Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
9, No. 6, Juni 2024
ANALISIS KELELAHAN
KERJA DAN PENGETAHUAN PADA WELDER TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA DAN KINERJA KARYAWAN DI PT IHI POWER SERVICE INDONESIA
Ditha Damayanti1*,
Bernard Hasibuan2, Soehatman Ramli3, Sugiarto4
Universitas Sahid, Jakarta, Indonesia1,2,3
Universitas Bhamada, Slawi Tegal, Indonesia4
Email: [email protected]1*, [email protected]2, [email protected]3,
[email protected]4
Abstrak
Welder merupakan salah satu pekerja yang mempunyai risiko
kelelahan paling tinggi karena harus bekerja pada area kerja yang panas, postur
tubuh yang janggal, radiasi, kontak langsung dengan material yang mengandung
bahan kimia berbahaya dan disertai dengan tekanan yang cukup besar untuk
mencapai target. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelelahan dan
pengetahuan welder
terhadap
produktivitas kerja dan kinerja karyawan. Metode penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan studi cross
sectional dengan
menggunakan desain analisis Structural
Equation Modeling (SEM).
Besar sampel yang digunakan adalah 160 orang juru las di PT IHI Power Service
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelelahan tidak mempunyai
pengaruh terhadap kinerja karyawan (p-value 0,965) dan produktivitas kerja
(p-value 0,451) dan pengetahuan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
kinerja karyawan (p-value 0,030) dan produktivitas kerja (p-value 0,003). Manajemen
dapat merancang program pelatihan yang berfokus pada peningkatan pengetahuan
teknis dan keterampilan yang relevan untuk meningkatkan kinerja mencakup
pemahaman terkini tentang teknologi, prosedur kerja, dan inovasi dalam
industri.
Kata Kunci
: kelelahan kerja, pengetahuan, kinerja karyawan, produktivitas kerja
Abstract
Welder is one of the workers who has the highest risk
of fatigue because they have to work in hot work areas, awkward posture,
radiation, direct contact with materials containing hazardous chemicals and
accompanied by considerable pressure to reach the target. This study used
questionnaires as a research instrument. This study aims to analyze fatigue and
welder knowledge on work productivity and employee performance. This research method
is a quantitative method with cross sectional studies using the Structural
Equation Modeling (SEM) analysis design. The sample size used was 160 welders
at PT IHI Power Service Indonesia. The results showed that fatigue had no
effect on employee performance (p-value 0.965) and work productivity (p-value
0.451) and knowledge had a significant positive influence on employee
performance (p-value 0.030) and work productivity (p-value 0.003)
Keywords: work fatigue, knowledge, employee performance, work
productivity
Pendahuluan
Angka
kecelakaan kerja di Indonesia, termasuk Penyakit Akibat Kerja (PAK), terus
meningkat dalam tiga tahun terakhir. Laporan BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan
bahwa 234.372 kasus kecelakaan kerja terjadi pada 2021, 298.137 pada 2022, dan
315.579 pada Oktober 2023 (Kementerian Ketenagakerjaan RI, 2023).
Dalam
pidato memperingati bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional di
Kawasan Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Menteri
Ketenagakerjaan Indonesia Ida Fauziyah menyatakan bahwa masyarakat Indonesia
masih kesulitan meningkatkan kesadaran tentang K3 di tempat kerja. Membangun
budaya K3 yang kuat adalah bagian penting dari pembangunan ekosistem
ketenagakerjaan yang unggul. Dengan adanya budaya K3 yang kuat, diharapkan
angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan dapat ditekan dan
produktivitas kerja akan meningkat. Sistem Manajemen K3 (SMK3) diterapkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jadi, budaya K3 melekat pada semua orang
di perusahaan dan meningkatkan produktivitas kerja.
Faktor
pribadi berkontribusi terhadap berkembangnya aktivitas berbahaya. Faktor
pribadi mencakup berbagai aspek seperti kemahiran, kesadaran, keahlian,
pendidikan, watak, aktivitas fisik, usia, kelelahan kerja, dorongan,
penyalahgunaan zat, penyakit, tuntutan kerja, dan kepuasan kerja (Desmayanny et al., 2020). Derajat kelelahan
kerja yang dialami masing-masing pekerja berbeda-beda tergantung pada sifat
aktivitasnya. Kelelahan kerja menyumbang hingga 50% kecelakaan kerja (Tarwaka, 2014).
PT IHI Power Service Indonesia adalah perusahaan fabrikasi baja
yang terletak di kawasan industri berat di Kabupaten Serang. Perusahaan ini
mengkhususkan diri dalam pembuatan suku cadang tekanan boiler, perpipaan, HSRG (heat
recovery steam generator), struktur baja, dan alat berat. Perusahaan ini
memiliki kapasitas produksi yaitu puluhan ribu ton struktur baja setiap
tahunnya, bersama dengan lima ribu ton paket dan komponen boiler. PT IHI Power Service Indonesia saat
mempunyai welder sebanyak 261 orang yang
sudah tersertifikasi Kemnaker maupun ASME Sec. IX & Migas.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan head section safety PT IHI Power Service
Indonesia, temuan tentang perilaku tidak selamat yang dilakukan oleh karyawan
menunjukkan bahwa perilaku keselamatan karyawan seringkali tidak sesuai dengan
harapan. PT IHI Power Service Indonesia menerapkan program K3 yang meliputi
pelaksanaan tool box meeting harian dan sesi pra kerja di setiap unit
untuk secara konsisten meningkatkan kesadaran mengenai potensi bahaya dan
risiko terkait pekerjaan.
Hasil
wawancara kepada welder menunjukan
bahwa rata-rata welder bekerja >8 jam sehari atau bisa di hitung 12
jam sehari dengan istirahat <30 menit dikarenakan mengejar target dari
atasan. Biasanya, individu tampil optimal dalam durasi 6-10 jam per hari.
Sisanya dialokasikan untuk kegiatan keluarga dan komunal, serta untuk
istirahat, tidur, dan keperluan terkait lainnya. Melebihi kapasitas kerja
maksimum dengan bekerja dalam jangka waktu yang lebih lama biasanya tidak
menghasilkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang optimal. Faktanya,
hal ini sering mengakibatkan penurunan kualitas dan hasil kerja. Jam kerja yang
lama juga meningkatkan risiko penyakit, kelelahan, kecelakaan kerja, dan
ketidakpuasan kerja (Pitri, 2020). Dalam
hal ini tujuan penelitian untuk mengetahui analisis kelelahan kerja dan pengetahuan pada welder terhadap produktivitas kerja dan kinerja karyawan di PT IHI
Power Service Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian
bersifat analitik kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang (cross
sectional) menggunakan metode survei. Dalam penelitian ini digunakan unit
analisis yaitu welder pada bagian
produksi di PT IHI Power Service Indonesia. Populasi penelitian ini adalah
jumlah keseluruhan welder pada bagian
produksi sebanyak 261 orang. Sedangkan sampel pada
penelitian ini sebanyak 160 welder pada
bagian produksi di PT IHI Power Service Indonesia. Metode analisa pada penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.
Hasil dan Pembahasan
Uji Validitas
Gambar 1. Diagram Standardized Loading Factors
Gambar 1
menyatakan bahwa semua indikator pernyataan dan pertanyaan valid karena nilai standardized loading factors ≥ 0,7.
Untuk lebih jelasnya dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1. Nilai Standardized Loading Factors
Kelelahan
Kerja |
Kinerja
Karyawan |
Pengetahuan |
Produktivitas
Kerja |
|
KK10 |
0.743 |
|||
KK11 |
0.793 |
|||
KK12 |
0.812 |
|||
KK13 |
0.829 |
|||
KK14 |
0.821 |
|||
KK15 |
0.802 |
|||
KK16 |
0.807 |
|||
KK17 |
0.753 |
|||
KK18 |
0.738 |
|||
KK19 |
0.823 |
|||
KK2 |
0.824 |
|||
KK20 |
0.729 |
|||
KK21 |
0.779 |
|||
KK22 |
0.772 |
|||
KK23 |
0.765 |
|||
KK24 |
0.741 |
|||
KK25 |
0.804 |
|||
KK3 |
0.724 |
|||
KK4 |
0.704 |
|||
KK5 |
0.788 |
|||
KK6 |
0.834 |
|||
KK7 |
0.830 |
|||
KK8 |
0.830 |
|||
KK9 |
0.794 |
|||
KK1 |
0.757 |
|
|
|
Kinerja1 |
0.918 |
|||
Kinerja10 |
0.956 |
|||
Kinerja2 |
0.854 |
|||
Kinerja3 |
0.943 |
|||
Kinerja4 |
0.923 |
|||
Kinerja5 |
0.923 |
|||
Kinerja6 |
0.918 |
|||
Kinerja7 |
0.874 |
|||
Kinerja8 |
0.818 |
|||
Kinerja9 |
0.942 |
|||
PK1 |
0.775 |
|||
PK10 |
0.775 |
|||
PK2 |
0.849 |
|||
PK3 |
0.793 |
|||
PK4 |
0.843 |
|||
PK5 |
0.847 |
|||
PK6 |
0.755 |
|||
PK7 |
0.840 |
|||
PK8 |
0.863 |
|||
PK9 |
0.729 |
|||
Peng1 |
0.860 |
|||
Peng10 |
0.976 |
|||
Peng2 |
0.849 |
|||
Peng3 |
0.963 |
|||
Peng4 |
0.947 |
|||
Peng5 |
0.958 |
|||
Peng6 |
|
|
0.961 |
|
Peng7 |
0.959 |
|||
Peng8 |
0.977 |
|||
Peng9 |
0.952 |
Sumber
: Data Primer 2023
Berdasarkan
Tabel 1 Hasil data menunjukan bahwa semua
indikator yang telah valid.
Tabel 2. Uji Reliabilitas
Variabel Penelitian |
Cronbach's Alpha |
Composite Reliability |
AVE |
Kelelahan
Kerja |
0.976 |
0.976 |
0.616 |
Kinerja
Karyawan |
0.977 |
0.979 |
0.824 |
Pengetahuan |
0.985 |
0.987 |
0.886 |
Produktivitas
Kerja |
0.945 |
0.949 |
0.653 |
Sumber : Data Primer 2023
Nilai koefisien Cronbach Alpha ≥ 0.7, Composite Reliability > 0,7 dan
nilai Average Variance Extracted (AVE) >0,6. Sehingga dapat
dijelaskan bahwa variabel penelitian (konstruk) yang terdiri dari kinerja
karyawan, pengetahuan, produktivitas kerja, kelelahan kerja, dan reliabilitas
tinggi sangat tepat dan dapat diandalkan (Imam & Latan, 2015).
Pengujian Hipotesis
Tabel 3. Pengujian
Hipotesis
Standard Deviation |
T Statistics |
P Values |
|
Kelelahan
Kerja -> Kinerja Karyawan |
0.120 |
0.044 |
0.965 |
Kelelahan
Kerja -> Produktivitas Kerja |
0.106 |
0.754 |
0.451 |
Pengetahuan
-> Kinerja Karyawan |
0.086 |
2.173 |
0.030 |
Pengetahuan
-> Produktivitas Kerja |
0.084 |
2.968 |
0.003 |
Sumber : Data Primer 2023
Dari Tabel 3 ditentukan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan hasilnya berikut:
a.
Kelelahan
Kerja tidak memiliki pengaruh terhadap Kinerja Karyawan dengan p-value
0,965 ≥ 0,05.
b. Kelelahan Kerja tidak memiliki pengaruh
terhadap Produktivitas Kerja dengan p-value 0,451 ≥ 0,05.
c. Pengetahuan memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan dengan p-value 0,030 < 0,05.
d. Pengetahuan memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap Produktivitas Kerja dengan p-value 0,003 <
0,05.
Pembahasan
Pengaruh Kelelahan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Welder
Di PT IHI Power Service Indonesia
Hasil
penelitian menunjukkan kelelahan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan (p-value = 0,965, ≥ 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian
Nawangwulan, et. al (2018) uji t kelelahan kerja menghasilkan nilai
signifikansi 0,876 > 0,05 dan nilai t hitung 0,158 < 2,040; disimpulkan
kelelahan kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
inspektur dan surveyor yang dipekerjakan oleh penyedia jasa sertifikasi (Nawangwulan et al., 2018). Hasil
wawancara menunjukan para karyawan di PT IHI Power Service Indonesia menyatakan
bahwa pekerjaan yang mereka jalankan sepadan dengan pendapatan yang diberikan.
Mereka merasa puas dengan gaji yang mereka terima karena sesuai dengan
peraturan pemerintah dan upah minimum. Karyawan menunjukkan tingkat motivasi
kerja yang tinggi dalam memenuhi tugas dan kewajibannya sendiri. Hasil
penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Wibowo
dan Rahardja (2015) memberikan bukti
empiris yang mendukung adanya hubungan berbanding terbalik antara kelelahan
kerja dengan kinerja karyawan, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar
-0,242 dan tingkat signifikansi sebesar 0,002. Temuan penelitian Sidiq (2019))
menyatakan bahwa kelelahan kerja memang berpengaruh terhadap produktivitas
kerja, ditunjukkan dengan koefisien beta sebesar 0,539, nilai t hitung melebihi
nilai t kritis dari t tabel (4,291 > 1,984), dan nilai p value sebesar 0,000
( p <0,05).
Kinerja
yang sering disebut prestasi kerja adalah hasil kerja dan cara pelaksanaan
proses kerja (Wibowo, 2015). Kinerja
karyawan mungkin dianggap memuaskan jika mereka menunjukkan kemahiran dalam
tanggung jawab pekerjaannya dan secara konsisten mencapai hasil yang diinginkan.
Kinerja dapat dipengaruhi oleh berbagai unsur, seperti faktor individu pekerja,
faktor organisasi, dan aspek psikologis (Notoatmodjo, 2010).
Dari
hasil penelitian ini pengaruh kelelahan kerja terhadap kinerja karyawan,
khususnya pada welder, dapat memiliki implikasi manajemen yang
signifikan yaitu sistem pengukuran produktivitas yang efektif dapat diterapkan
untuk memantau dan menilai kinerja welder. Ini dapat membantu manajemen
mengidentifikasi area di mana kelelahan kerja memiliki dampak signifikan dan
merancang strategi perbaikan yang sesuai. Manajemen dapat mempertimbangkan
penggunaan teknologi dan otomasi untuk mengurangi tekanan pada welder.
Otomatisasi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban
pekerjaan yang dapat menyebabkan kelelahan. Manajemen dapat melakukan evaluasi
rutin terhadap beban kerja para juru las untuk memastikan bahwa tugas-tugas
yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas.
Pengaruh Kelelahan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pada
Welder Di PT IHI Power Service Indonesia
Hasil penelitian yang menunjukkan
kelelahan kerja tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap produktivitas
kerja. Analisis statistik dengan nilai p 0,965 ≥
0,05 mendukung kesimpulan tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah mengalami
kelelahan, ketegangan fisik, ketidaknyamanan fisik, kurang motivasi, atau
kantuk. Artinya pekerja memang tidak merasakan adanya kelelahan kerja
hal tersebut berbanding lurus dari hasil karakteristik responden dimana
sebanyak 129 welder bekerja >8 jam, tetapi mereka beristirahat >30
menit. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian
Dahlia (2019), kelelahan kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
produktivitas kerja karyawan (thitung < nilai t tabel yaitu 2,048 < 1,678
dan signifikansi t = 0,046 > 0,05). Hal ini diperoleh dari hasil jawaban
responden yang menunjukkan bahwa selama bekerja, individu sering mengalami
kelelahan kognitif dan ketegangan otot pada leher dan bahu. Tentu hal ini harus
diprioritaskan oleh PT. Sumber Graha (Dahlia,
2019).
PT
IHI Power Service Indonesia mengambil langkah-langkah untuk memberikan layanan kesehatan
dan pemeliharaan bagi pekerja untuk memitigasi konsekuensi dari kondisi pekerja
yang tidak layak untuk bekerja. Program ini didasarkan pada Pasal 3 Ayat 1
Permenakertrans RI Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja, yang
menyatakan bahwa setiap pekerja berhak atas pelayanan kesehatan di tempat kerja
mereka. Pelayanan kesehatan yang ditawarkan antara lain pemeriksaan pra kerja
untuk memastikan pekerja berada dalam kondisi optimal sebelum dipekerjakan,
pemeriksaan kesehatan berkala untuk menjaga kesehatan pekerja selama bekerja,
dan pemeriksaan khusus untuk menilai dampak faktor pekerjaan tertentu terhadap
pekerja.
PT
IHI Power Service Indonesia memiliki berbagai fasilitas dan layanan Kesehatan inhouse
clinic untuk menjamin layanan kesehatan bagi karyawannya. Ini termasuk
klinik 24 jam, paramedis 24 jam, persediaan obat-obatan dan peralatan medis
yang lengkap, serta kotak P3K yang tersedia di lokasi.
PT
IHI Power Service Indonesia memastikan pemenuhan nutrisi kerja dengan
memberikan makanan satu kali makan kepada seluruh karyawan. Pihak catering
bekerja sama dengan Dokter Perusahaan untuk melakukan perhitungan nutrisi pada
setiap menu makanan. Selain itu, Paramedis menghitung kalori yang dibutuhkan
untuk perbandingan. Sebelumnya, forum pemantauan kantin diadakan setiap minggu
pada hari Senin untuk membahas desain menu makanan dan kandungan gizinya.
Tujuannya adalah untuk memastikan kebutuhan kalori pekerja terpenuhi secara
memadai dan meminimalkan kelelahan kerja. PT IHI Power Service Indonesia tidak
hanya fokus pada perbaikan gizi di lingkungan perusahaan, namun juga memperluas
upayanya untuk meningkatkan kesadaran akan gizi keluarga yang baik. Hal ini
dilakukan dengan memberikan edukasi kepada keluarga pekerja mengenai
permasalahan gizi, dengan tujuan agar gizi pekerja di dalam perusahaan tidak
hanya terpenuhi, namun juga gizi pekerja di luar perusahaan (di dalam
keluarganya). Tercapai dengan memuaskan. Namun sosialisasi yang dilakukan
secara sporadis ini tidak dilakukan secara rutin sehingga kurang efektif dalam
mengatasi permasalahan gizi keluarga.
Faktor
risiko yang dapat menyebabkan kelelahan kerja antara lain shift, batasan waktu,
durasi kerja, beban kerja, lingkungan kerja fisik (seperti suhu, kebisingan,
dan pencahayaan), postur tubuh, usia, status gizi, kondisi kesehatan, jenis
kelamin, kebiasaan merokok, faktor psikologis, dan metabolisme. Kelelahan kerja
yang ditandai dengan berkurangnya tenaga dan tenaga dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan kerja. Fenomena ini disebut dengan masalah K3 (Suma’mur, 2014, 2019).
Lingkungan
kerja merupakan salah satu faktor penyebab kelelahan kerja, dan kebisingan
menjadi salah satu sumber gangguan kerja. Gejala seperti iritasi, sakit kepala,
berkurangnya fokus, dan berkurangnya kapasitas kerja mungkin timbul sebagai
akibatnya. Akibatnya kecepatan dan kinerja kerja bisa menurun (Tarwaka, 2014). Dalam
hal ini PT IHI Power Service Indonesia telah melakukan pengukuran lingkungan
kerja fisik seperti kebisingan, pencahayaan, iklim kerja dan getaran dilakukan
sebanyak 2 kali dalam 1 tahun dan hasil dari pengukuran lingkungan kerja berada
di bawah NAB. Upaya lain yang dilakukan ini PT IHI Power Service Indonesia
adalah dengan memantau dan mengawasi pekerja, terutama yang bekerja pada malam
hari, dan dengan memasang poster dan spanduk yang mengingatkan pekerja untuk
beristirahat saat lelah dan mengutamakan keselamatan di tempat kerja. Dalam hal
ini Manajemen kelelahan kerja yang diterapkan PT IHI Power Service Indonesia
sudah baik dalam penerapannya.
Beberapa
implikasi manajemen dari hasil penelitian yang mungkin muncul melibatkan
tindakan konkret untuk meningkatkan kondisi kerja dan produktivitas karyawan
yaitu manajemen
dapat mengevaluasi dan memperbaiki desain pekerjaan welder. Diperlukan
penyesuaian terhadap tugas, jadwal kerja, atau rotasi pekerjaan untuk
mengurangi kelelahan kerja, manajemen dapat menyelenggarakan pelatihan ergonomi
untuk welder, membantu mereka menggunakan peralatan dengan benar dan
mengurangi risiko cedera atau kelelahan. Memastikan bahwa para welder memiliki
akses ke fasilitas dan peralatan yang memadai dapat membantu meningkatkan efisiensi
dan produktivitas. Peralatan yang baik dan lingkungan kerja yang mendukung
dapat mengurangi kelelahan dan meningkatkan kinerja.
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Welder Di PT IHI Power Service Indonesia
Pengetahuan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan
p-value 0,030 < 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Setyorini, et. al (2021) menyatakan
pengetahuan secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan
CV. Master Print Pangkalan Bun dengan nilai signifikansi 0,000 dan batas
signifikasi sebesar 0,05 dan arah koefisien regresi positif (Setyorini et al., 2021).
Pengetahuan
adalah berbagai macam hal yang diketahui seseorang melalui panca indera mereka,
seperti mata, hidung, dan telinga, dll. Pengetahuan adalah bentuk penguasaan
ilmu terhadap suatu bidang yang berkaitan dengan tugas-tugas pegawai.
Penguasaan ilmu ini akan meningkatkan kinerja pegawai. Pada umumnya, pekerjaan
yang dilakukan oleh pegawai merupakan hasil dari pengetahuan yang mereka miliki (Notoatmodjo, 2010).
Pengalaman
kerja adalah ukuran berapa lama atau berapa banyak waktu yang telah dihabiskan
seseorang untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan posisi mereka saat
ini. Dimensi pengalaman kerja terdiri dari jumlah waktu yang dihabiskan untuk
bekerja, tingkat pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan terhadap tugas dan
peralatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang terampil akan pengalaman
kerja memengaruhi keterampilan dan pemahaman seorang karyawan tentang pekerjaan
mereka, serta kualitas dan kuantitas kerja mereka. Karena itu, karyawan dengan
pengalaman kerja akan meningkatkan kinerja mereka secara signifikan, dan
sebaliknya (Foster, 2015).
Untuk
meningkatkan pengetahuan dan kinerja karyawan khususnya dalam hal ini
pengetahuan welder yang berdampak pada kinerja perusahaan, PT IHI Power
Service Indonesia mengimplementasikan program pelatihan yang terfokus pada
teknik pengelasan terkini, pemahaman material yang digunakan dan standar
keselamatan kerja dan pengembangan terstruktur pada welder yang
dirangkum dalam TNA (Training Need Analysis) yang di khususkan untuk welder
sebagai refresh dan program seleksi welder yang dilakukan oleh
Department Training. Sehingga dalam hal ini management sudah melakukan program
peningkatakan pengetahuan yang dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas
hasil kerja dan keselamatan di tempat kerja. Manajemen juga menambahkan asset
peralatan dan teknologi welding modern yang efisien khususnya untuk
jenis welding SAW yang membutuhkan alat khusus. Selain itu, melakukan maintenance
rutin pada peralatan welding untuk mencegah kerusakan agar kinerja
menjadi optimal sehingga standar kualitas welding terjamin untuk
kepuasan pelanggan.
Untuk
mendapatkan kinerja yang optimal, penting untuk memenuhi dimensi yang
mempengaruhi kinerja, yang meliputi kualitas, kuantitas, ketepatan waktu,
efektivitas, dan kemandirian. Karakteristik seperti motivasi dan pengalaman
kerja dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja. Pemahaman yang mendalam
dan latar belakang profesional yang luas akan memotivasi personel untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik dan memberikan hasil yang berkontribusi
terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Pengetahuan yang tidak memadai dan
individu yang tidak berpengalaman dapat berdampak buruk pada hasil pekerjaan,
sehingga menyebabkan kebosanan dalam menjalankan tugas (Pitri, 2020).
Implikasi
utama adalah perlunya investasi dalam pelatihan dan pengembangan. Manajemen
dapat merancang program pelatihan yang berfokus pada peningkatan pengetahuan
teknis dan keterampilan yang relevan untuk meningkatkan kinerja. Manajemen
dapat mempertimbangkan implementasi sistem penghargaan yang memberikan insentif
kepada welder yang memiliki pengetahuan yang lebih mendalam dan mampu
mengaplikasikannya dalam pekerjaan mereka. Ini dapat meningkatkan motivasi dan
kinerja secara keseluruhan.
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Produktivitas Kerja Pada
Welder Di PT IHI Power Service Indonesia
Pengetahuan
memberikan pengaruh yang baik dan besar terhadap produktivitas kerja,
sebagaimana dibuktikan dengan nilai p sebesar 0,003, lebih rendah dari ambang
batas signifikansi sebesar 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Asmuni dan Widiastuti (2012) menunjukkan
bahwa variabel pengetahuan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
produktivitas personel bagian produksi PT Lukie Works Indonesia. Hal ini
terlihat dari nilai koefisien pengetahuan yaitu β=0,105.
Untuk
mencapai produktivitas staf yang optimal, perusahaan harus memprioritaskan
unsur-unsur seperti pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap, dan perilaku,
karena hal-hal tersebut merupakan faktor penentu produktivitas. Penekanan pada
produktivitas penting untuk keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang. Personel yang memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap,
dan perilaku yang dapat meningkatkan kinerja organisasi dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan. Partisipasi aktif karyawan dengan kemampuan memenuhi
tugas dan tanggung jawab dalam proses pembuatan produk merupakan faktor yang tidak
terpisahkan dalam hal ini (Asmuni & Widiastuti, 2012).
Manajemen
PT IHI Power Service Indonesia melakukan sertifikasi profesional secara berkala
untuk juru las seperti Depnaker dan Migas untuk mendorong pekerja meningkatkan
kepercayaan diri. Selain itu, PT IHI Power Service Indonesia menyediakan program
magang (on the job training) untuk membantu welder baru atau yang
belum berpengalaman mengembangkan keterampilan di lingkungan kerja nyata. Hasil
wawancara dengan Training Department menyatakan bahwa PT IHI Power Service
Indonesia melakukan kerjasama dengan melalui
Balai Latihan Kerja (BLK) yang mengadakan program pengelasan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan juru las.
Sehingga
dalam hal ini manajemen sudah melakukan program peningkatakan pengetahuan yang
dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja secara keseluruhan. Dengan
memiliki pengetahuan yang luas, karyawan dapat menguasai bidang tanggung
jawabnya masing-masing. Perolehan pengetahuan oleh karyawan, baik melalui cara
resmi maupun informal, akan memfasilitasi pemecahan masalah, menumbuhkan
kreativitas, dan meningkatkan prestasi kerja. Seseorang diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan mahir dan efisien, memanfaatkan keahlian substansial
dan pendidikan lanjutannya.
Dari
hasil penelitian dapat dijabarkan beberapa implikasi manajemen yaitu manajemen
perlu mengidentifikasi area pengetahuan yang krusial untuk pekerjaan welder dan
berinvestasi dalam pelatihan dan pendidikan yang relevan. Peningkatan
pengetahuan teknis dan keterampilan spesifik dapat berkontribusi positif pada
produktivitas. Implikasi dapat mencakup pengembangan program pelatihan khusus
yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja welder.
Program ini dapat mencakup pemahaman terkini tentang teknologi, prosedur kerja,
dan inovasi dalam industri. Memastikan ketersediaan sumber daya dan peralatan
yang sesuai dapat mendukung penerapan pengetahuan. Manajemen perlu memastikan
bahwa welder memiliki akses ke peralatan terbaru dan sumber daya yang
diperlukan untuk mengoptimalkan produktivitas. Manajemen perlu tetap mengikuti
perkembangan industri dan teknologi serta melakukan evaluasi berkala terhadap
kebutuhan pengetahuan di masa depan. Ini dapat membantu organisasi untuk tetap
relevan dan berdaya saing.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelelahan
kerja tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan dan produktivitas
kerja. Sedangkan pengetahuan memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan dan produktivitas kerja.
BIBLIOGRAFI
Asmuni, A., & Widiastuti, T.
(2012). Pengaruh Pengetahuan, Ketrampilan, Kemampuan, Sikap, Perilaku terhadap
Produktivitas. Jurnal Ilmiah Aset, 14(2), 95–108.
Dahlia, M. (2019). Pengaruh
Lingkungan Kerja Dan Kelelahan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Bagian Produksi (studi kasus PT. Sumber Graha Sejahtera (SGS). Jurnal
Manajemen STIE Muhammadiyah Palopo, 5(1), 11–16.
Desmayanny, D. A., Wahyuni, I., &
Ekawati, E. (2020). Literature Review: Faktor terjadinya Unsafe Action pada
Pekerja Sektor Manufaktur. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(6),
832–839.
Foster, B. (2015). Pembinaan untuk
meningkatkan Kinerja Pegawai. PPM.
Imam, G., & Latan, H. (2015). Partial
Least Squares Konsep Teknik dan Aplikasi dengan Program Smart PLS 3.0.
Universitas Diponegoro Semarang.
Kementerian Ketenagakerjaan RI.
(2023). Profil Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Indonesia Tahun 2022.
Nawangwulan, D. S. N., Rosydah, B.
M., & Rachman, F. (2018). Pengaruh kelelahan kerja dan stres kerja terhadap
kinerja surveyor dan inspektor di perusahaan jasa sertifikasi. Conference on
Safety Engineering and Its Application, 2(1), 563–568.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu
Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta.
Pitri, T. (2020). Pengaruh
Pengetahuan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Cv. Ria Busana:
Manajemen sumberdaya manusia. Ekonomedia, 9(02), 37–56.
Setyorini, W., Khotimah, S., &
Rafi’i, M. (2021). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kinerja Karyawan Cv. Master
Print Pangkalan Bun. Magenta, 9(2), 45–52.
Sidiq, M. (2019). Pengaruh Kelelahan
Kerja Dan Hubungan Atasan dan Bawahan Terhadap Produktifitas Karyawan. Psikoborneo:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(2), 284–293.
Suma’mur. (2014). Kesehatan Kerja
Dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Airlangga.
Suma’mur. (2019). Higiene
Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). CV Sagung Seto.
Tarwaka. (2014). Ergonomi Industri
Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi Di Tempat Kerja. Harapan
Press.
Wibowo, B. A. (2015). Pengaruh
kelelahan kerja dan konflik peran terhadap kinerja karyawan dengan stress kerja
sebagai variabel intervening (studi pada karyawan RSUD RA Kartini Jepara). Diponegoro
Journal of Management, 329–340.
Copyright holder: Ditha Damayanti, Bernard Hasibuan, Soehatman Ramli, Sugiarto (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |