Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 5, Mei 2024

 

ANALISA MULTI FAKTOR TERHADAP PENINGKATAN VALUE PENJUALAN BATUBARA INDONESIA UNTUK EKSPOR

 

Mohammad Bimo Husodo1*, Iwan Vanany2

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia1,2

Email: [email protected]*

 

Abstrak

Tingginya permCCCintaan batubara memberikan prospek pasar yang menarik bagi para eksportir batubara Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor tertentu terhadap peningkatan nilai penjualan batubara untuk ekspor di Indonesia selama periode 2019-2022. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penelitian ini meliputi nilai tukar rupiah, produksi batubara, permintaan batubara dalam negeri, dan harga acuan batubara serta penggunaan renewable energy. Metode analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hubungan antara variabel-variabel ini dengan peningkatan nilai penjualan batubara untuk ekspor. Faktor lain yang mempengaruhi adalah permsalahan geopolitik yang mencakup perang/invasi suatu negara, perang dagang, perang mata uang dan perubahan teknologi untuk energi terbarukan. Metode Analytic Heirarky Process (AHP) digunakan untuk menguji hubungan antara variabel-variabel terhadap nilai penjualan batubara untuk ekspor. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan terkait dalam mengelola sektor batubara, serta dapat digunakan sebagai dasar untuk perumusan kebijakan yang lebih efektif dalam memaksimalkan penerimaan negara dari sumber daya alam ini dan meningkatkan daya saing industri batubara Indonesia di pasar internasional.

Kata Kunci: Batubara, Ekspor, Nilai Tukar Rupiah, Produksi Batubara, Permintaan Batubara, Harga Acuan Batubara

 

Abstract

The high demand for coal presents attractive market prospects for Indonesian coal exporters. This research aims to analyze the influence of specific factors on the increase in the value of coal sales for export in Indonesia during the period 2019-2022. The factors considered in this study include the exchange rate of the rupiah, coal production, domestic coal demand, coal benchmark prices, and the use of renewable energy. Multiple linear regression analysis is employed to test the relationship between these variables and the increase in the value of coal sales for export. Other influencing factors are geopolitical issues, including war/invasion of a country, trade wars, currency wars, and changes in technology for renewable energy. The Analytic Heirarky Process (AHP) method is used to test the relationships between variables and the value of coal sales for export. The results of this research can provide valuable insights for the Indonesian government and stakeholders in managing the coal sector. Additionally, it can serve as a basis for formulating more effective policies to maximize state revenue from this natural resource and enhance the competitiveness of the Indonesian coal industry in the international market.

Bagian Atas FormulirKeywords: Coal, Exports, Rupiah Exchange Rate, Coal Production, Coal Demand, Coal Reference Price

Pendahuluan

Indonesia memiliki cadangan batubara sebesar 35,05 Miliyar ton pada akhir tahun 2022 yang membawa Indonesia ke dalam peringkat 6 (enam) cadangan batubara terbesar di dunia (Nasution, 2022). Pulau Kalimantan menyumbang 66% dari total seluruh cadangan batubara di Indonesia.

Dengan jumlah cadangan yang besar, tidak heran Indonesia menjadi produsen batubara ke-4 terbesar di dunia pada tahun 2022 dengan total produksi sebesar 663 Juta Ton dan menjadi eksportir batubara terbesar di dunia dengan total 465,34 Juta Ton batubara Indonesia diekspor pada tahun 2022 ke lebih dari 35 negara atau sebesar 74% dari total produksi tersebut di ekspor (Juniarty, 2022).

Perdagangan internasional terjadi karena ada permintaan dan penawaran dari negara-negara asing terkait dengan kebutuhan produk tertentu yang dihasilkan oleh suatu negara. Dengan adanya perdagangan internasional, hal ini akan meningkatkan cadangan devisa negara (Gaspar, 2020). Dalam menjalankan industri, ketersediaan bahan bakar untuk menggerakkan mesin industri sangat penting. Oleh karena itu, setiap negara berupaya untuk memastikan pasokan energi yang memadai untuk menjaga kelangsungan kegiatan industri (Salvatore, 2007). Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam pasar batubara dunia, sebagai salah satu eksportir terbesar. Seiring berjalannya waktu, ekspor batubara telah menjadi salah satu penyumbang utama pendapatan negara melalui penerimaan negara bukan pajak (royalti batubara). Dalam ini, penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan negara bukan pajak (royalti batubara) dan peningkatan value penjualan batubara untuk ekspor menjadi semakin penting (Lestari et al., 2019).

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, tujuan utama ekspor batubara Indonesia adalah India, dengan jumlah mencapai 895,529 juta ton. Menurut BP Statistical Review of World Energy, Indonesia saat ini menempati peringkat ke-10 dalam cadangan batubara global, dengan persentase sekitar 3,1% dari total cadangan batubara global. Lebih lanjut, ekspor batubara Indonesia membentuk sekitar 70 hingga 80 persen dari produksi total, sedangkan sisanya dijual di pasar domestik. Namun, penjualan dalam negeri tidak begitu signifikan karena konsumsi batubara di Indonesia relatif rendah, mendorong negara ini untuk melakukan ekspor batubara. Volume ekspor batubara dan pemenuhan konsumsi nasional bergantung pada produksi batubara Indonesia. Informasi dari Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) dan Kementerian ESDM tahun 2020 mencatat fluktuasi ekspor batubara Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti penurunan ekonomi global, penurunan permintaan batubara, dan peraturan pemerintah (Majid & Sukim, 2021).

Produksi dan ekspor memiliki korelasi positif, di mana peningkatan produksi mengakibatkan peningkatan volume batubara yang dapat diekspor (Airlangga, 2007). Kumbayana (2015) menambahkan bahwa fluktuasi harga batubara sangat tergantung pada kualitas batubara yang dihasilkan. Jumlah ekspor mencerminkan penawaran perdagangan, sesuai dengan temuan Komalasari (2022) yang menyatakan bahwa produksi memiliki dampak positif pada penawaran ekspor, menjadikannya salah satu faktor utama yang mempengaruhi ekspor. Persediaan melimpah dan murah secara insentif serta mengimpor barang yang produksinya menggunakan faktor produksi dengan persediaan langka dan mahal secara insentif (Rizki & Setiawan, 2022).

Menurut Lipsey (2001) terdapat hubungan positif antara harga komoditas dan jumlah penawaran komoditas tersebut, di mana peningkatan harga akan meningkatkan jumlah komoditas yang ditawarkan. Selain itu, nilai tukar juga berpengaruh terhadap aktivitas ekspor. Pengaruh nilai tukar terhadap ekspor adalah jika nilai tukar Rupiah menguat (apresiasi), maka ekspor akan cenderung menurun karena harga komoditas ekspor menjadi lebih mahal di pasar internasional. Sebaliknya, jika nilai tukar Rupiah melemah (depresiasi), maka ekspor akan meningkat karena harga komoditas ekspor menjadi lebih terjangkau bagi importir asing, mendorong mereka untuk membeli komoditas ekspor Indonesia. Model Mundell Fleming dalam Froyen (2003) menjelaskan bahwa peningkatan nilai tukar akan mengakibatkan peningkatan ekspor, menunjukkan adanya hubungan positif antara kegiatan ekspor dan nilai tukar. Wulandari (2014) juga berpendapat bahwa nilai tukar memiliki korelasi positif dengan ekspor.

Faktor yang lain yang mempengauhi nilai ekspor batu bara adalah faktor geopolitik. Faktor geopolitik melibatkan analisis kekuatan dan dinamika antarnegara, strategi geopolitik suatu wilayah, kontrol terhadap sumber daya alam, serta peran kekuatan besar dalam membentuk dan mempengaruhi urusan internasional (Hanif & Taufiq, 2023). Geopolitik dapat membantu menjelaskan konflik dan kerjasama antarnegara, pembentukan aliansi, serta perubahan dinamika kekuasaan di tingkat global.

Dalam konteks ekspor batu bara, geopolitik memiliki keterkaitan erat dengan nilai ekspor batu bara suatu negara. Salah satu aspeknya adalah terjadinya perang atau invasi suatu negara. Konflik bersenjata dapat mengganggu pasokan dan distribusi batu bara dari suatu wilayah, mengakibatkan ketidakpastian dalam pasokan energi global. Selain itu, perang dagang juga dapat memengaruhi perdagangan batu bara antar negara, dengan adanya kebijakan tarif atau pembatasan ekspor yang dapat mempengaruhi pasokan dan harga batu bara (Nurcahyaningsih et al., 2022).

Perang mata uang juga dapat berdampak pada perdagangan batu bara. Fluktuasi nilai tukar mata uang dapat memengaruhi harga batu bara di pasar internasional dan dapat menciptakan tantangan ekonomi bagi negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor batu bara (Pratama et al., 2016). Selain itu, perubahan teknologi untuk energi terbarukan memiliki dampak besar terhadap permintaan batu bara (Rahmawan, 2019). Negara-negara yang beralih ke sumber energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada batu bara, sedangkan negara-negara yang masih mengandalkan batu bara mungkin menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan tren energi terbarukan.

Selama periode 2019-2022, Indonesia mengalami perubahan signifikan di sektor ekonomi dan dampak global. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk memahami bagaimana faktor ekonomi dan global memengaruhi ekspor batubara. Variabel ekonomi melibatkan nilai tukar, produksi, permintaan, harga, dan energi terbarukan, sedangkan faktor global mencakup perang, perang dagang, perang mata uang, dan teknologi energi terbarukan. Penelitian berjudul "Analisis Multi Faktor Terhadap Peningkatan Value Penjualan Batubara Indonesia Untuk Ekspor" bertujuan menjawab pertanyaan tentang pengaruh variabel tersebut. Tujuan melibatkan pemahaman dampak nilai tukar, produksi, permintaan, harga, dan energi terhadap ekspor batubara serta faktor global dalam peningkatan value penjualan. Manfaatnya melibatkan kontribusi akademis, informasi kebijakan, pemangku kepentingan industri, pemahaman risiko, dan menjadi dasar penelitian lanjutan. Batasan penelitian mencakup periode 2019-2022, faktor ekonomi tertentu, dan penggunaan metode analisis kuantitatif dan kualitatif.

 

Metode Penelitian

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan kuantitatif untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan nilai penjualan batubara ekspor di Indonesia. Pendekatan deskriptif memberikan gambaran sistematis tentang situasi dan populasi, melibatkan variabel-variabel terkait (Abubakar, 2021). Sementara itu, pendekatan kuantitatif mengandalkan data sekunder resmi untuk menganalisis dampak faktor-faktor tersebut. Analisis data melibatkan metode regresi linier berganda dan Analytic Heirarky Process (AHP) untuk memahami interaksi kompleks antar variabel.

Unit analisis terbagi menjadi lima fokus utama, termasuk nilai tukar rupiah, produksi batubara, permintaan ekspor, harga acuan, dan penggunaan energi terbarukan. Sampel diambil dari perusahaan pertambangan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) tahap Operasi Produksi, menggunakan metode purposive sampling. Analisis data melibatkan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis korelasi, dan uji hipotesis untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Penerapan AHP memungkinkan pembobotan variabel-variabel berdasarkan tingkat pengaruhnya, membantu identifikasi faktor utama dan prioritas. Meskipun penelitian ini memberikan wawasan mendalam, perlu dicatat bahwa ketergantungan pada data sekunder dapat membatasi akurasi dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, interpretasi hasil dan rekomendasi harus dilakukan dengan hati-hati, mempertimbangkan keterbatasan tersebut. Metodologi ini diharapkan memberikan pandangan yang komprehensif bagi pemangku kepentingan di sektor pertambangan batubara dan pemerintah.

 

Hasil dan Pembahasan

Analisis data dan pembahasan pada penelitian ini yaitu meliputi Analytic Heirarky Process dan Analisis regresi tentang multifaktor Terhadap Peningkatan Value Penjualan Batubara Indonesia Untuk Ekspor dengan beberapa faktor yaitu nilai tukar, volume produksi, permintaan, fluktuasi harga, penggunaan energi terbarukan, perang/invasi suatu negara, perang dagang, perang mata uang, dan perubahan teknologi. Setelah dilakukan analisis di atas, adapun langkah selanjutnya memberikan alternatif dari hubungan tiap-tiap variabel dalam meningkatkan value penjualan batu bara Indonesia untuk ekspor.

A.     Analisis Statistik Deskriptif

Salah satu pengolahan data dalam penelitian explanatory adalah menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data dan meringkas data yang diteliti. Penggunaan statistik deskriptif dapat mempermudah pengamatan melalui perhitungan data, rata-rata data, dan standart deviasi, sehingga diperoleh gambaran data-data penelitian secara garis besar.

Nilai minimum variabel menunjukkan nilai terendah dan nilai maksimum variabel menunjukkan nilai tertinggi dari masing-masing variabel. Rata-rata data (Mean) menggambarkan kisaran nilai data sedangkan nilai standar deviasi (Standard Deviation) menunjukkan penyebaran dari suatu data terhadap rata-rata data tersebut. Semakin kecil nilai standar deviasi maka nilai data akan semakin dekat tersebar dengan nilai rata-rata. Sebaliknya, semakin besar nilai standar deviasi, maka nilai-nilai data akan semakin jauh tersebar dari nilai rata-ratanya. Terdapat enam variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu nilai ekspor batu bara sebagai variabel terikat, nilai tukar Rupiah, produksi batubara, permintaan batubara dalam negeri, harga batubara acuan, dan Penggunaan Energi terbarukan sebagai variabel bebas. Pengukuran statistik deskriptif pada penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan program MS Windows Excel 2013. Periode pengujian sampel dalam penelitian ini dilakukan pada suatu periode pengamatan yang berkelanjutan (time series) selama sepuluh tahun yaitu dari tahun 2019 hingga 2023.

 

 

B.     Uji Asumsi Klasik

Syarat pendugaan model regresi linear berganda yang baik adalah dengan terpenuhinya empat asumsi klasik. Pengujian empat asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi linear berganda. Uji Asumsi Klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas, dan Uji Heteroskedastisitas.

Uji Normalitas dilakukan pada model regresi dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah variabel bebas dan terikat memiliki distribusi normal. Pengujian dilakukan menggunakan grafik Normal P-P Plot dan Uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil grafik, terlihat bahwa data residual menyebar secara normal, dan nilai Asymp. Sig (2-tailed) dari uji Kolmogorov-Smirnov juga menunjukkan distribusi normal (0,697 > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

Uji Autokorelasi dilakukan untuk menilai korelasi antara residual pada periode t dengan periode sebelumnya. Uji Durbin-Watson menghasilkan nilai 2,776, yang tidak berada dalam daerah adanya atau tidak adanya autokorelasi. Untuk memastikan, dilakukan uji Run Test yang menunjukkan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 1, menunjukkan bahwa residual bersifat random, sehingga tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas menggunakan grafik Scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tanpa membentuk pola tertentu, menunjukkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas dalam model regresi.

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengevaluasi keterkaitan antar variabel bebas. Nilai tolerance dan VIF. Semua nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, menunjukkan tidak adanya multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.

C.     Analisis Regresi Linier Berganda

Model regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas, yaitu niali tukar Rupiah (X1), produksi batubara (X2), permintaan batubara dalam negeri (X3), harga batubara acuan (X4) dan penggunaan energi terbarukan (X5) terhadap variabel terikat yaitu ekspor batubara (Y). Dengan menggunakan bantuan SPSS 25.0 didapat model regresi seperti pada Tabel 1.

 

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi linier

Coeeficientsa

 

 

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

 

 

t

 

 

Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant)

.077

1.237

 

.062

.953

X1

.160

.108

.058

1.483

.198

X2

.839

.081

.761

10.416

.000

X3

.023

.078

.014

.299

.777

X4

.199

.055

.237

3.599

.016

X5

.021

.051

.015

.300

.000

a. Dependent Variable: Y

 

Berdasarkan pada tabel 1 didapatkan persamaan model regresi linier sebagai berikut:

Y = 0,077 + 0,160X1 + 0,839X2 + 0,023X3 + 0,199X4 + 0,021X5

 

D.     Analytic Heirarky Process

Hasil yang diharapkan dari tahap ini adalah pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana setiap kriteria berinteraksi satu sama lain. Hubungan yang saling tergantung antar kriteria ini nantinya akan menjadi dasar untuk membangun jaringan keputusan (decision network) yang akan digunakan dalam proses perbandingan berpasangan (pairwise comparison).

Dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan, dapat memetakan dan mengukur hubungan relatif antara kriteria dan subkriteria dan membantu dalam proses pengambilan keputusan yang lebih informatif dan lebih terinformasi. Berikut hasil dari Analytic Heirarky Process (AHP):


Gambar 1. Diagram Analytic Heirarky Process

 

Pada identifikasi hubungan antar alternative dan sub alternative terdapat dua jenis hubungan antar kriteria/sub-kriteria tersebut, yaitu inner dependence dan outer dependence. Inner dependence merupakan hubungan yang terjadi antar subkriteria di dalam kriteria yang sama. Pada Gambar 1 dapat dilihat ada hubungan inner dependence pada kriteria perang atau invasi pada suatu negara dengan perang dagang dalam alternative Prioritas negara yang tidak terlibat dalam perang dagang. Seperti, perang atau invasi suatu negara mempengaruhi perang dagang yang terbentuk karena umumnya perang dagang terjadi karena stabilitas politik yang terbentuk dan dapat dilihat juga imbas dari invasi ini seperti apa terhadap perputaran pasokan dari industri batu bara karena semakin besar perang atau invasi atau keterlibatan negara lain dalam perang tersebut maka juga semakin besar sehingga seringkali perang dagang juga akan semakin ketat untuk alternative dengan nilai yang besar. Contoh lainnya adalah pada sub-kriteria investasi dalam teknologi terbarukan pada kriteria Investasi dalam teknologi terbarukan mempengaruhi sub alternative perang mata uang pada alternative Meningkatkan fokus pada pasar yang tidak ikut perang dan peningkatan strategi pemasaran dan distribusi. Hal tersebut karena umumnya subkontraktor yang memiliki modal besar akan berbeda dengan subkontraktor yang memiliki modal kecil, sehingga seringkali untuk akan berusaha untuk mengembangkan teknologi terbarukan untuk memudahkan dalam industri mereka. Semua hubungan inner dependence dan outer dependence antar sub alternative secara otomatis akan mempengaruhi nilai dalam proses pengambilan keputusan.

 

Gambar 2. Unweighted Supermatriks

 

Berdasarkan hasil dari Unweighted Supermatriks yang sudah terbentuk maka penilaian alternatif yang didapat sebagai berikut:

 

Tabel 2. Bobot Faktor Eksternal

Criteria

Sub-criteria

Presentase

Perang atau Invasi

Gangguan Infrastruktur dan logistik

59,36%

Ketidakpastian Politik

65,19%

Perubahan Kebijakan Perdagangan Internasional

65,19%

Perang Dagang

Fluktuasi Mata Uang

65,19%

Ketidakpastian Ekonomi Global

0,00%

Permintaan Global dan Konsumsi Energi

59,36%

Tarif dan Pembatasan Impor

66,07%

Perang Mata Uang

Intervensi Mata Uang

66,07%

Keamanan dan Geopolitik

65,19%

Kurs Mata Uang

65,19%

Neraca Perdagangan

58,41%

Perubahan Teknologi Energi

Adopsi teknologi oleh Mitra Dagang

66,07%

Efisiensi dan Efektivitas Teknologi Terbarukan

66,07%

Investasi dan Inovasi dalam Industri terkait

65,19%

Pergeseran Prefensi Konsumsi Global

65,19%

 

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan dari 3 kriteria dengan bobot terbesar ada pada Perubahan Teknologi Energi dengan nilai bobot dengan masing-masing sub-kriteria adalah 66,07%, 66,07%, 65,19%, dan 65,19%. yang kedua adalah Perang Mata Uang dengan nilai bobot dari masing-masing sub kriteria adalah 66,07%, 65,19%, 65,19%, dan 58,41%. kemudian Faktor Perang Dagang sebesar 65,19%; 0%; 59,36% dan 66.07%. Selanjutnya factor Perang atau Invasi sebesar 59,36%, 65,19% dan 65,19%. Perbedaan tidak terlalu signifikan terdapat pada peringkat pertama, kedua, ketiga dan keempat. Dengan dasar tersebut maka, factor yang memiliki pengaruh terdapat pada kriteria Perubahan Teknologi Energi dengan sub kriterianya yaitu: Adopsi teknologi oleh Mitra Dagang, Efisiensi dan Efektivitas Teknologi Terbarukan, Investasi dan Inovasi dalam Industri terkait, dan Pergeseran Prefensi Konsumsi Global. hal tersebut dikarenakan terdapat banyak outer dependence yang mempengaruhi sub alternative tersebut hingga sub alternative tersebut naik pada saat proses pembobotan menggunakan metode AHP dengan bantuan software Super Decision

Selain itu juga berdasarkan hasil dari Unweighted Supermatriks yang sudah terbentuk maka penilaian alternatif yang didapat sebagai berikut:

 

Tabel 3. Bobot Alternative Keputusan

Alternative

Sub-Criteria

Presentase

Program Pasar Baru Batu Bara Orientasi Ekspor

Perang atau invasi suatu negara

23,96%

Perang dagang

23,06%

Perang mata uang

22,15%

Perubahan teknologi energi

22,15%

Program Rantai Pasok Batu Bara Internasional

Perang atau invasi suatu negara

12,76%

Perang dagang

13,36%

Perang mata uang

12,3%

Perubahan teknologi energi

12,2%

Program Reduksi Emisi Karbon pada PLTU (Batu Bara) dan lainnya

Perang atau invasi suatu negara

63,16%

Perang dagang

63,33%

Perang mata uang

63,65%

Perubahan teknologi energi

65,55%

 

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan dari 3 alternatif dengan bobot terbesar ada pada Program Reduksi Emisi Karbon pada PLTU (Batu Bara) dan lainnya dengan nilai bobot dengan masing-masing kriteria adalah 63,16%, 63,33%, 63,65% dan 65,55%. yang kedua adalah Program Pasar Baru Batu Bara Orientasi Ekspor dengan nilai bobot dari masing-masing kriteria adalah 23,96%; 23,06%; 22,15% dan 22,15%, kemudian Program Rantai Pasok Batu Bara Internasional sebesar 12,76%; 13,36%; 12,3% dan 12,2%. Perbedaan terbesar antar sub alternative terdapat pada peringkat pertama kedua dan ketiga hal tersebut dikarenakan terdapat banyak outer dependence yang mempengaruhi sub alternative tersebut hingga sub alternative tersebut naik pada saat proses pembobotan menggunakan metode AHP dengan bantuan software Super Decision.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pembahasan sebelumnya, beberapa kesimpulan dapat diambil. Pertama, kriteria dan subkriteria terpenting dalam pemilihan subkontraktor di perusahaan batubara adalah tarif dan pembatasan impor, intervensi mata uang, adopsi teknologi oleh mitra dagang, dan efisiensi serta efektivitas teknologi terbarukan, dengan bobot masing-masing sebesar 66,07%. Kedua, melalui Analytic Heirarky Process, dapat diambil keputusan bahwa Program Reduksi Emisi Karbon pada PLTU (Batu Bara) dan program lainnya di perusahaan batubara memiliki bobot kriteria antara 63,16% hingga 65,55%. Selanjutnya, analisis statistik terhadap variabel pengaruh terhadap volume ekspor batubara menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah, produksi batubara, harga batubara acuan, dan penggunaan energi terbarukan memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap volume ekspor batubara. Terakhir, untuk pengembangan penelitian selanjutnya, disarankan agar metode pemilihan alternative dievaluasi secara rutin dan disusun metode evaluasi kinerja portfolio alternative perusahaan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Evaluasi tersebut perlu dilakukan setiap tahun untuk memastikan kesesuaian metode dengan tujuan perusahaan.

 

BIBLIOGRAFI

 

Abubakar, H. R. (2021). Pengantar metodologi penelitian. SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.

Airlangga, B. (2007). Analisis Pengaruh Jumlah Produksi Kelapa Sawit, Harga dan Kurs Dollar Amerika Terhadap Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Periode1994-2006. Skripsi, Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Froyen, R. T. (2003). Macroeconomic “Theories and Policies”. Carahnya Prentice-Hall. Gemmell, N. 1996. Evaluating the Impact of Export Stock and Accumulation on Economic Growth: Some New Evidence. Oxford Bulletin of Economics and Statistics, 58, 9–28.

Gaspar, J. M. (2020). Paul Krugman: Contributions to geography and trade. Letters in Spatial and Resource Sciences, 13(1), 99–115.

Hanif, N., & Taufiq, M. (2023). Pengaruh Nilai Tukar, Volume Produksi, Hba, Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Nilai Ekspor Batubara Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan STIE Muhammadiyah Palopo, 9(1), 267–280.

Juniarty, D. (2022). Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Harga Acuan Batu Bara, Pendapatan Nasional, Dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Ekspor Batu Bara Indonesia Ke Cina, Periode Tahun 2000–2020.

Komalasari, D., & Wulandari, S. (2022). Pengaruh Variasi Tekanan pada Modifikasi Briket Batubara Terhadap Waktu Sulut. Jurnal Teknik Mesin, Industri, Elektro Dan Informatika, 1(4), 29–38.

Kumbayana, I., & Swara, W. Y. (2015). Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun 1992-2012. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 4(2), 90–95.

Lestari, H. P., Wahyuningsih, S., & Amijaya, F. D. T. (2019). Prediksi Klasifikasi Royalti Batubara Menggunakan Algoritma Fuzzy K-Nearest Neighbor. EKSPONENSIAL, 10(1), 81–88.

Lipsey, R. G. (2001). Successes and failures in the transformation of economics. Journal of Economic Methodology, 8(2), 169–201.

Majid, F. Z., & Sukim, S. (2021). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Ekspor Riil Batu Bara Indonesia Tahun 2013-2019. Seminar Nasional Official Statistics, 2021(1), 99–110.

Nasution, R. (2022). Analisis Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing (Studi pada Divisi Bisnis Strategis Mineral dan Batubara PT Surveyor Indonesia). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pakuan.

Nurcahyaningsih, T. W. I., Astuti Rahayu, S. E., Purwiyanta, M., & Purwiyanta, M. S. (2022). Pengaruh Harga Internasional Batubara, Harga Internasional Minyak Bumi dan Gross Domestic Product Per Capita Terhadap Permintaan Ekspor Batubara Indonesia Ke Jepang Tahun 2000-2020. SINOMIKA Journal: Publikasi Ilmiah Bidang Ekonomi Dan Akuntansi, 1(4), 933–950.

Pratama, D., Suharyono, S., & Yulianto, E. (2016). Analisis Nilai Tukar Rupiah, Produksi Batubara, Permintaan Batubara dalam Negeri dan Harga Batubara Acuan terhadap Volume Ekspor Batubara Indonesia (Studi|| pada Ekspor Batubara Indonesia Tahun| 2005-2014). Brawijaya University.

Rahmawan, E. P. (2019). Analisis Pengaruh Produksi Batubara, Harga Batubara Acuan Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Volume Ekspor Batubara Indonesia (Studi Pada Ekspor Batubara Indonesia Tahun 2001-2017). Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rizki, M. K., & Setiawan, N. D. (2022). Pengaruh jumlah produksi, kurs Dollar, dan permintaan dalam negri batubara terhadap jumlah ekspor batubara Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 11(06), 659.

Salvatore, A. (2007). The public sphere: liberal modernity, Catholicism, Islam. Springer.

Wulandari, N. (2014). Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier di PT. Alfindo Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). JSiI (Jurnal Sistem Informasi), 1.

 

 

Copyright holder:

Mohammad Bimo Husodo, Iwan Vanany (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: