Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
3, Maret 2024
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA
Jeffrey
Payung Langi
Politeknik Negeri Ambon, Ambon, Maluku, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penting untuk diakui bahwa setiap individu
memiliki gaya belajar dan cara pemahaman konsep yang unik. Oleh karena itu,
pengajaran harus dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan gaya belajar
siswa. Dalam kaitannya dengan model pembelajaran, Quantum
Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif melalui
berbagai interaksi efektif selama proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan
model pembelajaran, Quantum Teaching
merupakan salah satu model pembelajaran yang menciptakan situasi pembelajaran
yang menyenangkan dan kondusif melalui berbagai interaksi efektif selama proses
pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif Quasi Experiment
dengan bentuk desain nonequivalent control group. Pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan instrument postes. Untuk memperoleh data pemahaman konsep peserta
didik, digunakan tes berupa soal uraian (essay)
dengan Hukum Newton. Hasil Uji t menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik di
analisis menggunakan uji independent t-test dengan equal variance assumed, diperoleh nilai
signifikansi adalah 0.007. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan yang signifikan dalam pemahaman konsep fisika materi hukum Newton
pada kelompok eksperimen yang menggunakan model Quantum
Teaching.
Kata
Kunci : Quantum Teaching, Pemahaman Konsep, Hukum Newton, Fisika.
Abstract
It is important to
recognize that each individual has a unique learning style and way of
understanding concepts. Therefore, teaching must be able
to adapt to students' needs
and learning styles. In relation to learning models,
Quantum Teaching is a learning model that creates a pleasant and conducive
situation through various effective learning interactions during the learning
process. In relation to learning models,
Quantum Teaching is a learning model that creates a pleasant and conducive
situation through various effective learning interactions during the learning
process. The method used in this research
is a quantitative Quasi Experiment with a nonequivalent control group design.
Data collection in this research used post
instruments. To obtain data
on students' conceptual understanding, a test was used
in the form of essay questions
using Newton's Law. The results of the
t test show that students' understanding was analyzed using an independent t-test with the
assumption of equal variance, the significance value obtained was 0.007. The results of data analysis show that there
is a significant increase in the understanding of physics concepts regarding Newton's laws in the experimental
group that uses the Quantum
Teaching model.
Keywords: Quantum Teaching, Understanding Concepts, Newton's Laws, Physics.
Pendahuluan
Pemahaman konsep fisika merupakan
elemen kunci dalam pengembangan literasi sains dan
keberhasilan akademis siswa di tingkat pendidikan menengah (Susilawati et al., 2022). Fisika sebagai
cabang ilmu pengetahuan alam memiliki peran sentral dalam membangun dasar
pengetahuan ilmiah, logika berpikir, serta keterampilan analitis (Joy et al., 2023). Meskipun pentingnya
pemahaman konsep fisika diakui secara luas, penelitian empiris menunjukkan
adanya tantangan signifikan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi
siswa dalam memahami konsep-konsep fisika mendasar.
Beberapa
faktor yang memengaruhi pemahaman konsep fisika melibatkan kompleksitas materi
pembelajaran, metode pengajaran yang digunakan, serta karakteristik individual
siswa (Komikesari et al., 2020). Pemahaman konsep
fisika memerlukan integritas konsep yang kuat, yaitu kemampuan untuk
mengaitkan, mengorganisir, dan menggeneralisasi konsep-konsep fisika yang
dipelajari. Pemahaman konsep tidak hanya sebatas pada kemampuan mengingat fakta
atau rumus, melainkan melibatkan interpretasi, integrasi, dan aplikasi
konsep-konsep tersebut dalam situasi yang berbeda (Susilawati et al., 2021). Pada tingkat
dasar, pemahaman konsep mencerminkan kejelasan konsep, sedangkan pada tingkat
yang lebih tinggi, melibatkan kemampuan untuk memahami struktur konsep secara
mendalam dan mengaitkannya dengan konteks yang lebih luas.
Proses
pembentukan pemahaman konsep dimulai dengan penerimaan informasi melalui input sensorik. Informasi
tersebut kemudian diolah melalui mekanisme kognitif, termasuk perhatian, pengkodean, dan penyimpanan dalam memori jangka pendek atau
jangka panjang. Faktor-faktor kognitif seperti persepsi, asosiasi, dan
pengorganisasian membantu individu membangun representasi mental tentang konsep
yang dipelajari. (Defrianti et al., 2021) Dalam konteks
pembelajaran fisika, pemahaman konsep melibatkan kemampuan siswa untuk menginternalisasi
prinsip-prinsip dasar dan struktur konseptual fisika. Ini melibatkan penerimaan
informasi dari pengajaran, buku teks, atau sumber lainnya, dan transformasi
informasi tersebut menjadi pengetahuan yang bermakna (Syefrinando et al., 2023). Proses ini
terkait erat dengan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi pola, menemukan
hubungan kausal, dan merumuskan abstraksi konseptual.
Selanjutnya,
pemahaman konsep bukanlah entitas statis, melainkan berkembang seiring waktu
melalui pengalaman dan refleksi (Anggraini et al., 2022). Siswa perlu
memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari
dalam konteks nyata, baik melalui eksperimen, simulasi, atau diskusi kelompok.
Pemahaman konsep juga dapat diperkuat melalui interaksi sosial, di mana siswa
dapat berbagi ide, menyusun argumentasi, dan mempertanyakan pemahaman mereka.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sangat penting untuk
mencapai pemahaman konsep yang mendalam. Metode pembelajaran yang melibatkan
siswa secara kognitif, seperti diskusi berbasis masalah, eksplorasi mandiri,
atau proyek penelitian, dapat merangsang proses pemikiran reflektif dan
konstruktif (Anggreini & Dewi, 2020). Guru memiliki
peran kunci dalam memfasilitasi pemahaman konsep dengan memberikan pertanyaan
mendalam, memberikan umpan balik konstruktif, dan merancang situasi
pembelajaran yang merangsang eksplorasi konsep.
Pengetahuan
tidak ditransfer melainkan pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman dalam
proses pembelajaran dimana seorang guru harus mampu
berperan sebagai fasilitator yang baik untuk berinteraksi dengan siswa dan
menerapkan pengetahuannya ke dalam peristiwa, pikiran, perasaan dan pengalaman
dalam konteks kehidupan sehari-hari (Laelasari & Wakhidah, 2023). Setelah terjalin
hubungan antara guru dan siswa, maka guru akan dapat dengan mudah mengarahkan
siswa ke dunianya. Kemudian salah satu cara untuk memaksimalkan proses
pembelajaran adalah dengan merancang dan melaksanakan rencana pembelajaran dan
proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Perancangan dan implementasi tersebut wajib dilakukan untuk mengungkap dan
membentuk potensi peserta didik. Menurut o Piaget (Widyastuti et al., 2020), untuk mengungkap
dan membentuk potensinya siswa harus melalui empat tahap perkembangan sebagai
berikut: (1) tahap sensorik-motorik (0-2 tahun). );
(2) tahap praoperasional (2-7 tahun); (3) tahap
operasional konkrit (usia 7-11 tahun); dan (4) tahap
operasional formal (11-12 tahun). Lebih lanjut Piaget
(Santrock, 2012, p.329) menyatakan bahwa pada tahap
akhir perkembangan siswa akan mampu melakukan operasi konkrit
dan penalaran logis sepanjang penalaran tersebut dapat diterapkan dalam contoh
yang spesifik atau konkrit. Khusus konteks
penelitian, responden dalam penelitian yaitu siswa kelas IV masuk dalam tahap
operasional konkrit karena rentang usianya adalah
7-11 tahun.
Penting
untuk diakui bahwa setiap individu memiliki gaya belajar dan cara pemahaman
konsep yang unik (Syahadah et al., 2022). Oleh karena itu,
pengajaran harus dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan gaya belajar
siswa. Metode pengajaran yang beragam, penyediaan materi dengan berbagai
representasi (seperti grafik, model, dan simulasi), serta memahami tingkat kesiapan kognitif siswa dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
Dalam
kaitannya dengan model pembelajaran, Quantum
Teaching merupakan salah satu model pembelajaran
yang menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif melalui
berbagai interaksi efektif selama proses pembelajaran. Model Pembelajaran Quantum Teaching
memusatkan fokusnya pada hubungan dinamis di dalam kelas (Siahaan et al., 2021). Selain itu,
Model Pembelajaran Quantum Teaching mengandung unsur gamework
dan teamwork berupa situasi pembelajaran yang dapat
menciptakan situasi menyenangkan dan mendorong siswa untuk menunjukkan
pemahaman konsep peserta didik. Menurut Thomas dalam (Apriyadi et al., 2024), untuk
mengarahkan siswa ke dalam gotong royong, prosedur tertentu harus dilakukan
selama kegiatan kerja tim dan proses interaktif dalam kegiatan kerja tim dapat
mengembangkan kecerdasan interpersonal setiap siswa.
Siswa yang mampu menjalin interaksi selama proses pembelajaran mampu memahami,
mengumpulkan, menganalisis, mensintesis dan
memverifikasi informasi dari materi yang telah disampaikan oleh gurunya. Itu
Pernyataan
tersebut sejalan dengan pernyataan A'la dalam (Basuki Tri Harnoto et al., 2021) yang dalam
penelitiannya menemukan bahwa Model Pembelajaran Quantum
Teaching menawarkan ide-ide baru mengenai
bagaimana menciptakan lingkungan yang jauh lebih baik dan menjanjikan bagi
siswa dalam lingkungan sekolah. proses pembelajaran sehingga kesenjangan antar
siswa dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Melatih
pemahaman konsep melalui Model Pembelajaran Quantum
Teaching pada tingkat sekolah dasar sangat perlu
dilakukan. Alasannya adalah Model Pembelajaran Quantum
Teaching memberikan pengalaman belajar yang
bermakna melalui momen-momen pembelajaran dimana
siswa mempunyai kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya baik secara lisan
maupun tulisan. Tujuan dari gagasan ini adalah agar siswa terdorong dan
termotivasi untuk menunjukkan pemahaman konsepnya di sekolah berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan dasar yang dimilikinya.
Sementara
itu, Model Pembelajaran Quantum Teaching mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dan
mandiri sesuai dengan pernyataan (Novianti & Mulyaning, 2020) yang
berpendapat bahwa Quantum Teaching merupakan sebuah inovasi. Lebih lanjut Jaelani
(Suryani, Sari, Milfayetty & Dirhamsyah, 2014,
p.39) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam Model Pembelajaran Quantum Teaching
sangat diperlukan dalam menciptakan momen pembelajaran yang menyenangkan
melalui penyesuaian terhadap lingkungan sekitar; dengan melakukan hal tersebut,
pemahaman siswa dapat diperoleh. Peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran
saling melengkapi. Guru bertugas menerjemahkan isi pembelajaran menjadi
informasi yang diperlukan untuk memahami materi pembelajaran melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang tepat. Kemudian,
penerjemahan isi harus sesuai dengan aspek kognitif konkret dari berbagai
strategi pembelajaran yang dapat bermanfaat dan menyenangkan bagi siswa guna
mencapai tujuan proses pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Pada
akhirnya guru akan mampu memahami situasi siswa dengan menguasai materi yang
harus disampaikan kepada siswa.
Pemahaman Konsep
Menurut piageti, pengembangan pemahaman konsep melibatkan
tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang berbeda, di mana anak-anak berpindah
dari tahap operasi konkret ke tahap operasi formal, meningkatkan kemampuan
mereka untuk berpikir abstrak dan memahami konsep yang lebih kompleks (Brewe et al., 2010). Teori
konstruktivisme, seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget
dan Lev Vygotsky,
menekankan peran aktif peserta didik dalam pembentukan pemahaman konsep. Piaget menyatakan bahwa siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui interaksi dengan lingkungan, sementara Vygotsky
menyoroti pentingnya interaksi sosial dan pembelajaran bersama dalam
mengembangkan konsep-konsep kognitif (Suryani et al., 2020). Sementara itu,
teori konsep majemuk (Ausubel) menekankan pada
pentingnya mengaitkan konsep baru dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif siswa.
Ausubel
mengusulkan bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika materi yang dipelajari
dapat diintegrasikan ke dalam struktur pengetahuan yang sudah ada (Amintarti, 2023). Teori konstruksi
kembali (Bruner) menekankan pada pentingnya
pengorganisasian ulang informasi dan konsep-konsep dalam pikiran siswa. Bruner menunjukkan bahwa individu mengorganisasikan
informasi ke dalam skema-scheme kognitif yang
membantu mereka memahami dan mengingat konsep-konsep dengan lebih baik. Dengan
demikian, berbagai teori ini memberikan wawasan tentang bagaimana pemahaman
konsep berkembang sepanjang hidup individu, melibatkan interaksi antara
faktor-faktor kognitif, sosial, dan lingkungan. Teori-teori ini memberikan
dasar bagi pendekatan-pendekatan dalam pengajaran yang mendorong pemahaman
konsep secara mendalam.
Quantum Teaching
Model
pembelajaran Quantum Teaching,
yang dikembangkan oleh Bobbi DePorter dan Eric
Jensen, mencerminkan pendekatan holistik dalam pendidikan yang mengintegrasikan
prinsip-prinsip neurosains dan psikologi untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran (Larasati & Baadilla, 2023). DePorter menekankan peran penting emosi dan suasana hati
dalam proses belajar, mengklaim bahwa lingkungan yang positif dapat mempercepat
pemahaman dan retensi konsep. Jensen, seorang ahli neurosains
pendidikan, menyoroti pentingnya merangsang berbagai area otak melalui
metode-metode pembelajaran yang aktif dan bervariasi.
Menurut DePorter, Quantum Teaching mempromosikan keaktifan dan keterlibatan siswa
melalui strategi-strategi seperti permainan, simulasi, dan pembelajaran
berbasis proyek (Wita & Ummami, 2021). Jensen
menambahkan bahwa model ini mempertimbangkan berbagai gaya pembelajaran dan
memahami peran emosi dalam pengambilan keputusan dan motivasi belajar (Pospiech, 2000). Konsep-konsep
dari Quantum Teaching
termasuk penggunaan musik, gerakan, dan atmosfer positif dalam pembelajaran
untuk meningkatkan kapasitas otak dalam menangkap dan menyimpan informasi. Pendekatan
Quantum Teaching
sejalan dengan konsep neuroplastisitas otak, yang
menunjukkan bahwa otak dapat terus berkembang dan beradaptasi sepanjang hidup.
Dengan memperhatikan aspek-aspek kognitif, emosional, dan fisik, Quantum Teaching
bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang memadukan kecerdasan
intelektual dan emosional siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ini
dianggap memberikan kontribusi positif terhadap pemahaman konsep siswa melalui
pendekatan yang beragam, dinamis, dan sesuai dengan prinsip-prinsip neurosains dan psikologi pendidikan.
Hukum Newton
Hukum
Newton merupakan dasar dari mekanika klasik dan merangkum prinsip-prinsip dasar
tentang gerakan benda dan gaya yang mempengaruhinya. Sir Isaac Newton
merumuskan tiga hukum gerak yang dikenal sebagai Hukum Newton I, II, dan III.
Hukum Newton I menyatakan bahwa suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan kecuali jika ada gaya yang bekerja padanya. Hukum
Newton II mengaitkan perubahan gerak suatu benda dengan gaya yang bekerja
padanya, diungkapkan dalam rumus:
(Sasmita et al., 2023)
di mana F
adalah gaya yang diterapkan pada benda, m adalah massa benda, dan a
adalah percepatan benda. Hukum Newton III menyatakan bahwa setiap gaya memiliki
reaksi sebanding yang berlawanan, atau dengan kata lain, "setiap aksi
memiliki reaksi yang sama besarnya dan berlawanan arahnya."Untuk
menggambarkan aplikasi Hukum Newton, mari pertimbangkan situasi di mana benda bermassa m ditarik oleh gaya gravitasi (
(Sasmita et al., 2023)
Selain itu, kita
dapat menggabungkan gaya gesek dengan rumus gaya gesek kinetik, yang diberikan
oleh:
(Sasmita et al., 2023)
Di mana
Dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan, belum ada penelitian tentang
bagaimana pengaruh model pembelajaran Quantum
Teaching Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Peserta
Didik. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
model pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik
pada materi Hukum Newton.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
Quasi Experiment dengan
bentuk desain nonequivalent control group. Penelitian ini dilakukan di Bulan September 2023
dengan populasi sebanyak 365 peserta
didik dengan sampel 48 peserta didik kelas XI-2 sebagai kelas kontrol dan kelas
XI-3 sebagai kelas eksperimen di SMA Negeri 2 Salahutu.
Pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan instrument postes. Untuk memperoleh data pemahaman konsep peserta
didik, digunakan tes berupa soal uraian (essay)
dengan Hukum Newton. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pemebelajaran Kurikulum Merdeka. Dari instrument
soal, diperoleh data berupa argumentasi tertulis. Adapun permasalahan yang
disajikan berjumlah 5 butir soal terkait dengan percepatan benda disertai
dengan pegas, besar tegangan tali dari suatu benda, kecepatan sebuah roket dan
gaya dorong roket. pegas serta gaya normalnya. Hal ini sudah mencakup tiga
materi pokok yaitu Hukum I Newton, Hukum II Newton dan Hukum III Newton.
Hasil jawaban
peserta didik di analisis dengan teknik analisis butir soal yang digunakan
untuk mengukur kevalidan, reliabilitas, daya pembeda,
dan taraf kesukaran butir soal yaitu dengan menggunakan aplikasi Anates. Dari hasil uji terbatas yang dilakukan di kelas XI
dengan sampel 24 peserta didik, dapat diketahui seperti pada tabel 1.
Berdasarkan kriteria uji validitas menurut Arikunto
(2010:211), maka pada tabel 1 didapatkan hasil bahwa 5 butir soal yang
digunakan dikatakan valid dengan signifikansi yang sedang dan tinggi. Uji
reliabilitas untuk soal ini diperoleh nilai r yaitu 0,51. Nilai ini termasuk
dalam kategori sedang. Sedangkan dari hasil uji daya pembeda diperoleh hasil
bahwa soal dapat diterima baik namun ada beberapa soal yang masih perlu
diperbaiki. Tingkat kesukaran dari soal tersebut adalah kategori susah dan
sedang.
Tabel 1. Analisis butir soal
No. soal |
Reliabilitas |
Validitas |
Keterangan |
Taraf Kesukaran |
Daya Pembeda |
1 |
0,51 |
0,705 |
Sangat valid |
Sedang |
0,38 |
2 |
0,583 |
Valid |
Sedang |
0,33 |
|
3 |
0,734 |
Sangat valid |
Susah |
0,57 |
|
4 |
0,450 |
Cukup Valid |
Susah |
0,42 |
|
5 |
0,441 |
Cukup Valid |
Sedang |
0,36 |
Data di
analisis menggunakan uji statistik meliputi uji normalitas
Kolmogorov siminov, uji
homogenitas dan uji t independent
dengan bantuan software SPSS. Uji t independent dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui efek dari penerapan Quatum
Teaching. Adapun H0 dari penelitian
ini adalah kedua nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah
identik (sama), sedangkan Ha adalah kedua nilai rata-rata kelas
kontrol dan kelas eksperimen adalah tidak identik (berbeda). Kriteria
pengambilan keputusannya adalah tolak H0 jika signifikansi <
0.05.
Hasil dan
Pembahasan
Sebuah roket bermassa 1000 kg diluncurkan dari permukaan
bumi dengan kecepatan awal 50 m/s. Roket tersebut mengeluarkan gas hasil
pembakaran dengan kecepatan relatif 2000 m/s terhadap roket. Jika massa
gas yang dikeluarkan per detik adalah 5 kg, tentukan: a.
Besar gaya dorong yang diberikan gas pada
roket. b.
Besar percepatan roket saat diluncurkan. c.
Besar kecepatan roket setelah 10 detik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh data jawaban peserta didik mengenai soal tentang Hukum
Newton. Gambar 1 menunjukkan satu contoh soal Hukum III Newton yang harus
dijawab oleh peserta didik.
Gambar 1. Contoh soal Hukum III
Newton
Persebaran
nilai rata-rata postest
kemampuan pemahaman konsep peserta didik SMA Negeri 2 Salahutu
dapat diuraikan dan diamati lebih rinci pada tabel 2. Dari hasil yang
didapatkan, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (mean)
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 79,87 berbanding
66,92. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki pemahaman konsep
yang lebih baik daripada kelas kontrol. Selain itu nilai tengah (median) kelas
eksperimen juga lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 80,00 berbanding
68,50. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik kelas eksperimen
memiliki nilai yang mendekati rata-rata, sedangkan kelas kontrol memiliki nilai
yang lebih bervariasi.
Dari tabel
2, juga dapat dilihat bahwa nilai varians dan simpangan baku (standard deviation) kelas
eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol, yaitu 9,94 dan 3,15 berbanding
59,64 dan 7,72. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki sebaran
nilai yang lebih rapat daripada kelas kontrol. Dengan kata lain, kelas
eksperimen memiliki konsistensi pemahaman konsep yang lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
Dari tabel
2 juga dapat dilihat bahwa nilai minimum dan maksimum kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 72,00 dan 86,00 berbanding 45,00 dan
85,00. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rentang nilai yang
lebih sempit daripada kelas kontrol. Dengan kata lain, kelas eksperimen
memiliki keseragaman pemahaman konsep yang lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Dari analisis deskriptif di atas dapat disiimpulkan
bahwa kelas eksperimen memiliki pemahaman konsep yang lebih baik, lebih
konsisten, dan lebih seragam daripada kelas kontrol.
Table. 2 Statistik Diskriptif
Hasil Pemahaman Peserta Didik
|
Kelas Kontrol |
Kelas Eksperimen |
Mean |
66.92 |
79.87 |
Median |
68.50 |
80.00 |
Variance |
59.64 |
09.94 |
Std. Deviation |
07.72 |
03.15 |
Minimum |
45.00 |
72.00 |
Maximum |
85.00 |
86.00 |
Tabel. 3 Data
Hasil Uji Statistik
Kelas |
Uji Normalitas (Sig.) |
Uji Homogenitas (Sig.) |
Uji T (Sig.) |
||
Kontrol |
0.155 |
0.133 |
0.007 |
||
Eksperimen |
0.853 |
|
|
||
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
uji normalitas menggunakan Kolmogorov siminov menjukkan
nilai posttest kelas kontrol diperoleh nilai
signifikansi 0.155, sedangkan nilai signifikansi kelas eksperimen sebesar
0.853. Karena lebih besar dari 0.05 maka bisa dikatakan data dari kedua kelas terditribusi normal. Pada output hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi 0.133, maka varians data dapat dikatakan homogen.
Hasil Uji
t menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik di analisis menggunakan uji independent t-test dengan
equal variance assumed, diperoleh nilai signifikansi adalah 0.007.
Karena p < 0.05, maka H0 ditolak, atau kedua variasi benar-benar
berbeda. Artinya, rata-rata nilai pemahaman konsep kelas kontrol dan eksperimen
berbeda. Jika dilihat dari rata-rata kedua kelas, kelas eksperimen memiliki
nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Artinya, terdapat
perbedaan yang signifikan pemahaman konsep peserta didik setelah di terapkan
pembelajaran model Quantum Teaching dengan yang tidak diimplementasikan dengan model
Quantum Teaching.
Pembahasan
Penelitian
ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap
pemahaman konsep fisika, khususnya pada materi hukum Newton. Desain penelitian
yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen yang menerima pembelajaran menggunakan model Quantum
Teaching dan kelompok kontrol yang menerima
pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan melalui pre-test dan post-test pada kedua
kelompok tersebut.
Hasil
analisis data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam
pemahaman konsep fisika materi hukum Newton pada kelompok eksperimen yang
menggunakan model Quantum Teaching. Hal ini tercermin dari nilai post-test yang secara statistik lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai pre-test. Di sisi lain, kelompok kontrol
yang mendapatkan pembelajaran konvensional juga mengalami peningkatan, tetapi
peningkatan ini tidak sebesar kelompok eksperimen.
Secara
khusus, aspek-aspek tertentu dari hukum Newton, lebih baik dipahami oleh
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Quantum
Teaching. Analisis statistik menggunakan uji
perbedaan antar kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
Kesimpulan
Berdasarkan
pada hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa model
pembelajaran Quantum Teaching
berpotensi meningkatkan pemahaman konsep fisika, terutama dalam konteks materi
hukum Newton. Implikasi dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
merekomendasikan penerapan model Quantum Teaching dalam pembelajaran fisika guna meningkatkan efektivitas
dan efisiensi proses pemahaman konsep pada tingkat pendidikan yang relevan.
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengeksplorasi aspek-aspek
spesifik dari model pembelajaran ini yang memberikan dampak paling signifikan
pada pemahaman konsep fisika.
BIBLIOGRAFI
Amintarti, M. Z. S. (2023). Pengembangan Buku Populer
Eduwisata Perkotaan Untuk Meningkatkan Keterampilan Kognitif Siswa Sma. Prosiding
Seminar Nasional Lingkungan. https://Snllb.Ulm.Ac.Id/Prosiding/Index.Php/Snllb-Lit/Article/View/855
Anggraini, L.,
Maison, & Syaiful. (2022). Attitude And Understanding Of Concepts: It’s
Influence In Science Learning. Journal Of Education Research And Evaluation,
6(3), 423–430. Https://Doi.Org/10.23887/Jere.V6i3.45991
Anggreini, R.
K., & Dewi, N. R. (2020). Development Of Ludo-Science Media With A Somatic
Auditory Visual Intellectual (Savi) Approach To Train The Activeness And
Conceptual Understanding. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Ipa, 6(2),
241. Https://Doi.Org/10.30870/Jppi.V6i2.8677
Apriyadi, H.,
Hikmat, A., & Safi’i, I. (2024). Pemanfaatan Quantum Teaching Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia: Analisis Produktivitas Penelitian Berbantuan
Publish Or Perish. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa ….
Https://Www.E-Journal.My.Id/Onoma/Article/View/3395
Basuki Tri
Harnoto, Rahyu Setiani, B Widuroyekti, Dwi Sambada, Dwikoranto, & Lindsay
N. Bergsma. (2021). The Implementation Of The Quantum Teaching Strategy With
Multiple Intelligence Approach At State Senior High School. Ijorer :
International Journal Of Recent Educational Research, 2(1), 73–85.
Https://Doi.Org/10.46245/Ijorer.V2i1.78
Brewe, E.,
Sawtelle, V., Kramer, L. H., O’brien, G. E., Rodriguez, I., & Pamelá, P.
(2010). Toward Equity Through Participation In Modeling Instruction In
Introductory University Physics. Physical Review Special Topics - Physics
Education Research, 6(1).
Https://Doi.Org/10.1103/Physrevstper.6.010106
Defrianti, R.,
Mufit, F., Gusnedi, -, & Hidayat, Z. (2021). Design Of Cognitive
Conflict-Based Teaching Materials Integrating Real Experiment Video Analysis On
Momentum And Impulse Materials To Improve Students’ Concept Understanding. Pillar
Of Physics Education, 14(2), 97.
Https://Doi.Org/10.24036/11155171074
Joy, E., She,
T., & Mccrory, A. (2023). Identify Students’ Conceptual Understanding Of
Momentum Material. Journal Evaluation In Education (Jee), 4(4),
151–155. Https://Doi.Org/10.37251/Jee.V4i4.787
Komikesari, H.,
Anggraini, W., Asiah, N., Dewi, P. S., Diani, R., & Yulianto, M. N. (2020).
Effect Size Test Of 7e Learning Cycle Model: Conceptual Understanding And
Science Process Skills On Senior High School Students. Journal Of Physics:
Conference Series, 1572(1).
Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1572/1/012023
Laelasari, I.,
& Wakhidah, N. (2023). Conceptual Understanding And Analysis Conceptual
Difficulties Of Nervous System: From The Perspective Of Pre-Service Biology
Teachers. Thabiea : Journal Of Natural Science Teaching, 6(2),
182. Https://Doi.Org/10.21043/Thabiea.V6i2.16690
Larasati, G.,
& Baadilla, I. (2023). The Influence Of Quantum Teaching Learning Model On
Science Learning Outcomes. In Didaktika Tauhidi: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (Vol. 10, Issue 2, Pp. 203–211). Pdfs.Semanticscholar.Org.
Https://Doi.Org/10.30997/Dt.V10i2.9692
Novianti, I.,
& Mulyaning, E. C. (2020). Increasing Mathematical Understanding Ability
Using Quantum Teaching Hypnoteaching-Based In Elementary School Teacher
Education Students. Journal Of Physics: Conference Series, 1657(1).
Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1657/1/012090
Pospiech, G.
(2000). Uncertainty And Complementarity: The Heart Of Quantum Physics. Physics
Education, 35(6), 393–399.
Https://Doi.Org/10.1088/0031-9120/35/6/303
Sasmita, P. R.,
Hartoyo, Z., & Sutrisna, N. (2023). Pengaruh Media Simulasi Interaktif Phet
Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Jurnal Ilmiah Wahana ….
Http://Jurnal.Peneliti.Net/Index.Php/Jiwp/Article/View/3736
Siahaan, K. W.
A., Damanik, D. H. S., Tambunan, S. S., Simanjuntak, M., & Sihombing, D.
(2021). Implementasi Model Quantum Teaching Dan Metode Snowball Throwing
Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar Kimia. Intelektiva: Jurnal Ekonomi,
Sosial & Humaniora, 2(07), 16–24. Https://Jurnalintelektiva.Com/Index.Php/Jurnal/Article/View/416
Suryani, A. I.,
Anwar, Hajidin, & Rofiki, I. (2020). The Practicality Of Mathematics
Learning Module On Triangles Using Geogebra. Journal Of Physics: Conference
Series, 1470(1). Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1470/1/012079
Susilawati,
Doyan, A., Harjono, A., & Jana, M. (2021). Effect Of Learning Media Tank
Ripple Wave With The Implementation Of Guided Inquiry Model On Concept Mastery
Of High School Students. Journal Of Physics: Conference Series, 1816(1).
Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1816/1/012017
Susilawati,
Doyan, A., Wahyudi, Ayub, S., & Ardhuha, J. (2022). Concept Understanding
Of Students Through Core Physics Learning Tools Based On Guided Inquiry
Assisted By Phet Virtual Media. Journal Of Physics: Conference Series, 2165(1).
Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/2165/1/012045
Syahadah, I.,
Zulirfan, Z., & Fauza, N. (2022). The Effectiveness Of Interactive
Powerpoint In Improving Students’ Conceptual Understanding Of Optics. Unnes
Science Education Journal, 11(3), 123–129.
Https://Doi.Org/10.15294/Usej.V11i2.59495
Syefrinando, B.,
Pramita, C., Puri, T. R., Sofna, A., Adha, A. F., Putri, R. R., & Sulman,
F. (2023). Analysis Of Students ’ Conceptual Understanding When The Discovery
Learning Learning Model Is Applied : Does It Have A Real Impact ? Edumaspul,
7(2), 3308–3317.
Https://Ummaspul.E-Journal.Id/Maspuljr/Article/View/6896
Widyastuti, R.,
Suherman, Anggoro, B. S., Negara, H. S., Yuliani, M. D., & Utami, T. N.
(2020). Understanding Mathematical Concept: The Effect Of Savi Learning Model
With Probing-Prompting Techniques Viewed From Self-Concept. Journal Of
Physics: Conference Series, 1467(1).
Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1467/1/012060
Wita, S., &
Ummami, W. (2021). Peran Bahan Ajar Berbasis Karakter Pada Pembelajaran
Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Di Tingkat Perguruan Tinggi. Jurnal
Basicedu, 5(5), 3755–3764.
Https://Doi.Org/10.31004/Basicedu.V5i5.1262
Copyright holder: Nama Author (Tahun Terbit) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |