Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 7, Juli 2024
KAWASAN POTENSIAL
TINGGI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
Wahyu Nur Chidayat1*, Indarti
Komala Dewi2, Umar Mansyur3
Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Abstrak
Penelitian ini bertujuan
untuk melihat seberapa besar potensi kemacetan yang terjadi di Kota
Administrasi Jakarta Pusat dengan melihat potensi pembangkitan/daya tarik lalu
lintas yang dihasilkan dari penggunaan lahan yang ada dan performa lalu lintas
yang terjadi di jalan-jalan di wilayah penelitian. Data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi peta administrasi kota Jakarta Pusat, peta pola ruang
kota administrasi Jakarta Pusat, serta data lalu lintas jalan-jalan di wilayah
penelitian. Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis Penggunaan Lahan di
Kota Administratif Jakarta Pusat; 2) Menganalisis Potensi Daerah Kemacetan
Tinggi Berdasarkan Kinerja Jalan dan Tingkat Pelayanan di Kota Administrasi
Jakarta Pusat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir 50%
ketidaksejajaran lahan terjadi di wilayah penelitian dan menghasilkan daya
tarik lalu lintas sebesar 236.513 pcu/jam. Kemudian, berdasarkan kondisi
lapangan yang ada dilihat dari beberapa jalan di wilayah studi, kinerja lalu
lintas di jalan-jalan di wilayah studi memiliki Tingkat Pelayanan Jalan. /Level
of Service (LOS) pada rata-rata jalan D dan E, ini berarti tingkat kemacetan
lalu lintas di jalan-jalan di wilayah studi sangat tinggi baik pada jam sibuk maupun
non-jam sibuk.
Kata kunci: Penggunaan Lahan, Kinerja Jalan, Kemacetan
lalu lintas
Abstract
This research aims to see
how big the potential for traffic jams that occur in the Central Jakarta
Administrative City is by looking at the potential traffic generation/attraction
resulting from existing land use and the traffic performance that occurs on the
roads in the study area. The data used in this research include the
administrative map of the city of central Jakarta, the spatial pattern map of
the administrative city of central Jakarta, as well as traffic data on the
roads in the study area. The objectives of this research are 1) Analyze Land
Use in the Administrative City of Central Jakarta; 2) Analyzing Potential High
Congestion Areas based on Road Performance and Service Level in the
Administrative City of Central Jakarta. The results of this research show that
almost 50% of land misalignment occurs in the study area and results in 236,513
pcu/hour of traffic attraction. Then, based on existing field conditions seen
from several roads in the study area, the traffic performance on the roads in
the study area has a Road Service Level. /Level of Service (LOS) on average
roads D and E, this means that the level of traffic congestion on the roads in
the study area is very high both during peak hours and non-peak hours.
Keywords: Land Use, Road
Performance, Traffic jams
Pendahuluan
Provinsi DKI Jakarta,
terpadat di Indonesia, mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya
hingga mencapai 10,68 juta jiwa dengan pertumbuhan 0,66% per tahun dan
kepadatan penduduk 16.084 jiwa/km² (BPS, 2022). Pertumbuhan ini menyebabkan peningkatan pengguna kendaraan bermotor,
mencapai 21,91 juta dengan
pertumbuhan 3,67% per tahun (BPS, 2021). Permasalahan kemacetan diakibatkan oleh tingginya jumlah perjalanan
komuter dari wilayah sekitar dan pembangunan infrastruktur. Kemacetan lalu
lintas juga terjadi karena volume lalu lintas tinggi yang disebabkan
bercampurnya lalu lintas menerus (through traffic), lalu lintas regional dan
local (Firmansyah
& Tjahjani, 2012). Jumlah perjalanan DKI
Jakarta pada tahun 2018 mencapai 88 juta perjalanan/hari dengan proporsi
kendaraan 21,5% Mobil penumpang, 68,3% sepeda motor, 6,9% Angkutan Umum, 3,3%
taksi dan bajaj. Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat memiliki tingkat
kepadatan penduduk tertinggi, mencapai 23.927,57 jiwa/km² (BPS, 2023). Kota administrasi Jakarta Pusat memiliki posisi strategis sebagai
pusat pemerintahan dan bisnis Jakarta, dengan keberadaan Istana Negara, kantor
lembaga tinggi negara, kantor duta besar, serta kawasan bisnis yang menjadi
barometer ekonomi Jakarta dan Indonesia (Dwiharti,
2013; Subadi, 2018). Hal ini menyebabkan
kemacetan parah baik pada jam sibuk maupun diluar jam sibuk. Contohnya, Pasar
Tanah Abang, Pusat perkantoran Gatot Subroto, dan MH.Thamrin merupakan pusat
tarikan yang menyebabkan kemacetan, terutama pada jam sibuk. Jalan utama
seperti MH.Thamrin dan Gatot Subroto juga terkena dampak kemacetan karena
dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan perkantoran serta merupakan akses utama
menuju ibukota dan pusat pemerintahan kota. Kondisi Tata Guna Lahan yang belum sepenuhnya sesuai
dengan aturan yang berlaku menjadi salah satu penyebab terjadinya Kemacetan (Ilma et al.,
2023; Rantung et al., 2015). Aktivitas dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas dan menurunnya
kecepatan dan menimbulkan penumpukan pada titik tertentu (Loe et al.,
2021).
Berdasarkan permasalahan
diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Belum
diketahui kondisi tata guna lahan yang dapat berpengaruh terhadap kemacetan di
Kota Administrasi Jakarta Pusat, 2) Belum diketahui potensi pola penyebaran dan
waktu/peak hour kemacetan yang sering terjadi di Kota Administrasi Jakarta
Pusat;
Tujuan penelitian
sebagai berikut: 1) Menganalisis Penggunaan Lahan di Kota Administrasi Jakarta
Pusat, 2) Menganalisis Kawasan Potensial Kemacetan Tinggi berdasarkan Kinerja
dan Tingkat Pelayanan Jalan (Potensi Kemacetan, Pola Penyebaran Kemacetan, Peak Hour Kemacetan) di Kota
Administrasi Jakarta Pusat.
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat Provinsi DKI Jakarta.
Penelitian dibagi menjadi 2 koridor utama, yaitu ruas jalan yang berada di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat
yang menghubungkan dari wilayah Utara ke Selatan serta dari Wilayah
Barat ke Timur. Waktu penelitian ini dilakukan selama 11 bulan dari bulan
September 2023 sampai dengan bulan Juli 2024. Peta lokasi penelitian seperti
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan
dua jenis data: data primer dan data sekunder. Data primer mencakup survei
inventarisasi ruas jalan melalui pengukuran langsung pada wilayah studi, serta
observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait. Sementara itu, data sekunder
diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti BAPEDA, Badan Pusat Statistik,
BIG, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, serta Dinas Perhubungan Provinsi DKI
Jakarta
Analisis Data Penelitian
Tahapan analisis data secara
garis besar adalah 1) Melakukan Analisis Penggunaan Lahan guna melihat potensi
bangkita/tarikan lalu lintas 2) Melakukan Analisis Kinerja Jalan. Secara
ringkas analisis data berdasarakan tujuan, jenis, sumber data dari penelitian
ini dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Data Penelitan
No |
Tujuan |
Jenis Data |
Sumber Data |
Teknik Analisis |
Output |
1 |
Menganalisis Penggunaan Lahan di Kota Administrasi
Jakarta Pusat |
- Peta RDTR Tahun 2023 - Peta Penggunaan lahan Eksisting Per Desember Tahun 2023 |
- Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Provinsi DKI Jakarta - RTRW Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030 |
Analisis Tata Guna Lahan berbasis GIS |
Peta Keselarasan Ruang |
2 |
Menganalisis
Kawasan Potensial Kemacetan Tinggi berdasarkan Kinerja dan Tingkat Pelayanan
Jalan (Potensi Kemacetan, Pola Penyebaran Kemacetan, Peak Hour Kemacetan) di
Kota Administrasi Jakarta Pusat |
-
Inventarisasi
ruas jalan -
Data
volume lalu lintas di ruas jalan -
Data
kecepatan kendaraan |
-
Survey
Lapangan -
Dinas
Perhubungan Provinsi DKI Jakarta -
Suku
Dinas Perhubungan Kota Administrasi Jakarta Pusat |
Analisis Kinerja Ruas
Jalan berdasarkan MKJI 1997 |
-
Kinerja
ruas jalan -
V/C
Ratio ruas jalan -
Kecepatan
rata-rata kendaraan pada ruas jalan -
Tingkat
Pelayanan ruas jalan |
Hasil dan Pembahasan
Penggunaan Lahan di Kota Administrasi Jakarta Pusat
Keselarasan Penggunaan Lahan Eksisting
dengan Rencana Pola Ruang Kota Jakarta Pusat
Tata
ruang adalah representasi mengenai situasi, fenomena, serta kondisi yang
terkait dengan rencana penggunaan suatu wilayah (Baja, 2012; Nalle, 2021). Pada dasarnya,
tata guna ruang bisa terbentuk tanpa campur tangan manusia, terjadi secara
alami melalui interaksi antara unsur-unsur alam yang membentuk ekosistem (Husain, 2019; Sitorus, 2019). Masalah
kemacetan juga sering kali terjadi pada daerah yang memiliki intensitas
kegiatan dan penggunaan lahan yang tinggi (Putri & Herison, 2019). Keselarasan Penggunaan
Lahan dengan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) digunakan untuk melihat seberapa
besar konsistensi perencanaan tata ruang disuatu wilayah.Hasil proses overlay
antara peta penggunaan lahan eksisting dengan peta rencana pola ruang secara
detil disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2.Data Tabel 2 menunjukan seluas
2.352,4 ha (49%) penggunaan lahan selaras dengan pola ruang, sedangkan lahan yang tidak selaras
dengan pola ruang seluas 2.403 ha (51%).
Tabel 2. Hasil Keselarasan Ruang
No |
Penggunaan Lahan Eksisting |
Jumlah |
selaras dan tidak
selaras |
|||
Selaras |
Tidak Selaras |
|||||
Ha |
% |
Ha |
% |
|||
1 |
Campuran |
777,5 |
28,1 |
4% |
749,4 |
96% |
2 |
Fasilitas
Umum dan Sosial |
794,8 |
204,7 |
26% |
590,1 |
74% |
3 |
Industri |
15,5 |
0 |
0% |
15,5 |
100% |
4 |
Perkantoran/Perdagangan/Jasa |
842,3 |
653,3 |
78% |
189,0 |
22% |
5 |
Permukiman |
1.954,6 |
1.281,7 |
66% |
672,9 |
34% |
6 |
Ruang
Terbuka Hijau |
370,8 |
184,6 |
50% |
186,1 |
50% |
|
Jumlah |
4.755,4 |
2.352,4 |
49% |
2.403,0 |
51% |
Gambar 2. Peta Keselarasan Ruang
Bangkitan dan Tarikan Lalu Lintas
Data
penggunaan lahan Jakarta Pusat dikelompokan menjadi menjadi beberapa jenis
tipologi kawasan guna menghitung seberapa besar bangkitan/tarikan pada
masing-masing kawasan tersebut. Untuk pengelompokan kawasan berdasarkan trip rate dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Tipolgi Kawasan Penggunaan Lahan
No |
Tipologi Kawasan |
Luas Lahan (Ha) |
1 |
Industri |
15,5 |
2 |
Fasilitas Umum dan Sosial |
860,36 |
3 |
Perkantoran/Jasa/Perdagangan |
759,48 |
4 |
Permukiman |
2038,2 |
5 |
Non Kegiatan |
1097,32 |
|
Total |
4770,86 |
Dari
data diatas dapat dilihat yang menjadi Bangkitan/Tarikan tertinggi merupakan
kawasan permukiman dengan 2.038,2 Hektar dan yang menjadi bangkitan/tarikan
terendah adalah kawasan industri yang memang Kota Jakarta Pusat yang menjadi
inti pusat kegiatan baik skala wilayah regional yaitu DKI Jakarata maupun
secara nasional sehingga kawasan industry menjadi sangat rendah pada wilayah
Kota Jakarta Pusat. Dari penglompokan kawasan berdasarakan trip rate diatas dihitung tarikan dari masing-masing tipologi kawasan
berdasarkan pedoman Analisis Dampak Lalu
Lintas dan Perencanaan Transportasi guna menghitung Tarikan lalu lintas yang
dihasilkan masing-masing kawasan tersebut. Untuk lebih detil dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4.
Tarikan Lalu Lintas Berdasarkan Tipologi Kawasan
No |
Tipologi Kawasan |
Luas Lahan (Ha) |
Luas Lahan (m2) |
Tingkat Bangkitan /100 m² |
Tarikan/Bangkitan (smp/jam) |
1 |
Industri |
15,5 |
155.000 |
0,13 |
202 |
2 |
Fasilitas Umum dan Sosial |
860,36 |
8.603.600 |
1,51 |
129.914 |
3 |
Perkantoran/Jasa/Perdagangan |
759,48 |
7.594.800 |
0,73 |
55.442 |
4 |
Permukiman |
2038,2 |
20.382.000 |
0,25 |
50.955 |
|
|
|
|
TOTAL |
236.513 |
Data di
atas menunjukkan bahwa kawasan fasilitas umum dan sosial, termasuk kawasan
pemerintahan dan fasilitas umum lainnya seperti layanan kesehatan, pendidikan,
keagamaan, memiliki tingkat tarikan lalu lintas tertinggi sebesar 129.914
smp/jam. Kawasan ini terletak di pusat Kota Jakarta, yang merupakan pusat
pemerintahan baik dalam skala regional maupun nasional, yang menjadikannya
pusat tarikan lalu lintas. Total tarikan di Kota Jakarta Pusat mencapai 236.513
smp/jam, yang jika didistribusikan ke ruas jalan dengan kapasitas maksimal akan
menyebabkan V/C Ratio tinggi dan tingkat Layanan menjadi jenuh di masing-masing
ruas jalan
Kinerja dan Tingkat Pelayanan Jalan (Potensi Kemacetan,
Pola Penyebaran Kemacetan, Peak Hour Kemacetan) di Kota Administrasi Jakarta
Pusat
Analisis kinerja dan tingkat pelayanan jalan
dilakukan berdasarkan data inventarisasi jalan untuk mengevaluasi kondisi
kinerja ruas jalan di wilayah studi (Erliana et al., 2020). Kapasitas jalan dihitung menggunakan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (1997) dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti
hambatan samping, lebar lajur, dan ukuran kota untuk menentukan kapasitas dalam
satuan mobil penumpang (smp). Informasi lebih lanjut mengenai kinerja dan
tingkat pelayanan jalan (LOS) dapat ditemukan dalam tabel yang disediakan
Tabel 4. Kinerja dan Tingkat Pelayanan Jalan
Nama Jalan |
Kapasitas (C) |
Volume |
V/C Ratio |
LOS |
||||
W-Day |
W-End |
W-Day |
W-End |
W-Day |
W-End |
|||
Jalan Hayam Wuruk |
4281 |
4403 |
3955 |
1,03 |
0,92 |
F |
E |
|
Jalan Majapahit |
2793 |
2244 |
1593 |
0,80 |
0,57 |
D |
C |
|
Jalan Medan Merdeka Barat |
4281 |
5196 |
4220 |
1,21 |
0,99 |
F |
E |
|
Jalan MH. Thamrin Segmen 1 |
5708 |
4780 |
3279 |
0,84 |
0,57 |
D |
C |
|
Jalan MH. Thamrin Segmen 2 |
5708 |
4445 |
3148 |
0,78 |
0,55 |
D |
C |
|
Jalan MH. Thamrin Segmen 3 |
5708 |
4356 |
2896 |
0,76 |
0,51 |
D |
C |
|
Jalan Jendral Sudirman Segmen 1 |
4281 |
4243 |
2812 |
0,99 |
0,66 |
E |
C |
|
Jalan Jendral Sudirman Segmen 2 |
4281 |
4328 |
2221 |
1,01 |
0,52 |
F |
C |
|
Jalan Jendral Sudirman Segmen 3 |
4281 |
4545 |
1977 |
1,06 |
0,46 |
F |
C |
|
Jalan Jatibaru Raya (segmen 1) |
5139 |
3366 |
2323 |
0,65 |
0,45 |
C |
C |
|
Jalan Jatibaru Raya (segmen 2) |
5586 |
3703 |
2392 |
0,66 |
0,43 |
C |
B |
|
Jalan Kebon Sirih (segmen 1) |
5708 |
4073 |
2368 |
0,71 |
0,41 |
C |
B |
|
Jalan Kebon Sirih (segmen 2) |
4008 |
3543 |
1871 |
0,88 |
0,47 |
E |
C |
|
Jalan Kramat Kwitang |
4281 |
3437 |
1964 |
0,80 |
0,46 |
D |
C |
|
Jalan Letjen Suprapto (segmen 1) |
5343 |
5341 |
2670 |
1,00 |
0,50 |
E |
C |
|
Jalan Letjen Suprapto (segmen 2) |
5343 |
5243 |
2804 |
0,98 |
0,52 |
E |
C |
Dari
data diatas disampaikan bahwa kinerja ruas jalan paling buruk di waktu Weekday
yaitu Jalan Jenderal Sudirman Segemen 3 dengan Tingkat Pelayanan Jalan F dan VC
Ratio > 1, sedangkan untuk waktu Weekend kinerja ruas jalan paling buruk
yaitu Jalan Jenderal Sudirman Segmen 1 dengan Tingkat Pelayanan Jalan C dan VC
Ratio 0,66.
Data
kinerja dan tingkat pelayanan jalan menunjukkan adanya kemacetan yang parah di
wilayah studi. Tingkat Layanan (LOS) C, D, dan bahkan mendekati F menunjukkan
arus kendaraan tidak stabil dan melebihi kapasitas yang ditentukan. Baik pada
hari kerja maupun akhir pekan, kinerja jalan mendekati kejenuhan, terutama pada
jam-jam tertentu. Analisis penggunaan lahan mencerminkan tingginya tarikan lalu
lintas di Kota Jakarta Pusat yang didominasi oleh wilayah terbangun.
Karakteristik perkotaan yang sulit mengatasi masalah kemacetan disebabkan oleh
wilayah terbangun yang dominan. Meskipun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
menerapkan beberapa manajemen lalu lintas seperti Sistem Ganjil Genap, Angkutan
Umum Massal, dan Rekayasa Lalu Lintas Sistem Satu Arah (SSA), namun masih
terjadi kemacetan yang belum terurai sepenuhnya sesuai hasil analisis.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian ini adalah; (1) penggunaan Lahan di Kota
Adminstrasi Jakarta Pusat mengalami banyak perubahan dibuktikan dengan
tingginya ketidakselarasan antara penggunaan lahan dengan Rencana Detil Tata
Ruang (RDTR), sebesar 51% penggunaan lahan tidak selaras dengan RDTR.
Ketidakselarasan penggunaan lahan ini menjadi penyebab tingginya bangkitan/tarikan
lalu lintas sehingga menyebabkan
meningkatnya volume lalu lintas dan
kapasitas ruas jalan tidak dapat menampung volume yang ada, dan (2) kinerja
Lalu lintas pada ruas jalan wilayah studi memiliki Level Of Service (LOS) pada ruas jalan rata-rata D dan E, hal ini
memiliki arti bahwa tingkat kemacetan lalu lintas pada ruas jalan wilayah studi
sangat tinggi baik pada waktu sibuk (peak
hour) maupun diluar jam sibuk (non
peak hour).
BIBLIOGRAFI
Baja, I. S. (2012). Perencanaan tata guna lahan dalam
pengembangan wilayah. Penerbit Andi.
BPS. (2021).
Statistik Transportasi DKI Jakarta 2021. Badan Pus. Stat.
BPS. (2022). BPS
provinsi DKI jakarta. Badan Pus. Stat.
BPS. (2023). BPS
provinsi DKI jakarta. Badan Pus. Stat.
Dwiharti, W.
(2013). Jakarta Panduan Wisata Tanpa Mal. Gramedia Pustaka Utama.
Erliana, H.,
Yusra, C. L., & Rizka, F. (2020). Analisis Kinerja Jalan Pada Ruas Jalan
Lintas Meulaboh–Tapak Tuan Kabupaten Nagan Raya. VOCATECH: Vocational
Education and Technology Journal, 2(1), 1–10.
Firmansyah, D.,
& Tjahjani, A. R. (2012). Analisis kemacetan lalu lintas di suatu
wilayah (studi kasus di jalan lenteng agung).
Husain, I. H. A.
(2019). Ketahanan Dasar Lingkungan: Basic Environment (Vol. 1). SAH
MEDIA.
Ilma, H. A.,
Arsali, I., Sari, I. K., & Maharani, N. (2023). Analisis Tata Guna Tanah
(Land Use) Dalam Pemanfaatan Taman Pelangi Kota Surabaya Sebagai Fasilitas
Umum. Ma’mal: Jurnal Laboratorium Syariah Dan Hukum, 4(2),
192–215.
Loe, H. M.,
Suraji, A., & Cakrawala, M. (2021). Analisis kemacetan lalu lintas pada
pasar tumpah jl. Zainal zakse kota Malang. BOUWPLANK Jurnal Ilmiah Teknik
Sipil Dan Lingkungan, 1(2), 11–20.
Nalle, V. I. W.
(2021). Pendekatan geografi hukum kritis dalam kajian hukum tata ruang
Indonesia: Sebuah wacana filsafat hukum dan interdisiplin. Justitia et Pax,
37(1), 61–83.
Putri, O. K.,
& Herison, A. (2019). Analisis kemacetan lalu lintas di suatu wilayah
(studi kasus di jalan teuku umar, bandar lampung). Analisis Kemacetan Lalu
Lintas Di Suatu Wilayah (Studi Kasus Di Jalan Teuku Umar, Bandar Lampung).
Rantung, T.,
Sompie, B. F., & Jansen, F. (2015). Analisa Dampak Lalu Lintas (Andalalin)
Kawasan Lippo Plaza Kairagi Manado. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 5(1).
Sitorus, S. R. P.
(2019). Penataan ruang. PT Penerbit IPB Press.
Subadi, T. (2018).
Terorisme Globalisasi Sosial Ekonomi Budaya Politik dan Pendidikan: Isu-Isu
Global Aktual yang Menjadi Pusat Perhatian dan Perdebatan Publik.
Muhammadiyah University Press.
Copyright
holder: Wahyu Nur Chidayat, Indarti Komala Dewi,
Umar Mansyur (2024) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |