Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 6, Juni 2024

 

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN MINAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DAN PAPSMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR DI LINGKUNGAN PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA KOORCABREM 092 PD VI/MULAWARMAN

 

Dita Wasthu Prasida

STIKES Eka Harap Palangkaraya, Palangka Raya, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Kanker serviks masih menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan karena menjadi penyebab utama kematian pada wanita setelah kanker payudara. Di Indonesia, tingkat kejadian kanker serviks menempati peringkat kedua tertinggi, dengan 23.4 kasus per 100.000 wanita dan tingkat kematian mencapai 13.9 per 100.000 wanita. Hasil studi pendahuluan dengan wawancara kepada ketua seksi sosial diperoleh bahwa ibu-ibu tidak mau jika ada pemeriksaan IVA yang diadakan secara berkala, dikarenakan takut dengan hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan minat melakukan  pemeriksaan IVA dan pap smear pada pasangan usia subur. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasional, yang bertujuan untuk menemukan korelasi antara variabel dengan pendekatan "Cross Sectional" dengan seluruh responden sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami dengan minat Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan IVA (p=0,002 < α) dan pemeriksaan papsmear (p=0,002 < α). Hal ini menegaskan bahwa keterlibatan suami dapat menjadi faktor penentu dalam keputusan pasangan usia subur untuk melakukan pemeriksaan Pap smear sebagai langkah deteksi dini kanker serviks..

Kata kunci: dukungan suami, minat IVA, minat pap smear, pasangan usia subur

 

Abstract

Cervical cancer remains a serious health concern as it is the leading cause of death in women after breast cancer. In Indonesia, the incidence rate of cervical cancer is the second highest, with 23.4 cases per 100,000 women and a mortality rate of 13.9 per 100,000 women. The results of preliminary studies by interviewing the head of the social section obtained that mothers do not want if there is an IVA examination held regularly, because they are afraid of the results that will be obtained. The purpose of the study: to determine the relationship between husband's support and interest in conducting IVA and pap smear examinations in couples of childbearing age. This study used a correlational analytic research design, which aims to find the correlation between variables with a "Cross Sectional" approach with all respondents as samples. The results showed a relationship between husband's support and the interest of childbearing age couples (PUS) in performing IVA examination (p=0.002 < α) and papsmear examination (p=0.002 < α). This confirms that the involvement of husbands can be a determining factor in the decision of couples of childbearing age to conduct Pap smear tests as an early detection measure for cervical cancer.

Keywords: spousal support, IVA interest, pap smear interest, couples of childbearing age

 

 

      

Pendahuluan

Kanker serviks merupakan salah satu penyakit kanker yang paling umum pada wanita di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2015), dan telah menjadi masalah kesehatan global yang signifikan. Meskipun kanker serviks secara efektif dapat dideteksi dan diobati pada tahap awal, angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks masih cukup tinggi yaitu 570.000 kasus baru dengan 90% kematian di negara-negara berkembang (WHO, 2018). Banyaknya jumlah penderita kanker serviks mendorong pemerintah untuk mencari Solusi alternatif untuk menguranginya dengan upaya  upaya pencegahan kanker serviks melalui rencana strategis Kemenkes Sustainable Development Goals (SDGS) 2015, dengan target pencegahan yang mencakup hampir seluruh provinsi di Indonesia hingga tahun 2030. Pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) dan Papsmear adalah dua metode yang umum digunakan untuk deteksi dini kanker leher rahim atau serviks (Bustanil & Lubis, 2018). Kesadaran wanita terhadap pentingnya deteksi dini kanker serviks masih rendah dan kurangnya minat mereka karena kurangnya dukungan dari keluarga (Wulandari et al., 2019). Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluarga tentang pemeriksaan pap smear dan IVA mempengaruhi hal tersebut, sehingga menyebabkan kurangnya dukungan dari keluarga terhadap keputusan PUS untuk menjalani pemeriksaan tersebut. Dukungan dari orang lain atau kelompok terdekat memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku seseorang dalam hal kesehatan. Apabila seseorang memiliki lingkaran sosial yang memahami kesehatan dengan baik, hal tersebut akan mempengaruhi pola hidup wanita tersebut (Wahyuni & Adiyasa, 2019). Prevalensi kanker serviks di Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi dengan 23.4 kasus per 100.000 wanita dan tingkat kematian mencapai 13.9 per 100.000 wanita. Pada tahun 2018, sebanyak 2.747.662 perempuan (7,34%) melakukan deteksi dini kanker serviks dan dari jumlah tersebut teridentifikasi 77.699 perempuan sebagai positif IVA (Kemenkes RI, 2019). Namun, pemeriksaan skrining dengan pap smear dan IVA masih dilakukan oleh sekitar 5% dari total populasi perempuan di Indonesia (Febriani, 2016).

Tingkat partisipasi yang masih rendah di berbagai wilayah, termasuk di kalangan pasangan usia subur. Faktor-faktor yang memengaruhi minat dan partisipasi dalam pemeriksaan tersebut merupakan hal penting untuk dipahami guna meningkatkan upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Salah satu faktor yang telah diidentifikasi sebagai penting dalam memengaruhi partisipasi dalam pemeriksaan kesehatan, termasuk pemeriksaan IVA dan Papsmear, adalah dukungan sosial dari pasangan hidup atau suami bagi wanita. Dukungan suami dapat mencakup berbagai bentuk, termasuk dukungan emosional, dukungan praktis, dan dukungan informasi terkait kesehatan. Dukungan sosial tersebut diyakini memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi perilaku kesehatan, termasuk keputusan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Hasil studi pendahuluan di lingkungan Perist Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 092 PD VI/ Mulawarman menunjukkan bahwa tidak ada ibu persit yang menderita kanker serviks atau belum terdapat data mengenai penderita kanker serviks karena kurangnya partisipasi ibu persit dalam pemeriksaan IVA atau papsmear. Dukungan suami terhadap keputusan PUS untuk memeriksa deteksi dini kanker serviks diharapkan dapat memunculkan keinginan PUS untuk melakukan IVA dan pap smear di fasilitas kesehatan terdekat. Upaya tersebut akan memudahkan dalam penanganan atau deteksi dini serta mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada kasus kanker serviks. Oleh karena itu, penelitian ini tertarik untuk mengeksplorasi hubungan antara dukungan suami dengan minat melakukan pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) dan pap smear pada pasangan usia subur (PUS). Diharapkan, temuan dari penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berharga tentang faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi dalam pemeriksaan kesehatan reproduksi wanita, serta memberikan landasan untuk pengembangan intervensi yang lebih efektif dalam meningkatkan partisipasi dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan minat melakukan  pemeriksaan IVA dan pap smear pada pasangan usia subur.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan "Cross Sectional" untuk mengeksplorasi hubungan antar variabel. Responden terdiri dari 44 ibu-ibu anggota Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 092 PD VI/Mulawarman yang tinggal di Tanjung Selor dan tinggal serumah dengan suami yang dipilih dengan teknik total sampling. Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi variabel bebas, yaitu dukungan keluarga, dan variabel terikat, yaitu minat melakukan pemeriksaan IVA pada PUS dan minat melakukan pemeriksaan pap smear pada PUS. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Maret hingga Oktober 2023, dan data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Nonparametrik dengan uji korelasi spearman rank (Rho). Uji ini bertujuan untuk mengukur tingkat hubungan antara dua variabel menggunakan skala ordinal.

 

Hasil dan Pembahasan

Dukungan Suami Pada Pasangan Usia Subur Dalam  Melakukan Pemeriksaan IVA Dan Pap Smear

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas dari responden menunjukkan tingkat dukungan suami yang tinggi yaitu sebanyak 32 individu (76,2%). Dukungan dari keluarga dianggap mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup yang buruk dapat memperparah kondisi penyakit termasuk penyakit kronis seperti kanker serviks (Effendi & Widiastuti, 2014). Dukungan keluarga mempermudah individu dalam menghadapi masalah membuatnya merasa dicintai, dapat berbagi masalah, serta berbagi perasaan dengan terbuka dapat memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi (Susilawati, 2014). Menurut penelitian ini, dukungan suami dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, tingkat pengetahuan, sosioekonomi, dan latar belakang budaya. Mayoritas responden berusia di atas 35 tahun (54,8%), di mana pada usia ini dapat menunjukkan kematangan dalam pengambilan keputusan terutama terkait dengan pemeriksaan IVA dan pap smear. Dukungan suami dalam hal dukungan instrumental menunjukkan tingkat dukungan yang baik termasuk dukungan finansial dan material seperti membiayai, menyediakan fasilitas, mengantar, dan mendampingi pasangan dalam melakukan pemeriksaan yang menunjukkan kondisi ekonomi yang cukup baik yang dapat mendukung pasangan dalam melakukan pemeriksaan IVA dan pap smear. Selain itu, mayoritas responden (97,6%) mendapatkan informasi dari puskesmas mengenai pendidikan dan pengetahuan kesehatan.

 

Minat Wanita Usia Subur Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA

Top of Form

 Dari hasil penelitian, terungkap bahwa semua responden menunjukkan minat yang tinggi. Minat dianggap sebagai dorongan motivasi yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang diinginkan dengan kebebasan untuk memilih. Ketika seseorang melihat bahwa suatu kegiatan akan memberikan manfaat, maka minatnya akan muncul dan hal tersebut kemudian memberikan kepuasan. Namun, jika tingkat kepuasan menurun, maka minat juga cenderung menurun. Oleh karena itu, minat tidak bersifat tetap, tetapi dapat berubah-ubah seiring waktu. Minat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mendorong individu untuk mengadopsi perilaku kesehatan dengan memberikan dorongan, bimbingan, dan dukungan emosional. Kehadiran dukungan keluarga dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri individu dalam menjalankan perilaku kesehatan yang diinginkan (Fauziyah et al., 2018). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat termasuk usia, di mana aktor sosiodemografi, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kesehatan individu, karena tahapan hidup dan pengalaman yang berbeda-beda dapat memengaruhi pola perilaku kesehatan seseorang (Parapat et al., 2016), tingkat pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kemungkinan individu untuk menerima pesan positif terkait perilaku sehat, karena pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan pemahaman yang lebih baik akan pentingnya kesehatan dan dampak positif dari perilaku sehat (Fauziyah et al., 2018), Pekerjaan memiliki dampak signifikan terhadap ketersediaan waktu dan energi untuk terlibat dalam aktivitas yang dianggap penting, selain itu juga memfasilitasi pertukaran informasi antara rekan kerja yang dapat memengaruhi perilaku individu terkait kesehatan (Dewi et al., 2014), Pengetahuan memainkan peran krusial dalam membentuk perilaku individu, karena pemahaman yang kuat tentang suatu masalah kesehatan dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan yang tepat dan mendukung kesejahteraan mereka (Enggayati & Idaningsih, 2017), sikap berperan dalam membentuk minat seseorang karena melibatkan kecenderungan subjek untuk menerima atau menolak objek atau gagasan tertentu yang dianggap penting bagi mereka (Sholihah & Sulistyorini, 2015). Jarak juga memengaruhi keputusan individu untuk menjalani skrining, karena semakin jauh jaraknya, semakin besar kemungkinan individu enggan untuk melakukan pemeriksaan karena alasan keterbatasan aksesibilitas dan kenyamanan (Parapat et al., 2016), paparan informasi memiliki peran penting dalam membantu individu memperoleh pengetahuan baru dan diharapkan dapat mengubah perilaku, karena informasi yang diterima dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah kesehatan dan mendorong individu untuk mengadopsi perilaku yang lebih sehat (Dewi et al., 2014), dukungan dari teman sebaya mempengaruhi keputusan individu untuk menjalani pemeriksaan, terutama jika teman tersebut adalah teman dekat, karena pengaruh sosial dan dukungan emosional yang diberikan oleh teman sebaya dapat memotivasi individu untuk mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan mereka (Parapat et al., 2016), dan dukungan dari tenaga kesehatan merupakan faktor pendorong atau penguat bagi individu dalam mengadopsi perilaku yang sehat, karena informasi, panduan, dan dorongan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat memberikan motivasi tambahan serta keyakinan pada individu untuk menjalankan perilaku kesehatan yang dianjurkan (Parapat et al., 2016). Dari hasil penelitian, didapati bahwa responden yang memperoleh dukungan suami cenderung untuk melakukan pemeriksaan IVA.

 

Minat Wanita Usia Subur Dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear

Minat Pasangan Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan pap smear menunjukkan bahwa seluruh responden menunjukkan minat yang tinggi. Minat adalah kecenderungan atau dorongan yang kuat yang mendorong seseorang untuk melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas atau perilaku tertentu karena dianggap penting, bermanfaat, atau menyenangkan bagi seseorang. Ketika individu merasa bahwa suatu aktivitas akan memberikan manfaat, maka minat untuk melakukannya akan muncul dan hal tersebut kemudian dapat menyebabkan kepuasan. Namun, jika tingkat kepuasan menurun maka minat juga cenderung menurun. Minat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah dukungan keluarga yang memfasilitasi terjadinya perilaku kesehatan meliputi memberikan dorongan, menyediakan sumber daya, dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk mengadopsi dan mempertahankan gaya hidup sehat (Fauziyah et al., 2018), Usia merupakan salah satu faktor sosiodemografi yang memiliki potensi untuk memengaruhi perilaku kesehatan individu karena perubahan tahap kehidupan yang berkaitan dengan pola perilaku dan kebiasaan kesehatan yang berbeda pada setiap fase usia (Parapat et al., 2016), tingkat pendidikan berperan dalam mempercepat penerimaan pesan positif terkait perilaku sehat, di mana tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan pemahaman dan kesadaran individu akan pentingnya berperilaku sehat serta memfasilitasi adopsi pola hidup yang sehat lebih cepat (Fauziyah et al., 2018), pekerjaan memiliki dampak pada ketersediaan waktu dan energi untuk berinteraksi dengan rekan kerja, karena tuntutan pekerjaan dapat memengaruhi waktu dan stamina yang tersedia bagi individu untuk terlibat dalam interaksi sosial di lingkungan kerja (Dewi et al., 2014), pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap perilaku individu karena pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau situasi dapat memotivasi individu untuk mengambil tindakan yang lebih sesuai dan bermanfaat bagi kesehatan mereka (Enggayati & Idaningsih, 2017), sikap mempengaruhi keinginan dan motivasi mereka untuk terlibat dalam perilaku tertentu (Sholihah & Sulistyorini, 2015), jarak juga mempengaruhi keputusan individu untuk melakukan skrining karena semakin jauh jarak antara individu dengan fasilitas pemeriksaan kesehatan, semakin mungkin individu tersebut akan mengalami kendala aksesibilitas yang dapat memengaruhi keputusan mereka untuk melakukan skrining (Parapat et al., 2016), paparan informasi berperan mengubah perilaku mereka, karena paparan informasi yang tepat dan relevan dapat meningkatkan pemahaman individu tentang suatu topik dan memotivasi mereka untuk mengadopsi perilaku yang lebih sehat atau sesuai dengan informasi yang diterima (Dewi et al., 2014), dukungan dari teman sebaya memiliki pengaruh signifikan dalam keputusan individu, karena dorongan dan dukungan dari teman sebaya dapat memperkuat motivasi dan kepercayaan diri individu untuk mengambil langkah-langkah dalam menjaga kesehatan (Parapat et al., 2016), dan dukungan dari tenaga kesehatan merupakan faktor pendorong bagi individu dalam mengadopsi perilaku karena saran, informasi, dan dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat memberikan motivasi tambahan dan keyakinan kepada individu untuk mengambil langkah-langkah yang lebih baik dalam menjaga kesehatan (Parapat et al., 2016).

 

Hubungan Dukungan Suami Dengan Minat Pasangan Usia Subur Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA

Hasil analisis statistik menggunakan metode Spearman Rank (Rho) untuk mengevaluasi korelasi antara dukungan suami dengan minat PUS dalam menjalani pemeriksaan IVA menunjukkan nilai p = 0,001 dengan tingkat signifikansi α = 0,05, artinya bahwa terdapat korelasi antara dukungan suami dan minat PUS dalam menjalani pemeriksaan IVA. Didukung oleh temuan (Sondang & Hadi, 2019) yang juga menyatakan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap pemeriksaan IVA pada wanita usia subur. Wanita yang memperoleh dukungan keluarga yang positif cenderung lebih berminat dalam menjalani pemeriksaan IVA, dan juga sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya dukungan suami akan meningkatkan minat PUS dalam menjalani pemeriksaan IVA. Sebaliknya, dukungan suami yang rendah akan mengurangi minat PUS dalam menjalani pemeriksaan IVA. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan dan dukungan suami dalam keputusan kesehatan reproduksi pasangan dapat menjadi faktor penting dalam mendorong adopsi praktik kesehatan yang preventif dan proaktif, seperti pemeriksaan deteksi dini kanker serviks menggunakan metode IVA

 

Hubungan Dukungan Suami Dengan Minat Pasangan  Usia Subur Dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear

Hasil analisis statistik menggunakan metode Spearman Rank (Rho) untuk menilai korelasi antara dukungan suami dan minat Pasangan Usia Subur (PUS) dalam menjalani pemeriksaan pap smear menunjukkan nilai p = 0,002 dengan tingkat signifikansi α = 0,05, artinya bahwa ada korelasi antara dukungan suami dan minat PUS dalam menjalani pemeriksaan pap smear. Penelitian oleh (Rahmawati, 2019) juga menemukan korelasi yang signifikan antara dukungan keluarga dan pemeriksaan pap smear pada wanita usia subur. Pentingnya dorongan keluarga untuk menjalani pap smear, karena wanita yang mendapat dukungan keluarga cenderung lebih mungkin untuk menjalani pemeriksaan tersebut daripada mereka yang tidak mendapat dukungan serupa. Semakin besar dukungan suami terhadap pasangan usia subur, semakin besar minat mereka untuk menjalani pemeriksaan tersebut. Sebaliknya, kurangnya dukungan suami dapat mengurangi minat pasangan usia subur dalam menjalani pemeriksaan pap smear. Dukungan yang diberikan oleh suami memainkan peran penting dalam memotivasi dan membantu pasangan usia subur untuk mengambil langkah proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka. Hal ini menegaskan bahwa keterlibatan suami dapat menjadi faktor penentu dalam keputusan pasangan usia subur untuk melakukan pemeriksaan Pap smear sebagai langkah deteksi dini kanker serviks.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh kesimpulannya sebagai berikut; (1) terdapat korelasi antara dukungan suami dan minat pasangan usia subur untuk menjalani pemeriksaan IVA, dengan nilai p = 0,001 yang lebih rendah dari nilai signifikansi α = 0,05, serta memiliki nilai korelasi sebesar 0,202, dan (2) terdapat korelasi antara dukungan suami dan minat pasangan usia subur untuk menjalani pemeriksaan pap smear, dengan nilai p = 0,002 yang lebih rendah dari nilai signifikansi α = 0,05, serta memiliki nilai korelasi sebesar 0,202.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Bustanil, & Lubis, D. P. U. (2018). Hubungan Persepsi Wanita Usia Subur (Wus) Tentang Kanker Serviks Dengan Motivasi Pemeriksaan Pap Smear Di Dusun Sapuangin Kelurahan Srandakan Kabupaten Bantul Yogyakarta. 07(1), 46–52.

Dewi, L., Supriati, E., & Dewi, A. P. (2014). Faktor - faktor yang berhubungan dengan perilku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di wilayah kerja puskesmas tanjung hulu pontianak timur tahun 2014. Jurnal Proners, 1(1), 1–10.

Effendi, N., & Widiastuti, H. (2014). Identifikasi aktivitas imunoglobulin M (Ig. M) ekstrak etanolik daun ceplukan (Physalis minima Linn.) pada mencit. Jurnal Kesehatan, 7(2).

Enggayati, N. T., & Idaningsih, A. (2017). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Papsmear Pada Wanita Pus > 25 Tahun Di Uptd Puskesmas Dtp Maja Kabupaten Majalengka. 3(01), 9–21.

Fauziyah, A., Khasanah, D. U., & Purwaningsih, I. (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pap Smear Pada Wanita Anggota Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Tegal.

Febriani, C. A. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Lampung. Jurnal Kesehatan, 7(2),228. https://doi.org/10.26630/jk.v7i2. 193

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan RI 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun, 2015, 125.

Parapat, F. T., Setyawan, H., & Saraswati, L. D. (2016). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode Inspeksi Visual Asam Asetat Di Puskesmas Candiroto Kabupaten Temanggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Journal), 4(4), 363–370.

Rahmawati, N. V. (2019). Hubungan Peran Keluarga Dengan Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur Di Dusun Bulu Desa Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Surya, 11(02), 10–16.

Sholihah, A. N., & Sulistyorini, E. (2015). Hubungan antara sikap pencegahan kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan inspeksi visual asam asetat pada wanita suia subur di RW IV desa cangkol mojolaban sukoharjo. 102–116.

Sondang, M., & Hadi, E. N. (2019). Dukungan Suami Terhadap Perilaku WUS (30-50 Tahun) dalam Melakukan Pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Bondongan Tahun 2018. Gaster, 17(2), 200. https://doi.org/10.30787/gaster. v17i2.368

Susilawati, D. (2014). Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif. Jurnal Keperawatan, 5(1).

Wahyuni, S., & Adiyasa, R. P. (2019). Hubungan dukungan suami dengan partisipasi mengikuti pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) pada wanita usia subur di RW 04 Kelurahan Terban Gondokusuman Yogyakarta Tahun 2018.

WHO. (2018). Cervical cancer. World Health Organization. https://www.who.int/cancer/pre vention/diagnosis- screening/cervical-cancer/en/

Wulandari, N., Astuti, T., & Fadhilah, S. (2019). Hubungan Dukungan Suami Dengan Perilaku Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat ( IVA ) Test Di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkaringan Sleman. Jurnal Kesehatan Karya Husada, 7(1), 57–65.

 

 

Copyright holder:

Dita Wasthu Prasida (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

                     This article is licensed under: