Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 6, Juni
2024
METODE KERJA PEMANCANGAN
SPUNPILE PADA PIER PROYEK
PENGGANTIAN DAN/ATAU DUPLIKASI JEMBATAN
CALLENDER HAMILTON DI PULAU JAWA JEMBATAN PEMALI
B, BREBES
Abstrak
Perkembangan teknologi yang cepat
membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat diandalkan dan fleksibel dalam
mengikuti perubahan dan perkembangan yang cepat dalam dunia kerja. Penentu
utama dari proses pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
bergantung pada pengetahuan yang berkembang berdasarkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Dengan SDM yang mampu mengikuti perkembangan IPTEK, diharapkan tujuan dan
cita-cita bangsa dapat tercapai. Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) Brebes,
sebagai perguruan tinggi swasta yang berlokasi di Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah, memainkan peran penting dalam mengembangkan SDM melalui penerapan Tri
Dharma Perguruan Tinggi, meliputi Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan
Pengembangan, serta Pengabdian kepada Masyarakat. Praktek Kerja Lapangan (PKL)
merupakan bagian dari kurikulum yang bertujuan mewujudkan Tri Dharma, khususnya
dalam Penelitian dan Pengembangan. Kegiatan ini wajib diikuti oleh mahasiswa S1
Program Studi Teknik Sipil di UMUS Brebes, dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman praktis dalam dunia profesional, sehingga meningkatkan
kualitas SDM dan keahlian sesuai prospek karier Teknik Sipil di tengah
perkembangan teknologi dan globalisasi. Laporan ini berfokus pada perencanaan
dan pelaksanaan pemancangan spunpile dalam pembangunan jembatan pier di CH
Pemali B Brebes, yang membahas penggunaan peralatan dan bahan, tahap
pelaksanaan, serta solusi dalam pemecahan masalah, memberikan kontribusi pada
relevansi kurikulum, penyelesaian proyek, pengalaman kerja mahasiswa, dan
pengembangan jaringan profesional.
Kata kunci: Pengembangan Teknologi, Sumber Daya
Manusia, Tri Dharma Perguruan Tinggi, Praktek Kerja Lapangan (PKL), Teknik
Sipil, Pemancangan Spunpile, Pembangunan Jembatan Pier.
Abstract
The rapid development of technology necessitates a reliable and
adaptable Human Resources (HR) that can keep up with the fast-paced changes and
developments in the workforce. The key determinant of the Science and
Technology (S&T) development process depends on the evolving knowledge
based on Human Resources (HR). With HR capable of following S&T developments,
it is hoped that the nation's goals and objectives will be achieved.
Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) Brebes, as a private university located in
Brebes Regency, Central Java, plays a crucial role in developing HR through its
implementation of the Tri Dharma of Higher Education, encompassing Education
and Teaching, Research and Development, and Community Service. The Field Work
Practice (PKL) is part of the curriculum aimed at realizing the Tri Dharma,
specifically in Research and Development. This activity is mandatory for Civil
Engineering undergraduate students at UMUS Brebes, aiming to enhance their
knowledge and practical experience in the professional world, thus improving HR
quality and expertise in line with Civil Engineering career prospects amidst
technological advancements and globalization. This report focuses on the
planning and execution of spun pile driving in the construction of pier bridges
at CH Pemali B in Brebes, addressing equipment and material usage,
implementation stages, and potential problem-solving solutions, contributing to
curriculum relevance, project completion, student work experience, and
professional network development.
Keywords: Technology Development, Human
Resources, Tri Dharma of Higher Education, Field Work Practice (PKL), Civil
Engineering, Spun Pile Driving, Pier Bridge Construction.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat pertumbuhannya membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat diandalkan serta dapat mengikuti perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat untuk dapat diaplikasikan dalam dunia kerja (Hambali et al., 2020; Radiansyah et al., 2023). Faktor penentu dari proses perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tergantung dari perkembangan ilmu yang dikembangkan berdasarkan Sumber Daya Manusia (SDM) (Adisaputro, 2020). Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) maka diharapkan tujuan bangsa dan negara akan terwujud (Anas, 2022; Wijaya et al., 2016).
Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) adalah perguruan tinggi swasta yang berlokasi di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Didirikan pada tahun 2012 oleh Dr. (HC) H. Muhadi Setiabudi, UMUS menjadi universitas pertama yang berkedudukan di Kabupaten Brebes. Pada tahun 2013, UMUS diresmikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Dra. Hj. Rustriningsih, MSi, dan Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti, A.Md., S.E.
Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) Brebes yang menjadi salah satu wadah pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dimana Perguruan Tinggi ini menganut sistem yang dinamakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT), yaitu: 1) Pendidikan dan Pengajaran, 2) Penelitian dan Pengembangan serta 3) Pengabdian Kepada Masyarakat.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) menjadi salah satu kurikulum untuk mewujudkan sistem itu, dimana dalam Tri Dharma PT yaitu Penelitian dan Pengembangan (Julaiha & Kadir, 2013; Somantri, 2019). Kegiatan ini harus diikuti mahasiswa S1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UMUS Brebes. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan menambah pengalaman di dunia kerja nantinya sehingga mahasiswa bertambah kualitas SDM, ilmu dll yang sesuai dengan prospek kerja Teknik Sipil mengingat seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mahasiswa siap menghadapi era globalisasi (Anwar et al., 2021).
Sehubungan dengan hal itu, Perguruan Tinggi (PT) sebagai tempat untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, berkepribadian mandiri, dan berintelektual yang baik. Dunia kerja memerlukan Sumber Daya Manusia yang unggul di bidangnya dimana dunia kerja juga merupakan bagian dari integral sistem pendidikan nasional yang berfungsi sebagai output dari pembelajaran di dalam perguruan tinggi, maka dari itulah mahasiswa diuji dalam kegiatan PKL ini (Santika, 2021). Karena disitulah output dari perguruan tinggi akan dihadapkan dengan dunia kerja.
Jembatan merupakan Struktur Bangunan yang menghubungkan rute/lintasan yang terputus oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan atau perlintasan lainnya (Fadlan et al., 2019). Mengingat fungsi tersebut, jembatan menjadi salah satu sarana transportasi yang memiliki peran yang cukup penting dalam kelancaran pergerakan lalu lintas (Wahyu et al., 2013).
Perencanaan jembatan merupakan salah satu upaya meningkatkan aktivitas perekonomian dan menunjang kelancaran lalu lintas pada daerah-daerah sehingga untuk menjangkau daerah yang satu dengan daerah yang lain lebih efisien dan efektif (Pratiwi, 2016). Sebagai langkah awal diperlukan suatu perencanaan teknik yang cermat hingga menghasilkan detail desain jembatan yang tepat dan efisien untuk memenuhi standar yang diterapkan (Ayuningtyas, 2022; Noviyanto, 2022; Utami, 2022).
Dalam rangka laporan praktik kerja lapangan ini, rumusan masalah meliputi pertanyaan mengenai alat dan bahan yang digunakan, tahap pelaksanaan, serta solusi untuk permasalahan yang mungkin timbul dalam pemancangan spunpile pada pier jembatan CH Pemali B di Brebes. Batasan masalah mengarahkan fokus pada metode kerja pemancangan spunpile, dengan penekanan pada penggunaan alat dan bahan, tahap perancanaan, serta solusi permasalahan yang terkait. Tujuan penelitian mencakup deskripsi, penjelasan, dan pemecahan permasalahan terkait pemancangan spunpile. Manfaatnya mencakup peningkatan relevansi kurikulum, penyelesaian proyek, pengalaman kerja bagi mahasiswa, dan pengembangan jaringan profesional.
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian dilakukan mulai tanggal 13 Februari 2023 hingga 13 Agustus 2023, selama kurang lebih enam bulan. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari hari Senin hingga Jumat, dengan jadwal antara pukul 08:00 hingga 16:00 WIB. Lokasi penelitian adalah Jl. Raya Pantura, Pebatan Timur, Pesantunan, Kec. Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, di mana proyek yang diteliti adalah Penggantian dan/atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton (CH) di Pulau Jawa.
Deskripsi Lokasi
Proyek
Lokasi proyek terletak di Jl. Raya Pantura, Pebatan Timur, Pesantunan, Kec. Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Latar Belakang
Proyek
Proyek ini adalah bagian dari Penggantian dan/atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton (CH) di beberapa lokasi di Pulau Jawa, termasuk di Kabupaten Brebes. Proyek bertujuan untuk memperbarui infrastruktur jembatan yang sudah tua atau membangun jembatan baru dengan standar yang lebih modern.
Data Proyek
Data proyek mencakup informasi umum tentang proyek, termasuk nomor kontrak, nilai kontrak, waktu pelaksanaan, dan perusahaan yang terlibat dalam pelaksanaan proyek.
Struktur Organisasi
Proyek
Struktur organisasi proyek menunjukkan hierarki dan hubungan antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek, mulai dari pemilik proyek hingga kontraktor pelaksana.
Tahap Pelaksanaan
Penelitian
Penelitian dilakukan melalui serangkaian tahapan yang meliputi:
1) Sosialisasi PKL: Pengenalan mahasiswa terhadap proyek dan pengarahan oleh pihak program studi.
2) Survey Lokasi: Penelitian awal tentang lokasi proyek dan perkembangan konstruksi.
3) Koordinasi dengan Pihak Lapangan: Persiapan administratif dan izin untuk melakukan penelitian.
4) Observasi di Lapangan: Pengamatan langsung terhadap pekerjaan konstruksi dan masalah yang muncul.
5) Studi Literatur: Penelitian teori-teori terkait yang relevan dengan proyek.
6) Penyusunan Laporan: Pengumpulan dan analisis data serta penyusunan laporan penelitian.
7) Sidang PKL: Presentasi laporan dan diskusi dengan dosen pembimbing.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari observasi di lapangan dan studi literatur akan dianalisis untuk mengevaluasi proyek serta menarik kesimpulan yang relevan dengan tujuan penelitian.
Metode penelitian ini akan memberikan pemahaman yang mendalam tentang pelaksanaan proyek Penggantian dan/atau Duplikasi Jembatan Callender Hamilton (CH) di Pulau Jawa, khususnya di Kabupaten Brebes, serta memberikan wawasan yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam konteks dunia konstruksi.
Penyediaan alat dan bahan pada suatu proyek adalah salah satu hal yang perlu dipersiapkan pada pelaksanaan pemancangan untuk memenuhi manajemen yang baik dan menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan alat dan bahan disesuaikan dengan tahapan pekerjaan yang sedang berlangsung.
Adapun alat yang digunakan untuk proses pemancangan spunpile pada pier jembatan CH Pemali B adalah sebagai berikut:
1) Ponton
Ponton digunakan sebagai dudukan alat berat ketika melakukan pekerjaan pemancangan di atas air. Ponton ditarik menggunakan tug boat ke lokasi titik tiang pancang.
Sebuah cofferdam dibangun
untuk memberikan para pekerja lingkungan
kerja yang kering. Tumpukan sheetpile akan didorong di sekitar lokasi kerja, segel beton
ditempatkan ke bagian bawah untuk mencegah air merembes masuk dari bawah sheetpile, dan air dipompa
keluar (dewatering).
3)
Crawler Crane
Alat yang digunakan untuk mendirikan tiang pancang dan melakukan proses pemancangan adalah Crawler Crane berkapasitas 55 Ton dan Crawler Crane berkapasitas 260 Ton. Sebelum pekerjaan tiang pancang dimulai, terlebih dahulu Crawel Crane harus di inspeksi kelayakannya oleh Ahli Pesawat Angkat Angkut atau oleh PJK.3. Verifikasi SIO (Surat ljin Operator), SILO (Surat ljin Layak Operasi), dan Loadchart daya angkat harus ditempel pada bagian crane yang mudah dilihat.
4)
Drop Flaying Hammer
Drop Flaying Hammer adalah alat berat yang sistemnya menggunakan pukulan dengan beban 6,3 ton. Cara kerjanya dinaikkan ke atas pada ketinggian 2,5 meter dari tiang pancang kemudian dijatuhkan ke bawah hingga tiang pancang masuk ke dalam tanah.
5)
Pile Cutter Machine
Pile Cutter Machine adalah alat yang digunakan
untuk memotong tiang pancang beton untuk diameter
tiang pancang 40, 50 atau 60 cm.
6) Gerinda
Gerinda adalah alat yang digunakan untuk pemotongan tiang pancang.
7)
Hammer Demolition Machine
Hammer
Demolition memiliki fungsi untuk membobok atau
menghancurkan beton, digunakan untuk membobok tiang pancang.
8)
Sling Angkut (Lifting Wire Rope)
Sling yang di gunakan untuk mengangkat spunpile harus di cek kelayakannya terlebih dahulu, selain itu sling yang digunakan harus memiliki sertifikat dan lolos uji segeVclamp. Sling yang digunakan untuk mengangkat spunpile berukuran 22 mm.
9)
Perlengkapan Las (Welding Set)
Alat las digunakan untuk menyambung spunpile.
10)
Total Station
Total Station digunakan untuk menentukan titik koordinat spunpile dan untuk membidik spunpile yang sedang ditumbuk oleh Flaying Hammer agar tiang pancang tetap tegak lurus serta untuk memastikan spunpile tersebut sudah berada di titik koordinat yang sudah ditentukan.
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun
horizontal. Dalam proyek ini, waterpass
digunakan untuk memastikan tiang pancang sebelum
ditumbuk agar berada pada posisi
rata secara vertikal (tegak).
Pada tahap pemancangan tiang pancang beton pracetak untuk jembatan, terdapat beberapa bahan yang diperlukan untuk proses pemancangan tiang pancang yaitu sebagai berikut:
a. Tiang Pancang
(Spun Pile) diameter 60 cm
Tiang Pancang yang digunakan berjenis tiang pancang bulat dengan diameter 60 cm dan type B. Kedalaman rencana dan panjang tiang yang digunakan sebagai konfigurasi tiang pancang adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Konfigurasi Pemancangan Jembatan CH Pemali Brebes
(Sumber: Data Proyek)
b. Plat Baja
Plat baja dengan tebal 24 mm digunakan sebagai landasan Crawler Crane di darat agar beban terdistribusi secara merata.
c. Besi Tulangan Spiral
Besi tulangan spiral digunakan untuk isian pancang dengan besi jenis ulir dan berdiameter 13 berjarak 150. Fungsinya yaitu untuk pengikat kekuatan pancang dengan struktur atasnya.
d.
Beton
Ready Mix
Beton Ready Mix yang digunakan untuk isian pancang yakni beton dengan mutu Fc’300 MPa. Untuk pekerjaan isian pancang dalam proyek ini menggunakan beton ready mix produksi dari PT. Varia Usaha Beton.
Kawat las digunakan untuk penyambungkan ujung pancang satu dengan yang lainnya. Kawat las yang digunakan pada proyek ini bermerk Kobe Steel ukuran 2,6 x 350 mm.
f. Cat Anti Korosi
Tiang pancang mempunyai fungsi sebagai penyangga bangunan yang ada di atasnya, sehingga diutamakan mempunyai kekuatan yang harus handal. Pengecatan tiang pancang dilakukan sesaat setelah proses joint welding tiang pancang.
Gambar 2.
Bagan Alir Pekerjaan
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Adapun tahap pekerjaan pemancangan spunpile pada
pier proyek penggantian
dan/atau duplikasi jembatan callender
hamilton jembatan Pemali B adalah sebagai berikut :
Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor mengajukan ijin untuk melakukan pekerjaan tiang pancang kepada Pengguna Jasa disertai dengan metode kerja, kebutuhan alat, kebutuhan tenaga kerja, spesifikasi dan rencana mutu sesuai dengan dokumen kontrak.
Setelah mendapat persetujuan segera dilakukan order pembelian. Proses produksi di pabrik, akan dilakukan kunjungan pabrik untuk melakukan Quality Control atas bahan yang sedang diproduksi dengan melibatkan Direksi Pekerjaan. Menyiapkan lokasi untuk meletakkan tiang pancang di dekat lokasi pekerjaan.
Pada waktu mengangkat atau
mengangkut tiang pancang precast, Kontraktor harus menyediakan tali baja dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mencegah
tiang pancang bengkok
atau betonnya retak. Tiang pancang beton tidak boleh diangkat dengan
cara selain digantung dengan tali baja yang dikaitkan
pada lubang pengangkatan, dimana posisinya harus diajukan dan disetujui dulu oleh Konsultan
Pengawas. Tiang pancang yang rusak dalam pengangkatan atau
pemancangan harus diganti. Tiang pancang
beton harus selalu ditangani dengan hati-hati untuk mencegah dari kerusakan. Setelah
sampai di lokasi pekerjaan, tiang pancang dipindah di stock pile.
1) Penentuan Titik Tiang Pancang
Sebelum melakukan pemancangan, perlu dilakukan penentuan titik koordinat dimana tiang pancang akan dipancang menggunakan alat Total Station dan alat prisma.
2) Galian
Untuk pekerjaan di abutment 1, pierhead 1, dan abutment 2 dibuat terbuka dengan ukuran sesuai dengan
shop drawing. Galian dibuat
sepanjang spunpile.
3) Set Up Ponton
Setelah marking dan setting out posisi spunpile, rnaka perlu dilakukan set up ponton di posisi pemancangan yang berada di sungai. Ponton digunakan sebagai dudukan alat ketika melakukan pekerjaan pemancangan di atas sungai. Ponton ditarik ke tengah sungai (posisi titik pancang) menggunakan tug boat.
4)
Pemasangan Cofferdam Sheetpile
Sebuah cofferdam dibangun untuk memberikan para pekerja lingkungan kerja yang kering. Turnpukan sheetpile akan didorong di sekitar lokasi kerja, sheetpile dipasang agar arus sungai yang terlalu besar tidak
menngganggu posisi ponton pada sungai.
Pernindahan tiang pancang dari stock pile ke alat tiang pancang dengan crane dan pasangkan tiang pancang dengan titik koordinat tiang pancang.
a) Cara pemancangan tiang pancang selanjutnya
adalah pendirian tiang pancang.
b)
Dengan
menggunakan bantuan Crane tiang pancang didirikan dan dipasangkan pada Drop Hammer. Pancang yang pertama diletakkan paling bawah adalah jenis Bottom yang
memiliki ujung runcing agar memudahkan pada saat
tiang pancang ditancapkan di tanah.
a) Pemancangan tiang pancang dilakukan
menggunakan bantuan Drop Flaying
Hammer.
b) Tiang pancang yang sudah ditempatkan pada Drop Flaying Hammer selanjutnya diarahkan tepat di atas guide beam sebagai patok titik pancang
yang sudah ditentukan. Sebelum dilakukan penumbukkan pancang, pastikan tiang pancang sudah rata secara vertikal
dengan menggunakan Waterpass.
c)
Setelah
itu tiang pancang ditumbuk dengan mesin Flaying
Hammer. Pada langkah ini harus
dilakukan pengawasan oleh tim surveyor agar
pancang tetap tegak lurus.
d) Dikarenakan
panjang tiang pancang
hanya 10-12 meter/batang sedangkan rencana kedalaman pondasi tiang pancang ± 50
meter, jadi tiap-tiap ujung tiang
pancang harus dilas. Sebelum dilas pastikan
kedua ujung tiang harus dalam keadaan lurus dan tidak bengkok. Setelah dilas tiang pancang kemudian dicat
dengan menggunakan cat anti korosi.
e)
Hal yang sama dilakukan
juga pada tiang pancang disemua
titik dengan jarak di
tiap-tiap tiang pancang yaitu 1733 mm untuk posisi memanjang dan 1800 mm untuk posisi melintang
serta dengan jumlah
tiang pancang di pier yaitu
sebanyak 27 titik.
Test PDA (Pile Driving Analysis) adalah metode pengujian yang digunakan untuk mengevaluasi performa dan kapasitas pondasi tiang pancang atau spunpile. Tes ini dilakukan selama proses pemasangan pondasi untuk memantau respon dinamis dan karakteristik struktural tiang pancang saat dipukul atau dikendarai ke dalam tanah. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam melakukan tes PDA:
9) Persiapan Alat
Persiapkan peralatan PDA yang terdiri dari sensor tekanan (strain gauge) dan pemancar getaran yang terpasang pada tiang pancang. Pastikan alat PDA terkalibrasi dengan baik dan siap digunakan.
10) Pemasangan
Sensor
Sensor tekanan dipasang pada tiang pancang di dekat ujung atasnya. Sensor ini akan merekam gaya dan tegangan yang dihasilkan saat tiang pancang dipukul atau dikendarai. Sensor juga dapat dipasang pada kedalaman yang lebih dalam untuk memantau respons struktural tiang pancang secara vertikal maupun lateral.
11) Pemasangan Pemancar
Pemancar getaran dipasang di sekitar kepala tiang pancang. Pemancar ini akan menghasilkan getaran yang ditransmisikan melalui tiang pancang saat dipukul atau dikendarai. Getaran ini akan merambat ke bawah melalui tiang pancang dan dideteksi oleh sensor tekanan.
12) Pengukuran dan Perekaman
Data
Saat proses pemasangan tiang pancang, getaran diberikan pada tiang dengan menggunakan Flying Hammer. Alat PDA akan merekam data gaya dan respons struktural yang dihasilkan selama proses pengemudian. Data ini akan direkam secara real-time atau disimpan untuk analisis lebih lanjut.
13) Analisis Data
Setelah pengujian selesai, data yang direkam akan dianalisis. Analisis data melibatkan penentuan gaya dan momen yang dihasilkan, respon dinamis tiang pancang, dan perhitungan kapasitas beban. Data juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah seperti getaran berlebih atau kemungkinan kerusakan struktural.
14) Interpretasi
Hasil
Hasil pengujian PDA digunakan untuk mengevaluasi kapasitas dan performa tiang pancang. Hasil dapat dibandingkan dengan spesifikasi desain dan standar yang berlaku untuk memastikan bahwa tiang pancang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Jika ada masalah yang diidentifikasi, tindakan perbaikan atau penyesuaian dapat diambil untuk memastikan kualitas dan keandalan pondasi.
Tabel 1. Hasil Pile Driving
Analysis Test
No |
Kapasitas Daya Dukung Tiang (RMX) |
Penurunan Maximum Tiang
(DMX) |
Nilai Keutuhan Tiang (BTA) |
1. |
305
ton |
23
mm |
100 % |
(Sumber: Data Proyek)
Penetrant Test atau tes penetrasi pada spunpile juga dikenal sebagai tes integritas beton merupakan salah satu uji NDT (Non Destructive Test) yang bertujuan untuk mengetahui cacat yang terjadi pada bagian surface (permukaan) benda uji. Pengujian ini biasa dilakukan pada material setelah dilakukan pengelasan. Indikator yang dicari pada tes ini seperti terjadinya keretakan, berlubang, atau patah pada joint spunpile. Sampel tes penetrasi diambil sebagai bahan analisa untuk mengavalusi material atau benda uji tanpa merusak fungsi benda uji tersebut. Berikut adalah beberapa langkah umum dalam proses tes penetrasi spunpile:
1)
Peralatan dan Bahan
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk tes penetrasi seperti cairan penetran (cleaner/remover, red penetrant, dan developer), lap pembersih, kuas bila diperlukan, serta catatan pengukuran yang sesuai.
2)
Persiapan
Permukaan yang akan diuji dan daerah sekitarnya (minimum lebar 25 mm) harus kering dan bersih dari kotoran, minyak, maupun zat pengotor lainnya yang dapat berpotensi menutupi bagian permukaan dan mengganggu proses identifikasi diskontinuitas pada saat pengujian. Proses ini dapat dilakukan menggunakan sikat baja untuk membersihkan permukaan.
3)
Pembersihan Awal
Permukaan yang akan diuji dan daerah sekitarnya (minimum lebar 25 mm) yang sebelumnya sudah dilakukan pembersihan kotoran menggunakan sikat baja yang harus dibersihkan memakai solvent cleaner/remover. Pengaplikasian cleaner dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a)
Penyemprotan
cleaner untuk pembersihan awal bisa
langsung dilakukan pada daerah yang akan
dilakukan pengujian.
b)
Setelah dilakukan
pembersihan awal, biarkan
permukaan material yang akan diuji selama minimal
1 menit, hal ini dilakukan
agar cleaner yang ada di dalam diskontinuitas menguap.
4)
Pengaplikasian Red Penetrant
Setelah material yang diuji sudah melalui tahap-tahap yang ditentukan tadi, maka tahap selanjutnya adalah pengaplikasian red penetrant. Red penetrant disemprotkan atau dioles menggunakan kuas sampai terbentuk lapisan tipis yang rata, kemudian diamkan selama 5 menit lalu dibersihkan menggunakan majun/lap/tisu.
a)
Suhu
Suhu permukaan dari material yang akan dilakukan pengujian dan suhu material penetrant harus diantara 20°C hingga 50°C selama pengujian berlangsung.
b)
Metoda Pengaplikasian
Penetrant diaplikasikan dengan cara dioleskan menggunakan kuas, maupun dengan disemprotkan (menyesuaikan dengan klasifikasi penetrant yang digunakan pada pengujian tersebut).
c)
Waktu Penetrasi / Waktu Diam
Waktu penetrasi dilakukan selama minimal 5 (lima) menit dan diiperbolehkan melakukan penambahan penetrant di daerah yang diperiksa selama pengujian, supaya pada daerah tersebut tetap basah oleh penetrant sepanjang waktu penetrasi.
5)
Pembersihan Penetran
Sisa
Setelah waktu penetrasi (waktu diam) yang sudah dtentukan tercapai, sisa-sisa penetrant yang berada di permukaan benda uji harus dibersihkan dengan cara mengelap permukaan material dengan majun/lap/tisu yang kering dan bersih sampai semua sisa penetrant hilang. Kemudian dilakukan pembersihan kembali menggunakan majun/lap/tisu bersih yang sudah dilembabkan menggunakan cleaner/remover. Pada tahap ini, jangan sampai majun/lap/tisu terlalu basah, untuk meminimalisir hilangnya penetrant yang ada di dalam diskontinuitas/cacat pada material yang sedang dilakukan pengujian tersebut.
Setelah pembersihan selesai, maka biarkan material uji selama minimal 1 menit dan maksimal 10 menit, hal ini bertujuan untuk mengeringkan bagian permukaan material yang akan dilakukan pengaplikasian developer.
6)
Pengaplikasian Developer
Setelah material yang diuji sudah melalui tahap-tahap yang ditentukan tadi, maka tahap selanjutnya adalah pengaplikasian developer. Sebelum pengaplikasian developer, kaleng developer harus dikocok terlebih dahulu, hal ini bertujuan supaya terjadi pencampuran yang sempurna dari developer yang akan dilakukan untuk pengujian tersebut. Kemudian, developer harus disemprotkan sampai terbentuk lapisan tipis yang rata. Jarak penyemprotan developer ke benda kerja ini minimal antara 15-20 cm.
7)
Catatan Pengujian
a) Pencahayan
Pecahayaan pada saat pengujian harus dilakukan di bawah cahaya langsung dengan intensitas minimal sebesar 1000 Lux (100 fc), di ukur pada permukaan yang sedang dilaukan pengujian. Sumber cahaya dan verifikasi intensitas cahayanya harus didemonstrasikan dan dicatat dalam laporan.
b) Pengamatan
Pengamatan terhadap indikasi yang terbentuk dapat dilakukan selama dan setelah pengaplikasian developer, waktu untuk interpretasi akhir dilakukan yaitu antara 10 hingga 30 menit, dihitung setelah developer mongering pada benda kerja yang dilakukan pengujian.
c) Pembersihan
Akhir
Pembersihan akhir dilakukan setelah pengujian selesai dilakukan, pembersihan akhir harus dilakukan sesegera mungkin dengan cara yang tidak merusak material uji.
a. Sebelum dilakukannya pengecoran isian pancang, tulangan
spiral dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam tiang pancang yang hendak dicor.
b.
Setelahnya baru tiang pancang
diisi dengan menggunakan beton mutu Fc’30 MPa dengan tambahan bahan aditif jenis SCC (Self Compacting Concrete). Campuran SCC pada beton ini mengakibatkan beton dapat dengan mudah mengalir
dengan sendirinya ke seluruh celah-celah karena beton tersebut
memiliki sifat dapat memadatkan sendiri,
tanpa adanya bantuan
dari alat penggetar
untuk memadatkannya.
Kebutuhan Tenaga Kerja untuk pelaksanaan pekerjaan pemancangan di Jembatan Pemali Brebes adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Tenaga Kerja Proyek Jembatan
CH Pemali B Brebes
No. |
Tenaga Kerja |
Jumlah Kebutuhan |
Keterangan |
1. |
Pelaksana |
1
orang |
|
2. |
Operator Crane
Pancang |
1 orang
/ crane |
Bersertifikat |
3. |
Operator Crane
Service |
1 orang
/ crane |
Bersertifikat |
4. |
Welder |
2 orang |
Bersertifikat |
5. |
Rigger |
2 orang |
Bersertifikat |
6. |
Safety Officer |
1
orang |
Bersertifikat |
7. |
Logistik |
1
orang |
|
8. |
Crew Crane
Service |
1
orang |
|
(Sumber: Data Proyek)
Pada saat proses pekerjaan tiang pancang di proyek Pemali, penyusun menjumpai beberapa permasalahan yang cukup menarik untuk dibahas yaitu:
1.
Tiang
pancang miring pada titik 36 dan titik 37, dikarenakan ujung tiang pancang
sudah mencapai kedalaman
dengan kondisi tanah yang keras tetapi masih
dipukul dengan menggunakan alat berat Flaying Hammer.
2. Tiang pancang retak pada titik 37, dikarenakan tiang pancang belum masuk Flaying Hammer dengan sempurna,
dengan kata lain Flaying Hammer
terpasang secara miring
tetapi masih tetap ditumbuk.
3. Terdapat batu besar pada lokasi pemancangan
titik 21 dan titk 24 sehingga tiang pancang
tidak bisa terpasang dengan
sempurna.
1. Jika sudah terjadi kemiringan seperti
permasalahan pada point 1, maka proses pemancangan pada titik tersebut
dihentikan untuk menghindari kemiringan yang makin parah. Meskipun
terdapat tiang pancang
yang miring pada titik 36
dan titik 37 di per head namun hal
itu tidak terlalu menjadi masalah
besar karena kemiringannya hanya ± 5 cm sedangkan ketentuan dalam proyek tersebut memiliki
toleransi kemiringan untuk tiang pancang
maksimal 7,5 cm.
2. Jika sudah terjadi
keretakan seperti permasalahan pada point 2, maka proses pemancangan pada titik tersebut
dihentikan, jika tetap dilanjutkan dikhawatirkan
ujung tiang pancang akan semakin retak kemudian pecah. Permasalahan tersebut bisa diatasi dengan cara memotong
sebagian tiang pancang yang
retak kemudian disambung lagi dengan tiang pancang yang baru.
3. Jika sudah terjadi permasalahan seperti yang
dijelaskan pada point 3, maka pemasangan
tiang pancang harus dipindah beberapa meter dari titik awal perencanaan.
Berdasarkan pembahasan mengenai metode
pengerjaan spun pile proyek Jembatan CH Pemali di atas, dapat disimpulkan bahwa
alat dan bahan yang digunakan meliputi berbagai peralatan seperti ponton,
cofferdam sheetpile, crawler crane, dan lain sebagainya, sedangkan tahap
pekerjaan pemancangan tiang pancang mencakup persiapan, pengadaan,
transportasi, penyimpanan, pengaturan, pendirian, pemancangan, serta uji
analisis pemancangan dan penetrasi. Solusi untuk permasalahan yang muncul
selama proses pemancangan juga telah diidentifikasi, termasuk tindakan seperti
menghentikan pemancangan pada titik tertentu jika terjadi kemiringan atau
keretakan, serta memindahkan pemasangan tiang pancang jika diperlukan. Sebagai
saran, perhatian khusus diperlukan dalam pengelasan dan pengecatan penyambungan
tiang pancang, serta pentingnya pengawasan vertikalitas selama proses
pemancangan. Selain itu, perlu diingat bahwa pemancangan harus dihentikan jika
mencapai kedalaman pada tanah keras.
BIBLIOGARFI
Adisaputro, S. E. (2020). Pengembangan Sumber Daya
Manusia Di Era Milenial Membentuk Manusia Bermartabat. J-KIs: Jurnal
Komunikasi Islam, 1(1).
Anas, A.
(2022). Sumber daya manusia Indonesia di era globalisasi. Jurnal Ilmiah
Promis, 3(2), 110–130.
Anwar, M.,
Sunasih, R. A., & Muzaki, Z. (2021). Reaktualisasi Pengabdian Kepada
Masyarakat Dalam Berbagai Perspektif. Guepedia.
Ayuningtyas,
I. (2022). Metode Pengerjaan Spun Pile Abutment 1 Pada Proyek Jembatan Kali
Pemali B Kab. Brebes Jawa Tengah. Universitas Panca Sakti.
Fadlan, R.,
Syah, A., Suhirkam, D., & Subrianto, A. (2019). Tinjauan Disain Struktur
Jembatan Beton Prategang dari Sisi Abutmen (25-30). PILAR, 14(2).
Hambali, D.
S., Rizal, A. S., & Nurdin, E. S. (2020). Implementasi Pragmatisme Pada Pendidikan
Tinggi Vokasional Abad XXI. Jaqfi: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 5(1),
83–100.
Julaiha,
S., & Kadir, M. (2013). Analisis Penilaian Stakeholders Terhadap
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Program Studi (Prodi)
Manajemen Pendidikan Islam. FENOMENA, 5(1).
Noviyanto,
N. (2022). Penetuan Koordinat Titik Tiang Pancang Pada Proyek Jembatan Kali
Pemali B Kab. Brebes Jawa Tengah. Universitas Panca Sakt.
Pratiwi, R.
H. (2016). Dampak Kemacetan Terhadap Kondisi Sosial Dan Ekonomi Pengguna
Jalan Di Jakarta Utara (Studi Kasus: Pegawai Kantor Kecamatan Cilincing dan
Pegawai Rumah Sakit Umum Kecamatan (RSUK) Cilincing Jakarta Utara).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas Bandung.
Radiansyah,
A., Kardini, N. L., Rachmawati, A. W., Nandini, W., Endrasprihatin, R.,
Purwatmini, N., Sugiyanto, E., Sitompul, P., & Wulandari, D. (2023). MSDM
Perusahaan Pada Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0. PT.
Sonpedia Publishing Indonesia.
Santika, I.
G. N. (2021). Grand desain kebijakan strategis pemerintah dalam bidang
pendidikan untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Jurnal Education and
Development, 9(2), 369–377.
Somantri,
S. (2019). Jaminan Perlindungan Hukum sebagai Prinsip Profesionalitas Dosen
dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Jurnal Hukum
Positum, 4(2), 95–119.
Utami, M.
Y. (2022). Prosedur Pelaksanaan Test Pile Driving Analyzer (Pda) Pada Tiang
Pancang Proyek Jembatan Kali Pemali B Kabupaten Brebes Jawa Tengah.
Universitas Panca Sakti.
Wahyu, I.
H. M., Al Musadad, K., Narayudha, M., & Adi, R. Y. (2013). Perencanaan
Penggantian Jembatan Tinjomoyo Kota Semarang. Jurnal Karya Teknik Sipil,
2(2), 130–138.
Wijaya, E.
Y., Sudjimat, D. A., Nyoto, A., & Malang, U. N. (2016). Transformasi
pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era
global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 1(26),
263–278.
Copyright
holder: Misbahul Khoir, Uswatun Khasanah, Dwi Denny Apriliano (2024) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |