Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 7, Juli 2024

 

SKEMA TERBARU PERHITUNGAN PERATURAN PPH PASAL 21 BERDASARKAN PP NOMOR 58 TAHUN 2023 PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

 

Salma Luthfania Patra1, Mutiara Khairunnisa Suhardi2, Muhammad Gilang Al Huda3, Galuh Tresna Murti4*

Telkom University, Bandung, Indonesia1,2,3,4

Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4*

 

Abstrak

Pajak merupakan kotribusi terbesar bagi pembangunan negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2023 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168 Tahun 2023, pemerintah Indonesia mengatur regulasi terbarunya pada Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi. Dalam hal ini disebutkan bahwa tarif pemotongan PPh Pasal 21 terdiri atas Tarif Efektif (TER) pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak dan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh untuk masa pajak terakhir. Adanya peraturan tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan terbaru yang sebelumnya sudah pernah diubah sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2021. Skema perhitungan TER dikenakan atas penghasilan yang diterima dan dapat menambah keuntungan ekonomis wajib pajak. Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan mengulas secara komprehensif terkait pemecahan masalah atas kasus setiap klasifikasi perhitungan PPh 21. Metode penelitian ini, yaitu teknik dokumentasi dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan adanya hasil yang sama dan berbeda pada setiap aspek klasifikasi perhitungan wajib pajak orang pribadi. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya.

Kata kunci: Pajak, TER, PPh 21

 

Abstract

Tax is the biggest contributor to the country's development. Based on Government Regulation Number 58 of 2023 and Minister of Finance Regulation Number 168 of 2023, the Indonesian government regulates the latest regulations regarding Income Tax (PPh) article 21 on individual taxpayers. In this case, it is stated that the rate of withholding income tax article 21 consists of the Effective Rate (TER) of withholding income tax article 21 for each tax period and the rate of Article 17 paragraph (1) letter a of the Income Tax Law for the last tax period. The existence of this regulation aims to provide convenience in the implementation of the latest tax obligations that have previously been amended in accordance with Law Number 7 of 2021. The TER calculation scheme is imposed on income received and can increase the economic benefits of taxpayers. This research aims to discuss and review comprehensively related to problem solving for the case of each classification of Income Tax 21 calculation. This research method, namely documentation techniques and literature study. The results showed the same and different results in the old and new regulations for each aspect of the classification of individual taxpayer calculations. With this research, it is hoped that it can add reference and knowledge for readers and further researchers.

Keywords: Tax, TER, Income Tax 21

Pendahuluan

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia no 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Arlina et al., 2023; Harefa & Tanjung, 2022; Tunggawardhani & Susanti, 2022).

Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh Pasal 21 adalah pajak terutang atas penghasilan yang wajib bagi wajib pajak orang pribadi yang bekerja pada satu pemberi kerja (pegawai atau karyawan) (Kurniyawati, 2019). Perhitungan PPh Pasal 21 karyawan biasanya dilakukan oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Di sini, penghasilan yang dimaksud adalah uang sebagai kompensasi atau imbalan atas pekerjaan atau jasa yang diberikan. Penghasilan ini dapat berupa gaji, upah, tunjangan, honorium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lain. PPh Pasal 21 adalah pendapatan atas pekerjaan yang diperoleh setiap orang akan dikenakan pajak penghasilan oleh pemerintah yaitu pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 yang merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri.Alasan disebut PPh pasal 21 karena ketentuan tata perpajakan berkenaan dengan penghasilan karyawan/pegawai yang sudah diatur dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 21 (Anjarwati & Veny, 2021; Siregar, 2018; Urkan & Putra, 2017).

Untuk memastikan bahwa pajak yang dipotong tidak terlalu besar atau terlalu kecil bagi karyawannya, perusahaan bertanggung jawab sebagai pemotong pajak yang baik. Sesuai dengan undang-undang perpajakan, wajib pajak yang memperoleh penghasilan neto di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dikecualikan dari kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi. Meskipun karyawan memiliki NPWP, mereka tidak perlu menyampaikan SPT jika penghasilan neto mereka tidak melebihi PTKP. Ini adalah risiko utama bagi karyawan swasta, pegawai pemerintah, pejabat negara, dan anggota militer tidak memiliki NPWP (Christianto, 2022; Pritalangeni, 2014).

Dibawah ini adalah Data Setoran Pajak Karyawan atau PPh Pasal 21 Naik dari tahun 2004 - 2022.

Gambar 1. Data Setoran Pajak Karyawan

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/ 1

 

Pendapatan negara Indonesia dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atau pajak karyawan/pegawai mencapai Rp172 triliun rupiah pada 2022. Setoran pajak tersebut meningkat sekitar 18% dibanding 2021 yang mencapai 145,55 triliun rupiah (year-on-year), sekaligus menjadi rekor tertinggi baru (Wulandari, 2020). Objek – objek pajak dalam PPh Pasal 21 yaitu penghasilan tetap bulanan yang diterima karyawan (seperti gaji dan tunjangan), serta penghasilan tidak tetap yang diterima karyawan, non-karyawan, dan peserta kegiatan (seperti honor kegiatan, honor narasumber, dan sebagainya) (Lewa et al., 2018).

Saat ini tata cara pemotongan PPh Pasal 21 menggunakan rumus: Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan neto setahun - Penghasilan Tidak Kena Pajak) x tarif progresif (Arianty, 2022). Namun, terhitung mulai 1 Januari 2024, Direktorat Jenderal Pajaki (DJP) memberlakukan perubahan signifikan melalui skema Tarif Efektif Rata-rata (TER) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 168 Tahun 2023. Dengan format perhitungan TER ini, pemotong atau pemungut pajak akan lebih mudah menghitung PPh 21 karyawan karena metodenya lebih sederhana. Selain itu, dapat mengurangi jumlah pembayaran PPh 21 yang berlebihan atau kurang, meskipun besaran pajak yang akan dipungut tidak jauh berbeda dari metode lama. Karena penerapan tarif pajak progresif hingga ketentuan penghasilan tidak kena pajak (PTKP), penghitungan PPh menjadi rumit dan kompleks. menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 168 Tahun 2023 Tarif efektif ini memperhitungkan PTKP untuk setiap jenis status PTKP, seperti tidak kawin, kawin, dan pasangan bekerja dengan jumlah tanggungan yang telah atau belum dimiliki.  Oleh karena itu, buku tabel PTKP, yang mengacu pada Bab III Pasal 7 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan., akan dirilis bersama dengan perhitungan TER dalam format tersebut (Jalil et al., 2024; Soemitro & Sugiharti, 2010).

Perubahan skema ini menjadi terobosan dalam sistem perpajakan Indonesia.  Penelitian ini bertujuan untuk mengulas secara komprehensif perbedaan mendasar antara skema PPh 21 lama dengan PPh 21 TER.  Pembahasan akan meliputi aspek-aspek krusial seperti dasar pengenaan pajak, tarif pajak yang digunakan, dan waktu penghitungan pajak terutang.  Dengan memahami perbedaan ini, diharapkan wajib pajak dapat beradaptasi dengan skema TER yang baru diterapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan mengulas secara komprehensif terkait pemecahan masalah atas kasus setiap klasifikasi perhitungan PPh 21, yakni (1) menjelaskan mekanisme perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan skema TER untuk karyawan tetap, pegawai tidak tetap, dan penerima penghasilan lainnya, dan (2) menganalisis pengaruh skema TER terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak.

 

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan menggunakan studi literatur. Penelitian berbasis metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan objek yang hendak diteliti dengan menggunakan data dan informasi yang mempunyai hubungan dengan penelitian yang dilakukan pada saat melakukan analisa. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian dengan data kualitatif, yaitu menganalisis dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi atau kasus yang terjadi (Bawamenewi et al., 2023).

 

Model Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dan studi literatur. Teknik dokumentasi merupakan teknik penelitian dengan mengumpulkan data untuk tujuan penelitian sedangkan studi literatur didasarkan dari penelitian sebelumnya atau dari teori yang terkait. Adapun analisis data yang digunakan, yaitu merrangkum data dengan berfokus pada studi kasus penelitian, menyajikan data berdasarkan kasus penelitian, dan menarik kesimpulan berdasarkan pemecahan masalah atas kasus penelitian.

Teknik Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan skema perhitungan dengan tujuan untuk membandingkan besarnya pajak terhutang yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi atas penghasilan berdasarkan PMK Nomor 168 Tahun 2023 dan PP Nomor 58 Tahun 2023.

 

Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini menggunakan studi kasus beserta analisis data yang terkait. Berikut merupakan contoh kasus dan pembahasan soal jenis PPh 21.

Pegawai Tetap dan atau Pensiunan atas seluruh penghasilan

            Pegawai Tetap atas seluruh penghasilan merupakan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan secara teratur, termasuk pegawai yang bekerja atas kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu selama pegawai tersebut bekerja penuh dalam pekerjaan tersebut.

 

Kasus 1

Pak Abas bekerja pada perusahaan PT Sinar Jaya dan memperoleh gaji sebulan Rp10.000.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000 per bulan. Pak Abas menikah dan tidak memiliki tanggungan. Berapa pajak yang dipotong pada masa Desember?

Jawab:

Perhitungan bulanan dengan ketentuan perpajakan sebelumnya, sebagai berikut:

Regulasi Sebelumnya

Penghasilan bruto sebulan

Gaji

          10,000,000

 

Penghasilan bruto sebulan

 

             10,000,000

Pengurang

Biaya Jabatan

5%xRp10.000.000

                 500,000

 

Iuran pensiun

                 100,000

 

Total pengurang

                    600,000

Penghasilan neto sebulan

                9,400,000

Penghasilan neto setahun

12xRp9400000

          112,800,000

PTKP setahun

WP OP

          54,000,000

 

Menikah

             4,500,000

 

Total PTKP setahun

58500000

Penghasilan kena pajak setahun

             54,300,000

PPh 21 terutang

                2,715,000

5%xRp54.300.000

PPh 21 per bulan (Januari-Desember)

                    226,250

Rp2.715.000:12

 

Regulasi baru

Jan-Nov

2% x Rp10.000.000

Rp200.000/bulan

Des

Rp2.715.000-(11xRp200.000)

Rp515.00

 

Nama

Penghasilan per bulan (Rupiah)

PPh setahun (Rupiah)

PPh per bulan (Rupiah)

Ket

Existing Jan-Des

Tarif Efektif

Jan-Nov

Des

Pak Abas

10.000.000

2.715.000

                 200,000

                  515,000

Tarif efektif 2% (Tabel A baris 9)

Cara perhitungan PPh 21 dengan menggunakan tarif efektif lebih sederhana dan beban pajak untuk setahun tidak berbeda jika dibandingkan dengan ketentuan sebelumnya.

 

Kasus 2

Pegawai Tetap dan atau Pensiunan atas seluruh penghasilan

Pak Budi bekerja pada PT Jaya Abadi. Pak Budi berstatus menikah dan tidak memiliki tanggungan (K/0). PT Jaya Abadi sebagai tempat kerjanya memberikan premi JKK dan JKM per bulan  kepada Pak Budi dengan besaran masing-masing 0,50% dan 0,30% dari komponen gaji Pak Budi. Perusahaan juga memberikan iuran pensiun  untuk Pak Budi dengan besaran Rp200.000,00 per bulan. Disamping itu, Pak Budi juga membayar iuran pensiunnya sendiri melalui perusahaan dengan besaran Rp100.000,00 per bulan. Pak Budi melakukan pembayaran zakat sebesar Rp200.000,00 per bulan melalui PTJaya Abadi kepada Badan Amil Zakat yang disahkan oleh pemerintah. Selama tahun 2024, Pak Budi menerima atau memperoleh penghasilan dan dipotong PPh Pasal 21. Berapa besarnya PPh 21 yang harus dipotong pada masa Desember 2024?

Jawab:

Perhitungan PPh 21 menggunakan regulasi baru, sebagai berikut:

Perhitungan menggunakan tarif efektif bulanan kategori A

Bulan

Gaji (Rp)

Tunjangan (Rp)

Tunjangan Hari Raya (Rp)

Bonus (Rp)

Uang Lembur (Rp)

Premi JKK dan JKM (Rp)

Penghasilan Bruto (Rp)

Tarif Efektif Bulanan Kategori A

PPh 21 (Rp)

Januari

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

Februari

    10,000,000

     20,000,000

 

 

    5,000,000

     80,000

               35,080,000

14%

    4,911,200

Maret

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

April

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

Mei

    10,000,000

     20,000,000

 

 

    5,000,000

     80,000

               35,080,000

14%

    4,911,200

Juni

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

Juli

    10,000,000

     20,000,000

 

     20,000,000

 

     80,000

               50,080,000

18%

    9,014,400

Agustus

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

September

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

Oktober

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

November

    10,000,000

     20,000,000

 

 

 

     80,000

               30,080,000

13%

    3,910,400

Desember

    10,000,000

     20,000,000

                        60,000,000

     20,000,000

  10,000,000

     80,000

             120,080,000

 

 

Jumlah

  120,000,000

   240,000,000

                        60,000,000

     40,000,000

  20,000,000

   960,000

             480,960,000

 

  50,120,000

 

PPh 21 Masa Desember 2024

 

Penghasilan bruto setahun

        450,960,000

 

Pengurangan

 

 

1. Biaya jabatan setahun

            6,000,000

 

(Maksimal 6.000.000)

 

2. Iuran pensiun

            1,200,000

 

12 x 100.000

 

 

3. Zakat

            2,400,000

 

Total Pengurang

            9,600,000

 

Penghasilan neto setahun

        441,360,000

 

Penghasilan tidak kena pajak setahun

 

 Wajib pajak sendiri

          54,000,000

 

Menikah

            4,500,000

 

Total

          58,500,000

 

Penghasilan kena pajak setahun

        382,860,000

 

Pajak penghasilan pasal 21 terutang setahun

 

 

5% x 60.000.000

            3,000,000

 

15% x 190.000.000

          28,500,000

 

25% x 132.860.000

          33,215,000

 

Total

          64,715,000

 

Pajak penghasilan pasal 21 yang telah dipotong sampai November 2024

          50,120,000

 

Pajak penghasilan pasal 21 yang harus dipotong masa Desember 2024

          14,595,000

 

Penerapan perhitungan diatas juga berlaku untuk PPh 21 bagi penerima pensiun berkala serta PNS, anggota TNI, Polri, pejabat negara, dan pensiunan.

 

Pegawai Tidak Tetap atas upah dan sebagainya

            Pegawai tidak tetap merupakan pegawai dengan penghasilan tidak tetap dikarenakan diterima hanya apabila pegawai yang bersangkutan bekerja dengan hitungan hari kerja ataupun dengan jumlah unit yang dihasilkan atau diproduksi termasuk tenaga kerja lepas.

Kasus 1 – Penghasilan tidak dibayar bulanan dengan jumlah ≤ Rp2.500.000,00 sehari

1.     Pak Nuda bekerja pada PT Serba Jaya. Pada bulan Juni 2024, Pak Nuda melakukan pekerjaan perakitan bingkai foto selama 10 hari. Atas penyelesaian pekerjaan tersebut, Pak Nuda menerima atau memperoleh penghasilan sebesar Rp4.500.000. Berapa tarif efektif harian yang dipotong perusahaan?

Jawab:

Regulasi Baru

Pak Nuda memiliki jumlah penghasilan bruto sehari sebagai berikut:

Rp4.500.000:10=Rp450.000

Perhitungan PPh 21 menggunakan tarif efektif harian, yaitu 0% x Rp450.000 = Rp0

 

Kasus 2 – Penghasilan tidak dibayar bulanan dengan jumlah > Rp2.500.000 sehari

1.     Pak Bida bekerja pada PT Sinar Terang menerima penghasilan harian berdasarkan jumlah unit TV yang diperbaiki dengan besaran penghasilan yang diterima sebesar Rp300.000 per unit TV. Pak Bida menyelesaikan perbaikan TV sebanyak 10 buah dalam sehari dan menerima penghasilan sebesar Rp3.000.000. Berapa PPh 21 menggunakan tarif TER?

Jawab:

Regulasi Baru

Perhitungan PPh 21 menggunakan tarif pasal 17 UU PPh, yaitu 5% x Rp3.000.000 =  Rp75.000

 

Kasus 3 – Penghasilan Dibayar Bulanan

1.     Pak Zaid bekerja sebagai pemetik teh pada perkebunan milik PT Sehatin. Pak Zaid berstatus tidak menikah dan tidak memiliki tanggungan. Pak Zaid memperoleh penghasilan yang dibayarkan secara bulanan berdasarkan hasil panen yang diperolehnya. Selama tahun 2024, Pak Budi menerima atau memperoleh penghasilan dan dipotong PPh 21 sebagai berikut:

Regulasi Baru

Bulan

Penghasilan Bruto (Rp)

Tarif Efektif Bulanan Kategori A

PPh 21

Januari

     4,000,000

0%

                 -  

Februari

     7,000,000

1.25%

      87,500

Maret

     1,000,000

0%

                 -  

April

     7,000,000

1.25%

      87,500

Mei

     8,000,000

1.50%

   120,000

Juni

     6,000,000

0.75%

      45,000

Juli

     7,000,000

1.25%

      87,500

Agustus

     8,000,000

1.50%

   120,000

September

     6,000,000

0.75%

      45,000

Oktober

     9,000,000

1.75%

   157,500

November

     2,000,000

0%

                 -  

Desember

     8,000,000

1.50%

   120,000

Jumlah

   73,000,000

 

   870,000

 

Kasus 4 – Penghasilan Harian

Pak Fian bekerja di PT Sinar Megah. Pada bulan Januari 2024, Pak Fian melakukan pekerjaan perakitan hiasan lampu selama dua puluh hari hari dan  memperoleh penghasilan yang dibayarkan secara harian sebesar Rp500.000 per hari. Berapa pemotongan PPh 21 atas penghasilan hariannya tersebut?

Jawab:

Regulasi baru

Tarif PPh 21 TER harian = 0,5% x Rp500.000,00 = Rp2.500

Dalam kasus ini, PT Sinar Megah memotong PPh 21 Pak Fian dan membuat dua puluh bukti pemotongan PPh 21 untuk Pak Fian. PPh 21 yang telah dipotong oleh PT Sinar Megah merupakan kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan 2024 Pak Fian.

Regulasi lama

Upah sehari lebih dari Rp450.000 = Rp500.000-Rp450.000 = Rp50.000

PPh 21 harian=5% x Rp50.000 = Rp2.500

 

Anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas yang Menerima Penghasilan Secara Tidak Teratur

Kasus 1

1.     Pak Jordan adalah seorang komisaris di PT Multifood. Selama tahun 2024, Pak Jordan hanya menerima penghasilan dari PT Multifood di Bulan Desember 2024. Pak Jordan berstatus tidak menikah dan tidak memiliki tanggungan. Pada bulan Desember 2024, Pak Jordan menerima honorarium sebesar Rp60.000.000. Berapa perhitungan PPh 21 masa Desember 2024?

 

Jawab:

Atas status PTKP Pak Jordan, yaitu TK/0 dan jumlah bruto honorarium sebesar Rp60.000.000, besarnya PPh 21 terutang atas penghasilan yang diterima Pak Jordan pada Desember 2024 dihitung berdasarkan tarif efektif bulanan kategori A sebesar 20%. Maka besarnya pemotongan PPh 21 sebagai berikut:

20% x Rp60.000.000 = Rp12.000.000

 

Bukan Pegawai atas honorarium dan sebagainya

            Bukan pegawai merupakan orang pribadi selain pegawai tetap dan tidak tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan atas nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang dilakukan berdasarkan permintaan pemberi penghasilan.

 

Kasus 1 - Tidak Berkesinambungan

Dalam hal bukan pegawai tidak berkesinambungan tidak ada perubahan atas skema perhitungan pajak penghasilan orang pribadi.

1.     Jhonson berprofesi sebagai Master of Ceremony. Jhonson diundang oleh PT Mekar Jaya untuk menjadi MC pada perayaan milad perusahaan yang ke-12 tahun dan ia memperoleh honor sebesar Rp4.000.000.

PPh Ps. 21       = (50% x Pendapatan Bruto) x Tarif Ps. 17

= (50% x Rp4.000.000) x Tarif Ps.17

= Rp2.000.000 x 5%

= Rp 100.000

Kasus 2 - Berkesinambungan dan menerima penghasilan lebih dari satu oleh subjek pemotong

1.     Aprilia merupakan seorang freelance desain grafis, memiliki NPWP, belum menikah dan tidak memiliki tanggunggan, selama tahun 2024 fee yang diperoleh Aprilia atas jasa desain grafis adalah sebagai berikut:   

Bulan

Jumlah Honor

Januari

 Rp    34,000,000

Februari

 Rp    36,000,000

Maret

 Rp    43,000,000

April

 Rp    46,000,000

Mei

 Rp    47,000,000

Juni

 Rp    52,000,000

Juli

 Rp    55,000,000

Agustus

 Rp    58,000,000

September

 Rp    61,000,000

Oktober

 Rp    64,000,000

November

 Rp    66,000,000

Desember

 Rp    67,000,000

Total

 Rp  629,000,000

 

Regulasi lama

Bulan

Jumlah Honor

Honor x 50%

PKP Kumulatif

Tarif

PPh Pasal 21

Januari

 Rp    34,000,000

 Rp    17,000,000

 Rp    17,000,000

5%

 Rp          850,000

Februari

 Rp    36,000,000

 Rp    18,000,000

 Rp    35,000,000

5%

 Rp          900,000

Maret

 Rp    43,000,000

 Rp    21,500,000

 Rp    56,500,000

5%

 Rp       1,075,000

April

 Rp    46,000,000

 Rp       3,500,000

 Rp    60,000,000

5%

 Rp          175,000

 

 

 Rp    19,500,000

 Rp    79,500,000

15%

 Rp       2,925,000

Mei

 Rp    47,000,000

 Rp    23,500,000

 Rp  103,000,000

15%

 Rp       3,525,000

Juni

 Rp    52,000,000

 Rp    26,000,000

 Rp  129,000,000

15%

 Rp       3,900,000

Juli

 Rp    55,000,000

 Rp    27,500,000

 Rp  156,500,000

15%

 Rp       4,125,000

Agustus

 Rp    58,000,000

 Rp    29,000,000

 Rp  185,500,000

15%

 Rp       4,350,000

September

 Rp    61,000,000

 Rp    30,500,000

 Rp  216,000,000

15%

 Rp       4,575,000

Oktober

 Rp    64,000,000

 Rp    32,000,000

 Rp  248,000,000

15%

 Rp       4,800,000

November

 Rp    66,000,000

 Rp       2,000,000

 Rp  250,000,000

15%

 Rp          300,000

 

 

 Rp    31,000,000

 Rp  281,000,000

25%

 Rp       7,750,000

Desember

 Rp    67,000,000

 Rp    33,500,000

 Rp  314,500,000

25%

 Rp       8,375,000

Total

 Rp  629,000,000

 Rp  314,500,000

 Rp  314,500,000

 

 Rp    47,625,000

 

 

Regulasi baru

No

Honor

PKP               

  (50% x Honor)

Tarif

PPh Pasal 21                  (PKP  x Tarif)

1

 Rp    34,000,000

 Rp    17,000,000

5%

 Rp        850,000

2

 Rp    36,000,000

 Rp    18,000,000

5%

 Rp        900,000

3

 Rp    43,000,000

 Rp    21,500,000

5%

 Rp    1,075,000

4

 Rp    46,000,000

 Rp    23,000,000

5%

 Rp    1,150,000

5

 Rp    47,000,000

 Rp    23,500,000

5%

 Rp    1,175,000

6

 Rp    52,000,000

 Rp    26,000,000

5%

 Rp    1,300,000

7

 Rp    55,000,000

 Rp    27,500,000

5%

 Rp    1,375,000

8

 Rp    58,000,000

 Rp    29,000,000

5%

 Rp    1,450,000

9

 Rp    61,000,000

 Rp    30,500,000

5%

 Rp    1,525,000

10

 Rp    64,000,000

 Rp    32,000,000

5%

 Rp    1,600,000

11

 Rp    66,000,000

 Rp    33,000,000

5%

 Rp    1,650,000

12

 Rp    67,000,000

 Rp    33,500,000

5%

 Rp    1,675,000

Total

 Rp  629,000,000

 Rp  314,500,000

 

 Rp  15,725,000

 

Kasus 3 - Berkesinambungan dan hanya menerima penghasilan dari satu subjek pemotong

1.     Janursono seorang yang bekerja sebagai konsultan pajak (bukan pegawai) dan hanya memperoleh penghasilan berupa honorarium dari KKP Zainal Akbar & Rekan, memiliki NPWP, belum menikah dan tidak memiliki tanggungan. Honor yang ia terima dari jasa konsultan yang dibayar oleh klien di KKP Zainal Akbar & Rekan selama tahun 2024 sebagai berikut:

Bulan

Jumlah Honor

Januari

 Rp               25,000,000

Februari

 Rp               25,000,000

Maret

 Rp               26,000,000

April

 Rp               27,000,000

Mei

 Rp               28,000,000

Juni

 Rp               28,000,000

Juli

 Rp               29,000,000

Agustus

 Rp               30,000,000

September

 Rp               31,000,000

Oktober

 Rp               32,000,000

November

 Rp               33,000,000

Desember

 Rp               36,000,000

Total

 Rp             350,000,000

 

Regulasi lama

No

Honor

50% x Honor

PTKP

PKP                                (50% honor - PTKP)

PKP kumulatif

Tarif

PPh Pasal 21                  (PKP Kumulatif x Tarif)

1

 Rp    25,000,000

 Rp     12,500,000

 Rp       5,250,000

 Rp         7,250,000

 Rp          7,250,000

5%

 Rp              362,500

2

 Rp    25,000,000

 Rp     12,500,000

 Rp       5,250,000

 Rp         7,250,000

 Rp        14,500,000

5%

 Rp              362,500

3

 Rp    26,000,000

 Rp     13,000,000

 Rp       5,250,000

 Rp         7,750,000

 Rp        22,250,000

5%

 Rp              387,500

4

 Rp    27,000,000

 Rp     13,500,000

 Rp       5,250,000

 Rp         8,250,000

 Rp        30,500,000

5%

 Rp              412,500

5

 Rp    28,000,000

 Rp     14,000,000

 Rp       5,250,000

 Rp         8,750,000

 Rp        39,250,000

5%

 Rp              437,500

6

 Rp    28,000,000

 Rp     14,000,000

 Rp       5,250,000

 Rp         8,750,000

 Rp        48,000,000

5%

 Rp              437,500

7

 Rp    29,000,000

 Rp     14,500,000

 Rp       5,250,000

 Rp         9,250,000

 Rp        57,250,000

5%

 Rp              462,500

8

 Rp    30,000,000

 Rp     15,000,000

 Rp       5,250,000

 Rp         2,750,000

 Rp        60,000,000

5%

 Rp              137,500

 

 

 

 

 Rp         7,000,000

 Rp        67,000,000

15%

 Rp           1,050,000

9

 Rp    31,000,000

 Rp     15,500,000

 Rp       5,250,000

 Rp       10,250,000

 Rp        77,250,000

15%

 Rp           1,537,500

10

 Rp    32,000,000

 Rp     16,000,000

 Rp       5,250,000

 Rp       10,750,000

 Rp        88,000,000

15%

 Rp           1,612,500

11

 Rp    33,000,000

 Rp     16,500,000

 Rp       5,250,000

 Rp       11,250,000

 Rp        99,250,000

15%

 Rp           1,687,500

12

 Rp    36,000,000

 Rp     18,000,000

 Rp       5,250,000

 Rp       12,750,000

 Rp      112,000,000

15%

 Rp           1,912,500

Total

 Rp  350,000,000

 Rp  175,000,000

 Rp     63,000,000

 Rp     112,000,000

 Rp      112,000,000

 

 Rp        10,800,000

          

Regulasi baru

No

Honor

PKP                 

(50% x Honor)

Tarif

PPh Pasal 21                  (PKP  x Tarif)

1

 Rp     25,000,000

 Rp     12,500,000

5%

 Rp                        625,000

2

 Rp     25,000,000

 Rp     12,500,000

5%

 Rp                        625,000

3

 Rp     26,000,000

 Rp     13,000,000

5%

 Rp                        650,000

4

 Rp     27,000,000

 Rp     13,500,000

5%

 Rp                        675,000

5

 Rp     28,000,000

 Rp     14,000,000

5%

 Rp                        700,000

6

 Rp     28,000,000

 Rp     14,000,000

5%

 Rp                        700,000

7

 Rp     29,000,000

 Rp     14,500,000

5%

 Rp                         725,000

8

 Rp     30,000,000

 Rp     15,000,000

5%

 Rp                         750,000

9

 Rp     31,000,000

 Rp     15,500,000

5%

 Rp                         775,000

10

 Rp     32,000,000

 Rp     16,000,000

5%

 Rp                         800,000

11

 Rp     33,000,000

 Rp     16,500,000

5%

 Rp                         825,000

12

 Rp     36,000,000

 Rp     18,000,000

5%

 Rp                         900,000

Total

 Rp  350,000,000

 Rp  175,000,000

 

 Rp                     8,750,000

 

Peserta Kegiatan atas hadiah atau sehubungan dengan kegiatan

            Peserta kegiatan merupakan orang pribadi yang memperoleh atau menerima imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya pada suatu kegiatan, selain yang diterima pegawai tetap.

Kasus 1

Regulasi tidak ada perubahan

1.     Keyza memenangkan perlombaan papan catur sebagai juara 1 di tingkat nasional,   dan dari kemenangan tersebut ia mendapat hadia uang tunai sebesar Rp89.000.000. Maka dengan ini, Keyza akan dikenakan pajak penghasilan sebesar:

PPh Ps. 21       = Pendapatan Bruto x Tarif Pasal 17 ayat (1)

 

= (Rp60.000.000 x 5%) + (Rp29.000.000 x 15%)

= Rp3.000.000 + Rp4.350.000

= Rp7.350.000

*Dalam hal Peserta Kegiatan atas hadiah tidak ada perubahan atas skema               perhitungan.

Pegawai menarik uang manfaat pensiun

Pegawai pensiunan merupakan orang pribadi atau ahli waris (termasuk anak, janda, duda) yang memperoleh atau menerima imbalan berupa uang pensiun, uang manfaat pensiun, Jaminan Hari Tua (JHT) yang diterima atau diperoleh secara berkala.

Kasus 1

1.     Tuan Alex berstatus sebagai pegawai tetap pada PT Bunga Abadi. PT BA mengikuti program dana pensiun XYZ yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan untuk para pegawainya. Sepanjang tahun 2024, Tuan Alex melakukan penarikan uang manfaat pensiun, sebagai berikut:

·      Februari          = Rp32.000.000

·      Juli                  = Rp35.000.000

·      Desember        = Rp38.000.000

 

Regulasi lama

Bulan

Penghasilan Bruto

PKP

PKP Kumulatif

Tarif

PPh Pasal 21

Februari

 Rp          32,000,000

 Rp    32,000,000

 Rp    32,000,000

5%

 Rp  1,600,000

Juli

 Rp          35,000,000

 Rp    28,000,000

 Rp    60,000,000

5%

 Rp  1,400,000

 

 

 Rp       7,000,000

 Rp    67,000,000

15%

 Rp  1,050,000

Desember

 Rp          38,000,000

 Rp    38,000,000

 Rp  105,000,000

15%

 Rp  5,700,000

Total

 Rp        105,000,000

 Rp  105,000,000

 Rp  105,000,000

 

 Rp  9,750,000

 

Regulasi baru

Bulan

Ph. Bruto

Tarif

PPh Pasal 21

Februari

 Rp          32,000,000

5%

 Rp  1,600,000

Juli

 Rp          35,000,000

5%

 Rp  1,750,000

Desember

 Rp          38,000,000

5%

 Rp  1,900,000

Total

 Rp        105,000,000

 

 Rp  5,250,000

 

Mantan pegawai yang menerima atau memperoleh tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain

            Mantan pegawai merupakan orang pribadi yang pernah atau tidak lagi bekerja atau menerima penghasilan dari tempat pemberi kerja.

Kasus 1

1.     Agung bekerja pada PT Gemilang Jaya. Per tanggal 1 Januari 2024, Agung sudah tidak bekerja di PT GJ karena pensiun. Selama tahun 2023, Agung menerima jasa produksi dari PT GJ sebagai berikut:

·      Januari            = Rp15.000.000

·      Juli                  = Rp20.000.000

·      Desember        = Rp 30.000.000

 

Regulasi lama

Bulan

Ph. Jasa Produksi

PKP

PKP Kumulatif

Tarif

PPh Pasal 21

Januari

 Rp          15,000,000

 Rp    15,000,000

 Rp    15,000,000

5%

 Rp     750,000

Mei

 Rp          20,000,000

 Rp    20,000,000

 Rp    35,000,000

5%

 Rp  1,000,000

September

 Rp          30,000,000

 Rp    25,000,000

 Rp    60,000,000

5%

 Rp  1,250,000

 

 

 Rp       5,000,000

 Rp    65,000,000

15%

 Rp     750,000

Total

 Rp          65,000,000

 Rp    65,000,000

 Rp    65,000,000

 

 Rp  3,750,000

 

Regulasi baru

Bulan

Ph. Jasa Produksi

Tarif

PPh Pasal 21

Januari

 Rp          15,000,000

5%

 Rp     750,000

Mei

 Rp          20,000,000

5%

 Rp  1,000,000

September

 Rp          30,000,000

5%

 Rp  1,500,000

Total

 Rp          65,000,000

ladi

 Rp  3,250,000

 

Kesimpulan

Kajian ini menyimpulkan bahwa perhitungan potongan PPh 21 atas penghasilan yang sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan wajib pajak Orang Pribadi terbaru yang diatur dalam PP Nomor 58 tahun 2023 ini lebih sederhana dan mudah bagi pemotong dan karyawan untuk menghitung pajak penghasilan orang pribadi. Selain itu, dengan menggunakan skema perhitungan PPh 21 terbaru, besaran pajak yang dikenakan kepada orang pribadi baik pegawai tetap, pegawai tidak tetap, bukan pegawai dan subjek lainnya akan lebih rendah dibandingkan besaran pajak yang dikenakan atas penghasilan orang pribadi menggunakan peraturan lama.

Perlu adanya sosialisasi lebih lanjut tentang skema perhitungan wajib pajak orang pribadi yang diatur dalam PP No 58 tahun 2023 dan PMK No 168 tahun 2023 serta mengevaluasi penerapannya secara berkelanjutan agar sesuai dengan tujuannya yaitu agar mekanisme pemotongan lebih sederhana, mudah, akuntabel dan transparan dalam pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.    

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Anjarwati, V., & Veny, V. (2021). Perbandingan pajak penghasilan pasal 21 metode gross up, gross, dan net basis terhadap pajak penghasilan badan. Journal of Public Auditing and Financial Management, 1(2), 101–108.

Arianty, F. (2022). Analisis Perubahan Tarif Progresif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan Ditinjau Dari Azas Keadilan. Jurnal Administrasi Bisnis Terapan, 5(1), 1.

Arlina, A. M., Mustofa, M., & Hidayat, A. A. (2023). Analisis Ekonomi Islam Terhadap Pemungutan Pajak Penghasilan (Pph 21). JEBI (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam), 8(1), 12–24.

Bawamenewi, N., Supraptiningsih, J. D., Rosida, S. A., & Nuridah, S. (2023). Analisis Implementasi Perhitungan Dan Pelaporan PPH Pasal 21 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) Atas Gaji Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Kecamatan Bekasi Barat Tahun 2022. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(5), 1211–1218.

Christianto, C. (2022). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan di PT. Mikeda Kebut Terusss)/Christianto/31199165/Pembimbing: Amelia Sandra.

Harefa, F. W., & Tanjung, M. A. (2022). Analisis Mekanisme Administrasi Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Pada Kantor Jasa Akuntansi. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Sains Dan Humaniora, 6(2), 243–247.

Jalil, F. Y., Azhar, I., Annas, M., Galib, A., Tarmizi, R., Tanjung, J., Meutia, T., de Fretes, A. V. C., Solihin, A., & Wulandari, S. S. (2024). Dasar-dasar perpajakan. Sada Kurnia Pustaka.

Kurniyawati, I. (2019). Analisis penerapan perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 atas karyawan tetap pada PT. X di Surabaya. Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Akuntansi, 4(2), 1057–1068.

Lewa, M., Kalangi, L., & Pontoh, W. (2018). Analisis Perubahan Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tahun 2015 dan Tahun 2016 Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung. Going Concern: Jurnal Riset Akuntansi, 13(03).

Pritalangeni, D. A. (2014). Analisis Kewajiban Pelaporan Spt Tahunan Pph Orang Pribadi dan Kontribusi terhadap Penerimaan Pph (Studi pada Wajib Pajak Pensiunan di Kpp Pratama Malang Utara). Brawijaya University.

Siregar, L. H. (2018). Penerapan perhitungan pajak penghasilan (pph) pasal 21 pada karyawan pt. perkebunan nusantara iii (persero) medan. Jurnal Bisnis Corporate, 3(1).

Soemitro, R., & Sugiharti, D. K. (2010). Asas dan Dasar Perpajakan 1 (Edisi Revisi). Cetakan Kedua, Bandung: PT Refika Aditama.

Tunggawardhani, D., & Susanti, S. (2022). Pengembangan Bahan Ajar E-Modul Interaktif Berbasis Flipbook pada Materi Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3), 4638–4650.

Urkan, A., & Putra, R. E. (2017). Analisis Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Metode Gross, Net Dan Gross Up Serta Dampak Terhadap Beban Pajak Penghasilan Badan Pt Dredolf Indonesia. Measurement Jurnal Akuntansi, 11(1).

Wulandari, Y. (2020). Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Dan Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (Ptkp) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 (Studi Kasus Pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Barat I Tahun 2015-2019). Universitas Komputer Indonesia.

 

 

Copyright holder:

Salma Luthfania Patra, Mutiara Khairunnisa Suhardi, Muhammad Gilang Al Huda, Galuh Tresna Murti (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: