Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
6, Juni 2024
PERBEDAAN
SKOR PLAK GIGI PADA ANAK USIA 11-12 TAHUN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DENTAL PLAQUE
DETECTOR DAN DISCLOSING AGENT
Rahadyan
Ilham Arzaqi1, Ana Riolina2, Edi Karyadi3, Nur
Ariska Nugrahani4
Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta, Indonesia1,2,3,4
Email:
[email protected]1, [email protected]2,
[email protected]3,
Abstrak
Kondisi
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia harus menjadi perhatian..
Hal tersebut
linier dengan dengan kondisi yang ada di Indonesia. Hasil riset kesehatan dasar
RISKESDAS pada tahun 2018 menunjukkan
57,6% penduduk Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut. Salah
satu indikator awal dari keluhan gigi dan mulut adalah karies. Karies dan penyakit
periodontal disebabkan oleh plak yang berkembang karena tidak dibersihkan. Plak merupakan lapisan lengket yang melapisi gigi dan mengandung
bakteri. Jika plak gigi tidak dihilangkan ketika masih lunak, plak akan
mengeras dan sulit dihilangkan Selama
ini untuk mengetahui keberadaan plak menggunakan sebuah bahan yang dikenal
sebagai disclosing agent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
skor plak pada gigi anak usia 11-12 menggunakan alat ukur dental plaque
detector dan disclosing agent. Penelitian
ini merupakan penelitian observasi analitik menggunakan desain cross sectional. Jenis pengambilan sampel
menggunakan Purposive
Sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 52 siswa
berusia 11-12 tahun. Pengambilan data
menggunakan instrument Turesky et al Modification of the Quigely and Hein
Index untuk mengukur skor plak gigi pada anak. Data penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas Klomogorov Smirnov dan
di uji statistik menggunakan Wilcoxon
signed rank test. Hasil uji Wilcoxon signed rank test yaitu, adanya tidak ada perbedaan yang
signifikan sebesar 0,915 yaitu (p>0,05) antara dental plaque detector dan
disclosing agent. Tidak terdapat perbedaan skor plak gigi pada anak usia
11-12 tahun menggunakan dental plaque detector dan disclosing agent,
sehingga dental plaque detector bisa digunakan sebagai alat pengganti disclosing
agent
Kata kunci: Skor
plak, gigi anak, dental plaque detector, disclosing agent
Abstract
The condition of
oral health in Indonesia should be a concern. This is in line with the
conditions that exist in Indonesia. The results of the RISKESDAS basic health
research in 2018 showed that 57.6% of the Indonesian population had oral and
dental problems. One of the early indicators of oral complaints is caries.
Caries and periodontal disease are caused by plaque that develops because it is
not cleaned. Plaque is a sticky layer that coats the teeth and contains
bacteria. If dental plaque is not removed while it is still soft, it will
harden and be difficult to remove. So far, we have determined the presence of
plaque using a material known as a disclosing agent. This study aims to
determine the difference in plaque scores on the teeth of children aged 11–12
using a dental plaque detector and disclosing agent. This study is an analytic
observational study using a cross-sectional design. The type of sampling used
was purposive sampling. The sample size in this study was 52 students aged
11–12 years. Data collection used the Turesky et al. Modification of the
Quigely and Hein Index instruments to measure dental plaque scores in children.
The research data were analyzed using the Klomogorov-Smirnov normality test and
statistically tested using the Wilcoxon signed rank test. The results of the Wilcoxon signed rank test
showed that there was no significant difference of 0.915 (p > 0.05) between
the dental plaque detector and the disclosing agent. There is no difference in
dental plaque scores in children aged 11–12 years using dental plaque detectors
and disclosing agents, so dental plaque detectors can be used as a substitute
for disclosing agents.
Keywords: Plaque score, kids teeth, dental plaque detector,
disclosing agent
Kondisi kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia harus menjadi perhatian. World
Health Organization (WHO) dan Global Burden of Disease Study menjelaskan bahwa penyakit mulut mempengaruhi
hampir 3,5 miliar dari total 8 miliar penduduk di seluruh dunia, dengan 3 dari
4 orang yang terkena mengalami penyakit
tersebut
Selain karies, penyakit periodontal
merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum di Indonesia. RISKESDAS
2018 menyatakan bahwa penyakit periodontal mencapai 67,8% di Indonesia
Karies dan penyakit periodontal disebabkan oleh plak yang
berkembang karena tidak dibersihkan. Plak merupakan lapisan lengket
yang melapisi gigi dan mengandung bakteri. Jika plak gigi tidak dihilangkan
ketika masih lunak, plak akan mengeras dan sulit dihilangkan
Pada tahap awal, mikroba gram
positif seperti Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, dan
Streptococcus mutans masuk. Bakteri ini melekat pada permukaan gigi yang
dilapisi pelikel dengan cara yang berbeda. Beberapa bakteri memiliki struktur
perlekatan, seperti zat polimer ekstraseluler, yang memungkinkan mereka melekat
dengan cepat pada permukaan karena interaksi antara reseptor pelikel gigi dan
permukaan bakteri yang diadesif
Selama ini untuk mengetahui
keberadaan plak menggunakan sebuah bahan yang dikenal sebagai disclosing
agent atau disclosing solution bahan ini membantu ini dapat memberi
warna terhadap plak secara selektif, tetapi tidak mempengaruhi area gigi dan
sekitar gigi
Pada beberapa penelitian sebelumnya
terdapat bahan pendeteksi lain untuk melihat adanya plak pada gigi, salah
satunya adalah ekstrak dari buah yaitu ubi ungu dan buah naga, namun hal ini
masih memiliki kelemahan seperti halnya disclosing
agent yaitu lamanya pemakaian dan pengaplikasian yang tidak mudah
Solusi dari panjangnya tahap
pemeriksaan plak menggunakan disclosing agent yaitu menggunakan instrumen
lainnya yaitu dental plaque detector.
Dental plaque detector
Anak merupakan subjek yang harus
diperhitungkan dalam pemeriksaan gigi dan mulut sebab penelitian Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, anak yang mengalami masalah kesehatan
gigi dan mulut pada umur 10- 12 tahun sebesar 24,8% pada Cardiff Dental Survey
oleh Hunter menyebutkan bahwa akumulasi
plak pada anak usia sekolah dasar tahun lebih tinggi dibandingkan usia 30-31
tahun. Maka dari itu, diperlukan sebuah usaha untuk melakukan pemeriksaan dan
kontrol secara berkala khususnya pada anak-anak. Hal ini karena anak khususnya
usia 10-14 tahun mengalami periode gigi bercampur yang mengakibatkan susunan
gigi dan juga oral behavior mengalami
perubahan
Pada penelitian ini, peneliti
memilih SD Muhammadiyah 3 Surakarta dikarenakan belum pernah dilaksanakan
kegiatan promosi dan edukasi kesehatan gigi sehingga diharapkan anak-anak pada
SD tersebut menghasilkan hasil yang otentik sesuai yang diharapkan pada
penelitian
Berdasarkan penjabaran latar
belakang diatas, penelitian ini dilakukan bertujuan mengetahui perbandingan
skor plak menggunakan dental plaque
detector dan disclosing
solution/disclosing agent.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penilaian
skor plak gigi pada anak usia 11-12 tahun menggunakan disclosing
solution/disclosing agent dan dental plaque detector di SD
Muhammadiyah 3 Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
skor plak pada gigi anak usia 11-12 menggunakan alat ukur dental plaque
detector dan disclosing agent.
Jenis
penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan study cross sectional. Penelitian ini dimaksud
untuk mengetahui perbandingan dental plaque detector dan disclosing
solution/disclosing agent dalam pengukuran plak di SD Muhammadiyah 3
Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3
Surakarta pada 12 Januari 2024.
Populasi penelitian ini adalah murid sekolah dasar
kelas 5 dan 6 SD Muhammadiyah 3 Surakarta tahun ajaran 2022/2023. Populasi
total pada kedua SD tersebut adalah sekitar 168 siswa dan yang memenuhi
kriteria serta menyetujui inform consent sebesar 109 siswa. Selanjutnya dalam penelitian ini teknik
sampling yang digunakan adalah non probability sampling berupa purposive
sampling. Sampling ini tidak memiliki peluang sama untuk semua populasi
menjadi sampel dan dipilih sesuai dengan pertimbangan dan kriteria yang telah
ditetapkan oleh peneliti.
Selanjutnya data yang didapatkan
diuji normalitasnya pada SPSS menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov apabila
populasi berjumlah banyak (lebih dari 50). Data dikatakan terdistribusi normal
apabila signifikansi atau nilai p > 0,05 (α). Data tidak terdistribusi
normal atau memiliki nilai p < 0,05
diuji menggunakan uji statistic non-parametrik Wilcoxon.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil skor plak gigi pada anak usia 11-12 tahun
menggunakan alat ukur dental plaque detector dan disclosing agent. Dilaksanakan
pada tanggal 12 Januari 2024 di sekolah SD Muhammadiyah 3 Surakarta. Jumlah
sampel pada penelitian ini sebanyak 52 subjek penelitian yang berusia 11-12
tahun untuk dilakukan pemeriksaan plak pada gigi menggunakan dental plaque
detector dan disclosing agent. Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel.
1.
Karakteristik Responden
a. Distribusi
frekuensi responden berdasarkan umur
Responden dalam penelitian ini adalah anak kelas 5 dan
kelas 6 dengan jumlah total 52 anak. Anak yang berumur 11 tahun didapatkan
sebanyakn 36 anak atau 69 %, anak yang berumur 12 tahun sebanyak 16 anak atau
sebesar 31 %,
No |
Umur |
Jumlah Sampel |
Persentase |
1. |
11 Tahun |
36 |
69% |
2. |
12 Tahun |
16 |
31% |
|
Total |
52 |
100% |
b.
Distribusi frekuensi
responden berdasarkan jenis kelamin
Total responden sebanyak 52 anak dengan jumlah perempuan sebanyak 24 anak dan laki-laki sebanyak 28 anak yang dipaparkan seperti tabel berikut:
No |
Jenis Kelamin |
Jumlah Sampel |
Persentase |
1. |
Laki-laki |
28 |
54% |
2. |
Perempuan |
24 |
46% |
|
Total |
52 |
100% |
Uji normalitas (Klomogorov-Smirnov)
Uji
normalitas dilakukan sebagai
syarat untuk melakukan
uji statistik parametrik dengan data berskala numerik
(rasio atau interval). Uji yang normalitas
yang digunakan adalah uji Klomogorov
Smirnov. Apabila data berdistribusi normal
maka dapat menggunakan uji t berpasangan, namun jika data tidak berdistribusi normal maka dapat
menggunakan Wilcoxon signed rank test.
a. Uji normalitas skor plak
gigi
Uji normalitas yang digunakan adalah Klomogorov-Smirnov, uji normalitas skor plak gigi didapatkan hasil 0,009 dan 0,008 yaitu <0,05 yang menandakan data tidak berdistribusi normal dan dilakukan uji non parametrik yaitu wilcoxon signed rank test, berikut tabel hasil uji normalitas Klomogorov-Smirnov:
Lilliefors Significance Correction |
|||
DPD |
Statistic |
df |
Sig. |
0,143 |
52 |
0,008 |
|
Disclosing Agent |
0,146 |
52 |
0,009 |
Uji Statistik Nonparametrik
a. Wilcoxon Signed Rank Test
Analisis
statistik pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test, dikarenakan data yang diperoleh
tidak berdistribusi normal, menjadikan uji Wilcoxon alternatif dari uji Paired T-test. Wilcoxon Signed Rank Test termasuk kedalam uji
non-parametrik yang tidak
mengharuskan kedua kelmpok data berdistribusi normal, sehingga data yang tidak normal dapat menggunakan uji ini. Berikut
hasil uji Wilcoxon:
|
|
|
N |
Mean |
Sum of Ranks |
Disclosing Agent Dental
plque detector |
Negative Ranks |
|
25b |
25.06 |
626.50 |
Positive Ranks |
|
25a |
25.94 |
648.50 |
|
Ties |
|
2 |
|
|
|
|
Total |
|
52 |
|
|
|
Asymp 2 tail |
0,915 |
|
|
|
|
Sig |
0,107 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 3 menunjukkan hasil dari uji Wilcoxon Signed Rank Test, terlihat terdapat penuruanan skor plak sebesar 25 data dan kenaikan skor plak sebesar 25 data. Sedangkan, hasil pengukuran skor plak yang sama berjumlah 2 data.
Tabel 4 menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,915 (p> 0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan antara pengukuran menggunakan dental plaque detector dan disclosing agent sebagai alat ukur plak gigi pada anak usia 11-12 tahun.
Penelitian
ini dilakukan pada anak usia 11-12 tahun. Usia 11-12 tahun merupakan fase
dimana gigi permanen sudah erupsi lengkap. Kebiasaan anak menjaga kondisi gigi
dan mulutnya akan berpengaruh pada kondisi kesehatan gigi dan mulutnya
Gigi
kaninus wajib ada pada penelitian ini karena menggunakan Turesky et al Modification
of the Quigely and Hein Index yang mempunyai persyaratan untuk menggunakan
12 gigi anterior secara lengkap. Prosedur penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Volegnant et al (2017)
yang juga menggunakan indeks yang sama untuk pengukuran plak agar terdapat kesetaraan hasil antara subjek satu
dengan subjek lainnya.
Pada tabel 5, didapatkan
hasil mean skor plak laki-laki lebih tinggi dari perempuan, hal ini sesuai
dengan beberapa penelitian sebelumnya, bahwa oral behavior perempuan
lebih baik dari laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa perempuan menunjukkan sikap yang lebih
positif terhadap kunjungan ke dokter gigi, pengetahuan kesehatan mulut yang
lebih baik, dan menunjukkan perilaku kesehatan mulut yang lebih baik
dibandingkan laki-laki (Oktavilantika,
et al., 2023)
Pada tabel 6, didapatkan hasil perbandingan antara pengukuran dengan dental plaque detector dan disclosing agent penurunan nilai/negative ranks dan peningkatan nilai/positive ranks masing-masing berjumlah 25. Sedangkan didapatkan 2 data yang mempunyai nilai sama atau ties pada penelitian ini. Jumlah tersebut diartikan terdapat variasi data yang didapatkan ketika dilakukan pengukuran. Hal ini sejalan dengan penelitian Magdarina et al (2013) yang bisa saja terdapat hasil yang berbeda saat penelitian dilakukan oleh dua instrumen yang berbeda atau perbedaan interpretasi masing-masing operator.
Pada tabel 7, didapatkan hasil bahwa nilai Asymp. Sig. 2 tail, yaitu 0,915 atau memiliki nilai >0,05 berarti tidak terdapat perbedaan signifikan antara pengukuran menggunakan dental plaque detector dan disclosing agent. Ini sejalan dengan dua penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Agustini et at (2017) dan Volegnant et al (2016) menyatakan bahwa sinar UV merah yang memiliki panjang gelombang 385-420nm efektif dalam mendeteksi plak gigi.
Pada dental plaque detector, pada penelitian ini gelombang 385nm dapat mendeteksi adanya plak. Hal ini dikarenakan ada profirin yang terdapat di sekitar area plak. Kandungan dari porfirin ini akan menyebabkan pewarnaan flurosensi sehingga plak dapat diidentifikasi bagian-bagiannya. Dari penelitian yang dilakukan Agustini (2016) ada beberapa panjang gelombang bisa mendeteksi adanya plak. Gelombang 385-420nm merupakan gelombang yang paling sering digunakan untuk mendeteksi plak. Gelombang 385nm bisa untuk mendeteksi adanya plak namun, gelombang yang terbaik berada pada panjang gelombang 400nm yang mungkin apabila dilakukan untuk penelitian ini akan mendapatkan hasil yang lebih baik (Giessen, 2022).
Untuk disclosing agent,
pada plak ada polaritas antara yang menyebabkan bisa terwarnainya gigi.
Karbohidrat yang ada di dalam plak dan eritrosin pewarna kimia pada disclosing
agent menyebabkan terjadinya ikatan hidrogen. Plak gigi akan mengikat warna
karena adanya ikatan elektrostatik dan ikatan hidrogen saat diaplikasikan
disclosing agent. Namun, hal ini juga dipengaruhi dengan laju saliva dan pada
penelitian dilakukan pembasahan gigi terlebih dahulu, sehingga mungkin saja
volume saliva bertambah sehingga bisa saja menjadi cleansing dari plak tersebut. Mungkin apabila gigi tidak
dibasahi terlebih dahulu akan mendapatkan hasil yang berbeda (Ardani, 2018).
Plak gigi yang dapat
terdeteksi menggunakan alat ini hasilnya hampir sama dengan menggunakan
disclosing agent dan menunjukkan perkembangan positif pada kedokteran gigi. Dental
plaque detector dapat digunakan sebagai alat pengganti untuk mendeteksi
plak. Hal ini berdasarkan hasil skor plak yang mendekati dengan hasil dari
disclosing agent. Selain itu, penyebab hasil tidak signifikan pada penelitian
ini juga dikarenakan pembagian area gigi berdasarkan Turesky modification et
al of the Quigely and Hein Index secara rigid sehingga memudahkan operator
untuk melihat skor plak pada gigi subjek (Erbe et al., 2023).
Kelemahan muncul pada penelitian ini adalah belum diketahui kemungkinan penurunan persentase baterai pada dental plaque detector apakah akan terdapat hasil yang berbeda ketika digunakan untuk mengukur plak. Selain itu, untuk disclosing agent terdapat subjektivitas pada masing-masing operator pada saat pengolesan disclosing agent sehingga dimungkinkan dapat mempengaruhi hasil skor plak.
Pada penelitian ini
ditemukan keterbaruan daripada penelitian-penelitian sebelumnya. Keterbaruan
dalam penelitian ini yaitu pertama kalinya di Indonesia dilakukan dengan subjek
anak dengan periode gigi bercampur menuju gigi permanen atau usia 11-12 tahun.
Penelitian ini juga dilakukan di SD Muhammadiyah 3 Surakarta yang terakhir kali
mendapatkan edukasi kesehatan gigi dan mulut sudah hampir dua tahun yang lalu,
sehingga penelitian ini berguna untuk evaluasi yang diharapan dapat terjadi
peningkatan kesadaran kesehatan gigi dan berdasarkan dari penelitian ini
instrumen ini bisa digunakan sebagai pendeteksi plak mandiri.
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan
pengukuran plak gigi anak usia 11-12 tahun menggunakan alat dental plaque
detector dan disclosing agent, dan (2) tidak terdapatnya perbedaan atau
p>0,05 dalam penelitian ini berarti alat ukur dental plaque detector mampu
untuk mengukur plak dan bisa dijadikan alat ukur alternatif selain disclosing
agent, khususnya untuk gigi anterior.
Agustini,
I., & Utomo, R. B. (2017). Comparison Of Dental Plaque Detection Using
Various Wavelength Of Light Emitting Diode (LED)(Analysis based on digital
imaging techniques). Dentino: Jurnal
Kedokteran Gigi, 3(1),
29-32.
Ardani,
I. G. (2018). Buku Kesehatan Anak
untuk Orang Tua: Gigi Sehat, Anak Cerdas. Deepublish.
Erbe,
C., Heger, S., Kasaj, A., Berres, M., & Wehrbein, H. (2023). Orthodontic
treatment in periodontally compromised patients: a systematic review. Clinical oral investigations, 27(1), 79-89.
Faisal, M., & Zulfikri, Z. (2023).
Perbandingan Daya Lekat Pewarna Ekstrak Daging Buah Naga Merah dan Kulit
Manggis dengan Disclosing Solution. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 23(1),
540-544.
Fatmawati, D. W. A. (2015). Hubungan biofilm
Streptococcus mutans terhadap resiko terjadinya karies gigi. Stomatognatic-Jurnal Kedokteran Gigi, 8(3), 127-130.
Giessen,
T. W. (2022). Encapsulins. Annual review of
biochemistry, 91,
353-380.
Hardiderista, R., Isnanto, I., & Edi, I.
S. (2021). Literatur Review: Penyakit Periodontal Pada Ibu Hamil Ditinjau Dari
Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Gigi, 2(3),
464-483.
Jotlely, F. B., Wowor, V. N., & Gunawan,
P. N. (2017). Gambaran status karies berdasarkan indeks DMF-T dan indeks PUFA
pada orang Papua di asrama Cendrawasih kota Manado. e-GiGi, 5(2).
Laela, D. S., Mulyanti, S., &
Nurnaningsih, H. (2021). Efektivitas Sari Buah Mulberry (Morus Alba L) Pada
Plak Gigi Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Disclosing Solution. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes
Bandung, 13(1),
186-194.
Larasati, R., Mabruroh, H. A., Suharnowo, H.,
& Sugito, B. H. (2021). Systematic Literature Review: Hubungan Pengetahuan
Ibu dengan kejadian karies gigi anak prasekolah. Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM), 3(2), 55-60.
Magdarina, D. A., & Notohartojo, I. T.
(2013). Penilaian Indeks Dmf-T Anak Usia 12 Tahun Oleh Dokter Gigi Dan Bukan
Dokter Gigi Di Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 23(1),
20803.
Marthinu, L. T., & Bidjuni, M. (2020).
Penyakit Karies Gigi Pada Personil Detasemen Gegana Satuan Brimob Polda
Sulawesi Utara Tahun 2019. JIGIM (Jurnal Ilmiah
Gigi dan Mulut), 3(2),
58-64.
Oktapraja, A. (2020). Perbandingan
Intensitas Pewarnaan Ekstrak Buah Terung Belanda (Solanum betaceum
Cav) Dengan Disclosing Solution Sebagai
Bahan Identifikasi Plak Gigi (Doctoral
dissertation, Universitas Andalas).
Oktavilantika, D. M., Suzana, D., &
Damhuri, T. A. (2023). Literature Review: Promosi Kesehatan dan Model Teori
Perubahan Perilaku Kesehatan. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 7(1),
1480-1494.
Pratiwi, D., Ariyani, A. P., Sari, A., Wirahadikusumah, A.,
Nofrizal, R., Tjandrawinata, R., ... & Komariah, F. S. (2020). Penyuluhan
Peningkatan Kesadaran Dini Dalam Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada
Masyarakat Tegal Alur, Jakarta Community Services to Increase. Sejarah, 2(2).
Said, F., Rahmawati, I., & Triwiyatini, T.
(2021). Gel Ekstrak Buah Naga Super Merah (Hylocereus Costaricensis) dan Ubi
Jalar Ungu Sebagai Alternatif Pewarna (Discloting Solution) Alami Plak Gigi. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 8(2),
148-151.
Sherlyta, M., Wardani, R., & Susilawati,
S. (2017). Tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa Sekolah Dasar Negeri di
desa tertinggal Kabupaten Bandung Oral hygiene level of underdeveloped village
State Elementary School students in Bandung Regency. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran, 29(1).
Suanda, I. W. (2018). Gerakan masyarakat hidup
sehat dalam mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health
Journal), 6(1),
29-34.
Syahida, Q., Wardani, R., & Zubaedah, C. (2017). Tingkat
kebersihan gigi dan mulut siswa usia 11-12 tahun di SDN Cijayana 1 Kabupaten
Garut Oral hygiene level of students aged 11-12-years-old at Cijayana 1 State
Elementary School of Garut Regency. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 29(1).
Van der Veen, M. H., Volgenant, C. M.,
Keijser, B., Ten Cate, J. B. M., & Crielaard, W. (2016). Dynamics of red
fluorescent dental plaque during experimental gingivitis—A cohort study. Journal of dentistry, 48, 71-76.
Volgenant, C. M., Fernandez y Mostajo, M.,
Rosema, N. A., van der Weijden, F. A., Ten Cate, J. M., & van der Veen, M.
H. (2016). Comparison of red autofluorescing plaque and disclosed plaque—a
cross-sectional study. Clinical oral
investigations, 20,
2551-2558.
Warganegara, E., & Restiana, D. (2016).
Getah Jarak (Jatropha curcas L.) sebagai Penghambat Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans pada Karies Gigi. Jurnal Majority, 5(3), 62-67.
Zubardiah, L., & Rivai, Z. S. P. (2023).
Manfaat ekstrak etanol daun inai (lawsonia innermis l.) Sebagai bahan pewarna
alami untuk kontrol plak (kajian pada tikus sprague dawley). Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 5(1).
Copyright
holder: Rahadyan Ilham Arzaqi, Ana Riolina, Edi Karyadi, Nur Ariska Nugrahani (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |