Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
7, Juli 2024
RANCANGAN MODEL KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPALA
RUANGAN BERBASIS PATRICIA BENNER THEORY
DI RUANG RAWAT INAP BLUD RSUD KOTA
KOTAMOBAGU
Salni
Saharman1, Blacius Dedi2, Susi Nurhayati3,
Shindi Trihapsari4
Universitas Karya Husada, Semarang,
Indonesia1,2,3,4
Email: [email protected]1,
[email protected]2,
[email protected]3,
[email protected]4
Abstrak
Kepala ruangan memegang peranan penting dalam
keberhasilan pelayanan keperawatan melalui fungsi manajemen,karena berdampak
dalam peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan
untuk merumuskan Rancangan
Model kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan berbasis Patricia Benner di
ruang rawat inap BLUD RSUD Kotamobagu. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi eksploratif dengan metode focus group discussion dan Action Research dengan metode Workshop Pakar. Partisipan FGD adalah 12 orang kepala ruangan, dan Partisipan
saat Workshop pakar adalah 24 orang melalui teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan
berupa hasil rekaman, catatan
lapangan, Hasil Workshop pakar yang dianalisis dengan mene rapkan teknik Collaizi. Keabsahan data dijamin
dengan memenuhi prinsip
credibility, dependability, confirmability, dan transferability. Penelitian ini mengidentifikasi enam
tema utama: (1) Kompetensi dalam peran organisasi; (2) Fungsi manajemen
yang efektif; (3) Peran kepala
Ruangan; (4) Perencanaan dan pengarahan ;
(5) Pengendalian dan pengawasan; (6) Manajemen
Konflik dan Penyelesaian Masalah. Model kepemimpinan dan manajemen
kepala ruangan berbasis patricia Benner Theory ini dapat menjadi panduan
dalam Menyusun rencana strategi bidang Keperawatan
dapat dimodifikasi oleh BLUD RSUD Kotamobagu guna meningkatkan kemampuan
leadership dan kemampuan mengelola fungsi manajemen keperawatan kepala ruangan.
Kata Kunci: Kepemimpinan; Kepala Ruangan ; Manajemen; Model Keperawatan Patricia Benner Theory
Pendahuluan
Pengalaman
peneliti selama 4 tahun sebagai ketua tim dan 4 tahun sebagai kepala ruangan di
BLUD RSUD Kota Kotamobagu mengungkapkan bahwa implementasi fungsi manajemen
keperawatan kurang terarah, terutama dalam perencanaan, pengarahan, dan
evaluasi. Kepala ruangan cenderung terlibat dalam kegiatan administratif yang
membatasi partisipasinya dalam operasi shift dan ronde keperawatan, sementara
fungsi perencanaan dan supervisi kurang rutin dilakukan. Observasi langsung di
ruang rawat inap menunjukkan perbedaan dalam pelaksanaan fungsi manajemen di
setiap ruangan, dengan banyak kepala ruangan dan perawat pelaksana mengaku
belum memahami tahapan-tahapan penting dalam fungsi manajemen keperawatan.
Dampaknya dapat dirasakan oleh pasien, keluarga, staf, dan rumah sakit secara keseluruhan.
Studi
pendahuluan dengan perawat S, kepala ruangan A di BLUD RSUD Kota Kotamobagu,
menunjukkan bahwa pengalaman dalam melaksanakan fungsi manajemen membutuhkan
pemahaman teori manajemen dan komunikasi yang baik, dengan contoh konkret
terkait masalah rotasi dinas yang tidak teratur. Wawancara dengan perawat M,
yang memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman sebagai kepala ruangan,
mengungkapkan bahwa implementasi fungsi manajemen keperawatan telah dilakukan,
meskipun dengan kendala dan pelaksanaan belum maksimal. Perawat N menyoroti
kurangnya pemahaman perawat terhadap fungsi manajemen keperawatan karena kepala
ruangan cenderung sibuk dengan tugas administratif dan laporan. Perawat F,
dengan pengalaman 5 tahun sebagai kepala ruangan, menyoroti kebutuhan untuk
pembaruan dalam pelaporan BOR dan supervisi. Hasil survey kepuasan pasien
menunjukkan bahwa layanan keperawatan dan respon perawat dinilai cukup
memuaskan, sementara komplain pasien menyoroti masalah terkait sarana dan
prasarana. Kepala bidang keperawatan menyebutkan bahwa untuk menjadi kepala
ruangan minimal harus berpengalaman minimal 5 tahun di rumah sakit, meskipun
tidak ada panduan baku yang menentukan kualifikasi untuk posisi tersebut.
Jumlah
Kepala
Ruangan di BLUD RSUD Kota
Kotamobagu sebanyak 14 orang, 2 orang diantaranya adalah Bidan, dan 12 orang
perawat dengan pendidikan terakhir Ners. Jumlah tenaga perawat sebanyak 223 orang dengan BOR RS Januari – Desember 2022 sebesar 73,72%. Metode Asuhan yang digunakan adalah metode TIM
dengan perhitungan tenaga setiap ruangan menggunakan rumus Douglas dan rumus Kemenkes. Pelayanan keperawatan di BLUD RSUD Kota
Kotamobagu searah dengan visi dan misi rumah sakit yang mengalir dalam
misi bidang keperawatan. Sosialisasi visi, misi, tujuan, motto, falsafah dan
nilai-nilai rumah sakit dan Bidang Keperawatan rumah sakit dilakukan pada saat orientasi karyawan baru
dan pada saat akreditasi rumah sakit.
Kepala
ruangan merupakan Manager tingkat bawah /Low Manager yang memegang peranan cukup
penting dan strategis dalam manajemen di unit perawatan rumah sakit, karena
secara manajerial dituntut mampu menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan
melalui fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, Pengendalian dan
Supervisi/Evaluasi. Pelaksanaan fungsi manajemen oleh kepala ruangan
adalah sistem yang memudahkan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien. Kepala ruangan harus dapat melaksanakan fungsi manjemen yang
baik di ruangan dalam pemberian pelayanan keperawatan
Penelitian
yang dilakukan oleh Tape et al. (2018), Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi
manajemen adalah kurangnya pengetahuan staf terkait dengan pelaksanaan fungsi
manajemen yang dilaksanakan oleh kepala ruangan. Hal ini mengakibatkan kurangnya antusias staf dalam menerima
perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan terkait program pelaksanaan
fungsi manjemen yang dilaksanakan kepala ruangan. Penelitian Moghaddam
et al. (2019), mengungkapkan
bahwa Kinerja kepala perawat
memegang peranan penting dalam keberhasilan operasional rumah sakit.
Identifikasi dan prioritas kompetensi manajerial yang diperlukan untuk supervisi dan evaluasi kinerja mereka diperlukan.
Kinerja organisasi yang berbeda, seperti rumah sakit
terutama dipengaruhi oleh kinerja Manajer. Manajer keperawatan memiliki peran
penting dalam kinerja rumah sakit dan kemampuan manajerialnya dapat
meningkatkan kualitas pelayanan, hal ini diungkapkan oleh Isfahani et al. (2015) dalam penelitian
yang dilakukannya untuk menilai hubungan antara ketrampilan manajerian dan
hasil evaluasi kinerja manajer di Teaching Hospital of Iran University of
Medical Science diantara 131 manajer dan kepala perawat rumah sakit.
Kegiatan manajemen dari
seorang kepala ruangan termasuk jaminan fungsi kerja yang baik dan
pengambilan keputusan tentang perubahan situasional. Saat mengelola unit rawat
inap, seorang kepala ruangan berfokus pada waktu dan dan penggetahuan dalam
memberikan pelayanan, setiap saat bersedia menjadi pelatih, dan berperan dalam mengembangkan
budaya etik dalam manajemen keperawatan. Antisipatif kebutuhan akan manajemen
keperawatan menekankan peran kepala ruangan sebagai seorang visioner. Ketegangan
saat mengelola unit perawatan terkait dengan hal berikut: perubahan kebutuhan
layanan klien, struktur dan alat yang tidak memadai untuk mendukung penilaian
dan pengembangan bersama kompetensi, manajemen waktu dan informasi, budaya dan
kearifan local serta dan dukungan
manajemen bidang keperawatan. Hal ini digambarkan dalam penelitian Lunden et al.
(2017)
yang dilakukan terhadap 33 orang manajer perawat di finlandia, yang dilakukan
untuk menggambarkan persepsi dan pengalaman manajer kepala ruangan dalam
manajemen dengan metode kualitatif. Deskripsi persepsi dan
pengalaman kepala ruangan tentang manajemen dapat meningkatkan pengakuan
lembaga kepala ruangan untuk fungsi manajemen. Deskripsi ini juga dapat
meningkatkan kompetensi profesional perawat dan melengkapi pelatihan kepala
ruangan.
Kesadaran akan pentingnya manajer
perawat di rumah sakit semakin meningkat. Kebanyakan manajer masih belajar
melalui kegagalan mereka dan beberapa penelitian telah menggambarkan persepsi
manajer perawat. Sangat
penting untuk memahami kompetensi apa yang harus dimiliki manajer perawat Cina
untuk menetapkan program pelatihan yang sesuai dan meningkatkan keterampilan
manajemen mereka . Hal ini diungkapkan Luo et al. (2016)
dalam penelitiannya terhadap 12 manajer perawat di rumah sakit cina uutk
mengidentifikasi transisi manajer perawat menuju keunggulan, adapun hasil
penelitiannya yaitu Transisi ke manajemen mencakup empat fase: fase adaptif,
fase berjalan dan stabil, fase stagnasi dan fase pematangan. Untuk memenuhi
tanggung jawab klinis manajer, seorang manajer perawat perlu mengembangkan
kompetensi multifaset, khususnya dalam komunikasi dan manajemen stres.
Idealnya, manajer perawat harus maju melalui empat fase yang disebutkan di atas
untuk mencapai keunggulan. Implikasinya Ada kebutuhan untuk memanfaatkan
berbagai metode bagi manajer perawat dalam mengadaptasi peran baru,
meningkatkan komunikasi dan menghilangkan stress.
Kakeman et al. (2020)
berpendapat bahwa Manajer yang kompeten sangat penting untuk produktivitas dan
kualitas layanan organisasi perawatan kesehatan dan keberlanjutan sistem
perawatan kesehatan. Untuk meningkatkan kompetensi manajemen kepala ruangan,
pemahaman tentang persyaratan kompetensi manajemen adalah penting. Dua belas studi
diidentifikasi untuk dimasukkan dalam penelitian. Pemetaan kompetensi dan
perilaku diidentifikasi, menghasilkan
model kompetensi untuk manajer rumah sakit yang dapat diterapkan untuk konteks
perawatan kesehatan yang berbeda. Model kompetensi baru mencakup tujuh
kompetensi kepemimpinan dan manajemen yaitu sebagai berikut: pengambilan keputusan
berdasarkan bukti (Evidence based Practice), kemampuan mengelola operasional
ruangan, administrasi dan manajemen sumber daya, pengetahuan tentang lingkungan
perawatan kesehatan dan organisasi, interpersonal, kualitas komunikasi dan
manajemen hubungan, kepemimpinan dan organisasi,mampu mengelola perubahan, dan
professional.
Van Dyk et al. (2016)
Mengungkapkan bahwa kepala ruangan memiliki peran penting dalam memberikan
perawatan pasien berkualitas tinggi sambil mengelola biaya dan sumber daya
terkait. Kompetensi dan keterampilan kepala ruangan mempengaruhi setiap aspek
perawatan pasien dan kesejahteraan staf karena kepala ruangan sebagian besar
bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja di mana perawat klinis
mampu memberikan perawatan holistik yang berkualitas tinggi, dan berpusat pada
pasien. Hasil penelitiannya terhadap 85 kepala ruangan dirumah sakit,
mengungkapkan bahwa Pengalaman sebagai manajer perawat merupakan komponen
penting dari kepercayaan diri dan efikasi diri seorang manajer perawat. Manfaat
tersebut sangat bermakna dalam manajemen keperawatan, yaitu adanya kebutuhan
untuk mengembangkan program pendidikan pelatihan bagi kepala ruangan untuk
meningkatkan kepercayaan diri mereka dan untuk mempertahakan kepala ruangan
yang berpengalaman dalam perannya tersebut.
Warshawsky dan
Cramer (2019)
melakukan survei elektronik pada 647 kepala ruangan yang mengelola 964 unit
perawatan dirumah sakit, dan hasil temuan menunjukkan bahwa kepala ruangan
menilai diri mereka sebagai kepala ruangan yang berkompeten pada 6 tahun
pertama sebagai kepala ruangan dan mereka akan mencapai kemahiran pada tahun ke
7 sebagia kepala ruangan. Dalam hal ini Pengalaman memiliki hubungan erat
dengan kompetensi kepala ruangan , diikuti oleh pendidikan kepemimpinan pasca
sarjana. Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian Warshawsky dan Cramer (2019)
Kepala ruangan perlu mengevaluasi kekuatan dari kumpulan bakat kepemimpinan
keperawatan mereka, Kepala ruangan perlu mengembangkan kebijakan dan strategi
dalam mempromosikan kompetensi dan peran kepala ruangan .
Kepala
ruang memiliki peran kunci dalam menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan
melalui fungsi manajemen, khususnya fungsi pengarahan yang fundamental. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengarahan yang efektif melibatkan pendelegasian,
motivasi, supervisi, penyelesaian konflik, komunikasi, dan koordinasi (Chrismilasari et al., 2017). Manajemen keperawatan
melibatkan serangkaian fungsi dan aktivitas yang saling terkait untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan. Penelitian juga menyoroti hubungan antara
perencanaan kepala ruangan, fungsi pengarahan, dan motivasi kerja perawat (Perceka, 2018; Rohayani et al., 2019). Teori perilaku Johnson dan
Middle-Range King memberikan kerangka kerja untuk memahami interaksi dalam
konteks keperawatan dan pencapaian tujuan (Aini, 2018).
Benner telah mengembangkan
catatan deskripsi interpretative tentang praktik keperawatan klinik. Konsepnya
berdasarkan tingkatan ketrampilan perawat Pemula sampai Pakar (Pemula, Pemula
lanjut, Kompeten, Mahir, Ahli). Benner
Menggunakan Deskripsi ini, untuk mengidetifikasi kompetensi dan dikelompokan
secara induktif kedalam tujuh area praktik keperawatan. Perbedaan tingkatan
praktik yang berbeda, bertugas di
tingkat berbeda dengan pengalaman yang berbeda pula. Tujuh ranah dasar situasi praktik nyata atas dasar
kesamaan fungsi dan tujuan, Yaitu Peran pembantu, Fungsi Mengajar-melatih,
fungsi pemantauan diagnosis dan pasien, manajemen yang efektif tentang
perubahan situasi cepat, pemberian pemantauan interevensi terapi dan
penyembuhan, memantau dan memastikan kualitas praktik asuhan, Kompetensi peran
kerja organisasi. Benner Mengembangkan Konsep asuhan keperawatan di area
Praktik Klinis Yang menggambarkan pengetahuan praktis yang melekat dalam
praktik pakar, hakikat dari penugasan ketrampilan dalam praktik asuhan
keperawatan, mengidentifikasi sumber untuk pengembangan kepakaran praktik
keperawatan, Mengidentifikasi Strategi edukasi yang mendorong pengembangan
kepakaran (Aini, 2018).
Berdasarkan uraian
permasalahan tersebut maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
tentang “Bagaimana Rancangan
Pengembangan Model Kepemimpinan dan Manajemen Kepala Ruangan”?. Penelitian dilakukan secara kualitatif
eksploratif untuk menggali dan memahami tentang Model Kepemimpinan Kepala Ruangan Dalam Implementasi
Fungsi Manajemen Keperawatan. Hasil pembahasan dalam diskusi kelompok
terfokus kepada kepala ruangan yang
memiliki pengalaman manajerial di BLUD RSUD Kota Kotamobagu, yang
akan tereksplorasi pengalaman, model
kepemimpinan dan manajemen keperawatan Kepala ruangan. Penelitian ini
bertujuan untuk merumuskan Rancangan Model Kepemimpinan dan Manajemen Kepala
Ruangan berbasis Patricia Benner Theory di ruang rawat inap BLUD RSUD Kota
Kotamobagu. Tujuan khususnya adalah mengidentifikasi kompetensi kepala ruangan
dalam fungsi manajemen keperawatan, mengeksplorasi pelaksanaan model
kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan, mengembangkan konsep tentang model
tersebut, meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan,
serta menciptakan rancangan model tersebut dalam bentuk Buku Modul. Manfaatnya
mencakup aspek akademik, teoritis, praktik, bagi peneliti, dan untuk penelitian
selanjutnya. Originalitas penelitian ini terletak pada fokusnya terhadap
pengembangan model kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan berbasis teori
Patricia Benner, yang merupakan sumbangan baru dalam literatur manajemen
keperawatan.
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi eksploratif dan
action research. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu focus group
discussion (FGD) dan workshop pakar. FGD melibatkan 12 kepala ruangan sebagai
partisipan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan
melalui rekaman suara, transkripsi, dan observasi, dengan peneliti sebagai
instrumen utama. Pelaksanaan workshop dilakukan setelah FGD, dengan peserta
terdiri dari 24 orang yang dibagi menjadi dua kelompok. Data dianalisis
menggunakan langkah-langkah seperti transkripsi, pembuatan kategori, dan
perumusan tema. Kredibilitas data dipertahankan melalui member check,
dependability, confirmability, dan transferability. Etika penelitian dijaga
dengan memperoleh izin dari Komite Etik Penelitian Universitas Karya Husada
Semarang, dengan memperhatikan prinsip-prinsip menghormati partisipan dan
menjaga privasi serta kerahasiaan data.
Hasil dan
Pembahasan
Hasil
Penelitian
1.
Karakteristik
Partisipan
Hasil Penelitian yang dilakukan di BLUD RSUD
Kotamobagu dilakukan dua metode pengumpulan data yaitu Focus Group Discussion (FGD) dan Workshop Pakar. Dimana Dalam kelompok FGD ada sebanyak 12 (Dua
belas) Partisipan. Partisipan dalam FGD adalah kepala ruangan rawat inap di
BLUD RSUD Kotamobagu. Karakteristik partisipan
selengkapnya disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel Data Demografi
Partisipan
NO |
Nama
partisipan (inisial) |
Usia |
Jenis kelamin |
Agama /
Suku bangsa |
Pendidikan |
Lama kerja |
|
||
1.
|
P1 ( P.M) |
40 tahun |
Perempuan |
Islam/ Mongondow |
Ners |
13 tahun |
|||
2.
|
P2 ( T.M) |
39 tahun |
Perempuan |
Islam/ Mongondow |
Ners |
18 tahun |
|||
3.
|
P3 ( N.S.W) |
39 tahun |
Perempuan |
Hindu/ Bali |
Ners |
13 tahun |
|||
4.
|
P4 ( M.M) |
44 tahun |
Perempuan |
Islam/ Mongondow |
Ners |
16 tahun |
|||
5.
|
P5 ( P.P) |
37 tahun |
Perempuan |
Islam/ sanger |
Ners |
15 tahun |
|||
6.
|
P6 ( R.S) |
35 tahun |
Perempuan |
Islam/ Mongondow |
Ners |
13 tahun |
|||
7.
|
P7 ( S.M) |
37 tahun |
Perempuan |
Islam/ Mongondow |
Ners |
13 tahun |
|||
8.
|
P8 (S.A.L) |
34 tahun |
Perempuan |
Islam/ Mongondow |
Ners |
12 tahun |
|||
9.
|
P9 (
F.J.M)) |
36 tahun |
Laki-laki |
Islam/ Mongondow |
Ners |
13 tahun |
|||
10.
|
P10 ( N.M) |
32 tahun |
Laki-laki |
Islam/ Mongondow |
S1 Kep |
8 tahun |
|||
11.
|
P11 ( I.M.P) |
49 tahun |
Laki-laki |
Islam/ Bali |
Ners |
29 tahun |
|||
12.
|
P12 ( R.O) |
36 tahun |
Perempuan |
Islam/ Mongondow |
Ners |
12 tahun |
|||
Analisis data tabel 1 diatas diketahui bahwa data demografi dari
partisipan dalam penelitian ini adalah Kepala Ruangan perawatan di ruang rawat
inap BLUD RSUD Kotamobagu, dengan latar belakang pendidikan Ners sebanyak 11
orang dan 1 orang dengan latar pendidikan S1 kep Dari 12 Partisipan yang paling muda adalah umur 32
tahun dan yang paling tua adalah umur 49 tahun. Kemudian lama kerja kepala
ruangan minimal 8 tahun dan yang paling lama adalah 29 tahun. Jenis Kelamin
Partisipan dalam penelitian ini yang paling sedikit adalah jenis kelamin
laki-laki dengan jumlah partisipan 3 orang dan jenis kelamin perempuan
berjumlah 9 orang. Adapun Agama Partisipan yang tebanyak adalah agama islam
yaitu 11 orang partisipan, dan 1 orang beragama hindu. Suku bangsa partisipan 2
orang Suku bali dan 10 orang suku Mongondow.
2.
Analisis Tematik
a. Hasil FGD
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode FGD. Jumlah
partisipan adalah 12 orang, partisipan diberikan lembaran pernyataan
persetujuan penelitian, kemudian melakukan kontrak waktu untuk pelaksanaan FGD,
tempat dan waktu telah disepakati bersama yaitu hari senin 31 agustus 2023
diruang pertemuan BLUD RSUD Kotamobagu. Hasil penelitian di kumpulkan melalui
FGD telah di analisis sesuai dengan Collaizi sehingga ditarik kesimpulan sesuai
dengan hasil jawaban dari partisipan. Penerapan FGD dilakukan dengan setting
duduk melingkar dan peneliti bertindak sebagai instrument, dibantu oleh asisten
peneliti. Peneliti mengulangi beberapa pertanyaan pada beberapa partisipan
sampai saturasi data memvalidasi data dari Hasil FGD Tersebut.
Hasil dari FGD dibuat dengan sistematis dan segera mugkin
dikosultasikan kepada pembimbing dan narasumber terkait hasil pembuatan
rancangan model kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan berbasis patricia
benner Theory di ruang rawat inap BLUD RSUD Kotamobagu. Data yang dikumpulkan
dalam proses FGD kemudian di susun dalam bentuk kalimat langsung dan membuat
transkrip dari hasil pernyatan serta menentukan kata kunci dan kategori dari
pertanyaan partisipan 1-12. Hasil Termuan FGD tersebut diperoleh tema-tema yang
telah dibuat tentang model kepemimpinan
dan manajemen kepala ruangan diruang rawat inap BLUD RSUD Kotamobagu, dengan
hasil analisis tematik sebagai berikut: 1. Kompetensi dalam peran Organisasi,
2. Fungsi manajemen yang efektif, 3. Peran kepala ruangan , 4. Perencanaan dan Pengarahan,
5. Pengendalian dan pengawasan, 6. Manajemen Konflik dan penyelesaian masalah.
b.
Hasil
Analisa Tematik didapatkan tema yaitu:
1) Kompetensi leadership dalam peran Organisasi
Kepala Ruangan mengungkapkan beberapa Kompetensi
yang dimiliki oleh seorang kepala ruangan dan bagaimana meningkatkan kompetensi
tersebut, berikut beberapa pernyataan dari Partisipan, 10 dari 12 partisipan
menyatakan kompetensi leadership dalam peran organisasi, sebagai berikut:
P1
: “Dalam Meningkatkan kompetensi
leadership kita membutuhkan pelatihan
P2
: “kepala ruangan perlu meningkatkan
tingkat pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keahlian”
P3:
“Kompetensi dasar yang harus dimiliki
kepala ruangan adalah komunikasi efektif”
P4
: “Kompetensi yang harus dimiliki kepala
ruangan adalah manajemen stres Update
ilmu kepemimpinan dan manajemen penting untuk dilakukan”
P5 “Kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang kepala ruangan yaitu kompetensi kepemimpinan, unutk meningkatkannya
mengikuti pelatihan kepemimpinan dan manajemen:
P7:
“Kompetensi manajemen bangsal yang
mempelajari tentnag bagaimana cara memimpin
diruangan’
P8:
“komunikasi efektif dan melakukan update
ilmu kepemimpinan untuk meningkatkannya”
P9:
“Kompetensi Manajemen bangsal, kemudian
memiliki kompetensi keahlian dasar sesuai
ruangan masing-masing”
P10:
“Kompetensi manajemen bangsal yang berfokus
pada ruangan isolasi agar dapat memanajemen ruangna isolasi sesuai dengan standar
ruangan isolasi, unutk meningkatkannya mengikuti pelatihan yang dapat
meningkatkan komptensi manajemen”
P12:
“Kompetensi kepala ruangan IGD harus
memiliki kompetensi dasar BTCLS, BHD dan manajemen bangsal”
2) Fungsi Manajemen Yang Efektif
Dalam Impementasi Fungsi kepemimpinan dan
manajemen kepala ruangan, beberapa hal yang
beberapa hal yang ungkapakan oleh partisipan. Berikut pernyataan 5 dari
12 partisipan, sebagai berikut:
P4 :
“Dampak Implementasi diruangan itu, bisa
menyebabkan Pelaksanaan Manajemen keperawatan diruangan lebih terarah “
P3 :
“Kepala ruangan mengatur ruangan rawat
inap agar mencapai tujuan, adapun Dampak Supervisi pada manajemen perawatan, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien sesuai prosedur dan akan berjalan sesuai dengan rencana perawatan”.
P7 :
“Dampak Implementasi Kepemimpinan ,
kepala ruangna bisa membedakan kemampuan setiap perawat dan membuat perawat
bekerja sesuai tupoksi masing-masing”
P9 :
“Pengorganisasian belum terarah, belum
sesuai dengan kompetensi perawat di masing-masing ruangan, apabila ini
terealiasi dengan baik maka Memudahkan pembagian tugas katim, perawat dan
pelaksana perawat diruangan”
P12:
“ Implementasi kepemimpinan sesuai dengan
prosedur , apabila di IGD menggunakan Triage, Edukasi akan terintegrasi sesuai
panduan, kemudian kredensial sesuai level kompetensi membantu dalam pembagian
tugas.”
3) Peran dan Fungsi kepala Ruangan
Menurut partisipan peran kepala ruangan
sangat penting dalam fungsi kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan, berikut
Pernyataan 6 dari 12 partisipan tentang kepala ruangan sebagai pemberi pelayann
dan fungsi melatih yang baik :
P1 :
“kepala ruangan itu harus Menjadi Role
model yang baik, mampu melakukan manajemen konflik, mampu menyelesaikan masalah
dengan baik dan bijak”
P3 : “ kepala Ruangan menjadi contoh yang baik
untuk staf, serta bertanggung jawab terhadap sarana prasarana yang ada di
ruangan.Kemudian bertanggung jawab pada pengaturan katim, perawat pelaksana dan
penanggung jawab shift”
P4 ”Disiplin bekerja dan melakukan pemantauan
pada pasien, menjadi role model yang baik, mengontrol kegiatan diruangan”
P7 “Bertanggung jawab terhadap kebersihan,
membuat jadwal dinas, merencanakan mengontrol,
mengorganisasi staf di ruangan”
P9:
“Kepala ruangan bertanggung jawab
menyampaikan perencanaan recruitmen
pegawai dengan minimal kompetensi dasar yang di milikinya, Dia juga mengatur
kebutuhan ketenagaan, marena beberapa
SDM ditempatkan oleh pihak manajemen
RS tidk ssuai dnegan kompetensinya, ada juga perawat yang sudah ditempatkan
sebelum orientasi ruangan, sehingga sinkronisasi SDM oleh kepala ruangan dan
bidang keperawatan perlu dilakukan”
P10
: “ menurut saya Kepala ruangan itu
sebagai role model, mampu mengatur aktivitas yang ada diruangan, mulai dari
ketua tiim, perawat pelaksana bahkan sampai tim terkecil seperti cleaning service , semua harus di atur oleh kepala
ruangan”
4) Fungsi Perencanaan dan Pengarahan
Fungsi Pengarahan dan pengawasan
dalam kepemimpina dan manajemen kepala
ruangan diungkapkan oleh beberapa partisipan. Berikut pernyataan dari beberapa
partisipan, 5 dari 12 partisipan menjelsakan mengenai peran kepala ruangan
dalam perencanaan dan pengarahan di ruangan rawat inap, sebagai berikut:
P1 :“ Melakukan pembinaan Staf”
P2 :” perencanaan diruangan
itu biasanya membuat jadwal dinas, Pembagian tugas shift, perawat pelaksana, dna tugas katim”
P3 : “Pentingnya Pengarahan Untuk
menghindari lupa”
P9 “Fungsi Pengawasan untuk
membiasakan yang benar yang berdampak tidak melakukan pelayanan sesuai prosedur”
P11 : “Pengarahan dan Pengawasan
diruang IBS sebatas jadwal masuk dinas
dan penggunaan bahan habis pakai diruangan,
bila sering melakukan pengawsan maka tindakan diruangan kaan sesuai
dengan SOP”
P12 : “kami
Diruangan IGD punya standard khusus dalam penanganan pasien, bentuk pengarahan
dan pengawasan yang biasa dilakukan adalah pengawasan terhadap tindakan di ruangan triage sudah sesuai dengan kategori pasien atau tidak, kemudian
jadwal dinas”
5) Fungsi Pengendalian
dan Pengawasan
Pemantauan Diagnosis pasien,
intervensi terapi dan proses aasuhan keperawatan termasuk didalam fungsi
manajemen di fungsi controlling. Berikut
pernyataan dari beberapa partisipan, sebagai berikut:
P3 : “Peran
kepala ruangan melakukan pengawasan ke katim dalam hal perencanan, diagnosa dan
intervensi yang dilakukan pada pasien, melakukan evaluasi”
P7 : “Kepala
ruangan perlu memastikan dan memperhatikan bahwa kegiatan asuhan keperawatan
sudah sesuai dengan standard SOP atau belum’’
P9 : “pengawasan
asuhan keperawatan apakah sudah sesuai diagnosa da perencanaan atau belum”
6) Manajemen Konflik dan Penyelesaian Masalah
Seorang
kepala ruangan memiliki kompetensi dalam
menyelesaikan masalah di ruangan
yang di pimpinnya dengan Fokus pada
penyelesaian masalah ,mampu mengendalikan diri, mampu berkomitmen dalam pengambilan keputusan, mendengarkan
secara seksama dan melakukan tindak lanjut secara konsisten. Beberapa pernyataan
partisipan , 4 dari 12 partisipan , sebagai berikut:
P2 : ‘’Hambatan dalam pelayanan yang sering dirasakan adalah Apabila ada tenaga yang
cuti tidak diantisipasi terlebih dahulu oleh bidang keperawatan, sehingga permintaan
tenaga akan mendapatkan respon yang lama untuk penggantian
tenaga yang cuti tersebut”
P3 : “ Apabila ada perawat yang sudaha mulai banyak ganti dinas tanpa alsan yang jelas,
tentu sebagai kepala ruangan, akan memanggil yang bersangkutan kemudian
akan dibina , dicarikan solusi yang baik dalam menyelesaikan
masalah”
P4: “ hambatan
dalam pelayanan biasanya itu kekurangan alat kesehatan yan sering digunakan
sehari-hari seperti Spirometri , Kemudian Alat USG yang di batasi penggunaanya,
sehingga lambat penanganan terhadap pasien yang di advis dokter
untuk USG, hal ini dapat mempengaruhi LOS ruangan, yang tentunya LOS
akan memanjang’
P9 “Hambatan yang terjadi biasanya terhadap SDM, Jumlah tenaga yang ada di ruangan tidak sebanding dengan beban kerja
diruangan.”
Pembahasan
Interpretasi temuan penelitian yang di lakukan
Rancangan model kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan di ruang rawat inap
berbasis Patricia Benner Theory adalah untuk membantu Kepala ruangan dalam mengidentifkasi dan
mengeksplorasi pelaksanaan fungsi manajemen di ruang rawat inap BLUD RSUD
Kotamobagu berbasis patricia benner Theory serta terciptanya rancangan Model
kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan
yang di desain dalam bentuk form modul manajemen.
Data yang di peroleh dari penelitian ini menjadi
dasar penyusunan modul kepemimpinan dna manajemen kepala ruangan.
Kompetensi Dalam Peran
Organisasi
Kompetensi
yang dimiliki oleh seorang Leader atau pemimpin yang di rangkum dari seluruh
pernyataan partisipan adalah kemampuan seorang kepala ruangan untuk menjalankan
fungsi kepemimpinan dengan kemampuan mempengaruhi, mampu memberikan motivasi, teladan , membuat
keputusan yang bijaksana, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
dan efektif, mampu mengelola sumber daya di unit perawatan, mempunyai kemampuan
manajemen strategi dalam manajemen, mampu melakukan negosiasi dan menganalisa
masalah.
Kepala ruangan
memerlukan suatu pemahaman tentang mengelola dan memimpin orang lain, dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas dan aman, untuk kesembuhan
pasien melalui pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang konsisten, kontiniyu dan bermutu (Nursalam, 2014). Seorang manager
Mampu Menggerakan
semua orang untuk bekerja sama dengan antusias guna mencapar tujuan organisasi. Karakteristik
manager: mampu mengelelola suatu program pelayanan kesehatan, membuat rencana
program, mengarahkan , melaksanakan program dan melakukan evaluasi. Pemimpin
yang disiplin , tekun gigih dalam berjuang dan tidak pernah putus asa,
kemampuan komnuninkasi, lobi dan negosiasi menjadi critical point yang bias menunjang keberhasilan, baik sebagai
individu maupun dalam menjalankan pemimpin dan manajer secara formal.
Beberapa Kompetensi Manajer
Keperawatan menurut Pratiwi (2019) yaitu: Kompetensi sebagai
pemimpin,
KompetensI
sebagai manajer, Kompetensi
melakukan kajian analisis, Kompetensi melakukan fish bone analisis, Merumuskan prioritas
masalah,
Kompetensi
melakukan manajemen strategi keperawatan di RS, Komunikasi efektif leaders dan
manajer,
Menjalin
Relationship profesionalisme, Lobi dan negosiasi. Kompetensi Manajer Keperawatan
menurut Nursalam (2015) yaitu: 1. Kepemimpinan, dengan Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan
efektif, berkomunikasi tentang organisasi dalam memfasilitasi kegiatan
organisasi dan pelaksanaan perubahan, memberikan pedoman dan arahan tentang
keputusan oranisasi melalui pengetahuan dari pemetindah. 2. Pengambilan keputusan dan
perencanaa.Menyusun
prioritas organisasi, merespon cepat perubahan yang tidak diharapkan,
mengantisipasi dan melaksanakan perencanaan perubahan.3. Hubungan masyarakat/komunitas: Empati, mendengarkan,
tanggap terhadap semua pernyataan orang lain, menciptakan situasi yang kondusif
dalam berkomunikasi, tanggap terhadap situasi plitik yang terjadi,
mengembangkan proses hubungan yang baik didalam dan diluar organisasi. 4.Mengontrol anggaran,
menginterpretasikan penggunaan anggaran sesuai kebutuhan, mengkonsultasikan masalah keuangan. menerapkan peran mentor yang
efektif, menggunakan system pemberian penghargaan yang baik, mengembangkan
meningkatkan dan meninjau indicator organg. Memfokuskan kejadian dalam satu
periode, mengaplikasikan filosofi manajemen dan komitmen terhadap kualitas
pelayanan, mengambil keputusan yang tepat, mengelola stres individu, mensyukuri
nikmat atas keberhasilan pencapaian tujuan. Keterampilan Manajerial; Karakteristik manager: mampu
mengelelola suatu program pelayanan kesehatan, membuat rencana program,
mengarahkan , melaksanakan program dan melakukan evaluasi . Pemimpin yang
disiplin, tekun gigih dalam berjuang dan tidak pernah putus asa, kemampuan
komnuninkasi, lobi dan negosiasi menjadi critical point yang bisa menunjang
keberhasilan, dan kesuksesan baik
sebagai individu maupun dalam menjalankan pemimpin dan manajer secara formal.
Karakter leaders dan manager sangat relevan
dengan kepandaian yang harus dimiliki
seorang professional kesehatan, yaitu: Kepandaian pengetahuan, Pengetahuan bidang kesehatan
sebagai profesi yang di tekuninya. Pengetahuan umum secara luas di berbagai
aspek kehidupan. Berikutnya adalah Kepandaian Emosi, Mampu Mengendalikan diri, tetap tenang dalam situatsi
yang mebuat rasa marah, marah yang elegan, kapan dan dimana kita bias
mengungkapkan rasa marah. Yang ke enam yaitu Kepandaian Sosial dimana pemahanan
terhadap Pengetahuan
social politik dan situasi yang Up to date, Kepandaian menjalin relationship ,
bergaul dengna semua kalangan, selanjtunya Kepandaian Spritual, Keyakinan teguh akan kebenaran,
kepandaian menghadapi kesulitan hidup serta Profesionalisme yang harus terus dikembangkan. Peningkatan
kemampuan professional ini diperlukan untuk meningkatkan eksistensi profesi.
Seorang
pemimpin yang selalu meminta pendapat staf dan mengambil keputusan atas
pertimbangan dan masukan dari staf merupakan gaya kepemimpinan yang Demokratis,
dimana seorang pemimpin mampu menghargai staf, menggali potensi staf dan
mengotimalkan perannya dalam aktivitas organisasi (Nursalam, 2015). Penelitian
ini menjelaskan temuan berdasarkan teori yang digunakan oleh patricia benner Theory
dimana Kompetensi dalam peran organisasi ranah praktik dari penguasaan
ketrampilan dan pengembangan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang perawat.
Pada penerapan model keperawatan benner mengatakan bahwa penguasaan ketrampilan
berbasis pengalaman akan lebih aman dan cepat ketika bersandar pada pendidikan
yang kuat. Ketrampilan yang diperoleh dari pengalaman keperawatan dan kesadaran
persepsi yang dikembangkan perawat sebagai pembuat keputusan.
Kepemimpinan kepala ruangan merupakan satu
dari sekian banyak indikator mutu pelayanan yang sangat menentukan keberhasilan
pelayanan rumah sakit. Banyaknya rumah sakit di Indonesia membuat kepemimpinan
sebagai salah satu indikator kualitas tersebut dihadapkan pada tantangan
persaingan dengan rumah sakit lain yang juga menyediakan jasa pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, baik rumah sakit milik pemerintah maupun milik
swasta. Persaingan tersebut menuntut rumah sakit harus memiliki keunggulan
kompetitif untuk dapat menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan. Kemampuan dalam menciptakan keunggulan kompetitif ini pada
akhirnya membuat tantangan rumah sakit untuk mempunyai rencana strategis yang
lebih baik khususnya kemampuan kepala ruangan yang unggul dalam manjemen di
unit ruang rawat inap.
Fungsi Manajemen yang Efektif
Hasil Diskusi
dengan partisipan ditemukan bahwa Fungsi manajemen yang efektif adalah fungsi dasar dan
pertama dalam manajemen (the first function of management) yaitu Perencanaan. Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang
menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya yang lain yang relevan. Perencanaan yang baik akan meningkatkan capaian tujuan
dan pembiayaan yang efektif. Seperti yang diungkapkan oleh partisipan sebagai
berikut:
P3 :
“Kepala ruangan mengatur ruangan rawat
inap agar mencapai tujuan, adapun Dampak Supervisi pada manajemen perawatan,
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien sesuai prosedur dan akan berjalan sesuai dengan rencana perawatan”.
P7 : “Dampak
Implementasi Kepemimpinan , kepala ruangan bisa membedakan kemampuan
setiap perawat dan membuat perawat bekerja sesuai tupoksi masing-masing”
Dalam Fungsi Manajemen, Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan
pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya
roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung,
dan kegiatan perawat dikendalikan. Pengambilan keputusan adalah suatu hasil
atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di
antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/
implementasi dari pilihan keputusan yang diambil. Manajer yang bertugas
mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan sumber
daya yang sangat menentukan Tujuan
sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan
ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.Penugasan pada
masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan
unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal. Perubahan, di dalam
manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang
dinamis mengikuti karakteristik pasien.
Peran kepala ruangan
Hasil data
FGD ditemukan bahwa Peran kepala ruangan sangat penting dalam ruang rawat inap
adalah Seorang
Kepala Ruangan memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide-ide, pandangan ,
gagasan sehingga ketua tim dan perawat pelaksna tertarik untuk menerima usulan
dan gagasan tersebut. Bukan Saja Perawat pelaksana yang menyutujui namun bisa
sampai ke tim terkecil yaitu cleaning service. Arahan dari kepala ruangan bias
berupa ide hal-hal yang positif dan negative, oleh sebab itu seorang kepala
ruangan perlu hati-hati dalam menyampaikan ide, usulan ataupun gagasan. Kepala
ruangan memiliki kemampuan untuk memotivasi orang lain, selalu berpikiran
positif terhadap orang lain, mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif,
selalu memberikan reinforcement pada keberhasilan stafnya, selalu bersemangat
dan antusias dalam melakukan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Beberapa
ungakapan dari partisipan sebagai berikut:
P1 :
“kepala ruangan itu harus Menjadi Role
model yang baik, mampu melakukan manajemen konflik, mampu menyelesaikan masalah
dengan baik dan bijak”
P3 : “ kepala Ruangan menjadi contoh yang baik
untuk staf, serta bertanggung jawab terhadap sarana prasarana yang ada di
ruangan.Kemudian bertanggung jawab pada pengaturan katim , perawat pelaksana
dan penanggung jawab shift”
Kepala ruangan
di tuntut untuk selalu menjunjung tinggi Integritas personal yakni disiplin
kerja, ramah, perhatian, peduli berkomitmen tinggi, konsekuen, jujur terbuka
terhadap saran dan kirik , bertanggung jawab berwibawa, dna bijaksana. Kepala
ruangan menjadi role model/ tauladan dalam pengembangan karir menjadi contoh
dalam organisasi serta menginspirasi banyak orang. Kompetensi kepemimpinan
seorang kepala ruangan yang lain adalah membuat keputusan yang bijaksana ,
selalu mempertimbangkan berbagai dimensi dari keputusan baik substansi, social,
psikologi, politik , referensi kekinian, trend isu, dan kebijakan. Agar dapat melaksanakan
Fungsi manajemen kepala ruangan dengan baik kepala ruangan diperlukan panduan
dalam melaksanakannya. Hal ini dapat membuat pelaksanaan fungsi manjemen
berjalan optimal. Kepala Ruangan merupakan Seorang pemimpin dalam suatu organisasi unit rawat
inap dapat mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepemimpinan
sesuai dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhitungkan
secara matang. Gaya kepemimpinan dan
Prinisp kepemimpinan dari kepala ruangan memiliki tujuan untuk meningkatkan
mutu pelayanan di ruangannya. Dengan
adanya Reward pimpinan , pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terkait
kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala ruangan, maka kepala ruangan akan
semakin siap untuk dapat mengapliaksikan ilmu yang di dapat dalam pelaksanaaan
pelayanan keperawatan di ruangan (Oyoh et al., 2017).
Hasil peneletian Van Dyk et al. (2016) mengungkapkan bahwa. Kompetensi dan
keterampilan manajer perawat mempengaruhi setiap aspek perawatan pasien dan
kesejahteraan staf karena manajer
perawat sebagian besar bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja di
mana perawat klinis mampu memberikan perawatan holistik yang berkualitas
tinggi, berpusat pada pasien. Hal ini diungkapkan pula oleh Morsiani et al. (2017) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan manajer
perawat berpengaruh signifikan terhadap kepuasan staf. Namun, beberapa
penelitian menyelidiki bagaimana staf perawat memandang gaya kepemimpinan
manajer perawat mereka, dan bagaimana hal ini berdampak pada kepuasan kerja
staf perawat.
Perencanaan dan Pengarahan
Perencanaan yaitu menentukan tujuan jangka
pendek menengah dan jangka panjang yang berrkaitan dengan aktifitaas untuk
mencapai tujuan . Perencanaan adalam pertimbangan seorang kepala ruangan,
sedangkan Pengarahan merupakan suatu
proses Suatu
Proses penyatuan semua sumber daya dan dana sehingga dapat saling mendukung/bekerja sama
sesuai fungsinya, Pengarahan pelayanan keperawatan adalah proses penerapan pelayanan
keperawatan untuk mencapai tujuan pelaynana yang optimal meliputi kegiatan
motivasi, komuniaksi, dan kepemimpinan (Dinkes RI 2001) dalam Dedi (2020). Pada hasil
penelitian Seperti yang di ungkapkan oleh partisipan sebagai berikut :
P2 :” perencanaan diruangan
itu biasanya membuat jadwal dinas, Pembagian tugas shift, perawat pelaksana, dna
tugas katim”
P3 : “Pentingnya Pengarahan Untuk
menghindari lupa”
Perencanaan pelayanan keperawatan merupakan
fungsi dasar dari manajemen yang merupakan tugas utama dari semua manajer
keperawatan dan merupakan proses yang sistematis berdasarkan teori-teori
manajemen mulai dari membuat kriteria sasaran, tujuan, visi, misi. Kepala
ruangan dalam hal ini merencankan kegiatan ruangan, merencankan kebutuhan SDM
keeprawatan, kebutuhan alat kesehatan, menegakakan SOP Intervensi keperawatan
serta merencanakan aktivitas yang mendukung indicator mutu dan akreditasi serta
merencanakan evaluasi asuhan keperawatan diruangan, serta melibatkan perawat
dalam membuat rencana unit serta penentuan gaya kepemimpinan yagn di terapkan.
Pada tahap pengarahan, Kepala ruangan akan melakukan kegiatan membimbing, mengarahkan
pekerjaan perawat pelaksana, memberikan motivasi, reward, mendelegasikan
pekerjaan, meneruskan informasi kebijakan, dan kepala rumah sakit serta
melakukan supervise internal ruangan. Penerapan proses ( process) dipelayanan keperawatan
antara lain system atau metode kerja yang diterapkan guna menyelesaikan tugas
pelayanan/ asuhan keperawatan termasuk didalamnya pola pengarahan dan
pengendalian kerja. Output (keluaran) dalam pelayanan keperawatan berupa hasil
penampilan kinerja yag baik atau buruk. Kinerja yang baik dapat dirasakan oleh
pasien dan perawat misalnya tingkat kepuasan, percepatan pemulangan pasien,
dokumentasi keperawatan yang lengkap dan yang paling penting adalah tidak ada
complain dari pasien/ keluarga/ masyarakat, Sedangkan untuk mengawal
pelaksananaan pekerjaan mulai perencanaan pelaksanaan evaluasi, maka seorang
manajer keperawatan menerapkan system control (pengendalian) yang baik agar
tujuan sesuai rencana awal, dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Mekanisme umpan balik (Feedback Mechanism)
adalah cara melakukan invenstigasi kelebihan dan kekurangan dari
input-proses-output serta cara melaporkannya, kemudian melihat cara proses
pemecahan masalahnya. Semua hambatan yang mengganggu atau yang tidak lancer
dalam proses pelaksanan tugas harus dimonitor dan di tindak lanjuti. Tindak
lanjut secara cepat atau lambat yang penting harus dilakukan dan dilaporkan
kepada middle dana tau top manager untuk mendapatkan respond dan pengambilan
keputusan secara cepat (Dedi, 2020).
Pengendalian Dan Pengawasan
Hasil
Analisis tema yang ke 5 adalah Pengendalian Dan Pengawasan, Yakni Kegiatan untuk
mengendalikan aktivitas pelayanan keperaawatan agar tetap berada pada koridor
standar yang berlaku, aktivitas membandingkan hasil kerja dengan standar
penampilan kerja yang di inginkan dan mengambil tindakan perbaikan bila ada
kekurangan, Kepala ruangan melakukan kegiatan menilai hasil kerja secara periodic
yang ada dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan umpan bail untuk ditindak lanjuti.seluruh kegiatan yang
dilaksanakan, tujuannya disini
adalah untuk menilai seberapa jauh anggota mampu melaksanakan perannya sesuai
dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta mengdentifikasi
factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan. Beberapa
partisipan mengungkapkan tentang pengendalian dan pengawasan, sebagai berikut:
P7 : “Kepala
ruangan perlu memastikan dan memperhatikan bahwa kegiatan asuhan keperawatan
sudah sesuai dengan standard SOP atau belum’’
P9 : “pengawasan
asuhan keperawatan apakah sudah sesuai diagnosa dan perencanaan atau belum”
Program pengendalian mutu merupakan salah satu fungsi utama kepala
ruangan. Rumah sakit telah memiliki program pengendalian mutu yang
dipersyaratkan standar akreditasi rumah sakit, namun kepatuhan penerapannya
masih perlu dipertahankan. Rumah sakit dipersyaratkan untuk dapat
mempertahankan kepatuhan dan kesinambungan pengendalian mutu guna mengevaluasi
proses kerja secara berkelanjutan. Sosialisasi mengenai penerapan pengendalian
mutu keperawatan cukup efektif meningkatkan pengetahuan kepala ruangan dan tentang
program mutu yang dipersyaratkan akreditasi rumah sakit. Pimpinan rumah sakit
perlu memberi pengakuan, dukungan, dan motivasi bagi kepala ruangan penerapan
pengendalian mutu keperawatan di ruangan rawat (Nurdiana et al., 2021).
Manajemen Konflik dan
Penyelesaian masalah
Konflik merupakan masalah internal dan
eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dari dua orang atau
lebih. Kepala
ruangan berusaha mengidentifikasi konflik, apabila mengarah kesuatu yang menghambat, maka kepala ruangan harus mengidentifikasi
sejak awal dan secara aktif menlakukan intervensi supaya berefek pada
produktivitas dan motivasi kerja yang baik. Beberapa sumber konflik dalam organisasi
yaitu keterbatasan sumber daya baik Sumber daya Manusia maupun sarana
prasarana, adanya perbedaan tujuan, Ketidakjelasan tugas dan peran , Hubungan
yang tidak baik dalam organisasi, sampai ke masalah pribadi staf. Beberapa
jenis konflik yang sering terjadi diruangan yaitu konflik atasan dan bawahan,
konflik kewenangan yang terdiri dari
Konflik Intreapersonal yaitu konflik pada individu sendiri, contohnya
terkait loyalitas perawat terhadap pekerjaannya, kemudian konlfik interpersonal
yaitu konflik du aorang karena adanya perbedaan-perbedaan, contohnya kepala
ruangan mengalami konflik dengan sesame kepala ruangan terkait ketenagaan,
kemudian konflik antar kelompok yang biasanya terjadi karena keterbatasan sarana
prasarana. Hasil analisis tema juga
ditemukan hambatan-hambatan dalam organisasi, konflik yang terjadi dan
penyelesaian masalah yang dilakukan oleh kepala ruangan di BLUD RSUD
Kotamobagu, yaitu:
P2 : ‘’Hambatan
dalam pelayanan yang sering dirasakan adalah Apabila ada tenaga yang cuti tidak
diantisipasi terlebih dahulu oleh bidang keperawatan, sehingga permintaan
tenaga akan mendapatkan respon yang lama untuk penggantian tenaga yang cuti
tersebut”
P3 : “ Apabila
ada perawat yang sudah mulai banyak ganti dinas tanpa alsan yang jelas, tentu
sebagai kepala ruangan, akan memanggil yang bersangkutan kemudian akan dibina ,
dicarikan solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah”
P4: “ hambatan
dalam pelayanan biasanya itu kekurangan alat kesehatan yan sering digunakan
sehari-hari seperti Spirometri , Kemudian Alat USG yang di batasi penggunaanya,
sehingga lambat penanganan terhadap pasien yang di advis dokter untuk USG, hal
ini dapat mempengaruhi LOS ruangan, yang tentunya LOS akan memanjang’
Kesimpulan
Rancangan Model Kepemimpinan dan Manajemen Kepala
Ruangan, yang didasarkan pada hasil diskusi tema-tema penelitian, memberikan
landasan teoritis untuk mengidentifikasi peran kepala ruangan dalam fungsi
manajemen. Model ini dapat digunakan sebagai panduan untuk meningkatkan
kemampuan kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan serta menyusun rencana
bulanan dan tahunan. Implikasi keperawatan menyoroti pentingnya peningkatan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi
kepemimpinan dan manajemen kepala ruangan. Bagi pelayanan keperawatan pasien
rawat inap, model ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan analisis kasus
dan manajerial kepala ruangan di BLUD RSUD Kotamobagu. Bagi institusi
pendidikan, hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan. Bagi
perkembangan ilmu keperawatan secara umum, penelitian ini dapat memperkaya
khasanah penelitian kualitatif dan menawarkan peluang untuk penelitian lanjutan
baik kuantitatif maupun kualitatif.
Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan: Keperawatan
(Vol. 1). UMMPress.
Chrismilasari,
L. A., Afiyanti, Y., & Azidin, Y. (2017). Pengalaman Kepala Ruangan Dalam
Menjalankan Fungsi Pengarahan Dirumah Sakit Banjarmasin. Jurnal Keperawatan
Suaka Insan (JKSI), 2(2), 1–11.
Dedi, B.
(2020). Kepemimpinan dan Manajemen pelayanan keperawatan, Teori konsep dan
Implementasi. CV Transnfo.
Isfahani,
H. M., Aryankhesal, A., & Haghani, H. (2015). The relationship between the
managerial skills and results of “performance evaluation “tool among nursing
managers in teaching hospitals of Iran University of Medical Science. Global
Journal of Health Science, 7(2), 38.
Kakemam,
E., Liang, Z., Janati, A., Arab-Zozani, M., Mohaghegh, B., & Gholizadeh, M.
(2020). Leadership and management competencies for hospital managers: a
systematic review and best-fit framework synthesis. Journal of Healthcare
Leadership, 59–68.
Lunden, A.,
Teräs, M., Kvist, T., & Häggman‐Laitila, A. (2017). A systematic review of
factors influencing knowledge management and the nurse leaders’ role. Journal
of Nursing Management, 25(6), 407–420.
Luo, W.,
Shen, N., Lou, J., He, P., & Sun, J. (2016). Exploring competencies: a
qualitative study of Chinese nurse managers. Journal of Nursing Management,
24(1), E87–E94.
Moghaddam,
N. M., Jame, S. Z. B., Rafiei, S., Sarem, A. A., Ghamchili, A., & Shafii,
M. (2019). Managerial competencies of head nurses: a model and assessment tool.
British Journal of Nursing, 28(1), 30–37.
Morsiani,
G., Bagnasco, A., & Sasso, L. (2017). How staff nurses perceive the impact
of nurse managers’ leadership style in terms of job satisfaction: a mixed
method study. Journal of Nursing Management, 25(2), 119–128.
Nurdiana,
N., Hariyati, R. T. S., & Anisah, S. (2021). Penguatan Fungsi Manajemen
Kepala Ruangan Dalam Pengendalian Mutu Keperawatan: Mini Project Di Rumah Sakit
Militer Di Jakarta. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI),
2(3).
Nursalam,
D. (2014). Manajemen Keperawatan" Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika.
Oyoh, O.,
Somantri, I., & Sekarwana, N. (2017). Pengalaman perawat dalam pelaksanaan
sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional di RSUD Cibabat: studi
fenomenologi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(3).
Perceka, A.
L. (2018). Hubungan Perencanaan dan Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Motivasi
Kerja Perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik, 4(1).
Pratiwi, M.
(2019). Implementasi Sistem Manajemen Mutu Pelayanan Keperawatan Melalui
Kepemimpinan Mutu Kepala Ruangan Di Rsud Raden Mattaher Jambi. Scientia
Journal, 8(1), 48–57.
Rohayani,
L., Oyoh, O., & Ramdhan, G. (2019). Eksplorasi Pengalaman Kepala Ruangan
Dalam Melaksanakan Fungsi Manajemen. Journals of Ners Community, 10(1),
74–84.
Tape, W.
Z., Dedi, B., & Sinaga, H. (2018). Pengalaman Kepala Ruangan Dalam
Mengimplementasikan Fungsi Manajemen Di Ruang Rawat Inap RSUD Ampana Kabupaten
Tojo Una-Una Sulawesi Tengah.
Van Dyk,
J., Siedlecki, S. L., & Fitzpatrick, J. J. (2016). Frontline nurse
managers’ confidence and self‐efficacy. Journal of Nursing Management, 24(4),
533–539.
Warshawsky,
N., & Cramer, E. (2019). Describing nurse manager role preparation and
competency: findings from a national study. JONA: The Journal of Nursing
Administration, 49(5), 249–255.
Copyright holder: Salni
Saharman, Blacius Dedi, Susi Nurhayati, Shindi Trihapsari (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |