Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 7, Juli 2024
EFEKTIVITAS
KOJMUNIKASI PEMBELAJARAN PELATIHAN MODEL BLENDED LEARNING
Arniati J. Kalatasik1, Tuti Bahfiarti2,
Muliadi Mau3
Universitas Hasanuddin, Makassar,
Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1,
[email protected]2,
[email protected]3
Abstrak
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas komunikasi
pembelajaran dalam pelatihan dengan model BL. Penelitian ini menerapkan
penelitian kuantitatif metode survei dengan membagikan kuesioner terdiri dari
18 pernyataan sikap dalam bentuk skala likert (Sangat Tidak Setuju, Tidak
Setuju, Netral, Setuju, Sangat Setuju)
yang akan dipilih oleh responden dan dibagi ke dalam 3 indikator, yakni
Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktfian Peserta, dan Interaksi
Pembelajaran. Hasil dari penelitian ini bahwa efektivitas komunikasi
pembelajaran dalam model BL dianggap sangat tinggi oleh peserta pelatihan.
Kemampuan komunikasi tenaga pelatih dinilai tinggi, menunjukkan keterampilan
yang efektif dalam menyampaikan materi. Keaktifan peserta juga dinilai tinggi,
menunjukkan partisipasi aktif dalam pembelajaran. Interaksi pembelajaran
dinilai tinggi, menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Temuan ini relevan untuk mengembangkan
program pelatihan di masa depan dan merumuskan kebijakan pendidikan yang
mempertimbangkan peran teknologi dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas
pendidikan.
Kata
Kunci: Blended Learning, efektivitas komunikasi, Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktifan,
Interaksi Pembelajaran
Abstract
This study
aims to analyze the effectiveness of communication in learning during training
with the BL model. The research employs quantitative survey methods by
distributing a questionnaire consisting of 18 attitude statements in Likert
scale format (Strongly Disagree, Disagree, Neutral, Agree, Strongly Agree) to
be selected by respondents and divided into 3 indicators: Trainer Communication
Skills, Participant Engagement, and Learning Interaction. The results of this
study indicate that the effectiveness of communication in BL model learning is
considered very high by training participants. Trainer communication skills are
rated highly, indicating effective skills in delivering content. Participant
engagement is also rated highly, showing active participation in learning.
Learning interaction is rated highly, creating a conducive learning
environment. These findings are relevant for developing future training
programs and formulating education policies that consider technology's role in
enhancing accessibility and education quality.
Keywords:
Blended
Learning, Communication
Effectiveness, , Communication
Skills of Trainers, Activeness, Learning Interaction
Pendahuluan
Dalam masa di mana teknologi komunikasi berkembang pesat
serta pergeseran paradigma pembelajaran, model pembelajaran terus berinovasi untuk
menyesuaikan tuntutan belajar yang responsif dan efektif terhadap kebutuhan
pesertanya. Salah satu model yang berkembang dan populer saat ini adalah model
pembelajaran Blended Learning (BL).
Berbagai defenisi mengenai interpretasi BL telah
dicetuskan oleh para peneliti. Defenisi oleh Gaarison dan Vaugn dalam
Pembelajaran model BL menawarkan potensi untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan beberapa keunggulan seperti
fleksibilitas waktu dan ruang, serta interaksi yang lebih beragam antara
peserta dan materi pembelajaran. Abate
dalam
Dalam model pembelajaran BL salah satu aspek kunci
keberhasilan efektivitas komunikasi yang terjadi di dalam pembelajaran, baik
pada tahapan daring maupun tatap muka. Landasan terpenting untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal adalah komunikasi yang terjalin baik dan efektif
antara tenaga pendidik dengan peserta didik, dan antar peserta didik itu
sendiri. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana komunikasi dapat
ditingkatkan dalam konteks pembelajaran BL agar pengalaman belajar lebih efektif dan bermakna bagi semua
peserta.
Komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi dari pemberi
pesan kepada penerima pesan. Unsur-unsur komunikasi dalam
Komunikasi Pembelajaran adalah proses penyampaian suatu
konsep atau ide dari seseorang kepada
orang lain untuk mencapai pesan secara efektif dan efisien dalam pembelajaran
Komunikasi efektif dalam pembelajaran adalah
proses di mana pendidik mentransfer pengetahuan dan teknologi kepada peserta
didik. Pesan yang disampaikan harus dapat dipahami oleh peserta didik sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasilnya, peserta didik memperoleh wawasan
baru tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengalami perubahan perilaku
yang lebih baik. Komunikasi efektif dalam pembelajaran dapat terwujud ketika
terjadi pertukaran informasi antara tenaga pendidik dengan peserta didik dan kedua pihak memberikan respon sesuai
dengan harapan masing-masing. Dalam pembelajaran komunikasi efektif memudahkan
bagi peserta didik memahami materi atau
pelajaran yang diberikan oleh tenaga pendidik karena pesan yang
disampaikan jelas. Selain itu, komunikasi yang efektif antara tenaga pendidik
dan peserta didik akan merangsang partisipasi dan keterlibatan aktif dalam kelas. Efisiensi pembelajaran akan
tercapai dan lingkungan pembelajaran yang positif, inklusif, dan menyenangkan
akan dapat tercipta. Pendidik perlu menerapkan komunikasi efektif dalam
pembelajaran mulai dari keterampilan membuka, menyajikan materi, memberikan
penguatan, keterampilan menjawab pertanyaan, keterampilan mendengarkan,
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal, dan menutup akhir pembelajaran
Penerapan komunikasi pembelajaran efektif diperlukan dalam
berbagai konteks lingkungan pendidikan, salah satunya di lembaga pelatihan dan
peningkatan kapasitas pegawai dan karyawan di dunia kerja dan profesionalisme.
Komunikasi pembelajaran efektif dalam pelatihan adalah proses Tenaga Pelatih
membangun relasi dan menyampaikan pesan berupa materi pelatihan kepada Peserta
Latih agar tercapai tujuan pembelajaran. Untuk hal tersebut tenaga Pelatih dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi
yang baik, dengan cara memahami konsep dasar komunikasi, teknik berkomunikasi,
metode yang digunakan dalam berkomunikasi, dan strategi yang perlu dipersiapkan
untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
Pelatihan model BL dalam pelatihan memadukan pembelajaran tatap
muka dengan pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komunikasi
(internet). BL memungkinkan tenaga pendidik untuk mengintegrasikan
elemen-elemen instruksi tatap muka tradisional dengan modalitas pembelajaran daring
yang disesuaikan (dan secara luas diadopsi dalam pendidikan tinggi untuk
berbagai tujuan, menggunakan beragam strategi implementasi
Trend menunjukkan dalam berbagai riset
dan penelitian, pembelajaran model BL semakin banyak diaplikasikan
terutama pada pendidikan tinggi. Riset oleh
Dalam penelitian ini akan mencoba
menganalisis efektivitas komunikasi pembelajaran pada pelatihan dengan model Blended
Learning. Penting untuk melihat bagaimana efektivitas komunikasi
pembelajaran dalam model Blended Learning untuk mengetahui,
mengevaluasi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat memastikan
tujuan pembelajaran tercapai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
pandangan dalam menyusun program, kebijakan, dan strategi komunikasi
pembelajaran pada lembaga-lembaga pelatihan khususnya dalam pembelajaran dengan
integrasi teknologi komunikasi informasi seperti Blended Learning.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian
kuantitatif metode survei dengan membagikan kuesioner kepada peserta
pelatihan Manajemen Puskesmas di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK)
Makassar yang dilaksanakan pada Desember 2023 dengan jumlah responden sebanyak
25 orang. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 18
pernyataan sikap dalam bentuk skala likert (Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju,
Netral, Setuju, Sangat Setuju) yang akan
dipilih oleh responden dan dibagi ke dalam 3 indikator, yakni Kemampuan
Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktifan Peserta, dan Interaksi Pembelajaran. Data
pengisian kuesioner adalah data primer kemudian diolah menggunakan SPSS dan
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi untuk kemudian dianalisis. Data sekunder
diperoleh dari dokumen pelatihan, artikel, dan dokumen lain yang relevan dengan
penelitian ini. Dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner
untuk memastikan alat ukur yang digunakan benar-benar valid serta konsisten.
Kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya kemudian dijadikan
sebagai alat pengumpul data.jk
Dalam mengekstrak data hasil kuesioner, peneliti membuat
standar kualifikasi yang akan menjadi alat dalam menganalisis hasil
perhitungan. Kualifikasi terdiri dari 4 tingkatan yakni Sangat Rendah, Rendah,
Tinggi, dan Sangat Tinggi. Skor tertinggi berasal dari perkalian antara jumlah
butir kuesioner dengan skala tertinggi, dan skor terendah perkalian dari jumlah
butir kuesioner dengan skala tertinggi. Interval diperoleh dengan:
Tabulasi data responden dalam bentuk kuantitatif kemudian
kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dengan mencocokkan
perhitungan yang diperoleh dengan standar kualifikasi yang telah dibuat.
Hasil
dan Pembahasan
Responden
Responden dalam penelitian adalah peserta pelatihan
Manajemen Puskesmas yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan
(BBPK) Makassar, yang terdiri dari 25 peserta pelatihan. Berikut adalah
karakteristik dari responden dalam penelitian ini:
Tabel 1. Karakteristik Responden
|
Jenis Kelamin |
Usia (Tahun) |
Tingkat Pendidikan |
Masa Kerja (Tahun) |
Instansi |
Blended Learning |
P : 72% L : 28% |
21-30 : 16% 31-40 : 32% 41 - 50 : 48% > 50 : 4% |
D2/D3 : 48% D4 : 8% S1 : 28% S1 Profesi : 8% S2 : 8% |
< 6 : 25% 6 – 10 : 16% 11 – 15 : 36% 16 – 20 : 20% > 20 : 4% |
Puskesmas : 84% Dinkes : 4% |
Sumber: Olahan Peneliti (2024)
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa peserta pelatihan
Manajemen Puskesmas model Blended Learning didominasi oleh jenis kelamin
perempuan sebesar 72% sedangkan jenis kelamin Laki-Laki sebesar 28%. Usia
dominan pada kelas BL adalah rentang
41-50 tahun sebesar 48% dengan tingkat pendidikan didominasi Diploma (D2/D3)
sebesar 48%. Masa kerja peserta pelatihan pada instansi masing di didominasi rentang
11 – 15 tahun sebesar 36%. Asal instansi peserta didominasi berasal dari
Puskesmas sebesar 84% dan sisanya adalah Dinas Kesehatan sebesar 16%.
Efektivitas
Komunikasi
Efektivitas komunikasi pembelajaran dalam penelitian
terdiri dari 3 indikator. Indikator-indikator tersebut adalah Kemampuan
Komunikasi Tenaga Pelatih, Keaktifan Peserta, dan Interaksi Pembelajaran.
Berikut adalah tabel distribusi kategori 3 indikator tersebut :
Tabel 2. Efektivitas Indikator
Komunikasi Pembelajaran pada kelas BL
No |
Kategori |
Indikator Efektivitas
Komunikasi |
||
Kemampuan Komunikasi Tenaga
Pelatih |
Keaktifan Peserta |
Interaksi Pembelajaran |
||
1 |
Sangat Rendah |
0 |
0 |
0 |
2 |
Rendah |
0 |
0 |
0 |
3 |
Tinggi |
16% |
20,0% |
28,0 |
4 |
Sangat Tinggi |
84% |
80,0% |
72,0 |
|
Total |
100,0 |
100,0 |
100,0 |
Sumber: Olahan Peneliti (2024)
Tabel 2 merupakan hasil pengolahan indikator-indikator
efektivitas komunikasi pembelajaran dalam penelitian ini, yakni kemampuan
komunikasi Tenaga Pelatih, keaktifan peserta, dan interaksi pembelajaran. Pada
indikator kemampuan komunikasi Tenaga Pelatih diperoleh bahwa peserta pelatihan
merasakan Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih dalam kategori Tinggi sebesar 16%
dan Sangat Tinggi sebesar 84%. Hasil ini menunjukkan bahwa Tenaga Pelatih dalam
pelatihan Manajemen Puskesmas model BL memiliki keterampilan komunikasi
yang efektif dalam membawakan materi pembelajaran secara jelas sehingga dapat
dipahami oleh Peserta Pelatihan.
Hasil penelitian
Masih dalam tabel 2 di atas,diperoleh data bahwa dalam
indikator keaktifan peserta dalam kelas dinilai Tinggi sebesar 20% dan Sangat
Tinggi sebesar 20% oleh Peserta Pelatihan Manajemen Puskesmas. Hal ini berarti
bahwa peserta pelatihan Manajemen Puskesmas model BL peserta terlibat
secara aktif dalam pembelajaran, seperti menghadiri kelas tepat waktu, aktif
mencari bahan pembelajaran, dan aktif menyelesaikan penugasan sesuai intstruksi
Tenaga Pelatih. Kehadiran peserta pelatihan di kelas dapat memperkuat ikatan
antara Tenaga Pelatih dan Peserta Pelatihan, selain itu akan memungkinkan
terjadinya interaksi dan pertukaran informasi. Untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran, peserta didik perlu terlibat secara aktif, sehingga mereka
memberikan perhatian penuh terhadap apa yang dipelajarinya, mengembangkan
kemampuan mengatur kurikulumnya, bekerja sama dengan siswa lain,menyelesaikan
proyek tepat waktu. memanfaatkan masukan dari teman dan guru, memotivasi diri sendiri,
dan memiliki rasa percaya diri yang baik
Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh pula informasi
mengenai indikator efektivitas interaksi pembelajaran dalam pelatihan Manajemen
Puskesmas model BL. Dalam tabel tersebut diperoleh bahwa interaksi
pembelajaran memperoleh penilaian Tinggi sebedar 28% dan dominan penilaian
Sangat Tinggi sebesar 72%. Interaksi pembelajaran merupakan salah satu
indikator efektivitas komunikasi dalam pembelajaran. Semakin baik interaksi
yang tercipta dalam suatu pembelajaran, baik antar sesama peserta ataupun
antara peserta dan Tenaga Pelatih, maka semakin efektiv komunikasi yang
terjalin di antaranya. Interaksi yang baik antara Tenaga Pendidik dan peserta
didik akan menciptakan hubungan positif di dalam kelas dan berkontribusi pada
pembelajaran yang efektif
Efektivitas komunikasi pembelajaran secara umum pada
pelatihan Manajemen Puskesmas model BL dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3. Efektivitas Komunikasi
Pembelajaran Pelatihan Manajemen Puskesmas Model BL
No |
Kategori Efektivitas |
BL |
1 |
Sangat Rendah |
0% |
2 |
Rendah |
0% |
3 |
Tinggi |
4% |
4 |
Sangat Tinggi |
96% |
|
Total |
100 |
Sumber : Olahan Peneliti (2024)
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa efektivitas komunikasi
pembelajaran yang dirasakan oleh peserta pelatihan Manajemen Puskesmas kelas BL
Sangat Tinggi sebesar 96%, Tinggi 4%, Rendah 0%, dan Sangat Rendah 0%. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa,
Responden menilai efektivitas komunikasi pada kelas BL responden menilai Tinggi
sebesar 4% dan dominan menilai Sangat Tinggi sebesar 96%. Hasil ini menunjukkan
bahwa pelatihan Manajemen Puskesmas model BL memiliki tingkat
efektivitas yang tinggi dalam komunikasi pembelajaran. Hal ini bermakna terjadi
komunikasi yang sangat baik antara tenaga pelatih dengan peserta pelatihan dalam
proses belajar sehingga peserta dapat memahami materi pembelajaran dengan baik,
sesuai dengan defenisi komunikasi pembelajaran efektif yakni proses
transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik,
di mana peserta didik memahami maksud pesan sesuai tujuan yang telah ditentukan
sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan
perubahan tingkah laku menjadi lebih baik
Pada pelatihan Manajemen Puskesmas model
BL presentase efektivitas komunikasi Sangat Tinggi sebesar 96%
menunjukkan bahwa integrasi teknologi komunikasi dan informasi ke dalam
pembelajaran dapat memberikan pengalaman pembelajaran bagi peserta.
Hasil temuan dalam artikel ini senada
dengan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian oleh
Limitasi dari penelitian ini adalah
jumlah sampel yang terbatas pada hanya satu jenis pelatihan, sehingga sulit
untuk mengeneralisasi untuk semua jenis pelatihan. Dibutuhkan sampel yang lebih
besar dari multi jenis pelatihan serta variasi indikator yang digunakan sebagai
variabel. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi
dasar untuk pengembangan strategi pembelajaran yang lebih efektif pada pelatihan
sejenis di masa mendatang, utamanya bagi lembaga-lembaga pelatihan.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian bahwa efektivitas komunikasi
pembelajaran dalam pelatihan Manajemen Puskesmas model Blended Learning
(BL) dapat dipahami melalui tiga indikator utama, yaitu Kemampuan Komunikasi
Tenaga Pelatih, Keaktifan Peserta, dan Interaksi Pembelajaran. Dalam konteks
ini, hasil analisis menunjukkan bahwa Kemampuan Komunikasi Tenaga Pelatih
dinilai tinggi dan sangat tinggi oleh peserta pelatihan, menunjukkan bahwa
tenaga pelatih dalam model BL memiliki keterampilan komunikasi yang efektif.
Keaktifan Peserta juga dinilai tinggi dan sangat tinggi oleh peserta pelatihan,
menunjukkan partisipasi aktif dalam pembelajaran, yang merupakan faktor penting
untuk kesuksesan pembelajaran. Peserta yang aktif cenderung lebih fokus,
termotivasi, dan memiliki kemauan untuk memperdalam materi yang dipelajari,
sehingga meningkatkan efektivitas komunikasi karena peserta memperhatikan pesan
dan memahaminya dengan lebih baik. Interaksi Pembelajaran juga dinilai tinggi
dan sangat tinggi, menunjukkan hubungan positif antara tenaga pelatih dan
peserta pelatihan serta antar peserta pelatihan sendiri. Interaksi yang baik
menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, merangsang pemikiran kreatif
dan inovatif, dan meningkatkan kenyamanan dalam pembelajaran. Hal ini juga
sejalan dengan temuan bahwa interaksi guru-siswa berkontribusi pada kenyamanan
pembelajaran. Komunikasi pembelajaran pada pelatihan ini secara umum dinilai
Sangat Efektif oleh peserta pelatihan.
BIBLIOGRAFI
Asbar,
A. E. N., & Bahfiarti, T. (2023). Effectiveness Analysis of Inquiry
Learning Communications in Improving Students’ Knowledge at SMPN 2 Makassar. Proceedings
of the International Conference on Communication, Policy and Social Science
(InCCluSi 2022), 682, 337–344. https://doi.org/10.2991/978-2-494069-07-7_38
Basori.
(2014). Media E-Learning Pada Perkuliahan Body Otomotif Basori. In JIPTEK:
Vol. VII (Issue 2). http://semar.fkip.uns.ac.id.
Berga,
K. A., Vadnais, E., Nelson, J., Johnston, S., Buro, K., Hu, R., & Olaiya,
B. (2021). Blended learning versus face-to-face learning in an undergraduate
nursing health assessment course: A quasi-experimental study. Nurse
Education Today, 96. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2020.104622
Bock,
A., Kniha, K., Goloborodko, E., Lemos, M., Rittich, A. B., Möhlhenrich, S. C.,
Rafai, N., Hölzle, F., & Modabber, A. (2021). Effectiveness of
face-to-face, blended and e-learning in teaching the application of local
anaesthesia: a randomised study. BMC Medical Education, 21(1). https://doi.org/10.1186/s12909-021-02569-z
Cangara,
H. (2021). Pengantar Ilmu Komunikasi (S. Y. Hayati, Ed.; Kelima). PT
Rajagrafindo Persada.
Che
Ahmad, C. N., Shaharim, S. A., & Abdullah, M. F. N. L. (2017).
Teacher-student interactions, learning commitment, learning environment and
their relationship with student learning comfort. Journal of Turkish
Science Education, 14(1), 57–72. https://doi.org/10.12973/tused.10190a
Diniaty,
Am. (2016). Mengembangkan Komunikasi Effektif Dalam Pembelajaran Klasikal oleh
Pendidik. Jurnal At-Taujih Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 2.
Endedijk,
H. M., Breeman, L. D., van Lissa, C. J., Hendrickx, M. M. H. G., den Boer, L.,
& Mainhard, T. (2022). The Teacher’s Invisible Hand: A Meta-Analysis of
the Relevance of Teacher–Student Relationship Quality for Peer Relationships
and the Contribution of Student Behavior. Review of Educational Research,
92(3), 370–412. https://doi.org/10.3102/00346543211051428
Geçer,
A. K. (2013). Lecturer-Student Communication in Blended Learning Environments.
Educational Sciences : Theory & Practice. www.edam.com.tr/estp
Ginting,
D. (2021). Student Engagement and Factors Affecting Active Learning in English
Language Teaching. VELES Voices of English Language Education Society, 5(2),
215–228. https://doi.org/10.29408/veles.v5i2.3968
Gray,
J. A., & Diloreto, M. (2016). The Effects of Student Engagement, Student
Satisfaction, and Perceived Learning in Online Learning Environments. NCPEA
International Journal of Educational Leadership Preparation, 11(1).
Hrastinski,
S. (2019). What Do We Mean by Blended Learning? TechTrends, 63(5),
564–569. https://doi.org/10.1007/s11528-019-00375-5
Lalima,
Dr., & Lata Dangwal, K. (2017). Blended Learning: An Innovative Approach. Universal
Journal of Educational Research, 5(1), 129–136. https://doi.org/10.13189/ujer.2017.050116
Lazar,
I. M., Panisoara, G., & Panisoara, I. O. (2020). Digital technology
adoption scale in the blended learning context in higher education:
Development, validation and testing of a specific tool. PLoS ONE, 15(7
July). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0235957
Maarop,
A. H., & Embi, M. A. (2016). Implementation of Blended Learning in Higher
Learning Institutions: A Review of Literature. International Education
Studies, 9(3), 41. https://doi.org/10.5539/ies.v9n3p41
Masdul,
Muh. R. (2018). Komunikasi Pembelajaran Learning Communication. Jurnal
IQRA: Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 13(02).
Radulović,
B., Dorocki, M., Ninković, S. O., Stojanović, M., & Adamov, J. (2023). The
Effects Of Blended Learning Approach On Student Motivation For Learning
Physics. Journal of Baltic Science Education, 22(1), 73–82. https://doi.org/10.33225/jbse/23.22.73
Saritepeci,
M., & Çakir, H. (2015). The Effect of Blended Learning Environments on
Student Motivation and Student Engagement: A Study on Social Studies Course. Egitim
ve BilimVol. 40, Iss. 177,.
Shalian,
J. (2021). JMEP_Volume 3_Issue 1_Pages 167-195. Journal of MAnagement and
Educational Perspective, 3(1), 167–195. doi: https://dx.doi.org/10.22034/jmep.2021.282353.1056
Titsworth,
S., Mazer, J. P., Goodboy, A. K., Bolkan, S., & Myers, S. A. (2015). Two
Meta-analyses Exploring the Relationship between Teacher Clarity and Student
Learning. Communication Education, 64(4), 385–418. https://doi.org/10.1080/03634523.2015.1041998
Tong,
D. H., Uyen, B. P., & Ngan, L. K. (2022). The effectiveness of blended
learning on students’ academic achievement, self-study skills and learning
attitudes: A quasi-experiment study in teaching the conventions for
coordinates in the plane. Heliyon, 8(12). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e12657
Usman.
(2018). Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam Membentuk
Kemandirian Belajar. Jurnalisa, 04(1), 136–150. https://doi.org/https://doi.org/10.24252/jurnalisa.v4i1.5626
Vallee,
A., Blacher, J., Cariou, A., & Sorbets, E. (2020). Blended learning
compared to traditional learning in medical education: Systematic review and
meta-analysis. Journal of Medical Internet Research, 22(8). https://doi.org/10.2196/16504
Copyright holder: Arniati
J. Kalatasik, Tuti Bahfiarti, Muliadi Mau (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |