Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 8, Agustus 2024


 

EVALUASI HASIL PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI PADA PEGAWAI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA JAKARTA UTARA

 

Endang Sulistyaningsih1, Khurotul Aini2

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta, Indonesia1

Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura, Jakarta, Indonesia2

Email: [email protected]1, khurotulaini.1173@gmail.com2

 

Abstrak


Kebugaran jasmani merupakan  kondisi dimana tubuh dapat melangsungkan aktivitas tanpa merasa lelah. Kebugaran jasmani dibutuhkan oleh seseorang dikarenakan hal itu bisa menjadi pengaruh dari apa yang akan dilakukannya. Saat ini Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara terus mengalami peningkatan baik kunjungan rawat jalan maupun jumlah pasien yang dirawat inap. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kebugaran jasmani bagi pegawainya agar dapat diketahui seperti apa kebugaran jasmani dari pegawai sehingga dapat menggambarkan kekuatan pegawai dalam bekerja melayani pasien baik secara langsung bagi tenaga kesehatan maupun secara tidak langsung bagi tenaga non kesehatan. Berdasarkan hal itu maka tingkatan kebugaran jasmani yang prima bagi para karyawan sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kebugaran jasmani pegawai, terutama melalui pengukuran Index Massa Tubuh (IMT) dan kadar VO2Max, serta mengetahui seberapa besar proporsi pegawai yang memiliki kebugaran jasmani tidak normal. Penelitian ini mengunakan penelitian deskripsi kuantitatif non eksperimen, peneliti menginginkan mengevaluasi tingkatan kebugaran jasmani pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura tanpa memberikan perlakuan. Hasil penelitian ini adalah bahwa sebanyak 22 pegawai atau 57,92% dari 52 pegawai memiliki Index Massa Tubuh (IMT) tidak normal dan sebanyak sebanyak 34 orang atau 97,14% dari 35 pegawai memiliki kadar VO2Max dengan rentang VO2Max <35 yang artinya  berkategori sebagai VO2Max dibawah rata-rata. Dengan demikian perlu dilakukan suatu kegiatan atau pembinaan bagi pegawai RS Islam Jakarta Sukapura agar mereka dapat mencapai kebugaran jasmani sesuai standar dan dapat meningkatkan kinerjanya.


Kata Kunci : IMT, Kebugaran, Jasmani, VO2 Jasmani,VO2Max


 

Abstract

Physical fitness is a condition where the body can carry out activities without feeling tired. Physical fitness is needed by a person because it can be an influence on what he will do. Currently, the Jakarta Islamic Hospital Sukapura North Jakarta continues to experience an increase in both outpatient visits and the number of patients hospitalized. For this reason, it is necessary to measure physical fitness for employees so that it can be known what the physical fitness of employees is so that it can describe the strength of employees in working to serve patients both directly for health workers and indirectly for non-health workers. Based on that, the level of excellent physical fitness for employees is very necessary. This study aims to identify the level of physical fitness of employees, especially through the measurement of Body Mass Index (BMI) and VO2Max levels, and determine how large the proportion of employees who have abnormal physical fitness. This study uses non-experimental quantitative description research, researchers want to evaluate the level of physical fitness of employees of the Jakarta Islamic Hospital Sukapura without providing treatment. The results of this study are that as many as 22 employees or 57.92% of 52 employees have abnormal Body Mass Index (BMI) and as many as 34 people or 97.14% of 35 employees have VO2Max levels with a VO2Max range <35 which means categorized as VO2Max below average. Thus it is necessary to carry out an activity or coaching for employees of the Jakarta Islamic Hospital Sukapura so that they can achieve physical fitness according to standards and can improve their performance.

Keywords: BMI, Fitness, Physical, VO2 Physical, VO2Max.

 


Pendahuluan

Rumah Sakit adalah “institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, dimana sumber daya manusianya”. Meliputi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan (Havrian, 2020).

Untuk dapat memberikan pelayanan yang prima dalam pelayanan jasa kesehatan Rumah Sakit maka dituntut kebugaran jasmani dari seluruh pegawai yang ada di Rumah Sakit Kebugaran jasmani merupakan kondisi dimana tubuh dapat tetap berkegiatan tanpa merasa lelah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan kebugaran seseorang antara lain dengan melakukan penjagaan pola hidup yang sehat yaitu dengan konsumsi makanan yang seimbang kandungan gizinya sesuai kebutuhan serta beristirahat yang berkecukupan dengan mengatur pola tidur dicukupkan hingga 8 jam per hari agar tubuh kembali fit bugar serta pikiran dan mental.

Dengan kondisi tubuh yang prima  maka diharapkan seseorang akan mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik sehingga dapat mendukung kinerja yang menjadi “tanggungjawabnya. Hal ini dimaksudkan bahwa terdapat durasi antara pekerjaan satu dengan yang lainnya, serta intensitas pekerjaanya.

Kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh seseorang, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil aktivitasnya. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Keliat (2019) yang menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan suatu kondisi ketika tubuh mampu menjalankan aktivitas dengan baik dan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan tubuh masih memiliki cadangan energi untuk melaksanakan tugas lainnya”.

Manusia merupakan “salah satu dari makhluk hidup yang memerlukan kebugaran tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Santika, 2017). Kondisi bugar pada tubuh seseorang dapat berdampak meningkatkan kinerja yang maksimal (Putrayasa et al., 2018). Untuk memperoleh kebugaran tubuh optimal, manusia dapat melakukan dengan berbagai cara, seperti rutin melakukan kegiatan olahraga yang berfungsi untuk peningkatan efisiensi fungsi tubuh sehingga dapat meningkatkan kebugaran jasmani” (Kemenkes, 2018).

Rekomendasi pada WHO untuk dewasa dengan estimasi usia 18 tahun sampai dengan 64 tahun, harus melangsungkan setidaknya dari 150 hingga 300 menit aktivitas fisik aerobik dengan intentitasnya yang sedang, ataupun juga 75 menit ampai 150 menit dengan intentitas yang tinggi, dilakukan dengan kombinasi kegiatan dengan intentitas yang kuat. Satu minggu juga dibutuhkan kegiatan penguatan otot dengan melibatkan pengelompokan intentitas yang sedang ataupun besar.                    

“Aktivitas otot utama dilakukan per minggusedikitnya 2 hari atau lebih karena dapat menambah manfaat kesehatan (Chaput et al., 2020).

Aktivitas olahraga yang tersistem dengan relatif waktu lama, secara progresif dan individu dapat ditingkatkan dengan mengarah kepada ciri fungsi dan psikologis individu meraih tujuan yang telah ditetapkan disebut juga dengan latihan fisik (Bafirman & Wahyuri, 2019; Budiwanto, 2012).

Suatu upaya pengukuran yang dapat menentukan tingkat kebugaran jasmani seseorang dan dasar untuk memilih latihan fisik yang disusun secara terprogram untuk meningkatkan kebugarannya disebut dengan pengukuran kebugaran jasmani (Adiatmika & Santika, 2016). Rendahnya tingkat kebugaran jasmani seseorang akan mengakibatkan pada penurunan prestasi maupun produktivitas  (Aprianto & Nurwahyuni, 2021).

Berdasarkan   data   hasil   Riskesdas 2018, umumnya kualitas kebugaran jasmani masyarakat Indonesia tergolong rendah. Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif dengan nilai 33,5 persen (kegiatan kumulatif kurang dari 150 menit seminggu). Provinsi dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berjumlah 13 provinsi” (Kemenkes, 2018).

Pada saat ini Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara terus mengalami peningkatan  baik   kunjungan  rawat jalan maupun   jumlah pasien   yang  dirawat inap. Untuk  itu  perlu dilakukan pengukuran kebugaran jasmani bagi pegawainya agar dapat diketahui seperti apa kebugaran jasmani dari pegawai sehingga dapat menggambarkan kekuatan pegawai dalam bekerja melayani pasien baik secara langsung bagi tenaga kesehatan maupun secara tidak langsung bagi tenaga non kesehatan. Hal ini penting agar produktivitas pegawai dapat dimaksimalkan sehingga mampu memberikan pelayanan yang terbaik dalam bekerja dan berdampak pada kepuasan pasien dan berlanjut pada loyalitas pasien dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan Rumah Sakit. Berdasarkan hal itu maka tingkatan kebugaran jasmani Rumah Sakit sangat diperlukan.

Aktivitas jasmani merupakan “fungsi dari kebugaran jasmani, jika seseorang tidak memiliki kebugaran jasmani yang memadai maka produktivitasnya juga tidak akan sebaik orang yang memiliki kategori kebugaran yang baik (Darmawan, 2017; Ruhayati & Fatmah, 2011). Hal ini tentunya dapat mengembangkan potensi kualitas manusia untuk menjadi lebih baik, maka seseorang perlu adanya menjaga kebugaran jasmani.

Dalam menunjang aktifitas manusia setiap hari, diperlukan kebugaran jasmani. Setiap orang memiliki nilai kebugaran jasmani masing-masing sesuai dengan pekerjaan dan profesi (Lesmana, 2013). Kemampuan tubuh seseorang untuk beraktivitas sehari-hari serta memberi dukungan pada pegawai untuk melakukan tugas dan aktivitas pada jangka waktu yang cukup lama, tanpa memberikan efek kelelahan yang berlebih dapat disebut dengan kebugaran jasmani (Santika, 2017).

Melalui peningkatan aktivitas fisik dan latihan fisik atau olahraga yang baik, benar, dan terukur, serta teratur dapat meningkatkan kebugaran jasmani dengan tujuan agar dapat memperoleh daya tahan dan status kesehatan seseorang yang optimal (Saputra, 2020).

Index Massa Tubuh (IMT) adalah cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (18 tahun ke atas), merupakan angka yang menunjukan proporsi berat badan menurut tinggi badan dengan tidak membedakan proporsi berat yang disebabkan massa otot, tulang, cairan atau lemak

Adanya perbedaan konsumsi oksigen dikarenakan adanya perbedaan pada komposisi tubuh (Syafrina et al., 2022). Hal ini dapat dicontohkan pada tubuh yang mengalami rendahnya konsumsi oksigen maksimum. Hal itu disebabkan karena memiliki presentasi lemak tinggi. Jika lemak tubuh dapat berkurang, maka akan menambahkan konsumsi oksigen maksimal tanpa perlu melakukan latihan tambahan.

Denyut jantung individu yang sering melakukan aktivitas fisik lebih rendah dari pada orang yang tidak. Kondisi denyut jantung yang lebih rendah mengakibatkan tingginya nilai VO2Max pada orang yang terlatih. Setelah melakukan latihan fisik, denyut jantung dapat mengalami penurunan di rentang waktu tertentu. Hal tersebut adalah kompensasi tubuh terhadap kegiatan aktivitas fisik. Karena itu, orang yang latihan fisik mampu bekerja lebih efektif daripada orang yang tidak melakukan latihan fisik.

Menurut hasil penelitian terdahulu, dengan melakukan latihan secara teratur dapat membuat peningkatan nilai VO2Max (Sunadi et al., 2016). Pengukuran kebugaran dengan metode Rockport dikembangkan oleh Kline. Rockport Tes berjalan 1 mil adalah salah satu metode umum untuk memperkirakan VO2Max pada kelompok usia yang berbeda” (Chaturvedi et al., 2018). Pelaksanaan uji lapangan 1,6 km dengan menggunakan metode Rockport menjadi pertimbangan utama dilihat dari segi kemudahannya, tidak membutuhkan biaya yang banyak (Ervina et al., 2020). Tes kebugaran metode Rockport dinyatakan valid terhadap tes Bruce yang menjadi standar emas pengukuran kebugaran jantung paru (Budiman et al., 2017). Karena itu pengukuran kebugaran metode Rockport cocok untuk dipakai baik di Kementerian Kesehatan maupun masyarakat.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini mempergunakan penelitian kuantitatif, penggambaran hal dan keadaan peristiwa dan lain lainnya (Arikunto, 2016). Jenis penelitian yaitu dengan non eksperimen, peneliti melakukan mengevaluasi tingkat kebugaran pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura di daerah Jakarta Utara tanpa memberi perlakuan.

 

Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil Pengukuran Rockport

 

 

Usia (Tahun)

Jenis Kelamin

Tekanan Darah

Nadi

Hasil Pemeriksaan

No

Nama

Waktu

Vol Max

Kategori

1.       

Risda Ulfa Kumia

38

P

118

80

14. 24

28

Cukup

2.       

Umar Sahid Saiful Amri

35

L

137/90

80

13.16

30

Kurang

3.       

Agus Suprapto

44

L

140/76

86

16.29

26

Kurang

4.       

Nur Haryanti

38

P

122/90

70

19.45

23

Kurang 

5.       

Dhea putri zahra

31

P

119/80

77

19.45

23

Kurang

6.       

Putri sinta mandasari

32

P

127/60

81

13.03

31

Baik

7.       

Nur Afnita

42

P

113/76

78

15.15

27

Cukup

8.       

Bangun

50

L

110/90

72

13.25

30

Cukup

9.       

Imam Santiko

38

L

147/80

90

12.10

32

Baik

10.     

Laila Febrivanti

38

P

140176

69

13.30

30

Cukup

11.     

Mansyur

52

L

138/86

73

14.36

28

Cukup 

12.     

Taufik

53

L

139/80

90

12.43

31

Baik

13.     

M. Arifin Dwi Jayanto

34

L

140/70

88

14.33

28

Kurang

14.     

Abdul Muis

45

L

80/77

77

12.10

32

Baik

15.     

Kadarwati

46

P

126/79

88

19,35

23

Kurang

16.     

Novi Hanifatunnisa

31

P

130/90

97

17.20

25

Kurang

17.     

Ela Hanifah

32

P

117/89

80

15.40

27

Kurang

18.     

Eka Astuti

32

P

103/79

79

15.00

28

Kurang

19.     

Aspivah

35

P

128/90

88

15.50

27

Kurang

20.     

Nofa Pipit Anggraeni

29

P

108/76

100

16.21

26

Kurang

21.     

Hana Faridah

20

P

120/90

95

16.52

26

Kurang

22.     

Syifa Fauziah

32

P

111/80

95

16.52

26

Kurang

23.     

Nurani

31

P

110/74

110

12.25

32

Cukup

24.     

drg. Rahmawati

32

P

118/71

84

16.21

26

Kurang

25.     

Meitasari

45

P

124/87

111

22.3

21

Kurang

26.     

Amir Zakwan.

51

L

126/88

112

12,36

31

Cukup

27.     

Bagus Nur Setio

30

L

105/77

98

12.55

31

Cukup

28.     

Hajriah Fajar

37

L

133/99

84

17.18

25

Kurang

29.     

Raynaldi

26

L

107/79

70

16.15

26

Kurang

30.     

Nur Yogo Pratomo

26

L

113/73

91

10.29

36

Cukup

32

Sri Hartini

31

P

121/73

89

17.00

35

Kurang

33

Suci Ayu Nurianah

32

P

142/80

89

18.15

24

Kurang

34

Wasis Handoko

28

L

116/66

80

14 36

28

Kurang

35

Khoirunnisa

34

P

116/84

80

1712

25

Kurang

 

Dari hasil pengukuran kadar VO2Max terhadap sebanyak 35 pegawai dari 52 pegawai yang melakukan pengukuran IMT, dapat dilihat di tabel 2 berikut yang menunjukkan bahwa sebanyak 34 orang atau 97,14% memiliki kadar VO2Max dengan rentang VO2Max <35 yang artinya  berkategori sebagai VO2Max dibawah rata-rata sedangkan 1 orang atau 2,86%memiliki kadar VO2 Max > 35 yang artinya berkategori sebagai VO2Max di atas rata – rata

 

Tabel 2. Hasil Penilaian Indeks Massa tubuh               

No

Nama pegawai

Usia (Thn)

Jenis Kelamin

BB (kg)

TB (cm)

IMT (kg/m2)

Kategori

1.       

Risda Ulfa Kumia

38

P

53

154

22,35

Normal

2.       

Umar Sahid Saiful Amri

35

L

75

165

27,55

Obesitas

3.       

Agus Suprapto

44

L

72

162

27,43

Obesitas

4.       

Nur Harvanti

38

P

77

153

32,89

Obesitas

5.       

Dhea putri zahra

31

P

74

159

29.27

Obesitas

6.       

Putri sinta mandasari

32

P

41

155

17.07

Kurus

7.       

Nur Afnita

42

P

54

158

21,63

Normal

8.       

Bangun

50

L

59

160

23,05

Normal

9.       

Imam Santiko

38

L

100

182

30,19

Obesitas

10.     

Laila Febriyanti

38

P

60

154

25,30

Overweight

11.     

Mansyur

52

L

65

173

21,72

Normal

12.     

Taufik

53

L

86

172

29,07

Obesitas

13.     

M. Arifin Dwi Jayanto

34

L

67

165

24,61

Normal

14.     

Abdul Muis

45

L

52

163

19,57

Normal

15.     

Kadarwati

46

P

78.8

152

34.11

Obesitas

16.     

Novi Hanifatunnis a

31

P

97

155

40,37

Obesitas

17.     

Ela Hanifah

32

P

63.5

153

27.13

Obesitas

18.     

Eka Astuti

32

P

56,8

154

23.95

Normal

19.     

Aspiyah

35

P

57,45

153

24,54

Normal

20.     

Nofa Pipit Anggraeni

29

P

68,8

159

27.21

Obesitas

21.     

Hana Faridah

29

P

49.6

155

20.65

Normal

22.     

Syifa Fauziah

32

P

64

153

27.34

Obesitas

23.     

Nurani

31

P

45

150

20.00

Normal

24.     

drg. Rahmawati

32

P

47

152

20,34

Normal

25.     

Meitasari

45

P

97

150

43.11

Obesitas

26.     

Amir Zakwan.

51

L

62

165

22.77

Normal

27.     

Bagus Nur Setio

30

L

99

169

34,66

Obesitas

28.     

Hajriah Fajar

37

L

89,9

170

31,11

Obesitas

29.     

Raynaldi

26

L

62

165

22.77

Normal

30.     

Nur Yogo Pratomo

26

L

72

178

22.72

Normal

31.     

Sri Hartini

31

P

57

157

23,12

Normal

32.     

Suci Ayu Nurjanah

32

P

70

166

25,40

Overweight

33.     

Wasis Handoko

28

L

89

164

33,09

Obesitas

34.     

Khoirunnisa

34

P

56

156

23,01

Normal

35.     

Azizah,Amd.OT

39

P

55

155

22,89

Normal

36.     

Endar Mangayu A.

33

P

58

163

21,83

Normal

37.     

Atikah pratiwi

38

P

63

150

28.00

Obesitas

38.     

Shofiana

33

P

49

154

20,66

Normal

39.     

Reza Novitasari

27

P

56

155

23,31

Normal

40.     

Mega humairoh

30

P

58

152

25,10

Overweight

41.     

Tri Handavani

30

P

70

154

29,52

Obesitas

42.     

Irna susanti

29

P

64

158

25,64

Overweight

43.     

Ica Wahyudin

33

P

78

165

28.65

Obesitas

44.     

Ayu Wulan N

31

P

68

162

25.91

Overweight

45.     

Putri Dewi Indayani

28

P

79

159

31.25

Obesitas

46.     

Elsa Alviah

33

P

55

157

22,31

Normal

47.     

Dewi Nuraini

42

P

71

157

28,80

Obesitas

48.     

Rika Septiani

30

P

62

152

26.84

Overweight

49.     

Rachmat Sudrajat

40

L

77

164

28,63

Obesitas

50.     

Muh Rezky

24

L

68

170

23,53

Normal

51.     

Fanny Nadia

29

P

75

157

30,43

Obesitas

52.     

Sri Suwartiningsih

30

P

70

155

29,14

Obesitas

 

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pegawai  Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura    yang melakukan pengisian  Indeks Massa Tubuh (IMT) sebanyak 52 orang dimana yang memiliki IMT kategori normal sebanyak 22 orang atau 42,31%, dan sebanyak 30 orang atau 57,92% memiliki IMT tidak normal yaitu terdiri dari 23 orang atau 44,23% memiliki IMT  kategori obesitas, 6 orang atau 11,54% kategori overweight sedangkan 1 orang atau 1,92% masuk kategori kurus.

 

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kebugaran jasmani pada pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura  dari hasil penelitian dan hasil perhitungan maka didapatkan hasil bahwa dari pengukuran IMT maka sebanyak 57,92% pegawai masuk kategori IMT yang tidak normal sedangkan dari hasil pengukuran VO2Max didapatkan hasil sebanyak 97,14% pegawai masuk dalam kategori dibawah rata- rata. Dengan data tersebut maka perlu dilakukan kegiatan dengan membuat program  terhadap pegawai yang masuk dalam kategori IMT maupun VO2Max tidak normal agar dapat mencapai kategori IMT yang normal maupun VO2Max di atas rata- rata sehingga diperoleh kebugaran jasmani yang optimal dan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kinerjanya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut yang serius agar dapat tercapai kebugaran jasmani pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara seperti yang diharapkan. Perlu juga dilakukan pengukuran kebugaran jasmani ini secara bertahap kepada seluruh pegawai sehingga didapatkan hasil yang lengkap terkait kebugaran jasmani pegawai sehingga tindak lanjut yang akan dilakukan bisa lebih komprehensip.

Dari hasil penelitian di atas, “ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kebugaran jasmani pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura masih belum sesuai yang diharapkan, antara lain adalah tidak melakukan aktifitas jasmani secara rutin dan tidak melakukan olahraga aktifitas fisik dan tidak mengatur pola makan dan istirahat yang cukup. Oleh karena itu, maka pegawai RS Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara membutuhkan kondisi kebugaran tubuh yang prima agar mereka dapat menjalankan aktivitas sehari – hari khususnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien maupun kinerja nya secara secara optimal.

Beberapa hal untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan antara lain (Yulianti, 2017): (1) Melakukan Kegiatan fisik dan olahraga, dimana melakukan kegiatan fisik dan olahraga secara baik, teratur dan terus menerus bermanfaat dalam mencapai status kebugaran jasmani yang optimal. Dengan latihan yang teratur, kebugaran jasmani akan semakin meningkat. Peningkatan yang diperoleh antara lain: peningkatan gerak, tidak mudah lelah, peningkatan keterampilan (skill) dan sebagainya. (2) Mengkonsumsi makanan yang bergizi, karena tubuh memerlukan makanan yang cukup bergizi baik sebagai sumber tenaga, sumber zat pembangun dan zat pengatur. Makanan bergizi akan mempengaruhi kesehatan dan kebugaran jasmani seseorang. Oleh karena itu, penting untuk secara teratur mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup zat gizi sehingga dapat hidup sehat serta dapat melakukan tugas sehari-hari dengan baik dan mempunyai daya tahan tubuh yang kuat. (3) Mengatur waktu untuk istirahat dan tidur yang cukup, dimana setelah melakukan suatu aktivitas fisik, tubuh akan merasa lelah, sehingga memerlukan istirahat untuk mengembalikan kebugaran tubuh.

 

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini yakni; (1) dari hasil pengukuran Index Massa   Tubuh (IMT) terhadap sebanyak 52 pegawai RS Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara didapatkan hasil 57,92% memiliki IMT tidak normal yaitu terdiri dari 23 orang atau 44,23% memiliki IMT  kategori obesitas, 6 orang atau 11,54% kategori overweight sedangkan 1 orang atau 1,92% masuk kategori kurus. (2) dari hasil pengukuran pengukuran kadar VO2Max terhadap sebanyak 35 pegawai RS  Islam Jakarta Sukapura Jakarta Utara didapatkan hasil bahwa sebanyak 34 orang atau 97,14% memiliki kadar VO2Max dengan rentang VO2Max <35 yang artinya  berkategori sebagai VO2Max dibawah rata-rata sedangkan 1 orang atau 2,86%memiliki kadar VO2 Max > 35 yang artinya berkategori sebagai VO2Max di atas rata – rata

 

BIBLIOGRAFI

Adiatmika, I. P. G., & Santika, I. (2016). Bahan ajar tes dan pengukuran olahraga. Denpasar: Udayana University Press.

Aprianto, D. P., & Nurwahyuni, A. (2021). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Pegawai Kementerian Kesehatan. HEARTY, 9(2), 49–57.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Renika Cipta.

Bafirman, B., & Wahyuri, A. S. (2019). Pembentukan kondisi fisik.

Budiman, I., Aprijana, I., & Iskandar, D. (2017). Penggunaan Tes Lapangan 1, 6 KM Metoda Rockport Untuk Pengukuran Kebugaran Jantung-Paru Dengan Baku Emas Treadmill Metoda Bruce. Jurnal Sains Keolahragaan Dan Kesehatan. Bandung, 2(2), 38.

Budiwanto, S. (2012). Metodologi latihan olahraga. Malang: UM Press.

Chaput, J. P., Willumsen, J., Bull, F., Chou, R., Ekelund, U., Firth, J., Jago, R., Ortega, F. B., & Katzmarzyk, P. T. (2020). 2020 WHO guidelines on physical activity and sedentary behaviour for children and adolescents aged 5–17 years: summary of the evidence. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 17, 1–9.

Chaturvedi, R., Kulandaivelan, S., & Yadav, V. (2018). Comparison of Treadmill Based and Track Based Rockport 1 Mile Walk Test for Estimating Aerobic Capacity in Healthy Adults Ages 30-50 Years. International Journal of Health Sciences & Research (Www. Ijhsr. Org), 8, 215.

Darmawan, I. (2017). Upaya meningkatkan kebugaran jasmani siswa melalui penjas. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 7(2), 143–154.

Ervina, R. S., Eryando, T., & Prabawa, A. (2020). Perancangan sistem informasi pengukuran kebugaran jasmani (E-Bugar) kementerian kesehatan RI. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 14.

Havrian, R. (2020). Pertanggungjawaban Rumah Sakit terhadap Dokter yang Melakukan Malpraktik. Wajah Hukum, 4(2), 380–387.

Keliat, P., Lubis, A. E., & Helmi, B. (2019). Profil Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Kecukupan Gizi. Jurnal Ilmiah STOK Bina Guna Medan, 7(2), 46–54.

Kemenkes, R. I. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

Lesmana, K. Y. P. (2013). Peranan Kesehatan Lingkungan Terhadap Kebugaran Dan Kesehatan Jasmani. Prosiding Seminar Nasional MIPA.

Putrayasa, I. K., Citrawan, I. W., & Santika, I. G. P. N. A. (2018). Pelatihan Double Leg Bound 10 Repetisi 3 Set Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Olahraga Lompat Jauh Siswa Putra Kelas VIII SMP Santo Yoseph Denpasar Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 4(2), 38–43.

Ruhayati, & Fatmah. (2011). Kebugaran dan Aktivitas Fisik.

Santika, I. G. P. N. A. (2017). Pengukuran Komponen Biomotorik Mahasiswa Putra Semester V Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Tahun 2017. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 3(1), 85–92.

Saputra, S. A. (2020). Menjaga imunitas dan kesehatan tubuh melalui olahraga yang efektif. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara III, 33–42.

Sunadi, D., Soemardji, A. A., Apriantono, T., & Wirasutisna, K. R. (2016). Peningkatan vo2max dan analisis korelasi variabel yang mempengaruhinya. J Sains Keolahragaan Dan Kesehat, 1(1), 17–22.

Syafrina, M. B. P., Asnawati, A., Muttaqien, F., Huldani, H., & Bakhriansyah, M. (2022). Literature Review: Perbedaan Konsumsi Oksigen Maksimal antara Metode Tes Lapangan dan Metode CPET. Homeostasis, 5(1), 211–218.

Yulianti, I. S. (2017). Gambaran dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup lansia dengan hipertensi di puskesmas citangkil kota cilegon. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

 


Copyright holder:

Endang Sulistyaningsih, Khurotul Aini (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: