Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 4, April 2024
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN OWNER TERHADAP KINERJA KONTRAKTOR
PELAKSANA
Santy Margaretha Manullang
Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini memberi gambaran bahwa
hasil kinerja dari kontraktor berpengaruh pada kepuasan owner dan nama baik
dari perusahaan yang terlibat. Setelah semua instrument dianggap valid
berikutnya dilakukan analisis dengan Metode Research GAP untuk menunjukkan
faktor yang paling dominan dalam kepuasan owner lalu melakukan analisis dengan
Metode IPA (Importance Performance Analysis) untuk menunjukkan faktor kinerja
penting apa yg harus ditunjukan untuk memenuhi kepuasan owner setelah itu
melakukan analisis dengan Metode CSI (Customer Satisfaction Index) untuk
mengetahui kepuasan owner. Hasil identifikasi dan analisis menyatakan bahwa 5
(lima) variabel faktor kinerja berpengaruh pada kepuasan owner, yaitu variabel
keandalan (reliability), variabel ketanggap (responsiveness), variabel empati
(empathy), variabel jaminan (assurance) dan variabel bukti fisik (tangibles).
Sesuai nilai CSI adalah sebesar 65.92%, nilai tersebut termasuk dalam rentang
nilai 60%-CSI-80% yaitu masuk dalam kategori puas.
Kata kunci: Kepuasan Owner, Kinerja Kontraktor
Abstract
The purpose of this study
illustrates that the performance results of the contractor affect the
satisfaction of the owner and the good name of the company involved. After all
instruments are considered valid, then an analysis is carried out with the
Research GAP Method to show the most dominant factors in owner satisfaction,
then conduct an analysis with the IPA Method (Importance Performance Analysis)
to show what important performance factors must be shown to meet owner
satisfaction, after that conduct an analysis with the CSI (Customer
Satisfaction Index) Method to determine owner satisfaction. The results of
identification and analysis stated that 5 (five) performance factor variables
affect owner satisfaction, namely reliability variables, responsiveness
variables, empathy variables, assurance variables and physical evidence
variables (tangibles). According to the CSI value is 65.92%, the value is
included in the range of 60%-CSI-80% value, which is included in the satisfied
category.
Keywords: Owner Satisfaction, Contractor Performance
Pendahuluan
Membangun aksesibilitas jalan merupakan salah satu upaya untuk memajukan
suatu daerah. Ketika satu daerah dapat terhubung dengan daerah yang lain maka
disinilah terjadi interaksi ekonomi,
social dan budaya yang membuat masing-masing dari daerah tersebut semakin maju (Ruky, 2002; Santoso,
2003). Membuka keterisolasian
dengan membangun jalan dan jembatan sebagai komponen utama prasarana
transportasi membentuk jaringan jalan akan menjadi penunjang kelancaran
kemajuan perekonomian antar provinsi, kota dan kabupaten. Jalur Trans Papua
menjadi salah satu program dari 9 (sembilan) program Nawa Cita yang digagas
oleh Presiden Republik Indonesia untuk menunjukkan prioritas jalan yang harus
dibangun menuju Indonesia Maju. Ketika akses jalan telah dibangun dan saling
terhubung maka peningkatan kualitas hidup masyarakat akan jauh lebih baik (Fitriana, 2014; Kaming
& Riano, n.d.).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai instansi yang
berwenang dalam membangun aksesibilitas nasional seperti jalan dan jembatan,
melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang terdiri dari beberapa Satuan
Kerja mampu mewujudkan program tersebut. Salah satunya adalah Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Papua (Jayapura) yang memiliki 7
(tujuh) PPK (Nurhadi, 2017).
Berdasarkan Nota Dinas nomor : 08/ND/Br/2022 tanggal 24 Januari 2022
tentang Revisi Usulan Perubahan Terkait Restrukturisasi Satker dan PPK
Lingkungan Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II dimana untuk
panjang penanganan PPK 1.5 Provinsi Papua dari semula menangani 2 (dua) ruas
meliputi ruas Yetti-Senggi- Mamberamo dan ruas Mamberamo-Elelim kini hanya
menangani ruas Yetti-Senggi-Mamberamo sedangkan ruas Mamberamo-Elelim menjadi
penanganan PPK 1.7 Provinsi Papua yang masih dalam status jalan non nasional.
Sehingga jumlah PPK yang dibawahi oleh Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah
I Provinsi Papua (Jayapura) berjumlah sebanyak 7 (tujuh) PPK (Khadafi et al., 2019).
Surat Keputusan Menteri PUPR nomor: 1688/KPTS/M/2022 tanggal 02 Desember
2022 Tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional.
Terdapat 14 (empat belas) ruas jalan yang telah masuk dalam SK Jalan Nasional
dan ada 1 (satu) ruas yang berstatus non nasional. Masing-masing ruas telah
dibagi kepada 7 (tujuh) PPK untuk dilaksanakan sesuai dengan aturan dan
ketentuan yang berlaku, yaitu terdiri dari PPK 1.1 Provinsi Papua, PPK 1.2
Provinsi Papua, PPK 1.3 Provinsi Papua, PPK 1.4 Provinsi Papua, PPK 1.5
Provinsi Papua, PPK 1.6 Provinsi Papua
dan PPK 1.7 Provinsi Papua
(Muktafa, 2023).
Penetapan ruas jalan nasional menurut statusnya sebagai jalan nasional
adalah sepanjang 748,90 Km dan panjang
jalan dengan status non nasional adalah sepanjang 37,55 Km sehingga
total panjang penanganan yang ditangani khusus untuk Satuan Kerja Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Papua (Jayapura) adalah sepanjang 786,45 Km.
Sebagai bagian dalam kategori ruas penanganan terpanjang di lingkungan
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Jayapura, sehingga mempengaruhi jumlah proyek
yang harus dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan peranan jalan sebagai jalur
Trans Papua, membuat kontraktor sebagai agen penyedia jasa konstruksi yang
berkualifikasi baik diharapkan mampu bekerja sama dengan pihak instansi selaku
owner guna mencapai tujuan yang tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya (Repadi et al., 2017;
Syahroni, 2018).
Setiap proyek konstruksi tentunya mempuyai cara untuk mengukur
keberhasilannya oleh karna itu hal inilah yang menjadi penting bagi owner untuk
terus dapat memonitoring setiap progres kemajuan dari proyek-proyek yang sedang
berjalan sehingga tindakan perbaikan maupun pencegahan dapat diketahui dan
dilakukan sejak dini (Wijanarko, 2013;
Yufrizal & Yulius, n.d.).
Tolak ukur keberhasilan suatu proyek dilihat dari kepuasan para pihak yang
terlibat terutama pihak owner sebagai pemilik sekaligus pemberi tugas (Hansen, 2017). Dalam mencapai tujuan
pekerjaan tentunya tidak terlepas dari berbagai macam persoalan yang bisa
menimbulkan konflik dan mengancam kesuksesan proyek. Hal yang paling sering
menjadi pertikaian adalah ketika diperhadapkan dengan ketidaksamaan persepsi
antara maksud dan tujuan yang ingin dipenuhi sehingga dapat mempengaruhi
produktifitas dan efisiensi kerja
(Paramarta, 2016).
Oleh karena itu peneliti akan menganalisis sekaligus mengkaji cara mengukur
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja dari kontraktor dalam
menjalin hubungan kerja sama dengan owner yang diukur dari penyelesaian
pekerjaan sesuai kepuasan dari owner
Sepanjang 5
(lima) tahun berjalan sebagian besar proyek di lingkungan Satker PJN Wilayah I
Provinsi Papua (Jayapura) selesai (PHO) sesuai dengan waktu yang disepakati di
dalam kontrak namun terdapat beberapa proyek yang terselesaikan dalam masa denda
bahkan ada yang mengalami pemutusan kontrak. Padahal seharusnya dengan proses
tender yang panjang dan tahapan kualifikasi yang intens maka sudah semestinya
penyedia jasa dalam hal ini kontraktor pelaksana yang terpilih adalah
kontraktor yang mampu bekerja sama dengan baik bersama pihak pengguna jasa dari
awal sampai akhir proyek. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini
dilakukan guna mencari jawaban sejauh mana kinerja kontraktor yang berpengaruh
pada kepuasan owner (Fitriana, 2014; Neno
& Noviana, 2013).
Pengamatan
awal dari peneliti bahwa faktor penentunya adalah keandalan (reliability),
ketanggapan (responsiveness), sifat empati (empathy), jaminan atau kepercayaan
(assurance), bukti fisik (tangibles) dari kontraktor. Kontraktor seharusnya
betul-betul memahami serta menjiwai tupoksi sesuai dengan keahliannya, lalu
manajemen perusahaan yang kurang cermat dan tidak adanya sinkronisasi kerjasama
antar tim sehingga berpengaruh pada target pekerjaan.
Tentunya
peneliti akan membuktikan hipotesis kemudian peneliti mengambil data melalui
responden dan didukung dengan data-data kontrak serta jurnal/studi literatur
yang terdahulu dengan hasil penelitian yang dapat bermanfaat sebagai bahan
evaluasi kedepan agar kontraktor dapat meningkatkan layanan kualitasnya
sehingga harapan owner dapat tercapai berlandaskan kesepakatan yang tertuang di
dalam ketentuan kontrak.
Tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor kinerja
kontraktor yang berpengaruh pada kepuasan owner. 2) Menganalisis dominant
factor dari kinerja kontraktor yang berpengaruh pada kepuasan owner. 3) Mengidentifikasi
dan menganalisis faktor kinerja kontraktor berdasarkan Research GAP. 4. Mengidentifikasi
dan menganalisis faktor kinerja kontraktor berdasarkan Metode Importance
Performance Analysis (IPA).
Berdasarkan
tujuan penelitian, diharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat memberikan
manfaat dan konstribusi, antara lain: 1) Tersedianya informasi yang terbukti
kebenarannya tentang faktor kinerja dari kontraktor selaku penyedia jasa yang
berpengaruh pada kepuasan owner untuk menjadi acuan agar memperbaiki atau
mempertahankan kinerja dimasa mendatang; 2) Memberi gambaran bahwa hasil
kinerja dari kontraktor berpengaruh pada kepuasan owner dan nama baik dari
perusahaan yang terlibat.
Metode
Penelitian
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Papua
(Jayapura) terdiri dari 7 (tujuh) PPK dengan masing-masing ruas penanganan yang
berbeda. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor: 1688/KPTS/M/2022 tanggal 2 Desember 2022 yang dapat dilihat pada
Tabel 1 dan tabel 2.
Yang menjadi objek penelitian adalah kepuasan owner terhadap kinerja
kontrakor yang bekerja di sepanjang ruas-ruas penanganan di dalam Tabel 1 dan
Tabel 2. Lokasi penelitian beralamat di Jl. Abepantai Jl. Raya Abepura -
Sentani, Asano, Abepura, Kota Jayapura, Papua 99351, Indonesia (titik koordinat : -2.6161091,140.6791743).
Jenis-jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah jenis data
kualitatif. Adapun penjelasannya adalah data primer diperoleh dari wawancara
atau hasil pengisian kuesioner yang berisikan pernyataan-pernyataan yang
disusun dari berbagai literatur yang berkaitan dengan kinerja kontraktor yang
diisi owner dalam hal ini PPK selaku Pejabat Pembuat Komitmen/ Pejabat Penandatangan
Kontrak, Koordinator pengawas lapangan dan Pengawas Lapangan.
Peneliti juga melibatkan Kepala Satuan Kerja, Asisten Teknik, Kepala
Bidang/Kepala Seksi serta Asisten Teknik dari seksi Preservasi & Asisten
Teknik seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan dikarenakan selama proses
pelaksanaan proyek pihak-pihak tersebut juga turut berperan penting dan aktif
dalam setiap proses berjalannya proyek.
Data sekunder meliputi dokumen kontrak, surat keputusan Menteri PUPR,
dokumen Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan dokumen-dokumen pendukung lainnya yang disimpan
sebagai arsip PPK 1.5 Provinsi Papua serta buku referensi, penelitian terdahulu
dan literatur-literatur.
Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antara variabel X sebagai
variabel bebas dan variabel Y sebagai variabel terikat masih berupa dugaan yang
perlu diuji apakah ada pengaruh yang signifikan. Analisis regresi linear dilakukan
dengan signifikasi 5%. Peneliti kemudian menyusun dan menyebarkan kuesioner
kepada responden dan hasilnya dilakukan Uji Validitas terhadap instrumen yang
telah disusun peneliti guna menilai apakah seperangkat alat ukur yang disusun
peneliti sudah tepat. Kemudian peneliti melakukan Uji Reliabilitas terhadap
instrument tersebut untuk mengetahui kehandalan instrumen (Ghozali, 2018).
Setelah semua instrument dianggap valid berikutnya dilakukan analisis
dengan Metode Research GAP untuk menunjukkan faktor yang paling dominan dalam
kepuasan owner lalu melakukan analisis dengan Metode IPA (Importance
Performance Analysis) untuk menunjukkan faktor kinerja penting apa yg harus
ditunjukan untuk memenuhi kepuasan owner setelah itu melakukan analisis dengan
Metode CSI (Customer Satisfaction Index) untuk mengetahui kepuasan owner.
Sampel/ Responden dari owner yang dimaksud dalam penelitan ini adalah
para pemilik proyek (owner) yang berkompeten, yang berurusan langsung dengan
kontraktor pelaksana untuk proyek jalan dan jembatan di sepanjang ruas
penanganan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Papua
(Jayapura). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probabilistic (purposive sampling) dimana sampel yang dipilih dapat
mewakili untuk menilai kinerja kontraktor pelaksana.
Hasil dan
Pembahasan
Distribusi Kuisioner
Kuisioner
dalam penelitian ini disebarkan kepada owner dalam hal ini PPK (Pejabat pembuat
komitmen/Pejabat penandatangan kontrak), koordinator pengawas lapangan dan
pengawas lapangan. Selain itu peneliti melibatkan Kepala Satuan Kerja, Kepala
Seksi beserta asisten tekniknya, Asisten Perencanaan dan Pengawasan Satuan
Kerja sebagai responden dikarenakan untuk garis koordinasi setiap pelaksanaan
proyek dari awal (PCM/PreConstruction Meeting) hingga akhir masa kontrak
(FHO/Final Hand Over) selalu melibatkan pihak-pihak tersebut terutama dalam
situasi SCM (Show Cause Meeting) sehingga dinilai berkompeten sebagai
responden. Dari total kuisioner sebanyak 40 (empat puluh) semua responden
mengisi dan mengembalikan kepada peneliti.
1) Diagram Kartesius Kuadran I (Kinerja Berlebihan)
Pada Kuadran I diagram kartesius ini menunjukkan
indikator dari variabel kinerja yang memiliki tingkat kepuasan tinggi sementara
tingkat kepentingan masih bisa ditoleransi.
Tabel 1. Variabel kinerja pada Kuadran I
(Hasil Analisis, 2023)
No |
Variabel |
Variabel
Pengukuran |
Lokasi
Kuadran |
Keterangan |
A8 |
Menyediakan bedeng/barak di lokasi atau
fasilitas |
I |
Kinerja Berlebihan |
|
18 |
B8 |
I |
Kinerja Berlebihan |
|
C11 |
Kontraktor tanggap dalam menyerap
keuangan sesuai dengan progres fisik yang sudah dikerjakan |
I |
Kinerja Berlebihan |
|
D3 |
Kontraktor menyerahkan seluruh atau
Sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai ketetapan yang berlaku |
I |
Kinerja Berlebihan |
|
D8 |
Kontraktor membayar upah pekerja di atas
standar rata-rata |
I |
Kinerja Berlebihan |
|
48 |
E1 |
I |
Kinerja
Berlebihan |
|
49 |
E2 |
Kontraktor
mengindahkan petunjuk, teguran dan perintah tertulis dari owner |
I |
Kinerja
Berlebihan |
52 |
E5 |
I |
Kinerja
Berlebihan |
|
|
|
|
|
|
Tabel 2. Variabel kinerja pada Kuadran I
(Hasil Analisis, 2023) (Lanjutan)
No |
Variabel |
Variabel
Pengukuran |
Lokasi
Kuadran |
Keterangan |
55 |
E8 |
Kontraktor
memperdayakan masyarakat setempat sebagai subkon & pelaku padat karya di
proyek guna mendukung percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional |
I |
Kinerja
Berlebihan |
Dari hasil
analisis terhadap Kuadran I yang menunjukan indikator kinerja berlebihan dari
kontraktor menurut kepuasan owner menunjukan nilai presentase sebesar
25.70%. Indikator-indikator kinerja yang masuk dalam kategori kepuasan tinggi
tetapi tingkat kepentingannya rendah, dalam hal ini dimaksudkan bahwa owner
merasa puas terhadap kinerjanya akan tetapi tidak menganggap begitu penting,
sehingga dalam pelaksanaannya dapat dikurangi kinerjanya dengan melihat
seberapa urgent pekerjaan
tersebut.
2) Diagram
Kartesius Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Pada Kuadran II diagram kartesius ini menunjukkan indikator dari variabel kinerja yang memiliki tingkat kepuasan dan kepentingan yang tinggi, Oleh karena itu kinerja perlu untuk dipertahankan karena tingkat pelaksanaannya sudah sesuai dengan tingkat kepentingan sehingga kepuasan owner telah tercapai. Adapun variabel kinerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Variabel kinerja pada Kuadran II
(Hasil Analisis, 2023)
No |
Variabel |
Variabel
Pengukuran |
Lokasi
Kuadran |
Keterangan |
1 |
A1 |
II |
Pertahankan
Prestasi |
|
A3 |
Kontraktor menyiapkan kantor sementara (direksi
keet) di lokasi proyek |
II |
Pertahankan Prestasi |
|
10 |
A10 |
II |
Pertahankan
Prestasi |
|
11 |
B1 |
II |
Pertahankan
Prestasi |
|
13 |
B3 |
Kontraktor
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan selesai 100% setelah SPMK dikeluarkan |
II |
Pertahankan
Prestasi |
14 |
B4 |
II |
Pertahankan
Prestasi |
|
23 |
C2 |
Kontrakor
membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan |
II |
Pertahankan
Prestasi |
24 |
C3 |
Kontraktor
Membuat As Built Drawing setelah pekerjaan selesai seluruhnya dan
sebelum dilakukan penyerahan pekerjaan |
II |
Pertahankan
Prestasi |
28 |
C7 |
II |
Pertahankan
Prestasi |
|
29 |
C8 |
Kontraktor
membuat laporan hasil pengujian mutu, JMD dan JMF terhadap item-item
pekerjaan yang membutuhkan laporan hasil pengujian |
II |
Pertahankan
Prestasi |
30 |
C9 |
Kontraktor
membuat laporan dokumentasi di setiap item pekerjaan |
II |
Pertahankan
Prestasi |
31 |
C10 |
Kontraktor
selalu hadir dalam setiap undangan rapat (monitoring, evaluasi & rapat
kontrak kritis/ SCM) yang diberikan owner |
II |
Pertahankan
Prestasi |
38 |
D5 |
Pelaksanaan
proyek dilakukan secara teratur/terjadwal |
II |
Pertahankan
Prestasi |
39 |
D6 |
Menerapkan Sistem
manajemen mutu selama masa konstruksi |
II |
Pertahankan
Prestasi |
40 |
D7 |
Kontraktor
mengasuransikan para pekerjanya |
II |
Pertahankan
Prestasi |
42 |
D9 |
Kontraktor
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aturan pengadaan barang/jasa
pemerintah |
II |
Pertahankan
Prestasi |
51 |
E4 |
Kontraktor
mempelajari terlebih dahulu gambar-gambar sebelum melaksanakan pekerjaan dan
apabila terdapat kesalahan/ kekeliruan dan kekurangan harus memberi tahu
kepada perencana proyek dan Owner |
II |
Pertahankan
Prestasi |
53 |
E6 |
Kontraktor
melakukan pendekatan dengan masyarakat/ lingkungan sekitar proyek |
II |
Pertahankan
Prestasi |
54 |
E7 |
Kontraktor
sering berkomunikasi/ berkonsultasi |
II |
Pertahankan
Prestasi |
Dari hasil
analisis terhadap Kuadran II yang menunjukan indikator kinerja yang perlu
dipertahankan prestasinya dari kontraktor menurut kepuasan owner menunjukan
nilai presentase sebesar 26.23%. Kuadran II merupakan kuadran dengan nilai
persentase tertinggi, ini berarti owner sudah merasa puas dengan kinerja
kontraktor sehingga perlu dipertahankan kinerjanya.
3) Diagram Kartesius Kuadran III (Prioritas Rendah)
Pada Kuadran III menunjukkan indikator-indikator dalam
posisi kuadran ini, dinilai kurang berpengaruh pada kepuasan owner dan
dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana secara biasa saja (Prioritas Rendah).
Tabel 4. Variabel
kinerja pada Kuadran III (Hasil Analisis, 2023)
No |
Variabel |
Variabel
Pengukuran |
Lokasi
Kuadran |
Keterangan |
4 |
A4 |
III |
Prioritas Rendah |
|
5 |
A5 |
III |
Prioritas Rendah |
|
6 |
A6 |
Petugas lapangan
mengenakan seragam (uniform) di lokasi proyek |
III |
Prioritas Rendah |
7 |
A7 |
III |
Prioritas Rendah |
|
A9 |
Kontraktor membuat jalur yang dapat
dilewati kendaraan tanpa harus mengganggu proses pelaksanaan proyek |
III |
Prioritas Rendah |
|
15 |
B5 |
III |
Prioritas Rendah |
|
16 |
B6 |
III |
Prioritas Rendah |
|
17 |
B7 |
III |
Prioritas Rendah |
|
20 |
B10 |
Perusahaan
Kontraktor tidak menggonta-ganti personal yang dapat memicu keterlambatan
pekerjaan |
III |
Prioritas Rendah |
26 |
C5 |
Kecepatan dalam
merespon permintaan pemilik proyek |
III |
Prioritas Rendah |
33 |
C12 |
Ketersediaan
alat berat yang selalu ada untuk keadaan tanggap darurat |
III |
Prioritas Rendah |
34 |
D1 |
III |
Prioritas Rendah |
|
43 |
D10 |
Kontraktor
mengasuransikan para pekerjanya dan pihak direksi dalam hal ini owner yang terlibat |
III |
Prioritas Rendah |
44 |
D11 |
Kontraktor sigap melengkapi dokumen yang diminta oleh
pihak konsorsium dalam proses pencairan jaminan pelaksanaan/ jaminan uang muka
apabila mengalami pemutusan kontrak |
III |
Prioritas Rendah |
45 |
D12 |
Kontraktor sigap melengkapi dokumen yang diminta oleh
Pihak Konsorsium dalam proses pencairan Jaminan Pelaksanaan/ Jaminan Uang
muka apabila mengalami pemutusan kontrak |
III |
Prioritas Rendah |
46 |
D13 |
Kontraktor
membuat jalur yang dapat dilewati kendaraan tanpa harus mengganggu proses
pelaksanaan proyek |
III |
Prioritas Rendah |
50 |
E3 |
Kemudahan Owner
meminta bantuan kepada kontraktor |
III |
Prioritas Rendah |
Dari hasil
analisis terhadap Kuadran III yang menunjukan indikator kinerja dengan
prioritas rendah menurut kepuasan owner menunjukan nilai presentase sebesar
24.04%. Pada kuadran ini indikator-indikator kinerja tidak perlu
diprioritaskan/ ditingkatkan karena dalam pelaksanaannya dianggap biasa/cukup.
4) Diagram Kartesius Kuadran IV (Prioritas Perbaikan)
Pada Kuadran
IV diagram kartesius diperoleh hasil bahwa terdapat ketidakpuasan owner
terhadap kinerja kontraktor pelaksana sementara keberadaan variabel-variabel
ini penting. Untuk itulah perlu dilakukan perbaikan kinerja.
Tabel 5. Variabel
kinerja pada Kuadran IV (Hasil Analisis, 2023)
No |
Variabel |
Variabel
Pengukuran |
Lokasi
Kuadran |
Keterangan |
2 |
A2 |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
|
12 |
B2 |
Keberadaan
kontraktor siap setiap saat diperlukan pada waktu kegiatan proyek
dilaksanakan |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
B9 |
Kontraktor memiliki kondisi keuangan
yang baik dalam perusahaan |
IV |
Perbaikan Kinerja |
|
21 |
B11 |
Kontraktor
melaksanakan proses MC. 0 dengan perhitungan yang tepat sesuai kebutuhan
target |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
22 |
C1 |
Kontraktor
cepat tanggap atas keluhan dan masalah dari pengguna jasa |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
25 |
C4 |
Kecepatan
menangani masalah (biaya, mutu, waktu, konflik dan sebagainya) yang terjadi
di lapangan |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
27 |
C6 |
Kontraktor
menyiapkan Shop Drawing dan detail dari hasil survei tidak lebih dari
30 Hari setelah SPMK |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
35 |
D2 |
Kontraktor
menyediakan alat K3 seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga
keselamatan pekerja dan masyarakat |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
37 |
D4 |
Kontraktor
melaksanakan pemeliharaan bangunan setelah selesai dibangun selama masa
pemeliharaan berlangsung |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
47 |
D14 |
Produk Akhir Rapih |
IV |
Perbaikan
Kinerja |
Dari hasil
analisis terhadap Kuadran IV yang menunjukan indikator kinerja yang perlu
dilakukan perbaikan oleh kontraktor menurut kepuasan owner menunjukan nilai
presentase sebesar 24.02% karena dianggap penting namun dalam pelaksanaannya
belum memuaskan.
Sesuai dengan
hasil analisis yang telah dilakukan maka keputusan analisis adalah sebagai
berikut:
Kepuasan
owner terhadap kinerja kontraktor pelaksana di Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan
Nasional Wilayah I Provinsi Papua sesuai nilai Customer Satisfaction Index
(CSI) berdasarkan hasil analisis diperoleh sebesar 65.92%, nilai tersebut
termasuk dalam rentang nilai 60%-CSI-80% yaitu masuk dalam kategori puas.
Faktor yang paling dominan adalah faktor Empati (X5) dengan nilai median
sebesar 3.50. Hal ini berbeda dengan faktor dominan dari kinerja kontraktor yang
berpengaruh pada kepuasan owner di daerah Aceh, dimana yang menjadi dominan
faktor ada faktor keandalan yang diukur dengan nilai mean sebesar 3.71
(R,Khadafy, Mohammad, Muttaqin, Anita Rauzana , 2019).
Analisis
Importance Performance Analysis (IPA) diketahui terdapat beberapa variabel
kinerja telah memuaskan, perlu dilakukan perbaikan, berprioritas rendah dan
dianggap berlebihan.
Tabel 6. Kategori
Indikator Kinerja dalam Kuadran IPA (Hasil Analisis, 2023)
Kuadran |
Median |
Persentase (%) |
Keterangan |
I |
3.47 |
25.70 |
Kinerja Berlebihan |
II |
3.54 |
26.23 |
Pertahankan Kinerja |
III |
3.25 |
24.04 |
Prioritas Rendah |
IV |
3.25 |
24.02 |
Prioritas Perbaikan |
Dari Hasil
analisis Importance Performance Analysis (IPA) yang terlihat pada Tabel 6
menyatakan bahwa indikator kinerja yang tergolong dalam kategori pertahankan
kinerja mendapatkan persentasi tertinggi yaitu sebesar 26.23%, sehingga
memvalidasi nilai dari hasil analisis CSI pada poin nomor 1 yang menyatakan
Puas;
Persentase
Kuadran I dengan kategori kinerja berlebihan sebesar 25.70%. terdapat 6 (enam)
indikator kinerja di dalamnya, yaitu: 1) Menyediakan bedeng/barak di lokasi
atau fasilitas. 2) Seluruh personal kontraktor melaksanakan tugas dan tanggung
jawab masing-masing sesuai dengan jabatannya3) Kontraktor tanggap dalam
menyerap keuangan sesuai dengan progres fisik yang sudah dikerjakan, 4) Kontraktor
menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai
ketetapan yang berlaku, kontraktor membayar upah pekerja di atas standar
rata-rata, kesabaran kontraktor dalam menerima keluhan pengguna jasa. 5) Kontraktor mengindahkan petunjuk,
teguran dan perintah tertulis dari owner. 6) Kontraktor meneliti keadaan
setempat di lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan sehingga sudah
memperhitungkan semua konsekuensinya sehubungan dengan pekerjaan konstruksi dan
kontraktor memperdayakan masyarakat setempat sebagai subkon & pelaku padat
karya di proyek guna membantu perekonomian. Variabel ini dianggap tidak perlu
diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya.
Persentase
Kuadran II dengan kategori kinerja berlebihan sebesar 26.23%. terdapat 14
(empat belas) indikator kinerja di dalamnya, yaitu: 1) Peralatan dan
perlengkapan proyek memadai dan baik, 2) Kontraktor menyiapkan kantor sementara
(direksi keet) di lokasi proyek, 3) Produk Akhir Lengkap, Kualitas bangunan
sesuai Spesifikasi Teknis. 4) Kontraktor menyelesaikan pekerjaan dengan baik
dan selesai 100% setelah SPMK dikeluarkan, Kontraktor melaksanakan pekerjaan
sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
Pengguna Jasa. 5) Kontrakor Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan
harian, mingguan dan bulanan. 6) Kontraktor Membuat As Built Drawing setelah
pekerjaan selesai seluruhnya dan sebelum dilakukan penyerahan pekerjaan, 7) Kontrakor
membuat Back Up Data secara detail, 8) Kontraktor membuat laporan hasil
pengujian mutu, JMD dan JMF terhadap item-item pekerjaan yang membutuhkan
laporan hasil pengujian. 9) Kontraktor Membuat laporan dokumentasi di setiap
item pekerjaan, Kontraktor selalu hadir dalam setiap undangan rapat
(monitoring, evaluasi & rapat kontrak kritis/ SCM) yang diberikan owner, 10)
Pelaksanaan proyek dilakukan secara teratur/terjadwal, Menerapkan Sistem
manajemen mutu selama masa konstruksi. 11) Kontraktor mengasuransikan para
pekerjanya. 12) Kontraktor memiliki pengetahuan yang memadai tentang aturan
pengadaan barang/jasa pemerintah. 13) Kontraktor mempelajari terlebih dahulu
gambar-gambar sebelum melaksanakan pekerjaan dan apabila terdapat kesalahan/
kekeliruan dan kekurangan harus memberi tahu kepada perencana proyek dan Owner.
14) Kontraktor melakukan pendekatan dengan masyarakat/ lingkungan sekitar
proyek, Kontraktor sering berkomunikasi/ berkonsultasi.
Dalam proses
pelaksanaanya variabel-variabel tersebut telah sesuai dengan kepentingan dan
kepuasan owner sehingga perlu untuk dipertahankan prestasi kerjanya. Persentase
Kuadran III dengan kategori kinerja berlebihan sebesar 24.04%. terdapat 13
(tiga belas) indikator kinerja di dalamnya, yaitu: 1) Kebersihan di lapangan
selama masa konstruksi. 2) Kontraktor berpenampilan rapi dan meyakinkan. 3) Memiliki
kantor tetap/ permanen. 4) Kontraktor membuat jalur yang dapat dilewati
kendaraan tanpa harus mengganggu proses pelaksanaan proyek. 5) Kontraktor
memiliki peralatan sendiri (bukan sewa). 6) Kontraktor melakukan upaya-upaya
untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan, misalnya bekerja lembur meskipun
belum termasuk kategori kontrak kritis. Karena tergolong dalam prioritas
rendah, sehingga kontraktor pelaksana tidak mesti berlebihan dalam
melaksanakannya.
Persentase
Kuadran IV dengan kategori kinerja berlebihan sebesar 24.02%. terdapat 10
(sepuluh) indikator kinerja di dalamnya yang perlu mendapat prioritas
perbaikan, yaitu: 1) Jumlah tenaga kerja yang memadai dalam pelaksanaan proyek.
2) Keberadaan kontraktor siap setiap saat diperlukan pada waktu kegiatan proyek
dilaksanakan. 3) Kontraktor memiliki kondisi keuangan yang baik dalam perusahaa.
4) Kontraktor melaksanakan proses MC. 0 dengan perhitungan yang tepat sesuai
kebutuhan target. 5) Kontraktor cepat tanggap atas keluhan dan masalah dari
pengguna jasa. 6) Kecepatan menangani masalah (biaya, mutu, waktu, konflik dan
sebagainya) yang terjadi di lapangan. Variabel-variabel yang perlu dapat
perhatian khusus untuk ditingkatkan kinerjanya.
Dominant
Factor dari kinerja yang berpengaruh pada kepuasan owner apabila dilihat dari
nilai median adalah variabel empati (empathy) X5 dengan persentase sebesar
22.22% sebagai urutan pertama, selanjutnya variabel ketanggapan
(responsiveness) sebesar 20.63% X3, variabel bukti fisik (tangible) X1 sebesar
19.05%, variabel jaminan (assurance) X4 sebesar 19.05% dan variabel keandalan (reliability) X2
sebesar 19.05%. Analisis dengan Research GAP merupakan analisis yang dilakukan
terhadap uji beda antara variabel kepuasan dengan variabel kepentingan. Uji
beda ini kemudian dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu:
Research GAP dengan selisih
terkecil
Indikator-indikator
yang tergolong dalam kategori dengan beda terkecil merupakan indikator yang
dalam kinerja aktual telah sesuai dengan apa yang dianggap penting oleh owner.
Adapun indikator dengan selisih terkecil tersebut adalah sebagai berikut: a) Kontraktor
selalu hadir dalam setiap undangan rapat (monitoring, evaluasi & rapat
Kontrak Kritis/SCM) yang diberikan owner (C10). b) Kontraktor tanggap dalam
menyerap keuangan sesuai dengan progres fisik yang sudah dikerjakan (C11). c) Kontraktor
mengindahkan petunjuk, teguran dan perintah tertulis dari owner (E2). d) Kontraktor
memperdayakan masyarakat setempat sebagai subkon & pelaku padat karya di
proyek guna mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional (E8). e) Kontraktor
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aturan pengadaan barang/jasa
pemerintah (D9).
Research GAP dengan selisih
terbesar
Indikator-indikator
yang tergolong dalam kategori dengan beda terbesar merupakan indikator yang
dalam kinerja aktual belum sesuai dengan apa yang dianggap penting oleh owner.
Adapun indikator dengan selisih terbesar tersebut adalah sebagai berikut: a) Kontraktor
menyediakan alat K3 seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga
keselamatan pekerja dan masyarakat (D2). b) Kontraktor melaksanakan
pemeliharaan bangunan setelah selesai dibangun selama masa pemeliharaan berlangsung
(D4). c) Pelaksanaan proyek dilakukan secara teratur/terjadwal (D5). d) Menerapkan
sistem manajemen mutu selama masa konstruksi (D6). e) Produk Akhir Rapih (D14).
Analisis
dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan adalah metode
yang digunakan untuk mengukur kinerja kontraktor pelaksana yang akan dipetakan
ke dalam analisis 4 kuadran. Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui variabel
prioritas yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan owner untuk dapat
ditingkatkan atau dipertahankandikategorikan menjadi 2 bagian (Fitriana, 2014) yaitu.
Kinerja
Berlebihan; a) Menyediakan bedeng/barak
di lokasi atau fasilitas (A8). b) Seluruh personal kontraktor melaksanakan
tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan jabatannya (B8). c) Kontraktor
tanggap dalam menyerap keuangan sesuai dengan progres fisik yang sudah
dikerjakan. d) Kontraktor menyerahkan seluruh atau Sebagian pekerjaan yang
telah diselesaikannya sesuai ketetapan yang berlaku (D3). e) Kontraktor
membayar upah pekerja di atas standar rata-rata (D8). f) Kesabaran kontraktor
dalam menerima keluhan pengguna jasa (E1). g) Kontraktor mengindahkan petunjuk,
teguran dan perintah tertulis dari owner (E2). h) Kontraktor meneliti keadaan
setempat di lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan sehingga sudah
memperhitungkan semua konsekuensinya sehubungan dengan pekerjaan konstruksi
(E5). i) Kontraktor memperdayakan masyarakat setempat sebagai subkon &
pelaku padat karya di proyek guna mendukung percepatan Pemulihan Ekonomi
Nasional (E8).
Pertahankan
Prestasi; a) Peralatan dan perlengkapan proyek memadai dan baik (A1). b) Kontraktor
menyiapkan kantor sementara (direksi keet) di lokasi proyek (A3). c) Produk
Akhir Lengkap (A10). d) Kualitas bangunan sesuai Spesifikasi Teknis (B1). e) Kontraktor
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan selesai 100% setelah SPMK dikeluarkan
(B3). f) Kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Pengguna Jasa (B4). g) Kontrakor
membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan
(C2). h) Kontraktor Membuat As Built Drawing setelah pekerjaan selesai
seluruhnya dan sebelum dilakukan penyerahan pekerjaan (C3). i) Kontrakor
membuat Back Up Data secara detail (C7).
Prioritas
Rendah; a) Kebersihan di lapangan selama masa konstruksi (A4). b) Kontraktor
berpenampilan rapi dan meyakinkan (A5). c) Petugas lapangan mengenakan seragam
(uniform) di lokasi proyek A6. d) Memiliki kantor tetap/ permanen (A7). e) Kontraktor
membuat jalur yang dapat dilewati kendaraan tanpa harus mengganggu proses
pelaksanaan proyek (A9). f) Kontraktor memiliki peralatan sendiri (bukan sewa)
(B5). g) Kontraktor melakukan upaya-upaya untuk mempercepat penyelesaian
pekerjaan, misalnya bekerja lembur meskipun belum termasuk kategori kontrak
kritis (B6). h) Kontraktor merupakan perusahaan bonafide (B7). i) Perusahaan
Kontraktor tidak menggonta-ganti personal yang dapat memicu keterlambatan
pekerjaan (B10). J) Kecepatan dalam merespon permintaan pemilik proyek (C5). k)
Ketersediaan alat berat yang selalu ada untuk keadaan tanggap darurat (C12).
Perbaikan
Kinerja; a) Jumlah tenaga kerja yang memadai dalam pelaksanaan proyek (A2). b) Keberadaan
kontraktor siap setiap saat diperlukan pada waktu kegiatan proyek dilaksanakan
(B2). c) Kontraktor memiliki kondisi keuangan yang baik dalam Perusahaan (B9). d)
Kontraktor melaksanakan proses MC. 0 dengan perhitungan yang tepat sesuai
kebutuhan target (B11). e) Kontraktor cepat tanggap atas keluhan dan masalah
dari pengguna jasa (C1). f) Kecepatan menangani masalah (biaya, mutu, waktu,
konflik dan sebagainya) yang terjadi di lapangan (C4).
Kesimpulan
Hasil identifikasi dan analisis menyatakan bahwa 5 (lima) variabel faktor
kinerja berpengaruh pada kepuasan owner,
yaitu variabel keandalan (reliability), variabel ketanggap
(responsiveness), variabel empati (empathy), variabel jaminan (assurance) dan
variabel bukti fisik (tangibles). Sesuai nilai CSI adalah sebesar 65.92%, nilai
tersebut termasuk dalam rentang nilai 60%-CSI-80% yaitu masuk dalam kategori
puas; Dominant factor dari kinerja
kontraktor yang berpengaruh pada kepuasan owner apabila dilihat dari nilai
median adalah variabel empati (empathy) X5 dengan persentase sebesar 22.22%. Faktor kinerja yang
apabila dilihat dari analisis Research GAP terbagi menjadi 2 (dua) kategori
berdasarkan selisih dari uji beda, yaitu; (1) research GAP dengan selisih terkecil, Indikator-indikator yang tergolong dalam kategori
dengan beda terkecil merupakan indikator yang dalam kinerja aktual telah sesuai
dengan apa yang dianggap penting oleh owner, dan (2) research
GAP dengan selisih terbesar, Indikator-indikator yang tergolong dalam kategori
dengan beda terbesar merupakan indikator yang dalam kinerja aktual belum sesuai
dengan apa yang dianggap penting oleh owner.
BIBLIOGRAFI
Fitriana, D. (2014). Tugas Akhir:
Pengukuran Kepuasan Kontraktor Terhadap Kinerja Klien Pada Proyek Konstruksi
Pemerintah. Semarang: UNDIP.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi analisis
multivariate dengan program IBM SPSS 25.
Hansen, S. (2017). Manajemen Kontrak
Konstruksi (New Edition). Gramedia Pustaka Utama.
Kaming, P. F., & Riano, A. G. (n.d.).
Faktor Penentu Kinerja Efektif Bagi Konsultan Manajemen Proyek (080K). Dalam
Konferensi Nasional Teknik Sipil, 7.
Khadafi, M. R., Muttaqin, M., &
Rauzana, A. (2019). Identifikasi Faktor Kinerja Kontraktor Yang Paling
Berpengaruh Terhadap Kepuasan Stakeholders Di Dinas Cipta Karya Aceh. Jurnal
Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan, 2(3), 268–275.
Muktafa, A. R. (2023). Analisa Kepuasan
Pengguna Jasa Konstruksi Berdasarkan Kinerja Kontraktor. Universitas Batanghari
Jambi.
Neno, A. L., & Noviana, D. H. (2013). Pengukuran
Kepuasan Kontraktor terhadap Kinerja Klien pada Proyek Konstruksi Pemerintah.
Diponegoro University.
Nurhadi, A. (2017). Kepuasan pengguna
jasa terhadap kinerja konsultan manajemen konstruksi pada proyek konstruksi
bangunan gedung. Program Magister Teknik Sipil-Program Pascasarjana Unpar.
Paramarta, V. (2016). Pengaruh Hubungan dan
Posisi Tawar Menawar Karyawan Kontrak Kerja terhadap Produktivitas dan Kepuasan
Stakeholder. Media Komunika (Jurnal Komunikasi) Universitas Sangga Buana
YPKP, 1(1), 51–62.
Repadi, E. K., Yosritzal, Y., &
Purnawan, P. (2017). Persepsi Owner Terhadap Kompetensi Manajemen Kontraktor
Jalan di Sumatera Barat. Jurnal Rekayasa Sipil, 13(2), 91–100.
Ruky, A. S. (2002). Sistem manajemen
kinerja. Gramedia Pustaka Utama.
Santoso, B. (2003). Manajemen Proyek. Penerbit
Graha Ilmu, Yogjakarta.
Syahroni, M. (2018). Analisis kepuasan
owner terhadap kinerja kontraktor di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Lumajang. Wijaya Kusuma Surabaya University.
Wijanarko, B. (2013). Evaluasi
Pengembangan Indikator Kinerja: Studi Kasus Di Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan (BPKP). Universitas Gadjah Mada.
Yufrizal, W., & Yulius, N. (n.d.).
Analisis Faktor Kinerja Penyedia Barang/Jasa Konstruksi Jembatan Yang
Berpengaruh Terhadap Kepuasan Owners Dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang Provinsi Sumatera Barat. Abstract of Undergraduate Research,
Faculty of Post Graduate, Bung Hatta University, 15(3).
Copyright holder: Santy Margaretha Manullang (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |