Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
8, Agustus 2024
EVALUASI
HASIL PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI PADA PEGAWAI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
SUKAPURA JAKARTA UTARA
Endang Sulistyaningsih1,
Khurotul Aini2
Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka, Jakarta, Indonesia1
Rumah Sakit Islam Jakarta
Sukapura, Jakarta, Indonesia2
Email: [email protected]1, khurotulaini.1173@gmail.com2
Abstrak
Kebugaran jasmani merupakan kondisi dimana tubuh dapat melangsungkan aktivitas tanpa merasa lelah.
Kebugaran jasmani dibutuhkan oleh seseorang dikarenakan hal itu bisa menjadi
pengaruh dari apa yang akan dilakukannya. Saat ini Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara terus mengalami peningkatan baik
kunjungan rawat jalan maupun jumlah pasien yang dirawat inap. Untuk itu perlu
dilakukan pengukuran kebugaran jasmani bagi pegawainya agar dapat diketahui
seperti apa kebugaran jasmani dari pegawai sehingga dapat menggambarkan
kekuatan pegawai dalam bekerja melayani pasien baik secara langsung bagi tenaga
kesehatan maupun secara tidak langsung bagi tenaga non kesehatan. Berdasarkan
hal itu maka tingkatan kebugaran jasmani yang prima bagi para karyawan sangat
diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kebugaran
jasmani pegawai, terutama melalui pengukuran Index Massa Tubuh (IMT) dan kadar
VO2Max, serta mengetahui seberapa besar proporsi pegawai yang memiliki
kebugaran jasmani tidak normal. Penelitian ini mengunakan
penelitian deskripsi kuantitatif non eksperimen, peneliti menginginkan
mengevaluasi tingkatan kebugaran jasmani pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura tanpa memberikan perlakuan. Hasil penelitian ini
adalah bahwa sebanyak 22 pegawai atau 57,92% dari 52 pegawai memiliki Index
Massa Tubuh (IMT) tidak normal dan sebanyak sebanyak
34 orang atau 97,14% dari 35 pegawai memiliki kadar VO2Max dengan rentang
VO2Max <35 yang artinya berkategori
sebagai VO2Max dibawah rata-rata. Dengan demikian
perlu dilakukan suatu kegiatan atau pembinaan bagi pegawai RS Islam Jakarta Sukapura agar mereka dapat mencapai kebugaran jasmani
sesuai standar dan dapat meningkatkan kinerjanya.
Kata Kunci : IMT,
Kebugaran, Jasmani, VO2 Jasmani,VO2Max
Abstract
Physical
fitness is a condition where the body can carry out activities without feeling
tired. Physical fitness is needed by a person because it can be an influence on
what he will do. Currently, the Jakarta Islamic Hospital Sukapura
North Jakarta continues to experience an increase in both outpatient visits and
the number of patients hospitalized. For this reason, it is necessary to
measure physical fitness for employees so that it can be known what the
physical fitness of employees is so that it can describe the strength of
employees in working to serve patients both directly for health workers and
indirectly for non-health workers. Based on that, the level of excellent
physical fitness for employees is very necessary. This study aims to identify
the level of physical fitness of employees, especially through the measurement
of Body Mass Index (BMI) and VO2Max levels, and determine how large the
proportion of employees who have abnormal physical fitness. This study uses
non-experimental quantitative description research, researchers want to
evaluate the level of physical fitness of employees of the Jakarta Islamic
Hospital Sukapura without providing treatment. The
results of this study are that as many as 22 employees or 57.92% of 52
employees have abnormal Body Mass Index (BMI) and as many as 34 people or
97.14% of 35 employees have VO2Max levels with a VO2Max range <35 which means
categorized as VO2Max below average. Thus it is
necessary to carry out an activity or coaching for employees of the Jakarta
Islamic Hospital Sukapura so that they can achieve
physical fitness according to standards and can improve their performance.
Keywords: BMI, Fitness, Physical, VO2
Physical, VO2Max.
Pendahuluan
Rumah Sakit adalah “institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, dimana
sumber daya manusianya”. Meliputi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan (Havrian, 2020).
Untuk dapat memberikan pelayanan yang prima dalam pelayanan jasa kesehatan Rumah Sakit maka dituntut kebugaran jasmani dari seluruh
pegawai yang ada di Rumah Sakit Kebugaran jasmani
merupakan kondisi dimana tubuh dapat tetap
berkegiatan tanpa merasa lelah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
tetap dapat mempertahankan kebugaran seseorang antara lain dengan melakukan
penjagaan pola hidup yang sehat yaitu dengan konsumsi makanan yang seimbang kandungan
gizinya sesuai kebutuhan serta beristirahat yang berkecukupan dengan mengatur
pola tidur dicukupkan hingga 8 jam per hari agar tubuh kembali fit bugar serta
pikiran dan mental.
Dengan kondisi tubuh yang prima maka
diharapkan seseorang akan mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik sehingga
dapat mendukung kinerja yang menjadi “tanggungjawabnya.
Hal ini dimaksudkan bahwa terdapat durasi antara pekerjaan satu dengan yang
lainnya, serta intensitas pekerjaanya.
Kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh seseorang, karena faktor tersebut
dapat mempengaruhi hasil aktivitasnya. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Keliat (2019) yang menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan suatu kondisi ketika
tubuh mampu menjalankan aktivitas dengan baik dan efektif tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan tubuh masih memiliki cadangan energi untuk
melaksanakan tugas lainnya”.
Manusia merupakan “salah satu dari makhluk hidup yang memerlukan kebugaran
tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Santika, 2017). Kondisi bugar pada tubuh seseorang dapat berdampak meningkatkan kinerja
yang maksimal (Putrayasa et al., 2018). Untuk memperoleh kebugaran tubuh optimal, manusia dapat melakukan dengan
berbagai cara, seperti rutin melakukan kegiatan olahraga yang berfungsi untuk
peningkatan efisiensi fungsi tubuh sehingga dapat meningkatkan kebugaran
jasmani” (Kemenkes, 2018).
Rekomendasi pada WHO untuk dewasa dengan estimasi usia 18
tahun sampai dengan 64 tahun, harus melangsungkan setidaknya dari 150 hingga
300 menit aktivitas fisik aerobik dengan intentitasnya
yang sedang, ataupun juga 75 menit ampai 150 menit dengan intentitas
yang tinggi, dilakukan dengan kombinasi kegiatan dengan intentitas
yang kuat. Satu minggu juga dibutuhkan kegiatan penguatan otot dengan
melibatkan pengelompokan intentitas yang sedang
ataupun besar.
“Aktivitas otot utama dilakukan per minggusedikitnya
2 hari atau lebih karena dapat menambah manfaat kesehatan (Chaput et al., 2020).
Aktivitas olahraga yang tersistem dengan relatif waktu lama, secara
progresif dan individu dapat ditingkatkan dengan mengarah kepada ciri fungsi
dan psikologis individu meraih tujuan yang telah ditetapkan disebut juga dengan
latihan fisik (Bafirman & Wahyuri, 2019; Budiwanto,
2012).
Suatu upaya pengukuran yang dapat menentukan tingkat kebugaran jasmani
seseorang dan dasar untuk memilih latihan fisik yang disusun secara terprogram
untuk meningkatkan kebugarannya disebut dengan pengukuran kebugaran jasmani (Adiatmika & Santika, 2016). Rendahnya tingkat kebugaran jasmani seseorang akan mengakibatkan pada
penurunan prestasi maupun produktivitas (Aprianto & Nurwahyuni, 2021).
Berdasarkan data hasil Riskesdas 2018,
umumnya kualitas kebugaran jasmani masyarakat Indonesia tergolong rendah.
Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif dengan nilai 33,5 persen
(kegiatan kumulatif kurang dari 150 menit seminggu). Provinsi dengan penduduk
aktivitas fisik tergolong kurang aktif berjumlah 13 provinsi” (Kemenkes, 2018).
Pada
saat ini Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Jakarta
Utara terus mengalami peningkatan baik kunjungan rawat jalan maupun jumlah pasien yang dirawat inap. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran
kebugaran jasmani bagi pegawainya agar dapat diketahui
seperti apa kebugaran jasmani dari pegawai sehingga dapat menggambarkan
kekuatan pegawai dalam bekerja melayani pasien baik secara langsung bagi tenaga
kesehatan maupun secara tidak langsung bagi tenaga non kesehatan. Hal ini
penting agar produktivitas pegawai dapat dimaksimalkan sehingga mampu
memberikan pelayanan yang terbaik dalam bekerja dan berdampak pada kepuasan
pasien dan berlanjut pada loyalitas pasien dan pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan Rumah Sakit. Berdasarkan hal itu maka tingkatan kebugaran jasmani
Rumah Sakit sangat diperlukan.
Aktivitas jasmani merupakan “fungsi dari kebugaran jasmani, jika seseorang
tidak memiliki kebugaran jasmani yang memadai maka produktivitasnya juga tidak
akan sebaik orang yang memiliki kategori kebugaran yang baik (Darmawan, 2017; Ruhayati & Fatmah, 2011). Hal ini tentunya dapat mengembangkan potensi kualitas manusia untuk
menjadi lebih baik, maka seseorang perlu adanya menjaga kebugaran jasmani.
Dalam menunjang aktifitas manusia setiap hari,
diperlukan kebugaran jasmani. Setiap orang memiliki nilai kebugaran jasmani
masing-masing sesuai dengan pekerjaan dan profesi (Lesmana, 2013). Kemampuan tubuh seseorang untuk beraktivitas sehari-hari serta memberi
dukungan pada pegawai untuk melakukan tugas dan aktivitas pada jangka waktu
yang cukup lama, tanpa memberikan efek kelelahan yang berlebih dapat disebut
dengan kebugaran jasmani (Santika, 2017).
Melalui peningkatan aktivitas fisik dan latihan fisik atau olahraga yang
baik, benar, dan terukur, serta teratur dapat meningkatkan kebugaran jasmani
dengan tujuan agar dapat memperoleh daya tahan dan status kesehatan seseorang
yang optimal (Saputra, 2020).
Index Massa Tubuh (IMT) adalah cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (18 tahun ke atas),
merupakan angka yang menunjukan proporsi berat badan
menurut tinggi badan dengan tidak membedakan proporsi berat yang disebabkan
massa otot, tulang, cairan atau lemak
Adanya perbedaan konsumsi oksigen dikarenakan adanya perbedaan pada
komposisi tubuh (Syafrina et al., 2022). Hal ini dapat dicontohkan pada tubuh yang mengalami rendahnya konsumsi
oksigen maksimum. Hal itu disebabkan karena memiliki presentasi lemak tinggi.
Jika lemak tubuh dapat berkurang, maka akan menambahkan konsumsi oksigen
maksimal tanpa perlu melakukan latihan tambahan.
Denyut jantung individu yang sering melakukan aktivitas fisik lebih rendah
dari pada orang yang tidak. Kondisi denyut jantung yang lebih rendah
mengakibatkan tingginya nilai VO2Max pada orang yang terlatih. Setelah
melakukan latihan fisik, denyut jantung dapat mengalami penurunan di rentang
waktu tertentu. Hal tersebut adalah kompensasi tubuh terhadap kegiatan
aktivitas fisik. Karena itu, orang yang latihan fisik mampu bekerja lebih
efektif daripada orang yang tidak melakukan latihan fisik.
Menurut hasil penelitian terdahulu, dengan melakukan latihan secara teratur
dapat membuat peningkatan nilai VO2Max (Sunadi et al., 2016). Pengukuran kebugaran dengan metode Rockport
dikembangkan oleh Kline. Rockport
Tes berjalan 1 mil adalah salah satu metode umum untuk memperkirakan VO2Max
pada kelompok usia yang berbeda” (Chaturvedi et al., 2018). Pelaksanaan uji lapangan 1,6 km dengan
menggunakan metode Rockport menjadi pertimbangan
utama dilihat dari segi kemudahannya, tidak membutuhkan biaya yang banyak (Ervina et al., 2020). Tes kebugaran metode Rockport dinyatakan valid
terhadap tes Bruce yang menjadi standar emas
pengukuran kebugaran jantung paru (Budiman et al., 2017). Karena itu pengukuran kebugaran metode Rockport
cocok untuk dipakai baik di Kementerian Kesehatan maupun masyarakat.
Metode Penelitian
Penelitian ini mempergunakan penelitian kuantitatif, penggambaran hal dan
keadaan peristiwa dan lain lainnya (Arikunto, 2016). Jenis penelitian yaitu dengan non eksperimen, peneliti melakukan mengevaluasi
tingkat kebugaran pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura
di daerah Jakarta Utara tanpa memberi perlakuan.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Pengukuran Rockport
|
|
Usia (Tahun) |
Jenis Kelamin |
Tekanan Darah |
Nadi |
Hasil Pemeriksaan |
||
No |
Nama |
Waktu |
Vol
Max |
Kategori |
||||
1.
|
Risda Ulfa Kumia |
38 |
P |
118 |
80 |
14. 24 |
28 |
Cukup |
2.
|
Umar Sahid Saiful Amri |
35 |
L |
137/90 |
80 |
13.16 |
30 |
Kurang |
3.
|
Agus Suprapto |
44 |
L |
140/76 |
86 |
16.29 |
26 |
Kurang |
4.
|
Nur Haryanti |
38 |
P |
122/90 |
70 |
19.45 |
23 |
Kurang |
5.
|
Dhea putri zahra |
31 |
P |
119/80 |
77 |
19.45 |
23 |
Kurang |
6.
|
Putri sinta mandasari |
32 |
P |
127/60 |
81 |
13.03 |
31 |
Baik |
7.
|
Nur Afnita |
42 |
P |
113/76 |
78 |
15.15 |
27 |
Cukup |
8.
|
Bangun |
50 |
L |
110/90 |
72 |
13.25 |
30 |
Cukup |
9.
|
Imam Santiko |
38 |
L |
147/80 |
90 |
12.10 |
32 |
Baik |
10.
|
Laila Febrivanti |
38 |
P |
140176 |
69 |
13.30 |
30 |
Cukup |
11.
|
Mansyur |
52 |
L |
138/86 |
73 |
14.36 |
28 |
Cukup |
12.
|
Taufik |
53 |
L |
139/80 |
90 |
12.43 |
31 |
Baik |
13.
|
M. Arifin Dwi Jayanto |
34 |
L |
140/70 |
88 |
14.33 |
28 |
Kurang |
14.
|
Abdul Muis |
45 |
L |
80/77 |
77 |
12.10 |
32 |
Baik |
15.
|
Kadarwati |
46 |
P |
126/79 |
88 |
19,35 |
23 |
Kurang |
16.
|
Novi Hanifatunnisa |
31 |
P |
130/90 |
97 |
17.20 |
25 |
Kurang |
17.
|
Ela Hanifah |
32 |
P |
117/89 |
80 |
15.40 |
27 |
Kurang |
18.
|
Eka Astuti |
32 |
P |
103/79 |
79 |
15.00 |
28 |
Kurang |
19.
|
Aspivah |
35 |
P |
128/90 |
88 |
15.50 |
27 |
Kurang |
20.
|
Nofa Pipit Anggraeni |
29 |
P |
108/76 |
100 |
16.21 |
26 |
Kurang |
21.
|
Hana Faridah |
20 |
P |
120/90 |
95 |
16.52 |
26 |
Kurang |
22.
|
Syifa Fauziah |
32 |
P |
111/80 |
95 |
16.52 |
26 |
Kurang |
23.
|
Nurani |
31 |
P |
110/74 |
110 |
12.25 |
32 |
Cukup |
24.
|
drg. Rahmawati |
32 |
P |
118/71 |
84 |
16.21 |
26 |
Kurang |
25.
|
Meitasari |
45 |
P |
124/87 |
111 |
22.3 |
21 |
Kurang |
26.
|
Amir Zakwan. |
51 |
L |
126/88 |
112 |
12,36 |
31 |
Cukup |
27.
|
Bagus Nur Setio |
30 |
L |
105/77 |
98 |
12.55 |
31 |
Cukup |
28.
|
Hajriah Fajar |
37 |
L |
133/99 |
84 |
17.18 |
25 |
Kurang |
29.
|
Raynaldi |
26 |
L |
107/79 |
70 |
16.15 |
26 |
Kurang |
30.
|
Nur Yogo Pratomo |
26 |
L |
113/73 |
91 |
10.29 |
36 |
Cukup |
32 |
Sri Hartini |
31 |
P |
121/73 |
89 |
17.00 |
35 |
Kurang |
33 |
Suci Ayu Nurianah |
32 |
P |
142/80 |
89 |
18.15 |
24 |
Kurang |
34 |
Wasis Handoko |
28 |
L |
116/66 |
80 |
14 36 |
28 |
Kurang |
35 |
Khoirunnisa |
34 |
P |
116/84 |
80 |
1712 |
25 |
Kurang |
Dari hasil pengukuran kadar VO2Max terhadap sebanyak 35 pegawai dari 52
pegawai yang melakukan pengukuran IMT, dapat dilihat di tabel 2 berikut yang
menunjukkan bahwa sebanyak 34 orang atau 97,14% memiliki kadar VO2Max dengan
rentang VO2Max <35 yang artinya
berkategori sebagai VO2Max dibawah rata-rata
sedangkan 1 orang atau 2,86%memiliki kadar VO2 Max > 35 yang artinya
berkategori sebagai VO2Max di atas rata – rata
Tabel 2. Hasil
Penilaian Indeks Massa tubuh
No |
Nama pegawai |
Usia (Thn) |
Jenis Kelamin |
BB
(kg) |
TB
(cm) |
IMT
(kg/m2) |
Kategori |
1. |
Risda Ulfa Kumia |
38 |
P |
53 |
154 |
22,35 |
Normal |
2. |
Umar Sahid Saiful Amri |
35 |
L |
75 |
165 |
27,55 |
Obesitas |
3.
|
Agus Suprapto |
44 |
L |
72 |
162 |
27,43 |
Obesitas |
4.
|
Nur Harvanti |
38 |
P |
77 |
153 |
32,89 |
Obesitas |
5.
|
Dhea putri zahra |
31 |
P |
74 |
159 |
29.27 |
Obesitas |
6.
|
Putri sinta mandasari |
32 |
P |
41 |
155 |
17.07 |
Kurus |
7.
|
Nur Afnita |
42 |
P |
54 |
158 |
21,63 |
Normal |
8.
|
Bangun |
50 |
L |
59 |
160 |
23,05 |
Normal |
9.
|
Imam Santiko |
38 |
L |
100 |
182 |
30,19 |
Obesitas |
10.
|
Laila Febriyanti |
38 |
P |
60 |
154 |
25,30 |
Overweight |
11.
|
Mansyur |
52 |
L |
65 |
173 |
21,72 |
Normal |
12.
|
Taufik |
53 |
L |
86 |
172 |
29,07 |
Obesitas |
13.
|
M. Arifin Dwi Jayanto |
34 |
L |
67 |
165 |
24,61 |
Normal |
14.
|
Abdul Muis |
45 |
L |
52 |
163 |
19,57 |
Normal |
15.
|
Kadarwati |
46 |
P |
78.8 |
152 |
34.11 |
Obesitas |
16.
|
Novi Hanifatunnis a |
31 |
P |
97 |
155 |
40,37 |
Obesitas |
17.
|
Ela Hanifah |
32 |
P |
63.5 |
153 |
27.13 |
Obesitas |
18.
|
Eka Astuti |
32 |
P |
56,8 |
154 |
23.95 |
Normal |
19.
|
Aspiyah |
35 |
P |
57,45 |
153 |
24,54 |
Normal |
20.
|
Nofa Pipit Anggraeni |
29 |
P |
68,8 |
159 |
27.21 |
Obesitas |
21.
|
Hana Faridah |
29 |
P |
49.6 |
155 |
20.65 |
Normal |
22.
|
Syifa Fauziah |
32 |
P |
64 |
153 |
27.34 |
Obesitas |
23.
|
Nurani |
31 |
P |
45 |
150 |
20.00 |
Normal |
24.
|
drg. Rahmawati |
32 |
P |
47 |
152 |
20,34 |
Normal |
25.
|
Meitasari |
45 |
P |
97 |
150 |
43.11 |
Obesitas |
26.
|
Amir Zakwan. |
51 |
L |
62 |
165 |
22.77 |
Normal |
27.
|
Bagus Nur Setio |
30 |
L |
99 |
169 |
34,66 |
Obesitas |
28.
|
Hajriah Fajar |
37 |
L |
89,9 |
170 |
31,11 |
Obesitas |
29.
|
Raynaldi |
26 |
L |
62 |
165 |
22.77 |
Normal |
30.
|
Nur Yogo Pratomo |
26 |
L |
72 |
178 |
22.72 |
Normal |
31.
|
Sri Hartini |
31 |
P |
57 |
157 |
23,12 |
Normal |
32.
|
Suci Ayu Nurjanah |
32 |
P |
70 |
166 |
25,40 |
Overweight |
33.
|
Wasis Handoko |
28 |
L |
89 |
164 |
33,09 |
Obesitas |
34.
|
Khoirunnisa |
34 |
P |
56 |
156 |
23,01 |
Normal |
35.
|
Azizah,Amd.OT |
39 |
P |
55 |
155 |
22,89 |
Normal |
36.
|
Endar Mangayu A. |
33 |
P |
58 |
163 |
21,83 |
Normal |
37.
|
Atikah pratiwi |
38 |
P |
63 |
150 |
28.00 |
Obesitas |
38.
|
Shofiana |
33 |
P |
49 |
154 |
20,66 |
Normal |
39.
|
Reza Novitasari |
27 |
P |
56 |
155 |
23,31 |
Normal |
40.
|
Mega humairoh |
30 |
P |
58 |
152 |
25,10 |
Overweight |
41.
|
Tri Handavani |
30 |
P |
70 |
154 |
29,52 |
Obesitas |
42.
|
Irna susanti |
29 |
P |
64 |
158 |
25,64 |
Overweight |
43.
|
Ica Wahyudin |
33 |
P |
78 |
165 |
28.65 |
Obesitas |
44.
|
Ayu Wulan N |
31 |
P |
68 |
162 |
25.91 |
Overweight |
45.
|
Putri Dewi Indayani |
28 |
P |
79 |
159 |
31.25 |
Obesitas |
46.
|
Elsa Alviah |
33 |
P |
55 |
157 |
22,31 |
Normal |
47.
|
Dewi Nuraini |
42 |
P |
71 |
157 |
28,80 |
Obesitas |
48.
|
Rika Septiani |
30 |
P |
62 |
152 |
26.84 |
Overweight |
49.
|
Rachmat Sudrajat |
40 |
L |
77 |
164 |
28,63 |
Obesitas |
50.
|
Muh Rezky |
24 |
L |
68 |
170 |
23,53 |
Normal |
51.
|
Fanny Nadia |
29 |
P |
75 |
157 |
30,43 |
Obesitas |
52.
|
Sri Suwartiningsih |
30 |
P |
70 |
155 |
29,14 |
Obesitas |
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura yang melakukan pengisian Indeks Massa Tubuh (IMT) sebanyak 52 orang dimana yang memiliki IMT kategori normal sebanyak 22 orang
atau 42,31%, dan sebanyak 30 orang atau 57,92% memiliki IMT tidak normal yaitu
terdiri dari 23 orang atau 44,23% memiliki IMT kategori obesitas, 6 orang atau 11,54%
kategori overweight
sedangkan 1 orang atau 1,92% masuk kategori kurus.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kebugaran jasmani pada pegawai Rumah
Sakit Islam Jakarta Sukapura dari hasil penelitian dan hasil perhitungan maka
didapatkan hasil bahwa dari pengukuran IMT maka sebanyak 57,92% pegawai masuk
kategori IMT yang tidak normal sedangkan dari hasil pengukuran VO2Max
didapatkan hasil sebanyak 97,14% pegawai masuk dalam kategori dibawah rata- rata. Dengan data tersebut maka perlu
dilakukan kegiatan dengan membuat program terhadap pegawai yang masuk dalam kategori IMT
maupun VO2Max tidak normal agar dapat mencapai kategori IMT yang normal maupun
VO2Max di atas rata- rata sehingga diperoleh kebugaran jasmani yang optimal dan
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kinerjanya. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian dan tindak lanjut yang serius agar dapat tercapai kebugaran jasmani
pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Jakarta
Utara seperti yang diharapkan. Perlu juga dilakukan pengukuran kebugaran
jasmani ini secara bertahap kepada seluruh pegawai sehingga didapatkan hasil
yang lengkap terkait kebugaran jasmani pegawai sehingga tindak lanjut yang akan
dilakukan bisa lebih komprehensip.
Dari hasil penelitian di atas, “ada beberapa faktor yang dapat
mengakibatkan kebugaran jasmani pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura masih belum sesuai yang diharapkan, antara lain
adalah tidak melakukan aktifitas jasmani secara rutin
dan tidak melakukan olahraga aktifitas fisik dan
tidak mengatur pola makan dan istirahat yang cukup. Oleh karena itu, maka
pegawai RS Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara membutuhkan
kondisi kebugaran tubuh yang prima agar mereka dapat menjalankan aktivitas
sehari – hari khususnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien maupun kinerja
nya secara secara optimal.
Beberapa hal untuk meningkatkan kebugaran
jasmani yang dapat dilakukan antara lain (Yulianti, 2017): (1) Melakukan Kegiatan fisik dan olahraga, dimana
melakukan kegiatan fisik dan olahraga secara baik, teratur dan terus menerus
bermanfaat dalam mencapai status kebugaran jasmani yang optimal. Dengan latihan
yang teratur, kebugaran jasmani akan semakin meningkat. Peningkatan yang
diperoleh antara lain: peningkatan gerak, tidak mudah lelah, peningkatan
keterampilan (skill) dan sebagainya. (2) Mengkonsumsi makanan yang bergizi, karena tubuh memerlukan
makanan yang cukup bergizi baik sebagai sumber tenaga, sumber zat pembangun dan
zat pengatur. Makanan bergizi akan mempengaruhi kesehatan dan kebugaran jasmani
seseorang. Oleh karena itu, penting untuk secara teratur mengkonsumsi
makanan yang mengandung cukup zat gizi sehingga dapat hidup sehat serta dapat
melakukan tugas sehari-hari dengan baik
dan mempunyai daya tahan tubuh yang kuat. (3) Mengatur waktu untuk istirahat
dan tidur yang cukup, dimana setelah melakukan suatu
aktivitas fisik, tubuh akan merasa lelah, sehingga memerlukan istirahat untuk
mengembalikan kebugaran tubuh.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari penelitian ini yakni; (1) dari hasil pengukuran Index Massa Tubuh (IMT) terhadap sebanyak 52 pegawai RS Islam
Jakarta Sukapura Jakarta Utara didapatkan hasil
57,92% memiliki IMT tidak normal yaitu terdiri dari 23 orang atau 44,23%
memiliki IMT kategori obesitas, 6 orang
atau 11,54% kategori overweight
sedangkan 1 orang atau 1,92% masuk kategori kurus. (2) dari hasil pengukuran pengukuran kadar VO2Max terhadap sebanyak 35 pegawai RS Islam Jakarta Sukapura
Jakarta Utara didapatkan hasil bahwa sebanyak 34 orang atau 97,14% memiliki
kadar VO2Max dengan rentang VO2Max <35 yang artinya berkategori sebagai VO2Max dibawah rata-rata sedangkan 1 orang atau 2,86%memiliki
kadar VO2 Max > 35 yang artinya berkategori sebagai VO2Max di atas rata –
rata
BIBLIOGRAFI
Adiatmika, I. P. G., & Santika, I. (2016). Bahan ajar
tes dan pengukuran olahraga. Denpasar: Udayana University Press.
Aprianto, D. P., & Nurwahyuni, A. (2021). Hubungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Pegawai Kementerian
Kesehatan. HEARTY, 9(2), 49–57.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Renika Cipta.
Bafirman, B., & Wahyuri, A. S. (2019). Pembentukan
kondisi fisik.
Budiman, I., Aprijana, I., & Iskandar, D. (2017).
Penggunaan Tes Lapangan 1, 6 KM Metoda Rockport Untuk Pengukuran Kebugaran
Jantung-Paru Dengan Baku Emas Treadmill Metoda Bruce. Jurnal Sains
Keolahragaan Dan Kesehatan. Bandung, 2(2), 38.
Budiwanto, S. (2012). Metodologi latihan olahraga.
Malang: UM Press.
Chaput, J. P., Willumsen, J., Bull, F., Chou, R., Ekelund,
U., Firth, J., Jago, R., Ortega, F. B., & Katzmarzyk, P. T. (2020). 2020
WHO guidelines on physical activity and sedentary behaviour for children and
adolescents aged 5–17 years: summary of the evidence. International Journal
of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 17, 1–9.
Chaturvedi, R., Kulandaivelan, S., & Yadav, V. (2018).
Comparison of Treadmill Based and Track Based Rockport 1 Mile Walk Test for
Estimating Aerobic Capacity in Healthy Adults Ages 30-50 Years. International
Journal of Health Sciences & Research (Www. Ijhsr. Org), 8, 215.
Darmawan, I. (2017). Upaya meningkatkan kebugaran jasmani
siswa melalui penjas. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 7(2), 143–154.
Ervina, R. S., Eryando, T., & Prabawa, A. (2020).
Perancangan sistem informasi pengukuran kebugaran jasmani (E-Bugar) kementerian
kesehatan RI. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 8(1),
14.
Havrian, R. (2020). Pertanggungjawaban Rumah Sakit terhadap
Dokter yang Melakukan Malpraktik. Wajah Hukum, 4(2), 380–387.
Keliat, P., Lubis, A. E., & Helmi, B. (2019). Profil
Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Kecukupan Gizi. Jurnal Ilmiah STOK Bina Guna
Medan, 7(2), 46–54.
Kemenkes, R. I. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Lesmana, K. Y. P. (2013). Peranan Kesehatan Lingkungan
Terhadap Kebugaran Dan Kesehatan Jasmani. Prosiding Seminar Nasional MIPA.
Putrayasa, I. K., Citrawan, I. W., & Santika, I. G. P. N.
A. (2018). Pelatihan Double Leg Bound 10 Repetisi 3 Set Meningkatkan Daya Ledak
Otot Tungkai Pada Olahraga Lompat Jauh Siswa Putra Kelas VIII SMP Santo Yoseph
Denpasar Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi,
4(2), 38–43.
Ruhayati, & Fatmah. (2011). Kebugaran dan Aktivitas
Fisik.
Santika, I. G. P. N. A. (2017). Pengukuran Komponen
Biomotorik Mahasiswa Putra Semester V Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan IKIP PGRI Bali Tahun 2017. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi,
3(1), 85–92.
Saputra, S. A. (2020). Menjaga imunitas dan kesehatan tubuh
melalui olahraga yang efektif. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP
Kusuma Negara III, 33–42.
Sunadi, D., Soemardji, A. A., Apriantono, T., &
Wirasutisna, K. R. (2016). Peningkatan vo2max dan analisis korelasi variabel
yang mempengaruhinya. J Sains Keolahragaan Dan Kesehat, 1(1),
17–22.
Syafrina, M. B. P., Asnawati, A., Muttaqien, F., Huldani, H.,
& Bakhriansyah, M. (2022). Literature Review: Perbedaan Konsumsi Oksigen
Maksimal antara Metode Tes Lapangan dan Metode CPET. Homeostasis, 5(1),
211–218.
Yulianti, I. S. (2017). Gambaran dukungan sosial keluarga
dan kualitas hidup lansia dengan hipertensi di puskesmas citangkil kota cilegon.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Copyright
holder: Endang Sulistyaningsih, Khurotul Aini (2024) |
First
publication right: Syntax
Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |