Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 4, April 2024
MANAJEMEN
PENGISIAN BATERAI LI-ION DENGAN ALGORITMA SORTING PADA PEMBANGKIT PHOTOVOLTAIC
(PV)
Edi Maulana1, Yuwaldi
Away2, Ira
Devi Sara3
Universitas Syiah Kuala, Aceh, Banda Aceh,
Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Pembangkit tenaga surya
terdiri dari komponen solar panel, sistem control, sistem penyimpanan, dan inverter. Tenaga matahari disimpan dalam baterai dan disalurkan ke inverter untuk digunakan oleh beban.
Salah satu jenis kimia baterai yang sering digunakan yaitu lithium-ion yang
memiliki kapasitas besar namun membutuhkan ruang yang kecil. Baterai lithium
sangat berpengaruh dengan suhu, over charge, deep charge, dan over discharge
yang menyebabkan umur pemakaian baterai menjadi pendek sehingga harus diganti
ketika mencapai batas tertentu. Dibutuhkan sistem manajemen pengisian daya baterai untuk memperpanjang
umur baterai. Penelitian ini mengimplementasikan algoritma berbasis sorting pada control pengisian baterai dengan mempertimbangkan suhu, state of charge, dan state of health disertai dengan
proteksi over charge, deep charging dan over discharge. Algoritma
dikembangkan untuk dapat membaca ketersediaan sinar matahari dan kebutuhan
beban sampai waktu diperlukan. Penelitian dilakukan secara simulasi sehingga
dapat menjalankan berbagai skenario fluktuasi sinar matahari dan fluktuasi
beban. Dengan implementasi algoritma ini diharapkan dapat memanajemen pengisian
baterai secara efektif dan efisien serta memperpanjang umur baterai. Hasil pengujian dengan skenario irradiance besar dan beban besar menunjukkan nilai battery cycle sebesar 80 cycle (dengan waktu simulasi 10 hari),
skenario pengujian irradiance besar
dan beban kecil menunjukkan nilai 40 cycle,
skenario irradiance kecil beban besar
menunjukkan nilai cycle sebesar 20 cycle, dan skenario pengujian irradiance kecil dan beban kecil pada
nilai 15 cycle. Semua baterai
memiliki SOC dan cycle yang berbeda.
Hasil manajemen menunjukkan bahwa cycle
baterai dapat dikurangi secara keseluruhan dengan melakukan prosessorting untuk
charging/discharging di setiap cell baterai.
Kata Kunci : Standalone PV, solar panel,
inverter, state of charge, over charge, over discharge, deep charging, algoritma sorting.
The solar power plant consists of solar panel components, control
systems, storage systems, and inverters. Solar power is stored in batteries and
supplied to the inverter for use by the load. One type of battery chemistry
that is often used is lithium-ion which has a large capacity but requires
little space. Lithium batteries are very influential with temperature, over
charge, deep charge, and over discharge which cause the battery life to be
short, so it must be replaced when it reaches a certain limit. It takes a
battery charge management system to extend battery life. This study implements
a sorting algorithm based on battery charging control by considering
temperature, state of charge, and state of health along with protection over
charge, deep charging and over discharge. The algorithm was developed to be
able to read the availability of sunlight and load requirements until the time
needed. The research was conducted in a simulation so that it could run various
scenarios of fluctuating sunlight and load fluctuation. With the implementation
of this algorithm, it is hoped that it can manage battery charging effectively
and efficiently and extend battery life. The test results with large irradiance
scenarios and large loads show a battery cycle value of 80 cycles (with a
simulation time of 10 days), large irradiance test scenarios and small loads
show a value of 40 cycles, small irradiance scenarios with large loads show a
cycle value of 20 cycles, and scenarios small irradiance test and small load at
a value of 15 cycles. All batteries have a different SOC and cycle. The
optimization results show that the overall battery cycle can be reduced by
managing the charging / discharging process in each battery cell.
Keywords:
Standalone PV, solar panels, inverters, state of charge, over charge, over
discharge, deep charging, sorting algorithm.
Pendahuluan
Mengingat
berkurangnya energi dari fosil dan perlindungan lingkungan, energi terbarukan
seperti angin dan matahari (solar)
sudah digunakan semenjak beberapa decade (Ghaniyyu &
Husnita, 2021). Energi matahari (solar) mempunyai keunggulan yaitu
tersedia bebas, tanpa polusi, rendah pemeliharaan, tersedia disemua belahan
dunia, dan tidak bising dikarenakan tidak mempunyai komponen bergerak (Muslim et al.,
2020; Silitonga & Ibrahim, 2020). Terdapat dua jenis sistem pembangkit tenaga matahari (photovoltaic/PV) yaitu : sistem PV standalone dan sistem PV terhubung grid. Perubahan sinar matahari
mengakibatkan kebutuhan penyimpanan daya pada baterai bank (Chan &
Gu, 2010; Chen et al., 2012; Gholizadeh & Salmasi, 2013). Terdapat banyak jenis
kimia baterai yang digunakan salah satunya berbasis Lithium-ion (Li-ion) yang
mempunyai katakteristik charging
tersendiri. Penyimpanan daya pada baterai mengakibatkan naiknya suhu cell
baterai yang berakibat pada pendeknya umur pemakaian (Bartlett et
al., 2015; Eom et al., 2017), selain itu masalah seperti over
charge, over discharge, deep discharge, dan cycle
count menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan sistem manajemen
baterai (C. Zou et al.,
2015).
Terdapat
beberapa metode yang telah digunakan untuk melakukan manajemen pengisian
baterai salah satunya cell qualization (Amanor-Boadu
et al., 2017; Y. Zou et al., 2015) dimana
sistem ini digunakan jika baterai pack
mempunyai bahan kimiawi berbeda dan melakukan monitoring setiap baterai ketika dalam keadaan charge dan discharge (Azis,
2022). Kelemahan sistem ini adalah tidak adanya pemilihan
baterai mana yang akan charge ataupun
discharge selanjutnya mengingat
fluktuasi dari sinar matahari dan fluktuasi pemakaian beban. Memilih baterai
mana yang akan charge dan discharge seiring perubahan sinar
matahari dan beban dengan mempertimbangkan suhu, state of charge (SOC), state
of health (SOC), dan cycle count
menjadi dasar penelitian ini (Abbas et al.,
2023; Kumar et al., 2017).
Penelitian
ini mengimplementasikan algoritma sorting
pada controller manajemen pengisian
baterai dengan mempertimbangkan fluktuasi sinar matahari dan beban, serta
pertimbangan suhu, SOC dan charge cycleuntuk
mengurutkan kelompok baterai yang akan charge
dan kelompok baterai yang akan discharge.
Baterai yang memiliki charge cycle
yang paling kecil akan digunakan lebih jarang dan sebaliknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
sistem manajemen baterai pada pembangkit PV standalone dengan menerapkan
algortima sorting pada pengisian
setiap baterai. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1)
Mengembangkan sistem manajemen charging
dan discharging baterai yang adaptif
terhadap ketersediaan sumber daya matahari, kebutuhan beban, dan state of charge (SOC) pada setiap
baterai sehingga dapat memperpanjang umur baterai dengan mengurangi state of charge baterai secara
keseluruhan dengan menerapkan algoritma sorting SOC pada masing-masing baterai
ketika proses charge dan discharge
2)
Menganalisa respon baterai dengan mengimplementasikan algoritma sorting terhadap state of charge pada setiap baterai dengan menganalisa nilai SOC
pada semua baterai sehingga dapat ditentukan efektifitas kinerja algoritma
terhadap manajemen baterai yang dijalankan dengan berbagai skenario itensitas
matahari dan itensitas beban secara bervariasi.
Teknik Penelitian Dan Metode Manajemen Pengisian Baterai
Penelitian ini menggunakan metode simulasi
dari pemodelan sistem pembangkit photovoltaic (PV) yang meliputi
pemodelan panel PV, dc-dc converter, battery bank, inverter,
dan beban (Husnayain
& Luthfy, 2020). Algoritma dikembangkan
dengan bahasa matlab. Data itensitas matahasi dan skenario pemakaian beban
dihasilkan secara prosedural.
Sistem manajemen dimulai dengan membaca arus
(I) dan tegangan (V) pada setiap elektrode baterai untuk menentukan state of
charge (SOC) dan state of health (SOH). Jika SOC dari baterai
dibawah 100 % (belum penuh) maka sistem membaca itensitas matahari untuk
menentukan apakah itensitas chaya cukup untuk melakukan charging
terhadap baterai, jika itensitas tidak cukup maka baterai masuk dalam mode standby.
Jika itensitas cahaya matahari cukup maka sistem melakukan sorting charging
berdasarkan SOC baterai.
Penelitian ini menggunakan persoal
computer (PC) untuk perancangan
model, pengembangan algoritma, dan menjalankan simulasi matlab/simulink dengan
spesifikasi prosesor Intel Core i5 (quad
core), random access memory (RAM)
16 GB. Software matlab/simulink 2020a
64 bit digunakan untuk perancangan model,membangun algoritma dan menjalankan
simulasi.
Prosedur pengujian dilakukan dengan mengimplementasikan algoritma sorting untuk charging manajemen menggunakan software
matlab/simulink. Data itensitas (irradiance)
matahari dihasilkan secara prosedural disertai data skenario fluktuasi beban.
Setiap subsistem model simulasi ditampilkan dalam grafik. Hasil total berupa
SOC pada masing-masing baterai disimpan dalam file disertai dengan lama penggunaan baterai berdasarkan waktu
simulasi. Penelitian ini menjalankan simulasi pemakaian baterai selama 10 hari
dalam lingkungan simulasi untuk melihat hasil kinerja sistem manajemen
pengisian baterai.
Hasil dan Pembahasan
Perancangan Model dan Analisa Charging/Discharging Baterai
Lithium-Ion
Perancangan
model baterai Lithium-Ion menggunakan Matlab/Simulink dilakukan. Perancangan
model baterai menggunakan blok function
battery dengan spesifikasi rating 3,6 Volt, 2.0 Ah. Model baterai yang
digunakan juga diatur dalam mode “Simulate
Temperature” dan “Simulate Ageing
Effect” seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.2 untuk mendapatkan
variasi variable dari model baterai ketika terjadi
variasi suhu dan proses penuaan baterai secara simulasi. Perancangan blok
baterai terdiri dari switch untuk
memulai dan menghentikan proses charging,
switch untuk memulai dan menghentikan
proses discharging, pengukuran
tegangan sirkuit tertutup (closed circuit
voltage measurement), pengukuran arus (current
measurement), dan terminal untuk menghubungkan blok sistem baterai dengan
blok sistem lain seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1.
Perancangan Blok Model Baterai Lithium-Ion
Pemodelan
baterai yang dirancang terdiri dari cell
baterai sebagai model utama baterai, 2 (dua) ideal switch yang berfungsi untuk menghubung dan memutus arus
ketika mode charging, 2 (dua) ideal switch yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutus arus ketika mode discharging,
current sensor, voltage sensor, dan power
input/output. Ketika gate Charge Enable aktif, maka kedua ideal swith akan menghubungkan cell baterai dengan power input, dan ketika gate
Battery Enable aktif, maka kedua ideal
swith lainnya akan mengubungkan baterai dengan power output.
Gambar 2. Parameter model baterai Lithium-Ion
Parameter
cell bateri yang digunakan terdiri dari opsi untuk mensimulasikan pengaruh
suhu, simulasi penuaan (aging) baterai, preset baterai 12.8 Volt, 40Ah,
tegangan nominal 12,6 Volt, dan kapasitas 40 Ah, nilai awal SOC 0%, dan waktu
respon baterai selama 30 detik. Input dan output sistem blok baterai terdiri
dari Ambient temperature untuk
membaca suhu ambient baterai, Charge
Enable untuk mengaktifkan/non-aktifkan proses charging baterai, Baterry
enable untuk mengaktifkan/non-aktifkan pemakaian (discharge) baterai, Input
positif dan input negative untuk
jalur masukknya arus ke baterai, Battery
temperature untuk mendapatkan suhu cell
baterai, Battery voltage untuk
mendapatkan tegangan clossed circuit
baterai, Battery current untuk
mendapatkan arus yang keluar dari baterai, Baterry
SOC (state of charge) untuk
mendapatkan nilai persentase charging
baterai, charge cycle untuk
mendapatkan nilai kesehatan baterai yang menjadi parameter penuaan baterai.S
imulasi model baterai untuk melihat performa bateri ketika proses charge dan discharge dengan sekenario dilakukan. Blok fungsi cell baterai dirangkai dengan sumber
arus yang berfungi sebagai sumber daya ketika proses charging, dan dirangkai dengan Load
(beban) pasif yang berfungsi sebagai beban untuk proses discharging.
Gambar 3. Perancangan simulasi
charging/ discharging satu cell
baterai Lithium-Ion
Gambar 4. State machine charging dan discharging controller
baterai Lithium-Ion
Gambar 3
memperlihatkan hasil perancangan simulasi untuk proses charging dan discharging
pada satu cell baterai. Rangkaian simulasi juga terdiri dari charge controller seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4 yang berfungsi
untuk memutus dan menghubungan sumber arus serta beban. Charge controller diatur untuk melakukan prose s charge dan discharge dengan berbagai skenario seperti yang disebutkan dalam
butir berikut.
1.
Skenario arus charge besar dan
arus discharge besar
2.
Skenario arus charge besar dan
arus discharge kecil
3.
Skenario arus charge kecil dan
arus discharge besar
4.
Skenario arus charge kecil dan
arus discharge besar
Skenario arus charge besar dan arus discharge besar
Pengujian
dengan skenario arus charge besar dan
arus discharge besar dilakukan.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat respon cell baterai ketika diatur untuk charge (pengisian) dan discharge
(pengosongan) dengan arus charge dan
arus discharge besar. Arus yang
digunakan untuk proses pengisian dilakukan pada arus 5 Ampere, dan arus yang
digunakan oleh beban ketika pengosongan baterai terjadi pada 8,3 Ampere. Hal
ini bertujuan untuk melihat respon baterai ketika cell baterai yang sering digunakan karena pengisian dan pemakaian
pada nilai yang besar sehingga terjadi peningkatan pada nilai SOC baterai. Pada
grafik pengujian dapat dilihat bahwa performa baterai turun ketika sudah
melewati charge cycle diatas 100
cycle. Total cycle yang didapat
ketika simulasi dijalankan selama 10 hari (waktu simulasi) menunjukkan nilai
297 cycle. Suhu maksimum yang didapat
pada nilai 28 °Celcius. Semakin besar nilai cycle
maka semakin besar frekuensi pengisian dan pengosongan baterai yang menandakan
bahwa umur baterai menjadi pendek ketika digunakan pada arus pengisian dan arus
pengosongan yang besar.
Gambar 5.
Grafik pengujian skenario arus charge besar dan arus discharge besar
Skenario arus charge besar dan arus discharge kecil
Pengujian
dengan skenario arus charge besar dan
arus discharge kecil dilakukan.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat respon cell baterai ketika diatur untuk charge (pengisian) dan discharge
(pengosongan) dengan arus charge besar
dan arus discharge kecil. Arus yang
digunakan untuk proses pengisian dilakukan pada arus 5 Ampere, dan arus yang
digunakan oleh beban ketika pengosongan baterai terjadi pada 6,2 Ampere. Total cycle yang didapat ketika simulasi
dijalankan selama 10 hari (waktu simulasi) menunjukkan nilai 18 cycle.
Skenario arus charge kecil dan arus discharge besar
Pengujian
dengan skenario arus charge besar dan arus discharge besar dilakukan. Pengujian
ini bertujuan untuk melihat respon cell
baterai ketika diatur untuk charge
(pengisian) dan discharge
(pengosongan) dengan arus charge dan
arus discharge besar. Arus yang
digunakan untuk proses pengisian dilakukan pada arus 3 Ampere, dan arus yang
digunakan oleh beban ketika pengosongan baterai terjadi pada 8,3 Ampere. Hal
ini bertujuan untuk melihat respon baterai ketika cell baterai yang sering digunakan karena pemakaian pada nilai yang
besar sehingga terjadi peningkatan pada nilai SOC baterai secara cepat. Pada
grafik pengujian dapat dilihat bahwa performa baterai turun bahkan mengalami
break down ketika sudah melewati charge cycle diatas 300 cycle bahkan sebelum
10 hari (waktu simulasi). Baterai yang sudah melewati 300 cycle tidak dapat
digunakan untuk pengisian atau pengosongan seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4.7.
Gambar 6.
Grafik pengujian skenario arus charge
besar dan arus discharge kecil
Gambar 7. Grafik pengujian skenario
arus charge kecil dan arus discharge besar
Skenario pengujian arus charge kecil dan arus discharge kecil
Pengujian
dengan skenario arus charge kecil dan
arus discharge kecil dilakukan.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat respon cell baterai ketika diatur untuk charge (pengisian) kecil dan discharge
(pengosongan) juga kecil. Arus yang digunakan untuk proses pengisian dilakukan
pada arus 3 Ampere, dan arus yang digunakan oleh beban ketika pengosongan
baterai terjadi pada 4.2 Ampere. Hal ini menunjukkan respon baterai ketika cell baterai yang tidak terlalu sering
digunakan sehingga nilai battery cycle
tidak terlalu besar (hanya 10 cycle)
selama simulasi 10 hari (waktu simulasi) seperti yang diperlihatkan pada Gambar
8.
Perancangan Model Simulasi Blok
Fungsi Solar
Panel
Perancangan model simulasi blok fungsi solar
panel sebagai sumber daya dilakukan. Perancangan blok fungsi ini bertujuan
untuk mengubah data Irradiance yang
merupakan nilai kecerahan matahari (dalam satuan W/m2) menjadi nilai
arus yang digunakan pada blok fungsi sumber arus. Pada penelitian ini, solah
panel sebagai sumber daya listrik dianalogikan sebagai sumber arus dengan nilai
minimum 0 Ampere hingga 100 Ampere dengan maping
nilai Irradiance dari 0 W/m2 hingga 1000 W/m2.
Perancangan model simulasi dengan versi ringkas (simplified version) ini
bertujuan untuk memudahkan kalkulasi matlab ketika simulasi dijalankan. Hasil
perancangan model simulasi blok fungsi solar panel dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Perancangan model sumber
PV
Gambar 10. Grafik pengujian skenario arus charge kecil dan arus
discharge kecil
Perancangan Model Simulasi Bank
Baterai dan Charge Controller
Percancangan bank baterai dan charge controller dilakukan. Percangan dilakukan dengan
menghubungkan 16 cell baterai
sehingga menjadi bank baterai. Pemilihan 16 cell baterai dipilih sebagai batas
minimun untuk dijadikan baterai bank hanya untuk keperluan analisa pada
penelitian, setelah penelitian dilakukan, maka jumlah cell baterai dan jumlah
bank baterai dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan beban dan ketersedian
sumber dari solar panel. Model blok fungsi bank baterai terdiri dari input parameter Bat_XX_In (XX merupakan
penomoran baterai) yang terdiri dari 3 signal yaitu : Ambient Temperature, Charge
Enable, dan Battery Enable.
Kemudian setiap cell baterai
dihubungkan dengan output parameter
yang terdiri dari 5 signal yaitu: Battery
Temperature, Battery Voltage, dan
Battery Current seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 11. Perancangan model simulasi
bank baterai
Gambar 12. Perancangan model blok
fungsi charge controller
Perancangan selanjutnya adalah model blok
fungsi charge controller untuk bank
baterai. Charge controller merupakan
blok fungsi yang terdiri kode matlab sebagai algoritma controller. Output charge controller
terdiri dari Bat_En (Battery enable)
yang merupakan sinyal untuk mengaktifkan baterai (mode discharging), Crg_En (Charge
enable) yang merupakan sinyal untuk mengktifkan mode charging pada cell
baterai. Sinyal Bat_En dan Crg_En merupakan nilai dalam bentuk array dimana setiap item dari array merupakan sinyal untuk setiap cell baterai. Input charge controller terdiri dari terminal seperti yang diurai pada
Tabel 1.
Tabel 1. Penamaan dan fungsi
terminal input charge controller
No |
Nama Terminal Input |
Fungsi |
1 |
Ir_Solar |
Irradiance sinar matahari |
2 |
N_Bat |
Jumlah cell baterai dalam bank baterai |
3 |
V_Bat |
Tegangan setiap cell baterai |
4 |
I_Bat |
Arus setial cell baterai |
5 |
T_Bat |
Suhu setial cell baterai |
6 |
Bat_Soc |
State of charge setiap cell baterai |
7 |
Bat_Cycle |
Jumlah siklus pengisian
setiap cell baterai |
8 |
V_Load |
Tegangan beban |
9 |
I_Load |
Arus beban |
10 |
T_Amb |
Suhu ruang (statik pada 25 °Celcius) |
Implementasi
algoritma sorting dilakukan pada
model blok fungsi charge controller
yang merupakan fungsi yang ditulis
menggunakan kode bahasa Matlab. Charge
controller berfungsi untuk mengatur mode charge dan discharge setiap cell
bateri dengan membaca kebutuhan arus beban dengan mempertimbangkan kekuatan
sinar matahari. Jika pada saat tertentu cahaya matahari besar sedangkan arus
beban kecil, maka sebagain besar daya digunakan untuk men-charge setiap cell
baterai yang memiliki SOC paling rendah ke paling tinggi dengan algoritma sort. Cell baterai yang memiliki SOC dan charge cycle paling rendah setelah dilakukan sort diprioritaskan untuk dicharge
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir charge cycle yang ada pada setiap cell baterai sehingga distribusi charge dapat terbagi secara merata. Charge controller yang mengatur setiap cell baterai kapan proses charge/discharge
terjadi. Pseudocode dari algoritma yang dibangun dapat diperlihatkan pada
Gambar 14.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 |
procedure
AlgoritmaManajemenBaterai(T,Ipv,Soc,Bc,VLoad,ILoad) IbatDis
← 5 Ampere IbatCrg
← 5 Ampere Nbat
←16 Baterai Cint
← 60 Detik (controller aktif setiap 60
detik) if interval terjadi do BatSocOrderedDesc
← sort(Soc,Decending) NbatDis
← Iload / IbatDis for i=1 to NbatDis
do CrgEn(i) ← BatSocOrderedDesc(i) ← Aktif,
selebihnya itu Nonaktif end for BatSocOrderedAsc ← sort(Soc,Acending) NbatCrg
← Ipv / IbatCrg for i=1 to NbatCrg
do BatEn(i) ← BatSocOrderedAsc (i) ←Aktif, selebihnya Nonaktif end for end if for j=1
to Nbat do if Soc(j)
<= 10 do
BatEn(j) ← Nonaktif end if end for for k=1
to Nbat do if Soc(k) >= 90 do
CrgEn(k) ← Nonaktif end if end for |
Gambar 14. Pseudocode algoritma manajemen baterai
Algoritma
yang dibangun pada penelitian ini bekerja dengan mengurutkan SOC (state of charge) semua baterai sehingga
baterai dengan SOC paling tinggi yang akan digunakan. Jumlah baterai yang
digunakan untuk pemakaian beban dihitung dari pembulatan nilai arus beban
dibagi dengan jumlah arus yang bisa digunakan perbaterai (dalam penelitian ini,
5 Ampere yang digunakan per-baterai). Algoritma manajemen juga mengurutkan SOC
baterai dari nilai SOC paling rendah sampai paling tinggi yang digunakan pada
proses charging baterai. Jumlah
baterai yang digunakan ketika charging
dihitung dari nilai arus dari solar panel dibagi dengan jumlah arus yang bisa
digunakan ketika proses charging
(dalam penelitian ini, 5 Ampere digunakan). Manajemen terjadi ketika jumlah
arus dari solar panel besar, maka algoritma akan bekerja adaptif untuk
mengaktifkan berapa baterai yang digunakan untuk pengisian. Manajemen juga
terjadi ketika pemakaian baterai yaitu algoritma bekerja adaptif terhadap
pemakaian beban sehingga dapat mengatur berapa banyak baterai yang digunakan
oleh beban.
Perancangan Model Simulasi Variable Load
Perancangan
model simulasi untuk variable load
dilakukan. Peracangan load terdiri
Resistor sebagai resistansi beban, dan current
source dengan terminal terbalik sebagai penyerap arus. Current source dengan terminal terbalik digunakan supaya arus yang
dibutuhkan beban bisa dikendalikan sesuai skenario simulasi. Rangkaian simulasi
beban variable juga dihubungkan
dengan data beban yang di-generate
sesuai kebutuhan skenario simulasi. Resistor beban dihubungkan dengan pengukur
tegangan (voltage measurement) dan
pengukur arus (current measurement).
Arus maksimum yang bisa digunakan untuk beban ditetapkan 80 Ampere (arus aman
ketika kapasitas sumber solar panel sebesar 100 Ampere). Hasil perancangan
beban variable dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Perancangan model simulasi variable load
Perancangan, Pengujian dan Analisa Manajemen Baterai
Perancangan, pengujian dan analisa algoritma
manajemen baterai dilakukan. Implementasi algoritma sorting diterapkan pada charge
controller yang berfungsi untuk mengatur charge/discharge setiap cell
baterai. Algoritma sorting beserta flow cara kerja charge/discharge seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.14.
Setiap baterai dengan status SOC dan charge
cycle yang rendah disusun untuk diproritaskan pengisian ketika itensitas
cahaya tinggi dan beban rendah sehingga sebagian besar daya digunakan sebagai
pengisi daya bank baterai.
Gambar 16. Perancangan simulasi bank baterai dengan charge controller
Pengujian dilakukan dengan
beberapa skenario seperti yang sebutkan pada butir dibawah ini :
1.
Skenario itensitas cahaya tinggi dan beban tinggi
2.
Skenario itensitas cahaya tinggi dan beban rendah
3.
Skenario itensitas cahaya rendah dan beban tinggi
4.
Skenario itensitas cahaya rendah dan beban rendah
Pengujian
berbagai skenario seperti yang disebutkan pada butir diatas bertujuan untuk
melihat respon bank baterai dan charge
controller sehingga bisa dilihat optimasi dari algoritma sort dalam
mengatur kapan baterai masuk dalam mode charge
dan discharge. Simulasi dijalankan
menggunakan data kecerahan matahari dimulai dari 0 pada jam 06:00, mencapat
puncak pada jam 12:00, dan turun menuju 0 kembali pada jam 18:00, sedangkan
untuk data simulasi pemakaian beban dimulai dari 0 dari jam 06:00 hingga jam
18:00, mencapai puncak pada jam 12:00, dan kembali ke 0 pada jam 06:00. Data
tersebut di-generate hingga 10 hari
(mengikuti jumlah hari simulasi) seperti yang diperlihatkan pada grafik Gambar 17.
Gambar 17. Data Irradiance
dan data beban dalam 1 (datu) hari
Pegujian Itensitas Cahaya Tinggi Dan Beban Tinggi
(Skenario 1)
Skenario 1
dilakukan dengan membuat data Irradiance
tinggi untuk mensimulasikan sinar matahari yang tinggi. Data itensitas cahaya
matahari diskenariokan dengan data Irradiance
dengan itensitas rendah pada pagi hari, mencapai puncak (1000 W/m2
atau arus maksimum 100 Ampere) pada pertengahan hari, dan kembali rendah pada
sore hari. Setelah menjelang matahari yaitu ketika pemakaian beban dimulai
dengan pemakaian beban tinggi (arus maksimum 80 Ampere) maka analisapun
dilakukan. Simulasi dengan skenario 1 dilakukan secara terus menerus sehingga
didapat nilai charge cycle seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 18.
Gambar 18. Hasil SOC semua baterai pada pengujian
skenario 1
Gambar 18 menunjukkan grafik SOC semua baterai
(Bat_SOCs:1 hingga Bat_SOCs:16). Pada awal simulasi dapat dilihat bahwa baterai
dalam 0 % dan terus naik hingga 95 % dengan bertambanhnya arus dari solar panel
akibat bertambahnya nilai Irradiance
dari data simulasi. Ketika melewati jam 18:00, baterai digunakan dalam mode discharging hingga mendekati nilai 20 %
yang menandakan bahwa energi baterai telah digunakan sebesar 65%.
Gambar 19. Grafik SOC semua baterai pada pengujian
skenario 1 (grafik hasil zoom)
Manajemen baterai
terjadi ketika ketersedian arus dari sumber solar panel bekerja secara adaptif
yaitu baterai yang di-charge hanya
sejumlah baterai yang dihitung berdasarkan algoritma. Gambar 19 menunjukkan
bahwa SOC setiap baterai dapat berbeda sesuai dengan urutan SOC yang
dikalkulasikan oleh algoritma sehingga nilai cycle baterai juga tidak berubah secara keseluhuhan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.18. Hasil ini
menunjukkan bahawa charge controller
berkerja seperti yang diharapkan.
Gambar 20. Grafik nilai cycle semua baterai pada pengujian skenario 1
Hasil
pengujian menunjukkan bahwa charging terjadi cepat dan proses discharging juga terjadi secara cepat.
Simulasi dijalankan dengan waktu 1 Hari (86400 detik). Dari hasil pengujian
menunjukkan battery cycle mencapai 80
cycle dalam waktu 10 hari. Manajemen
baterai terjadi ketika setiap baterai di-sorting
berdasarkan SOC dari rendah ke tinggi (ascending)
ketika dalam mode charging. Baterai
dengan SOC paling tinggi diprioritaskan cell
baterai yang mana yang akan digunakan dengan jumlah dihitung dari ketersediaan
sumber arus dari solar panel. Manajemen baterai juga terjadi ketika semua
baterai di-sorting berdasarkan SOC
dari besar ke kecil (descending)
ketika dalam mode discharging.
Baterai 16 Baterai 1
Gambar 21. Status Crg_En, Bat_En, dan Bat_SOC semua baterai ketika mode charging
Baterai 16 Baterai 1
Gambar 21. Status Crg_En, Bat_En, dan Bat_SOC semua
baterai ketika mode discharging
Pada
Gambar 20 dapat dilihat bahwa setiap baterai yang akan di-charging setelah proses sorting
dilakukan. Pada Gambar 20 juga dapat dilihat bahwa jumlah baterai yang dicharge
sejumlah 11 baterai sedangkan 5
baterai lainnya tidak di-charge.
Jumlah 11 baterai didapat dari hasil perhitungan arus sebesar 53 Ampere (pada saat
simulasi dijeda) sehingga jumlah baterai 11 cell
karena hasil pembulatan 53 Ampere dibagi 5 Ampere. Pada Gambar 21 dapat dilihat
status Charge Enable (Crg_En), Battery Enable (Bat_En), dan Battery State of charge (Bat_SOC)
pada setiap baterai setelah proses sorting
berdasarkan SOC secara descending
pada saat proses discharging. Dari
hasil gambar dapat dilihat bahwa jumlah cell
baterai yang diaktifkan untuk proses discharging
yaitu sebanyak 8 cell baterai. Hal
ini dikarenakan jumlah arus beban sebesar 36 Ampere sehingga hasil pembulatan
36 dibagi 5 ampere = 7.2 dan dibulatkan menjadi 8. Cell baterai dengan SOC paling besar hingga paling kecil
diprioritaskan untuk digunakan saat proses discharging
berlangsung.
Pegujian Itensitas Cahaya Tinggi Dan Beban Rendah
(Skenario 2)
Skenario 2
dilakukan dengan membuat data Irradiance
matahari menjadi tinggi (1000 W/m2) yang menjadi input pada blok
fungsi solar panel dan data pemakaian beban yang rendah (40 Ampere), dengan
demikian maka sebagian besar daya yang ditangkap oleh panel surya dari matahari
bisa digunakan untuk melakukan charging
semua cell baterai secara keseluruhan
setelah SOC dan charge cycle disusun
dengan algoritma sorting seperti yang diperlihatkan pada Gambar 22.
Gambar 22. Hasil pengujian skenario 2
Hasil
pengujian skenario 2 menunjukkan bahwa proses charging terjadi secara cepat sedangkan proses discharging terjadi secara lambat (dapat dilihat penurunan SOC
semua baterai tidak melebihi 60 %). Hasil battery
cycle menunjukkan nilai 40 cycle
dengan waktu simulasi selama 10 hari dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Grafik nilai cycle semua baterai pada pengujian skenario 2
Pegujian Itensitas Cahaya Rendah Dan Beban Tinggi (Skenario 3)
Skenario 3
dilakukan dengan membuat data Irradiance rendah untuk mensimulasikan sinar
matahari yang rendah (maksimum 500 W/m2). Data itensitas cahaya
matahari diskenariokan dengan data Irradiance
dengan itensitas rendah pada pagi hari, mencapai puncak pada pertengahan hari,
dan kembali rendah pada sore hari. Setelah menjelang matahari yaitu ketika
pemakaian beban dimulai dengan pemakaian beban tinggi (80 Ampere) maka analisa pun dilakukan. Simulasi dengan
skenario 3 dilakukan secara terus menerus sehingga didapat nilai charge cycle.
Gambar 24. Hasil Pengujian Skenario 3
Hasil
pengujian skenario 3 seperti yang dapat dlihat pada Gambar 24 menunjukkan bahwa
kemampuan sumber solar panel tidak mencukupi untuk digunakan oleh beban yang
ditandai dengan baterai di-charge
hingga rentang 50 % dan habis digunakan bahkan sebelum matahari terbit karena
pemakaian beban tinggi. Hasil charge
cycle dapat dilihat pada Gambar 25 menunjukkan nilai charge cycle pada nilai 20 cycle.
Gambar 24.
Grafik nilai cycle semua baterai pada
pengujian skenario 3
Pegujian Itensitas Cahaya Rendah Dan Beban Rendah (Skenario 4)
Skenario 4
dilakukan dengan membuat data Irradiance
rendah untuk mensimulasikan sinar matahari yang rendah (maksimum 500 W/m2).
Data itensitas cahaya matahari diskenariokan dengan data Irradiance dengan itensitas rendah pada pagi hari, mencapai puncak
pada pertengahan hari, dan kembali rendah pada sore hari. Setelah menjelang
matahari yaitu ketika pemakaian beban dimulai dengan pemakaian beban rendah
(maksimum 40 Ampere) maka analisapun dilakukan. Simulasi dengan skenario 4
dilakukan secara terus menerus sehingga didapat nilai charge cycle seperti yag diperlihatkan pada Gambar 4.24. Proses charging
dan discharging terjadi secara lambat
dikarenakan itensitas cahaya matahari yang rendah dan data beban yang rendah.
Gambar 25. Hasil Pengujian Skenario 4
Hasil
pengujian skenario 4 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 26 menunjukkan
bahwa pada awal simulasi jumlah energi matahari tidak cukup untuk men-charge baterai namun seiring berjalannya
waktu nilai SOC meningkat menuju hingga 100 % dikarenakan energi yang tersimpan
tidak semua digunakan karena pemakain beban rendah. Hasil pengujian juga
menunjukkan nilai cycle semua baterai
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.24 pada nilai 15 cycle, namun tidak semua nilai cycle
sama untuk setiap baterai yang menandakan bahwa manajemen baterai berjalan
seperti yang diharapkan.
Gambar 26. Grafik nilai cycle semua baterai pada pengujian
skenario 4
Kesimpulan
Hasil manajemen charging dan discharging
baterai menggunakan algoritma sorting
dengan menyusun setial cell baterai
berdasarkan SOC (state of charge),
rendah ke tinggi (charging) dan
tinggi ke rendah (discharging)
menunjukkan peningkatan performa baterai dikarenakan setiap cell baterai tidak
diisi dan dikosongkan secara bersamaan sehingga meningkatkan performa baterai
secara keseluruhan. Hasil penelitian penunjukkan semakin cepat proses charging terjadi maka semakin cepatnya
peningkatan nilai charge cycle pada cell baterai sehingga memperpendek umur
baterai yang ditandai dengan semakin cepat proses charging dan proses dicharging
ketika siklus charging mencapai 100 cycle atau lebih, dengan adanya proses
manajemen proses charge dan discharge pada setiap cell baterai menunjukkan bahwa proses
peningkatan charge cycle dapat
minimalisir dengan menyusun baterai berdasarkan SOC pada setiap baterai
sehingga baterai yang sudah mencapai SOC yang tinggi tidak dilakukan proses charge dengan frekuensi charge yang tinggi. Hasil pengujian
dengan skenario irradiance besar dan
beban besar menunjukkan nilai battery
cycle sebesar 80 cycle (dengan
waktu simulasi 10 hari), skenario pengujian irradiance
besar dan beban kecil menunjukkan nilai 40 cycle,
skenario irradiance kecil beban besar
menunjukkan nilai cycle sebesar 20 cycle, dan skenario pengujian irradiance kecil dan beban kecil pada
nilai 15 cycle. Semua baterai
memiliki SOC dan cycle yang berbeda.
Hasil manajemen menunjukkan bahwa cycle
baterai dapat dikurangi secara keseluruhan dengan melakukan manajemen proses charging/discharging di setiap cell baterai.
BIBLIOGRAFI
Abbas, M. D., Ashari, R., & Sari,
N. S. I. (2023). Studi Perencanaan PLTS Hybrid Dengan Penambahan Sistem Automatic
Transfer Switch Pada Gedung Kantor Bupati Sidenreng Rappang. Politeknik
Negeri ujung Pandang.
Amanor-Boadu, J., Sanchez-Sinencio,
E., & Asmah, M. W. (2017). A universal fast battery charging and management
solution for stand-alone solar photovoltaic home systems in Sub-Saharan Africa.
2017 IEEE PES PowerAfrica, 174–179.
https://doi.org/10.1109/PowerAfrica.2017.7991219
Azis, S. (2022). Multiple Storage
Device Pada Rangkaian Penyeimbang Baterai Untuk Aplikasi PLTS (Pembangkit
Listrik Tenaga Surya) Off Grid.
Bartlett, A., Marcicki, J., Onori,
S., Rizzoni, G., Yang, X. G., & Miller, T. (2015). Electrochemical
model-based state of charge and capacity estimation for a composite electrode
lithium-ion battery. IEEE Transactions on Control Systems Technology, 24(2),
384–399.
Chan, Y.-K. C. Y.-K., & Gu, J.-C.
G. J.-C. (2010). Modeling and control of stand-alone photovoltaic generation
system. Power System Technology (POWERCON), 2010 International Conference On.
https://doi.org/10.1109/POWERCON.2010.5666629
Chen, Z., Fu, Y., & Mi, C. C.
(2012). State of charge estimation of lithium-ion batteries in electric drive
vehicles using extended Kalman filtering. IEEE Transactions on Vehicular
Technology, 62(3), 1020–1030.
Eom, T.-H., Shin, M.-H., Kim, J.-M.,
Lee, J., & Won, C.-Y. (2017). Improved charge control algorithm considering
temperature of li-ion battery. 2017 IEEE 3rd International Future Energy
Electronics Conference and ECCE Asia (IFEEC 2017-ECCE Asia), 1971–1975.
Ghaniyyu, F. F., & Husnita, N.
(2021). Upaya Pengendalian Perubahan Iklim Melalui Pembatasan Kendaraan
Berbahan Bakar Minyak di Indonesia Berdasarkan Paris Agreement. Morality:
Jurnal Ilmu Hukum, 7(1), 110–129.
Gholizadeh, M., & Salmasi, F. R.
(2013). Estimation of state of charge, unknown nonlinearities, and state of
health of a lithium-ion battery based on a comprehensive unobservable model. IEEE
Transactions on Industrial Electronics, 61(3), 1335–1344.
Husnayain, F., & Luthfy, D.
(2020). Analisis rancang bangun PLTS ON-Grid hibrid baterai dengan PVSYST pada
kantin teknik FTUI. Electrices, 2(1), 21–29.
Kumar, N., Hussain, I., Singh, B.,
& Panigrahi, B. K. (2017). Single sensor-based MPPT of partially shaded PV
system for battery charging by using cauchy and gaussian sine cosine
optimization. IEEE Transactions on Energy Conversion, 32(3),
983–992.
Muslim, S., Khotimah, K., &
Azhiimah, A. N. (2020). analisis kritis terhadap perencanaan pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS) tipe photovoltaic (PV) sebagai energi alternatif masa
depan. Rang Teknik Journal, 3(1), 119–130.
Silitonga, A. S., & Ibrahim, H.
(2020). Buku ajar energi baru dan terbarukan. Deepublish.
Zou, C., Kallapur, A. G., Manzie, C.,
& Nesic, D. (2015). PDE battery model simplification for SOC and SOH
estimator design. Proceedings of the IEEE Conference on Decision and Control,
54rd IEEE, 1328–1333. https://doi.org/10.1109/CDC.2015.7402395
Zou, Y., Hu, X., Ma, H., & Li, S.
E. (2015). Combined state of charge and state of health estimation over
lithium-ion battery cell cycle lifespan for electric vehicles. Journal of
Power Sources, 273, 793–803.
Copyright holder: Edi Maulana, Yuwaldi Away, Ira Devi Sara (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |