Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 6 Juni 2024

 

EVALUASI KERUNTUHAN DINDING GALIAN PILE CAP DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA

 

Yanyan Agustian1*, Mughsyfa Nafizia Arfah2, Raden Herdian Bayu Ash Shiddiq3

Universitas Widyatama, Bandung, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1*, [email protected]2

[email protected]3

 

Abstrak

Penurunan tanah pada track kereta api terjadi akibat keruntuhan dinding galian yang bernama galian Pile Cap 14, tidak jauh dari track tersebut. Galian tersbut merupakan proyek pemmbangunan fasilitas perkeretaapian untuk Manggarai s/d Jatinegara (Tahap II) Pekerjaan Main Line II. Kejadian ini yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu  dengan tujuan untuk menganalisis faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya keruntuhan sehingga secara langsung menyebabkan penurunan rel kerata api aktif di Stasiun Manggarai beserta menentukan alternatif penanggulangannya. Evaluasi pemodelan dibuat dengan menggunakan program Plaxis. Data primer dan data skunder digunakan sebagai bahan input parameter dari pmodelan tersebut. Hasil pemodelan didapatkan safety factor galian dengan nilai <1. Hal ini menunjukkan bahwa galian tersebut tidak memenuhi kriteria keamanan dan dan merupakan faktor menyebabkan keruntuhan. Perkuatan sheet pile yang dipasang pada galian eksisting pun tidak mampu menahan gaya lateral dari tanah. Perencanaan perbaikan konstruksi yang dilakukan adalah dengan mengevaluasi ulang desain konstruksi dan melakukan rekayasan struktur pada konstruksi galian. Selain itu, ada penambahan pemasangan angkur pada ketinggan 0,5 m terhitung dari permukaan tanah galian. Hasil dari percobaan ini didapatkan faktor keamanan galian setinggi 5 m yaitu 1,622 dimana angka tersebut sudah melebihi standar yang berlaku. Hal ini pun menunjukkan bahwa kondisi tanah setelah digali setinggi 5 m memiliki stabilitas yang memadai dan potensi keruntuhan tidak teridentifikasi dengan adanya beban mati berupa ballast dan bantalan dan beban hidup dari kereta.

Kata Kunci: Keruntuhan, Pile cap, Sheet pile

 

Abstract

The subsidence of the railway track occurred due to the collapse of the excavation wall known as Pile Cap 14, not far from the track. This excavation is part of the railway facility development project from Manggarai to Jatinegara (Phase II Main Line II). The occurrence of this event is the background for this research, which aims to analyze the factors that are the main causes of the landslide, directly leading to the subsidence of the active railroad track at Manggarai Station, and to determine its mitigation. The evaluation of the modeling was conducted using the Plaxis program. Primary and secondary data were used as input parameters for the modeling. The modeling results revealed a safety factor (SF) for the excavation with a value of <1. This indicates that the excavation does not meet safety criteria and is a factor causing the collapse. The sheet pile reinforcement installed on the existing excavation was also unable to withstand lateral forces from the soil. The construction improvement planning involved reevaluating the construction design and restructuring the structure of the excavation. Additionally, anchors were added at a height of 0.5 m from the excavation's ground surface. The results of this experiment showed a safety factor for a 5 m high excavation of 1.622, exceeding the applicable standards. This indicates that the soil condition after excavation to a depth of 5 m has adequate stability, and the potential for collapse is not identified with the presence of dead loads such as ballast and pads and the live load from the train.

Keywords: Collapse, Pile cap, Sheet pile           

 


Pendahuluan

Untuk keperluan konstruksi struktur pile cap  dan pier pada pekerjaan track kereta api di Stasiun Mannggarai, dilakukan penggalian sedalam 5 meter dengan dinding penahan tanah menggunakan sheet pile (Alhadis, 2022; Atibrata & Listyawan, 2020; Elriady & Robby, 2017). Akan tetapi pada pelaksanaannya  terjadi permasalahan  yaitu keruntuhan pada sheet pile tersebut yang mengakibatkan terjadinya penurunan pada track jalur I sebuah galian tanah (Pamungkas, 2021).

Hujan deras  diperkirakan menjadi salah satu pemicu kelongosoran tersebut (Hidayat & Zahro, 2018). Akan tetapi hal yang menjadi penyebab utama dari kejadian tersebut adalah lebih dimungkinkan karena karena pemasangan sheet pile yang tidak sesuai perencanaan sehingga tidak mampu menahan tekanan lateral tanah karena terutama ketika hujan deras (Kurniawan & Rahayu, 2022). Akibat longsoran tersebut, jalur track I kereta dihentikan sementara. Setelah penanganan perbaikan track sementara selesai, KA pertama melewati track tersebut dengan kecepatan 5 km/jam dengan kondisi penurunan track yang masih terjadi.

Hal tersbut di atas menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan, yaitu untuk mengetahui mengetahui kondisi geoteknik di area proyek sebagai objek penelitian, mengetahui kondisi safety factor eksisting (Satmoko, 2023), desain DPT dengan kalkulasi teknis dan simulasi dengan menggunakan program Plaxis, dan membandingkan deformasi hasil perhitungan dengan pengamatan di lapangan, dan yang paling utama adalah sebagai simulasi untuk acuan pekerjaan serupa setelah pengerjaan konstruksi ini (Nafis & Setyawan, 2021; Pratama et al., 2014).

Untuk keamanan dan kelancaran pekerjaan galian, terutama galian dalam, penting untuk menghitung pergeseran horizontal dinding tanah agar pergerakannya dapat dikendalikan (Mardizal & Andayono, 2023). Hal ini harus dilakukan secara berkelanjutan selama proses penggalian hingga proses pengisian kembali selesai. Namun, perhitungan gerakan tanah akibat gaya lateral tanah sangat kompleks. Hal ini disebabkan oleh sifat non linier tanah, sehingga perhitungan harus mempertimbangkan non linieritas tanah serta sifat pegas tanah dan dinding penahan itu sendiri (Agustian et al., 2020).

Nesya, et al. (2022) melakukan penyelidikan pada perhitungan sheet pile sebagai dinding penahan tanah dan berkesimpulan sheet pile dengan dimensi yang digunakan mampu menahan beban kereta, ketika proses galian dilaksanakan, perhitungan sheet pile menggunakan perhitungan manual menghasilkan nilai momen sebesar 16,929 kN.m, Nilai geser sebesar 3,867 kN dengan hasil sheet pile mampu menahan beban yang bekerja, perhitungan sheet pile menggunakan perhitungan Plaxismenghasilkan nilai momen sebesar 16,929 kN.m, nilai geser sebesar 3,867 kN dengan hasil sheet pile mampu menahan beban yang bekerja.

Pontoh, et al. (2022), dalam penelitian mereka menggunakan aplikasi SLOPE/W pada kondisi muka air normal untuk mengkaji stabilitas lereng tebing sungai yang sudah ada. Hasilnya menunjukkan angka keamanan tanpa perkuatan adalah SF = 1,418 (lereng aman), sementara pada kondisi muka air banjir angka keamanan menurun menjadi SF = 1,125 (lereng kritis). Setelah dilakukan perkuatan dengan sheet pile, angka keamanan meningkat sehingga tebing sungai menjadi aman (SF >1,5). Angka keamanan pada kondisi muka air normal dan kondisi muka air banjir setelah perkuatan berturut-turut adalah 1,603 dan 1,741. Penggunaan sheet pile jenis corrugated concrete sheet piles atau sheet pile beton membutuhkan panjang total 13,46 m dengan diameter angker 7,1 cm pada kondisi muka air sungai normal, dan 15,93 m dengan diameter angker 8,6 cm pada kondisi muka air sungai banjir. Rekomendasi perkuatan untuk tebing Sungai Dondang dalam proyek BLC2 PT. K E adalah menggunakan sheet pile tipe CCSP W-400 Class A dengan panjang total 16 m, yang ditanam sedalam 3 m, serta menggunakan angker berdiameter 9 cm.

Rachman, et al. (2022) melakukan studi dengan menggunakan aplikasi Plaxis2D untuk mengestimasi safety factor dalam perkuatan tebing Sungai Sekanak yang memiliki panjang 240 m menggunakan sheet pile. Setelah melakukan survei lapangan, pengambilan sampel tanah, dan menganalisis data menggunakan Plaxis2D, ditemukan bahwa nilai safety factor adalah 1,934 dan 1,831, yang keduanya lebih besar dari 1,25.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya keruntuhan sehingga secara langsung menyebabkan penurunan rel kerata api aktif di Stasiun Manggarai beserta menentukan alternatif penanggulangannya.

 

Metode Penelitian

Gambar 1 adalah objek penelitian berlokasi di longsoran galian Pilecap 14 pada pembangunan fasilitas perkeretaapian untuk Manggarai s/d Jatinegara (Paket A) yang terletak di sekitar Jl. Manggarai Utara, Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

 


 

Gambar 1. Lokasi penelitian


Gambar 2. Diagram alur penelitian

 


Seperti tertera pada Gambar 2., tahap penelitian ini diawali oleh studi literatur setelah sebelumnya menemukan permasalahan kelongsoran dan pergerakan dinding penahan tanah. Tahap selanjutnya adalah observasi lapangan dan pengumpulan data, baik data sekunder ataupun data primer untuk menunjang pemodelan.

Kemudian pemodelan dilakukan untuk keadaan eksisting dan penanganan yang sudah dilakukan kemudian dilanjutkan evaluasi dan melakukan simulasi lanjutan untuk mendapatkan faktor keamanan yang diinginkan sesuai standar.

 Prosedur penilitian analisis dinding penahan tanah sementara yang menggunakan sheet pile sebagai sistem penyangga menggunakan program Plaxis. Simulasi ini diharapkan dapat mengetahui desain dinding penahan yang aman dengan kalkulasi teknis. Analisis ini akan membandingkan deformasi hasil perhitungan dengan pengamatan di lapangan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan studi pustaka beberapa penelitian dan literatur terkait perancangan sheet pile, serta melakukan observasi lapangan sehingga dapat mengetahui kondisi eksisting di lokasi keruntuhan. Selain itu, dibutuhkan pula data primer berupa shop drawing P14, data uji SPT P14, hasil laboratorium Uji Tanah, dan profil sheet pile eksisting.

 

Analisis data

Analisis data perlukan untuk melakukan pemodelan di dalam program Plaxis. Data ini menggunakan data primer yang sudah didapatkan sesuai dengan kondisi zona emplasemen P14. Data-data yang dimuat berupa layout eksisting dari struktur dan galian, hasil uji laboratorium dan data lapangan berupa Standart Penetration  Test (SPT). Untuk data laboratorium yang digunakan meliputi indeks properties, uji kuat geser dan uji konsolidasi. Gambar 3. adalah layout P14 dan kondisi track yang mengalami penurunan akibat galian di sampingnya, titik A adalah titik uji SPT.

Uji SPT yang dilakukan dengan kedalaman 35 m ini digunakan untuk mongkonfirmasi jenis tanah dan klasifikasi tanah. Berdasarkan hasil uji SPT, klasifikasi tanah yaitu untuk kedalaman 1,50-12,50 m merupakan tanah lempung kelanauan dengan konsistensi sedang, kedalaman 12,50-16,50 m merupakan tanah pasir dengan konsistensi keras, dan kedalaman 16,50-35,00 m merupakan tanah batu lempung dengan konsistensi sangat keras. Rekapitulasi klasifikasi tanah dapat dilihat dari Tabel 1.


 

Tabel 1. Klasifikasi tanah berdasarkan uji SPT P14

Kedalaman

N-SPT

Jenis Tanah

Konsistensi

1,50 – 12,50 m

8

Lempung Kelanauan

Sedang

12,50 – 16,50 m

38

Pasir

Keras

16,50 – 35,00 m

>60

Batu Lempung

Sangat Keras

 


Parameter tanah perlu dilakukan pendekatan empiris sesuai kebutuhan data untuk pemodelan di dalam program Plaxis. Dalam penelitian ini digunakan 1 model material yaitu Model Mohr-Coulomb (MC). Pemodelan Mohr-Coulomb mengasumsikan bahwa perilaku tanah bersifat plastis sempurna (Linear Elastic Perfect Plastic Model), artinya material akan mengalami deformasi elastis sebelum mencapai suatu keruntuhan, bilamana batas elastis telah terlewati barulah material mencapai kondisi plastis, selanjutnya material mengalami keruntuhan. Input parameter yang dibutuhkan pada Model Mohr-Coulomb meliputi 5 buah parameter yaitu modulus elastisitas, poisson’s ratio (v), sudut geser dalam (φ) dan kohesi (c), Permeabilitas (k), dan Berat Isi Tanah (γsat).



 

Gambar 3. a) Layout perencanaan konstruksi dan b) kondisi track yang mengalami penurunan akibat galian

 

 


Pemodelan Struktur

Model geometri mencakup galian tanah, struktur ballast dan bantalan rel, serta beban yang berkerja pada dinding penahan tanah, ini meliputi beban langsung dari rel, seperti berat rel dan peralatan rel, serta beban dinamis yang dihasilkan oleh kereta api yang melintasi Ballast dan Bantalan. Input material beban mati berdasarkan Peraturan Dinas No 10 Tentang Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Perumka, 1986). Sementara itu, beban aksial kereta yang bekerja pada struktur badan jalan rel dihitung menggunakan beban gandar maksimum dengan berdasar kepada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012. Jalur track di Stasiun Manggarai memiliki lebar gandar 1067 mm dan menggunakan gaya gandar (Pg)  sebesar 18 ton. Sementara itu, kecepatan maksimum kereta api sebesar 350 km/jam. Untuk perhitungan pembebanan selanjutnya digunakan beban maksimum, yaitu beban yang berada pada ballast tepat di bawah roda sebesar 9 kN.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil uji lapangan dan uji lab untuk parameter tanah dirangkum pada Tabel 2 sedangkan untuk parameter ballast disajikan pada Tabel 3. Tabel 4 dan Tabel 5, berturut-turut menyajikan data perameter bantalan dan plates. Data ini diperlukan sebagai input parameter untuk simulasi menggunakan Plaxis.

Hasil perhitungan Plaxis menyebutkan bahwa galian dengan perkuatan sheet pile seperti pada Gambar 4., memiliki total displacement sebesar 0,655 m (sesuai dengan eksisting), yang artinya terjadi perpindahan total sebesar 0,655 m pada galian tanah yang dimodelkan. Total displacement mengacu pada perpindahan atau perubahan posisi keseluruhan dari titik referensi pada galian tanah. Hasil dari kalkulasi diperlihatkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Nilai 0,655 m menunjukkan besarnya perpindahan total yang terjadi pada galian tersebut sebagai respons terhadap pembebanan yang diberikan dalam model Plaxis. Perpindahan total ini mencakup perubahan posisi horisontal dan vertikal dari titik referensi pada galian tanah, dimana kesimpulannya nilai tersebut mungkin mencakup perpindahan dalam kedua arah. Setelah mengevaluasi faktor keamanan dari galian P14, didapatkan SF dengan nilai kurang dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa galian tersebut tidak memenuhi kriteria keamanan dan menyebabkan keruntuhan. Potensi keruntuhan galian pun berdampak pada penurunan rel kereta api.


 

Gambar 4. Profil sheet pile eksisting dan spesifikasinya

 

 

Tabel 2. Rekapitulasi parameter tanah

Parameter

Symbol

Depth

Units

1.5-12.5 m

12.5-16.5 m

16.5-35 m

N-SPT

 

8

38

>60

 

Soil Type

 

Silty Clay

Silty Sand

Sand

 

Consistency

 

Medium

Stiff

Hard

 

Material Model

 

Mohr-Coulomb

Mohr-Coulomb

Mohr-Coulomb

 

Drainage Type

 

Drained

Drained

Drained

 

Unsaturated Soil

γunsat

16

21

20

kN/m3

Saturated Soil

γsat

18

22

21

kN/m3

Modulus Young

E

3000

15000

50000

kN/m2

Poisson’s Ratio

v’

0.30

0.30

0.30

 

Cohesion

c

5

4.4

29

kN/m2

Inside Corner

33

41

58

o

Permeability

k

0.0001

0.00001

0.00001

m/day

 

Tabel 3. Data parameter ballast

Parameter

Symbol

Depth

Units

Material Model

 

Mohr-Coulomb

 

Drainage Type

 

Drained

 

Unsaturated Soil

γunsat

19

kN/m3

Saturated Soil

γsat

21

kN/m3

Modulus Young

E

14000

kN/m2

Poisson’s Ratio

v’

0.35

 

Cohesion

c

30

kN/m2

Inside Corner

45

o

Permeability

k

0.0086

m/day

 

Tabel 4. Data  Parameter Bantalan

Parameter

Symbol

Depth

Units

Material Model

 

Linear Elastic

 

Drainage Type

 

Non-Porous

 

Unsaturated Soil

γunsat

24

kN/m3

Saturated Soil

γsat

24

kN/m3

Modulus Young

E

25.33E6

kN/m2

Poisson’s Ratio

v

0

 

Shear Modulus

G

12.67E6

kN/m2

 

Tabel 5. Data Parameter plates

Parameter

Symbol

Value

Unit

Type Of Behaviour

Material Type

Elastic

 

Normal Stiffness

EA

1835000

kN/m

Flexural Rigidity

EI

17480

kNm2/m

Equivalent Thickness

D

0.3381

m

Weight

W

73500

kN/m/m

Poisson’s Ratio

v

0.3

 


Hasil dari perhitungan, ketika faktor keamanan kurang dari 1, berarti bahwa gaya-gaya atau beban-beban yang bekerja pada galian (seperti berat tanah, tekanan air tanah, dan beban struktural lainnya) melebihi kapasitas daya dukung tanah atau kekuatan struktur galian. Hal ini menyebabkan struktur galian menjadi tidak stabil.

Keruntuhan galian tanah dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk penurunan atau kelongsoran tanah di sekitar galian. Dalam kasus ini, keruntuhan yang terjadi ialah menyebabkan penurunan atau pergeseran rel kereta api yang berada di dekat galian. Ini merupakan kondisi yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan operasional pada jalur rel dan bahkan kecelakaan jika tidak ditangani dengan tepat.


 

Gambar 5. Bending moments

 

Gambar 5. dan Gambar 6. adalah hasil analisis dari sheet pile eksisting, dengan total displacement sebesar 0.655 m. Berdasarkan analisis penyebab keruntuhan dan karakteristik tanah yang dievaluasi, sheet pile dengan dimensi tinggi 400 mm, lebar 200 mm, ketebalan 10.5 mm, dan penampang melintang berbentuk "U" tidak mampu menahan gaya lateral dari tanah. Dalam situasi ini, perlu dilakukan desain ulang pemodelan Plaxis dengan menggunakan profil sheet pile yang lebih efektif untuk kondisi tanah di lapangan. Untuk itu dipergunakan sheet pile dengan type section ESC-CRZ28-700-12 mm, seperti terlihat pada Gambar 7.

 

Gambar 6. Total displacement dinding galian

Gambar 7. Sheet pile ESC-CRZ28-700-12mm

 

Setelah menginterpretasikan hasil analisis untuk memahami efektivitas profil sheet pile yang baru dalam menahan gaya lateral tanah dan mencegah keruntuhan dalam memperhatikan faktor keamanan, respons deformasi, dan stabilitas keseluruhan galian, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis profil sheet pile baru hanya aman untuk galian dengan tinggi 2 m.

Ketika tanah digali sedalam 5 m, SF yang dihasilkan adalah 1,097 dimana profil sheet pile ini tidak cukup aman untuk galian 5 m karena SF kurang dari 1,5. Karena hal tersebut, perlu dilakukan rekayasa struktural dengan menggunakan teknik seperti pemasangan angkur untuk meningkatkan stabilitas dan kekuatan struktur galian. Menurut standar SNI 8460-2017, terdapat dua tipe material untuk angkur, yaitu freelength dan fixedlength. Freelength menggunakan tendon baja dengan modulus elastisitas (EA) sebesar 4.295.146 kN/m. Sementara itu, fixedlength menggunakan grout beton dengan kekuatan tekan (fc’) sebesar 20 MPa dan EA sebesar 1.031.770 kN/m.

Pemasangan angkur sebagai rekayasa struktural tambahan pada dinding penahan tanah sementara dapat memiliki beberapa pengaruh positif terhadap konstruksi eksisting dan stabilitas dinding penahan tanah seperti meningkatkan stabilitas keseluruhan konstruksi, dapat membantu mendistribusikan beban lateral dari dinding penahan tanah ke dalam tanah sekitarnya dengan lebih merata, pemasangan angkur dapat membantu memulihkan dan memperbaiki struktur tersebut, serta dengan adanya angkur, dinding penahan tanah akan memiliki kekakuan tambahan sehingga dapat membantu mengurangi deformasi dan pergeseran struktur.

Dari hasil analisis yang didapat dimana angkur seperti pada Gambar 7., dimodelkan dalam posisi horizontal pada ketinggan 0,5 m terhitung dari permukaan tanah galian didapatkan faktor keamanan sebesar 1,621 seperti terlihat pada Gambar 8., dimana angka tersebut sudah melebihi standar yang berlaku, dengan total displacment sebesar 0.006 m, seperti terlihat pada Gambar 9. Hal ini pun menunjukkan bahwa kondisi tanah setelah digali sedalam 5 m dan dengan adanya beban aktif memiliki stabilitas yang memadai dan potensi keruntuhan tidak teridentifikasi.

 

Gambar 8. Pemodelan Angkur

 

Gambar 8. Total displacement setelah pemakaian angkur, skala diperbesar, dengan nilai maksimum 0.006 m

 

Gambar 9. Safety factor galian setelah menggunakan sheet pile dan angkur

 

 


Gambar 10. Total displacment dengan menggunakan angkur dengan nilai maksimum 0.006 m (skala diperbesar)


 

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang bisa diambil sebagai hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) karakteristik geoteknis tanah di lokasi terjadinya keruntuhan dinding galian pilecap 14 didapatkan hasil rekapitulasi berdasarkan data hasil uji SPT merupakan tanah lempung kelanauan dengan kekerasan sedang, tanah pasir cukup keras, dan tanah lempung sangat keras, (2) perencanaan perbaikan konstruksi yang dilakukan adalah dengan mengevaluasi ulang desain konstruksi dan melakukan rekayasa struktur pada konstruksi galian. Selain itu, ada penambahan pemasangan angkur pada ketinggan 0,5 m terhitung dari permukaan tanah galian. Hasil dari percobaan ini didapatkan faktor keamanan galian setinggi 5 m yaitu 1,622 dimana angka tersebut sudah memenuhi standar yang berlaku, dengan total displacment sebesar 0.006 m. Hal ini pun menunjukkan bahwa kondisi tanah setelah digali setinggi 5 m memiliki stabilitas yang memadai dan potensi keruntuhan tidak teridentifikasi dengan adanya beban mati berupa ballast dan bantalan dan beban hidup berupa kereta, dan (3) hasil kalkulasi dan analisa tersebut di atas bisa diaplikasikan pada pekerjaan yang sama dikarenakan masih ada beberapa konstruksi dan kondisi geoteknik dari galian yang serupa pada proyek yang sama.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Agustian, Y., Setiawan, A., & AshSiddiq, R. H. B. (2020). Lateral Deformation Estimation on Deep Excavation by Using Elasto-plastic Calculation.

Alhadis, I. H. (2022). Analisis Perkuatan Tanah Dengan Menggunakan Dinding Penahan Tanah Kantilever Dan Sheet Pile Baja.

Atibrata, A. L., & Listyawan, A. B. (2020). Perencanaan Dinding Penahan Tanah Jenis Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP) Pada Pekerjaan Galian Apartemen Bengawan Malang. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Elriady, G. Z., & Robby, H. A. (2017). Analisis Struktur Dinding Penahan Tanggul Rob Dengan Sheet Pile Dan Spun Pile. Fakultas Teknik UNISSULA.

Hidayat, R., & Zahro, A. A. (2018). Identifikasi Curah Hujan Pemicu Longsor di Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu Hulu-Banjarnegara.

Kurniawan, A., & Rahayu, H. (2022). Kajian Stabilitas Tanah Dengan Steel Sheet Pile Dan Corugated Concrete Sheet Pile Pada Tikungan Luar Sungai Citanduy. Proceeding Science and Engineering National Seminar, 7(1).

Mardizal, J., & Andayono, T. (2023). Manajemen Irigasi dan Bangunan Air. EUREKA MEDIA AKSARA, Mardizal.

Nafis, A., & Setyawan, E. (2021). Analisa stabilitas lereng dan alternatif perkuatan tanah pada jalur kereta api cepat jakarta-bandung menggunakan aplikasi plaxis 8.6. Bangunan, 26(1), 29–44.

Nesya, B. H., & Putro, H. (2022). Perencanaan Penggunaan Sheet pile pada Proyek Pembangunan Fasilitas Perkeretaapian Untuk Manggarai S/D Jatinegara Paket A Tahap II “Mainline I.” Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(5), 5619–5633.

Pamungkas, M. T. R. Y. Y. (2021). Analisis Stabilitas Dinding Penahan Tanah Kantilever Dan Pondasi Bored Pile Menggunakan Program Plaxis 8.6 Pada Jembatan Kiringan Sungai Opak.

Perumka. (1986). Peraturan Dinas (PD) No 10, Tahun 1986 PT. KERETA API INDONESIA (Persero).

Pontoh, A. N., & Ramadhan, M. F. W. (2022). Penggunaan Sheet Pile Sebagai Perkuatan Tebing Sungai Dondang Di Lokasi Proyek Blc2 Pt. Kutai Energi, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Wahana Teknik Sipil: Jurnal Pengembangan Teknik Sipil, 27(2), 275–287.

Pratama, R. B., Muhibbi, I. M., Atmanto, I. D., & Hardiyati, S. (2014). Analisis Stabilitas Lereng Dan Alternatif Penanganannya (Studi Kasus Longsoran Jalan Alternatif Tawangmangu Sta 3+ 150–Sta 3+ 200, Karanganyar). Jurnal Karya Teknik Sipil, 3(3), 573–585.

Rachman, D. N., Riwayati, R. R. S., & Hidayat, A. (2022). Aplikasi Program Plaxis 2D untuk Menghitung Safety Factor Perkuatan Tebing Sungai Sekanak Sepanjang 240m dengan Menggunakan Sheet Pile. Jurnal Deformasi, 7(1), 46–55.

Satmoko, K. H. (2023). Penilaian Keselamatan Kontruksi pada Pekerjaan Tunneling dengan memanfaatkan Foto Kontruksi (Studi Kasus Proyek Pembangunan Bendungan Manikin). Universitas Islam Indonesia.

 

Copyright holder:

Yanyan Agustian, Mughsyfa Nafizia Arfah, Raden Herdian Bayu Ash Shiddiq (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: