Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 8, Agustus 2024
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETERLAMBATAN PADA PROYEK PERUMAHAN (STUDI KASUS: PROYEK PERUMAHAN MEWAH DI SEMARANG)
M.
Agus Hadi Pranoto¹*, Ferry
Hermawan², Jati Utomo Dwi Hatmoko³
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Abstrak
Pada proses
pembangunan suatu proyek konstruksi selalu terdapat permasalahan yang
menyebabkan tertundanya proyek, mulai dari waktu pelaksanaan hingga
permasalahan yang di luar kemampuan proyek. Salah satu developer yang membangun
kawasan perumahan mewah di semarang terjadi keterlambatan pada proses konstruksi.
Keterlambatan ini terjadi karena pihak kontraktor tidak menyelesaikan proyek
pembangunan rumah sesuai dengan time schedule proyek yang telah dicantumkan pada
dokumen kontrak. Maksud dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi keterlambatan proyek dan menganalisis peran project manager
dalam mengantisipasi keterlambatan yang terjadi. Metode yang digunakan untuk
memperoleh data penelitian secara observasi dan wawancara terhadap project
manager, pelaksana dan pengawas yang terlibat dalam pembangunan. Dengan metode
analisis faktor menggunakan software SPSS (statistical package for the social
sciences) mendapatkan 5 faktor yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan
proyek diantaranya Faktor keuangan, Faktor bahan material, Faktor tenaga kerja,
Faktor peralatan, Faktor pengawasan proyek. Adapun tindakan antisipasi project
manager terpetakan pada 3 faktor yaitu Faktor keuangan memastikan ketersediaan
modal keuangan yang cukup untuk memulai proyek, Faktor bahan material melakukan
perhitungan terkait kebutuhan bahan material yang digunakan serta mendatangkan
bahan material sebelum stok material di lokasi proyek habis, Faktor tenaga kerja
memilih tenaga kerjanya untuk mengerjakan pekerjaan diproyek perumahan mewah
dengan pengalaman yang dimiliki serta kompetensi yang mereka kuasai.
Kata
Kunci: Keterlambatan
Proyek, Proyek Perumahan, Analisis Faktor.
Abstract
In the development process of a construction project
there are always problems that cause project delays, ranging from
implementation time to problems that are beyond the project's capabilities. One
of the developers building a luxury residential area in Semarang experienced
delays in the construction process. This delay occurred because the contractor
did not complete the house construction project according to the project time
schedule stated in the contract document. The purpose of this research is to analyze
the factors that influence project delays and analyze the role of project
managers in anticipating delays that occur. The method used to obtain research
data is observation and interviews with project managers, implementers and
supervisors involved in development. Using the factor analysis method using
SPSS (statistical package for the social sciences) software, we found 5 factors
that had the most influence on project delays, including financial factors,
material factors, labor factors, equipment factors, and project supervision
factors. The project manager's anticipatory actions are mapped to 3 factors,
namely the financial factor ensuring the availability of sufficient financial
capital to start the project, the material factor carrying out calculations
related to the need for the materials used and bringing in the material before
the stock of materials at the project location runs out, the labor factor
selecting the workforce. work to carry out work in luxury housing projects with
the experience they have and the competencies they have mastered.
Keywords:
Project Delay, Housing Project, Factor Analysis
Pendahuluan
Kota Semarang merupakan salah satu kota
terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 1.659.975 jiwa pada tahun
2022,
laju pertumbuhan penduduk per tahun 2021-2022 sebanyak
0,21%. Salah satu dampak peningkatan jumlah penduduk di Kota Semarang menurut
Badan Pusat Statistik adalah kebutuhan rumah/ tempat
tinggal akan meningkat (Badan Pusat Statistik, 2023). Menurut
penelitian Akhirul et al. (2020) peningkatan jumlah penduduk
akan menyebabkan kebutuhan pemukiman dan sarana prasarana umum semakin
meningkat. Peningkatan jumlah penduduk di kota semarang tentunya berdampak pada
kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal semakin meningkat. Dengan besarnya pertumbuhan penduduk di Kota Semarang baik
secara alamiah maupun urbanisasi menjadikan meningkatnya kebutuhan rumah/ tempat tinggal, dengan demikian banyak developer
yang berlomba membangun kawasan perumahan di Kota Semarang.
Dalam
pembangunan kawasan perumahan selalu terdapat hambatan-hambatan baik yang
diperhitungkan maupun tidak diperhitungkan oleh perencana, sehingga menyebabkan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek melebihi waktu yang telah
ditentukan dalam dokumen kontrak kerja atau dengan kata lain pekerjaan akan
terhambat (Doloi et al., 2012; Pondaag et al.,
2020). Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi perumahan,
selalu banyak permasalahan yang menyebabkan tertundanya proyek, mulai dari
waktu pelaksanaan, material, alat, tenaga, keterampilan pekerja hingga
permasalahan yang di luar kemampuan proyek baik developer maupun kontraktor (Amoatey et al., 2015; Asmi & Pratama, 2016).
PT. XYZ adalah salah satu developer yang
membangun kawasan perumahan mewah di semarang, dari data yang
didapatkan oleh penulis penjualan unit rumah sangat bagus, karena beberapa unit
rumah sudah laku terjual sebelum pembangunan rumah dilaksanakan. Akan tetapi terjadi kendala yang dialami oleh developer
karena terjadi keterlambatan dalam proses pembangunan. Keterlambatan ini
terjadi karena pihak kontraktor tidak menyelesaikan proyek pembangunan rumah
sesuai dengan jangka waktu yang telah dicantumkan dalam dokumen kontrak. Oleh karena itu penulis memilih lokasi ini dijadikan
obyek untuk penelitiannya karena pada tahap pembangunan proyek perumahan
terjadi keterlambatan, penyelesaian proyek tidak sesuai schedule rencana awal
yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak atau surat perjanjian kerja yang
telah disetujui oleh pihak developer dan kontraktor, yang mengakibatkan
terjadinya penambahan waktu untuk penyelesaian. Perihal ini didukung dari hasil
time schedule yang diberikan oleh developer ke peneliti, terjadi
keterlambatan pada proses pembangunan yang melebihi waktu selesainya proyek.
Hal seperti ini sangat merugikan pihak developer (owner), keterlambatan pembangunan proyek
perumahan akan menyebabkan developer mengalami kerugian karena keterlambatan
proyek berarti kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat
digunakan atau dijual (Basrin & Fahriana,
2021; Nugroho, 2014). Bagi
unit yang sudah terjual keterlambatan ini menyebabkan serah terima rumah
kekonsumen akan mundur/terlambat, dan ini akan menjadi masalah hukum karena
terjadi keterlambatan penyerahan bangunan rumah tinggal oleh pihak developer
yang tidak sesuai dalam perjanjian pengikat jual beli dengan konsumen.
Sebagai
developer kawasan perumahan pasti memiliki keinginan semua pekerjaan proyeknya
berjalan dengan lancar, hal ini karena setiap penunjukan lelang ada beberapa
unit rumah yang sudah laku terjual, jika proses pembangunan mengalami
keterlambatan hal ini berakibat mundurnya jadwal serah terima kepada konsumen
sebagai pemilik rumah (Akhyar, 2011). Maksud
dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan
pada proyek perumahan dan Menganalisis peran project manager dalam mengatasi
keterlambatan proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek dan menganalisis peran project manager dalam
mengantisipasi keterlambatan yang terjadi.
Metode
Penelitian
Sumber Data
Proyek yang dijadikan objek penelitian
adalah proyek pembangunan perumahan mewah di semarang pada tahap 1 dan tahap 2
dengan jumlah 153 unit rumah mewah yang terbagi menjadi 47 dokumen kontrak /
surat perjanjian kerja (SPK)
Gambar 1. Lokasi Proyek Perumahan Yang Dianalisis
Tabel 1. Data Proyek Yang Dianalisis Tahap 1
No |
Kontraktor |
Blok
/ No |
Kontrak |
Schedule Rencana |
Keterangan |
1 |
AGS |
A15 No.
1, 2, 3 |
SPK 1 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
2 |
AGS |
A15 No.
3a, 5, 6, 7, 8 |
SPK 2 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
3 |
MLL |
A16 No.
1, 2, 3 |
SPK 3 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
4 |
MLL |
A16 No.
3a, 5, 6 |
SPK 4 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
5 |
CP |
A12a No.
1, 2, 3 |
SPK 5 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
6 |
CP |
A12a No.
5, 6, 7 |
SPK 6 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
7 |
CP |
A12a No.
8, 9, 10 |
SPK 7 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
8 |
KBR |
A12a No.
11, 12, 12a, 12b |
SPK 8 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
9 |
KJ |
A12b No.
1, 2, 3 |
SPK 9 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
10 |
KJ |
A12b No.
3a, 5, 6 |
SPK 10 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
11 |
KJ |
A12b No.
7, 8, 9 |
SPK 11 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
12 |
KBR |
A12b No.
10, 11 |
SPK 12 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
13 |
KBR |
A17 No.
12a, 12b, 15 |
SPK 13 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
14 |
ABA |
A17 No.
16, 17, 18 |
SPK 14 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
15 |
ABA |
A17 No.
19, 20, 21 |
SPK 15 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
16 |
ABA |
A17 No.
22, 23, 23a |
SPK 16 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
17 |
AGS |
A17 No.
25, 26, 27, 28, 29 |
SPK 17 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
18 |
SWS |
A5 No. 1,
2, 3 |
SPK 18 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
19 |
SWS |
A5 No.
3a, 5, 6 |
SPK 19 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
20 |
SWS |
A5 No. 7,
8, 9 |
SPK 20 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
21 |
AKP |
A5 No.
10, 11, 12 |
SPK 21 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
22 |
SBA |
A3 No. 1,
2, 3 |
SPK 22 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
23 |
SBA |
A3 No.
3a, 5, 6 |
SPK 23 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
24 |
SBA |
A3 No. 7,
8, 9 |
SPK 24 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
25 |
AKP |
A3 No.
10, 11, 12, 12a |
SPK 25 |
26 April
– 26 November 2021 |
|
Tabel 2. Data Proyek Yang Dianalisis Tahap 2
No |
Kontraktor |
Blok
/ No |
Kontrak |
Schedule Rencana |
Keterangan |
1 |
ABA |
A3a No.
2, 3, 3a |
SPK 26 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
2 |
ABA |
A3a No.
6, 7, 8 |
SPK 27 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
3 |
KBR |
A6 No. 2,
3, 3a, 5, 6 |
SPK 28 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
4 |
MLL |
A8 No. 2,
3, 3a |
SPK 29 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
5 |
CP |
A8 No. 5
& A10 No. 2, 3 |
SPK 30 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
6 |
CP |
A10 No.
3a & A12 No. 2, 3 |
SPK 31 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
7 |
AGS |
A17 No.
1, 2, 3 |
SPK 32 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
8 |
SWS |
A17 No.
3a, 5, 6 |
SPK 33 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
9 |
AGS |
A17 No.
7, 8, 9 |
SPK 34 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
10 |
KJ |
A17 No.
10, 11, 12 |
SPK 35 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
11 |
MLL |
A10 No. 1
& A12 No. 1 |
SPK 36 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
12 |
SWS |
A7 No. 1,
2, 3, 3a, 5 |
SPK 37 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
13 |
SBA |
A7 No. 6,
7, 8, 9, 10 |
SPK 38 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
14 |
KBR |
A7 No.
11, 12, 12a |
SPK 39 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
15 |
CP |
A9 No. 1,
2, 3 |
SPK 40 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
16 |
CP |
A9 No.
3a, 5, 6 |
SPK 41 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
17 |
CP |
A9 No. 7,
8, 9 |
SPK 42 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
18 |
SBA |
A9 No.
10, 11, 12 |
SPK 43 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
19 |
AKP |
A11 No.
1, 2, 3 |
SPK 44 |
1 Oktober 2021 – 7
Mei 2022 |
|
20 |
AKP |
A11 No.
3a, 5, 6 |
SPK 45 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
21 |
AKP |
A11 No.
7, 8, 9 |
SPK 46 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
22 |
SBA |
A11 No.
10, 11 & A3a No. 1 |
SPK 47 |
1 Oktober 2021 –
7 Mei 2022 |
|
Prosedur
Analisis
Observasi
atau pengamatan merupakan aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan dan memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan
pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya untuk memperoleh informasi yang
diperlukan dalam penelitian. Metode observasi dilakukan secara langsung ke
proyek perumahan mewah di semarang untuk memperoleh faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek.
Wawancara
merupakan percakapan antara dua orang atau lebih antara pewawancara dan
narasumber dengan tujuan untuk memproleh informasi yang tepat dari narasumber
yang kompeten. metode wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung kepada project manager dari kontraktor yang mengerjakan pekerjaan
diproyek perumahan mewah di semarang.
Setelah identifikasi
faktor-faktor penyebab keterlambatan terkumpul, kemudian dibikinkan draft
kuesioner untuk memberikan nilai terhadap variable data. selanjutnya data
dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) untuk
mencari faktor – faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada proyek perumahan
mewah di semarang.
Tabel 3. Scoring
No |
Keterangan |
Nilai |
A |
Sangat Berpengruh |
5 |
B |
Berpengaruh |
4 |
C |
Netral |
3 |
D |
Tidak Berpengaruh |
2 |
E |
Sangat tidak berpengaruh |
1 |
Sumber: Hassan et al. (2016)
Analisis
Responden
Analisis
responden adalah analisis untuk mendeskriptifkan responden ke dalam beberapa
karekteristik. Karakteristik responden dalam penelitian ini terbagi menjadi 3
karakter yaitu: Pendidikan, Jabatan kerja dan Pengalaman kerja dalam proyek.
Analisis
Faktor
Analisis
faktor merupakan salah satu prosedur reduksi data serta salah satu alat untuk
menguji alat ukur dalam metode statistic multivariate. Analisis faktor
diartikan sebuah analisis yang mensyaratkan adanya keterkaitan antar variabel.
Pada prinsipnya analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan
kompleks pada variabel yang diamati dengan menyatukan faktor atau dimensi yang
saling berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu struktur data yang baru
yang mempunyai set faktor lebih kecil. Data-data
yang dimasukkan pada umumnya data metrik dan terdiri dari variabel-variabel dengan jumlah yang besar (Sartika et al., 2013).
Jika
variabel distandarisasi, maka model analisis faktor dapat ditulis sebagai
berikut:
Keterangan
:
Xi
= Variabel ke i yang dibakukan
Bij
= Koefisien regresi yang dibakukan
untuk variabel i pada komponen faktor j
Fj
= Komponen fator ke j
Vi
= Koefisien regresi yang dibakukan
untuk variabel i pada komponen faktor i
µi
= Faktor unik variabel ke i
m
= Banyaknya komponen faktor
Komponen
faktor dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang terobservasi, yaitu:
Keterangan
:
Fi = estimasi faktor ke-i
W = bobot atau koefisien nilai faktor ke-i
k = jumlah variable
Uji
Kaiser Meyer Olkin (KMO)
Merupakan
suatu indeks yang digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang
tinggi (antara 0,5 sampai 1,0) mengidentifikasikan analisis faktor tepat.
Apabila dibawah 0,5 atau kurang dari 0,5 menunjukkan bahwa analisis faktor
tidak tepat untuk diaplikasikan.
Measure of
Sampling Adequacy (MSA)
Suatu
indeks perbandingan antara koefisien korelasi parsial untuk setiap variabel. MSA
digunakan untuk mengukur kecukupan sampel.
Langkah-langkah
statistik dalam menyelesaikan analisis faktor :
A.
Uji Bartlett Test of Sphericity
Digunakan
untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut tidak
berkorelasi dalam populasinya. Dengan kata lain, matriks korelasi populasi
adalah sebuah matriks identitas, di mana setiap variable berkorelasi dengan
variabel itu sendiri (r = 1), tetapi tidak berkorelasi dengan variabel lainnya
(r = 0).
Keterangan
:
N = jumlah observasi
p = jumlah variable
|R| = determinan matriks korela
B.
Membentuk matriks korelasi antara
variabel. Analisis faktor menjadi tepat jika variabel-variabel yang dikumpulkan
saling berkorelasi.
C.
Communality (komunalitas)
Digunakan untuk
mengetahui jumlah varian yang dikontribusi dari sebuah variabel dengan seluruh
variabel lainnya dalam analisis.
Keterangan
:
hi = comunality variabel ke-i
λim = nilai factor loading
D.
Eigenvalue (nilai eigen)
keterangan
:
A = matriks korelasi
λ = eigenvalue
I = matriks Identitas
E.
Matriks faktor loading
Menghitung
matriks faktor loading (Λ) dengan mengalikan matriks eigenvektor (V) dengan
akar matriks eigenvalue (L).
F.
Rotasi faktor
Melakukan rotasi
faktor untuk memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata.
Dalam penelitian digunakan metode varimax rotation dengan meminimumkan
banyaknya variabel yang memiliki loadings tinggi pada sebuah faktor, sehingga
lebih mudah menginterpretasi faktor.
Identifikasi
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Perumahan
Tahap
pertama dari analisis keterlambatan proyek adalah identifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi keterlambatan proyek terhadap proyek pembangunan perumahan
tahap 1 dan 2 terdapat 153 unit pembangunan proyek perumahan yang terbagi
menjadi 47 dokumen kontrak / surat perjanjian kerja (SPK). Pada penelitian ini
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek diperoleh
dengan menggunakan metode observasi terhadap stakeholder yang berada di proyek
pembangunan perumahan mewah. Selanjutnya direkap menjadi tabel kuesioner untuk
mendapatkan nilai dari para responden.
Tabel 4. Responden Proyek Tahap 1
No |
Responden |
Pengisian
Kuesioner Penelitian Oleh Responden |
Jumlah |
|||||||||||||||||||||||||
SPK
1 |
SPK
2 |
SPK
3 |
SPK
4 |
SPK
5 |
SPK
6 |
SPK
7 |
SPK
8 |
SPK
9 |
SPK
10 |
SPK
11 |
SPK
12 |
SPK
13 |
SPK
14 |
SPK
15 |
SPK 16 |
SPK 17 |
SPK 18 |
SPK 19 |
SPK 20 |
SPK 21 |
SPK 22 |
SPK 23 |
SPK 24 |
SPK 25 |
||||
1 |
Project Manager |
PM
1 |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
2 |
PM
2 |
|
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
3 |
PM
3 |
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
4 |
PM
4 |
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
5 |
PM
5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
6 |
PM
6 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
7 |
PM
7 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
3 |
|
8 |
PM
8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
2 |
|
9 |
PM
9 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
3 |
|
10 |
Pelaksana |
PL
1 |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
11 |
PL
2 |
|
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
12 |
PL
3 |
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
13 |
PL
4 |
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
14 |
PL
5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
15 |
PL
6 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
16 |
PL
7 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
3 |
|
17 |
PL
8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
2 |
|
18 |
PL
9 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
3 |
|
19 |
Pengawas |
PW
1 |
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
20 |
PW
2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
V |
V |
5 |
|
21 |
PW
3 |
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
|
22 |
PW
4 |
V |
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
|
23 |
PW
5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
V |
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
5 |
|
Tabel
kuesioner yang diisi |
75 |
Tabel 5. Responden Proyek Tahap 2
No |
Responden |
Pengisian
Kuesioner Penelitian Oleh Responden |
Jumlah |
|||||||||||||||||||||||||
SPK
26 |
SPK
27 |
SPK
28 |
SPK
29 |
SPK
30 |
SPK
31 |
SPK
32 |
SPK
33 |
SPK
34 |
SPK
35 |
SPK
36 |
SPK
37 |
SPK
38 |
SPK
39 |
SPK
40 |
SPK 41 |
SPK 42 |
SPK 43 |
SPK 44 |
SPK 45 |
SPK 46 |
SPK 47 |
|
|
|
||||
1 |
Project Manager |
PM
1 |
|
|
|
|
|
|
V |
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
2 |
PM
2 |
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
3 |
PM
3 |
|
|
|
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
|
4 |
PM
4 |
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
5 |
PM
5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
6 |
PM
6 |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
7 |
PM
7 |
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
8 |
PM
8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
3 |
|
9 |
PM
9 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
|
|
|
3 |
|
10 |
Pelaksana |
PL
1 |
|
|
|
|
|
|
V |
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
11 |
PL
2 |
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
12 |
PL
3 |
|
|
|
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
|
13 |
PL
4 |
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
14 |
PL
5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
15 |
PL
6 |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
16 |
PL
7 |
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
17 |
PL
8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
3 |
|
18 |
PL
9 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
V |
|
|
|
V |
|
|
|
3 |
|
19 |
Pengawas |
PW
1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
|
|
|
V |
|
|
|
V |
|
|
|
4 |
20 |
PW
2 |
V |
V |
V |
V |
|
|
|
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
|
21 |
PW
3 |
|
|
|
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
5 |
|
22 |
PW
4 |
|
|
|
|
|
|
V |
|
V |
|
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
|
23 |
PW
5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V |
|
|
|
|
V |
V |
V |
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
|
Tabel
kuesioner yang diisi |
66 |
Tabel 6. Hasil Pengolahan Data Dari Kuesioner Responden
No |
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek |
Kode |
Hasil
Pengolahan Data |
|||
Mean |
Mode |
Minimum |
Maximum |
|||
1 |
Faktor
Bahan Material (Materials) |
FK
1 |
4,475 |
4 |
4 |
5 |
2 |
Faktor
Tenaga Kerja (Man Power) |
FK
2 |
4,574 |
5 |
4 |
5 |
3 |
Faktor
Peralatan (Equipment) |
FK
3 |
2,887 |
3 |
2 |
3 |
4 |
Faktor
Keuangan (Finance) |
FK
4 |
4,482 |
4 |
4 |
5 |
5 |
Faktor
Lingkungan Proyek (Project Environment) |
FK
5 |
3,050 |
3 |
3 |
4 |
6 |
Faktor
Perizinan (Licensing) |
FK
6 |
2,014 |
2 |
2 |
3 |
7 |
Faktor
Desain (Design) |
FK
7 |
1,355 |
1 |
1 |
2 |
8 |
Faktor
Pengawasan Proyek (Project Supervision) |
FK
8 |
2,142 |
2 |
2 |
3 |
9 |
Faktor
Manajerial Kontraktor (Contractor Managerial) |
FK
9 |
4,142 |
4 |
4 |
5 |
10 |
Faktor
Metode Pelaksanaan (Implementation Method) |
FK
10 |
3,213 |
3 |
3 |
4 |
11 |
Faktor
Kontrak (Contract) |
FK
11 |
2,816 |
2 |
2 |
4 |
12 |
Faktor
Cuaca (Weather) |
FK
12 |
2,043 |
2 |
2 |
3 |
13 |
Faktor
Supplier |
FK
13 |
2,972 |
3 |
2 |
4 |
14 |
Faktor
Lokasi Proyek (Location) |
FK
14 |
2,560 |
2 |
1 |
5 |
Keterangan:
1.
Terdapat 47 dokumen kontrak/ surat
perjanjian kerja yang dianalisis dalam penelitian
2.
Koresponden berdasarkan stakeholder yang terlibat
langsung terhadap proyek pembangunan perumahan mewah di semarang, terdapat 9
project manager, 9 pelaksana dan 5 pengawas dalam penelitian ini
3.
Kodefikasi:
-
PM =
Project Manager
-
PL =
Pelaksana
-
PW =
Pengawas
Dari
hasil pengisian kuesioner oleh responden didapatkan bahwa modus/ faktor yang
sering muncul dengan kategori sangat berpengaruh terjadinya keterlambatan pada proyek
pembangunan perumahan mewah disemarang adalah Faktor tenaga kerja (man power)
dikarenakan kurangnya keahlian para tenaga kerja dalam membangun bangunan rumah
mewah sehingga beberapa pekerjaan harus dilakukan pekerjaan ulang (repair).
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Keterlambatan Proyek Perumahan
Setelah penulis
mendapatkan data dari pengisian kuesioner 14 faktor faktor yang mempengaruhi
keterlambatan proyek perumahan mewah disemarang, selanjutnya data tersebut
diolah mengunakan program spss dengan metode analisis faktor dengan asumsi
analisis faktor yang harus terpenuhi adalah:
1)
Korelasi antar variabel Independen. Besar
korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat, misalnya di
atas 0,5.
2)
Korelasi Parsial. Besar korelasi parsial,
korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain, justru
harus kecil. Pada SPSS deteksi terhadap korelasi parsial diberikan lewat
pilihan Anti-Image Correlation.
3)
Pengujian seluruh matriks korelasi
(korelasi antar variabel), yang diukur dengan besaran Bartlett Test of
Sphericity atau Measure Sampling Adequacy (MSA). Pengujian ini mengharuskan
adanya korelasi yang signifikan di antara paling sedikit beberapa variabel.
4)
Pada beberapa kasus, asumsi Normalitas
dari variabel-variabel atau faktor yang terjadi sebaiknya dipenuhi.
Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif
|
Mean |
Std.
Deviation |
Analysis
N |
FK1 |
4.4752 |
.50116 |
141 |
FK2 |
4.5745 |
.49619 |
141 |
FK3 |
2.8865 |
.31830 |
141 |
FK4 |
4.4823 |
.50147 |
141 |
FK5 |
3.0496 |
.21799 |
141 |
FK6 |
2.0142 |
.11867 |
141 |
FK7 |
1.3546 |
.48010 |
141 |
FK8 |
2.1418 |
.35013 |
141 |
FK9 |
4.1418 |
.35013 |
141 |
FK10 |
3.2128 |
.41072 |
141 |
FK11 |
2.8156 |
.81594 |
141 |
FK12 |
2.0426 |
.20257 |
141 |
FK13 |
2.9716 |
.35744 |
141 |
FK14 |
2.5603 |
1.19743 |
141 |
a. Uji Determinant of Correlation Matrix
Tabel 8. Uji Determinant of Correlation Matrix
Correlation Matrixa |
a. Determinant = ,004 |
Asumsi
Analisis Faktor yang pertama adalah: Uji Determinant of Correlation Matrix.
Matrik korelasi dikatakan antar variabel saling terkait apabila determinan
bernilai mendekati nilai 0. Hasil perhitungan menunjukkan nilai Determinant of
Correlation Matrix sebesar 0.004. Nilai ini mendekatai 0, dengan demikian
matrik korelasi antara variabel saling terkait.
b. Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling
Asumsi
analisis faktor yang kedua adalah: Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling (KMO)
adalah indek perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien
korelasi parsialnya. Jika jumlah kuadrat koefisen korelasi parsial di antara
seluruh pasangan variabel bernilai kecil jika dibandingkan dengan jumlah
kuadrat koefisien korelasi, maka akan menghasilkan nilai KMO mendekati 1. Nilai
KMO dianggap mencukupi jika lebih dari 0,5. Hasil KMo ditampilkan seperti di
bawah ini:
Tabel 9. Uji
KMO and Bartlett's Test
KMO and
Bartlett's Test |
||
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. |
.640 |
|
Bartlett's Test of Sphericity |
Approx. Chi-Square |
739.875 |
df |
55 |
|
Sig. |
.000 |
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling
sebesar 0,640. Dengan demikian persyaratan KMO sudah memenuhi persyaratan
karena memiliki nilai di atas 0,5.
c. Bartlett Test of Sphericity
Asumsi
analisis faktor yang pertama adalah: Bartlett Test of Sphericity. Hasil
perhitungan dengan SPSS dihasilkan nilai Barlett Test of Spehricity sebesar
739.875 dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian Bartlett Test of
Spehricity memenuhi persyaratan karena signifikansi di bawah 0,05 (5%).
Tabel 10. Uji
KMO and Bartlett's Test
KMO
and Bartlett's Test |
||
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. |
.640 |
|
Bartlett's Test of Sphericity |
Approx. Chi-Square |
739.875 |
df |
55 |
|
Sig. |
.000 |
d. Measures of Sampling Adequacy
(MSA)
Pengujian
persyaratan MSA terhadap semua variabel, dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Uji Measures of Sampling Adeuacy
Anti-image
Matrices |
||||||||||||
|
FK1 |
FK2 |
FK3 |
FK4 |
FK6 |
FK7 |
FK8 |
FK9 |
FK10 |
FK12 |
FK13 |
|
Anti-image Covariance |
FK1 |
.027 |
.007 |
.019 |
-.026 |
-.006 |
.020 |
-.004 |
-.007 |
-.012 |
-.003 |
-.006 |
FK2 |
.007 |
.813 |
-.020 |
-.017 |
.088 |
.034 |
-.029 |
.093 |
-.081 |
.042 |
.073 |
|
FK3 |
.019 |
-.020 |
.708 |
-.004 |
-.084 |
.129 |
-.017 |
-.101 |
-.192 |
-.040 |
-.049 |
|
FK4 |
-.026 |
-.017 |
-.004 |
.027 |
-.001 |
-.020 |
.013 |
-.004 |
.004 |
.002 |
.004 |
|
FK6 |
-.006 |
.088 |
-.084 |
-.001 |
.624 |
-.076 |
-.001 |
.005 |
.104 |
-.339 |
.048 |
|
FK7 |
.020 |
.034 |
.129 |
-.020 |
-.076 |
.805 |
-.106 |
.036 |
.010 |
-.055 |
-.255 |
|
FK8 |
-.004 |
-.029 |
-.017 |
.013 |
-.001 |
-.106 |
.859 |
-.105 |
.093 |
.036 |
.014 |
|
FK9 |
-.007 |
.093 |
-.101 |
-.004 |
.005 |
.036 |
-.105 |
.643 |
-.204 |
.091 |
-.015 |
|
FK10 |
-.012 |
-.081 |
-.192 |
.004 |
.104 |
.010 |
.093 |
-.204 |
.597 |
-.092 |
.062 |
|
FK12 |
-.003 |
.042 |
-.040 |
.002 |
-.339 |
-.055 |
.036 |
.091 |
-.092 |
.643 |
-.001 |
|
FK13 |
-.006 |
.073 |
-.049 |
.004 |
.048 |
-.255 |
.014 |
-.015 |
.062 |
-.001 |
.886 |
|
Anti-image Correlation |
FK1 |
.623a |
.047 |
.136 |
-.972 |
-.044 |
.140 |
-.029 |
-.056 |
-.096 |
-.025 |
-.040 |
FK2 |
.047 |
.829a |
-.026 |
-.117 |
.123 |
.043 |
-.035 |
.128 |
-.117 |
.058 |
.086 |
|
FK3 |
.136 |
-.026 |
.624a |
-.028 |
-.127 |
.171 |
-.021 |
-.149 |
-.295 |
-.060 |
-.062 |
|
FK4 |
-.972 |
-.117 |
-.028 |
.626a |
-.006 |
-.133 |
.084 |
-.031 |
.032 |
.018 |
.023 |
|
FK6 |
-.044 |
.123 |
-.127 |
-.006 |
.530a |
-.107 |
-.002 |
.009 |
.171 |
-.536 |
.065 |
|
FK7 |
.140 |
.043 |
.171 |
-.133 |
-.107 |
.553a |
-.127 |
.050 |
.014 |
-.076 |
-.302 |
|
FK8 |
-.029 |
-.035 |
-.021 |
.084 |
-.002 |
-.127 |
.811a |
-.142 |
.130 |
.048 |
.016 |
|
FK9 |
-.056 |
.128 |
-.149 |
-.031 |
.009 |
.050 |
-.142 |
.767a |
-.329 |
.142 |
-.019 |
|
FK10 |
-.096 |
-.117 |
-.295 |
.032 |
.171 |
.014 |
.130 |
-.329 |
.716a |
-.148 |
.086 |
|
FK12 |
-.025 |
.058 |
-.060 |
.018 |
-.536 |
-.076 |
.048 |
.142 |
-.148 |
.530a |
-.001 |
|
FK13 |
-.040 |
.086 |
-.062 |
.023 |
.065 |
-.302 |
.016 |
-.019 |
.086 |
-.001 |
.508a |
|
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) |
Hasil
Uji Persyaratan MSA diatas memiliki nilai > 0.5, sehingga semua variable
dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
e. Komunalitas
Hasil
dari uji komunaitas adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Uji Komunalitas
Communalities |
||
|
Initial |
Extraction |
FK1 |
1.000 |
.914 |
FK2 |
1.000 |
.342 |
FK3 |
1.000 |
.744 |
FK4 |
1.000 |
.914 |
FK6 |
1.000 |
.753 |
FK7 |
1.000 |
.612 |
FK8 |
1.000 |
.304 |
FK9 |
1.000 |
.682 |
FK10 |
1.000 |
.693 |
FK12 |
1.000 |
.757 |
FK13 |
1.000 |
.630 |
Extraction Method: Principal Component Analysis. |
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata rata
nilai komunalitas variable > 0,5, maka asumsi komunalitas terpenuhi. Tabel
di atas menunjukkan seberapa besar sebuah variabel dapat menjelaskan faktor.
Misal FK1 nilainya 0,914, artinya variabel FK1 dapat menjelaskan faktor sebesar
91.4%. Begitu pula dengan variabel lainnya, di mana rata rata variabel >
50%, oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa semua variabel dapat menjelaskan
faktor.
f. Faktor Yang Sekiranya Dapat Terbentuk
Tabel
Total Variance Explained di bawah ini berguna untuk menentukan berapakah faktor
yang mungkin dapat dibentuk.
Tabel 13. Total Variance Explained
Total Variance Explained |
|||||||||
Component |
Initial Eigenvalues |
Extraction Sums of Squared Loadings |
Rotation Sums of Squared Loadings |
||||||
Total |
% of Variance |
Cumulative % |
Total |
% of Variance |
Cumulative % |
Total |
% of Variance |
Cumulative % |
|
1 |
2.953 |
26.844 |
26.844 |
2.953 |
26.844 |
26.844 |
2.472 |
22.473 |
22.473 |
2 |
1.783 |
16.206 |
43.050 |
1.783 |
16.206 |
43.050 |
1.803 |
16.389 |
38.862 |
3 |
1.458 |
13.252 |
56.301 |
1.458 |
13.252 |
56.301 |
1.678 |
15.253 |
54.115 |
4 |
1.151 |
10.468 |
66.769 |
1.151 |
10.468 |
66.769 |
1.392 |
12.655 |
66.769 |
5 |
.898 |
8.166 |
74.936 |
|
|
|
|
|
|
6 |
.833 |
7.575 |
82.511 |
|
|
|
|
|
|
7 |
.642 |
5.838 |
88.349 |
|
|
|
|
|
|
8 |
.495 |
4.500 |
92.849 |
|
|
|
|
|
|
9 |
.417 |
3.795 |
96.644 |
|
|
|
|
|
|
10 |
.356 |
3.232 |
99.876 |
|
|
|
|
|
|
11 |
.014 |
.124 |
100.000 |
|
|
|
|
|
|
Extraction
Method: Principal Component Analysis. |
Berdasarkan
tabel di atas, lihat kolom “Component” yang menunjukkan bahwa ada 4 komponen
yang dapat mewakili variabel. Perhatikan kolom “Initial Eigenvalues” yang
dengan SPSS kita tentukan nilainya 4 (tiga) kelompok. Varians bisa diterangkan
oleh faktor 1 adalah 2.953 = 26.844%. Sehingga total faktor akan mampu
menjelaskan variabel sebesar 26.844%. Varians bisa diterangkan oleh faktor 2
adalah 1.783 = 16.206%. Varians bisa diterangkan oleh faktor 3 adalah 1.458 =
13.252%. Varians bisa diterangkan oleh faktor 4 adalah 1.151 = 10.468%.
Sehingga
total faktor akan mampu menjelaskan variabel sebesar 66.769 %. Dengan demikian,
karena faktor yang ditetapkan 4 faktor, maka faktor yang akan diambil adalah 4
component. Sehingga semua komponen yang terbentuk ada 4 faktor baru yang dapat
mewakili semua variable yang dianalisis. Nilai
Eigenvalues diatas apabila
digambarkan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Nilai Eigenvalues
Berdasarkan
scree plot diatas, tampak
bahwa komponen yang nilai eigenvalues diatas ada 4 faktor , maka faktor yang
terbentuk adalah 4 faktor baru sesuai dengan yang dijelaskan pada table total
Variance Explained diatas sebelumnya
g. Factor Loading
Setelah
kita mengetahui bahwa faktor maksimal yang bisa terbentuk adalah 4 faktor :
Tabel 14. Component Matrix
Component
Matrixa |
||||
|
Component |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
|
FK1 |
.924 |
.177 |
-.170 |
-.009 |
FK4 |
.922 |
.181 |
-.178 |
-.008 |
FK10 |
.628 |
-.212 |
.412 |
.289 |
FK9 |
.591 |
-.215 |
.221 |
.487 |
FK2 |
.467 |
-.257 |
-.148 |
-.191 |
FK8 |
-.425 |
-.089 |
-.070 |
.332 |
FK6 |
.057 |
.771 |
.373 |
-.127 |
FK12 |
.057 |
.728 |
.458 |
-.119 |
FK7 |
-.175 |
.536 |
-.381 |
.385 |
FK3 |
-.245 |
-.211 |
.732 |
.324 |
FK13 |
-.101 |
.310 |
-.351 |
.632 |
Extraction Method: Principal Component Analysis. |
||||
a. 4 components extracted. |
Tabel diatas menunjukan seberapa besar sebuah
variable berkorelasi dengan faktor yang akan dibentuk. Misal: FK1 berkorelasi
sebesar 0.924 dengan faktor 1 dan seterusnya
h. Rotasi Faktor
Hasil rotasi factor ditampilkan dalam
table di bawah ini:
Tabel 15. Hasil Rotasi Faktor
Rotated Component Matrixa |
||||
|
Component |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
|
FK4 |
.879 |
.359 |
.104 |
.055 |
FK1 |
.876 |
.364 |
.106 |
.048 |
FK3 |
-.659 |
.497 |
.150 |
-.201 |
FK2 |
.461 |
.124 |
-.238 |
-.240 |
FK8 |
-.432 |
-.041 |
-.186 |
.285 |
FK9 |
.214 |
.787 |
-.108 |
.068 |
FK10 |
.217 |
.784 |
.029 |
-.173 |
FK12 |
.008 |
.014 |
.870 |
.017 |
FK6 |
.056 |
-.045 |
.862 |
.075 |
FK13 |
-.051 |
.074 |
-.035 |
.788 |
FK7 |
.011 |
-.190 |
.172 |
.739 |
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation
Method: Varimax with Kaiser Normalization.a |
||||
a. Rotation converged in 6 iterations. |
Penentuan variabel
masuk faktor mana ditentukan dengan melihat nilai korelasi terbesar. Pada tabel
di atas telah diurutkan dari nilai yang terbesar ke yang terkecil per faktor. Perhatikan
baik-baik tabel diatas: FK4 korelasi terbesar dengan
faktor 1 yaitu 0.879, begitu pula FK1: 0,876. Yang paling berkorelasi dengan
faktor 1 adalah FK4, FK1, FK3, FK2, FK8. Begitu juga faktor 2 terdiri dari FK9,
FK10. Dan faktor 3 terdiri dari FK12, FK6. Serta faktor 4 terdiri dari FK13,
FK7. Maka dapat disimpulkan anggota masing-masing faktor:
Tabel 16. Hasil Pengelompokan Faktor
Faktor |
Eigenvalue |
Penamaan Faktor |
Kelompok Faktor |
Faktor Loading |
|
1 |
2.953 |
Faktor saat pelaksanaan |
FK4 |
Keuangan
(Finance) |
.879 |
FK1 |
Bahan
Material |
.876 |
|||
FK2 |
Tenaga
Kerja (Man Power) |
-.659 |
|||
FK3 |
Peralatan
(Equipment) |
.461 |
|||
FK8 |
Pengawasan |
-.432 |
|||
2 |
1.783 |
Faktor internal kontraktor |
FK9 |
Manajerial
Kontraktor |
.787 |
FK10 |
Metode
Pelaksanaan |
.784 |
|||
3 |
1.458 |
Faktor eksternal |
FK12 |
Cuaca |
.870 |
FK6 |
Perizinan |
.862 |
|||
4 |
1.151 |
Faktor kebijakan owner |
FK13 |
Supplier |
.788 |
FK7 |
Desain |
.739 |
Berdasarkan
hasil dari nilai Total Variance Explained, dimana nilai eigenvalue terbesar
adalah Faktor 1 yang anggotanya terdiri dari Faktor keuangan (FK4), Faktor
bahan material (FK1), Faktor tenaga kerja (FK2), Faktor peralatan (FK3), Faktor
pengawasan (FK8). Maka dapat dinyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap terjadinya keterlambatan di proyek pembangunan peumahan mewah
disemarang adalah faktor 1.
Analisis Peran Project Manager Dalam
Mengatasi Keterlambatan Proyek
Proyek
adalah suatu aktivitas unik yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya seperti
manusia, material, biaya, dan peralatan. Oleh karena itu diperlukan manajemen
proyek mulai dari tahap awal hingga tahap akhir, dan manajer proyek merupakan
penanggung jawab utama keberhasilan proyek. Adanya perbedaan waktu dan biaya yang
signifikan atau keberhasilan proyek menunjukkan bahwa pelaksanaan proyek
dikendalikan oleh menajer proyek dan menjadi perhatian utama pemilik proyek.
Oleh
karena itu peran manajer proyek sangat penting dalam sebuah proyek konstruksi,
disini penulis menganalisis peran manajer proyek dalam mengantisipasi
keterlambatan proyek yang disebabkan oleh faktor - faktor yang mempengaruhi
keterlambatan proyek pada proyek perumahan di semarang. Pada analisis peran
manajer proyek, penulis menggunakan teknik wawancara langsung terhadap 9
manajer proyek dari kontraktor yang mengerjakan proyek pembangunan perumahan
mewah di semarang. Para manajer proyek ditanyai mengenai tindakan yang
dilakukan untuk mengantisipasi keterlambatan proyek pada proyek yang mereka
kerjakan.
Adapun tindakan
yang dilakukan oleh manajer proyek dalam mengantisipasi keterlambatan pada
proyek pembangunan perumahan mewah di Semarang sebagai
berikut:
Tabel 17. Tindakan untuk mengantisipasi keterlambatan proyek
No |
Responden |
Tindakan Untuk Mengantisiasi Keterlambatan Proyek |
||
Faktor Bahan
Material |
Faktor Tenaga
Kerja |
Faktor Keuangan |
||
1 |
PM
1 |
Dengan membeli bahan material terlebih
dahulu sebelum kehabisan baham material dilokasi proyek |
Penambahan man power dengan
memilih man power yang kompeten |
Memastikan modal untuk
memulai pembangunan proyek tersedia |
2 |
PM
2 |
|
Meminta pelaksana |
Membangun unit rumah sesuai
jumlah kemampuan keuangan perusahaan |
3 |
PM
3 |
|
Mencari man power yang
berkompeten untuk pekerjaan di proyek perumahan mewah |
Mempersiapkan modal /
keuangan untuk proyek baru yang akan datang |
4 |
PM
4 |
Mendatangkan bahan material sebelum stok
dilokasi proyek habis |
Menahan man power yang sudah
kompeten dalam membangun rumah mewah, dan mencari tambahan man power yang
serupa |
Memastikan keuangan untuk
proyek berikutnya tersedia |
5 |
PM
5 |
Melakukan perhitungan kebutuhan material
sesuai dengan pekerjaan dilapangan |
Penambahan man power untuk
pekerjaan yang terlambat |
Memastikan perputaran
keuangan perusahaan lancar supaya tidak ada masalah dalam mendatangkan bahan
material |
6 |
PM
6 |
|
Melakukan pengawasan
terhadap produktivitas kerja man power, supaya hasil kerjaanya bagus. |
Memastikan modal keuangan cukup
terhadap proyek yang didapat |
7 |
PM
7 |
Meminta pelaksana untuk selalu monitor
perihal ketersediaan material, dan akan segera di order ketika persediaan
material dilokasi menipis |
Persiapan penambahan man
power yang kompeten |
Mempersiapkan modal untuk
proyek baru dan memastikan keuangan tidak terganggu dengan hal lain |
8 |
PM
8 |
|
Mempersiapkan penambahan man
power dan kerja ekstra untuk mengejar keterlambatan |
Memastikan keuangan untuk
pembiayaan proyek disini lancar. |
9 |
PM
9 |
Segera membeli material yang dibutuhkan
berdasarkan informasi dari pelaksana lapangan |
Mempersiapkan penambahan man
power untuk mempercepat progress pekerjaan |
Memastikan ketersediaan
modal terhadap unit yang dibangun |
Pada
hasil wawancara tentang tindakan untuk mengantisipasi
keterlambatan proyek oleh 9 project manager kontraktor, tindakan
antisipasi terpetakan pada 3 faktor yaitu Faktor bahan material (materials),
Faktor tenaga kerja (man power), Faktor keuangan (finance).
Adapun
antisipasi terkait bahan material seharusnya kontraktor melakukan perhitungan
terkait kebutuhan bahan material yang digunakan dan mendatangkan bahan material
sebelum stok material di lokasi proyek habis, hal ini untuk mengantisipasi
ketika ada kendala saat proses mengantarkan bahan material.
Hassan
(2016) dalam penelitiannya faktor kekurangan bahan material menjadi penyebab
utama terjadinya keterlambatan proyek. Kekurangan bahan konstruksi maka dari
itu untuk mengatasi masalah kekurangan bahan konstruksi sebaiknya menghitung
kembali volume pekerjaan dan memesan kembali bahan-bahan mana yang kurang agar
supaya tidak terjadi lagi kekurangan bahan konstruksi (Civil, 2020).
Antisipasi
keterlambatan yang disebabkan oleh faktor tenaga kerja, seharusnya kontraktor
dapat memilih tenaga kerjanya untuk mengerjakan pekerjaan diproyek
perumahan mewah dengan pengalaman yang dimiliki dan kompetensi yang mereka
kuasai atau dengan cara memilih pelaksana yang bisa membina man
power (Gusty et al., 2022; Sugiyanto, 2020).
Ismael
(2013) untuk tindakan preventive, Kontraktor harus bisa menyediakan tenaga
pelaksana yang mampu membina tenaga kerja yang kurang terampil menjadi terampil dibidangnya, dengan
Pemilihan tenaga pelaksana yang akan melaksanakan pekerjaan harus selektif.
Sebelum pekerjaan dilaksanakan dilakukan pelatihan in the
jon Training (Cahya et al., 2021). Dengan
mengutamakan tenaga pelaksana yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan sejenis sehingga dapat mengajarkan ilmunya kepada tenaga kerja yang
kurang terampil.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut; (1) terhadap 47
dokumen kontrak/ surat perjanjian kerja didapat rata rata
waktu keterlambatan yang terjadi pada proyek pembangunan perumahan mewah di Semarang
ini adalah 11 minggu dari batas waktu yang tercantum dalam dokumen kontrak/SPK. (2) Dari 14 faktor yang mempengaruhi
keterlambatan proyek hasil analisis faktor yang mempengaruhi keterlambatan
proyek perumahan mewah di Semarang mendapatkan bahwa
terdapat 5 faktor yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan proyek diantaranya Faktor keuangan (finance),
Faktor bahan material (materials), Faktor
tenaga kerja (man power),
Faktor peralatan (Equipment), Faktor
pengawasan proyek (project environment). Dan (3) tindakan
antisipasi terpetakan pada 3 faktor yaitu Faktor
keuangan (finance) project
manager memastikan ketersediaan modal keuangan yang
cukup untuk memulai proyek dan membangun unit rumah sesuai kemampuan, Faktor
bahan material (materials) project
manager melakukan perhitungan terkait kebutuhan bahan
material yang digunakan dan mendatangkan bahan material sebelum stok material
di lokasi proyek habis, Faktor tenaga kerja (man
power) project manager memilih tenaga kerjanya untuk mengerjakan pekerjaan
diproyek perumahan mewah dengan pengalaman yang
dimiliki dan kompetensi yang mereka kuasai.
BIBLIOGRAFI
Akhirul, A., Witra, Y., Umar, I.,
& Erianjoni, E. (2020). Dampak negatif pertumbuhan penduduk terhadap
lingkungan dan upaya mengatasinya. Jurnal Kependudukan Dan Pembangunan
Lingkungan, 1(3), 76–84.
Akhyar, M. (2011). Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsumen Dalam Memilih Lokasi Perumahan.
Amoatey, C. T., Ameyaw, Y. A., Adaku, E., & Famiyeh, S. (2015).
Analysing delay causes and effects in Ghanaian state housing construction
projects. International Journal of Managing Projects in Business, 8(1),
198–214.
Asmi, A., & Pratama, J. C. (2016). Identifikasi faktor-faktor
keterlambatan dalam proyek konstruksi di Jakarta. Prosiding Semnastek.
Badan
Pusat Statistik. (2023). Statistik Daerah
Kota Semarang Tahun 2022
Basrin, D., & Fahriana, N. (2021). Biaya Tidak Langsung Pada Proyek
Pembangunan Perumahan Subsidi Di Kota Langsa. Jurnal Media Teknik Sipil
Samudra, 2(1), 10–20.
Cahya, A. D., Rahmadani, D. A., Wijiningrum, A., & Swasti, F. F.
(2021). Analisis pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. YUME:
Journal of Management, 4(2).
Civil, S. (2020). Persepsi Pekerja Terhadap Faktor Penghambat
Pelaksanaan Pengaspalan Jalan Benua–Basala Di Kabupaten Konawe Selatan. 1,
2.
Doloi, H., Sawhney, A., Iyer, K. C., & Rentala, S. (2012). Analysing
factors affecting delays in Indian construction projects. International
Journal of Project Management, 30(4), 479–489.
Gusty, S., Lapian, F. E. P., Tamim, T., Tumpu, M., Syarif, M., Safar, A.,
Raynonto, M. Y., Muliawan, I. W., Rangan, P. R., & Kusuma, A. (2022). Teknik
Sipil (Sebuah Pengantar). Tohar Media.
Hassan, H., Mangare, J. B., & Pratasis, P. A. K. (2016). Faktor–faktor
penyebab keterlambatan pada proyek konstruksi dan alternatif penyelesaiannya
(Studi kasus: di Manado Town Square III). Jurnal Sipil Statik, 4(11).
Ismael, I. (2013). Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab
dan Tindakan Pencegahannya. Jurnal Momentum ISSN: 1693-752X, 14(1).
Nugroho, W. A. (2014). Penerapan Enterprise Risk Management Pada Developer
Property Pt. Luas Nusantara Di Bojonegoro, Jawa Timur. Calyptra, 2(2),
1–18.
Pondaag, N. E., Malingkas, G. Y., & Mangare, J. B. (2020). Analisis
Penyebab Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Pada Perumahan Grand Victorian
Kairagi. Jurnal Sipil Statik, 8(4).
Sartika, S., Sitepu, H. R., & Bangun, P. (2013). Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kentang. Saintia Matematika,
1(5), 445–457.
Sugiyanto. (2020). Manajemen Pengendalian Proyek. Scopindo Media
Pustaka.
Copyright holder: M. Agus
Hadi Pranoto, Ferry Hermawan, Jati Utomo Dwi Hatmoko (2024) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |