Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 6, Juni 2024
HUBUNGAN
PENGETAHUAN IBU, DUKUNGAN SUAMI DAN PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS KB SUNTIK 3 BULAN DI PMB KITA TAHUN 2023
Roheni1,
Irma Jayatmi2, Ageng Septarini3
Universitas
Indonesia Maju, Jakarta, Indonesia1,2,3
Email:
[email protected]1,
[email protected]2,
Abstrak
Akseptor KB terbanyak
di Indonesia didominasi akseptor KB suntik sebesar 62,77%. Penelitian ini
sangatlah penting dilakukan dikarenakan berdasarkan studi pendahuluan di
wilayah kerja Pmb Kita yang dilakukan
terhadap 10 responden akseptor KB aktif, 3 orang menggunakan Non-hormonal
karena tidak mendapatkan dukungan dari suami, banyak menerima berita hoax
mengenai suntik 3 bulan, dan kurangnya informasi dari petugas kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, dukungan suami
dan peran tenaga kesehatan terhadap keputusan pemilihan jenis kb suntik 3 bulan
di pmb kita pandeglang tahun 2023. Penelitian ini merupakan suatu studi kuantitatif
dengan desain cross sectional, dengan menggunakan data primer dengan jumlah
sampel sebanyak 50 orang akseptor kb. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan
pengetahuan dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3
bulan dengan nilai p value 0,000<0,05. Ada hubungan dukungan suami dengan
pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan dengan nilai p
value 0,000<0,05. Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan pengambilan
keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan dengan nilai p value
0,000<0,05. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu diharapkan
responden dapat lebih aktif untuk mencaari informasi terkait penggunaan
kontrasepsi 3 bulan dan bagi institusi
kesehatan diharapkan dapat meningkatkan strategi pergerakan promosi kesehatan
untuk peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang dianggap
berpengaruh dalam keputusan penggunaan kontrasepsi 3 bulan, serta untuk penulis
diharapkan dapat menambahkan wawancara dan observasi dalam pemenuhan data
penelitian.
Kata Kunci: Dukungan, KB, Pengetahuan, Tenaga Kesehatan
Abstract
Most family planning acceptors in Indonesia
are dominated by injectable family planning acceptors at 62.77%. This research
is very important to do because based on preliminary studies in the Pmb Kita
work area conducted on 10 respondents of active family planning acceptors, 3
others use Non-hormonal because they do not get support from their husbands,
receive a lot of hoax news about 3-month injections, and lack of information
from health workers. This study aims to determine the relationship between knowledge,
husband support and the role of health workers on the decision to choose the
type of 3-month injectable birth control in pmb kita pandeglang in 2023. This
research is a quantitative study with a cross sectional design, using primary
data with a sample size of 50 birth control acceptors. The results showed that
there was a relationship between knowledge and decision making on the use of
injectable contraceptives for 3 months with a p value of 0.000<0,05. There
is a relationship between husband support and decision making on the use of
3-month injectable contraceptives with a p value of 0.000<0,05. There is a
relationship between the role of health workers and decision making on the use
of 3-month injectable contraceptives with a p value of 0.000<0,05. Suggestions
that can be given from this study are expected respondens to be more active in
obtaining information related to the use of 3-month contraception and for
health institutions are expected to improve health promotion movement
strategies for researchers to be able to add other variables that are
considered influential in the decision to use 3-month contraceptives, and for
authors are expected to be able to add interviews and observations in
fulfilling research data.
Keywords: Support, KB,
knowledge, health workers
Pendahuluan
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah
atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel Wanita)
yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/ mencegaah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dan sel sperma tersebut (Rizati et al., 2019).
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding
rahim. istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi, kontra yang
berarti melawan" atau "mencegah" sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
terjadinya kehamilan. Kontrasepsi bisa juga diartikan sebagai usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat
juga bersifat premanen (Anggraini et al., 2021).
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO)
Keluarga berencana adalah tindakan yang membnatu individu atau pasangan
suami-istri untuk mengindari kelahiran tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang diinginkan, mengatur interval
diantara kelahiran, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
dan istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Delima et al., 2022).
Maksud dari konsepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan
sel sperma, untuk itu berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan
kedua-duanya memiliki kesuburan yang normal, namun tidak menghendaki kehamilan (Anggraini et al., 2021).
Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Suntikan KB mempunyai
persyaratan sama dengan pemakaian pil, begitu pula bagi orang yang boleh
memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5
tahun. Konrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak
dipakai karena kerja nya efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif
murah dan aman. Sebelum di suntik kesehatan ibu diperiksa dulu untuk memastikan
kecocokannya (Anggraini et al., 2021).
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntik suntik, yaitu
Combined Injectable Contraceptives (CICs) dan Progestine 16 only Injectable
Contraceptives (PICs). Jenis PICs diantaranya adalah Depo Medroxyprogesterone
Acetate (DMPA), diberikan setiap tiga bulan sekali. Sedangkan CICs mengandung
kombinasi dari DMPA dan estradiol valerate yang diberikan sebulan sekali (BKKBN, 2021).
Pemilihan metode kontrasepsi bergantung pada banyak
faktor yang mempengaruhi, seperti karakteristik dari metode kotrasepsi,
demografi dan faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan populasi akseptor (Tambun,
2020).
Data WHO tahun 2020 menyebutkan pada tahun 2019 terdapat
1,9 miliar kelompok Wanita Usia Reproduksi (15-49 tahun), 1,1 miliar
membutuhkan keluarga berencana dari jumlah tersebut, 842 juta menggunakan
metode kontrasepsi dan 270 juta belum terpenuhi kebutuhan kontrasepsi. Secara
global indikator tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) adalah 75,7 %.
Prevalensi kontrasepsi modern pada wanita usia subur di seluruh dunia antara
tahun 2000 dan 2019 sebesar 2,1 persentase dari 55,0% menjadi 57,1%. World
Health Organization (WHO) melaporkan data pengguna kontrasepsi injeksi di seluruh
dunia sekitar 45% (Herdiani et al., 2022).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2015, jumlah kemungkinan pasangan (PUS) sebanyak 47.665.847. Jumlah
peserta KB aktif sebanyak 35.795.560, dan peserta KB baru sebanyak 6.414.311
pasang. Sebagian besar peserta KB aktif menggunakan 47,78% kontrasepsi suntik,
23,60% pil, dan IUD. 10,73%, implan 10,58%, MOW 3,49%, kondom 3,17%, MOP 3,49% (Sidabutar et al., 2023)
Hasil Susenas Maret tahun 2021 menunjukkan bahwa
persentase wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang menggunakan
alat/cara KB adalah sebesar 55,76 persen. Ada sedikit perbedaan antara wilayah
kabupaten dan kota utamanya wilayah Banten selatan. Fenomena yang digambarkan
adalah wilayah selatan lebih banyak yang menggunakan KB dibanding wilayah
Banten utara. Kota Tangerang Selatan memiliki persentase wanita yang menggunakan
KB paling kecil yakni 45,87 persen. Walaupun begitu persentase perempuan yang
menggunakan KB secara umum sudah mendekati separuh wanita. Hal Ini dapat
diartikan bahwa kesadaran masyarakat tentang KB telah membaik
Dikutip dari Badan statistic provinsi Banten bahwa dilihat dari persentase wanita kawin usia 15-49 tahun berdasarkan alat/cara KB yang
digunakan, metode KB dengan media suntik dan pil merupakan alat KB yang paling
banyak diminati bagi akseptor KB. Lebih dari 80 persen wanita kawin menggunakan
kedua metode ini dibandingkan metode lainnya, yaitu alat/cara KB suntik
mencapai 68,88 persen dan pil sebesar 15,74 persen. IUD merupakan alternatif
lainnya yang mendapat respon baik dari para akseptor KB, persentasenya mencapai
5,75 persen (Rachmawati,
2021)
Sedangkan pada tahun 2021 untuk jumlah akseptor
pengguna kb aktif di wilayah pandeglang
yaitu 221.921, dari data tersebut juga diketahui 119.307 (40,9 %) memilih
menggunakan metode suntik, dan sisanya menggunakan kontrasepsi jenis Implant
0,7%, Akdr 5,6% ,Kondom 2,0%, Pil 14,9% ,Mop 0,7%, dan metode Mow 0,7%
Pada tahun 2021 di Kecamatan Cimanggu, jumlah Pasangan
Usia Subur (PUS) diketahui sebanyak 520. Dari data tersebut, juga diketahui
bahwa jumlah akseptor KB suntik 3 bulan
sebesar 65,19% dari total 520 akseptor KB aktif yang ada.
Ditemukan juga data sebanyak 70 orang
diantaranya menolak untuk menggunakan metode KB suntik 3 bulan dengan alasan tidak disetujui oleh suaminya,
banyaknya berita yang beredar tentang keberadaan suntik kb menyebabkan kering
rahim, kanker dan alasan-alasan lainnya
Atas isu tersebut Indonesia membuat UU RI No. 52 tahun
2019 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga dalam
mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas, dengan
diadakannya program keluarga berencana
Keluarga berencana (KB) menurut undang-undang (UU) No. 52
tahun 2009 pasal 1 (8) adalah upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak,
kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga berkualitas
Adapun keberhasilan program KB juga dipengaruhi beberapa
faktor seperti status ekonomi, pendidikan dan edukasi dari tenaga medis.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang penggunaan KB suntik 3 bulan dikarenakan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat pendidikan akseptor KB, pekerjaan,
umur, minat, pengalaman, kebudayaan serta kurangnya informasi tentang KB suntik
3 bulan, manfaat serta efek sampingnya (Usman et al., 2022).
Pengetahuan adalah kunci untuk memahami dan merangkul
perubahan. Pengetahuan tentang metode kontrasepsi yang tepat dapat membantu
seseorang membuat keputusan KB yang lebih akurat. Selain itu, memahami
kontrasepsi pilihan dengan efek samping, kontraindikasi dan dapat membantu
mengatasi masalah yang timbul dari penggunaannya. Pemahaman yang benar tentang
metode KB mempengaruhi ibu terhadap penggunaan metode KB (Lailaturohmah et al.,
2023).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan pengetahuan ibu dan
dukungan suami dengan pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan Kanagarian Panyalaian
di PMB Hj Nidaul Hasna AMd.Keb Kabupaten Tanah Datar Tahun 2021 dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut, tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi suntik 3 bulan yang paling tinggi pendidikan baik SMA 12 orang,
Pekerjaan petani 9 orang, Lama KB >1 Tahun 15 orang, Umur 26-35 tahun 13
orang di PMB Hj Nidaul Hasna AMd.Keb Kabupaten Tanah Datar Tahun 2021 (Tanjung
et al., 2022).
Dukungan suami dalam ber KB merupakan bentuk nyata dari
kepedulian dan tanggung jawab para pria. Suami yang merupakan kepala keluarga
harus bijak dalam mengambil keputusan, baik bagi diri sendiri maupun bagi
anggota kelurganya termasuk istrinya (Astriana & Rgg, 2018).
Hasil penelitian dari Dagun bahwa suami sangat beperan penting dalam
memberi dorongan kepada istri yang akan memakai KB suntik 3 bulan. Dalam
memakai KB suntik 3 bulan dukungan suami sangat diperlukan seperti diketahui
bahwa di Indonesia keputusan suami dalam dalam mengizinkan atau mendukung,
hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memakai alat kontrasepsi tersebut.
Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan
atau dipengaruhi oleh faktor social budaya. Besarnya peran suami akan sangat
membantunya dari suami akan semakin menyadari bahwa masalah kesehatan
reproduksi bukan hanya urusan wanita saja. Peran suami adalah menfasilitasi
memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah
kesehatan reproduksinya (Tanjung
et al., 2022).
Selain dukungan suami peran tenaga kesehatan juga
berperan penting dalam melakukan keputusan pemilihan alat kontrasepsi. Peran
bidan sebagai konselor keluarga berencana ini tidak hanya diperuntukan untuk
wanita saja tapi pria juga. Konseling keluarga berencana yang diberikan oleh
bidan tidak hanya diberikan kepada ibu sendiri tapi pada saat berlangsungnya
konseling diikuti oleh suami istri (Narulita et al., 2023).
Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan seseorang pada situasi sosial
tertentu. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang terhadap kedudukannya dalam system. Peran dipengaruhi oleh
keadaan social, baik dari dalam maupun dari luar dan bersikap stabil.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam kesehatan serta memiliki pengethuan dan keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya Kesehatan. Peran tenaga kesehatan pada akseptor KB antara lain
membahas metoda yang diinginkan klien, melakukan interaksi antara petugas dan
klien, memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien, menghindari
pemberian informasi yang berlebihan dan memperlakukan klien dengan baik (Novidha & Sahara,
2021).
Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat,
hubungan antara Peran Tenaga Kesehatan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB
Suntik 3 Bulan di PMB Y Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2022 diperoleh nilai
hasil uji statistic Chi-square dimana nilai P-Value = 0,986. Hal ini berarti
nilai p-value > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara Peran Tenaga Kesehatan dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan di PMB Y Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2022 (Narulita et al., 2023).
Berdasarkan data yang diperoleh
dari Pmb Kita jumlah akseptor kontrasepsi
suntik rata-rata perbulan sebanyak 51 orang, pil 12 orang, dan kondom 6 orang,
dari data menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi suntik menunjukan peringkat
pertama dibanding dengan kontrasepsi yang lain. Kontasepsi suntik yang digunakan
adalah kontrasepsi suntik jenis 3 bulan dan 1 bulan, kontrasepsi suntik
digunakan karena harga yang relatif terjangkau dan mudah dalam penggunaannya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan pengetahuan, dukungan suami dan peran tenaga kesehatan
terhadap keputusan pemilihan jenis kb
suntik 3 bulan di Pmb Kita di wilayah
Pandeglang tahun 2023 sebagai
bahan untuk menyelesaikan tugas akhir
peneliti, serta menuangkan karya tulis ilmiah berupa skripsi.
Hasil studi yang dilakukan pada bulan September tahun 2023 di kecamatan cimanggu kabupaten Pandeglang yang didapat dari BPS kabupaten Pandegalng mencatat jumlah akseptor terbanyak di kecamatan
cimanggu adalah kb suntik dengan
Presentasi 65,19% dari jumlah pengguna kb 520 akseptor, sedangkan data yang
didapat dari profil Kesehatan provinsi
banten 2021 yang mencatat jumlah akseptor terbanyak di kabupaten pandeglang
adalah pengguna kb suntik yaitu mencapai 83,37%.
Berdasarkan Studi pendahuluan yang peneliti lakukan dalam
bentuk wawancara kepada 10 orang akseptor KB aktif, 7 orang diantaranya
merupakan pengguna Kb suntik 3 bulan. Mereka mengatakan dalam pengambilan
keputusan menggunakan Kb suntik 3 bulan mereka mendapatkan dukungan suami, yang
baik dan mendapatkan konseling KB dari petugas kesehatan dan berusaha mencari
informasi tentang Kb suntik 3 bulan. Sedangkan 3 orang diantaranya tidak
mendapatkan dukungan dari suami, banyak menerima berita hoax mengenai kb suntik 3 bulan, dan kurangnya informasi dari
petugas kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan ibu, dukungan suami, dan peran petugas kesehatan terhadap pengambilan keputusan pemilihan
jenis kb suntik 3 bulan di PMB KITA tahun 2023.
Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif analitik dengan metode kuantitatif
dan pendekatan cross-sectional. Populasi yang menjadi fokus adalah seluruh
Akseptor KB aktif di PMB Kita wilayah Pandeglang pada bulan Oktober hingga
Desember tahun 2023, yang berjumlah sekitar 100 orang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi
yang meliputi akseptor yang menggunakan KB suntik dan non-suntik di PMB Kita
wilayah Pandeglang, ibu yang bersedia menjadi responden, ibu yang memiliki
suami, serta ibu yang mampu membaca dan menulis. Kriteria eksklusi mencakup ibu
yang tidak bersedia menjadi responden dan ibu yang tidak memiliki suami.
Metode pengumpulan
data dilakukan melalui pembuatan kuesioner yang terstruktur dan terdiri dari
beberapa bagian, seperti kuesioner pengetahuan ibu terhadap KB suntik 3 bulan,
kuesioner dukungan suami terhadap pengambilan keputusan KB suntik 3 bulan, dan
kuesioner peran tenaga kesehatan terhadap pengambilan keputusan KB suntik 3
bulan. Data yang terkumpul akan diolah melalui tahap editing, coding,
processing, dan cleaning untuk memastikan kualitas data. Analisis data akan
dilakukan menggunakan analisis univariat untuk melihat distribusi dan
karakteristik variabel, serta analisis bivariat dengan menggunakan uji
chi-square untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen
dengan confidence interval (CI) ≤ 95% dan batas derajat kemaknaan (α) <
0,05. Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu, dukungan suami, peran tenaga
kesehatan, dan pengambilan keputusan pemilihan jenis KB suntik 3 bulan di PMB
Kita Pandeglang.
Analisis
univariat dalam penelitian ini menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi ataupun
karakteristik responden berupa umur,
pendidikan, pekerjaan, danjumlah anak serta distribusi frekuensi dari masing-masing variabe penelitian,
yaitu variabel dependen (Pengambilan Keputusan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan)
dan variabel independen (pengetahuan, peran
tenaga kesehatan, dan dukungan
suami)
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden
Subjek
dalam penelitian ini yaitu akseptor KB aktif yang datang di
PMB Kita Pandeglang
yang terdiri dari 50
responden. Diperoleh distribusi
frekuensi karakteristik responden berdasarkan Umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak sebagai
berikut:
1. Karakteristik
responden berdasarkan umur
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No |
umur |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
19 - 25 tahun |
9 |
18,0% |
|
2 |
26 – 35 tahun |
20 |
40,0% |
|
3 |
≥ 35 tahun |
21 |
42.0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel 1 dapat menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur responden, diperoleh responden dengan umur 19 - 25 tahun sebanyak 9
responden dengan persentase 18,0%. Responden yang berumur 26 – 35 tahun sebanyak 20 responden dengan
persentase 40,0%. Responden dengan umur ≥ 35 tahun sebanyak 21 responden dengan persentase 42,0%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa responden terbanyak pada penelitian ini yaitu
berumur ≥ 35 tahun dengan jumlah 21 responden dengan
persentase 42,0% dari 50 responden.
2. Karakteristik
responden berdasarkan pendidikan
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No |
Pendidikan |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
SMP/MTS/Sederajat |
9 |
18,0% |
|
2 |
SMA/MA/Sederajat |
28 |
56,0% |
|
3 |
D3/S1 |
13 |
26,0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel
2 dapat menunjukan bahwa karakteristik responden yang berpartisipasi dalam
penelitian berdasarkan pendidikan responden, diperoleh responden dengan
pendidikan SMP/MTS/Sederajat sebanyak 9 responden dengan persentase 18,0%. Responden dengan pendidikan SMA/MA/Sederajat
sebanyak 28
responden dengan persentase 56,0%. Responden dengan pendidikan D3/S1 sebanyak 13 responden dengan persentase 26,0%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
responden terbanyak pada penelitian ini yaitu pada pendidikan SMA/MA/Sederajat
dengan jumlah 28
responden dengan persentase 56,0% dari 50 responden.
3. Karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan
Tabel
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No |
Pekerjaan |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
Ibu Rumah Tangga |
19 |
38,0% |
|
2 |
Pekerja Kantoran |
14 |
28,0% |
|
3 |
Wirasuwasa |
13 |
26,0% |
|
4 |
PNS |
4 |
8,0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel
3 dapat menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
responden, diperoleh responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
sebanyak 19
responden dengan persentase 38,0%. Responden dengan pekerjaan sebagai
pekerja kantoran sebanyak 14
responden dengan persentase 28,0%. Responden dengan pekerjaan sebagai
wirasuwasta sebanyak 13
responden dengan persentase 26,0%. Responden dengan pekerjaan sebagai
PNS sebanyak 4 responden dengan persentase 8,0%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
responden terbanyak yaitu pada pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah
19
responden dengan persentase 38,0% dari 50 responden.
4. Karakteristik
responden berdasarkan jumlah anak hidup
Tabel
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak Hidup
No |
Jumlah anak hidup |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
Satu |
22 |
22,0% |
|
2 |
Dua |
22 |
22,0% |
|
3 |
Tiga |
6 |
12,0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel
4 dapat menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan jumlah anak hidupp yang dimiliki,
diperoleh responden dengan jumlah anak hidup
yaitu satu sebanyak 22 responden dengan persentase 22,0%. Responden dengan jumlah anak hidup yaitu dua
sebanyak 22
responden dengan persentase 22,0%. Responden dengan jumlah anak hidup yaitu tiga sebanyak
6
responden dengan persentase 12,0%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
responden terbanyak yaitu dengan jumlah anak
hidup sebanyak satu dan dua anak dengan jumlah masing-masing 22
responden dengan persentase 22,0% dari 50 responden.
Gambaran Distribusi Frekuensi Pengambilan Keputusan
Penggunaan KB Suntik 3 Bulan
Hasil
distribusi frekuensi pengambilan
keputusan penggunaan KB suntik 3 bulan pada
akseptor KB di PMB Kita Tahun 2023 adalah sebagai berikut:
Tabel
5. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengambilan Keputusan Penggunaan KB Suntik 3
Bulan
No |
Keputusan Penggunaan KB |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
Pengguna Kontrasepsi
suntik 3 bulan |
28 |
56,0% |
|
2 |
Pengguna Kontrasepsi
Non-suntik 3 bulan |
22 |
44,0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel 5 menunjukan gambaran frekuensi pengambilan keputusan ibu
terhadap penggunaan KB suntik 3 bulan, dimana didapatkan bahwa ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sebanyak
28 responden dengan persentase 56,0%. Sedangkan ibu yang menggunakan kontrasepsi
non-suntik 3 bulan sebanyak 22 responden dengan persentase 44,0%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
responden terbanyak yaitu ibu yang
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
jumlah 28
responden dengan persentase 56,0% dari 50 responden.
Gambaran Distribusi Frekuensi
Pengetahuan Ibu Terkait Penggunaan KB Suntik 3 Bulan
Hasil
distribusi frekuensi pengetahuan ibu
terkait penggunaan KB suntik 3 bulan pada
akseptor KB di PMB Kita Pandeglang Tahun
2023
adalah sebagai berikut:
Tabel
6. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Terkait Penggunaan KB Suntik 3
Bulan
No |
Pengetahuan |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
Baik |
24 |
48,0% |
|
2 |
Kurang |
26 |
52,0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel 6 menunjukan gambaran frekuensi pengetahuan ibu terkait
penggunaan KB suntik 3 bulan, dimana didapatkan bahwa ibu dengan pengetahuan
pada kategori baik sebanyak 24 responden dengan
persentase 48,0%. Sedangkan ibu dengan pengetahuan pada kategori buruk
sebanyak 26 responden dengan persentase 52,0%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pengetahuan ibu terkait penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
jumlah terbanyak berada pada kategori kurang yaitu berjumlah 26 responden dengan persentase 52,0% dari 50 responden.
Distribusi
Frekuensi Dukungan Suami Terhadap Pengambilan Keputusan Penggunaan KB Suntik 3
Bulan
Hasil
distribusi frekuensi dukungan suami
terkait penggunaan KB suntik 3 bulan pada
akseptor KB di PMB Kita Pandeglang Tahun
2023
adalah sebagai berikut:
Tabel
7. Gambaran Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Terhadap Pengambilan Keputusan
Penggunaan KB Suntik 3 Bulan
No |
Dukungan Suami |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
Positif |
21 |
42,0% |
|
2 |
Negatif |
29 |
58,0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel 7 menunjukan gambaran frekuensi dukungan suami terhadap
pengambilan keputusan penggunaan KB suntik 3 bulan, dimana didapatkan bahwa ibu
dengan dukungan suami pada kategori positif sebanyak 21
responden dengan persentase 42,0%. Sedangkan ibu dengan dukungan suami pada
kategori negatif sebanyak 29 responden dengan
persentase 58,0%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa dukungan suami terhadap pengambilan keputusan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan jumlah terbanyak berada pada kategori negatif
yaitu berjumlah 29 responden dengan persentase 58,0% dari 50 responden.
Distribusi Frekuensi Peran Tenaga Kesehatan Terhadap
Pengambilan Keputusan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan
Hasil
distribusi frekuensi peran tenaga
kesehatan terkait penggunaan KB suntik 3 bulan pada
akseptor KB di PMB Kita Pandeglang Tahun
2023
adalah sebagai berikut:
Tabel
8. Gambaran Distribusi Frekuensi Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pengambilan
Keputusan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan
No |
Peran Tenaga Kesehatan |
Frekuensi |
Persentase |
|
1 |
Baik |
21 |
42,0% |
|
2 |
Kurang |
29 |
58,0% |
|
|
Total |
50 |
100% |
|
Tabel 8 menunjukan gambaran frekuensi peran tenaga kesehatan
terhadap pengambilan keputusan penggunaan KB suntik 3 bulan, dimana didapatkan
bahwa peeran tenaga kesehatan pada kategori baik sebanyak 21 responden dengan persentase 42,0%. Sedangkan peran
tenaga kesehatan pada kategori kurang sebanyak 29
responden dengan persentase 58,0%. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa peran tenaga
kesehatan terhadap pengambilan keputusan penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
dengan jumlah terbanyak berada pada kategori kurang yaitu berjumlah 29 responden dengan persentase 58,0% dari 50 responden.
Analisis Bivariat
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan kepada akseptor KB aktif yang datang di
PMB Kita yang
terdiri dari 50
responden, didapatkan
hasil dengan analisis bivariat di uji chi
square adalah sebagai berikut:
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan
Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Hasil
analisis mengenai hubungan antara pengetahuan ibu dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi
suntik 3 bulan di PMB Kita pada Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
9. Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pengambilan
Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan di PMB Kita
Pengetahuan |
Pengambilan Keputusan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan |
Total |
P value |
OR |
||||
Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 bulan |
Penggunaan Kontrasepsi Non-Suntik 3 bulan |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Baik |
20 |
40,0 |
4 |
8,0 |
24 |
48,0 |
0,000 |
11,250 |
Kurang |
8 |
16,0 |
18 |
36,0 |
26 |
52,0 |
||
Total |
28 |
56,0 |
22 |
44,0 |
50 |
100,0 |
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang ada dalam penelitian terdapat pengetauan ibu terkait
KB suntik 3 bulan dalam kategori baik sebanyak 24 (48,0%) responden, yaitu
terdiri dari 20 (40,0%) responden pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan dan 4
(8,0%) responden adalah pengguna kontrasepsi non-suntik 3 bulan. Sedangkan
pengetahuan ibu terkait KB suntik 3 bulan terbanyak ada pada kategori kurang
yaitu 26 (52,0%) responden, yaitu terdiri dari 8 (16,0%) responden pengguna
kontrasepsi suntik 3 bulan dan 18 (36,0%) responden adalah pengguna kontrasepsi
non-suntik 3 bulan.
Hasil
uji ststistik di peroleh nilai dari Person Chi-Square
yaitu Asym. Sig dengan P Value = 0,000 dalam hal ini P value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Hasil analisa diperoleh
nila OR= 11,250 hal ini berarti pengetahuan
berpengaruh 11,250 (11) kali lebih besar terhadap keputusan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan.
Hubungan Antara Dukungan
Suami Dengan Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Hasil
analisis mengenai hubungan antara dukungan suami dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi
suntik 3 bulan di PMB Kita pada Tahun 2023 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Analisis Hubungan Dukungan Suami dengan
Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan di PMB Kita
Dukungan Suami |
Pengambilan Keputusan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan |
Total |
P value |
OR |
||||
Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 bulan |
Penggunaan Kontrasepsi Non-Suntik 3 bulan |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Positif |
21 |
40,0 |
0 |
0,0 |
21 |
42,0 |
0,000 |
4,143 |
Negatif |
7 |
14,0 |
22 |
44,0 |
29 |
58,0 |
||
Total |
28 |
56,0 |
22 |
44,0 |
50 |
100,0 |
Tabel
10 menunjukkan bahwa dari 50
responden yang ada dalam
penelitian terdapat ibu dengan dukungan suami dalam kategori positif sebanyak
21 (42,0%) responden, yaitu terdiri dari 21 (40,0%) responden pengguna
kontrasepsi suntik 3 bulan. Sedangkan ibu dengan dukungan suami terbanyak
berada pada kategori negatif yaitu 29 (58,0%) responden, yaitu terdiri dari 7
(14,0%) responden pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan dan 22 (44,0%) responden
adalah pengguna kontrasepsi non-suntik 3 bulan.
Hasil
uji ststistik di peroleh nilai dari Person Chi-Square yaitu Asym. Sig dengan P Value = 0,000 dalam hal ini
P value <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami
dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Hasil analisa diperoleh nila OR= 4,143 hal ini berarti dukungan suami
berpengaruh 4,143 (4) kali lebih besar terhadap keputusan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan.
Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan Dengan Pengambilan
Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Hasil
analisis mengenai hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pengambilan keputusan penggunaan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan di PMB Kita pada Tahun
2023
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Analisis Hubungan Peran Petugas Kesehatan
dengan Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan di PMB Kita
Peran Tenaga Kesehatan |
Pengambilan Keputusan Penggunaan KB Suntik 3 Bulan |
Total |
P value |
OR |
||||
Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 bulan |
Penggunaan Kontrasepsi Non-Suntik 3 bulan |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
|
|
Baik |
20 |
40,0 |
1 |
2,0 |
21 |
42,0 |
0,000 |
52,500 |
Kurang |
8 |
16,0 |
21 |
42,0 |
29 |
58,0 |
|
|
Total |
28 |
56,0 |
22 |
44,0 |
50 |
100 |
|
Tabel
11 menunjukkan bahwa dari 50
responden yang ada dalam
penelitian terdapat peran tenaga kesehatan dalam kategori baik sebanyak 21
(42,0%) responden, yaitu terdiri dari 20 (40,0%) responden pengguna kontrasepsi
suntik 3 bulan dan 1 (2,0%) responden pengguna kontrasepsi non-suntik 3 bulan.
Sedangkan peran tenaga kesehatan terbanyak berada pada kategori kurang yaitu 29
(58,0%) responden, yaitu terdiri dari 8 (16,0%) responden pengguna kontrasepsi
suntik 3 bulan dan 21 (42,0%) responden adalah pengguna kontrasepsi non-suntik
3 bulan.
Hasil
uji ststistik di peroleh nilai dari Person Chi-Square yaitu Asym. Sig dengan P Value = 0,000 dalam hal ini
P value <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran petugas
kesehatan dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3
bulan. Hasil
analisa diperoleh nila OR= 52,500 hal ini berarti peran petugas
kesehatan berpengaruh 52,500 (52) kali lebih besar terhadap keputusan
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan.
Pengambilan
Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Pada di PMB Kita Tahun 2023
Hasil penelitian menunjukan
bahwa dari 50
responden sebanyak 28 responden (56,0%) memilih menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan,
sedangkan 22 responden (44,0%) memilih menggunakan kontrasepsi non-suntik 3 bulan.
Dari hasil data tersebut dapat diketahui bahwa ibu yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan
lebih banyak dibanding ibu yang menggunakan kontrasepsi non-suntik 3 bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasnani (2019) dimana dilakukan penelitian
di Puskesmas
Langsa Lama, didapatkan
hasil sebanyak 41 responden (66,1%) merupakan akseptor suntik 3 bulan dan non akseptor suntik
sebanyak 21 responden (33,9%). Dalam penelitian ini pemilihan
kontrasepsi suntik 3 bulan sebagai alat
kontrasepsi, dikarenakan akseptor
mengetahui dan paham akan kerugian dan keuntungan dari alat kontrasepsi suntik. Sehingga dalam hal ini akseptor lebih
merasa yakin dan nyaman menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Bakri, et al. (2019) dimana
dilakukan penelitian di wilayah puskesmas Puskesmas
Ranotana Weru Kota Manado, didapatkan data bahwa dari
44 responden (100%) yang terbanyak dalam penggunaan kontrasepsi hormonal adalah
jenis suntik yaitu sebanyak 28 responden (63.6%) dan yang paling sedikit adalah
jenis pil dan implan yang masing-masing sebanyak 8 responden (18.2%). Dimana hal ini dikarenakan
berdasarkan data di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru tercatat sebanyak
2772 orang menggunakan KB suntik aktif dan 223 orang yang merupakan KB suntik
baru dari total 3761 wania usia subur.
Pemilihan
alat kontrasepsi sangat mempengaruhi pada proses hamil pada pasangan usia
subur. Faktor usia, kesehatan, ekonomi, juga mempengaruhi pemilihan jenis alat
kontrasepsi. Namun penggunaan alat kontrasepsi ini juga bagi sebagian orang
sangat tidak nyaman (Novita et al., 2020). Keputusan ibu atau pasangan usia subur dalam memilih
alat kontrasepsi suntik 3 bulan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dimana
keputusan ini dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu berupa faktor
predisposisi yaitu berupa pengetahuan, faktor pemungkin yaitu berupa informasi
terkait KB, peran tenaga kesehatan, dan faktor penguat yaitu berupa dukungan
suami (Notoatmodjo, 2018).
Menurut asumsi peneliti berdasarkan penelitian yang
dilakukan, penyebab banyaknya responden yang memilih menggunakan kontrasepsi
suntik 3 bulan karena banyak responden yang masih berusia dibawah 35 tahun dan adanya
keinginan untuk mempunyai keturunan dalam
jangka waktu yang pendek dan tanpa memerlukan tindakan medis seperti salah satunya yaitu pemasangan implan, dimana membutuhkan
tenaga medis untuk pencabutan alat kontrasepsi. Selain itu responden juga berasumsi bahwa telah nyaman
dengan kontrasepsi suntik karena kesuburan akan cepat pulih
kembali, tidak mengganggu hubungan suami istri, dan akan lebih menghemat biaya karena suntikan ulang 3 bulan
sekali dan tidak seperti kontrasepsi pil yang harus diminum setiap hari, serta
tidak mengganggu proses menyusui.
Peneliti juga berasumsi bahwa responden yang memilih
untuk menggunakan kontrasepsi non-suntik 3 bulan lebih memilih menggunakan
kontrasepsi jenis lain seperti implan, IUD, Metode
Operasi Wanita (MOW), dan pil. Hal ini
dikarenakan responden telah merasa nyaman dengan KB yang digunakan saat ini dan
responden merasa ragu untuk berganti menggunakan alat kontrasepsi lain karena
tidak ada faktor penguat yang mendorong responden untuk berpindah atau
melakukan perubahan penggunaan alat kontrrasepsi menjadi kontrasepsi suntik 3
bulan.
Penjelasan yang sama juga
dikemukakan oleh Lubis (2021) dimana didapatkan bahwa diamana
banyak ibu yang memilih untuk menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
dikarenakan salah satu keuntungan dari kontrasepsi suntik yaitu murah, waktu
penyuntikan cukup lama yaitu selama 3 bulan sekali dan dengan kontrasepsi
suntik tidak memiliki dampak yang besar bagi kesehatan ibu.
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Pengambilan Keputusan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Hasil uji statistik menggunakan uji chi square di
peroleh nilai P Value = 0,000
dalam hal ini P value <
0,05 sehingga dapat dijelaskan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pengambilan keputusan penggunaan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan. Serta hasil
analisa diperoleh nila OR = 11,250 hal ini
berarti pengetahuan
berpengaruh 11,250 (11) kali lebih besar terhadap keputusan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan. Hasil juga menunjukan bahwa pengetahuan ibu terkait
KB suntik 3 bulan terbanyak ada pada kategori kurang yaitu 26 (52,0%)
responden, yaitu terdiri dari 8 (16,0%) responden pengguna kontrasepsi suntik 3
bulan dan 18 (36,0%) responden adalah pengguna kontrasepsi non-suntik 3 bulan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Babulu (2019) dimana didapatkan bahwa ibu dengan pengetahuan kurang
lebih besar yaitu sebanyak 31,8%. Hasil uji statistik
menggunakan uji Chi Square menunjukkan ada
hubungan antara pengetahuan dengan jenis penggunaan metode kontrasepsi suntik (p-value = 0,015). Dimana dalam penelitian ini juga disampaikan bahwa penggunaan
jenis kontrasepsi suntik 3 bulan tentunya akan lebih bertahan lama jika
didasarkan pada pengetahuan yang baik.
Penelitian yang sama diakukan oleh Pratami (2020) didapatkan hasil bahwa sebanyak 15 responden (42,85%)
ibu berpengetahuan rendah, 11 responden (31,43%)
ibu berpengetahuan sedang, dan 9 responden
(25,72%) ibu berpengetahuan
tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi
pribadi seseorang dalam berpendapat, berpikir,
bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan
dan tindakan.
Adanya hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan pada pasangan usia subur ini sesuai dengan dengan teori oleh Notoatmodjo (2018) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku
seseorang akan lebih utuh apabila
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan diperlukan
sebagai dorongan dalam menimbulkan sikap dan perilaku terutama perilaku dalam memilih alat kontrasepsi.
Peranan pengetahuan ber-KB diarahkan pada
pemahaman pasangan usia subur tentang umur yang sehat untuk hamil dan melahirkan, jarak kehamilan yang terlalu
berisik, serta jumlah anak yang ideal demi mencapai
keluarga sejahtera dan bahagia.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Musyayadah (2022) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan karena mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik.
Penelitian ini juga sejalan dengan Siregar (2021) bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pemilihan
alat kontrasepsi KB suntik
3 bulan. Hal ini disebabkan pengetahuan menjadi dasar dalam berperilaku dan mepersepsikan sesuatu.
Pengetahuan yang benar akan mempertinggi minat menggunakan KB.
Pengetahuan berperan penting dalam menentukan sikap dan tindakan individu.
Pengetahuan dapat menyebabkan individu untuk berpikir dan berusaha untuk
melakukan tindakan yang benar. Pengetahuan yang baik mengenai penggunaan kontrasepsi suntik dapat mempengaruhi
cara berpikir responden
yang akan membentuk
sikap positif yang pada akhirnya dapat diterapkan dalam
perilaku nyata (Notoatmodjo, 2018)
Menurut asumsi peneliti bahwa sebagian
besar responden yang memiliki
pengetahuan baik lebih memilih menggunakan
jenis kontrasepsi suntik 3 bulan.
Sebaliknya, pada responden dengan pengetahuan
kurang lebih banyak yang memilih menggunakan kontrasepsi non-suntik 3 bulan. Hal ini dikarenakan bahwa banyak responden yang tidak
mencari tahu dan mempelajari terkait kontrasepsi lain selain yang biasa
diggunakan oleh responden. Selain itu juga dikarenakan keyakinan atau
kepercayaan memakai alat kontrasepsi dan juga responden
kebanyakan coba-coba karena ada teman,
saudara yang memakai
alat kontrasepsi sehingga
responden tertarik untuk
memakai alat kontrasepsi yang sama.
Hubungan Antara
Dukungan Suami Dengan
Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Hasil uji statistik menggunakan uji chi square di
peroleh nilai
P Value = 0,000
dalam hal ini P value <
0,05 sehingga dapat dijelaskan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pengambilan keputusan penggunaan
alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Serta hasil
analisa diperoleh nila OR= 4,143 hal
ini berarti dukungan suami
berpengaruh 4,143 (4) kali lebih besar terhadap keputusan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan.
Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa ibu dengan
dukungan suami terbanyak berada pada kategori negatif yaitu sebesar 29 (58,0%)
responden yang terdiri dari 7 (14,0%) responden pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan
dan 22 (44,0%) responden adalah pengguna kontrasepsi non-suntik 3 bulan.
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan tanggung jawab suami istri sebagai
pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan dan
keinginan suami istri. Laki- laki dan
perempuan harus saling mendukung dalam menggunakan alat kontrasepsi, karena KB bukan hanya urusan laki-laki atau
perempuan. Dukungan suami diartikan sebagai
sikap/tindakan suami terhadap
metode/alat kontrasepsi yang digunakan istrinya. Termasuk nasehat suami tentang metode atau
alat kontrasepsi apa yang sebaiknya digunakan istri.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahu,
et al. (2019) dimana didapatkan bahwa terdapat dukungan suami
dalam kategori
negatif terhadap penggunaan KB suntik 3 bulan 58
responden (93,5%), hasil
uji statistik chi square dengan diperoleh nilai ρ Value 0,000 (<0,05) dari nilai
tersebut dapat dijelaskan bahwa ada hubungan antara dukungan suami
dengan keutusan
penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan di Puskesmas Tibawa. Pada penelitian ini diketahui bahwa
hampir seluruh suami tidak menyetujui alat kontrasepsi yang digunakan istrinya.
Penelitian yang sama diakukan oleh Habibi, et
al. (2022) didapatkan hasil bahwa terdapat dukungan
suami masih kurang yaitu sebanyak 31 responden (86,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan
uji Chi-Square didapatkan p-value = 0.010 < 0.05 sehingga berarti bahwa ada hubungan
dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh. Peneliti juga berasumsi bahwa dukungan
penghargaan/penilaian suami sangat berhubungan dengan pemilihan atau penggunaan
kontrasepsi.
Menurut teori dukungan
dalam penggunaan alat kontrasepsi dapat dibagi menjadi
empat bagian: dukungan
informasional, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.
Dukungan informasi meliputi pemberian nasihat, saran, pengetahuan, informasi dan instruksi. Dukungan instrumental
meliputi saat suami membantu mengambil keputusan kontrasepsi sesuai preferensi istri, dan ketika istri berdiskusi dengan suami sebelum
memilih atau menggunakan metode kontrasepsi, meluangkan waktu untuk menemaninya ke konseling kontrasepsi pada penyedia layanan
kesehatan. Dukungan emosional dapat berupa suami setuju menggunakan kontrasepsi intrauterine untuk istrinya
dan mengkhawatirkan efek samping penggunaan kontrasepsi. Semakin banyak dukungan dari suami, semakin
besar kemungkinan keputusan
istri sejalan dengan keinginan suami (Rohmah et al., 2022).
Sedikit
atau tidak adanya dukungan dari suami mempengaruhi pengambilan keputusan istri dalam memilih
kontrasepsi. Dukungan suami meliputi upaya memperoleh informasi, menginformasikan pelayanan kesehatan, dan mendanai pemasangan alat kontrasepsi. Semakin
banyak dukungan yang dimiliki suami, semakin besar kemungkinan keputusan
istri sejalan dengan keinginan suami (Widiarti et al., 2023).
Menurut asumsi peneliti hasil
penelitian menunjukkan bahwa dukungan suami yang negatif mayoritas adalah dimana suami khawatir jika istri menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan akan
timbul keluhan yang mengganggu kesehatan,
pada dukungan instrumental suami tidak mau meluangkan waktu mengantar istri ke bidan untuk berkonsultasi tentang
kontrasepsi suntik 3 bulan,
suami merasa tidak senang ketika istri
membahas kontrasepsi suntik 3 bulan dan
pada dukungan informasi suami tidak ikut serta mencari
informasi mengenai kontrasepsi suntik 3 bulan.
Peneliti juga berasumsi bahwa, seorang
laki-laki memiliki tanggung
jawab penuh dalam keluarga, dan laki-laki berperan
penting ketika dibutuhkan, tidak hanya sebagai pencari
nafkah, tetapi juga sebagai motivator dalam berbagai keputusan
yang diputuskan, termasuk
merencanakan KB. Hal ini tidak terlepas dari komunikasi atau percakapan antara kedua belah pihak (suami istri) sebelumnya, sehingga kurangnya percakapan antara suami dan istri dapat
menjadi penghambat penggunaan kontrasepsi. Dukungan suami sangat diperlukan dalam melaksanakan Keluarga
Berencana karena dapat mempengaruhi perilaku
istri. Apabila suami tidak mengizinkan atau mendukung, maka para istri akan cenderung
mengikuti dan hanya sedikit
istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi.
Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan Dengan Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan
Hasil uji statistik menggunakan uji chi square di
peroleh nilai
P Value = 0,000
dalam hal ini P value <
0,05 sehingga dapat dijelaskan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan pengambilan keputusan
penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Serta hasil
analisa diperoleh nila OR= 52,500 hal
ini berarti peran petugas
kesehatan berpengaruh 52,500 (52) kali lebih besar terhadap keputusan
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan. Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa
peran tenaga kesehatan terbanyak berada pada kategori kurang yaitu 29 (58,0%)
responden, yaitu terdiri dari 8 (16,0%) responden pengguna kontrasepsi suntik 3
bulan dan 21 (42,0%) responden adalah pengguna kontrasepsi non-suntik 3 bulan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriani,
et al. (2022) dimana didapatkan hasil analisis peran
tenaga kesehatan dengan Akseptor KB Suntik diketahui bahwa dari 49 responden
yang peran
tenaga kesehatannya kurang
menjadi akseptor KB Suntik sebanyak 14 responden (28,6%) dan yang tidak menjadi akseptor KB
suntik sebanyak 35 responden (71,4%). Hasil uji statistik Chi-Square
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan
dengan keputusan
pemilihan KB suntik 3 bulan dengan didapatkannya nilai
(p value 0,000 < 0,05)
serta nilai OR:
8,800.
Sejalan
juga dengan penelitian yang dilakukan
Berdasarkan
untuk mengimplementasikan pekerjaannya tenaga medis harus kesesuaiannya dari
kualitas pelayanannya. Mutu pelayanan didefinisikan sebagai tenaga medis
mengimplementasikan jenis pekerjaannya dengan bebas secara profesional sesuai
dengan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien dan masyarakat Ini mencukupi standar, sama seperti
perangkat medis berkualitas tinggi lainnya. Kewajiban serta semangat petugas kesehatan
bergantung pada keterampilan mereka. Perlakuan kesehatan perorangan ataupun
masyarakatnya penentunya dari pemahaman, perbuatan, keyakinan, serta perorangan
ataupun masyarakatnya. Oleh sebab itu, kesiapan prasarana, perbuatan serta
posisi pekerja medis mendapatkan darongannya dalam pembentukan perlakuan
individu (Wahyuni et al., 2023)
Teori
dari Green 1980 dalam Notoadmodjo (2018) mengemukakan
Tenaga kesehatan memiliki peran sebagai konselor. Konselor merupakan seorang
yang melakukan konseling kepada wanita maupun pasangan usia subur atau PUS,
agar perilaku wanita yang berusia subur atau PUS dapat berubah wanita pasangan
usia subur harus mengetahui tentang KB dan menggunakan alat kontrasepsi. Ada
dua masalah kesehatan
yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku dimana kedua faktor tersebut
dipengaruhi oleh berberapa faktor lainnya seperti faktor predisposisi,
pemungkin dan faktor penguat. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi acuan agar
wanita dapat merubah perilaku mereka dalam menggunakan alat kontrasepsi
Berdasarkan
asumsi peneliti melaksanakan kegiatan tenaga medis dari penyemangat perempuan
PUS dalam penggunaan KB suntik 3 bulan
dapat lebih bagus, kurangnya peran petugas kesehatan
disebabkan pekerja medis tidak pemberian informasinya yang akurat, sehingga harapannya
tenaga kesehatan lebih berperan lagi untuk pemberian informasinya,
penyuluhannya serta menerangkan mengenai model kontrasepsinya diutamakan dari
KB suntik 3 bulan.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan yaitu hubungan pengetahuan ibu, dukungan suami
dan peran tenaga kesehatan terhadap pengambilan keputusan pemilihan jenis KB suntik
3 bulan di PMB Kita Tahun 2023 dapat
disimpulkan bahwa; (1) distribusi frekuensi ibu dalam pengambilan
keputusan terhadap penggunaan KB suntik 3 bulan di PMB Kita wilayah Pandeglang
tahun 2023 terdapat mayoritas ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sebanyak 28 responden (56,0%),. Dengan mayoritas pengetahuan ibu
dalam kategori kurang sebanyak 26 responden (52,0%). Mayoritas Ibu dengan dukungan suami
negatif sebanyak 29 responden (58,0%). Dengan mayoritas peran tenaga
kesehatan dengan kategori kurang sebanyak 29 responden (58,0%), (2) ada hubungan antara pengetahuan
dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Di
peroleh nilai P Value = 0,000 dalam hal ini P value < 0,05, dan diperoleh
nila OR= 11,250 hal ini berarti pengetahuan berpengaruh 11,250 (11) kali lebih
besar terhadap keputusan penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan, (3) ada
hubungan antara dukungan suami
dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Di
peroleh nilai P Value = 0,000 dalam hal ini P value < 0,05, dan diperoleh
nila OR= 4,143 hal
ini berarti dukungan suami
berpengaruh 4,143 (4) kali lebih besar terhadap keputusan penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan, (4) ada hubungan antara peran petugas
kesehatan dengan pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi suntik 3
bulan. Di peroleh nilai P Value = 0,000 dalam hal ini P value < 0,05, dan
diperoleh nilai OR= 52,500 hal ini berarti peran petugas kesehatan berpengaruh
52,500 (52) kali lebih besar terhadap keputusan penggunaan kontrasepsi suntik 3
bulan.
BIBLIOGRAFI
Anggraini, D. D., Hutabarat, J.,
& Sitorus, S. (2021). Pelayanan kontrasepsi.
Astriana, A., & Rgg, T. T. M. B.
(2018). Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi Iud Pada Wanita
Usia Suburdi Puskesmas Kalirejo Kabupatenpesawarantahun 2016. JKM (Jurnal
Kebidanan Malahayati), 3(2).
Babulu, A. H., Romeo, P., &
Ndoen, E. M. (2019). Pengetahuan dan Nilai Dalam Masyarakat Terkait Penggunaan
Kontrasepsi Suntik pada Akseptor KB. Journal of Health and Behavioral
Science, 1(2), 59–67.
Bahu, R., Hasania, E., &
Hilamuhu, F. (2019). Hubungan Paritas dan Dukungan Suami dengan Rendahnya Minat
Penggunaan Alat Kontrasepsi Metode Tubektomi di Puskesmas Tibawa. Akademika,
8(1), 67–77.
Bakri, Z., Kundre, R., & Bidjuni,
H. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru. Jurnal
Keperawatan, 7(1).
BKKBN. (2021). Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.
Delima, M., Andriani, Y., &
Permana, D. Y. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami terhadap Minat
Ibu dengan Penggunaan AKDR. Jurnal Kesehatan Tambusai, 3(2),
292–303.
Febriani, F., Sari, E. P., &
Hamid, S. A. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu, Dukungan Suami dan Peran Tenaga
Kesehatan dengan Akseptor KB Suntik Di Poskesdes Surau Kecamatan Muara Jaya
Kab. Ogan Komering Ulutahun 2021. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
22(1), 648–650.
Habibi, Z., Iskandar, I., &
Desreza, N. (2022). Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi
di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Journal Of Healthcare
Technology And Medicine, 8(2), 1087–1105.
Hasnani, F. H. (2019). Faktor yang
Mempengaruhi Akseptor dalam Memilih Alat Kontrasepsi Suntik: Family Planning. Quality:
Jurnal Kesehatan, 13(1), 22–27.
Herdiani, T. N., Direja, A. H. S.,
& Nopisia, O. (2022). Pengaruh Media Video Terhadap Tingkat Pengetahuan
Tentang Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) Pada Pasangan Usia Subur. Madago
Nursing Journal, 3(1), 6–14.
Lailaturohmah, L., Soyanita, E.,
& Fitriani, R. (2023). Hubungan Pengetahuan Tentang Kb Iud Dengan Pemilihan
Alat Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur Di Rsia Ibu Hawa Kabupaten Kediri. Judika
(Jurnal Nusantara Medika), 7(1), 82–92.
Lubis, D. P. U. (2021). Hubungan
penggunaan kb suntik dmpa dengan gangguan menstruasi pada ibu pus di wilayah
kerja puskesmas ngaglik ii sleman yogyakarta: The correlation of dmpa
contraceptive injection with menstrual disorders in mothers fertile couple in
the work area of public health center ngaglik ii sleman yogyakarta. Bali
Medika Jurnal, 8(2), 137–148.
Musyayadah, Z., Hidayati, I. R.,
& Atmadani, R. N. (2022). Hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur
terhadap pemakaian alat kontrasepsi hormonal suntik di puskesmas kecamatan
lowokwaru, Malang. Muhammadiyah Journal of Midwifery, 2(2),
58–68.
Narulita, L., Herdiana, H., &
Jayatmi, I. (2023). Hubungan Persepsi Suami, Media Informasi Dan Peran Tenaga
Kesehatan Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Kb Suntik 3 Bulan Di Pmb Y Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2022. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(3),
754–772.
Notoatmodjo, S. (2018). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan.
Novidha, D. H., & Sahara, L.
(2021). Peran petugas kesehatan, persepsi, keterjangkauan pelayanan KB dan
penggunaan KB suntik di Masa Covid 19. SCIENTIA JOURNAL, 10(2),
208–215.
Novita, Y., Qurniasih, N., Fauziah,
N. A., & Pratiwi, A. R. (2020). Hubungan dukungan suami dengan pemilihan
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pada WUS di Desa Wates Selatan Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2020. Jurnal Maternitas Aisyah (Jaman
Aisyah), 1(3), 172–181.
Pratami, I. M. (2020). Studi
Deskriptif Pengetahuan dan Dukungan Suami tentang Pemilihan Alat Kontrasepsi
Suntik pada Pasangan Usia Subur di Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes. Jurnal
Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 7(1), 14–20.
Rachmawati, F. W. (2021). Katalog :
4201003.36 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.
Rizati, E. U., Ismiati, I., Eliana,
E., Sumiati, S., & Widiyanti, D. (2019). Hubungan Lama Penggunaan
Kontrasepsi Kb Suntik 3 Bulan Dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor Kb Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2019. Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.
Rohmah, M. H. U., Sulistyaningsih, S.
H., & Juhariyah, A. S. (2022). Dukungan Suami Berhubungan Dengan Pemilihan
KB IUD Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Keperawatan Jiwa, 10(4),
785–794.
Sidabutar, N. Y., Cyndiana, I., &
Laia, J. (2023). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi KB
Suntik 3 Bulan. Jurnal Kebidanan, 3(1), 12–16.
Siregar, E. S. (2021). Hubungan
pengetahuan dan sikap akseptor KB dengan KB suntik 3 bulan di klinik harapan
keluarga tahun 2021: Nama Lengkap Penulis: Eka Sylviana Siregar, SST, MKM. Evidance
Bassed Journal, 2(2), 37–41.
Soekidjo Notoadmodjo. (2018). Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Tambun, M. (2020). FAKTOR Faktor Yang
Memengaruhi Akseptor Kb Dalam Memilih Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Akbk) Di
Wilayah Kerja Kampung Kb Medan Johor Tahun 2020. Excellent Midwifery Journal,
3(2), 91–101.
Tanjung, Y. L., Nugrahmi, M. A.,
& Haninda, P. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami Dengan
Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Di Pmb Hj Nidaul Hasna Amd. Keb Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2021. Jurnal Ners, 6(1), 92–99.
Usman, Q., Damanik, N. S., &
Sartika, D. (2022). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemilihan Kb
Suntik 3 Bulan Di Puskesmas Ujung Kubu Kabupaten Batubara Tahun 2022. Jurnal
Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 2(3), 20–28.
Wahyuni, E. M. Y. W. E. M. Y., Sari,
E. Y., & Kusuma, A. (2023). The Factors Affecting Kb Acceptors In The
Selection Of Iud Contraception Equipment In The Work Area Kemiling Puskesmas
Bandar Lampung. Jurnal Maternitas Aisyah (Jaman Aisyah), 4(1),
1–15.
Widiarti, W., Hanifah, I., &
Natalia, M. S. (2023). Relationship Between Husband Support And Mother’s
Interest In Using Independent Fp In Malasan Wetan Village. Jurnal Ilmiah
Obsgin: Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-3340 e-ISSN:
2685-7987, 15(2), 16–24.
Copyright
holder: Roheni, Irma Jayatmi, Ageng
Septarini (2024) |
First
publication right: Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |