Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 8, Agustus 2024

STRATEGI PENGEMBANGAN YAYASAN SERI AMAL PASCA PANDEMI COVID-19 STUDI KASUS: SMA CAHAYA MEDAN & SMA ST. PETRUS SIDIKALANG

 

Andreas Nicholas Gandaputra Simbolon1, Idqan Fahmi2, Utami Dyah Syafitri3

Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia1,2,3

Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh pada SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang, (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan yang dapat dipakai oleh kedua sekolah, dan (3) Menentukan serta merekomendasikan strategi bisnis yang tepat bagi Yayasan Seri Amal dalam menghadapi persaingan. Metode yang digunakan adalah analisis faktor lingkungan internal (IFE) dan eksternal (EFE) serta Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi SMA Cahaya Medan dari faktor internal adalah kurangnya SDM, sedangkan faktor eksternal adalah regenerasi sekolah dan potensi pangsa pasar lebih besar ke luar kota. Untuk SMA St. Petrus Sidikalang, faktor internal yang paling berpengaruh adalah akreditasi A dan penggunaan LMS, sementara faktor eksternal adalah minimnya kompetitor SMA swasta di daerah tersebut. Strategi pengembangan yang direkomendasikan untuk SMA Cahaya Medan meliputi pelatihan SDM, peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak, dan penggabungan pembelajaran daring dengan luring. Untuk SMA St. Petrus Sidikalang, strategi meliputi meningkatkan kerjasama dengan instansi di bidang olahraga dan seni, pembangunan fasilitas pendukung, serta pengembangan desain pembelajaran yang unggul dan terukur. Prioritas strategi pengembangan untuk SMA Cahaya Medan adalah pelatihan SDM dan penggabungan pembelajaran daring dengan luring, sedangkan untuk SMA St. Petrus Sidikalang adalah kerjasama dengan instansi dalam pengembangan kurikulum serta prestasi akademik dan non-akademik. Penelitian ini memberikan rekomendasi strategis yang dapat meningkatkan daya saing dan kualitas pendidikan di kedua sekolah tersebut.

Kata Kunci: Strategi Pengembangan Sekolah, Pasca Covid-19, Sumber Daya Manusia

 

Abstract

This study aims to: (1) Analyze the internal and external environmental factors affecting SMA Cahaya Medan and SMA St. Petrus Sidikalang, (2) Formulate alternative development strategies for both schools, and (3) Determine and recommend appropriate business strategies for the Seri Amal Foundation in facing competition. The methods used are internal factor evaluation (IFE), external factor evaluation (EFE), and Analytical Hierarchy Process (AHP). The results show that the dominant factor affecting SMA Cahaya Medan from the internal perspective is the lack of human resources, while from the external perspective, it is school regeneration and a larger market potential outside the city. For SMA St. Petrus Sidikalang, the most influential internal factor is the A accreditation and the use of Learning Management Systems (LMS), whereas the external factor is the limited number of private high school competitors in the area. Recommended development strategies for SMA Cahaya Medan include training human resources, enhancing collaboration with various stakeholders, and integrating online and offline learning. For SMA St. Petrus Sidikalang, strategies include increasing cooperation with institutions in sports and arts, building supporting facilities, and developing superior and measurable learning designs. The priority development strategies for SMA Cahaya Medan are human resources training and integrating online and offline learning, while for SMA St. Petrus Sidikalang, they are cooperation with institutions in curriculum development and academic and non-academic achievements. This study provides strategic recommendations to improve the competitiveness and quality of education in both schools.

Keywords: School Development Strategy, Post Covid-19, Human Resources

 

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara terdampak wabah covid-19 sehingga menyebakan interaksi antar manusia berubah, perubahan yang dapat dilihat secara langsung seperti social distancing dan physical distancing sebagai kebijakan pembatasan jarak sosial dan fisik berdampak pada penghentian proses pembelajaran di sekolah (Akrim, 2022; Darmalaksana et al., 2020; Dewi, 2020). Seluruh penyelenggaraan pendidikan diliburkan, bahkan ujian nasional juga terancam. Krisis di depan mata sedang berlangsung memaksa semua komponen pendidikan menginovasi pembelajaran jarak jauh melalui daring atau pembelajaran dalam jaringan (Dhamayanti et al., 2021; Rohmanto & Setiawan, 2022; Belawati, 2019). Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran tetap berlangsung di tengah mewabahnya pademi Covid-19. Kebijakan tersebut memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia khususnya pada proses pembelajaran bagi siswa sekolah.

Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan akhlak, keterampilan, dan pengetahuan dan pemuda di sekolah atau di rumah, agar hidup bahagia dan bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa (Musfah, 2015; Safitri et al., 2021; Rahman, 2021). Pendidikan bermutu selalu berorientasi pada keunggulan, reputasi, dan status. Sebagai institusi penyedia layanan pendidikan, organisasi berusaha untuk merancang strategi yang efektif dalam memenuhi keinginan pengguna dan kepuasan para pihak pengguna yaitu semua siswa dengan layanan yang diberikan secara berkualitas di sekolahan. Kualitas pendidikan merupakan potret keseluruhan dari tindakan layanan pendidikan secara internal maupun eskternal yang telah diunjukkan oleh kemampuannya dalam memuaskan harapan pengguna (Sagala, 2013; Asrori & Nugroho, 2016).

 Sekolah merupakan lembaga yang diberi kewenangan untuk menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa. Sekolah yang bermutu akan menghasilkan output yang bermutu pula. Mutu merupakan suatu konsep atau pandangan mengenai mutu produk yang sesuai harapan dengan tingkat kepuasan tertentu yang dirasakan oleh pelanggan dan seluruh stakeholder (Sallis, 2010; Barnawi & Arifin 2014).

Pelannya pertumbuhan sekolah khususnya SMA (sekolah menengah atas) di Indonesia beberapa tahun belakangan ini dapat menjadikan peluang agar Yayasan Seri Amal untuk dapat menyusun strategi di tengah persaingan antar sekolah semakin ketat. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah SMA di Indonesia mulai dari tahun ajaran 2019-2022.

 

Tabel 1. Pertumbuhan SMA di Indonesia

 

2019/2020

2020/2021

2021/2022

Negeri (unit)

6.883

6.899

6 934

Swasta (unit)

7.061

6.966

7 061

Total

13.944

13.865

13.995

Persentase Kenaikan (%)

 

-0,57

0,93

Sumber: statistik.data.kemdikbud.go.id/index.php/page/sma

 

SMA merupakan salah satu tahap dari program wajib belajar 12 tahun yang relatif penting dan merupakan tahap yang menentukan siswa ketika siswa tersebut mempunyai keingginan untuk melanjutkan pendidikan hingga menuju perguruan tinggi. Dengan adanya fenomena pandemi Covid-19 yang membuat proses belajar-mengajar berubah secara tiba-tiba dan dratis, dari proses belajar-mengajar berlangsung secara tatap muka dan sekarang hanya bisa dilakukan melalui daring tentu merupakan peristiwa yang menarik untuk diteliti. Adapun jumlah SMA negeri dan swata dapat dilihat oleh table 2 dibawah ini.

 

Tabel 2. Pertumbuhan SMA di Sumatera Utara

 

2019/2020

2020/2021

2021/2022

Negeri (unit)

427

427

427

Swasta (unit)

634

650

655

Total

1.061

1.077

1.082

Persentase Kenaikan (%)

 

1,5

0,46

Sumber: https://dapo.kemdikbud.go.id/

 

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa adanya peningkatan dalam jumlah SMA swasta di Sumatera Utara yang dapat membuat persaingan antar SMA di dalam satu daerah ketat, sehingga Sekolah perlu membuat strategi sehingga dapat menjadikan sebagai sekolah unggulan dan diminatin oleh banyak calon konsumen dalam hal ini yaitu calon siswa.

Yayasan Seri Amal (YSA) adalah milik dan dikelola oleh Kongregasi Suster-Suster St. Yosef (KSSY) Medan, yang lahir di Amersfoort-Belanda pada tahun 1840, pada tanggal 7 November 1878 tepat pada pesta St. Willbroad, pewarta Injil di Belanda, Kongregasi Suster St. Yosef resmi diakui sebagai sebuah lembaga Hidup Bakti oleh tanta Suci, dan memulai karya di Indonesia (Medan) pada tanggal 28 Januari 1931. Di Petisah, Suster St. Yosef memulai karyanya dengan menangani bidang pendidikan, mengelola Sekolah Dasar untuk anak India, sekolah kejuaruan untuk anak putri (SKP), dan Taman Kanak-kanak.

Fakta di lapangan, sekolah unggul memperoleh dukungan signifikan dari masyarakat, mereka memilih sekolah unggulan dengan tanpa mempertimbangkan jumlah pendanaan yang dibayarkan. Dengan demikian posisi sekolah unggul di mata masyarakat menjadi ajang bisnis yang menarik disamping gerakan misi khas sosial yang diusung oleh pihak penyelenggara atau yayasan dalam membangun satuan pendidikan unggulan (Lubis, 2002).

Agar mampu bertahan dan terus eksis SMA swasta pada khususnya berlomba-lomba menawarkan program yang bervariasi mulai dari aktivitas-aktivitas sekolah yang beragam, menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, menggunakan metode pembelajaran daring, menggunakan e-book sebagai bahan baca buku siswa hingga menawarkan sarana-prasarana yang sangat lengkap terhadap calon siswanya.

Dalam sudut pandang sekolah, mutu sekolah adalah nilai tinggi rendahnya jasa yang diberikan kepada pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal. Pelanggan internal merupakan pelanggan yang berada di dalam sistem sekolah dan berpengaruh terhadap output sekolah (Wijaya, 2012; Widjaja, 2020). Pelanggan internal misalnya guru dan siswa memiliki andil untuk mewujudkan output sekolah yang bermutu. Pelanggan eksternal merupakan pelanggan yang ada di luar sistem sekolah dan menerima/ menikmati output sekolah (Wijaya, 2012). Sebagai contoh, pelanggan eksternal misalnya pengelola sebuah perusahaan yang menerima karyawan dari output sekolah. Mereka yang akan menikmati mutu output yang juga merupakan mutu sekolah.

Dalam menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan terjadinya halangan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar pada sekolah-sekolah yang dimiliki oleh yayasan seri amal, yayasan seri amal membuat strategi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring yang efektif dilakukan dari tahun 2020.

Penetapan strategi pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 dapat menimbulkan berbagai hal yang tidak dapat ditentukan bagaimana hasil akhir dari pembelajaran secara daring ini apakah efektif atau tidak. Salah satu masalah baru yang jarang ditemui saat pembelajaran secara tatap muka adalah kurangnya interaksi dua arah antara pengajar dan siswa yang dapat menyebabkan transfer ilmu tidak efektif sehinggan daya serap siswa akan ilmu yang sedang dipelajari juga tidak dapat ditentukan secara langsung apakah siswa tersebut dapat menerimanya secara efektif.

Adapun yang menjadi pertimbangan dari penerapan sistem belajar daring ini adalah perbedaan kualitas siswa yang berada di kota besar seperti Medan dan di kota kecil di daerah yaitu Sidikalang. Meskipun dengan beragam metode pembelajaran yang bisa diimplementasi oleh suatu yayasan pendidikan, hasil akhir dari suatu pembelajaran adalah nilai akhir dari siswa yang dapat diperoleh oleh ujian akhir setelah pembelajaran dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian mengenai pengaruh penerapan sistem belajar daring pada siswa yayasan seri amal terhadap daya serap siswa di era pandemi Covid-19.

Yayasan Seri Amal merupakan salah satu dari sedikitnya organisasi swasta yang bergerak di bidang pendidikan yang terintergrasi dan mempunyai sekolah di kota besar seperti Medan dan di kabupaten seperti Sidikalang akan tetapi kedua sekolah tersebut sampai di tahun 2022 bukan menjadi sekolah yang berada di peringkat atas dalam hasil survey berdasarkan penerimaan peserta didik baru (PPDB) atau hasil survey dari lembaga tes masuk perguruan tinggi (LTMPT) sehingga yayasan Seri Amal menarik untuk menjadi objek penelitian. Berdasarkan fenomena tersebut maka, dirasa perlu bagi manajemen sekolah untuk mengambil langkah strategis agar mampu terus bersaing dan meningkatkan intake siswanya di tahun ajaran mendatang. Tujuan penelitian yang dilakukan di kota Medan dan Sidikalang dalam penelitian ini yaitu untuk:

1)   Menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh pada SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang.

2)   Merumuskan alternatif strategi pengembangan yang dapat dipakai oleh SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang.

3)   Menentukan dan merekomendasikan strategi bisnis yang tepat bagi Yayasan Seri Amal dalam menghadapi persaingan.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Studi deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena yang terjadi dalam konteks tertentu, sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami makna, persepsi, dan pengalaman yang dialami oleh responden. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung, wawancara mendalam dengan pihak internal dan eksternal dari SMA Putri Cahaya Medan dan SMA Santo Petrus Sidikalang, serta pengisian kuesioner dengan skala likert oleh responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan tahun ajaran sebelum dan selama pandemi untuk mengidentifikasi perubahan dalam metode belajar dan lingkungan sekolah. Teknik pengolahan data mencakup analisis lingkungan bisnis internal dan eksternal untuk menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, serta penyusunan matriks SWOT. Selanjutnya, Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan prioritas strategi berdasarkan faktor-faktor tersebut.

Dalam analisis data, terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan bisnis sekolah. Ini melibatkan pemahaman terhadap kekuatan dan kelemahan internal sekolah, serta peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi. Kemudian, data-data yang terkumpul akan digunakan untuk menyusun matriks IFE dan EFE. Selanjutnya, Grand Strategy Matriks SWOT disusun untuk memformulasikan alternatif strategi digital berdasarkan evaluasi faktor lingkungan eksternal dan internal. Tahap selanjutnya adalah penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengurutkan prioritas strategi yang paling sesuai untuk yayasan di era pasca pandemi, berdasarkan pada bobot kepentingan masing-masing faktor dan alternatif strategi yang telah diformulasikan.

 

Hasil dan Pembahasan

Kondisi Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal dan Internal SMA Putri Cahaya Medan dan SMA Santo Petrus Sidikalang

Kondisi Faktor Eksternal dan Internal

1.   SMA Putri Cahaya Medan

 

Tabel 3. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Analisis SWOT SMA Cahaya Medan

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan

·   Akreditasi A

·   Lokasi sekolah strategis

·   guru tersertifikasi dan sesuai bidangnya

·   Menggunakan LMS ( Socrates)

Peluang

·   Regenerasi sekolah (alumni cenderung mendorong keluarganya untuk masuk ke sekolah yang sama)

·   Potensi pangsa pasar lebih besar ke luar kota (riau, batam)

·   Banyaknya kompetisi seperti olimpiade yang diikuti sekolah

Kelemahan                                   

·  Kantor tidak standard (ukuran kantor yang kecil)

·  Lahan Sekolah yang kecil

·  Kurangnya SDM dalam bagian pendukung

Ancaman

·   Mayoritas orang tua murid berada di luar kota

·   Peraturan pemerintah yang cenderung berubah

·   Kompetisi dengan sekolah unggul lainnya yang sangat ketat

·   Game membuat siswa tidak fokus belajar

 

2.   SMA St. Petrus Sidikalang

 

Tabel 4. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Analisis SWOT SMA St. Petrus Sidikalang

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan

·   Sekolah yang sudah lama berdiri

·   Memiliki lahan yang luas dan asri

·   Akreditasi A Menggunakan LMS (Socrates)

Peluang

·   Banyaknya kompentisi akademik & non-akademik yang diselenggarakan di kecamatan

·   Masih sedikitnya kompetitor SMA swasta di daerah sendiri

·   Tingginya animo masyarakat tentang Pendidikan katolik

Kelemahan                                   

·   Jumlah kelas relative sedikit

·   Belum memiliki aula sekolah

·    Tidak banyak siswa yang lulus ke PTN yang popular

·   Tidak mendominasi di berbagai kompetisi akademik serta non akademik

Ancaman

·   Adanya SMA negeri yang baru didirikan

·   Kompetitor menambah jumlah kelas

·   Masyarakat mayoritas di daerah sidikalang memilih untuk sekolah di SMA Negeri di Sidikalang 

·   Pandangan masyarakat setempat lebih memilih SMA Negeri dikarenakan akan lebih mudah masuk PTN dibandingkan SMA St. Petrus 

·   Inkonsistensi peraturan pemerintah

 

 

Pembobotan Faktor Internal (IFAS)

Faktor strategi pengembangan yayasan seri amal pasca pandemi covid-19 di SMA Cahaya Medan & SMA St. Petrus Sidikalang yang dihasilkan kemudian dimasukan tabel IFAS sebelum masing-masing faktor strategi pengembangan diberi bobot. Tugas pembobotan internal didasarkan pada perhitungan nilai kategori peringkat dari setiap faktor strategis pengembangan, menunjukkan apa yang memiliki dampak terbesar dan terkecil pada tugas peringkat. Tugas pembobotan dan klasifikasi adalah untuk mengetahui faktor strategis pengembangan yang dapat memberikan pengaruh positif dan negatif. Berikut ini Tabel pemberian nilai dan bobot serta pemberian bobot dan rating pada SMA Cahaya Medan & SMA St. Petrus Sidikalang.

1.   SMA Cahaya Medan

Tabel 5. Penentuan Nilai Bobot IFAS SMA Cahaya Medan


Faktor-Faktor Strategis Internal

Pilihan Jawaban

Rating

Bobot

A

B

C

D

Kekuatan (Strength)

1.      Akreditasi A

 

 

 

4

0,21

2.      Lokasi sekolah strategis

 

 

 

3

0,07

3.      Guru tersertifikasi dan sesuai bidangnya

 

 

 

4

0,14

4.      Menggunakan LMS (Socrates)

 

 

 

4

0,14

Sub Total

 

 

 

 

 

0,57

Kelemahan (Weaknesses)

 

 

 

 

 

 

1.     Kantor tidak standart (ukuran kantor yang kecil)

 

 

 

2

0,07

2.      Lahan sekolah yang kecil

 

 

 

3

0,14

3.     Kurangnya SDM dalam bagian pendukung

 

 

 

4

0,21

Sub Total

 

 

 

 

 

0,43

Total

 

 

 

 

 

1

 

2.   SMA St. Petrus Sidikalang

Tabel 6. Penentuan Nilai Bobot IFAS SMA St. Petrus


Faktor-Faktor Strategis Internal

Pilihan Jawaban

Rating

Bobot

A

B

C

D

Kekuatan (Strength)

1.      Sekolah yang sudah lama berdiri

 

 

 

3

0,13

2.      Memiliki lahan yang luas dan asri serta melestarikan budaya

 

 

 

3

0,13

3.      Akreditasi A Menggunakan LMS (Socrates)

 

 

 

4

0,19

Sub Total

 

 

 

 

 

0,44

Kelemahan (Weaknesses)

 

 

 

 

 

 

1.     Jumlah kelas relative sedikit

 

 

 

2

0,18

2.      Belum memiliki aula sekolah

 

 

 

3

0,06

3.     Tidak banyak siswa yang lulus ke PTN yang popular

 

 

 

4

0,13

4.     Tidak mendominasi di berbagai kompetisi akademik serta non akademik

 

 

 

4

0,19

Sub Total

 

 

 

 

 

0,19

Total

 

 

 

 

 

1

Analisis dilakukan dengan pembobotan pada faktor internal yang meliputi komponen pada aspek kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).

 

Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

1.   SMA Cahaya Medan

Tabel 7. Evaluasi Faktor Eksternal SMA Cahaya Medan

No.

Faktor Strategi Internal

Bobot

Rating

Skor

 

Strength (Kekuatan)

 

 

 

1

Akreditasi A

0,21

4

0,86

2

Lokasi sekolah strategis

0,07

3

0,21

3

Guru tersertifikasi dan sesuai bidangnya

0,14

4

0,57

4

Menggunakan LMS (Socrates)

0,14

4

0,57

 

Jumlah Faktor Internal Kekuatan

 

 

2,21

No.

Weakness (Kelemahan)

 

 

 

1

Kantor tidak standart (ukuran kantor yang kecil)

0,07

2

0,14

2

Lahan sekolah yang kecil

0,14

3

0,43

3

Kurangnya SDM dalam bagian pendukung

0,21

4

0,86

 

Jumlah Faktor Internal Kelemahan

 

 

1,43

 

a.   Kekuatan

Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Kekuatan di SMA Cahaya Medan yang memiliki nilai skor tertinggi secara berurutan yakni pada Akreditasi A, Guru tersertifikasi sesuai bidangnya, dan Menggunakan LMS (Socrates). Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai rating dan bobot kepentingan dari setiap faktor.

Dari 4 faktor kekuatan SMA Cahaya Medan, terdapat 1 faktor yang memiliki nilai rendah, nilai paling rendah diperoleh oleh faktor lokasi sekolah strategis yaitu 0,21          karena nilai ratingnya 3. Rating 3 diberikan karena lokasi strategis untuk saat ini tidak menjadi kelebihan utama dalam pengembangan sekolah. Namun disamping itu, sekolah memiliki kekuatan yang mendukung sekolah untuk membuat penekanan lain seperti kompetensi guru yang tersertifikasi sesuai bidangnya dan penggunaan LMS yang membuat peserta didik dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing sehingga sekolah mendapat akreditasi A serta penggunaan LMS bagi sekolah Dengan mempertahankan hal tersebut pejabat sekolah dapat memaksimalkan fungsi lahan dan perubahan secara perlahan.

 

b.   Kelemahan

Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Pada bagian kelemahan SMA Cahaya Medan yang nilainya paling tinggi yakni kurangnya sumber daya manusia dalam bagian pendukung.

SMA Cahaya Medan yang membutuhkan sumber daya manusia dalam bagian pendukung baik kualitas maupun kuantitas, kebutuhan tersebut seperti tenaga administrasi, tenaga kebersihan, atau petugas keamanan, dapat menghadapi sejumlah tantangan dan dampak negatif pada operasional sekolah. SMA Cahaya terbilang masih memiliki SDM yang minim pada bagian pendukung. Hal ini berdampak pada beban kerja yang menjadi lebih banyak karena secara kualitas dan kuantitas SDM yang dimiliki SMA Cahaya rendah namun SMA Cahaya memiliki tuntutan yang lebih besar. Selain itu minimnya SDM juga berdampak pada keterlambatan maupun kelalaian dalam tugas administratif, kebersihan dan kondisi fasilitas yang kurang memadai, ketidakcukupan pemeliharaan fasilitas, penrunan layanan dukungan bagi siswa.

 

2.   SMA St. Petrus Sidikalang

Tabel 8. Evaluasi Faktor Internal SMA St. Petrus

No.

Faktor Strategi Internal

Bobot

Rating

Skor

 

Strength (Kekuatan)

 

 

 

1

Sekolah ini relative termasuk sebagai sekolah yang sudah lama berdiri

0,13

3

0,38

2

Memiliki lahan yang luas dan asri serta melestarikan budaya

0,13

3

0,38

3

Akreditasi A Menggunakan LMS (Socrates)

0,19

4

0,75

 

Jumlah Faktor Internal Kekuatan

 

 

1,50

No.

Weakness (Kelemahan)

 

 

 

1

Jumlah kelas relative sedikit

0,06

2

0,13

2

Belum memiliki aula sekolah

0,13

3

0,38

3

Tidak banyak siswa yang lulus ke PTN yang popular

0,19

4

0,75

4

Tidak mendominasi di berbagai kompetisi akademik serta non akademik

0,19

4

0,75

 

Jumlah Faktor Internal Kelemahan

 

 

2,00

 

a.   Kekuatan

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Pada bagian kekuatan di SMA St. Petrus nilai skor tertinggi pada Akreditasi A menggunakan LMS (Socrates).

Dari 3 faktor kekuatan SMA St. Petrus Sidikalang, terdapat 2 faktor yang memiliki nilai rendah, nilai paling rendah diperoleh oleh faktor sekolah ini relative termasuk sebagai sekolah yang sudah lama berdiri dan memiliki lahan yang luas dan asri serta melestarikan budaya yang memiliki nilai rendah yaitu 0,38 karena nilai ratingnya 3. Rating 3 diberikan karena pejabat sekolah masih mengeluhkan tidak banyak perubahan walaupun sekolah sudah lama berdiri serta walaupun memiliki lahan yang luas dan asri, lahan tersebut masih dibagi dengan SMP di sebelahnya. Namun disamping itu, sekolah memiliki kekuatan yang mendukung sekolah untuk membuat perubahan dan meningkatkan fungsi lahan sekolah dan fasilitas seperti dengan prestasi akademik dan non akademik seperti seni dan olahraga yang menunjang sekolah mendapat akreditasi A serta penggunaan LMS bagi sekolah. Dengan mempertahankan hal tersebut pejabat sekolah dapat memaksimalkan fungsi lahan dan perubahan secara perlahan.

 

b.   Kelemahan

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Pada SMA St. Petrus Sidikalang dari 4 faktor yang dimiliki oleh strategi weakness (kelemahan), terdapat 2 faktor yang mendapatkan nilai skor tertinggi yaitu tidak banyak siswa yang lulus ke PTN yang populer dan tidak mendominasi di berbagai kompetisi akdemik serta non akademik.

Dengan identifikasi kelemahan yang telah dilakukan maka SMA St. Petrus perlu memikirkan kembali strategi agar peserta didik dapat masuk ke PTN populer seperti mengadakan jam tambahan untuk belajar ataupun pemberian beasiswa ataupun dana apresiasi untuk peserta didik yang berhasil masuk ke PTN populer.

Selain mempertimbangkan strategi sekolah agar peserta didik banyak masuk ke PTN yang populer, sekolah juga harus memenuhi sumber daya manusia yang dimiliki, hal ini perlu diperhatikan karena dalam aktivitasnya, sekolah sangat memerlukan prestasi peserta didiknya di bidang akademik maupun non akademik. Guna mencapai tujuan tersebut maka sekolah membutuhkan tenaga professional serta memerlukan keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh guru untuk mengolah potensi peserta didik yang akan dikompetesikan. Faktor-faktor kelemahan yang telah dijelaskan tersebut harus segera diperbaiki agar tidak menjadi hambatan sekolah dalam meningkatkan reputasi dan citra sekolah. Reputasi dan citra sekolah yang meningkat dapat meningkatkan minat calon peserta didik maupun orang tua untuk memasukan anaknya ke SMA St. Petrus Sidikalang.

 

Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS)

Pemberian bobot EFAS didasarkan pada perhitungan kategori nilai penilaian terhadap setiap faktor strategis sekolah, dari sini dilihat mana yang mempunyai pengaruh paling besar dan pengaruh terkecil untuk memberikan penilaian. Fungsi dari pembobotan dan rating adalah untuk mengetahui faktor strategis sekolah dan dapat memberikan dampak positif dan negatif. Berikut ini Tabel pemberian nilai dan bobot serta pemberian bobot dan rating.

 

1.   SMA Cahaya Medan

Tabel 9. Penentuan Nilai Bobot EFAS SMA Cahaya Medan

Faktor-Faktor Strategis Eksternal

Pilihan Jawaban

Rating

Bobot

A

B

C

D

Peluang (opportunities)

1.    Regenerasi sekolah (alumni cenderung mendorong keluarganya untuk masuk ke sekolah yang sama)

 

 

 

4

0,19

2.  Potensi pangsa pasar lebih besar ke luar kota (riau, batam)

 

 

 

4

0,19

3.  Banyaknya kompetensi seperti olimpiade yang diikuti sekolah

 

 

 

3

0,13

Sub Total

 

 

 

 

 

0.5

Ancaman (Threat)

 

 

 

 

 

 

1.      Mayoritas orang tua murid berada di luar kota

 

 

 

4

0,19

2.      Peraturan pemerintah yang cenderung berubah

 

 

 

2

0,06

3.      Kompetisi dengan sekolah unggul lainnya yang sangat ketat

 

 

 

4

0,19

4.      Game membuat siswa tidak fokus

 

 

 

2

0,06

Sub Total

 

 

 

 

 

 

0.5

Total

 

 

 

 

 

1

 

2.   SMA St. Petrus Sidikalang

Tabel 3 Penentuan Nilai Bobot EFAS SMA St. Petrus Sidikalang

Faktor-Faktor Strategis Eksternal

Pilihan Jawaban

Rating

Bobot

A

B

C

D

Peluang (opportunities)

1.  Banyaknya kompentisi akademik & non-akademik yang diselenggarakan di kecamatan

 

 

 

3

0,11

2.  Masih sedikitnya kompetitor SMA swasta di daerah sendiri

 

 

 

4

0,16

3.  Tingginya animo masyarakat tentang Pendidikan katolik

 

 

 

3

0,11

Sub Total

 

 

 

 

 

0.37

Ancaman (Threat)

 

 

 

 

 

 

1.      Adanya SMA negeri yang baru didirikan

 

 

 

4

0,16

2.      Kompetitor menambah jumlah kelas

 

 

 

2

0,05

3.      Masyarakat mayoritas di daerah sidikalang memilih untuk sekolah di SMA Negeri di Sidikalang

 

 

 

4

0,16

4.      Pandangan masyarakat setempat lebih memilih SMA Negeri dikarenakan akan lebih mudah masuk PTN dibandingkan SMA St. Petrus

 

 

 

4

0,16

5.      Inkonsistensi peraturan pemerintah

 

 

 

3

0,11

Sub Total

 

 

 

 

 

 

0.63

Total

 

 

 

 

 

1

Analisis dilakukan dengan pembobotan pada faktor eksternal yang meliputi komponen pada aspek peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

 

External Factor Analysis Summary (EFAS)

1.     SMA Cahaya Medan

Tabel 4 Evaluasi Faktor Eksternal SMA Cahaya Medan

No.

Faktor Strategi Eksternal

Rating

Bobot

Skor

 

Opportunity (Peluang)

 

 

 

1

Regenerasi sekolah (alumni cenderung mendorong keluarganya untuk masuk ke sekolah yang sama)

4

0,19

0,75

2

Potensi pangsa pasar lebih besar ke luar kota (riau, batam)

4

0,19

0,75

3

Banyaknya kompetisi seperti olimpiade yang diikuti sekolah

3

0,13

0,38

 

Jumlah Faktor Eksternal

 

 

1,88

No.

Threat (Ancaman)

 

 

 

1

Mayoritas orang tua murid berada di luar kota

4

0,19

0,75

2

Peraturan pemerintah yang cenderung berubah

2

0,06

0,13

3

Kompetisi dengan sekolah unggul lainnya yang sangat ketat

4

0,19

0,75

4

Game membuat siswa tidak fokus belajar

2

0,06

0,13

 

Jumlah Faktor Internal Kelemahan

 

 

1,75

 

a.   Peluang

Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Bagian peluang di SMA Cahaya Medan nilai skor tertinggi pada Regenerasi sekolah dan potensi pengembangan pangsa pasar ke luar kota.

Pada peluang yang dimiliki SMA Cahaya Medan seperti regenerasi sekolah, sekolah juga dapat melakukan promosi sekolah dengan memanfaatkan alumni guna meningkatkan juumlah peserta didik serta berdampak pada meningkatnya jumlah prestasi peserta didik, terlebih alumni SMA Cahaya Medan tidak berfokus di Kota Medan saja, melainkan sampai ke kota atau kabupaten di luar Medan sehingga potensi pangsa pasar juga menjadi lebih luas.

 

b.   Ancaman

Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Ancaman di SMA Cahaya Medan yang memiliki nilai skor tertinggi yakni pada faktor mayoritas  orang tua banyak tinggal di luar kota medan sehingga sudah untuk mensosialisasikan peraturan baru sekolah kepada orang tua murid dan Kompetisi dengan sekolah unggul lainnya yang sangat ketat.

 

2.   SMA St. Petrus Sidikalang

Tabel 5 Evaluasi Faktor Eksternal SMA St. Petrus

No.

Faktor Strategi Eksternal

Rating

Bobot

Skor

 

Opportunity (Peluang)

 

 

 

1

Banyaknya kompentisi akademik & non-akademik yang diselenggarakan di kecamatan

3

0,11

0,32

2

Masih sedikitnya kompetitor SMA swasta di daerah sendiri

4

0,16

0,63

3

Tingginya animo masyarakat tentang Pendidikan katolik

3

0,11

0,32

 

Jumlah Faktor Eksternal

 

 

1,26

No.

Threat (Ancaman)

 

 

 

1

Adanya SMA negeri yang baru didirikan

4

0,16

0,63

2

Kompetitor menambah jumlah kelas

2

0,05

0,11

3

Masyarakat mayoritas di daerah sidikalang memilih untuk sekolah di SMA Negeri di Sidikalang

4

0,16

0,63

4

Pandangan masyarakat setempat lebih memilih SMA Negeri dikarenakan akan lebih mudah masuk PTN dibandingkan SMA St. Petrus

4

0,16

0,63

5

Inkonsistensi peraturan pemerintah

3

0,11

0,32

 

Jumlah Faktor Internal Kelemahan

 

 

2,32

 

a.   Peluang

Berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Pada bagian peluang di SMA St. Petrus nilai skor tertinggi yakni pada faktor masih sedikitnya kompetitor SMA swasta di daerah sendiri. Dengan peluang yang dimiliki SMA St. Petrus seperti masih sedikitnya kompetitor SMA swasta di daerah sendiri, sekolah dapat mengembangkan sekolah dengan berfokus pada berbagai sektor. Hal tersebut juga dapat didukung dengan banyaknya kompetisi akademik & non-akademik yang diselenggarakan di kecamatan, dan tingginya animo masyarakat tentang pendidikan katolik. Dengan memaksimalkan peluang-peluang yang ada atau yang dimiliki oleh SMA St. Petrus Sidikalang akan meningkatkan peluang pasar yang berdampak pada naiknya jumlah peserta didik.

 

b.   Ancaman

Berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa masing-masing komponen memiliki faktor yang paling berpengaruh jika dilihat dari nilai skornya. Dari 5 faktor yang dimiliki oleh strategi threats (ancaman) di SMA St. Petrus Sidikalang, terdapat 3 faktor yang mendapatkan skor tertinggi, faktor tersebut yakni adanya SMA negeri yang baru didirikan, Masyarakat mayoritas di daerah sidikalang memilih untuk sekolah di SMA Negeri di Sidikalang, dan Pandangan masyarakat setempat lebih memilih SMA Negeri dikarenakan akan lebih mudah masuk PTN dibandingkan SMA St. Petrus.

 

Matriks strategi berguna untuk mengetahui usulan strategi bagi SMA Cahaya Medan dan SMA Santo Petrus Sidikalang yang tersaji dalam tabel berikut ini.

 

Tabel 6 Matriks SWOT SMA Cahaya Medan

                              Internal

 

 

 

 

 

 

 

Eksternal    

Strength (Kekuatan)

1. Akreditasi A

2. Lokasi sekolah strategis

3. guru tersertifikasi dan sesuai bidangnya

4. Menggunakan LMS ( Socrates)

Weakness (Kelemahan)

1. Kantor tidak standard (ukuran kantor yang kecil)

2. Lahan Sekolah yang kecil

3. Kurangnya SDM dalam bagian pendukung

Opportunities (Peluang)

1.  Regenerasi sekolah (alumni cenderung mendorong keluarganya untuk masuk ke sekolah yang sama)

2.  Potensi pangsa pasar lebih besar ke luar kota (riau, batam)

3.  Banyaknya kompetisi seperti olimpiade yang diikuti sekolah

Strategi SO

1.   Memperluas dan meningkatkan kerjasama dengan orang tua murid, alumni, lembaga pemerintah, dan lembaga sekolah di bidang akademik dan non akademik (S3, S4, S5, O1, O3, O4)

Strategi WO

1.  Pelatihan SDM dan peserta didik dengan bekerja sama dengan orang tua murid, alumni, lembaga pemerintah, dan lembaga sekolah di bidang akademik dan non akademik (W3, O1)

 

Threats (Ancaman)

1.   Mayoritas orang tua murid berada di luar kota

2.   Peraturan pemerintah yang cenderung berubah

3.   Kompetisi dengan sekolah unggul lainnya yang sangat ketat

4.   Game membuat siswa tidak fokus belajar

 

Strategi ST

1.   Optimalisasi penggunaan teknologi dalam berkomunikasi dengan pihak eksternal khususnya orang tua dan pemerintah (S3, S5, T1, T2, T4)

2.   Penggabungan pembelajaran daring dengan pembelajaran luring (O3, O4,  T1)

 

Strategi WT

1.    Penyusunan laporan harian/mingguan/bulanan kepada orang tua terkait aktivitas peserta didik (W3, A1)

2.    Pengembangan SDM agar sekolah dapat berkompetensi secara sehat dengan sekolah lainnya (W3, A3)

 

 

Tabel 7. Matriks SWOT SMA St. Petrus Sidikalang

                       

 

 

 

                            Internal

 

 

 

 

 

 

 

Eksternal    

Strength (Kekuatan)

1. Sekolah yang sudah lama berdiri

2. Memiliki lahan yang luas dan asri

3. Akreditasi A Menggunakan LMS (Socrates)

Weakness (Kelemahan)

1.   Jumlah kelas relative sedikit

2.   Belum memiliki aula sekolah

3.   Tidak banyak siswa yang lulus ke PTN yang popular

4.   Tidak mendominasi di berbagai kompetisi

Opportunities (Peluang)

1.  Banyaknya kompentisi akademik & non-akademik yang diselenggarakan di kecamatan

2.  Masih sedikitnya kompetitor SMA swasta di daerah sendiri

3.  Tingginya animo masyarakat tentang Pendidikan katolik

Strategi SO

1.  Meningkatkan kerja sama dengan berbagai instansi khususnya bidang olahraga dan seni (S1, S3, O2, O3)

2.  Membangun fasilitas pendukung seperti sarana agama, olahraga, seni, dan teknologi maupun ruang kelas untuk menunjang kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler (S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4, dan O5)

3.  Penggabungan pembelajaran daring dengan pembelajaran luring (S3, O1, O2)

Strategi WO

1.  Bekerja sama dengan berbagai instansi dalam pengembangan kurikulum maupun prestasi akademik dan non akademik, dan religi (W3, W4, O3, O4, O5)

Threats (Ancaman)

1.    Adanya SMA negeri yang baru didirikan

2.    Kompetitor menambah jumlah kelas

3.    Masyarakat mayoritas di daerah sidikalang memilih untuk sekolah di SMA Negeri di Sidikalang

4.    Pandangan masyarakat setempat lebih memilih SMA Negeri dikarenakan akan lebih mudah masuk PTN dibandingkan SMA St. Petrus

5.    Inkonsistensi peraturan pemerintah

Strategi ST

1.     Mengembangkan desain pembelajaran yang lebih unggul, menarik, jelas, dan terukur (S3, S4, T3, T4).

 Strategi WT

1. Pengadaan beasiswa prestasi untuk peserta didik yang berprestasi dan berhasil masuk PTN (W3, A4)

 

Strategi yang Direkomendasi untuk Mengembangkan SMA Putri Cahaya Medan dan SMA Santo Petrus Sidikalang

Langkah selanjutnya pada analisis ini adalah menentukan alternatif terbaik yang dapat di usulkan di SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupkan metode yang tepat digunakan untuk mencari alternatif terbaik dari berbagai pilihan alternatif yang diperoleh dari metode SWOT karena menggunakan perspektif expert dalam pemberian bobot bagi masing masing kriteria. Gambar 6 dan 7 menunjukkan proses Analisa AHP pada strategi pengembangan sekolah di SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang.

 

Gambar 1. Hierarki Analisis AHP Strategi Pengembangan Sekolah di SMA Cahaya Medan

 

 

 

Gambar 2. Hierarki Analisis AHP Strategi Pengembangan Sekolah di SMA St. Petrus Sidikalang

 

Dari gambar 1 dan 1, terdapat 4 hierarki yang meliputi hierarki 1 tujuan, hierarki 2 kriteria, hierarki 3 sub kriteria dan hierarki 4 adalah alternatif. Hirarki 1 merupakan tujuan yang akan dicapai dimana dalam hal ini merupakan strategi pengembangan sekolah yang terpilih untuk di terapkan pada SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang. Hierarki 2 merupakan kriteria yang merupakan hal-hal penting yang menjadi tolak ukur dalam menentukan strategi pengembangan sekolah yang tepat untuk diterapkan pada SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang. Pada penelitian ini terdapat 4 kriteria yang diperoleh berdasarkan pada wawancara, studi literature, kemudian dilakukan konfirmasi expert, yaitu: Strenght (S), Weakness (W), Opportunity (O) dan Threats (T). Hierarki 3 merupakan faktor-faktor internal dan external pada SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang, dan hierarki keempat merupakan alternatif-alternatif strategi pengembangan sekolah pada SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang  yaitu: SO, WO, ST, WT. Kriteria, Sub kriteria, dan alternatif strategi berikutnya dihitung menggunakan pembobotan untuk mendapatkan alternatif strategi pengembangan SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang.

 

Perhitungan Bobot Alternatif Strategi

Setelah melakukan perhitungan bobot untuk masing masing kriteria dan sub kriteria selanjutnya adalah perhitungan bobot untuk masing–masing alternatif strategi. Tingkat kepentingan untuk masing-masing strategi diperoleh dengan cara pengisian kuisioner oleh expert, guna mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria penilaian terhadap alternatif strategi. Penilaian menggunakan skala perbedaan semantis (semantic differentian scale). Skala perbedaan semantis merupakan pengukuran yang menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara verbal dua kutub penilaian yang ekstrem. Selanjutnya melakukan konfirmasi kepada expert tentang skala perbandingan berpasangan antar kriteria setelah itu untuk mengetahui bobot global alternatif strategi yaitu dengan melakukan perhitungan bobot untuk masing – masing alternatif strategi kemudian memperoleh bobot global (nilai akhir). Berikut hasil perhitungan bobot untuk masing–masing alternatif strategi pengembangan sekolah di SMA Cahaya Medan dan SMA St. Petrus Sidikalang.

 

Tabel 8. Rekapitulasi Perhitungan Bobot Global Alternatif Strategi SMA Cahaya Medan

Kriteria

Eigen Vektor (Bobot)

Sub Kriteria

Eigen Vektor

Bobot Akhir (Bobot Ktriteria X Bobot Sub Kriteria)

Tingkat Kepentingan

Nilai Akhir (Bobot Kriteria X Bobot Sub Kriteria X  Tingkat Kepentingan)

SO

WO

ST

WT

SO

WO

ST

WT

Strength (S)

0,44

S1

0,34

0,15

6

6

4

6

0,40

0,40

0,27

0,40

S2

0,15

0,07

4

7

4

1

0,12

0,21

0,12

0,03

S3

0,32

0,14

4

6

3

7

0,25

0,38

0,19

0,44

S4

0,06

0,03

6

6

2

5

0,07

0,07

0,02

0,06

Weakness (W)

0,17

W1

0,12

0,02

2

7

5

4

0,01

0,02

0,02

0,01

W2

0,27

0,04

6

7

5

1

0,04

0,05

0,04

0,01

W3

0,61

0,10

3

7

6

6

0,05

0,12

0,10

0,10

Opportunity (O)

0,28

O1

0,25

0,07

6

6

3

4

0,12

0,12

0,06

0,08

O2

0,20

0,06

3

7

5

1

0,05

0,11

0,08

0,02

O3

0,31

0,09

6

6

5

1

0,15

0,15

0,12

0,02

Threats (T)

0,11

T1

0,24

0,03

7

2

5

6

0,02

0,01

0,01

0,02

T2

0,34

0,04

6

6

5

2

0,02

0,02

0,02

0,01

T3

0,29

0,03

6

6

3

5

0,02

0,02

0,01

0,02

T4

0,14

0,01

6

6

6

4

0,01

0,01

0,01

0,01

Total

0,87

 

1,33

1,68

1,07

1,22

 

Berdasarkan tabel 15 diperoleh bobot akhir untuk S1 yaitu sebesar 0,15; bobot akhir untuk S2 yaitu sebesar 0,07; bobot akhir untuk S3 yaitu sebesar 0,32, dan sebagainya. Setelah menghitung bobot akhir, dilakukan pula perhitungan Nilai Akhir dengan cara bobot kriteria dikali bobot sub kriteria dikali tingkat kepentingan. Sehingga diperoleh nilai akhir S1 tepatnya pada SO yaitu sebesar 0,40; pada WO yaitu sebesar 0,40; pada ST yaitu sebesar 0,27; pada WT yaitu sebesar 0,40, dan lain sebagainya. Kemudian dihitung nilai total pada SO, WO, ST dan WT dengan menjumlahkan seluruh nilai dari S1 hingga T4. Sehingga diperoleh nilai total pada SO yaitu sebesar 1,33; pada WO yaitu sebesar 1,68; pada ST yaitu sebesar 1,07 pada WT yaitu sebesar 1,22. Dari nilai total pada SO, WO, ST dan WT maka diperoleh nilai total pada WO yaitu sebesar 1,68 menjadi prioritas pertama alternative strategi yang di usulkan; pada SO yaitu sebesar 1,33 menjadi prioritas kedua alternative strategi yang di usulkan; pada WT yaitu sebesar 1,22 menjadi prioritas ketiga alternative strategi yang di usulkan; pada ST yaitu sebesar 1,07 menjadi prioritas keempat alternative strategi yang di usulkan.

Strategi prioritas pertama yang dilakukan SMA Cahaya Medan yakni pelatihan SDM dan peserta didik dengan bekerja sama dengan orang tua murid, alumni, lembaga pemerintah, dan lembaga sekolah di bidang akademik dan non akademik dan penggabungan pembelajaran daring dengan pembelajaran luring. Pelatihan SDM dan peserta didik menjadi prioritas pertama karena SMA Cahaya Medan memilki SDM yang rendah sehingga berdampak pada pembelajaran yang tidak maksimal. Hal tersebut juga diperparah dengan kondisi peserta didik di SMA Cahaya Medan yang mudah teralihkan dengan game. Strategi tersebut muncul karena SMA Cahaya Medan memiliki sejumlah peluang seperti regenerasi sekolah, relokasi sekolah, potensi pangsa pasar yang lebih besar di luar kota, serta adanya pembiayaan olimpiade oleh sekolah. Sementara itu strategi penggabungan pembelajaran daring dan luring juga menjadi alternatif strategi karena SMA Cahaya Medan mempunyai potensi pasar ke luar kota yang lebih besar. Hal tersebut menjadi penambah daya tarik pasar untuk memilih SMA Cahaya Medan dan juga dapat menjadi solusi atasi minimnya kualitas SDM. Adapun hasil perhitungan bobot untuk masing–masing alternatif strategi pengembangan sekolah di SMA St. Petrus Sidikalang dapat diamati  pada tabel 20.

 

Tabel 9 Rekapitulasi Perhitungan Bobot Global Alternatif Strategi SMA St. Petrus Sidikalang

Kriteria

Eigen Vektor (Bobot)

Sub Kriteria

Eigen Vektor

Bobot Akhir (Bobot Ktriteria X Bobot Sub Kriteria)

Tingkat Kepentingan

Nilai Akhir (Bobot Kriteria X Bobot Sub Kriteria X  Tingkat Kepentingan)

SO

WO

ST

WT

SO

WO

ST

WT

Strength (S)

0,47

S1

0,07

0,03

6

6

5

4

0,09

0,09

0,07

0,06

S2

0,22

0,10

5

6

5

1

0,25

0,29

0,25

0,05

S3

0,71

0,34

5

6

1

3

0,80

0,95

0,16

0,48

Weakness (W)

0,15

W1

0,16

0,02

6

7

5

4

0,02

0,03

0,02

0,01

W2

0,05

0,01

5

7

3

1

0,01

0,01

0,00

0,00

W3

0,34

0,05

6

6

5

5

0,05

0,05

0,04

0,04

W4

0,46

0,07

6

6

5

2

0,06

0,06

0,05

0,02

Opportunity (O)

0,29

O1

0,18

0,05

6

6

4

1

0,09

0,09

0,06

0,01

O2

0,74

0,21

6

6

5

2

0,37

0,37

0,31

0,12

O3

0,08

0,02

6

6

4

2

0,04

0,04

0,03

0,01

Threats (T)

0,09

T1

0,22

0,02

6

6

5

3

0,01

0,01

0,01

0,00

T2

0,14

0,01

6

7

5

1

0,01

0,01

0,01

0,00

T3

0,27

0,02

6

6

5

2

0,01

0,01

0,01

0,00

T4

0,20

0,02

6

6

5

3

0,01

0,01

0,01

0,00

T5

0,17

0,01

6

6

5

4

0,01

0,01

0,01

0,01

Total

1,00

 

1,81

2,03

1,03

0,83

 

Berdasarkan tabel 16 diperoleh bobot akhir untuk S1 yaitu sebesar 0,03; bobot akhir untuk S2 yaitu sebesar 0,10; bobot akhir untuk S3 yaitu sebesar 0,34, dan sebagainya. Setelah menghitung bobot akhir, dilakukan pula perhitungan Nilai Akhir dengan cara bobot kriteria dikali bobot sub kriteria dikali tingkat kepentingan. Sehingga diperoleh nilai akhir S1 tepatnya pada SO yaitu sebesar 0,09; pada WO yaitu sebesar 0,09; pada ST yaitu sebesar 0,07; pada WT yaitu sebesar 0,06, dan lain sebagainya. Kemudian dihitung nilai total pada SO, WO, ST dan WT dengan menjumlahkan seluruh nilai dari S1 hingga T5. Sehingga diperoleh nilai total pada SO yaitu sebesar 1,81; pada WO yaitu sebesar 2,03; pada ST yaitu sebesar 1,03; pada WT yaitu sebesar 0,83. Dari nilai total pada SO, WO, ST dan WT maka diperoleh nilai total pada WO yaitu sebesar 2,03 menjadi prioritas pertama alternative strategi yang di usulkan; pada SO yaitu sebesar 1,81 menjadi prioritas kedua alternative strategi yang di usulkan; pada ST yaitu sebesar 1,03 menjadi prioritas ketiga alternative strategi yang di usulkan; pada WT yaitu sebesar 0,83 menjadi prioritas keempat alternative strategi yang di usulkan.

Strategi prioritas pertama yang dilakukan SMA St. Petrus Sidikalang yakni bekerja sama dengan berbagai instansi dalam pengembangan kurikulum maupun prestasi akademik dan non akademik, dan religi serta penggabungan pembelajaran daring dengan luring. Bekerja sama dengan berbagai instansi dalam pengembangan kurikulum maupun prestasi akademik, non akademik, dan religi menjadi prioritas karena SMA St. Petrus Sidikalang memiliki jumlah kelas yang relatif sedikit, belum memiliki alula sekolah, tidak banyak siswa yang lulus ke PTN populer, dan tidak mendominasi di kompetensi akademik dan non akademik namun SMA St. Petrus berpeluang menjadi SMA unggul dan berpotensi untuk berkerja sama dengan berbagai instansi lintas bidang untuk mengembangkan kualitas dan mempromosikan sekolah ke berbagai pihak, selain itu peluang lainnya yaitu dapat membangun ruangan kelas yang abru dengan memanfaatkan luas lahan sekolah yang luas, kemudian SMA St. Petrus Sidikalang juga berpeluang menjadi SMA Swasta unggul, tingginya animo masyarakat tentang Pendidikan Katholik yang ada di SMA St. Petrus Sidikalang dan sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibandingkan dengan competitor di daerahnya. Sementara itu penggabungan pembelajaran daring dengan luring menjadi alternatif strategi sebagai upaya dalam mengatasi kompetensi akademik yang tidak mendominasi. Selain itu, penggabungan pembelajaran daring dan luring juga dapat menjadi alat untuk promosi sekolah, terlebih sekolah juga belum memiliki kompetitor dan menambah animo masyarakat yang tinggi terhadap pendidikan katolik.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Faktor internal yang paling dominan mempengaruhi SMA Cahaya Medan adalah kurangnya sumber daya manusia dengan skor 1,78, sedangkan faktor eksternal yang paling dominan adalah regenerasi sekolah dan potensi pangsa pasar yang lebih besar di luar kota. Untuk SMA St. Petrus Sidikalang, faktor internal yang paling berpengaruh adalah akreditasi A dengan penggunaan LMS, dengan skor 1,60, dan faktor eksternalnya adalah sedikitnya kompetitor SMA swasta, juga dengan skor 1,60. Strategi untuk SMA Cahaya Medan meliputi perluasan kerjasama dengan pemangku kepentingan, pelatihan SDM dan siswa, optimalisasi penggunaan teknologi, serta penggabungan pembelajaran daring dan luring. Untuk SMA St. Petrus Sidikalang, strategi meliputi peningkatan kerjasama dengan berbagai institusi, pembangunan fasilitas pendukung, pengembangan desain pembelajaran yang unggul, serta penyediaan beasiswa. Strategi pengembangan prioritas untuk SMA Cahaya Medan adalah pelatihan SDM dan penggabungan pembelajaran daring dan luring karena rendahnya SDM yang berdampak pada kualitas pembelajaran. Untuk SMA St. Petrus Sidikalang, prioritasnya adalah kerjasama dengan berbagai institusi dalam pengembangan kurikulum dan prestasi, serta penggabungan pembelajaran daring dan luring.

 

BIBLIOGRAFI

 

Akrim, A. (2022). Covid-19 Dan Kampus Merdeka Di Era New Normal (Ditinjau Dari Perspektif Ilmu Pengetahuan). Aksaqila Jabfung.

Asrori, B., & Nugroho, R. (2016). Strategi Pemasaran Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di SMA Islam Nurul Amanah Kecamatan Tragah Kabupaten BangkalanInspirasi Manajemen Pendidikan4(1), 1-8.

Barnawi & M, Arifin. (2014). Buku Pintar Mengelola Sekolah (Swasta). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Belawati, T. (2019). Pembelajaran Online. Banten: Universitas Terbuka

Darmalaksana, W., Hambali, R.Y.A., Masrur, A. & Muhlas. (2020). Analisis pembelajaran Online Masa WFH pandemic Covid-19 sebagai Tantangan Pemimpin Digital Abad 21.

Dewi, W. A. F. 2020. Dampak COVID-19 terhadap Implementasi Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55–61. https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89

Dhamayanti, W., Indraningtyas, S., & Sastrosupadi, A. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Luring Dan Model Pembelajaran Daring Terhadap Prestasi Belajar Siswa Metta School. Perspektif Ilmu Pendidikan35(2), 105-113.

Lubis, H. (2002). Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama Republik Indonesia

Musfah, J. (2015). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Rahman, D. (2021). Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar dan InformasiMaktabatun: Jurnal Perpustakaan dan Informasi1(1), 9-14.

Rohmanto, R., & Setiawan, T. (2022). Perbandingan Efektivitas Sistem Pembelajaran Luring dan Daring Menggunakan Metode Use case dan Sequence Diagram. INTERNAL (Information System Journal), 5(1), 53-62.

Safitri, E. D., Ardi, M., Priyantoro, D. E., & Ratnasari, E. M. (2021). Upaya Penerapan Kelasnya Manusia dalam Meningkatkan Motivasi BelajarEl-Athfal: Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Anak1(02), 109-118.

Sallis, E. (2010). Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan). Yogyakarta: IRCiSoD.

Widjaja, W. (2020). Strategi Pengembangan SMA menggunakan alalisis SWOT: studi kasus SMA NRD, Jakarta, Indonesia. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis. 4(1)

Wijaya, D. (2012). Pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta: Salemba.

 

 

Copyright holder:

Andreas Nicholas Gandaputra Simbolon, Idqan Fahmi, Utami Dyah Syafitri (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: