 3. Multimedia 4. Customer Handling 5. Administrasi
Kehumasan. |
Pusat Informasi
dan Hubungan Masyarakat Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum di UNAIR memiliki tugas dalam:
|
Berdasarkan hal
tersebut yang ada pada tabel 2 fungsi excellence teori pada PR telah dijalankan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rhee (Sa’diah, 2018), teori
excellence menjelaskan bagaimana
Hubungan Masyarakat dapat berkontribusi sebagai fungsi manajemen untuk keseluruhan keefektifan organisasi, seperti dalam membangun
hubungan dengan publik dan penyelesaian konflik organisasi. Hal itu selaras dengan
pendapat Cutlip, Center
& Broom (2009), bahwa seorang
praktisi PR yang profesional
harus memiliki keahlian dalam menjalankan tiga peran, yakni dalam
mendefinisikan masalah, menjadi fasilitator komunikasi dan menjadi fasilitator pemecah masalah. Menurut James Grunig (2002), teori excellence
public relations merupakan pengembangan
dari empat model public
relations, yang diterapkan praktisi
PR dalam menjalin hubungan dengan publik. Model ini dapat juga disebut sebagai tipe proses kegiatan public relations. Keempat
model tersebut adalah press
agentry, public information, two-way asymmetric, dan two-way symmetric. Keempat model ini dibuat berdasarkan empat dimensi utama,
yaitu arah komunikasi, keseimbangan kepentingan antara kedua pihak (tujuan),
saluran, dan dimensi etis. Keempat model ini merupakan “representasi tahap dalam sejarah public relations” (Kriyantono, 2014).
Dalam menjalankan
kegiatan media relations adalah
menjalin hubungan baik dengan seluruh
media pers. Media saat ini merupakan ujung tombak dari sebuah
peristiwa yang akan menjadi berita kemudian apapun itu akan dapat
dipublikasikan. Bukan hanya itu humas juga perlu memperhatikan organisasi media dan asosiasi profesi wartawan. Organisasi-organisasi semacam ini tidak boleh
diabaikan keberadaanya ketika seorang humas melaksanakan program media relations. Media dapat memberikan keuntungan bagi sebuah instansi kampus apabila publisitas tersebut merupakan sesuatu yang positif, namun karena media pula sebuah reputasi dapat dihancurkan. Pelaksanaan manajemen media tidak boleh gagal sehingga
dapat menyebabkan pemberitaan yang negatif sebuah instansi kampus. Maka dari
itu menjalin hubungan baik dengan
media penting untuk membentuk dan meningkatkan citra serta menjaga
reputasi dimata
stakeholder. Dalam upaya pembentukan citra positif, sebuah instansi perlu melaksanakan tanggung jawab sosial kepada
masyarakat. Kegiatan seperti ini apabila
dikelola dengan baik akan berpengaruh
besar pada reputasi instansi kampus sendiri. Humas Kampus dapat memberikan berita secara rutin
kepada media massa mengenai kegiatan-kegiatan sosial yang telah dilaksanakan atau memberikan informasi melalui situs internet sehingga memudahkan publik untuk mengakses dengan begitu transparansi
antara kebijakan kampus dengan mahasiswa
atau masyarakat luas jauh lebih
terbuka.
Berdasarkan hal
tersebut peneliti juga menemukan beberapa perbedaan dasar pada humas yang ada di PTN-BLU dan PTN-BH di UNEJ dan UNAIR Surabaya. Berikut merupakan berdaan Humas yang ada di UNEJ
dan UNAIR:
Berdasarkan temuan
lapangan, kajian lapangan, dan penelitian terdahulu yang relevan. Peneliti tertarik melakukan kajian yang mendalam terkait dengan apa yang terjadi pada manajemen kehumasan yang ada di UNEJ dan
UNAIR serta ketergunaan teori Excellence yang sama sama digunakan di dua kampus tersebut.
Sehingga peneliti tertarik dalam mekaukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai “Implementasi Excellence
Theory of Public Relations dalam Membangun
Komunikasi Efektif pada Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan
Umum (PTN-BLU) dan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) (Studi Pada Humas
Universitas Jember dan Pusat Komunikasi
dan Informasi Publik Universitas Airlangga
Surabaya)”.
Metode Penelitian
Penelitian
implementasi excellence theory of public relations dalam membangun komunikasi efektif pada perguruan tinggi negeri badan layanan umum (PTN-BLU) dan perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN-BH) (Studi Pada Humas
Universitas Jember dan Pusat Komunikasi
dan Informasi Publik Universitas Airlangga
Surabaya) ini menggunakan paradigma konstruktivis. Menurut
Penelitian
ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis studi multikasus.
Hal itu dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
Data lapangan
yang telah diverifikasi dengan analisis data maka untuk menguji
tingkat kebenaran data dengan pengecekan keabsahan data temuan. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan: credibility, dependability, confirmability,
dan transferability. Menganalisis data berarti secara sistematis menyusun, mengintegrasikan, dan menyelidiki,
kita mencari pola dan hubungan diantara rincian spesifik (Neuman, 2018). Analisis
data pada riset kualitatif bersifat cair, termasuk bisa dilakukan
bersamaan dengan pengumpulan data (tidak harus menunggu pengumpulan data selesai, baru menganalisis). Karenanya, analisis data dilakukan berulang-ulang dan terus-menerus
Data yang diperoleh selama
di lapangan melalui hasil wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Keseluruhan data diperoleh peneliti melalui subjek penelitian pada masing-masing situs satu
dan dua. Untuk memberikan makna bahwa data yang diperoleh adalah memiliki nilai maka kegiatan
awal adalah mengumpulkan data sesuai dengan sumber penelitian.
Penelitian ini tentang makna merdeka
belajar dari prespektif warga belajar. Adapun pengumpulan data informan penelitian sebanyak sepuluh orang. Lima
orang pada Humas UNAIR sedangkan lima orang pada
Humas UNEJ. Kondensasi data adalah
proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksi,
dan mengubah catatan lapangan, transkrip wawancara, dokumen, dan materi (temuan) empirik lainnya. Kondensasi (pengembunan) data berarti mengubah data yang sebelumnya menguap menjadi lebih padat
(air). Perbedaan antara Reduksi dengan Kondensasi terletak pada cara penyederhanaan data. Reduksi cenderung memilah kemudian memilih, sedangkan kondensasi menyesuaikan seluruh data yang dijaring tanpa harus memilah
(mengurangi) data (Miles et
al., 2014). Proses kondensasi
data yang dilakukan pada penelitian
ini berdasarkan hasil pengumpulan data untuk dilakukan pengkodean, kategorisasi dan interpretasi. Data yang dinilai masih belum menjawab
pertanyaan penelitian digali kembali dan dilakukan analisis di lapangan hingga data tersebut benar-benar sesuai dengan fakta
empiris. Setelah fakta empiris diperoleh,
dilakukan interpretasi dan pemaknaan kembali oleh peneliti.
Data penelitian yang telah
dikumpulkan, dan direduksi,
disajikan atau ditampilkan untuk dapat dideskripsikan. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan untuk adanya penarikan kesimpulan serta tindakan. Penyajian data hasil wawancara mendalam, dokumentasi, dan hasil dari observasi
penelitian di masing-masing warga
belajar. Pada penelitian ini peneliti menyajikan
data tentang analisis praktik implementasi excellence
theory of public relations dalam membangun
komunikasi efektif pada perguruan tinggi negeri badan layanan umum (PTN-BLU) dan perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN-BH) (Studi Pada Humas
Universitas Jember dan Pusat Komunikasi
dan Informasi Publik Universitas Airlangga
Surabaya).
Verifikasi data penelitian
sebagai upaya dalam menarik kesimpulan
data. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data penelitian yang telah diolah oleh peneliti melalui penyajian data. Penarikan kesimpulan ini sebagai verifikasi
akhir dari data yang ditemukan selama penelitian. Kesimpulan awal dalam penelitian bersifat sementara, dan bisa berubah bila
ditemukan bukti-bukti yang saling mendukung dalam tahap pengumpulan
data. Kesimpulan pada tahap awal
didukung oleh data yang valid dan dapat
dibuktikan kebenarannya, maka penarikan kesimpulan sementara dinyatakan kredibel.
Proses penarikan kesimpulan
dilakukan dengan mengkomparasikan beberapa temuan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Dari temuan tersebut kemudian dibahas menggunakan teori yang relevan sebagai alat untuk pisau
analisis. Selain itu temuan-temuan penelitian ini diverifikasi dan dinyatakan kredibel. Selanjutnya diambil kesimpulan akhir atau pernyataan-pernyataan
yang mengandung novelty atau
kebaruan temuan penelitian.
Berdasarkan hasil
penelitian yang membahas rumusan masalah pertama yaitu bagaimana
fungsi manajemen kehumasan berdasarkan struktur organisasi Public
Relations di Universitas Jember sebagai Perguruan Tinggi Negeri
Badan Layanan Umum
(PTN-BLU) dan Universitas Airlangga Surabaya Perguruan Perguruan Tinggi Negeri
Badan Hukum (PTN-BH) dapat dapatkan
bahwa fungsi manajemen kehumasan yang ada di PTNBH dan BLU khususnya
yang ada di UNAIR dan UNEJ memiliki
perbedaan pada beberapa hal yaitu fungsi
perencanaan, fungsi pelaksanaan, fungsi pengembangan, dan fungsi pelayanan. Fungsi perencanaan yang ada di
Universitas PTNH dan BLU memiliki kesamaan,
bahwa perencanaan bukan hanya sekadar
langkah awal, melainkan merupakan pondasi dari segala
upaya komunikasi. Proses perencanaan mencakup analisis situasi, identifikasi masalah, penetapan sasaran, pemilihan media, dan penentuan anggaran. Semua tahapan ini memastikan
bahwa kegiatan kehumasan universitas sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, penentuan anggaran juga memiliki peran penting dalam
perencanaan kehumasan. Sumber daya finansial
harus dialokasikan secara bijak untuk
mendukung berbagai kegiatan humas, termasuk promosi, pelaksanaan acara, dan pengelolaan media sosial. Dengan demikian, bahwa perencanaan tidak hanya membantu
mencapai tujuan komunikasi, tetapi juga membimbing pengelolaan sumber daya secara
efisien untuk memastikan keberhasilan strategi kehumasan universitas. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Jefkins, 2007) bahwa empat alasan dibuatnya
perencanaan terlebih dahulu dalam kegiatan
PR yaitu (1) Untuk menetapkan target-target operasi
PR yang nantinya akanmenjadi
tolak ukur atas segenap hasil
yang diperoleh, (2) untuk memeperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yangdiperlukan, (3) untuk menentukan skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan program PR yang telah
diprioritaskan, dan (4) untuk
menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan staf pendukung atau personil yang mencukupi, dukungan dari berbagai peralatan
fisik seperti alat-alat kantor, mesin cetak, kamera,
endaran dan sebagainya, dan
anggaran dana yang tersedia.
, c) melakukan tindakan dan
berkomunikasi (taking action and communicating).
Langkah ketika mencakup kegiatan kegiatan melaksanakan tindakan dan melakukan komunikasi yang sejak awal dirancang
untuk mencapaisuatu tujuan tertentu, d) evoluasi program (Evaluating the program) yakni mencakup penilaian atau evaluasi atas persiapan,
pelaksanaan dan hasil-hasil
program. Strategi dan manajemen HUMAS (Hubungan Masyarakat) dalam konteks perguruan tinggi bertujuan untuk membangun citra positif, meningkatkan visibilitas, dan menjalin hubungan yang baik antara perguruan
tinggi dengan stakeholder
internal (mahasiswa, dosen,
staf) dan eksternal (masyarakat, media, industri, pemerintah).
Selain fungsi
perencanaan, terdapat fungsi lain yaitu fungsi pelaksanaan. Fungsi pelaksanaan dalam manajemen kehumasan universitas yaitu PTNBH
dan BLU sangat krusial. Pelaksanaan
tidak hanya terbatas pada tahap implementasi rencana, strategi,
dan program kehumasan yang telah
disusun, tetapi juga mencakup aspek-aspek esensial seperti koordinasi, pengawasan, dan evaluasi kegiatan kehumasan, baik di lingkungan internal maupun eksternal. Pentingnya peran fungsi pelaksanaan
dalam konteks pengelolaan media sosial dan
website universitas juga disoroti. Kehadiran aktif dan manajemen yang efektif dalam platform digital menjadi elemen kunci untuk
menjaga dan meningkatkan citra positif universitas. Dengan demikian, bahwa fungsi pelaksanaan
bukan hanya menjalankan rencana, tetapi juga merupakan penentu keberhasilan, konsistensi, dan dampak kegiatan kehumasan universitas secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Setelah fungsi
pelaksanaan terdapat fungsi pengembangan yang menjadi sumber penting bagi kemajuan
kehumasan baik yang ada di kampus BLU atau di kampus PTNBH, dapat disimpulkan bahwa humas dalam fungsi pengembangan dalam manajemen kehumasan mencakup strategi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan, memanfaatkan riset dan inovasi, serta membangun dan menjaga hubungan baik dengan berbagai
stakeholder. Dengan demikian,
pendekatan ini tidak hanya mengejar
pertumbuhan dalam hal jumlah kegiatan,
tetapi juga fokus pada peningkatan substansial dalam upaya komunikasi
universitas secara menyeluruh.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Musyaroffah, 2018) Program dalamsuatu
pengembangan Humas harus
pro aktif dan mampu mengantisipasikan perubahan-perubahan
yang ada atau terjadi dengan cepat, baik di bidang teknologi, informasi, ekonomi, hukum maupun politik
internasional dan nasional.
Sentral Humas bertujuan yang hendak
dicapai secara strategis, tidak hanya berfungsi sebagai “peta” yang menunjukkan arah lokasi, melainkan juga menunjukkan “bagaimana” operasional atau konsep dan strategi komunikasinya.
Strategi dalam suatukomunikasi
Humas merupakan satuperpaduan
antara communication planning (perencanaan komunikasi) dan management
communication (komunikasi manajemen).
Tujuan sentral Public
Relations ini adalah mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) tersendiri atau tujuan untuk
menciptakan suatu citra dan reputasi postitif pada suatu lembaga. Pembentukan, atau pemeliharaan dan peningkatan citra dan reputasi positif harus didukung oleh kebijakan dan komitmen pimpinan puncak. Kemampuan buntuk berkomunikasi, baik melalui lisan maupun
tulisan adalah salah satu penyampaian media pesan, ide, dan
gagasan program kerja, dan sekaligus membentuk opini atau menguasai
suatu pendapat umum sesuai dengan
yang diinginkan komunikator.
Paling akhir
dari fungsi humas adalah fungsi pelayanan,
temuan lapangan bahwa fungsi pelayanan
dalam manajemen kehumasan universitas merupakan hal yang sangat penting. Fungsi ini tidak
hanya terbatas pada memberikan layanan informasi, edukasi, dan konsultasi kepada publik yang berkepentingan dengan universitas, tetapi juga melibatkan penanganan keluhan, saran, dan masukan dari publik. Komunikasi
aktif dan penerimaan terhadap umpan balik tersebut menjadi bagian integral dari upaya menjaga
hubungan yang baik dengan masyarakat. Selain itu, fungsi
pelayanan juga melibatkan penyelesaian masalah dan manajemen krisis. Dalam konteks ini,
kecepatan dan kejelasan dalam menyampaikan informasi selama situasi darurat menjadi kunci. Fungsi ini tidak
hanya berfokus pada penanganan masalah internal, tetapi juga pada cara universitas
merespon dan mengelola situasi krisis agar reputasinya tetap terjaga. Pentingnya fungsi pelayanan juga tercermin dalam penyelenggaraan kegiatan sosial, kultural, dan edukatif. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya
memperkuat ikatan
universitas dengan masyarakat,
tetapi juga meningkatkan pemahaman publik tentang peran universitas dalam pendidikan dan pengembangan masyarakat. Keseluruhan, fungsi pelayanan dalam manajemen kehumasan bukan hanya tentang
memberikan informasi, tetapi juga membentuk interaksi positif dengan publik dan memastikan bahwa universitas merespon dengan baik terhadap perubahan
dan tantangan yang muncul.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Mardiah, 2020) Sistem pelayanan adalah menurut arti kata, sistem adalah cara teratur
prosedur-prosedur untuk melakukan sesuatu. Sistem pelayanan sebenarnya merupakan satu kesatuan faktor
yang dibutuhkan dalam terselenggaranya suatu sistem pelayanan. Sistem pelayanan juga pada dasarnya adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur dan metode-metode yang saling berhubungan, yang disusun sesuai dengan skema
yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi
utama dari perusahaan yang dihasilkan dengan proses tertentu yang bertujuan untuk menyediakan informasi, memberikan pelayanan dengan memenuhi kepentingan masyarakat dalam menciptakan pelayanan yang baik dengan proses dalam sistem pelayanan. Secara Spesifik beberapa perbedaan antara Public Relation di BLU dan PTN-BH adalah:
Berdasarkan keterangan
tersebut maka perbedaan signifikan antara Public Relation di Badan Layanan
Umum (BLU) dan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) mencakup beberapa aspek. Pertama, Public Relation di BLU terikat
pada kebijakan dan peraturan
yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan,
sementara di PTN-BH, mereka
menikmati tingkat otonomi yang lebih besar, memungkinkan mereka untuk mengambil
keputusan dan berinovasi secara lebih independen.
Kedua, Public Relation di BLU memiliki
kewajiban melaporkan kegiatan dan anggaran kehumasan kepada Kementerian Keuangan, sedangkan di PTN-BH, pelaporan dilakukan hanya kepada Rektor
dan Dewan Pengawas. Selanjutnya,
Public Relation di BLU harus menetapkan
tarif layanan berdasarkan kebijakan Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan usulan pimpinan BLU, sedangkan di
PTN-BH, mereka memiliki keleluasaan untuk menetapkan tarif biaya pendidikan sesuai dengan pedoman
teknis yang ditetapkan oleh
Menteri. Terakhir, Public Relation di BLU tidak memiliki hak untuk mengelola
aset secara menyeluruh, sedangkan di PTN-BH, mereka memiliki kontrol penuh atas
aset dan keuangan mereka sendiri.
Pada fungsi
manajemen kehumasan berdasarkan struktur organisasi public relations dapat
disimpulkan bahwa fungsi manajemen kehumasan berdasarkan struktur organisasi Public
Relations (PR) pada universitas dengan status PTN-BH
(Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) dan BLU (Badan Layanan Umum). Pertama, pada PTN-BH, fungsi manajemen kehumasan lebih terfokus pada penyelarasan komunikasi dengan tujuan pendidikan
dan pelayanan publik. Dalam struktur ini, pentingnya menciptakan citra positif dan menjaga reputasi universitas sebagai lembaga pendidikan negeri yang berkualitas sangat ditekankan. Dengan demikian, fungsi manajemen kehumasan di PTN-BH mencakup
strategi komunikasi yang mendukung
visi dan misi institusi. Di sisi lain, pada
universitas dengan status BLU, diskusi
menyoroti fleksibilitas dan
kemandirian yang dimiliki
oleh struktur organisasi tersebut. Dalam konteks BLU, fungsi manajemen kehumasan melibatkan lebih banyak aspek yang bersifat bisnis, termasuk pengelolaan sumber daya dan keuangan. Citra dan reputasi tetap menjadi fokus,
tetapi dengan penekanan pada keberlanjutan dan efisiensi dalam pelayanan publik. Struktur BLU memungkinkan adaptasi yang lebih cepat terhadap perubahan dan kebutuhan pasar.
Secara keseluruhan,
dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen
kehumasan di universitas dengan
status PTN-BH dan BLU memiliki perbedaan
dalam penekanan dan
strategi. PTN-BH cenderung menekankan
pada penyelarasan dengan misi pendidikan dan citra lembaga publik,
sementara BLU lebih menitikberatkan pada fleksibilitas,
keberlanjutan, dan efisiensi
dalam konteks pelayanan dan bisnis. Meskipun ada perbedaan
ini, keduanya tetap memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan hubungan baik dengan berbagai
stakeholder dan memastikan pesan-pesan
yang disampaikan sesuai dengan tujuan institusional.
Hal tersebut
sesuai dengan teori (Grunig, J. E., (2013) menjadi seorang public relation hal yang harus dikuasai adalah sebagai berikut: 1) Writing, praktisi humas harus terampil dalam menulis. Publik saat ini tidak hanya
bergantung pada wartawan atau media massa untuk mengakses informasi. Publik juga sudah menjadikan media sosial: FB,
twitter, blog, dan lain-lain sebagai sarana komunikasi dan bertukar informasi, 2) Kreativitas, Sarana komunikasi sangatlah kompleks. Dan banyaknya informasi menuntut para praktisi PR untuk kreatif dalam
mengemas dan menyampaikan pesan, 3) Menguasai ‘Publishing
Tools’. Internet dan alat-alat media sosial menjadikan praktisi humas “kebanjiran” sarana komunikasi. Praktisi PR saat ini harus tahu
berbagai saluran komunikasi tradisional dan
digital untuk melihat kesempatan terbaik bagi klien dan employer mereka, 4) Profesionalisme, nilai-nilai inti advokasi, kejujuran, keahlian, kemandirian, kesetiaan, dan keadilan adalah penting bagi para praktisi PR. Pada tahun 2000,
Public Relations Society of America (PRSA) menerbitkan
kode etik humas tentang 6 nilai inti dan prinsip inti etika PR, 5)
Personable, menarik, pandai
mengambil hati. Berlaku baik kepada
orang lain (good with people). Profesi humas memerlukan pemersatu (uniters), bukan pemisah (dividers). PR perlu mendorong komunikasi yang lebih baik di dunia kita yang terkadang “konfrontatif”.
Implementasi Excellence Theory of Public
Relations pada praktek kehumasan
di Universitas Jember dan Universitas Airlangga dalam membangun komunikasi efektitif terhadap publik internal dan eksternal dapat disimpulkan bahwa implementasi Excellence
Theory of Public Relations pada praktek kehumasan di Universitas Jember dengan status BLU dan Univeritas Airlangga dengan status PTN-BH dalam membangun komunikasi efektif dapat dilakukan dengan cara, (1) menggunakan model komunikasi simetris dua arah
yang berorientasi pada hubungan
timbal balik antara
universitas dan publiknya. Model ini
mengutamakan dialog, partisipasi,
dan kerjasama dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan bersama. (2) Memberdayakan fungsi kehumasan sebagai bagian dari manajemen strategis yang berperan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program-program yang berkaitan dengan
visi, misi, dan tujuan universitas. (3) Mengintegrasikan
fungsi kehumasan dengan fungsi-fungsi lain di
universitas, seperti akademik,
penelitian, pengabdian, administrasi, dan keuangan, agar tercipta komunikasi internal yang
efektif dan efisien. (4) Mengidentifikasi dan menganalisis
publik strategis yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap universitas, seperti mahasiswa, dosen, karyawan, alumni, pemerintah, media, masyarakat,
dan stakeholder lainnya. (5) Membangun
dan memelihara hubungan kualitas dengan publik strategis berdasarkan prinsip-prinsip kepercayaan, komitmen, kepuasan, kontrol bersama, dan pertukaran. (6)
Menyusun dan menyebarkan informasi
akurat dan transparan tentang kebijakan, program, dan prestasi universitas melalui berbagai media, baik cetak, elektronik, maupun online, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi publik strategis. (7) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, kultural, dan edukatif yang dapat meningkatkan citra dan reputasi universitas, serta memberikan nilai tambah bagi publik
strategis. (8) Melakukan riset, inovasi, dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia
yang terlibat dalam kehumasan, serta (9) mengukur dan mengevaluasi dampak dan nilai dari kegiatan kehumasan
terhadap kinerja dan efektivitas universitas.
Hal tersebut
sesuai dengan teori (L.A. Grunig, dkk, 2002) menjelaskan bahwa humas adalah efektif jika (a) humas mempunyai kebijakannya sendiri bagian, yaitu tidak digabungkan
dengan bagian lain divisi/bagian, bahkan disubordinasikan oleh divisi lain; (b) hubungan
masyarakat bagian milik struktur atas (koalisi dominan);
(c) hubungan masyarakat adalah terlibat dalam pengambilan keputusan secara dominan koalisi. PR efektif jika mampu
menjalankan fungsinya dengan baik dan ini fungsi tercapai
jika PR ada di struktur atas (koalisi dominan). Peluang untuk terlibat
dalam rapat pengambilan keputusan dan memiliki akses langsung pemimpin akan menjadi hebat
jika para praktisinya hebat dalam posisi
itu (Kriyantono, 2017).
Kesimpulan
Humas dan PKIP menyediakan informasi
yang akan disampaikan. Kemudian, merancang strategi penyampaian yang melibatkan berbagai media sesuai dengan profil publik
strategis. Baik cetak, elektronik, atau online, penggunaan media
yang beragam memastikan bahwa informasi dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Transparansi menjadi prinsip kunci dalam penyusunan
dan penyebaran informasi.
Humas UNEJ dan PKIP UNAIR berkomitmen untuk menyajikan informasi dengan akurat, jelas, dan mudah dipahami. Hal ini menciptakan kepercayaan publik strategis terhadap universitas, karena informasi yang diberikan dapat diverifikasi dan diandalkan. Selain itu, Humas UNEJ dan PKIP tidak hanya menyebarkan
informasi secara pasif, tetapi juga memastikan adanya saluran komunikasi dua arah. Mereka
membuka ruang untuk umpan balik
dan pertanyaan, baik melalui media sosial, pertemuan terbuka, atau platform online lainnya. Hal
ini memperkuat keterlibatan publik strategis, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi
aktif dalam dinamika universitas. Dengan peran yang terkoordinasi antara Humas UNEJ dan PKIP Unair dengan para pemangku kepentinga untuk melakukan penyusunan dan penyebaran informasi tentang kebijakan, program, dan prestasi universitas dapat berjalan efektif dan responsif terhadap kebutuhan serta preferensi publik strategis. Ini tidak hanya menciptakan
pemahaman yang lebih baik, tetapi juga memperkuat hubungan positif antara Universitas Jember dan Universitas Airlangga dengan pemangku kepentingan utamanya.
Implementasi Excellence Theory of Public Relations pada praktek
kehumasan di Universitas Jember
dengan status BLU dan Univeritas
Airlangga dengan status
PTN-BH dalam membangun komunikasi efektif dapat dilakukan dengan cara, (1) menggunakan model komunikasi simetris dua arah,
(2) Memberdayakan fungsi kehumasan sebagai bagian dari manajemen
strategis yang berperan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program-program yang berkaitan dengan
visi, misi, dan tujuan universitas. (3) Mengintegrasikan
fungsi kehumasan dengan fungsi-fungsi lain di
universitas, seperti akademik,
penelitian, pengabdian, administrasi, dan keuangan, agar tercipta komunikasi internal yang
efektif dan efisien. (4) Mengidentifikasi dan menganalisis
publik strategis yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap universitas, seperti mahasiswa, dosen, karyawan, alumni, pemerintah, media, masyarakat,
dan stakeholder lainnya. (5) Membangun
dan memelihara hubungan kualitas dengan publik strategis berdasarkan prinsip-prinsip kepercayaan, komitmen, kepuasan, kontrol bersama, dan pertukaran. (6)
Menyusun dan menyebarkan informasi
akurat dan transparan tentang kebijakan, program, dan prestasi universitas melalui berbagai media, baik cetak, elektronik, maupun online, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi publik strategis. (7) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, kultural, dan edukatif yang dapat meningkatkan citra dan reputasi universitas, serta memberikan nilai tambah bagi publik
strategis. (8) Melakukan riset, inovasi, dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia
yang terlibat dalam kehumasan, serta (9) mengukur dan mengevaluasi dampak dan nilai dari kegiatan kehumasan
terhadap kinerja dan efektivitas universitas.
Humas baik
di PTNBH dan PTN BLU harus terus
meningkatkan profesionalisme
yang mengedepankan pelayanan,
karena hasil temuan pada pelayanan khususnya terkait komunikasi dua arah masih dinilai
kurang, sehingga perlu adanya peningkatan
lebih baik dalam melakukan komunikasi dua arah dengan komunikan
atau khalayak publik. Teori Excellent dapat dilakukan dengan baik apabila
humas dapat mengikuti perkembangan di era saat ini dan dapat berpegang
teguh pada integritas yang memang harus dimiliki
bagi seorang komunikator. Maka humas perlu melakukan pemahaman perkembagan teknologi dengan kemajuan zaman yang semakin berkembang, agar dapat lebih relevan dengan
era saat ini.
BIBLIOGRAFI
A Sari, Luthfia, and A Supriyanto. 2022. “Peran Humas Sebagai
Fasilitator Publikasi Informasi Dan Dokumentasi Di Perguruan Tinggi.” | Jurnal Manajemen Pendidikan 13(2).
Adnan, Muhammad, and Anita Amaliyah.
2021. “Radicalism VS Extremism: The Dilemma of Islam And
Politics In Indonesia.” JURNAL ILMU SOSIAL 1(1): 24–48.
Amanda, Luthfia. 2022.
“Peran Humas Sebagai Fasilitator
Publikasi Informasi Dan Dokumentasi Di Perguruan
Tinggi.” Jurnal Manajemen
Pendidikan 13: 1–5.
Anwar Sanusi. 2016. Metodologi
Penelitian Bisnis.
Jakarta: Salemba empat.
Arifin, Muhammad. 2017. “Strategi Manajemen
Perubahan Dalam Meningkatkan Disiplin Di Perguruan Tinggi Oleh.” 3(1).
Asfour, Ali, Samer Zein, Norsaremah
Salleh, and John Grundy. 2018. “Exploring Agile Mobile App Development in
Industrial Contexts: A Qualitative Study.” 3: 29–46.
Atmaja, Jaka. 2018. “Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Pada Bank
BJB.” Jurnal Ecodemica
2(1).
Baines, P., Egan, J., & Jefkins,
F. (2007). Public relations. Routledge.
Basofi, Imam. 2020. “Manajemen
Humas IAIN Madura Dalam Menarik
Minat Masyarakat.” KABILAH :
Journal of Social Community 5: 74–82.
Cahyani, Intan, and Yuliani Widianingsih. 2020.
“Digital Storytelling Dan Social Listening : Tren Aktivitas Kehumasan Perguruan Tinggi Dalam Pengelolaan Media Sosial.” Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna 8: 39.
Collien, Isabel. 2021. “Concepts of Power in Boundary
Spanning Research: A Review and Research Agenda.” International Journal of
Management Reviews 23.
Damayanti, Poppi. 2021. “Pengembangan Humas Efektif Di Perguruan Tinggi.” JOPPAS: Journal of Public Policy and
Administration Silampari 3: 6–11.
Edwart. 2023. “On a System of Equations with General
Fractional Derivatives Arising in Diffusion Theory.” Fractal and Fractional
7: 518.
Engelhart, L Kurt. 2023. “Application Of
Systems Theory To General Social Theory.”
Fishbach, Ayelet, Catalina Kopetz,
and Arie Kruglanski. 2023. “Introduction: The
Principles of Goal Systems Theory.” In , 1-C0P48.
Grunig, J. E., & Hunt, T. (1984). Managing Public
Relations. New York: Rinehart & Winston
Gutama, Rhiezky, and Tresna Wiwitan. 2023. “Komunikasi Pelayanan Humas Dinas
Pendidikan Kota Bandung: Studi Deskriptif
Data Kualitatif Customer Relationship Management Di
Media Sosial Instagram Pada Akun
@disdikbdg.” Bandung Conference Series: Public Relations 3.
Hafni, Nurlaili, and Akhmad Zaini. (2019a). “Peran
Public Relation Dalam Pembentukan
Branding Institution Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta.” Tadris :
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam 13: 67–77.
Hafni. (2019b). “Peran Public Relation Dalam
Pembentukan Branding Institution Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam Swasta.”
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran
Pendidikan Islam 13: 67–77.
Hardani et al. 2020. Buku
Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Harmonis, Harmonis. 2022. “Evolusi Teori Sistem Dan Pengawasan Penyiaran ‘Menurut Beberapa Pakar.’” Perspektif Komunikasi:
Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis 6: 89.
Hartini, tin. 2019. Upaya
Perhumas Dalam Meningkatkan Kompetensi Public
Relations Tin Hartini.
Hasanah, Umi Khulsum. 2022. “Analisis Manajemen Public
Relations UNESCO Dalam Menetapkan
Warisan Budaya Asal Negara Indonesia Umi Khulsum
Hasanah 2001026110.”
Heryana, Ade. 2021. Teori
Dan Jenis Sistem.
Kriyantono, R. (2017). Teori public
relations perspektif barat dan local: Aplikasi penelitian dan praktis. Jakarta: Prenada
Lestari, Rora. 2022.
“Strategi Humas Dalam Mempertahankan
Citra Pt. Kereta Api
Divisi Regional Iii Palembang (PERSERO).”
Mardiah, L. (2020). Sistem Pelayanan Humas Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Dalam Membangun Citra
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara).
Melani, Rahmadanty, Arif Ernita, and Zetra Aidinil. 2020. “Fungsi Public Relations Sebagai Fasilitator Komunikasi Menjembatani Hubungan
Antara Pemerintah Dan Masyarakat (Studi Kasus : Fenomena Desain Illuminati Pada Jam Gadang).”
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAND Padang Pascasarjana
FISIP UNAND, Jl. Situjuh No. 1, Padang- Sumbar.
Miles, A.M. Huberman, and J. Saldana. 2014. Qualitative
Data Analysis: A Methods Sourcebook. London: SAGE Publications Inc.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif /
Lexy J. 10th ed. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Mumuh. 2019. “Strategi Promosi Dan Komunikasi.” Universitas
Terbuka (June): 57–63.
Musyarrofah, M. (2018). Peran humas dalam
pengembangan pendidikan tinggi. Jurnal Idaarah, 2(1), 293-304.
Nasution. 2012. Metode Reseach Penelitian Ilmiah. Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara.
Patrianti, Tria. 2020. “Mengelola Citra Dan Membangun
Reputasi: Studi Atas Peran
Public Relations di Universitas Muhammadiyah Jakarta.” Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta 1(1).
Permata, Arsih, Wulandari Pia, and Kriyantono Rachmat. 2020. “Evaluasi Manajemen Krisis Humas Perguruan Tinggi.” JURNAL HERITAGE 8: 145–52.
Protin, Clarence. 2023. A General Theory of Systems.
Rohimi, Primi. 2018. “Kajian
Public Relation Di Perguruan Tinggi Islam.”
Rustandi, Dudi, and Leili Gustini. 2021. “Komunikasi Kehumasan Perguruan Tinggi Melalui Media Sosial.” KOMVERSAL 3: 72–89.
Safitri, Risky, Baby Risaldi, and
Malinda Oktaviani. 2019. “Pengaruh
Komunikasi Internal Organisasi
Terhadap Motivasi Kerja Pegawai.” Jurnal Manajemen Motivasi 15: 19.
Santosa, Sarah, and Roswita Oktavianti. 2023. “Berpikir Kreatif Humas Di Media Sosial
Instagram Dalam Membangun
Citra Positif Perguruan
Tinggi (Studi Kasus Pada Akun @Untarjakarta).” Prologia
7: 71–80.
Scott M. Cutlip, Allen H.
Center, Glen M. Broom. 2009. Effective Public Relations. 9th ed.
Jakarta: Kencana.
Setyanto, Yugih, and Paula Anggarina. 2015. Humas Pada Perguruan
Tinggi (Hubungan Dengan
Media Pada Institusi Pendidikan).
Setyanto, Yugih, Paula Anggarina, and Anny Valentina. 2017. “Branding Yang Dilakukan Humas Pada Perguruan
Tinggi Swasta.” Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni 1: 171.
Setyosari, Punaji. 2016. Metode Penelitian Pendidikan
& Pengembangan Metode
Penelitian Pendidikan & Pengembangan.
Stratton, Samuel J. 2021. “Population Research:
Convenience Sampling Strategies.” Prehospital and Disaster Medicine
36(4): 373–74.
Suarka, Fanny et al. 2013. “Upaya
Merancang Model Kehumasan
Di Perguruan Tinggi Negeri (Studi
Pengembangan Humas Di Unud).”
In , 225–28.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susilowati, Susilowati, Dhefine Armelsa, and Duneti Duneti. 2022. “Strategi Hubungan Masyarakat Pascasarjana
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI) Dalam Membentuk Citra Positif.” Jurnal
Public Relations (J-PR) 3: 44–49.
Tzafestas, Spyros. 2022. “General Systems Theory and System
Dynamics.” In , 87–119.
Ulfatin, Nurul. 2013. Metode
Penelitian Kualitatif.
Malang: Bayumedia Publishing.
Zach, Lisl. 2006. “Using a Multiple–Case Studies
Design to Investigate the Information-Seeking Behavior of Arts
Administrators.” Library Trends 55.
Zulkiflimansyah, Zulkiflimansyah, and
Ahmad Yamin. 2023. “Strategi Manajemen
Hubungan Masyarakat Dalam Membangun Citra Di Kampus Vokasi UNRAM PDD Bima.” JIIP
- Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 6: 3848–51.
Copyright
holder: Nike Virgawati Yuarko (2022) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |