Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 6, Juni 2024

 

TOMOHON KOTA INJIL BAGI PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENERAPAN PAK KELUARGA

 

Jefry Kalalo

Universitas Kristen Indonesia, Tomohon, Sulawesi Utara, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji Tomohon Kota Injil bagi peningkatan sumber daya manusia dalam penerapan PAK keluarga. Masalahnya adalah, apakah Tomohon layak disebut Kota Injil, dan apakah injil mempengaruhi PAK keluarga. Metode penelitian ini adalah kualitatif serta analisis jurnal. Perspektif baru adalah sumber daya manusia orang Tomohon tidak dapat dipisahkan penerapan PAK keluarga. Hasil penelitiannya, sumber daya manusia orang Tomohon mengalami peningkatan kualitas dengan perhatian pendidikan informal (keluarga). Artikel ini tahapannya : Pertama Mengapa Tomohon disebut Kota Injil, Kedua Injil dan Peningkatan Sumber Daya Manusia Kota Tomohon, Ketiga Injil dan Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam Hubungannya Dengan PAK Keluarga. Artikel diakhiri kesimpulan.

Kata kunci: Kota Injil, Sumber Daya Manusia, Pendidikan Agama Kristen Keluarga

 

Abstract

This article examines Tomohon City of the Gospel for increasing human resources in implementing family PAK. The problem is whether Tomohon is worthy of being called the City of the Gospel, and whether the Gospel influences the PAK family. This research method is qualitative and journal analysis. The new perspective is that the human resources of the Tomohon people cannot be separated from the implementation of family PAK. The results of his research showed that the quality of Tomohon people's human resources had increased with attention to informal (family) education. The stages of this article are: First, Why is Tomohon called the City of the Gospel, Second, the Gospel and Improving Human Resources in Tomohon City, Third, the Gospel and Improving Human Resources in Relation to the PAK Family. The article ends with a conclusion.

Keywords: City of the Gospel, Human Resources, Family Christian Religious Education

 

Pendahuluan

Kota Tomohon dari dulu sampai sekarang mendapat julukan sebagai kota bunga, kota pendidikan dan penulis menambahkan dengan sebutan kota injil. Walaupun secara regulasi belum ditetapkan dalam PERDA Pemerintah Kota Tomohon melalui DPRD. Bagi penulis penyebutan Tomohon Kota Injil didukung oleh bukti sejarah penginjilan melalui Pdt. P.N Wilken dan bukti-bukti fisik bangunan gereja dan sekolah-sekolah serta perguruan tinggi.  Historis kota Tomohon tidak dapat dipisahkan dengan Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Tahun 2003 Kota Tomohon masih berbentuk kecamatan. Seiring dengan perkembangan waktu dan juga kerinduan dari tokoh-tokoh masyarakat kota Tomohon untuk menyuarakan aspirasi masyarakat maka Tomohon diusulkan menjadi Kota Tomohon lewat undang-undang nomor 10 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara oleh DPR RI, yang peresmiannya baru dilaksanakan tanggal 4 Agustus 2003. Di dalam sejarah kota Tomohon, sebelumnya merupakan kampung tua yang tidak dapat dipisahkan dengan Minahasa secara keseluruhan.

Tomohon secara historis juga ada dalam karya etnografis dari N. Graafland pada tanggal 14 Januari 1864 kapal Queen Elizabeth beliau sudah menuliskan nama Tomohon sebagai tempat yang dikunjungi tahun 1850 (Tuwo, 2016). Dari data tersebut penulis dapat nyatakan bahwa kota Tomohon dalam penyebutan namanya memang betul dapat dibuktikan. Luas wilayah Kota Tomohon tidak sebanding dengan Kabupaten Kota yang lain di Sulawesi Utara, tetapi seiring dengan perkembangan waktu Kota Tomohon banyak mengalami kemajuan dalam peningkatan Sumber Daya Manusia.

Penelitian ini bagi penulis dipandang sangat aktual sebab dalam penelusuran penulisan tentang kota injil menurut Muhammad Ali Saputra dalam jurnalnya dengan judul menguatnya politik identitas dan problem kerukunan beragama di Manokwari penekanannya dalam bentuk kritikan terhadap perda Manokwari Kota Injil yang dipandang mendesriminasikan agama lain yaitu Muslim, contohnya pengunaan jilbab dan atribut lainnya (Saputra, 2017). Apa yang dikaji oleh Muhammad Ali Saputra berkaitan dengan Perda Manokwari Kota Injil berbeda dengan apa yang menjadi kajian penelitian penulis terhadap Tomohon Kota Injil. Bagi penulis penekanan Tomohon Kota Injil bukan melihat pada tindakan diskriminasi tetapi melihat pada sejarah dan bukti fisik bangunan baik gereja maupun sekolah serta sumber daya manusia dalam berbagai profesi. Di dalam penelitian ini penulis memberi perhatian pada warga GMIM di Rayon Tomohon dengan mengambil sampel pada wilayah Tomohon 2, wilayah Tomohon 4, wilayah Tomohon 5, dan wilayah Kakaskasen, dengan penekanan bahwa sumber daya manusia orang Tomohon terbentuk oleh karena Injil dan semangat kerja melalui profesi yang digeluti. Di mana pendidikan agama Kristen di dalam keluarga turut mempengaruhi sumber daya manusia itu sendiri sehingga orang Tomohon menjadi terampil dalam berbagai profesi.

Tomohon sebagai Kota Injil bukan untuk tindakan diskriminasi dalam hidup beragama malahan justru dalam kenyataan kebersamaan beragama serta kebebasan beragama sangat terjamin. Buktinya ada kelurahan di kota Tomohon yang namanya kampung Jawa mayoritas masyarakat penduduknya Muslim. Bagi penulis artikel ini dimaksudkan untuk meneliti sejauh mana Injil dapat mempengaruhi sumber daya manusia orang Tomohon melalui penerapan PAK Keluarga. Dalam penulisan artikel ini penulis hendak mengemukakan juga tahap – tahap penulisan dimulai dengan Tomohon Kota Injil, Sumber Daya Manusia dan PAK Keluarga serta diakhiri dengan kesimpulan.

Dua penelitian terdahulu dalam bidang agama dan identitas lokal yang patut disebutkan terkait dengan penelitian ini. Studi pertama, yang dilakukan oleh  Smith (2004), menguji dampak afiliasi agama terhadap identitas komunitas di lingkungan perkotaan. Temuannya menyoroti interaksi kompleks antara agama, urbanisasi, dan koherensi komunitas. Studi kedua, oleh Conway (2014), mengeksplorasi peran lembaga keagamaan dalam membentuk budaya lokal dan identitas dalam masyarakat yang beragam. Mereka menekankan pentingnya memahami dinamika multifaset agama dalam konteks perkotaan.

Namun, penelitian ini memiliki beberapa aspek yang baru. Pertama, fokus khususnya adalah pada kota Tomohon, Indonesia, yang belum banyak dibahas dalam literatur yang ada tentang agama dan identitas lokal. Kedua, penelitian ini mendalami signifikansi sejarah dan sosio-kultural dari Tomohon yang disebut sebagai "Kota Injil", mengkaji implikasinya terhadap tata kelola lokal, koherensi komunitas, dan pembentukan identitas individu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Tomohon Kota Injil bagi peningkatan sumber daya manusia dalam penerapan PAK keluarga. Masalahnya adalah, apakah Tomohon layak disebut Kota Injil, dan apakah injil mempengaruhi PAK keluarga.

 

Metode Penelitian

Tulisan ini dikerjakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pola pendekatan wawancara secara langsung. Penulis mengeksplorasi data berdasarkan hasil wawancara kemudian diolah secara valid dan reliabel berdasarkan data-data yang ada. Metode penelitian adalah kegiatan sistematis dalam sebuah penelitian dimulai dari mencari data, mengolah data, dan menganalisis data secara ilmiah dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan (Leuwol et al., 2020). Kerja penelitian artikel ini tidak dapat dipisahkan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif sangat mengandalkan masukan, informasi dan cerita dari partisipan (Raco, 2010). Dari pendapat Ifit Novita Sari dan J.R Raco terkait dengan penelitian kualitatif selalu harus berdasarkan pada data dan tingkat partisipasi dari informan itu sendiri sebagai sumber data utama, yang kemudian didukung oleh literatur dan jurnal sebagai data pendukung penelitian itu sendiri. Proses selanjutnya dari semua data yang ada dikumpulkan dan diseleksi bagian – bagian mana yang boleh dijadikan pendukung dalam proses analisis secara deskriptif.

   Proses analisis kerja penelitian secara deskrptif dapat penulis rumuskan : bahwa Tomohon disebut sebagai Kota Injil dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dengan pembuktian sejarah dan bukti fisik gereja serta sarana pendidikan. Artikel ini penulis kerjakan dengan sistimatika sebagai berikut : Pertama mengapa Tomohon disebut Kota Injil. Kedua Injil dan peningkatan sumber daya manusia orang Tomohon dan Ketiga Injil dan peningkatan sumber daya manusia dalam hubungannya dengan PAK Keluarga.

 

Hasil dan Pembahasan

Mengapa Tomohon disebut Kota Injil?

   Masyarakat Kota Tomohon dalam kehidupan beragama dari dulu sampai sekarang tidak bersikap fanatisme. Tetapi teguh dengan apa yang menjadi keyakinan yang dianutnya. Agama bagi setiap individu atau kelompok adalah esensi hidup. Gunawan Adnan mengatakan agama adalah sebuah doktrin dan ajaran yang harus ditaati dan dijalankan tanpa menerobos ranah ideologi dan kepercayaan orang lain. Apabila digerakkan dengan pendekatan yang tepat, maka agama akan menjadi faktor pemersatu dalam mewujudkan masyarakat yang damai (Adnan, 2020). Penulis sependapat dengan Gunawan Adnan bahwa agama tidak bisa dipisahkan dengan doktrin dan ajaran. Di mana setiap pelaku agama dalam keagamaannya memiliki esensi keyakinan yang tidak dapat di intervensi oleh orang lain. Sehingga ketika pelaku agamanya menjalankan secara baik dan benar menurut keyakinannya maka esensi nilai keagamaan itu akan bermakna dalam hidup beragamanya. Penulis berpendapat apabila agama yang dianut itu dalam doktrin keyakinannya didasarkan atas kasih maka kebersamaan hidup dengan yang lain akan membawa nilai perdamaian. Penulis berpendapat dengan spiritualitas agama yang baik maka itu akan menjadi penentu atas kemajuan manusia orang Tomohon dalam membangun kebersamaan dengan agama yang lain. Sikap toleransi selalu diwujudkan dengan agama lain misalnya Islam, Hindu, Budha dan Konghucu. Kebersamaan beragama ini ditunjukkan dengan adanya wadah FKUB dan BKSAUA. Kedua wadah ini menjadi perekat kebersamaan dari setiap umat beragama dengan peran aktif dari tokoh-tokoh agama dan pemerintah dengan terus memberikan perlindungan. Suasana keakraban dalam hidup beragama di Kota Tomohon pernah mendapatkan Harmony Award oleh Kementrian Agama Republik Indonesia pada tanggal 26 Februari 2017 melalui kepemimpinan Walikota Tomohon Jimmy Feidie Eman, SE.Ak. di peringkat 2 Nasional. Bagi orang Kristen Tomohon dalam hari-hari kebersamaan beragama dibangun atas kasih yang tulus seperti ajaran Yesus dalam Matius 22:37-40 bagaimana mengasihi Allah dan sesama. Djoys Rantung dalam tulisannya mengatakan, “Bahkan orang Kristen harus memberi ruang bagi agama-agama lain berkembang dengan potensi dan keyakinan didalam ajarannya, akan tetapi orang Kristen tidak boleh serta merta mengikuti ajaran agama mereka melainkan menghormati dalam rangka menciptakan kerukunan” (Rantung, 2024). Namun perlu menjadi perhatian kita bahwa jati diri orang Tomohon identik dengan Injil dan pendidikan. Di mana pandangan ini sudah terbentuk beratus-ratus tahun lamanya, Sebelum orang Tomohon mengenal Injil dan pendidikan kehidupan mereka di masa lalu diikat oleh agama Alifuru. Graafland mengatakan, “mereka percaya kepada atau mengenal dan menyembah dewa yang majemuk” (Graafland & Montolau, 1991). Merubah mindset orang Tomohon yang diikat oleh agama Alifuru membutuhkan proses dan ternyata dapat terjadi dimana ada orang-orang yang secara spesial Tuhan pakai untuk menjadi pembawa kabar selamat sekaligus mendidik orang Tomohon untuk menjadi generasi yang terbebas dari segala kesusahan. Dalam kondisi yang masih jauh dari harapan maka masyarakat Tomohon di masa lalu diproses dengan cara Tuhan, dengan hadirnya seorang penginjil yang bernama Nicolas Philep Wilken. Karena itu beliau disebut sebagai penginjil dan peletak dasar pendidikan di Tomohon yang meninggal 22 Februari 1877 dan dikubur di Talete. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai bentuk penghormatan maka melalui pemerintah kota Tomohon dibuatkan monumen P.N Wilken di kompleks pasar beriman Tomohon, Paslaten serta namanya diabadikan disalah satu gereja GMIM Wilayah Tomohon 5 dengan sebutan gereja P.N Wilken GMIM Paslaten.

   Gereja sebagai persekutuan orang percaya dalam panggilan injili penting untuk menjadi alat pemulihan hidup Robby I Chandra mengatakan gereja adalah komunitas dimana di dalamnya orang seharusnya mendapatkan sentuhan anugerah Tuhan, khususnya berbagai anugerah istimewa-Nya. Artinya tujuan keberadaan gereja adalah agar orang di dalamnya mendapatkan kesadaran, pemahaman, pengalaman, dan menikmati kepenuhan anugerah Tuhan, sehingga hidupnya berubah dan menginspirasi orang lain (Chandra, 2018). Penulis sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Robby I Chandra bagaimana gereja sebagai komunitas yang menikmati anugerah Tuhan dapat mewujudkan panggilan pelayanan yang mengantar setiap orang baik yang sudah percaya maupun belum percaya untuk memperoleh perubahan hidup. Hal ini dapat dibuktikan dengan kehidupan orang Tomohon di masa lalu, kini dan yang akan datang. Pekerjaan Penyelamatan Allah berlaku secara dinamis lewat kerja Roh Kudus dari keadaan-keadaan yang masih tertutup dengan alam pikiran animisme dan dinamisme diantar kepada kesadaran beriman dalam pertobatan mengenal api Injil. Gerakan perubahan hidup ini seiring dengan perkembangan waktu dan kemitraan yang terbangun antara gereja dan pemerintah. Pembuktian ini nyata dalam berbagai pembangunan infrastruktur baik sekolah-sekolah juga rumah-rumah ibadat. Salah satu simbol pembangunan infrastruktur yang menjadi ciri Kota Injil yaitu dibangunnya menara Alfa Omega yang memiliki ruangan untuk dijadikan center edukasi iman Kristen dengan nilai manfaat bagi peningkatan iman Kristen itulah yang disebut ruang menara doa. Sedangkan program misi gereja yang terus menjadi perhatian yaitu peningkatan mutu pendidikan Kristen dari TK sampai Perguruan Tinggi. Sebutan Kota Pelajar identik dengan Kota Injil karena disamping belajar, maka semua bentuk pelaksanaan pendidikan harus mencerminkan suasana Pendidikan Agama Kristen (PAK), baik pendidikan formal, non formal dan informal. Tanpa mengabaikan rasa menghargai keragaman beragama. Misalnya ada yang beragama lain bersekolah di lingkungan sekolah Kristen tetap bentuk pengajaran agama tidak ada unsur paksaan walaupun secara kurikulum anak tersebut harus menyesuaikan dengan lingkungan sekolah.

   Begitupun dalam tiga tugas panggilan gereja yaitu bersaksi, bersekutu dan melayani semua kembali kepada keluarga sebagai pusat edukasi PAK. Di tengah kondisi covid19 maka Gereja dan pemerintah Kota Tomohon bersinergi memberi perhatian keluarga sebagai pusat belajar mengajar bagi peningkatan sumber daya manusia. Tomohon yang menjadi pusat pendidikan dan penginjilan dapat dibuktikan dengan adanya beberapa tempat yang dipandang sebagai sumber pendukung antara lain : Gereja Sion Tomohon pernah dikunjung Presidan RI Ir. Soekarno pada tanggal 30 September 1957, Gereja Katolik yang ada di Woloan, Sekolah Pendidikan Guru Kuranga Tomohon (SPG) Sekolah Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan (SPGAKP) kedua sekolah ini sudah ditutup 25 tahun yang lalu karena menyesuaikan dengan regulasi pemerintah yang beralih ke Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UKI Tomohon terutama Fakultas Teologi dan Panti Asuhan Nazareth Tomohon.

   Pembuktian ini mendukung penyebutan Kota Injil. Sehingga siapapun yang mendengar tentang Kota Tomohon dari dulu sampai sekarang mengenal sebagai pusat kekristenan dan pendidikan Kristen. Tetapi tidak menutup pola hidup beragama dalam kemajemukan dengan pembuktian adanya Kampung Jawa dengan mayoritas masyarakat Muslim, masjid dan pesantren Hidayatulah yang berada di Kinilow, masjid dan pesantren yang ada di Walian, umat Buddha dengan adanya Vihara Surya Dharma dan Vihara Buddhayana di Kakaskasen.

   Tomohon dengan sebutan Kota Injil bukan berarti menutup ruang bagi agama lain untuk memeluk agama dan menjadi bagian masyarakat Kota Tomohon tetapi justru selalu membuka ruang untuk menerima perbedaan bagi agama lain menjadi bagian dalam komunitas masyarakat Kota Tomohon. Pengenalan Injil bagi orang Tomohon dari dulu sampai sekarang nampak juga dalam berbagai kegiatan bergereja misalnya, ibadah minggu, evanglisasi setiap rabu/kamis, dan pada minggu pagi dilaksanakan kegiatan sekolah minggu (Sunday school) bagi anak-anak sekolah minggu. Sedangkan umat Katolik menyelenggarakan ibadah Rosario dan juga ibadah misa setiap hari minggu begitu juga dengan gereja-gereja karismatik lainnya.

   Injil dan peningkatan Sumber Daya Manusia lewat lembaga pendidikan informal, nonformal, serta formal telah mengangkat citra Tomohon sebagai pusat peningkatan sumber daya manusia. Ada banyak tokoh yang sukses menjadi tokoh besar disamping Injil yang mereka terima di dalam keluarga dan proses studi lewat lembaga pendidikan. Tokoh tersebut adalah Lambertus Nikodemus Babe Palar. Mantan Duta Besar RI di Amerika Serikat dan juga Diplomat yang bersuara di PBB sehingga Indonesia menjadi anggota PBB 28 September 1966. Kota Tomohon dengan sebutan Kota Injil dalam peningkatan Sumber Daya Manusia tidak dapat dipisahkan dengan PAK didalam keluarga. Belajar dari tokoh Lambertus Nikodemus Babe Palar ternyata orang tuanya adalah guru Injil yang merupakan penduduk asli kampung Rurukan yang sekarang disebut Kelurahan Rurukan. Injil yang diterima tersebut berasal dari lembaga penginjilan Belanda Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) dimana ini juga menjadi bukti kehadiran GMIM dalam penginjilan dan pendidikan kristen yang telah dirintis oleh Riedel dan Schwarz.

 

Injil dan Peningkatan Sumber Daya Manusia Kota Tomohon

Injil yang adalah berita sukacita yang bersumber pada Alkitab bagi orang Tomohon merupakan buku suci yang dipakai dalam bentuk pengajaran iman melalui bentuk – bentuk pelayanan ibadah. Menurut Perry Rumengan dalam proses pewartaan, para pewarta dan sekmen pewartaan menjalin komunikasi. Disatu pihak fungsinya mewartakan dan dipihak lain statusnya sebagai menerima pesan pewartaan (Rumengan, 2023). Penulis sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Perry Rumengan pewartaan injil tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi baik sipewarta maupun yang menerima pesan pewartaan. Komunikasi ini terbangun atas injil yang diberitakan. Tentunya dengan melihat sejarah penginjilan oleh P.N Wilken dimasa lalu telah menjadi peletak dasar terhadap cara pikir, tutur kata dan tindakan orang Tomohon dalam peningkatan sumber daya manusia melalui panggilan kerja (Profesi) dan proses pendidikan itu sendiri dari waktu ke waktu.

Keluarga merupakan pusat edukasi dari nilai-nilai hidup yang konstruktif di mana anak dapat mengalami proses transformasi perilaku dari tidak tahu menjadi tahu dengan belajar memotret perilaku dari orang tua lewat tutur kata, transfer nilai, dan tindakan. Tetapi juga dalam ruang belajar mengajar dalam pola edukasi modern orang tua dapat belajar dari anak terhadap kemajuan wawasan teknologi dan nilai kepolosan serta kejujurannya.

Peningkatan sumber daya manusia orang Tomohon dalam hubungannya dengan kota Injil sangat terkait dengan nilai – nilai esensial Injil di masa lalu lewat para misionaris, guru-guru Injil ataupun para pemimpin gereja yaitu Pendeta, Pastor, serta Gembala Sidang. Di mana semua itu dapat dijadikan dasar peningkatan sumber daya manusia orang Tomohon yang injili sehingga menjadi kuat di tengah berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam keragaman beragama.

Pada sisi yang lain keluarga sebagai ikatan kasih antara suami isteri serta anak-anak tidak dapat memisahkan dengan nilai-nilai pewarisan budaya. Contoh kalimat orang tua-tua di masa lalu dalam kontes budaya minahasa versi Tombulu diungkapkan, “Tu me te’ witu’ tine’tean ni’ ma tete” artinya bersandar pada sandaran para leluhur. Ungkapan ini menurut penulis disatu pihak mengandung arti unsur religius tetapi di pihak lain mengandung unsur sosiologis antropologis. Unsur religius dapat dibahasakan bahwa warisan nilai percaya terhadap yang berkuasa sudah ada sejak nenek moyang, sedangkan unsur sosiologis antropologis menyatakan bahwa nilai-nilai pengajaran para leluhur mengandung hikmat kasih dan kebersamaan. Nilai-nilai pembentukan kristiani bagi keluarga turut juga dipengaruhi oleh lingungan dimana setiap anggota keluarga dibentuk. Lingkungan di mana setiap anggota keluarga dibentuk tentu terkait dengan pendidikan. Pendidikan pasti mengandung unsur kebudayaan karena di dalam kebudayaan itu manusia mengalami proses berpikir. Menurut Hope S Antone, asal usul pendidikan bermula dari awal kebudayaan manusia. Pendidikan dalam bentuk apa pun dipelihara oleh generasi muda untuk hidup, baik di dalam keluarga maupun di dalam komunitas yang lebih luas. Hal ini mencakup pelatihan dasar kemampuan untuk bertahan hidup, penanaman nilai – nilai komunitas, dan pewarisan nilai – nilai budaya (Antone, 2010). Bagi penulis sependapat dengan pemikiran Hope S Antone terkait dengan kebudayaan manusia dalam hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan itu dalam kaitannya dengan manusia itu sendiri menunjuk juga kepada sumber daya yang tetap terpelihara dan diwariskan. Pewarisan nilai budaya yang baik akan menghasilkan nilai – nilai yang baik. Hal ini dibuktikan dengan semangat kerja orang Tomohon dalam bahasa tombulu, contoh semangat ruma’ji’ rajin mengandung arti bekerja dengan serius. Kerja serius ini dapat dibuktikan dalam penelitian melalui profesi orang Tomohon dalam usaha industri rumah kayu, usaha pertokoan, usaha perdagangan di pasar, dan usaha pertanian holtikultura serta tanaman bunga. Kesuksesan dalam usaha – usaha ini memberi dampak terhadap peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan ekonomi keluarga serta punya nilai manfaat bagi penatalayanan ekonomi jemaat dan perekonomian masyarakat kota Tomohon. Pola edukasi ini tidak dapat dipisahkan dengan nilai – nilai spiritualitas yang membentuk sikap kerja yang jujur serta kreatif.

Dalam pengamatan dan penelitian penulis kualitas sumber daya manusia orang Tomohon dengan mendasarkan kepada injil dengan keluarga sebagai pusat edukasi maka pendidikan agama Kristen di dalam keluarga dengan mendasarkan pada doa dan baca firman Tuhan itulah yang membentuk sumber daya kristiani yang injili. Injil kebenaran Allah yang bersumber dari Alkitab telah menjadi patrong dalam kemandirian profesi orang Tomohon. Karena itu Alkitab harus dilihat sebagai buku suci yang mengandung nilai edukasi bagi pendewasaan iman. Alkitab harus dibaca dan direnungkan yang tidak dapat dipisahkan dengan kerja penyelidikan Alkitab. Menurut Christian Jonch Kerinduan untuk menyelidiki firman Tuhan harus berasal dari hati kita yang terdalam, bukan karena suruhan atau paksaan. Dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan keyakinan bahwa firman Tuhan akan mengubah pola pikir dan cara pandang kita terhadap hidup, Tuhan, orang lain, keadaan, dan dunia di sekitar kita (Jonch, 2017). Bagi penulis sependapat dengan Christian Jonch di mana penyelidikan firman Tuhan itu juga dapat dilakukan dengan cara membaca dengan teliti dan bijaksana atas hikmat dari pada Tuhan dengan alasan lewat firman Tuhan (Alkitab) hati dan pikiran manusia dapat mengalami perubahan kearah yang positif. Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis berpendapat bahwa sumber daya manusia itu sendiri bagi orang Tomohon tidak dapat dipisahkan dengan PAK Keluarga dalam hubungan dengan pengenalan akan Injil.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, dalam kenyataannya beberapa fakta ini telah bergeser. Pola hidup serta cara pandang orang Kristen mulai mengalami pergeseran sikap yang dipengaruhi oleh teknologi modern misalnya saja masyarakat orang Kristen lebih senang chatting di Handphone dari pada doa dan baca firman Tuhan. Hal ini dibuktikan di dalam keluarga dan kehidupan berjemaat marak terjadi masalah-masalah antara orang tua dan generasi muda sebagaimana dijabarkan sebagai berikut :

a)    Generasi Muda. Kecenderungan hidup pada pola hedonisme dan penggunaan teknologi secara berlebihan dan lebih senang menghabiskan waktu ditempat hiburan seperti mall dan cafe ataupun telah menjadikan tenologi IT sebagai kegemaran hidup.

b)    Generasi Tua. Kecenderungan hidup pada kebiasaan berkumpul dan bercerita hal-hal yang kurang memberi nilai edukasi (ibu-ibu) sedangkan kecenderungan hidup berkumpul dengan kebiasaan miras  (bapak-bapak) misalnya di kebun atau di acara pesta suka dan duka.

Pola hidup seperti ini telah menggeserkan dari nilai-nilai etika dan budaya hidup menghormati satu dengan yang lain bahkan lebih mencolok tokoh-tokoh yang dipandang panutan dalam hidup bergereja dan bermasyarakat telah tejebak pada kebiasaan minum minuman keras. Transfer nilai yang negatif telah membentuk mindset generasi muda sehingga ini menjadi ancaman gereja kini dan yang akan datang. Gereja sebagai tempat persekutuan orang percaya untuk menciptakan hubungan vertikal dan horizontal dalam hidup berjemaat hanya dilihat sebagai kebiasaan rutinitas saja. Mengubah pola hidup seperti ini diperlukan penataan hidup dalam keluarga. Menurut Abdullah Cholil memimpin keluarga berarti memadukan antara pembagian peran-yang juga melakukan pembagian kekuatan antara suami, istri dan anak-dengan motif berdasarkan peran – peran tersebut. Jika paduannya kurang sempurna, jalannya proses berkeluarga akan kesulitan menemukan arah yang dituju karena tidak ada kepemimpinan yang bisa mengayomi dan mengarahkan potensi menjadi optimal (Cholil, 2013). Menurut penulis apa yang dikatakan Abdullah Cholil dalam kaitannya dengan keluarga penting adanya fungsi dan tanggung jawab dari setiap anggota keluarga baik sebagai orang tua maupun anak. Ketika fungsi dan tanggung jawab ini diletakkan pada bingkai kepemimpinan keluarga maka dampak sosialnya akan membawa pada peningkatan sumber daya manusia pada keluarga itu sendiri. Dalam konteks keluarga Kristen apabila fungsi dan tanggung jawab ini berperan secara optimal dengan mendasarkan pada iman Kristen melalui Injil (Alkitab) maka pola perilaku hidup anak – anak dan orang dewasa akan mengalami perubahan kearah hidup yang lebih baik.

 

Injil dan Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam Hubungannya Dengan PAK Keluarga

Penyelenggaraan Pendidikan Agama Kristen (PAK) di dalam keluarga tidak dapat dipisahkan dengan program pelayanan gereja secara institusi rohani. Gereja dalam pola penatalayanannya perlu memberikan fokus perhatian kepada keluarga, jika keluarga memiliki pertahanan yang kuat dalam spiritualitasnya maka semua bentuk program penatalayanan gereja akan berjalan secara optimal. Keluarga dalam hubungannya dengan orang tua dan anak perlu membangun suasana yang kondusif setiap hari sehingga semua dapat merasakan suasana sukacita. 

Gunawan mengatakan, “dalam proses tumbuh kembang anak, rasa aman yang didapat melalui perasaan dicintai, diterima, didukung, dan dihargai sangat penting. Perasaan dicintai ini sama pentingnya dengan makanan yang anak dapat dari orangtuanya Tanpa makanan anak akan kelaparan. Tanpa rasa aman dan cinta anak akan kelaparan secara emosi dan akan rusak” (Gunawan, 2013). Penulis berpendapat bahwa anak di dalam keluarga adalah titipan Tuhan untuk dijaga, dipelihara, dan dikasihi. Bentuk perwujudan kasih seperti yang dinyatakan oleh Gunawan hendaknya menjadi pola penerapan yang baik bagi orang tua terhadap anak. Namun disadari setiap orang tua memiliki latar belakang yang berbeda dari segi pendidikan dan keluarga itu sendiri. Tetapi menurut Ernavina Pelmelay, keluarga Kristen sebagai komunitas yang keliatan memiliki anggota yang dapat menjumpai Allah serta mampu dapat memperoleh berkat dan Anugerah keselamatan dari-Nya (Pelmelay, 2023). Apa yang dikatakan Ernavina Pelmelay ternyata keluarga Kristen dalam hidup sangat penting membangun komunikasi dengan Allah dikandung maksud untuk menjumpai Allah untuk menikmati berkat kasih-Nya. Karena itu pendapat Gunawan dan Ernavina menurut penulis bahwa tumbuh kembang anak di dalam keluarga dalam memperoleh suasana hati yang nyaman maka penting untuk membangun perjumpaan kasih dengan Allah secara baik dan benar atas berkat dan Anugerah keselamatan.

Di dalam masa tumbuh kembang anak maka orangtua perlu memperhatikan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Situasi dan kondisi seperti ini orang tua harus menjadi soko guru di dalam keluarga dengan menurunkan nilai-nilai keteladanan pada anak itu sendiri. Kemitraan antara ayah dan ibu penting di dalam keluarga apabila anak itu memiliki orangtua yang lengkap, tetapi jika salah satu tidak ada lagi, atau keduanya tidak ada lagi bahkan broken home maka penting ada yang menghandle tugas edukasi itu melalui transfer edukasi apakah dari jalur keturunan keluarga ataupun orang lain yang punya rasa cinta bagi tugas kemanusiaan untuk memanusiakan anak tersebut. Siregar mengatakan, “menghadapai kemajuan zaman yang begitu pesat, mautidak mau kita harus mempersiapkan diri, sebelum kita menjadi korban kemajuan zaman. Banyak dari kita yang memberi bekal kepada kemajuan anak berupa pendidikan formal setinggi mungkin. Itu baik. Akan tetapi tidak boleh dilupakan, disamping memberi kesempatan sekolah kita juga harus memberikan pendidikan yang seimbang dalam ilmu pengetahuan dan spiritual. Kita perlu perkuat imannya dengan menghadapi tantangan zaman” (Siregar, 2001).

   Arus perkembangan informasi dan tuntutan hidup begitu cepat mempengaruhi kehidupan manusia sementara pandangan Gunawan perhatian dan kasih sayang penting sedangkan Siregar memberikan semacam warning di tengah kemajuan zaman perlu mempersiapkan pendidikan formal anak tetapi juga menyangkut spiritualnya. Penulis berpendapat perhatian dan kasih sayang itu penting dalam pola edukasi yang baik dan benar di dalam lingkungan keluarga itu sendiri sedangkan dipihak lain anak hidup di era digitalisasi dan peradaban manusia yang meningkat begitu cepat. Sikap kritis yang tidak mengabaikan kasih sayang bagi anak tetapi juga menjadi bagian dalam kemajuan zaman yang perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal utama dalam memperkuat iman Kristen bagi anak adalah doa dan baca firman Tuhan serta perenungan firman Tuhan.

Di tengah situasi dan kondisi kemajuan zaman yang disebut era 4.0 menuju 5.0 semua digerakan oleh sistem teknologi canggih dalam bentuk digitalisasi. Di lain pihak kita dikejutkan dengan pergumulan wabah virus covid19 dengan varian baru covid delta yang sungguh menggemparkan dunia dengan menelan jutaan jiwa manusia termasuk kita di Indonesia. Dunia menjadi rusak oleh peradaban manusia, perubahan alam bahkan wabah penyakit covid19. Kondisi seperti ini selaku orang Tomohon dituntut untuk berwaspada dalam perubahan dunia ini. Tindakan antisipasi atas semua keadaan yang terjadi maka gereja bukan hanya sekedar berpikir secara organisasi tetapi gereja harus memberi fokus perhatian kepada keluarga-keluarga dalam peningkatan spiritualitasnya. Dengan adanya social distancing (pembatasan sosial) berakibat stay home (tinggal di rumah) maka perlu keluarga menciptakan suasana home sweet home (rumahku sorgaku) model-model belajar yang tadinya school center berubah menjadi home center.

 

Kesimpulan

Dari penulisan artikel ini dapat disumpulkan bahwa penyebutan Tomohon sebagai Kota Injil walaupun secara regulasi pemerintah belum ditetapkan melalui Perda DPRD Kota Tomohon. Tetapi melalui sejarah dan bukti – bukti fisik gereja, sarana pendidikan, tokoh penginjilnya serta sumber daya manusia orang Tomohon dari dulu sampai sekarang. Dalam peningkatan sumber daya manusia keluarga merupakan tempat pertama dan utama pembentukan kepribadian terkait dengan karakter pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal ini menjadi pendukung terhadap pengembangan kualitas kerja orang Tomohon dalam profesi kerjanya. Pendidikan formal, informal dan nonformal merupakan bahagian yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia orang Tomohon itu sendiri. Penulis menemukan kebaharuan dalam penelitian ini dengan memberi perhatian pada peningkatan sumber daya manusia orang Tomohon dengan penanaman nilai – nilai kristiani di dalam keluarga melalui berdoa dan baca firman Tuhan (Alkitab). Sumber daya manusia yang injili akan membentuk pribadi yang profesional dalam kerja tetapi memiliki perilaku hidup yang jujur, etos kerja yang baik dan memiliki sikap sosial yang bukan hanya melihat kesuksesan untuk diri sendiri tetapi  jiwa sosial yang dibangun oleh pendidikan formal, non formal dan informal. Sumber daya manusia yang injili bukan hanya melihat pada diri sendiri tetapi memiliki kepekaan sosial tanpa membedakan suku, agama, dan ras. Penelitian ini bagi penulis kiranya dapat memberi kontribusi positif bagi keluarga, gereja, dan masyarakat. Khusus bagi GMIM dalam dunia pendidikan dasar, menengah, sampai pada perguruan tinggi sedangkan bagi pemerintah kota Tomohon dapat menjadi referensi untuk dibuatkan Perda Tomohon kota Injil tanpa mengabaikan nilai – nilai kebersamaan dalam kerukunan suku, agama dan ras.

 

           

BIBLIOGRAFI

 

Adnan, G. (2020). Sosiologi agama: memahami teori dan pendekatan. Ar-raniry Press.

Antone, H. S. (2010). Pendidikan Kristiani Kontekstual. BPK Gunung Mulia.

Chandra, R. I. (2018). Gereja Dalam Anugerah, Gereja Dalam Transisi. BPK Gunung Mulia.

Cholil, A. (2013). A to Z 26 kiat menata keluarga. Elex Media Komputindo.

Conway, B. (2014). Religious institutions and sexual scandals: A comparative study of Catholicism in Ireland, South Africa, and the United States. International Journal of Comparative Sociology, 55(4), 318–341.

Graafland, N., & Montolau, L. R. (1991). Minahasa: Negeri, Rakyat dan Budayanya.

Gunawan, A. W. (2013). Hypnotherapy for children. Gramedia Pustaka Utama.

Jonch, C. (2017). Metode Praktis Penyelidikan Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Leuwol, N. V., Wula, P., Purba, B., Marzuki, I., Brata, D. P. N., Efendi, M. Y., Masrul, M., Sahri, S., Ahdiyat, M., & Sari, I. N. (2020). Pengembangan Sumber Daya Manusia Perguruan Tinggi: Sebuah Konsep, Fakta dan Gagasan. Yayasan Kita Menulis.

Pelmelay, E. (2023). Korelasi Antara PAK Keluarga Dengan Pembentukan Karakter Anak. REI MAI: Jurnal Ilmu Teologi Dan Pendidikan Kristen, 1(1), 31–37.

Raco, J. (2010). Metode penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya.

Rantung, D. (2024). Pendidikan Pluralis Dan Penelitian Pluralisme. https://kabaroikos.com/agama-dan-kerukunan

Rumengan, P. (2023). Musik Liturgi Gereja, Fungis dan Peranan: Tuntunan dalam Pengekpresian, Penciptaan, Penataan, dan Penelitian, melalui Pendekatan Multidisiplin. Pohon Cahaya.

Saputra, A. (2017). Menguatnya Politik Identitas dan Problem Kerukunan Beragama di Manokwari. Mimikri, 3(1), 15–27.

Siregar, H. (2001). Menuju dunia baru. BPK gunung Mulia.

Smith, G. (2004). Faith in community and communities of faith? Government rhetoric and religious identity in urban Britain. Journal of Contemporary Religion, 19(2), 185–204.

Tuwo, V. (2016). Pengaruh sikap dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib Pajak Bumi dan Bangunan di kelurahan Tara-Tara Kota Tomohon. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(1).

 

 

Copyright holder:

Jefry Kalalo (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: