Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 5, Mei 2024
STUDI LITERATUR HUBUNGAN STATUS SOSIAL-EKONOMI IBU HAMIL DENGAN
ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA
M. Hamsah1,
Wirijanto2, Mulya Budiman3*
Universitas Muslim Indonesia, Makassar,
Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Preeklampsia
merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat kompleksitas yang
tinggi. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria sedangkan eklampsia merupakan preeklampsia yang
disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma. Hipertensi dalam kehamilan masih
menjadi penyebab kematian ibu yang cukup tinggi. Preeklampsia memengaruhi
sekitar 2% hingga 8% kehamilan di seluruh dunia. Hipertensi dalam kehamilan menempati urutan pertama penyebab
kematian di Indonesia sebesar 33%. Dengan masih tingginya angka
terjadinya preeklampsia di Indonesia maupun secara global, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi ibu hamil terhadap
kejadian preeklampsia dan eklampsia. Penelitian ini
menggunakan metode Literatur Review, dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data
dengan menggunakan penelusuran jurnal pada Google Scholar, PubMed, Gale dan
akses pencarian literatur lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.
Hasil analisis literature review menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor
status sosial-ekonomi Ibu hamil yaitu diantaranya faktor tingkat pendidikan,
faktor pekerjaan, dan faktor status ekonomi keluarga dengan kejadian
preeklampsia/eklampsia, dan angka kejadian cenderung meningkat pada ibu dengan
tingkat pendidikan rendah, ibu yang bekerja, dan ibu dengan status ekonomi
keluarga yang rendah.Kesimpulan dari studi
literatur review ini ditemukan bahwa ada hubungan antara faktor status sosial-ekonomi
ibu hamil dengan kejadian preeklampsia/eklampsia. Sehingga edukasi kesehatan reproduksi dalam masyarakat
perlu lebih ditingkatkan agar setiap individu sadar dan memiliki pengetahuan
tentang pentingnya mengetahui bahaya preeklampsia/eklampsia dan pelaksanaan
Antenatal Care dapat berjalan secara maksimal.
Kata Kunci: Preeklampsia,
Eklampsia, Faktor Resiko, Hubungan, Status Sosial Ekonomi, Pendidikan,
Pekerjaan, Penghasilan Keluarga, Status ekonomi.
Abstract
Preeclampsia
is a serious medical problem and has a high level of complexity. Preeclampsia
is hypertension that occurs after 20 weeks of pregnancy accompanied by
proteinuria, while eclampsia is preeclampsia accompanied by convulsions and/or
coma. Hypertension in pregnancy is still a fairly high cause of maternal death.
Preeclampsia affects approximately 2% to 8% of pregnanc
ies
worldwide. Hypertension in pregnancy is the first cause of death in Indonesia
at 33%. With the still high rate of preeclampsia in Indonesia and globally,
this research aims to determine the relationship between the socio-economic
status of pregnant women and the incidence of preeclampsia and eclampsia. This
research uses the Literature Review method, carried out by collecting data
using journal searches on Google Scholar, PubMed, Gale and other literature
search access related to the research topic. The results of the literature
review analysis show that there is a correlation between socio-economic status factors of pregnant
women, namely educational level factors, employment factors, and family
economic status factors with the incidence of preeclampsia/eclampsia, and the
incidence tends to increase in mothers with low educational levels. working
mothers, and mothers with low family economic status.The conclusion of this
literature review study was that there is a correlation between socio-economic status factors of pregnant
women and the incidence of preeclampsia/eclampsia. So reproductive health
education in the community needs to be further improved so that every individual
is aware and has knowledge about the importance of knowing the dangers of
preeclampsia/eclampsia and that the implementation of Antenatal Care can run
regularly.
Keywords: Preeclampsia, Eclampsia, Risk Factors, Correlation, Socioeconomic Status, Education, Employment, Family
Income, Economic Status.
Preeklampsia
adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma (Prawiharjo,
2016). Preeklampsia merupakan masalah kedokteran
yang serius dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini
bukan hanya karena preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan,
namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di
berbagai organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya (POGI,
2016).
Kematian Ibu masih menjadi masalah di berbagai
dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data survei terakhir Angka Kematian Ibu
(AKI) Indonesia sebesar 305/100.000 Kelahiran Hidup (SUPAS, 2015).Penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia terjadi akibat
hipertensi/pre eklamsia/ eklamsia, perdarahan, dan infeksi. Hipertensi dalam
kehamilan menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia sebesar 33% (Litbangkes, 2016). Secara
global preeklampsia masih merupakan suatu masalah, 10% ibu hamil diseluruh
dunia mengalami preeklampsia, dan menjadi penyebab 76.000 kematian ibu dan
500.000 kematian bayi 566 setiap tahunnya (Kemenkes,
2021).
Komplikasi utama yang
menyebabkan hampir 75% dari seluruh kematian ibu adalah perdarahan hebat
setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi saat hamil (preeklampsia dan
eklampsia), komplikasi saat melahirkan, dan aborsi yang tidak aman (WHO,
2021). Hipertensi
dalam kehamilan menyumbang 5-15% komplikasi kehamilan dan merupakan salah satu
dari tiga penyebab utama kematian dan kesakitan ibu. Angka kematian dan
kesakitan akibat hipertensi pada kehamilan masih cukup tinggi di Indonesia (Prawiharjo,
2016).
Preeklampsia termasuk
ke dalam salah
satu klasifikasi dari
hipertensi dalam kehamilan (Muhajir,2023).
Diagnosis preeklampsia didasarkan pada adanya hipertensi dalam kehamilan
spesifik yang berhubungan dengan penyakit sistem organ lain diatas usia
kehamilan 20 minggu (POGI,
2016). Maya Ulfah (2021) dalam
penelitiannya menulis bahwa
faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan preeklampsia antara lain
usia ibu hamil yang berisiko, nulipara, primipara, obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi kronis, penyakit ginjal, riwayat preeklampsia, kehamilan ganda,
riwayat preeklampsia keluarga, jarak antar kehamilan, tingkat sosial-ekonomi,
dan penyakit autoimun.(Apriliya
et al., 2021)
Maya Ulfah (2021) juga
menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh yaitu ibu hamil dengan
status sosial ekonomi rendah, terbukti menyebabkan outcome obstetri yang buruk
akibat kunjungan prenatal yang tidak maksimal. Wanita dengan tingkat pendidikan
tinggi mampu memperoleh, mengolah, dan memahami informasi kesehatan serta mampu
bertanya, berdiskusi dengan tenaga kesehatan, dan mengambil keputusan sendiri.
Akibatnya, permasalahan preeklampsia pada ibu hamil masih terus meluas, dan
salah satu faktor penyebab terjadinya kejadian tersebut adalah terkait dengan
status sosial ekonomi ibu. (Apriliya
et al., 2021) Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan literatur review mengenai hubungan status sosial
ekonomi ibu dengan kejadian preeklamsia/eklampsia.
Data yang diperoleh
selanjutnya dilakukan skrinning literatur berdasarkan inklusi dan eklusi.
Kriteria inklusi yang dipilih yaitu Referensi yang dipublikasi 10 tahun
terakhir (2014-2024), serta kriteria ekslusi yang dipilih yaitu referensi tidak
berhubungan dengan judul “Hubungan
Status Sosial-Ekonomi Ibu Hamil Terhadap Kejadian Preeklampsia/Eklampsia’’
Setelah diseleksi dengan
kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 13 literatur yang terdiri dari 3
cross-sectional study, 9 case control study, dan 1 cohort study. Hasil
penelitian mendapatkan 13 literatur yang meneliti hubungan faktor status
ekonomi keluarga, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan, dan pendapatan keluarga.
Dari hasil pencarian tersebut peneliti mendapatkan artikel yang sesuai dengan
kata kunci tersebut. Dari hasil pencarian yang didapat selanjutnya dilakukan
skrining judul yang sesuai dengan topik literature review.
Penulis |
Judul |
Metode |
Hasil |
Kesimpulan |
Bardja (2020) |
Faktor
Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/ Eklampsia pada Ibu Hamil. |
Metode
penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis kuantitatif dengan
menggunakan desain case
control Penelitian
ini dilakukan pada bulan Juni 2019 hingga Januari 2020 di ruang VK RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon. |
Berdasarkan
penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara latar belakang
pendidikan (p 0,000) dengan kejadian preeklamsia berat/eklampsia pada ibu
hamil di Bangsal VK RS Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2019. |
Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
pendidikan dengan kejadian preeklampsia berat/eklampsia. |
Ahmad (2019) |
Faktor
Risiko Kejadian Preeklamsia Di Rsia Siti Khadijah Gorontalo |
Penelitian
ini didasarkan pada desain case control. Populasi
penelitian ini hanya terdiri dari ibu bersalin yang terdaftar sebagai pasien
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Khadija Gorontalo. |
Berdasarkan
penelitian ini, ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko
preeklamsia yang signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,011. Ibu dengan
status ekonomi di bawah sedang memiliki risiko terkena preeklamsia 4 kali
lebih tinggi secara signifikan dibandingkan ibu dari keluarga dengan status
ekonomi di atas sedang, p-value = 0,007 < α = 0,05. |
Dari hasil penelitian di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Khadijah Gorontalo
menyimpulkan bahwa status
ekonomi dan tingkat
pendidikan ibu merupakan
faktor risiko terjadinya
preeklampsia. |
Legawati (2017) |
Analisis Faktor
Risiko Kejadian Preeklampsia Berat di Rsud Rujukan Kabupaten Dan Provinsi
Kalimantan Tengah |
Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan desain studi
kohort prospektif. Hal ini
dilakukan untuk mengkonfirmasi gambaran populasi dalam deteksi dini faktor
predisposisi pada ibu hamil pasca menjalani ANC terpadu. |
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan terjadinya
preeklamsia berat adalah pendidikan ibu, pekerjaan, dan status ekonomi. Nilai
p-value tingkat pendidikan sebesar 0,004, p-value pekerjaan ibu
sebesar 0,000, dan p-value status ekonomi sebesar 0,006. |
Terdapat hubungan
yang signifikan antara
pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dengan
kejadian preeklampsia berat. |
Rahmadiani (2023) |
Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-Eklampsia Pada Ibu Hamil Di RSUD Rupit. |
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan case control. Penelitian
ini dilakukan
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rupit Provinsi Sumatera Selatan pada
Agustus 2022. |
Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara rata-rata
pendapatan rumah tangga dengan kejadian preeklampsia dengan nilai p value
sebesar 0,013. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan dengan kejadian preeklampsia dengan nilai p sebesar 0,006. |
Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat
pendidikan dengan rata-rata
penghasilan rumah tangga
dengan kejadian preeklampsia. |
Paramitha (2017) |
Analisis Faktor-Faktor Resiko
yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia-Eklampsia pada Ibu Bersalin di
RSUD Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015 |
Jenis
penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi
ini mencakup seluruh kasus ibu yang melahirkan di RSUD Kabupaten Sukoharjo
antara tanggal 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015 yang berjumlah 1177 kasus. |
Hasil
yang diperoleh untuk status ekonomi dengan p-value < 0,05 yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi keluarga dengan
kejadian preeklampsia/ eklampsia. Ibu
bersalin dengan status ekonomi keluarga tinggi memiliki risiko 2,388 kali
lebih besar untuk tidak mengalami preeklamsia/eklampsia dibandingkan ibu
dengan status ekonomi keluarga rendah. |
Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat hubungan bermakna antara faktor status ekonomi dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di RSUD
Kabupaten Sukoharjo. |
Pattipeilohy (2023) |
Hubungan
Antara Faktor Risiko dengan Kejadian Preeklampsia di Puskesmas Kencong Jember |
Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis observasional dengan desain studi
case control. Penelitian
ini dilaksanakan di Puskesmas Kencong pada bulan Desember 2022 sampai dengan
bulan Januari 2023. |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
berhubungan dengan kejadian preeklampsia dengan
nilai p (p=0,010). |
Kesimpulan penelitian ini
adalah terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan
dengan kejadian preeklampsia. |
Muzalfah (2018) |
Kejadian Preeklampsia pada Ibu
Bersalin |
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan desain penelitian
case-control. Populasi
kasus penelitian ini terdiri dari ibu melahirkan dengan preeklamsia yang
tercatat di rekam medis Puskesmas Kecamatan Silampog pada bulan Januari
sampai April 2016 dan 2017. |
Hasil
penelitian di bidang ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pendapatan keluarga dengan frekuensi kejadian preeklamsia (p-value = 0,03). |
Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan rumah
tangga dengan frekuensi kejadian preeklamsia pada ibu bersalin. |
Khayati (2018) |
Hubungan Stress Dan Pekerjaan Dengan Preeklampsia Di
Wilayah Kabupaten Semarang |
Penelitian
ini menggunakan desain analisis observasional dengan pendekatan case-control. Populasi
penelitian ini hanya terdiri dari ibu hamil yang berasal dari kabupaten
semarang. |
Penelitian
ini menemukan bahwa faktor pekerjaan ibu saat hamil tidak berhubungan
signifikan dengan kejadian preeklampsia saat hamil (p=0,918). |
Kesimpulan
penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor
pekerjaan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil. |
Hipni (2022) |
Hubungan
Usia Dan Pekerjaan
Ibu Dengan Kejadian
Preeklampsia |
Metode
yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian
case-control. Hubungan usia dan pekerjaan ibu dengan kejadian preeklampsia
kemudian ditentukan secara retrospektif. Penelitian dilakukan di RSUD Idaman
Banjar Baru dengan menggunakan rekam medis pada bulan Januari sampai Desember
2017. |
Berdasarkan
hasil uji hipotesis dengan menggunakan rank spearman, terdapat hubungan yang
signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian preeklamsia berat (PEB) yang
ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh (p=0,243 > 0,05). |
Penelitian
ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan
dan perkembangan preeklampsia. |
Sagita (2020) |
Faktor-Faktor Yang
Berhubungandengan Kejadian Preeklampsiapada Ibu Hamil Di Rsud C Tahun 2014 |
Penelitian
ini menggunakan teknik deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectionan
dengan pengumpulan data menggunakan rekam medis. |
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini berhubungan dengan kejadian
preeklamsia dengan p-value sebesar 0,029. |
Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
pekerjaan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil. |
Saraswati (2016) |
Faktor
Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi
Kasus Di Rsud Kabupaten Brebes Tahun 2014) |
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dan desain
penelitian yang digunakan adalah case-control, yaitu penelitian epidemiologi
analitik observasional yang menguji hubungan antara dampak tertentu (penyakit
atau kondisi kesehatan) dengan faktor risiko tertentu. |
Hasil
penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
pekerjaan yang dilakukan ibu hamil dengan kejadian preeklamsia. Hal ini
berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi-square memberikan p-value =
0,287 jika p-value lebih besar dari 0,05 (0,287 > 0,05). Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil. Hal
ini berdasarkan analisis menggunakan uji chi-square, dan jika p-value lebih
besar dari 0,05 (0,082 > 0,05), = diperoleh p-value = 0,082. |
Dari
penelitian ini disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan dan tingkat pekerjaan dengan kejadian preeklamsia. |
Agustina (2022) |
Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Martapura Okut Tahun
2020 |
Penelitian
akan dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian
analitik dan pendekatan cross-sectional. Penelitian
ini dilakukan di RSUD OKUT Marutapura pada bulan Agustus 2021. |
Uji
statistik Chi-square menunjukkan p-value = 0,028. Artinya terdapat hubungan
antara pekerjaan dengan timbulnya preeklampsia, yang menyatakan bahwa adanya
hubungan antara pekerjaan dengan timbulnya preeklamsia secara statistik
benar. Ibu hamil yang bekerja mempunyai kemungkinan 3,615 kali lebih besar
untuk menderita preeklampsia dibandingkan responden yang tidak bekerja. |
Berdasarkan
penelitian, teori terkait disimpulkan bahwa kejadian preeklamsia lebih tinggi
pada ibu bekerja dibandingkan pada ibu tidak bekerja. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan
kejadian preeklampsia. |
Rohmah (2019) |
Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil Trimester
Iii Di Rsud Kota Bekasi Tahun 2018 |
Desain
penelitian ini menggunakan pendekatan case-control. Populasi
penelitian meliputi seluruh ibu hamil yang menjalani pemeriksaan akhir
trimester di RSUD Kota Bekasi tahun 2018 atau berjumlah 1.317 ibu. |
Hasil
analisis statistik, bahwa P Value=0,003 (P <α 0,05) bahwa ada hubungan
antara pekerjaan dengan kejadian preeklampsia berat pada ibu hamil. Ibu hamil
yang bekerja beresiko mengalami preeklampsia berat sebanyak 1,984 kali lebih
besar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. |
Hasil
penelitian menyimpulkan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian
preeklamsia berat pada ibu hamil akhir kehamilan di RSUD Kota Bekasi tahun
2018. |
Tingkat
Pendidikan
Dari literatur yang telah
dilakukan review, didapatkan 5 literatur yang meneliti hubungan tingkat
pendidikan ibu hamil dengan kejadian preeklampsia. Dari kelima jurnal tersebut
didapatkan nilai p <0,05 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan kejadian preeklampsia. Diantaranya (Bardja, 2021) dengan
p value sebesar 0,000 < 0,05, (Ahmad & Nurdin, 2019) p = 0,011
< 0,05, (Legawati & Utama, 2017) dengan p=0,004, (Yeni Rahmadiani,
Danur Azissah, Julius Habibi, 2023) p = 0,006 < 0,05, (Pattipeilohy
et al, 2023) p
= 0,010 < 0,05, yang menandakan bahwa adanya hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kejadiaan preeklampsia. Hasil ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Nuning Saraswati, Mardiana 2016) p = 0,082 > 0,05 yang
menandakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan kejadiaan preeklampsia.
Faktor
pendidikan merupakan prediktor sosio-ekonomi yang paling kuat dan konstan berperan sebagai
faktor risiko preeklampsia
(Hinelo
et al., 2022). Hal ini sesuai dengan penelitian Mostafa yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan secara statistik antara pendidikan dengan preeklampsia serta
tingkat keparahannya (Mostafa et al., 2018). Ibu dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai risiko
terjadinya preeklamsia, 9% diantaranya terjadi pada ibu yang buta huruf (Badgaiyan,
2016).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fonjo
yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia adalah tingkat pendidikan. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan
yang baik tentang preeklamsia yang cenderung terjadi pada ibu hamil yang
berpendidikan tinggi
(Fondjo
et al., 2019). Perempuan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi lebih
mampu memperoleh, mengolah, dan memahami informasi kesehatan (Sudarman
et al., 2021). Pendidikan merupakan faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan umum seperti kesehatan, kecerdasan finansial, dan keterampilan
pemecahan masalah (Hinelo
et al., 2022). Tingkat pendidikan juga menentukan seberapa mudahnya
memahami pengetahuan tentang preeklamsia.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
tentang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi membatasi pemahaman dan akses
ibu terhadap layanan kesehatan
(Tolinggi
et al., 2018).
Pekerjaan
Setelah
melakukan pencarian literatur, didapatkan tujuh literatur yang meneliti
hubungan pekerjaan dengan kejadian preeklampsia. 4 Literatur yang meneliti adanya
hubungan bermakna antara faktor risiko pekerjaan dengan preeklampsia/eklampsia,
yaitu (Legawati & Utama 2017) dengan nilai p value p=0,000 < 0,05, (Sagita, 2020)
dengan p value p = 0.029 < 0.05, (Agustina et al, 2022) dengan p value
sebesar 0.028 < 0.05, dan (Rohmah, 2019) dengan p value sebesar 0.003 <
0.05, yang menandakan bahwa faktor pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan
dengan kejadian preeklampsia. Hasil ini berbeda dengan 3 jurnal hasil
penelitian oleh (Khayati & Veftisia, 2018) dengan nilai p value p=0.918 > 0,05, (Hipni, 2022)
dengan p value 0.243 > 0.05, (Saraswati & Mardiana, 2016) dengan p
value sebesar p = 0.287 > 0.05 yang menandakan bahwa faktor pekerjaan tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian preeklampsia.
Menurut Veftisia (2018),
faktor pekerjaan ibu tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
preeklamsia berdasarkan p-value (p=0,918). Artinya, ibu hamil yang tidak
bekerja juga dapat menderita preeklampsia pada masa kehamilannya karena sebagai
ibu rumah tangga (tidak bekerja) dapat mengalami stres yang disebabkan oleh
berbagai permasalahan dalam rumah tangga, seperti: Hal ini disebabkan oleh
beberapa masalah rumah tangga yang
berbeda-beda seperti masalah keuangan, masalah keluarga, dan ketakutan akan
kehamilan dan persalinan. Di sisi lain, ibu yang bekerja menghadapi tantangan
pekerjaan (khususnya mereka yang bekerja sebagai buruh pabrik).
Beberapa penulis juga berpendapat
bahwa faktor pekerjaan terutama pekerjaan yang memiliki sistem shift, dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan reproduksi wanita, sehingga berdampak pada
hasil obstetri, ibu, dan janin (Spadarella
et al., 2021).
Status Ekonomi
Pada literatur review ini
terdapat 5 jurnal yang meneliti adanya hubungan status ekonomi keluarga dengan
kejadian preeklampsia pada ibu yaitu (Ahmad & Nurdin, 2019) didapatkan p
value sebesar 0,007 < 0,05, (Legawati & Utama, 2017) dengan p value sebesar p = 0,006 < 0,05, (Paramitha & Suryani, 2017) dengan
p value sebesar p = 0.030 < 0.05, (Yeni Rahmadiani, Danur Azissah, Julius
Habibi, 2023) dengan p value sebesar p = 0.013 < 0.05, (Muzalfah
et al, 2018)
dengan p value sebesar p = 0.03 < 0.05 yang artinya
bahwa ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan kejadian preeklampsia.
Menurut Ahmad dan Nurdin (2019), ibu yang berasal dari
keluarga dengan status sosial ekonomi rendah hingga sedang memiliki kemungkinan
empat kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia. Ibu dengan latar belakang
sosial ekonomi rendah cenderung memiliki tingkat aborsi, operasi caesar,
preeklamsia, kelahiran prematur, dan perdarahan obstetrik yang lebih tinggi
dibandingkan ibu dengan latar belakang sosial ekonomi tinggi (Gayatri
et al., 2022). Ibu dengan status ekonomi rendah cenderung memiliki
akses terbatas terhadap layanan kesehatan untuk diagnosis dini preeklampsia,
sehingga tidak dapat menghindari risiko komplikasi kehamilan dan persalinan (Mattsson
et al., 2022).
Menurut Muzalfah (2018), terjadinya preeklamsia tergantung
pada pendapatan rumah tangga, apakah keluarga ibu mempunyai akses terhadap
fasilitas kesehatan yang baik dan sesuai serta apakah mempunyai akses terhadap
gizi yang cukup selama kehamilan.
Rendahnya pendapatan keluarga mempunyai konsekuensi seperti
ketidakmampuan keluarga ibu dalam mengakses fasilitas kesehatan sehingga
mengakibatkan kunjungan antenatal care (ANC) tidak lengkap.
Preeklampsia terutama
terjadi pada wanita
berpenghasilan rendah dan tingkat keparahannya
meningkat seiring dengan
menurunnya pendapatan keluarga (Mostafa et al., 2018). Rendahnya
pendapatan rumah tangga
diketahui mempengaruhi angka kematian ibu akibat preeklampsia. (Gayatri
et al., 2022). Namun
preeklampsia sebenarnya dapat dicegah karena status sosial ekonomi yang rendah
dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan makanan bergizi
dan sehat. Status gizi yang baik dikaitkan dengan penurunan risiko
preeklampsia.
Berdasarkan
hasil analisis dalam beberapa jurnal dalam tinjauan pustaka ini, kejadian
preeklamsia cenderung meningkat pada ibu dengan status sosial ekonomi rendah,
terutama ibu dengan tingkat pendidikan rendah, dan hal ini merupakan faktor terbanyak yang
mengalami kejadian preeklampsia, kemudian disusul oleh faktor status ekonomi
keluarga dan faktor pekerjaan. Pengaruh status sosial ekonomi
umumnya bergantung pada pengetahuan seseorang tentang risiko preeklampsia.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai kesehatan, khususnya kesehatan
reproduksi, membatasi pemahaman dan akses ibu terhadap fasilitas kesehatan, sehingga deteksi dini
preeklampsia tidak dapat terlaksana dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
preeklampsia dalam kehamilan masih cukup tinggi. Oleh karena itun edukasi kesehatan reproduksi dalam masyarakat perlu
lebih ditingkatkan agar setiap individu sadar dan memiliki pengetahuan tentang
pentingnya mengetahui bahaya preeklampsia/eklampsia dan pelaksanaan Antenatal
Care dapat berjalan dengan teratur.
BIBLIOGRAFI
Agustina, P. M., Sukarni, D., & Amalia, R. (2022).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Martapura
Okut Tahun 2020. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 22(3),
1389–1394.
Ahmad, Z., & Nurdin, S. S. I. (2019). Faktor Risiko
Kejadian Preeklamsia Di Rsia Siti Khadijah Gorontalo. Akademika, 8(2),
150–162.
Apriliya, M. U., Windayanti, H., Sari, I. N., Made, N., &
Sari, P. (2021). Literature Review : Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Berat.
Literature Riview, faktor resiko, preeklampsia, 59–71.
Badgaiyan, Y. D. (2016). Socioeconomic Maternal Risk
Factors for Toxemia of Pregnancy : A Cross-Sectional Study in A tertiary Care
Hospital of Chhattisgarh Kumar Gahwai. 2277, 7–9.
Bardja, S. (2020). Faktor risiko kejadian preeklampsia
berat/eklampsia pada ibu hamil. Embrio, 12(1), 18–30.
Fondjo, L. A., Boamah, V. E., Fierti, A., Gyesi, D., &
Owiredu, E. W. (2019). Knowledge of preeclampsia and its associated factors
among pregnant women: A possible link to reduce related adverse outcomes. BMC
Pregnancy and Childbirth, 19(1), 1–7.
https://doi.org/10.1186/s12884-019-2623-x
Gayatri, M., Fathiyyah, N., Mulyadi, J., Wardani, D. S.,
& Indrawan, W. A. (2022). Maternal Death in Jember District , Indonesia.
1, 7–11.
Hinelo, K., Sakung, J., Gunarmi, G., & Pramana, C.
(2022). Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Banggai Tahun 2020. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 8(4),
448–456. https://doi.org/10.33024/jikk.v8i4.5184
Hipni, R. (2022). Hubungan Usia Dan Pekerjaan Ibu Dengan
Kejadian Preeklampsia. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(7),
7255–7260.
Kemenkes. (2021). Peringatan Hari Preeklampsia Sedunia
2021.
Khayati, Y. N., & Veftisia, V. (2018). Hubungan stress
dan pekerjaan dengan preeklampsia di wilayah kabupaten semarang. Indonesian
Journal of Midwifery (IJM), 1(1).
Legawati, L., & Utama, N. R. (2017). Analisis Faktor
Risiko Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud Rujukan Kabupaten Dan Provinsi
Kalimantan Tengah: Risk Factors Analysis of Severe Preeclampsia Events in the
District and Province of Central Kalimantan. Jurnal Surya Medika (JSM), 3(1),
19–37.
Litbangkes, K. K. R. B. (2016). Memelihara Kesehatan
Kehamilan.
Mattsson, K., Juárez, S., & Malmqvist, E. (2022).
Influence of Socio-Economic Factors and Region of Birth on the Risk of
Preeclampsia in Sweden. International Journal of Environmental Research and
Public Health, 19(7). https://doi.org/10.3390/ijerph19074080
Mostafa, H. M., Youssef, A. E.-D. A., Samia, S. A. M., &
Dina, M. (2018). Effect of socioeconomic status on preeclampsia cross sectional
study. The Medical Journal of Cairo University, 86(December),
4227–4234.
Muhajir, A., Mappaware, N. A., & Hamsah, M. (2023).
Kehamilan Prematuritas Dengan Preeklampsia Berat Dalam Perspektif Medis,
Bioetik, dan Islam. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(3),
16694–16699.
Muzalfah, R., Santik, Y. D. P., & Wahyuningsih, A. S.
(2018). Kejadian preeklampsia pada ibu bersalin. HIGEIA (Journal of Public
Health Research and Development), 2(3), 417–428.
Paramitha, T., & Suryani, N. (2017). Analisis
Faktor-Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia-Eklampsia
pada Ibu Bersalin di RSUD Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015. Indonesian
Journal on Medical Science, 4(1).
Pattipeilohy, F., Parti, D. D., Firdaus, J., Sakinah, E. N.,
Cahyana, N. W., & Fatmawati, H. (2023). Hubungan Antara Faktor Risiko
dengan Kejadian Preeklampsia di Puskesmas Kencong Jember. Jember Medical
Journal, 2(1), 1–13.
POGI. (2016). PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia.
1–48.
Prawiharjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Sarworno Prawirohardjo.
Ilmu Kebidanan, 460–474.
Rahmadiani, Y., Azissah, D., & Habibi, J. (2023). Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-Eklampsia Pada Ibu Hamil Di RSUD Rupit. Jurnal
Kebidanan Manna, 2(1), 23–34.
Rohmah, H. N. F. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil Trimester III Di RSUD Kota
Bekasi Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan Medika Drg. Suherman, 1(1).
Sagita, W. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di RSUD C Tahun 2014. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Delima, 2(2), 180–189.
Saraswati, N., & Mardiana, M. (2016). Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di Rsud
Kabupaten Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health, 5(2),
90–99.
Spadarella, E., Leso, V., Fontana, L., Giordano, A., &
Iavicoli, I. (2021). Occupational risk factors and hypertensive disorders in
pregnancy: A systematic review. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 18(16).
https://doi.org/10.3390/ijerph18168277
Sudarman, ., Tendean, H. M. M., & Wagey, F. W. (2021).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Preeklampsia. E-CliniC,
9(1), 68–80. https://doi.org/10.35790/ecl.v9i1.31960
SUPAS. (2015). Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS.
Tolinggi, S., Mantualangi, K., & Nuryani, N. (2018).
Kejadian Preeklampsia dan Faktor Risiko yang Mempengaruhinya. Gorontalo
Journal of Public Health, 1(2), 85. https://doi.org/10.32662/gjph.v1i2.320
WHO. (2021). Prevention and treatment of pre-eclampsia and
eclampsia. 97.
Copyright
holder: M. Hamsah, Wirijanto, Mulya
Budiman (2024) |
First
publication right: Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |