Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 7, Juli 2024

 

EFEKTIVITAS KOJMUNIKASI PEMBELAJARAN PELATIHAN MODEL BLENDED LEARNING

 

Arniati J. Kalatasik1, Tuti Bahfiarti2, Muliadi Mau3

Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

 

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas komunikasi pembelajaran dalam pelatihan dengan model BL. Penelitian ini menerapkan penelitian kuantitatif metode survei dengan membagikan kuesioner terdiri dari 18 pernyataan sikap dalam bentuk skala likert (Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, Sangat Setuju)  yang akan dipilih oleh responden dan dibagi ke dalam 3 indikator, yakni Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktfian Peserta, dan Interaksi Pembelajaran. Hasil dari penelitian ini bahwa efektivitas komunikasi pembelajaran dalam model BL dianggap sangat tinggi oleh peserta pelatihan. Kemampuan komunikasi tenaga pelatih dinilai tinggi, menunjukkan keterampilan yang efektif dalam menyampaikan materi. Keaktifan peserta juga dinilai tinggi, menunjukkan partisipasi aktif dalam pembelajaran. Interaksi pembelajaran dinilai tinggi, menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Temuan ini relevan untuk mengembangkan program pelatihan di masa depan dan merumuskan kebijakan pendidikan yang mempertimbangkan peran teknologi dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan.

Kata Kunci: Blended Learning, efektivitas komunikasi, Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktifan, Interaksi Pembelajaran

 

Abstract

This study aims to analyze the effectiveness of communication in learning during training with the BL model. The research employs quantitative survey methods by distributing a questionnaire consisting of 18 attitude statements in Likert scale format (Strongly Disagree, Disagree, Neutral, Agree, Strongly Agree) to be selected by respondents and divided into 3 indicators: Trainer Communication Skills, Participant Engagement, and Learning Interaction. The results of this study indicate that the effectiveness of communication in BL model learning is considered very high by training participants. Trainer communication skills are rated highly, indicating effective skills in delivering content. Participant engagement is also rated highly, showing active participation in learning. Learning interaction is rated highly, creating a conducive learning environment. These findings are relevant for developing future training programs and formulating education policies that consider technology's role in enhancing accessibility and education quality.

Keywords: Blended Learning, Communication Effectiveness, , Communication Skills of Trainers, Activeness, Learning Interaction

 

Pendahuluan

Dalam masa di mana teknologi komunikasi berkembang pesat serta pergeseran paradigma pembelajaran, model pembelajaran terus berinovasi untuk menyesuaikan tuntutan belajar yang responsif dan efektif terhadap kebutuhan pesertanya. Salah satu model yang berkembang dan populer saat ini adalah model pembelajaran Blended Learning (BL).

Berbagai defenisi mengenai interpretasi BL telah dicetuskan oleh para peneliti. Defenisi oleh Gaarison dan Vaugn dalam Maarop & Embi (2016) menyebutkan bahwa BL sebagai pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mandiri, fleksibel, dan multi-modal namun berpendapat bahwa sekadar menambahkan mode tatap muka dengan pembelajaran daring berbasis web tidak dianggap sebagai blended learning. Driscoll dalam Hrastinski (2019) berpendapat bahwa BL telah mengambil beberapa cara, seperti menggabungkan mode teknologi berbasis web, pendekatan pedagogis, teknologi pembelajaran, dan tugas pekerjaan yang sebenarnya. Tong et al., (2022) yang menuliskan BL merupakan metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat, yang menggabungkan kelas tatap muka tradisional berupa aktivitas belajar tersinkronisasi dengan aktivitas pembelajaran elektronik berupa pembelajaran asinkronisasi. Defenisi-defenisi tersebut setidaknya sepakat bahwa BL adalah metode pembelajaran di mana didalamnya terdapat tahapan daring dan tahapan tatap muka. Ratio presentase dari tahapan daring dan tatap muka bervariasi menurut beberapa penelitian, namunLazar et al., (2020) menuliskan bahwa porsi tahapan daring setidaknya antara 33% - 50% bahkan dapat sampai 80%.

Pembelajaran model BL menawarkan potensi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan beberapa keunggulan seperti fleksibilitas waktu dan ruang, serta interaksi yang lebih beragam antara peserta dan materi pembelajaran.  Abate dalam Geçer (2013) menuliskan bahwa lingkungan pendidikan tatap muka memberikan lebih banyak kesempatan untuk interaksi sosial yang dibutuhkan siswa untuk membimbing mereka melalui proses pembelajaran mereka sementara lingkungan pembelajaran berbasis web menyediakan fleksibilitas waktu dan tempat yang tidak mungkin terjadi di dalam kelas.

Dalam model pembelajaran BL salah satu aspek kunci keberhasilan efektivitas komunikasi yang terjadi di dalam pembelajaran, baik pada tahapan daring maupun tatap muka. Landasan terpenting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal adalah komunikasi yang terjalin baik dan efektif antara tenaga pendidik dengan peserta didik, dan antar peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana komunikasi dapat ditingkatkan dalam konteks pembelajaran BL agar pengalaman belajar  lebih efektif dan bermakna bagi semua peserta.

Komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi dari pemberi pesan kepada penerima pesan. Unsur-unsur komunikasi dalam Cangara (2021) terdiri dari sumber (pengirim), pesan/informasi, media/saluran yang digunakan, penerima pesan, efek, lingkungan, dan umpan balik. Dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, unsur-unsur ini secara lebih khusus adalah Guru/dosen/Tenaga Pelatih sebagai sumber, materi pembelajaran adalah pesan informasi yang akan disampaikan, media dapat berupa alat bantu peraga dan belajar ataupun saluran komunikasi yang digunakan seperti daring atau luring, siswa/peserta latih adalah penerima pesan, efek adalah pengaruh atau hasil dari pembelajaran, lingkungan berupa lingkungan sekolah, kursus, ruang pelatihan, lingkungan fisik atau lingkungan sosial budaya, serta umpan balik adalah adanya tanggapan balik dari penerima ke pengirim pesan.  

Komunikasi Pembelajaran adalah proses penyampaian suatu konsep atau ide  dari seseorang kepada orang lain untuk mencapai pesan secara efektif dan efisien dalam pembelajaran Masdul (2018). Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dan guru melalui berbagai sumber belajar di lingkungan pembelajaran (Asbar & Bahfiarti, 2023).  Pencapaian pembelajaran yang baik terjadi ketika komunikasi yang berjalan lancar antar komunikator (guru, pendidik, pelatih) dengan komunikasi (siswa, peserta didik, peserta latih). Komunikasi pembelajaran memegang peranan penting dalam membantu pemahaman pesan yang ingin disampaikan, yakni bahan ajar dan isi pembelajaran yang dibuat sesuai  kurikulum yang relevan. Pemahaman tersebut memerlukan komunikasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas untuk membantu mereka mencapai tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum. Komunikasi pembelajaran efektif bermakna bahwa kunci utama kesuksesan komunikasi di dalam suatu pembelajaran berada di tangan guru/pendidik/tenaga pelatih. Meski begitu untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran, diperlukan interaksi harmonis antara siswa/peserta latih dengan guru/tenaga pelatih dalam mencapai tujuan bersama, dengan didukung faktor lingkungan belajar, sarana dan prasarana serta media pembelajaran yang bertujuan mengembangkan aspek perkembangan siswa/peserta latih secara holistik.

Komunikasi efektif dalam pembelajaran adalah proses di mana pendidik mentransfer pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik. Pesan yang disampaikan harus dapat dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasilnya, peserta didik memperoleh wawasan baru tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengalami perubahan perilaku yang lebih baik. Komunikasi efektif dalam pembelajaran dapat terwujud ketika terjadi pertukaran informasi antara tenaga pendidik dengan peserta didik  dan kedua pihak memberikan respon sesuai dengan harapan masing-masing. Dalam pembelajaran komunikasi efektif memudahkan bagi peserta didik memahami materi atau  pelajaran yang diberikan oleh tenaga pendidik karena pesan yang disampaikan jelas. Selain itu, komunikasi yang efektif antara tenaga pendidik dan peserta didik akan merangsang partisipasi dan keterlibatan aktif  dalam kelas. Efisiensi pembelajaran akan tercapai dan lingkungan pembelajaran yang positif, inklusif, dan menyenangkan akan dapat tercipta. Pendidik perlu menerapkan komunikasi efektif dalam pembelajaran mulai dari keterampilan membuka, menyajikan materi, memberikan penguatan, keterampilan menjawab pertanyaan, keterampilan mendengarkan, menggunakan bahasa verbal dan nonverbal, dan menutup akhir pembelajaran (Diniaty, 2016)

Penerapan komunikasi pembelajaran efektif diperlukan dalam berbagai konteks lingkungan pendidikan, salah satunya di lembaga pelatihan dan peningkatan kapasitas pegawai dan karyawan di dunia kerja dan profesionalisme. Komunikasi pembelajaran efektif dalam pelatihan adalah proses Tenaga Pelatih membangun relasi dan menyampaikan pesan berupa materi pelatihan kepada Peserta Latih agar tercapai tujuan pembelajaran. Untuk hal tersebut tenaga Pelatih  dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dengan cara memahami konsep dasar komunikasi, teknik berkomunikasi, metode yang digunakan dalam berkomunikasi, dan strategi yang perlu dipersiapkan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.

Pelatihan model BL  dalam pelatihan memadukan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komunikasi (internet). BL memungkinkan tenaga pendidik untuk mengintegrasikan elemen-elemen instruksi tatap muka tradisional dengan modalitas pembelajaran daring yang disesuaikan (dan secara luas diadopsi dalam pendidikan tinggi untuk berbagai tujuan, menggunakan beragam strategi implementasi (Berga et al., 2021). Pelatihan model ini membagi sesi menjadi 2, yakni  sesi daring dan sesi luring. Sesi daring akan diisi dengan pemaparan yang bersifat teoritis melalui berbagai metode komunikasi, sedangkan sesi luring biasanya banyak membahas hal-hal bersifat teknis, praktikal, simulasi, bahkan turun ke lapangan observasi.

Trend menunjukkan dalam berbagai riset dan penelitian, pembelajaran model BL semakin banyak diaplikasikan terutama pada pendidikan tinggi. Riset oleh Vallee et al. (2020) menuliskan bahwa model pembelajaran BL menunjukkan efek yang lebih baik secara konsisten terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan kesehatan dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Studi oleh Tong et al. (2022) juga mengonfirmasi bahwa BL berdampak positif terhadap prestasi akademik siswa dibandingkan dengan siswa kelas tradisonal. Sedangkan pada studi oleh Bock et al. (2021) menunjukkan hasil bahwa BL meningkatkan hasil belajar pada pengetahuan teoritis dalam pengajaran anestesi lokal pada mahasiswa kedokteran gigi. Hasil riset dan studi tersebut memberikan pandangan untuk melakukan penelitian model pembelajaran BL pada pelatihan. Dengan pembuktian bahwa BL dapat secara konsisten meningkatkan hasil belajar dan prestasi akademik, terutama dalam konteks pendidikan tinggi, penelitian lebih lanjut tentang bagaimana komunikasi dalam BL dapat memengaruhi proses pembelajaran akan memberikan wawasan yang berharga. Memahami kemampuan komunikasi pengajar, keaktifan peserta, serta interaksi pembelajaran dalam BL dapat membantu dalam merancang strategi komunikasi yang lebih efektif, yang dapat mendukung peningkatan lebih lanjut dalam hasil pembelajaran dan penerapan praktis di bidang pelatihan yang dituju.

Dalam penelitian ini akan mencoba menganalisis efektivitas komunikasi pembelajaran pada pelatihan dengan model Blended Learning. Penting untuk melihat bagaimana efektivitas komunikasi pembelajaran dalam model Blended Learning untuk mengetahui, mengevaluasi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat memastikan tujuan pembelajaran tercapai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pandangan dalam menyusun program, kebijakan, dan strategi komunikasi pembelajaran pada lembaga-lembaga pelatihan khususnya dalam pembelajaran dengan integrasi teknologi komunikasi informasi seperti Blended Learning. 

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif metode survei dengan membagikan kuesioner kepada peserta pelatihan Manajemen Puskesmas di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Makassar yang dilaksanakan pada Desember 2023 dengan jumlah responden sebanyak 25 orang. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 18 pernyataan sikap dalam bentuk skala likert (Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, Sangat Setuju)  yang akan dipilih oleh responden dan dibagi ke dalam 3 indikator, yakni Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktifan Peserta, dan Interaksi Pembelajaran. Data pengisian kuesioner adalah data primer kemudian diolah menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi untuk kemudian dianalisis. Data sekunder diperoleh dari dokumen pelatihan, artikel, dan dokumen lain yang relevan dengan penelitian ini. Dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner untuk memastikan alat ukur yang digunakan benar-benar valid serta konsisten. Kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya kemudian dijadikan sebagai alat pengumpul data.jk

Dalam mengekstrak data hasil kuesioner, peneliti membuat standar kualifikasi yang akan menjadi alat dalam menganalisis hasil perhitungan. Kualifikasi terdiri dari 4 tingkatan yakni Sangat Rendah, Rendah, Tinggi, dan Sangat Tinggi. Skor tertinggi berasal dari perkalian antara jumlah butir kuesioner dengan skala tertinggi, dan skor terendah perkalian dari jumlah butir kuesioner dengan skala tertinggi. Interval diperoleh dengan:

 

 

 

Tabulasi data responden dalam bentuk kuantitatif kemudian kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dengan mencocokkan perhitungan yang diperoleh dengan standar kualifikasi yang telah dibuat.

 

Hasil dan Pembahasan

Responden

Responden dalam penelitian adalah peserta pelatihan Manajemen Puskesmas yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Makassar, yang terdiri dari 25 peserta pelatihan. Berikut adalah karakteristik dari responden dalam penelitian ini:

Tabel 1. Karakteristik Responden

 

Jenis Kelamin

Usia (Tahun)

Tingkat Pendidikan

Masa Kerja (Tahun)

Instansi

Blended Learning

P : 72%

L : 28%

21-30 : 16%

31-40 : 32%

41 - 50 : 48%

> 50 : 4%

D2/D3 : 48%

D4 : 8%

S1 : 28%

S1 Profesi : 8%

S2 : 8%

< 6 : 25%

6 – 10 : 16%

11 – 15 : 36%

16 – 20  : 20%

> 20 : 4%

 

Puskesmas : 84%

Dinkes : 4%

Sumber: Olahan Peneliti (2024)

 

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa peserta pelatihan Manajemen Puskesmas model Blended Learning didominasi oleh jenis kelamin perempuan sebesar 72% sedangkan jenis kelamin Laki-Laki sebesar 28%. Usia dominan pada kelas BL  adalah rentang 41-50 tahun sebesar 48% dengan tingkat pendidikan didominasi Diploma (D2/D3) sebesar 48%. Masa kerja peserta pelatihan pada instansi masing di didominasi rentang 11 – 15 tahun sebesar 36%. Asal instansi peserta didominasi berasal dari Puskesmas sebesar 84% dan sisanya adalah Dinas Kesehatan sebesar 16%.

 

Efektivitas Komunikasi

Efektivitas komunikasi pembelajaran dalam penelitian terdiri dari 3 indikator. Indikator-indikator tersebut adalah Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktifan Peserta, dan Interaksi Pembelajaran. Berikut adalah tabel distribusi kategori 3 indikator tersebut :

 

Tabel 2. Efektivitas Indikator Komunikasi Pembelajaran pada kelas BL

No

Kategori

Indikator Efektivitas Komunikasi

Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih

Keaktifan Peserta

Interaksi Pembelajaran

1

Sangat Rendah

0

0

0

2

Rendah

0

0

0

3

Tinggi

16%

20,0%

28,0

4

Sangat Tinggi

84%

80,0%

72,0

 

Total

100,0

100,0

100,0

Sumber: Olahan Peneliti (2024)

Tabel 2 merupakan hasil pengolahan indikator-indikator efektivitas komunikasi pembelajaran dalam penelitian ini, yakni kemampuan komunikasi Tenaga Pelatih, keaktifan peserta, dan interaksi pembelajaran. Pada indikator kemampuan komunikasi Tenaga Pelatih diperoleh bahwa peserta pelatihan merasakan Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih dalam kategori Tinggi sebesar 16% dan Sangat Tinggi sebesar 84%. Hasil ini menunjukkan bahwa Tenaga Pelatih dalam pelatihan Manajemen Puskesmas model BL memiliki keterampilan komunikasi yang efektif dalam membawakan materi pembelajaran secara jelas sehingga dapat dipahami oleh Peserta Pelatihan.

Hasil penelitian Shalian (2021) menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan significant antara keterampilan komunikasi tenaga pendidik dengan penyesuaian serta kesejahteraan akademik peserta didik. Penelitian melalui meta analisis oleh Titsworth et al. (2015) menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara kejelasan Tenaga Pendidik dan hasil pembelajaran Peserta Didik dengan rata-rata korelasi 36% yang menjelaskan 13% dari variabilitas dalam hasil pembelajaran. Saat tenaga pendidik mampu menerapkan komunikasi yang jelas, maka peserta didik akan lebih mampu untuk memperhatikan, memproses, dan mengambil kembali informasi Titsworth et al., 2015). Selain itu hubungan antara tenaga pendidik dan peserta turut berpengaruh utamanya dalam perkembangan peserta didik. Tenaga pendidik dapat menjadi basis yang aman bagi peserta didik dalam mengembangkan kepercayaan diri dan kompetensi, termasuk dalam menjali hubungan dengan sesama (Endedijk et al., 2022). Dimana dalam hal ini akan mempengaruhi bagaimana lingkungan pembelajaran terbentuk dan bagaimana lingkungan tersebut akan membantu peserta dalam memahami informasi-informasi dan pesan-pesan materi ajar.

Masih dalam tabel 2 di atas,diperoleh data bahwa dalam indikator keaktifan peserta dalam kelas dinilai Tinggi sebesar 20% dan Sangat Tinggi sebesar 20% oleh Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas. Hal ini berarti bahwa peserta pelatihan Manajemen Puskesmas model BL peserta terlibat secara aktif dalam pembelajaran, seperti menghadiri kelas tepat waktu, aktif mencari bahan pembelajaran, dan aktif menyelesaikan penugasan sesuai intstruksi Tenaga Pelatih. Kehadiran peserta pelatihan di kelas dapat memperkuat ikatan antara Tenaga Pelatih dan Peserta Pelatihan, selain itu akan memungkinkan terjadinya interaksi dan pertukaran informasi. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, peserta didik perlu terlibat secara aktif, sehingga mereka memberikan perhatian penuh terhadap apa yang dipelajarinya, mengembangkan kemampuan mengatur kurikulumnya, bekerja sama dengan siswa lain,menyelesaikan proyek tepat waktu. memanfaatkan masukan dari teman dan guru, memotivasi diri sendiri, dan memiliki rasa percaya diri yang baik (Ginting, 2021). Partisipasi aktif peserta akan cenderung melibatkan peserta dalam materi, meningkatkan motivasi belajar, serta kemauan untuk memperdalam materi yang diberikan, sehingga meningkatkan efektivitas komunikasi karena peserta memperhatikan pesan dan akan memudahkan mereka dalam memahaminya.

Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh pula informasi mengenai indikator efektivitas interaksi pembelajaran dalam pelatihan Manajemen Puskesmas model BL. Dalam tabel tersebut diperoleh bahwa interaksi pembelajaran memperoleh penilaian Tinggi sebedar 28% dan dominan penilaian Sangat Tinggi sebesar 72%. Interaksi pembelajaran merupakan salah satu indikator efektivitas komunikasi dalam pembelajaran. Semakin baik interaksi yang tercipta dalam suatu pembelajaran, baik antar sesama peserta ataupun antara peserta dan Tenaga Pelatih, maka semakin efektiv komunikasi yang terjalin di antaranya. Interaksi yang baik antara Tenaga Pendidik dan peserta didik akan menciptakan hubungan positif di dalam kelas dan berkontribusi pada pembelajaran yang efektif (Che Ahmad et al., 2017). Keterlibatan peserta didik dalam interaksi dengan tenaga pendidik, sesama peserta, dan lingkungan belajar dapat merangsang pemikiran kreatif dan inovatif dan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Terdapat hubungan positif yang kuat antara interaksi guru-siswa dengan kenyamanan pembelajaran, yang berarti bahwa ketika interaksi antara tenaga pendidik dan siswa baik, kenyamanan pembelajaran akan ada (Che Ahmad et al., 2017). Kenyamanan dalam pembelajaran akan berimplikasi pada alur komunikasi yang baik dan menyenangkan. Penelitian oleh (Gray & Diloreto, 2016) menemukan bahwa dalam pembelajaran daring interaksi merupakan kunci dalam menciptakan lingkungan pembelajaran efektif. Lebih lanjut topik-topik yang relevan dan memberikan fleksibiltas kepada peserta akan merangsang keterlibatan pembelajaran dan kenyaman yang lebih tinggi, mendorong peserta untuk berpikir kritis, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan memungkinkan waktu yang cukup untuk refleksi dapat meningkatkan komunikasi dan interaksi dalam pembelajaran online.

Efektivitas komunikasi pembelajaran secara umum pada pelatihan Manajemen Puskesmas model BL dapat dilihat dalam tabel berikut:

 

Tabel 3. Efektivitas Komunikasi Pembelajaran Pelatihan Manajemen Puskesmas Model BL

No

Kategori Efektivitas

BL

1

Sangat Rendah

0%

2

Rendah

0%

3

Tinggi

4%

4

Sangat Tinggi

96%

 

Total

100

Sumber : Olahan Peneliti (2024)

 

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa efektivitas komunikasi pembelajaran yang dirasakan oleh peserta pelatihan Manajemen Puskesmas kelas BL Sangat Tinggi sebesar 96%, Tinggi 4%, Rendah 0%, dan Sangat Rendah 0%.  Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa, Responden menilai efektivitas komunikasi pada  kelas BL responden menilai Tinggi sebesar 4% dan dominan menilai Sangat Tinggi sebesar 96%. Hasil ini menunjukkan bahwa pelatihan Manajemen Puskesmas model BL memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dalam komunikasi pembelajaran. Hal ini bermakna terjadi komunikasi yang sangat baik antara tenaga pelatih dengan peserta pelatihan dalam proses belajar sehingga peserta dapat memahami materi pembelajaran dengan baik, sesuai dengan defenisi komunikasi pembelajaran efektif yakni proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, di mana peserta didik memahami maksud pesan sesuai tujuan yang telah ditentukan sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik (Basori, 2014).

Pada pelatihan Manajemen Puskesmas model BL presentase efektivitas komunikasi Sangat Tinggi sebesar 96% menunjukkan bahwa integrasi teknologi komunikasi dan informasi ke dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman pembelajaran bagi peserta. (Lalima & Lata Dangwal, 2017) menuliskan kelebihan dari model BL yang mungkin mempengaruhi efektivitas komunikasi pembelajaran dalam penelitian ini, yakni pembelajaran melalui ICT memungkinkan pembelajaran di kelas untuk melakukan latihan, memberikan lebih banyak ruang untuk komunikasi (secara daring dan tatap muka) serta peserta mengembangkan profesionalisme yang lebih kuat dengan motivasi diri, tanggung jawab, dan disiplin baik dalam suasana kompetisi belajar dalam kelas pada saat daring maupun klasikal.

Hasil temuan dalam artikel ini senada dengan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian oleh (Saritepeci & Çakir, 2015) menemukan bahwa lingkungan BL mampu meningkatkan rata-rata prestasi akademik siswa sekolah menengah. Peningkatan prestasi akademik merupakan efek yang terjadi karena adanya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran. Selain itu penelitian oleh (Usman, 2018) menuliskan bahwa mobel pembelajaran BL mampu meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran dimana terjadi pengoptimalan integrasi komunikasi lisan yang ada pada pembelajaran tatap muka dengan komunikasi tertulis pada pembelajaran daring. Hasil penelitian dari (Radulović et al., 2023) mengemukakan bahwa pembelajaran BL bermanfaat dan efektif saat pandemi dimana BL  mendukung mode pembelajaran sinkronisasi dan asinkronisasi baik dalam proses pembelajaran online maupun tatap muka.

Limitasi dari penelitian ini adalah jumlah sampel yang terbatas pada hanya satu jenis pelatihan, sehingga sulit untuk mengeneralisasi untuk semua jenis pelatihan. Dibutuhkan sampel yang lebih besar dari multi jenis pelatihan serta variasi indikator yang digunakan sebagai variabel. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan strategi pembelajaran yang lebih efektif pada pelatihan sejenis di masa mendatang, utamanya bagi lembaga-lembaga pelatihan. 

 

Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian bahwa efektivitas komunikasi pembelajaran dalam pelatihan Manajemen Puskesmas model Blended Learning (BL) dapat dipahami melalui tiga indikator utama, yaitu Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktifan Peserta, dan Interaksi Pembelajaran. Dalam konteks ini, hasil analisis menunjukkan bahwa Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih dinilai tinggi dan sangat tinggi oleh peserta pelatihan, menunjukkan bahwa tenaga pelatih dalam model BL memiliki keterampilan komunikasi yang efektif. Keaktifan Peserta juga dinilai tinggi dan sangat tinggi oleh peserta pelatihan, menunjukkan partisipasi aktif dalam pembelajaran, yang merupakan faktor penting untuk kesuksesan pembelajaran. Peserta yang aktif cenderung lebih fokus, termotivasi, dan memiliki kemauan untuk memperdalam materi yang dipelajari, sehingga meningkatkan efektivitas komunikasi karena peserta memperhatikan pesan dan memahaminya dengan lebih baik. Interaksi Pembelajaran juga dinilai tinggi dan sangat tinggi, menunjukkan hubungan positif antara tenaga pelatih dan peserta pelatihan serta antar peserta pelatihan sendiri. Interaksi yang baik menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, merangsang pemikiran kreatif dan inovatif, dan meningkatkan kenyamanan dalam pembelajaran. Hal ini juga sejalan dengan temuan bahwa interaksi guru-siswa berkontribusi pada kenyamanan pembelajaran. Komunikasi pembelajaran pada pelatihan ini secara umum dinilai Sangat Efektif oleh peserta pelatihan.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Asbar, A. E. N., & Bahfiarti, T. (2023). Effectiveness Analysis of Inquiry Learning Communications in Improving Students’ Knowledge at SMPN 2 Makassar. Proceedings of the International Conference on Communication, Policy and Social Science (InCCluSi 2022), 682, 337–344. https://doi.org/10.2991/978-2-494069-07-7_38

Basori. (2014). Media E-Learning Pada Perkuliahan Body Otomotif Basori. In JIPTEK: Vol. VII (Issue 2). http://semar.fkip.uns.ac.id.

Berga, K. A., Vadnais, E., Nelson, J., Johnston, S., Buro, K., Hu, R., & Olaiya, B. (2021). Blended learning versus face-to-face learning in an undergraduate nursing health assessment course: A quasi-experimental study. Nurse Education Today, 96. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2020.104622

Bock, A., Kniha, K., Goloborodko, E., Lemos, M., Rittich, A. B., Möhlhenrich, S. C., Rafai, N., Hölzle, F., & Modabber, A. (2021). Effectiveness of face-to-face, blended and e-learning in teaching the application of local anaesthesia: a randomised study. BMC Medical Education, 21(1). https://doi.org/10.1186/s12909-021-02569-z

Cangara, H. (2021). Pengantar Ilmu Komunikasi (S. Y. Hayati, Ed.; Kelima). PT Rajagrafindo Persada.

Che Ahmad, C. N., Shaharim, S. A., & Abdullah, M. F. N. L. (2017). Teacher-student interactions, learning commitment, learning environment and their relationship with student learning comfort. Journal of Turkish Science Education, 14(1), 57–72. https://doi.org/10.12973/tused.10190a

Diniaty, Am. (2016). Mengembangkan Komunikasi Effektif Dalam Pembelajaran Klasikal oleh Pendidik. Jurnal At-Taujih Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 2.

Endedijk, H. M., Breeman, L. D., van Lissa, C. J., Hendrickx, M. M. H. G., den Boer, L., & Mainhard, T. (2022). The Teacher’s Invisible Hand: A Meta-Analysis of the Relevance of Teacher–Student Relationship Quality for Peer Relationships and the Contribution of Student Behavior. Review of Educational Research, 92(3), 370–412. https://doi.org/10.3102/00346543211051428

Geçer, A. K. (2013). Lecturer-Student Communication in Blended Learning Environments. Educational Sciences : Theory & Practice. www.edam.com.tr/estp

Ginting, D. (2021). Student Engagement and Factors Affecting Active Learning in English Language Teaching. VELES Voices of English Language Education Society, 5(2), 215–228. https://doi.org/10.29408/veles.v5i2.3968

Gray, J. A., & Diloreto, M. (2016). The Effects of Student Engagement, Student Satisfaction, and Perceived Learning in Online Learning Environments. NCPEA International Journal of Educational Leadership Preparation, 11(1).

Hrastinski, S. (2019). What Do We Mean by Blended Learning? TechTrends, 63(5), 564–569. https://doi.org/10.1007/s11528-019-00375-5

Lalima, Dr., & Lata Dangwal, K. (2017). Blended Learning: An Innovative Approach. Universal Journal of Educational Research, 5(1), 129–136. https://doi.org/10.13189/ujer.2017.050116

Lazar, I. M., Panisoara, G., & Panisoara, I. O. (2020). Digital technology adoption scale in the blended learning context in higher education: Development, validation and testing of a specific tool. PLoS ONE, 15(7 July). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0235957

Maarop, A. H., & Embi, M. A. (2016). Implementation of Blended Learning in Higher Learning Institutions: A Review of Literature. International Education Studies, 9(3), 41. https://doi.org/10.5539/ies.v9n3p41

Masdul, Muh. R. (2018). Komunikasi Pembelajaran Learning Communication. Jurnal IQRA: Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 13(02).

Radulović, B., Dorocki, M., Ninković, S. O., Stojanović, M., & Adamov, J. (2023). The Effects Of Blended Learning Approach On Student Motivation For Learning Physics. Journal of Baltic Science Education, 22(1), 73–82. https://doi.org/10.33225/jbse/23.22.73

Saritepeci, M., & Çakir, H. (2015). The Effect of Blended Learning Environments on Student Motivation and Student Engagement: A Study on Social Studies Course. Egitim ve BilimVol. 40, Iss. 177,.

Shalian, J. (2021). JMEP_Volume 3_Issue 1_Pages 167-195. Journal of MAnagement and Educational Perspective, 3(1), 167–195. doi: https://dx.doi.org/10.22034/jmep.2021.282353.1056

Titsworth, S., Mazer, J. P., Goodboy, A. K., Bolkan, S., & Myers, S. A. (2015). Two Meta-analyses Exploring the Relationship between Teacher Clarity and Student Learning. Communication Education, 64(4), 385–418. https://doi.org/10.1080/03634523.2015.1041998

Tong, D. H., Uyen, B. P., & Ngan, L. K. (2022). The effectiveness of blended learning on students’ academic achievement, self-study skills and learning attitudes: A quasi-experiment study in teaching the conventions for coordinates in the plane. Heliyon, 8(12). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e12657

Usman. (2018). Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam Membentuk Kemandirian Belajar. Jurnalisa, 04(1), 136–150. https://doi.org/https://doi.org/10.24252/jurnalisa.v4i1.5626

Vallee, A., Blacher, J., Cariou, A., & Sorbets, E. (2020). Blended learning compared to traditional learning in medical education: Systematic review and meta-analysis. Journal of Medical Internet Research, 22(8). https://doi.org/10.2196/16504

 

Copyright holder:

Arniati J. Kalatasik, Tuti Bahfiarti, Muliadi Mau (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: