Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 5, Mei 2024
ANALISIS KETIDAKTERCAPAIAN KEY PERFORMANCE INDICATOR DEPARTEMEN ENGINEERING
PT. XYZ DALAM IMPLEMENTASI COMPUTERIZED
MAINTENANCE MANAGEMEN SYSTEM
Maria Nicolas Ganden Gondho Winoto1*,
Bagus Jati Santoso2, Mokh. Suef3
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Abstrak
Seiring
dengan meningkatnya jumlah produk dan kapasitas, PT. XYZ, perusahaan material
bangunan, memutuskan untuk melakukan transformasi digital, dimulai dari
Departemen Engineering dengan mendigitalisasi proses perawatan dan perbaikan
mesin-mesin produksi. Transformasi ini mencakup pelaporan kegiatan,
perencanaan, dan ketersediaan suku cadang yang harus dapat diakses dengan mudah
untuk memastikan efisiensi manajemen perawatan mesin. Pengembangan teknologi
digital dilakukan secara internal antara Departemen Engineering dan Departemen
Information Technology, menghasilkan aplikasi Computerized Maintenance Management System (CMMS) untuk
meningkatkan capaian Key Performance
Indicator (KPI) Departemen Engineering. Namun, penerapan aplikasi ini belum
mencapai KPI secara konsisten, menimbulkan keraguan terhadap kegunaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab ketidaktercapaian KPI
dengan menggunakan metode root cause analysis, framework for information system
success, kuesioner, dan analisis kompetensi personil engineering. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketidaktercapaian KPI disebabkan oleh klasifikasi,
distribusi, dan verifikasi downtime yang masih manual, rekapitulasi downtime
yang tidak akurat, tidak adanya prioritas jenis mesin, serta data mesin dan
item perawatan yang belum lengkap. Langkah perbaikan yang diusulkan meliputi
penambahan sistem klasifikasi, distribusi, dan verifikasi downtime pada
aplikasi, penambahan validator downtime, simplifikasi mesin dan peralatan,
pembuatan sistem klasifikasi jenis surat perintah kerja (SPK), pembaruan data
mesin, serta item perawatan dan jadwal maintenance secara konsisten. Perbaikan
penerapan CMMS mencakup penggantian perangkat jaringan, standarisasi hak akses,
penambahan sistem klasifikasi distribusi otomatis, melengkapi nomor aset, dan
pelatihan operasional CMMS secara reguler. Kesimpulannya, implementasi
perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan pencapaian KPI Departemen
Engineering PT. XYZ secara konsisten.
Kata kunci: Computerized
Maintenance Management System, key
performance indicator, root cause analysis, framework for information system
success, analisis kompetensi.
Abstract
As the number of products and company
capacity increase, PT. XYZ, a building materials company, decided to undergo a
digital transformation, starting with the Engineering Department by digitizing
the maintenance and repair processes of production machines. This
transformation includes reporting activities, planning, and the availability of
spare parts that must be easily accessible to ensure efficiency in machine
maintenance management. The digital technology development was conducted
internally between the Engineering Department and the Information Technology
Department, resulting in the Computerized Maintenance Management System (CMMS)
application to improve the key performance indicator (KPI) achievements of the
Engineering Department. However, the implementation of this application has not
consistently achieved the KPI, raising doubts about its usefulness. This
research aims to identify the causes of KPI non-achievement using root cause
analysis methods, the framework for information system success, questionnaires,
and engineering personnel competency analysis. The research results indicate
that the KPI non-achievement is caused by manual classification, distribution,
and verification of downtime, inaccurate downtime recapitulation validated only
by users, the absence of machine type priorities, and incomplete data on
machines and maintenance items. The proposed improvement steps include adding a
system for downtime classification, distribution, and verification in the
application, adding downtime validators, simplifying machines and equipment,
creating a classification system for work orders (SPK), updating machine data,
as well as maintenance items and schedules consistently. Improvements to CMMS
implementation include replacing network devices, standardizing access rights,
adding an automatic distribution classification system, completing asset
numbers, and conducting regular and consistent CMMS operational training. In
conclusion, the implementation of these improvements is expected to
consistently enhance the KPI achievements of the Engineering Department at PT.
XYZ.
Keywords:
Computerized Maintenance Management System, key performance indicators, root
cause analysis, framework for information system success, analysis competence.
Pendahuluan
Tercapainya misi dan visi suatu perusahaan
atau organisasi merupakan hal utama yang mendasari suatu proses bisnis. Untuk
menjamin hal tersebut tahapan evaluasi yang terukur diperlukan secara
kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan key performance indicator (KPI) (Pereira et al., 2022). Peningkatan efisiensi dan efektivitas
dalam pelaksanaan KPI dilakukan melalui inovasi, baik berupa penyempurnaan standard operating procedure (SOP) dan
pengembangan teknologi (Ullrich et al., 2023). Salah satu pengembangan teknologi
dilakukan dengan cara transformasi ke teknologi digital. Penerapan teknologi
digital dalam suatu proses bisnis dapat meningkatkan kecepatan waktu pelayanan,
tingkat akurasi data, kecepatan pengambilan keputusan, kepatuhan pelaksanaan
prosedur kerja, pengembangan sumber daya manusia, ketersediaan suku cadang
sehingga dapat meningkatkan keutungan perusahaan (Alieva & Powell, 2022). Penerapan teknologi digital dalam
meningkatkan key performance indicator
dalam suatu perusahaan atau organisasi sering menimbulkan permasalahan umum (Aguinis, 2023). Beberapa contoh permasalahan umum
yang terjadi adalah keterlambatan dalam pencapaian KPI, budaya organisasi atau
perusahaan yang tidak siap dalam menerapkan transformasi digital, ketersediaan
sumber daya, sistem yang tidak terintegrasi, dan ketidakmampuan mengukur
keberhasilan tranformasi teknologi (Armstrong & Taylor, 2006;
Kampkötter, 2017).
PT. XYZ adalah salah satu perusahaan
besar di Indonesia yang bergerak di bidang penyedia bahan bangunan yang sudah
berkiprah di industri bahan bangunan sejak 45 tahun lalu. Seiring dengan
meningkatnya permintaan pasar yang berdampak pada peningkatan kapasitas
produksi, di tahun 2020 PT. XYZ memutuskan untuk melakukan transformasi ke
teknologi digital secara bertahap. Manajemen PT. XYZ memilih Departemen Engineering
sebagai unit pelaksanaan/pilot
project transformasi teknologi digital. Lingkup kerja Departemen Engineering terdiri dari dua bagian besar engineering maintenance (mechanical, electrical, utility) dan engineering project (workshop, design, civil). Transformasi
teknologi digital ini dimulai dengan merubah semua aktivitas pendataan terkait
perawatan dan perbaikan mesin produksi ke teknologi digital, sebagai contoh:
kartu riwayat mesin, formulir surat perintah kerja, daftar komponen perawatan
tiap mesin, jadwal perawatan mesin, serta aktivitas harian teknisi yang dapat
diakses melalui jaringan internet (Buer et al., 2021; Russell
& Taylor, 2011). Dengan menggunakan aplikasi ini,
proses pemeliharaan diharapkan dapat diatur dengan lebih baik, masalah diidentifikasi lebih cepat, dan
solusi perbaikan diberikan lebih efisien (Coccia, 2018). Hal ini dapat mengurangi waktu henti
produksi yang disebabkan oleh masalah mesin, meningkatkan waktu operasional,
dan akhirnya memberikan kontribusi positif terhadap produktivitas secara
keseluruhan.
Transformasi teknologi digital yang
dilakukan oleh PT. XYZ berupa pembuatan aplikasi perangkat lunak yang diberi
nama computerized maintenance management
system (CMMS). Aplikasi dibuat
oleh sumber daya internal perusahaan, hasil kerjasama Departemen Engineering , departemen information technology, departemen
produksi dan departemen management
strategic development organization (Ge et al., 2022). Aplikasi computerized maintenance management system berisi informasi terkait
dengan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilakukan oleh Departemen Engineering yang terdiri dari jadwal perawatan mesin
produksi, surat perintah kerja dari departemen terkait, checklist perawatan mesin produksi, kwh meter, dan engineering strategic business plan (Koukouvinou et al.,
2023).
Aplikasi computerized maintenance management system ini diharapkan dapat
menunjang dan meningkatkan capaian key
performance indicator (KPI) Departemen Engineering.
Key performance indicator pertama Departemen Engineering yang
berhubungan dengan computerized
maintenance management system, terdapat pada internal business perspective, yaitu peningkatan ketepatan dan
kecepatan penyelesaian surat perintah kerja (SPK) dan pelaksanaan perawatan
tepat waktu (Lundgren et al., 2021). KPI yang kedua berada pada customer perspective, yaitu utilisasi mesin atau downtime teknik. KPI yang ketiga adalah
ketepatan pelaksanaan perawatan mesin produksi (Chamorro-Premuzic, 2021; Laudon
& Laudon, 2004).
Selama penerapan aplikasi ini,
pencapaian dari tiga key performance
indicator Departemen Engineering tidak stabil, bahkan sering tidak mencapai
target. Hal ini berakibat pada performa Departemen Engineering yang tidak tercapai, sehingga timbul
keraguan atas manfaat kegunaan aplikasi computerized
maintenance management system. Berikut adalah grafik pencapaian dari tiga key performance indicator Departemen Engineering selama penerapan dan pengembangan aplikasi computerized maintenance management system
dari tahun 2020 sampai dengan 2023. Gambar 1 memperlihatkan capaian
penyelesaian surat perintah kerja (SPK) tepat waktu dari tahun 2020-2023 yang
tidak pernah mencapai standar minimal yaitu 90% sesuai dengan yang ditetapkan
dalam key performance indicator oleh
manajemen. Data sebelum tahun 2020 tidak disertakan dan tidak dijadikan data
pembanding setelah diterapkan CMMS dikarenakan penerapan key performance indicator dimulai oleh manajemen perusahaan pada
tahun 2020 sehingga pendataan tidak dilakukan.
Pencarian penyebab tidak tercapainya
target KPI Departemen Engineering akan menggunakan root cause analysis dengan menggunakan fish bone diagram untuk mengetahui penyebab dari aspek man, machines,
method, material, dan environment.
Analisis kompetensi, dan framework for
information system success digunakan untuk mendukung root cause analysis.
Berdasar perumusan masalah, maka tujuan
penelitian dalam Tesis ini adalah sebagai berikut:
1)
Mengetahui
faktor yang mempengaruhi ketidaktercapaian key
performance indicator dari Departemen Engineering
PT XYZ.
2)
Menentukan
langkah perbaikan yang harus dilakukan terhadap penyebab ketidaktercapaian key performance indicator dari
Departemen Engineering PT XYZ.
3)
Menentukan
langkah perbaikan yang harus dilakukan terhadap penerapan computerized maintenance management system.
Metode
Penelitian
Studi literatur dan lapangan
Langkah
penelitian diawali dengan melakukan studi lapangan terkait dengan penerapan
aplikasi computerized maintenance
management system di Departemen Engineering,
yang berhubungan dengan tiga key performance
indicator Departemen Engineering
yaitu: technical downtime,
penyelesaian surat perintah kerja, dan ketepatan penyelesaian pelaksanaan maintenance. Sumber data yang digunakan
langsung dari aplikasi CMMS ada pada data penyelesaian surat perintah kerja dan
ketepatan penyelesaian pelaksanaan maintenance,
sedangkan data entry untuk perhitungan downtime
dilakukan oleh Departemen Produksi, dan Departemen Engineering bertugas sebagai verifikator (Sugiyono, 2015).
Pengumpulan data
Tahap
ini dilakukan dengan mengumpulkan data downtime,
penyelesaian surat perintah kerja, ketepatan penyelesaian maintenance dari
Departemen Engineering, dan melakukan
kuisioner untuk mendapatkan data terkait respon pengguna selama penerapan
aplikasi CMMS ini. Responden
berjumlah 62 orang berasal dari departemen berbeda yang berperan sebagai
pengguna dan memiliki hak akses pada aplikasi ini.
Pengolahan Data
Data sekunder
yang digunakan dari data historikal mulai tahun 2020 sampai dengan 2023 dan
akan direkapitulasi terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Langkah
pertama adalah dengan mencari penyebab akar masalah dengan menggunakan metode root cause analysis dengan menggunakan tools 5 why’s analysis dan fishbone
diagram. Informasi yang digunakan pada 5 why’s analysis dan fishbone
diagram untuk mencari akar masalah dan rekomendasi langkah perbaikan
diperoleh dari observasi, interview,
dan forum group discussion (FGD) yang
melibatkan Departemen Engineering dan
para pemangku kepentingan (stakeholders).
Forum group discussion (FGD)
dilakukan dua tahap yaitu pertama FGD internal
Departemen Engineering, dan kedua
dengan departemen terkait lainnya (user).
Rekomendasi Langkah-Langkah Perbaikan
Setelah
penyebab masalah ditemukan dengan menggunakan metode root cause analysis dengan menggunakan fishbone diagram pada langkah diatas, pada tahap ini akan dilakukan
pembuatan rekomendasi langkah-langkah perbaikan dengan tujuan akhir dapat
meningkatkan capaian key performance
indicator dan dampak penerapan CMMS di Departemen Engineering.
Simulasi Langkah Perbaikan
Rekomendasi
langkah-langkah perbaikan pada tahapan ini akan disimulasikan, jika tahapan
simulasi berhasil maka hasil penelitian tercapai, tetapi jika belum berhasil
maka tahapan akan kembali ke tahap pencarian rekomendasi langkah perbaikan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
berupa rekomendasi langkah perbaikan yang merupakan hasil simulasi dari tahapan
metode penelitian, dengan mengetahui penyebab tidak tercapainya key performance indicator Departemen Engineering dalam penerapan computerized maintenance management system,
dan faktor yang mempengaruhi yang ketidaktercapaian key performance indicator di Departemen Engineering. Pada bagian saran akan disampaikan kemungkinan
pengembangan di masa datang dari hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini.
Hasil
dan Pembahasan
Implementasi Rekomendasi Langkah
Perbaikan Downtime
Implementasi untuk rekomendasi langkah perbaikan mengenai
penambahan sistem klasifikasi, distribusi, verifikasi downtime dan penambahan validator saat ini sudah disetujui oleh
pihak manajemen, dan saat ini akan dilakukan sosialisasi kemudian dilanjutkan
implementasi. Untuk rencana penambahan item
klasifikasi jenis kerusakan pada template
yang digunakan saat ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar
1. Penambahan Item Klasifikasi Jenis
Kerusakan.
Ketika downtime terjadi
user akan memilih jenis kerusakan
sehingga saat permintaan perbaikan dikirim melalui sistem, admin engineering tidak perlu melakukan
klasifikasi jenis kerusakan secara manual.
Implementasi Rekomendasi Langkah
Perbaikan Penyelesaian SPK Tepat Waktu
Terkait dengan jumlah dan jenis mesin serta peralatan yang
banyak di PT. XYZ, agar lebih efektif
maka dilakukan pendataan ulang terhadap aset sesuai dengan kebutuhan user saat ini, untuk peralatan dan mesin
yang tidak digunakan dialihkan ke bisnis unit yang lain. Pembuatan klasifikasi
jenis SPK berdasar prioritas pengerjaan yang dibedakan menjadi dua jenis: SPK
operasional (OP) yaitu SPK yang berhubungan dan berdampak langsung terhadap
proses produksi dan keselamatan kerja, SPK non operasional (Non OP) yaitu SPK
yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas produksi dan keselamatan
kerja. Klasifikasi SPK ini dibuat untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kinerja personil engineering.
Penerapan klasifikasi jenis SPK saat ini diterapkan di internal engineering yang dilakukan oleh admin engineering, dan akan ditambahkan pada
sistem pengajuan SPK oleh user
sehingga klasifikasi tidak dilakukan secara manual. Penambahan item klasifikasi jenis SPK pada template dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar
2. Penambahan Item Klasifikasi Jenis
SPK
Sistem klasifikasi jenis SPK ini akan
berdampak pada target pencapaian KPI dengan merubah cara perhitungan pencapaian
SPK, SPK yang dihitung hanya yang berkaitan langsung dengan proses produksi dan
keselamatan kerja dengan kata lain yang dihitung hanya SPK jenis operasional
(OP). Hal ini yang akan diusulkan ke pihak manajemen PT. XYZ.
Implementasi Rekomendasi Langkah
Perbaikan Penyelesaian Maintenance Tepat Waktu
Pembaharuan (update)
jenis mesin, item, dan jadwal maintenance dilakukan secara berkala
untuk memperoleh hasil yang optimal, template
item maintenance dapat dilihat pada
Gambar 3. Jadwal maintenance dapat
dilihat pada Gambar 3.
Diperbaharui secara berkala Diperbaharui secara berkala
Gambar
3. Template Item Maintenance.
Diperbaharui secara berkala
Gambar
4. Jadwal Maintenance.
Implementasi Rekomendasi Langkah
Perbaikan Kelancaran Jaringan Internet di Area Kerja
Untuk meningkatkan kelancaran jaringan internet di area kerja,
departemen IT akan melakukan beberapa langkah perbaikan yang akan
direalisasikan di pertengahan tahun 2024. Langkah perbaikan yang akan dilakukan
penggantian perangkat jaringan dengan menggunakan perangkat: Router, VLAN, dan Network Attached Storage (NAS), clustering
jaringan, dan standarisasi hak akses.
Implementasi Rekomendasi Langkah
Perbaikan Notifikasi yang Diberikan Akurat dan Sesuai Kondisi Aktual
Pada faktor yang disebabkan oleh mesin dari hasil observasi
ditemukan tidak semua mesin memiliki nomor aset, hal ini berdampak pada
identifikasi proses pembuatan SPK, downtime,
dan penyelesaian maintenance,
sehingga dilakukan pembaharuan nomor aset mesin dan peralatan secara bertahap.
Faktor penyebab yang disebabkan oleh metode pada proses penyelesaian SPK
terkait dengan rekapitulasi pada sistem tidak sesuai dengan kondisi aktual di
lapangan. Langkah perbaikan yang sudah dilakukan adalah:
1) Dengan menerapkan pembatasan waktu
persetujuan closing SPK pada sistem oleh user,
jika dalam kurun waktu tujuh hari tidak dilakukan closing oleh user maka
SPK akan closing otomatis secara
sistem.
2) Penambahan prosedur pada sistem, jika
SPK lama belum closing oleh user maka user tidak dapat membuat SPK
baru. Untuk template penambahan
prosedur ini dapat dilihat pada Gambar 5.
3) Penambahan status keterlambatan (overdue) pada sistem dalam penyelesaian
SPK.
4) Notifikasi SPK dari user akan muncul pada gadget engineer lapangan dan JSPV engineering. Notifikasi SPK yang muncul pada
gadget dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar
5. Penambahan Prosedur pada Template
SPK.
Gambar
6. Notifikasi SPK pada Gadget.
Implementasi Rekomendasi Langkah
Perbaikan Fitur yang Ditampilkan Sudah Sesuai Dengan Kebutuhan
Pemahaman user
mengenai operasional CMMS kurang hal ini disebabkan karena pelatihan
operasional belum dilakukan secara konsisten, pelaksanaan pelatihan bekerjasama
dengan departemen HRD, IT, dan engineering.
Peserta pelatihan ini mulai dari level staf, JSPV dan SPV dengan
mempertimbangkan gap analysis dari
matrik kompetensi. Contoh template training pada sistem di PT. XYZ dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar
7. Template Training pada Sistem PT.
XYZ
Evaluasi karyawan setelah dilakukan
pelatihan dilakukan oleh atasan melalui
aplikasi, hasil evaluasi akan digunakan oleh Departemen HRD untuk menentukan
rencana selanjutnya. Contoh evaluasi karyawan dapat dilihat pada Gambar 8
dibawah ini.
Gambar 8. Template Evaluasi Karyawan pada Aplikasi.
Hasil
Implementasi
Implementasi rekomendasi langkah perbaikan terdapat trend kenaikan capaian pada key performance indicator Departemen Engineering. Capaian downtime dapat dilihat pada Tabel 1,
capaian penyelesaian SPK pada Tabel 2, dan untuk capaian ketepatan penyelesaian
maintenance pada Tabel 3.
Tabel
1. Capaian Downtime 2023
Tahun |
Bulan |
Area Produksi |
Total Downtime |
||
A |
B |
C |
|||
% DT |
|||||
2023 |
Januari |
1.83 |
2.73 |
4.73 |
3.09 |
Februari |
1.61 |
4.95 |
3.87 |
3.48 |
|
Maret |
1.49 |
1.83 |
4.69 |
2.67 |
|
April |
1.00 |
4.96 |
3.72 |
3.23 |
|
Mei |
0.89 |
3.34 |
2.42 |
2.22 |
|
Juni |
1.26 |
6.30 |
1.94 |
3.17 |
|
Juli |
2.32 |
5.01 |
3.92 |
3.75 |
|
Agustus |
1.79 |
3.97 |
9.46 |
5.08 |
|
September |
2.75 |
4.22 |
3.28 |
3.42 |
|
Oktober |
2.52 |
1.54 |
4.63 |
2.90 |
|
Nopember |
2.29 |
3.02 |
6.58 |
3.96 |
|
Desember |
2.89 |
1.15 |
5.86 |
3.30 |
Bulan Nopember dan Desember terdapat trend penurunan downtime pada area produksi B dan C. Dan jika dibandingkan dengan
rata-rata downtime per tahun maka
capaian downtime 2023 mengalami
penurunan. Rata-rata downtime per
tahun dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Rata-rata Downtime per Tahun
Rata-rata Downtime (%) |
|||
Realisasi |
|||
2020 |
2021 |
2022 |
2023 |
6.52 |
13.00 |
4.04 |
2.75 |
Tabel 3. Capaian Penyelesaian SPK 2023
Bulan |
2020 |
2021 |
2022 |
2023 |
|
Januari |
49.32 |
75.61 |
69.69 |
64.42 |
|
Februari |
37.73 |
65.93 |
50.57 |
64.59 |
|
Maret |
79.13 |
67.86 |
75.22 |
69.41 |
|
April |
80.68 |
78.67 |
63.07 |
62.21 |
|
Mei |
70.90 |
54.69 |
66.16 |
68.34 |
|
Juni |
65.89 |
69.58 |
73.96 |
73.64 |
|
Juli |
67.43 |
65.54 |
76.64 |
74.73 |
|
Agustus |
78.91 |
63.20 |
73.31 |
61.86 |
|
September |
82.99 |
68.95 |
74.77 |
73.39 |
|
Oktober |
73.94 |
58.17 |
74.93 |
79.63 |
|
November |
79.13 |
55.96 |
72.99 |
89.47 |
|
Desember |
70.27 |
70.37 |
74.85 |
90.73 |
|
Average |
69.69 |
66.21 |
70.51 |
72.70 |
|
|
|
|
|
|
Tabel 4. Capaian Penyelesaian Maintenance Tepat Waktu
Bulan |
2020 |
2021 |
2022 |
2023 |
|
Januari |
100 |
92.61 |
93.43 |
0 |
|
Februari |
93.91 |
95.24 |
92.65 |
0 |
|
Maret |
100 |
98.27 |
91.10 |
0 |
|
April |
100 |
93.82 |
91.82 |
0 |
|
Mei |
100 |
67.61 |
91.43 |
0 |
|
Juni |
100 |
94.32 |
95.99 |
100 |
|
Juli |
100 |
93.04 |
96.27 |
100 |
|
Agustus |
100 |
97.33 |
97.16 |
100 |
|
September |
100 |
90.21 |
98.94 |
66.67 |
|
Oktober |
100 |
89.32 |
91.10 |
73.77 |
|
November |
100 |
84.97 |
94.37 |
100 |
|
Desember |
100 |
84.75 |
90.61 |
100 |
Kesimpulan
Ketidaktercapaian key performance
indicator (KPI) dari Departemen Engineering PT. XYZ disebabkan oleh beberapa
faktor: klasifikasi, distribusi, dan verifikasi downtime yang dilakukan secara
manual; rekapitulasi downtime yang tidak akurat karena hanya divalidasi oleh
user; belum adanya prioritas jenis mesin yang digunakan oleh user; belum adanya
klasifikasi jenis surat perintah kerja (SPK); serta mesin dan item perawatan
yang belum seluruhnya terdaftar. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah
perbaikan perlu dilakukan: penambahan sistem klasifikasi, distribusi, dan
verifikasi downtime pada aplikasi; penambahan validator pada pelaporan
downtime; simplifikasi mesin dan peralatan; pembuatan sistem klasifikasi jenis
surat perintah kerja (SPK); serta pembaruan data mesin, item perawatan, dan
jadwal maintenance secara konsisten. Selain itu, langkah perbaikan terhadap
penerapan computerized maintenance management system (CMMS) meliputi
penggantian perangkat jaringan, standarisasi hak akses, penambahan sistem klasifikasi
distribusi secara otomatis, melengkapi nomor aset, serta pelatihan operasional
CMMS secara reguler dan konsisten.
BIBLIOGRAFI
Aguinis, H. (2023). Performance management. SAGE
Publications.
Alieva, J., & Powell,
D. J. (2022). The significance of employee behaviours and soft management
practices to avoid digital waste during a digital transformation. International
Journal of Lean Six Sigma, 14(1), 1–32.
Armstrong, M., &
Taylor, S. (2006). Human resource management practice. Distributed Computing
(10th Ed.). Https://Doi. Org/10.1002/9781118802717.
Buer, S.-V., Semini, M.,
Strandhagen, J. O., & Sgarbossa, F. (2021). The complementary effect of
lean manufacturing and digitalisation on operational performance. International
Journal of Production Research, 59(7), 1976–1992.
Chamorro-Premuzic, T.
(2021). The essential components of digital transformation. Harvard Business
Review, 13, 1–6.
Coccia, M. (2018). The
Fishbone diagram to identify, systematize and analyze the sources of general
purpose Technologies. Journal of Social and Administrative Sciences, 4(4),
291–303.
Ge, J., Sigsgaard, K. V.,
Agergaard, J. K., Mortensen, N. H., Khalid, W., & Hansen, K. B. (2022).
Improving periodic maintenance performance: a grouping and heuristic approach. International
Journal of Quality & Reliability Management, 40(3), 845–862.
Kampkötter, P. (2017).
Performance appraisals and job satisfaction. International Journal of Human
Resource Management, 28(5), 750–774.
https://doi.org/10.1080/09585192.2015.1109538
Koukouvinou, P., Simbi,
N., & Holmström, J. (2023). Managing unbounded digital transformation:
exploring the role of tensions in a digital transformation initiative in the
forestry industry. Information Technology & People, 36(8),
43–68.
Laudon, K. C., &
Laudon, J. P. (2004). Managing the digital firm. Managing Information
Systems, 197–200.
Lundgren, C., Bokrantz,
J., & Skoogh, A. (2021). A strategy development process for Smart
Maintenance implementation. Journal of Manufacturing Technology Management,
32(9), 142–166.
Pereira, J., Varajão, J.,
& Takagi, N. (2022). Evaluation of information systems project
success–Insights from practitioners. Information Systems Management, 39(2),
138–155.
Russell, R., &
Taylor, B. (2011). Operation Management Creating Value Along the Supply
Chain. DHL.
Sugiyono. (2015). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D), 308.
Ullrich, A., Reißig, M.,
Niehoff, S., & Beier, G. (2023). Employee involvement and participation in
digital transformation: a combined analysis of literature and practitioners’
expertise. Journal of Organizational Change Management, 36(8),
29–48.
Copyright
holder: Maria Nicolas Ganden Gondho Winoto,
Bagus Jati Santoso, Mokh. Suef (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |