Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol.
9, No. 9, September 2024
PERAN
MODERASI TINGKAT PENDIDIKAN DIREKTUR UTAMA DALAM PENGARUH LIKUIDITAS,
SOLVABILITAS DAN ESG TERHADAP KINERJA OPERASIONAL PERUSAHAAN
Raymond Dovanov1, Arief Wibisono
Lubis2
Department of Management, Faculty of Economic
and Business, Universitas Indonesia, Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh rasio likuiditas,
solvabilitas, dan skor ESG terhadap kinerja operasional perusahaan di ASEAN
serta memeriksa moderasi oleh tingkat pendidikan Direktur Utama. Data dari
perusahaan non-keuangan di ASEAN pada 2018-2022 yang diperoleh dari database
Refinitiv Eikon dan data publik lainnya. Analisis data digunakan dengan
pendekatan deduktif ke induktif dan teknik analisis regresi data panel. Temuan
menunjukkan dampak positif yang signifikan dari likuiditas dan ESG terhadap
kinerja operasional, sementara solvabilitas tidak signifikan. Hasil penelitian
juga menunjukkan tingkat pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi hubungan
antara Likuiditas, Solvabilitas, dan ESG terhadap Kinerja Operasional.
Kontribusi penelitian ini mencakup pemahaman yang lebih baik tentang
faktor-faktor yang memengaruhi kinerja operasional perusahaan di ASEAN dan
implikasinya untuk pengambilan keputusan dan praktik berkelanjutan. Penelitian
ini mengidentifikasi peran penting tingkat pendidikan Direktur Utama dalam
konteks ini. Penelitian juga melengkapi pengetahuan yang ada dengan memperluas
cakupan variabel independen dan mengonfirmasi temuan sebelumnya.
Kata kunci: ASEAN, Likuiditas, Solvabilitas, ESG, Pendidikan
CEO, Kinerja Operasional
Abstract
This study investigates the impact
of liquidity ratios, solvency ratios, and ESG scores on the operational
performance of companies in ASEAN, and examines the moderating role of the
CEO's education level. Data was collected from non-financial companies in ASEAN
for the period 2018-2022 using the Refinitiv Eikon database and other public
sources. A deductive to inductive approach and panel data regression analysis
techniques were employed for data analysis. The findings reveal a significant
positive effect of liquidity and ESG on operational performance, while solvency
does not have a significant impact. Additionally, the study shows that the
CEO's education level significantly moderates the relationship between
Liqudity, Solvency, and ESG scores on operational performance. This research
contributes to a better understanding of the factors influencing the
operational performance of companies in ASEAN and its implications for
decision-making and sustainable practices. It highlights the important role of
the CEO's education level in this context and extends existing knowledge by
broadening the scope of independent variables and confirming previous findings.
Key
words: ASEAN,
Liquidity, Solvency, ESG, CEO Education, Operational Performance.
Pendahuluan
Fenomena kinerja
operasional perusahaan di kawasan ASEAN menunjukkan pertumbuhan positif dalam
beberapa aspek. Nilai perdagangan ASEAN yang mencapai $638 miliar per tahun
berkontribusi terhadap 21% dari total perdagangan dunia sehingga mencerminkan
tingginya aktivitas perdagangan di wilayah tersebut
Pertumbuhan
perdagangan di ASEAN didukung oleh adanya peningkatan total foreign direct
investment (FDI) yang diterima oleh negara-negara ASEAN. Pada tahun 2021,
tercatat FDI di negara ASEAN yang mencapai $174 miliar. Hal ini juga
mencerminkan minat investor asing yang tinggi dalam berinvestasi di kawasan ASEAN
Pertumbuhan
kinerja perusahaan di ASEAN juga didukung oleh implementasi kebijakan laporan
keuangan berkelanjutan (sustainability reporting/SR). SR mampu tercermin
melalui skor ESG dan menandakan bahwa
perusahaan di ASEAN semakin memperhatikan aspek-aspek non-keuangan dalam
mengelola operasional mereka yang pada akhhirnya berdampak positif pada kinerja
jangka panjang
Adanya peningkatan
kinerja operasional perusahaan di indikasikan oleh peningkatan kualitas
pendidikan CEO perusahaan
Penelitian
Namun, kinerja operasional perusahaan dapat tidak hanya
dipengaruhi oleh pendidikan CEO saja. Beberapa rasio keuangan secara
tradisional telah menjadi ukuran kinerja perusahaan seperti rasio liquiditas
dan solvabilitas.
Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk dengan cepat mengubah aset menjadi
uang tunai atau memenuhi kewajiban jangka pendek
Rasio profitabilitas
menjadi indikator yang mewakili kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan
Berdasarkan
penelitian terdahulu, likuiditas perusahaan mampu berkontribusi positif
terhadap kinerja operasional dan nilai perusahaan
Di sisi lain,
adanya adanya penerapan ESG mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian
Adanya hubungan
langsung antara Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan ESG memberikan bukti
empiris terhadap faktor penentu kinerja perusahaan. Namun, belum ada penelitian
yang secara langsung menguji apakah faktor pendidikan CEO mampu mempemperkuat
atau memperlemah hubungan rasio keuangan dan ESG pada kinerja keuangan.
Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tingkat pendidikan CEO mampu
memoderasi hubungan antara Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan ESG
terhadap kinerja operasional perusahaan.
Berdasarkan tujuan
penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah RQ1: Apakah
likuiditas berpengaruh terhadap kinerja operasi perusahaan non-keuangan di
ASEAN ?, RQ2: Apakah solvabilitas berpengaruh terhadap kinerja operasi
perusahaan non-keuangan di ASEAN ?, RQ3: Bagaimana pengaruh skor ESG
terhadap kinerja operasi perusahaan non-keuangan di ASEAN ? RQ4: Apakah
tingkat pendidikan CEO mampu memoderasi hubungan antara likuiditas dan kinerja
operasi perusahaan sektor non-keuangan di ASEAN?, RQ5: Apakah tingkat
pendidikan CEO mampu memoderasi hubungan antara Solvabilitas dan kinerja
operasi perusahaan sektor non-keuangan di ASEAN?, RQ6: Apakah tingkat
pendidikan CEO mampu memoderasi hubungan antara ESG dan kinerja operasi
perusahaan sektor non-keuangan di ASEAN?
Penelitian ini
memberikan kontribusi dalam pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi
kinerja operasional perusahaan di ASEAN, serta mengidentifikasi peran penting
tingkat pendidikan CEO dalam konteks ini. Penelitian juga melengkapi
pengetahuan yang ada dengan memperluas cakupan variabel independen dan
mengonfirmasi temuan sebelumnya.
Hipotesis Penelitian
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk mengonversi aset menjadi
uang tunai dengan cepat tanpa menimbulkan kerugian signifikan. Semakin tinggi
tingkat likuditas perusahaan, maka akan semkain tinggi kinerja operasional
perusahaan
H1: Likuiditas berpengaruh terhadap kinerja operasi
perusahaan non-keuangan di ASEAN
Solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya jangka panjang. Hal ini secara langsung akan memengaruhi kinerja operasional
perusahaan. Perusahaan dengan solvabilitas yang baik cenderung memiliki akses
ke modal yang lebih baik dan memperoleh
kepercayaan dari kreditor dan investor
Penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan antara rasio solvabilitas
dan kinerja operasional perusahaan.
H2: Solvabilitas berpengaruh terhadap kinerja operasi perusahaan
non-keuangan di ASEAN
Terdapat beberapa
faktor yang mendorong ESG (Environmental, Social, dan Governance)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan.
Pertama, pertimbangan lingkungan seperti pengelolaan sumber daya yang
berkelanjutan dan tanggung jawab lingkungan dapat memengaruhi efisiensi
operasional dan berdampak pada kinerja operasional
H3: ESG berpengaruh terhadap kinerja operasi perusahaan
non-keuangan di ASEAN
Tingkat pendidikan
CEO secara langsung memengaruhi kemampuan mereka dalam mengelola informasi
keuangan dan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan. CEO dengan latar
belakang pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pemahaman yang lebih
mendalam tentang aspek keuangan dan non-keuangan perusahaan
H4: Pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi hubungan
antara likuiditas dan kinerja operasi
perusahaan non-keuangan di ASEAN
H5: Pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi hubungan
antara solvabilitas dan kinerja operasi
perusahaan non-keuangan di ASEAN
H6: Pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi hubungan
antara ESG dan kinerja operasi
perusahaan non-keuangan di ASEAN
Metode Penelitian
Mempertimbangkan latar belakang, rumusan penelitian sampai dengan metode
penelitian, jenis penelitian yang digunakan pada tesis yaitu menggunakan metode
deduktif ke induktif dimana penelitian ini ingin memprediksi tingkat kinerja
operasi perusahaan manufaktur di Indonesia melalui PFT yang diukur atau dari
hasil manipulasi variabel independen seperti rasio arus kas, debt to equity
ratio, ESG score, dan tingkat pendidikan Direktur Utama. Variabel
independen tersebut akan didapatkan dari sumber data yang telah dipublikasikan
melalui Refinitiv Eikon dan data sekunder yang tersedia untuk publik
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tercatat dan
telah terdaftar di ASEAN. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan
non-keuangan. Periode penelitian diambil dari tahun 2018 sampai dengan 2022,
hal ini atas pertimbangan penelitian akan dibuat untuk periode lintas covid-19.
Adapun untuk jumlah penarikan sampel menggunakan metode nonprobability
sampling dimana sampel ditentukan berdasarkan kebutuhan penelitian dan
tingkat kemudahan yang tersedia untuk akses publik atau masyarakat umum.
Sedangkan dari segi ukuran sampel pada penelitian, berjumlah 115 perusahaan
selama lima tahun dengan sampel per tahun sehingga diestimasikan
terdapat sejumlah 575 data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Jumlah
data tersebut, sudah lebih banyak dibandingkan jumlah data yang digunakan pada
jurnal referensi utama yaitu berjumlah 328 sampel
Model Penelitian
Model penelitian
menggunakan formulasi persamaan panel data regression sebagai
berikut:
Keterangan:
PFT = gross profit margin
CFR = cash flow ratio
DER = debt to equity ratio
ESG = ESG score
EDU = Tingkat
pendidikan
COV = Covid-19
INF = Tingkat
Inflasi
Untuk model
konseptual penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 1. Model
Konseptual
Variabel kontrol merupakan variabel atau faktor yang dapat diatur atau
diubah oleh peneliti dalam suatu penelitian. Hal ini bertujuan untuk memastikan
bahwa eksperimen dilaksanakan dengan konsistensi dan dapat diulang, sehingga
efek dari dari variabel lain dapat diamati dengan lebih akurat
Teknik Analisis Data
Pengujian model data panel dilakukan menggunakan perangkat lunak Stata
untuk mengidentifikasi model data panel yang optimal. Dataset panel, yang juga
disebut sebagai data longitudinal atau dataset deret waktu cross-sectional,
menghimpun pengukuran berulang dari beragam variabel selama periode waktu
tertentu pada unit-unit pengamatan yang sama.
Uji Pemilihan Model
Menurut
Uji Chow
Uji Chow bertujuan untuk menguji dengan membandingkan model antara
Model Pooled Least Square (PLS) dan Fixed Effect Model (FEM)
memiliki perbedaan yang signifikan dalam performa kedua model dalam melakukan
regresi pada data panel
Uji Hausman
Uji Hausman bertujuan untuk menguji dengan membandingkan antara FEM dan REM dalam melakukan regresi pada data panel. Untuk
melakukan uji pada kedua hipotesis, dilakukan analisis dengan regresi
menggunakan kedua model yang menghasilkan P-value. Jika P-value <0,05, maka
H0 ditolak, dan hasilnya adalah FEM adalah model yang lebih sesuai dalam
melakukan regresi data panel dibandingkan dengan REM. Sedangkan, jika P-value
> 0,05, maka H0 diterima yang berarti adalah REM adalah model yang lebih
sesuai dalam melakukan regresi data panel dibandingkan dengan FEM
Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier bertujuan untuk menguji dengan membandingkan
antara Model PLS dengan REM dalam melakukan regresi pada data panel. Untuk
melakukan uji pada kedua hipotesis, dilakukan analisis dengan regresi
menggunakan kedua model yang menghasilkan P-value. Jika P-value <0,05, maka
H0 ditolak, dan hasilnya adalah Model REM adalah model yang lebih sesuai dalam
melakukan regresi data panel dibandingkan dengan PLS. Sedangkan, jika P-value
>0,05, maka H0 diterima yang berarti adalah PLS adalah model yang lebih
sesuai dalam melakukan regresi data panel dibandingkan dengan Model REM
Uji Asumsi Klasik
Menurut
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
antar variabel independen dalam model regresi. Jika hasil Uji dari
Multikolinearitas menghasilkan VIF < 5 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas
Uji Determinasi (R2)
Uji R2 adalah ukuran statistik yang menunjukkan seberapa baik
model regresi mampu menjelaskan variasi dalam variabel dependen (Gujarati &
Porter, 2012). Secara teknis, R2 merupakan proporsi variasi total
dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen dalam model.
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1, di mana nilai yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa model memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjelaskan
variasi data (Gujarati & Porter, 2012).
Hasil dan
Pembahasan
Hasil Uji Diagnostik
Tujuan dari uji
diagnostik dalam analisis statistik adalah untuk mengevaluasi kecocokan model
regresi atau analisis yang dilakukan dengan data yang ada. Uji diagnostik
bertujuan untuk memeriksa asumsi-asumsi dasar yang mendasari model, seperti
normalitas, homoskedastisitas, dan tidak adanya autokorelasi. Adapun hasil uji
diagnostik pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Uji Normalitas
Uji
Normalitas |
|
Variabel |
Pr (kurtosis) |
Residual |
0,06 |
Tabel 2. Uji Multikolinieritas
VIF |
1/VIF |
|
CFR |
1,46 |
0,683 |
DER |
2,04 |
0,490 |
ESG |
4,99 |
0,200 |
EDU |
2,01 |
0,498 |
Cov19 |
2,65 |
0,377 |
INF |
2,15 |
0,464 |
Mean VIF |
2,55 |
- |
Dalam analisis
diagnostik, dilakukan serangkaian uji untuk menguji kesesuaian model regresi
dengan data yang ada. Uji normalitas menilai apakah distribusi residual normal,
dengan nilai p untuk kurtosis residual sebesar 0,06. Hasilnya menunjukkan bahwa
tidak cukup bukti untuk menolak hipotesis nol, sehingga residual dianggap
memiliki distribusi normal. Selanjutnya, Pengujian asumsi klasik menggunakan
nilai VIF (Variance Inflation Factor) dengan nilai cutoff sebesar 10. Dapat
dilihat pada tabel di atas bahwa nilai vif dari masing-masing variabel di bawah
10, yang mengindikasikan tidak terjadi multikolinieritas dalam model.
Hasil Uji Pemilihan Model
Tujuan dari uji pemilihan model adalah
untuk menentukan model regresi yang paling sesuai dengan data yang tersedia.
Ini penting karena dalam analisis regresi, terdapat beberapa jenis model yang
bisa digunakan, seperti model tetap (fixed), model acak (random), atau model
gabungan (mixed). Adapun hasil uji pemilihan model adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Uji Pemilihan Model
Pengujian
Model Terbaik |
||
Uji Chow |
Uji Hausman |
Uji LM |
0,00 |
0,06 |
0,00 |
Berdasarkan hasil
uji Chow dan uji LM yang memiliki nilai p kurang dari tingkat signifikansi 0,05,
kedua uji tersebut menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara model-model
yang diuji. Hal ini menandakan bahwa salah satu atau beberapa model lebih
sesuai daripada yang lain. Namun, hasil uji Hausman menunjukkan nilai p lebih
dari 0,05, yang mengindikasikan tidak adanya perbedaan signifikan antara
model-model. Oleh karena itu, dalam konteks ini, model yang terbaik dapat
ditentukan melali model REM.
Uji Hipotesis
Dalam penelitian
ini, uji hipotesis digunakan untuk menguji hubungan antara berbagai variabel
yang telah ditetapkan. Melalui uji hipotesis, kita dapat menarik kesimpulan
apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel tersebut atau
tidak. Adapun hasil uji hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Tabel 4. Uji Hipotesis
REM |
|||
|
Coefficient |
z |
P>|z| |
CFR |
1,43384 |
2,43 |
0,015 |
DER |
-0,00528 |
-1,43 |
0,153 |
ESG |
0,35394 |
2,42 |
0,016 |
EDU |
22,40152 |
16,80 |
0,000 |
Inf |
56,14841 |
2,49 |
0,013 |
Cov19 |
-0,09329 |
-0,11 |
0,909 |
EDUxCFR |
2,52510 |
2,70 |
0,007 |
EDUxDER |
-0,89466 |
-3,29 |
0,001 |
EDUxESG |
2,01545 |
6,03 |
0,000 |
R-Squared |
0,6488 |
|
|
Prob>F |
- |
||
Prob>chi2 |
0,0000 |
||
Obs |
575 |
Tabel 4
menunjukkan bahwa beberapa variabel independen memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja operasional perusahaan (PFT). Hasil olah data dari model
regresi menunjukkan bahwa beberapa variabel independen memiliki pengaruh
signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan (PFT). Likuiditas (CFR)
memiliki pengaruh positif dan signifikan di mana setiap peningkatan 1 unit
dalam cfr meningkatkan pft sebesar 1,43 unit. Implementasi ESG (ESG) juga
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan, dengan peningkatan 1 unit dalam
esg meningkatkan pft sebesar 0,35 unit.
Tingkat pendidikan
CEO (EDU) memiliki pengaruh paling besar dan sangat signifikan, di mana setiap
peningkatan 1 unit dalam EDU meningkatkan PFT sebesar 22,40 unit. Inflasi (INF)
juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap PFT, dengan setiap peningkatan
1 unit dalam inflasi meningkatkan pft sebesar 56,15 unit. Sebaliknya,
Solvabilitas Perusahaan (DER) dan dampak COVID-19 (COV19) tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap PFT.
Selain itu, dalam
konteks uji moderasi, interaksi antara pendidikan CEO (EDU) dan Likuiditas
(CFR) menjadi EDUxCFR menunjukkan pengaruh positif dan signifikan, di mana
setiap peningkatan dalam interaksi ini meningkatkan PFT sebesar 2,52 unit.
Hasil ini juga menunjukkan tingkat pendidikan Direktur Utama mampu memperkuat
hubungan antara likuiditas dengan kinerja operasional. Interaksi antara
pendidikan CEO (EDU) dan Solvabilitas (DER) menjadi EDUxDER menunjukkan
pengaruh negatif dan signifikan, dengan setiap peningkatan dalam interaksi ini
menurunkan PFT sebesar 0,89 unit. Terakhir, Interaksi antara pendidikan CEO
(EDU) dan ESG menjadi EDUxESG menunjukkan pengaruh positif dan signifikan,
dengan setiap peningkatan dalam interaksi ini meningkatkan PFT sebesar 2,01
unit. Hasil ini juga menunjukkan tingkat pendidikan Direktur Utama mampu
memperkuat hubungan antara ESG dengan kinerja operasional.
Untuk mengukur
seberapa baik variabel independen dalam model menjelaskan variabilitas variabel
dependen, penelitian ini menunjukkan uji R2. R-Squared (R²) dalam tabel regresi
di atas adalah sebesar 0,6488. Ini menunjukkan bahwa sekitar 64,88% dari variasi
dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh model regresi yang melibatkan
variabel independen yang diteliti. Dengan kata lain, model ini memiliki
kekuatan yang cukup kuat dalam menjelaskan hubungan antara variabel-variabel
tersebut, meskipun masih ada sekitar 35,12% dari variasi yang tidak dijelaskan
oleh model, yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk
dalam analisis.
Pembahasan
Pengaruh Likuiditas terhadap
kinerja operasional Perusahaan ASEAN
Berdasarkan
kerangka hipotesis yang telah disusun, dapat disimpulkan bahwa likuiditas (CFR)
memiliki dampak positif terhadap kinerja operasional perusahaan di ASEAN. Pertama,
hipotesis H1 menyatakan bahwa likuiditas memiliki dampak positif terhadap
kinerja operasi. Hal ini berasal dari pemahaman bahwa likuiditas yang tinggi
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
pendek dengan baik, yang pada gilirannya mendukung efisiensi operasional.
Dengan memiliki likuiditas yang cukup, perusahaan dapat dengan mudah membiayai
operasinya, membayar kewajiban jangka pendek, dan memiliki fleksibilitas
keuangan yang diperlukan untuk menghadapi situasi ekonomi yang berubah-ubah.
Selain itu, hasil
penelitian ini juga sejalan dengan temuan sebelumnya, seperti yang dikemukakan
oleh Lee (2023) yang menunjukkan bahwa rasio likuiditas, khususnya rasio arus
kas, memiliki dampak positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan konsistensi
dalam temuan bahwa likuiditas yang tinggi mendukung kinerja operasional yang
lebih baik. Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan kontribusi
tambahan untuk memperkuat pemahaman bahwa likuiditas memainkan peran penting
dalam menentukan kinerja operasional perusahaan di ASEAN, sesuai dengan
hipotesis yang diajukan.
Pengaruh Solvabilitas terhadap
kinerja operasional Perusahaan ASEAN
Hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa rasio solvabilitas (DER - Debt to Equity Ratio) tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan di ASEAN. Hal
ini terjadi karena beberapa kondisi yang dialami oleh beberapa perusahaan di
ASEAN.
Pertama, Mayoritas
Perusahaan di ASEAN memiliki struktur modal yang sangat beragam, namun
mayoritas masih bergantung pada equity. Perbedaan dalam strategi pembiayaan ini
dapat menyebabkan rasio solvabilitas tidak menjadi penentu utama kinerja
operasional secara keseluruhan.
Kedua, Regulasi
dan pengawasan keuangan di negara-negara ASEAN berbeda-beda. Di beberapa
negara, pengawasan ketat terhadap penggunaan utang dan kepatuhan terhadap
regulasi keuangan dapat membantu perusahaan mengelola rasio utang dengan lebih
baik, sehingga dampak negatif terhadap kinerja operasional dapat diminimalkan.
Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian Ibendahl (2016) & Sopandi et al. (2023)
yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara solvency ratio
terhadap profitability. Hal ini terjadi karena dalam beberapa kasus, biaya
utang yang tinggi mungkin tidak cukup mempengaruhi profitabilitas secara
signifikan jika perusahaan mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk
menutupi biaya tersebut
Pengaruh ESG terhadap kinerja
operasional Perusahaan ASEAN
Hasil uji
hipotesis menunjukkan bahwa Implementasi ESG mampu meningkatkan kinerja
operasional perusahaan di ASEAN karena beberapa alasan komprehensif yang
berkaitan dengan keberlanjutan, reputasi, dan efisiensi operasional. Terdapat
beberapa alasan mengapa ESG mampu meningkatkan kinerja operasional perusahaan.
Pertama, aspek lingkungan dari ESG mendorong perusahaan untuk mengadopsi
praktik yang lebih ramah lingkungan, seperti pengurangan emisi karbon dan
pengelolaan limbah yang lebih efisien. Praktik ini tidak hanya mengurangi biaya
operasional jangka panjang tetapi juga menghindarkan perusahaan dari potensi
denda dan regulasi yang semakin ketat terkait lingkungan.
Kedua, aspek
sosial dari ESG, yang meliputi perhatian terhadap kesejahteraan karyawan, hak
asasi manusia, dan kontribusi terhadap komunitas lokal, dapat meningkatkan
moral dan produktivitas karyawan. Karyawan yang merasa dihargai dan bekerja
dalam kondisi yang baik cenderung lebih produktif dan loyal, mengurangi
turnover dan biaya rekrutmen. Ketiga, aspek tata kelola perusahaan yang baik
meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam operasi bisnis,
yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan investor dan pemangku kepentingan
lainnya.
Di ASEAN, di mana
negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia sedang memperkuat
regulasi terkait ESG, perusahaan yang menerapkan standar ESG yang tinggi dapat
memperoleh keunggulan kompetitif. Investor global semakin mengutamakan
investasi yang berkelanjutan, dan perusahaan di ASEAN yang mematuhi standar ESG
lebih mudah mendapatkan akses ke modal dan mitra bisnis. Selain itu, konsumen
juga semakin sadar akan isu-isu keberlanjutan dan cenderung mendukung
perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Dalam konteks
ASEAN, di mana keberagaman budaya dan ekonomi menuntut pendekatan yang sensitif
dan inklusif, implementasi ESG yang efektif dapat membantu perusahaan
menavigasi tantangan regional dan memanfaatkan peluang pertumbuhan yang
berkelanjutan. Dengan demikian, ESG tidak hanya berkontribusi pada
keberlanjutan lingkungan dan sosial tetapi juga langsung mempengaruhi kinerja
operasional dan profitabilitas perusahaan.
Hasil ini sejalan
dengan penelitian Aybars et al. (2019) yang menyebutkan bahwa ESG berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini memperkuat bukti bahwa
implementasi ESG mampu meningkatkan kinerja operasional perusahaan terutama di
wilayah ASEAN.
Moderasi Tingkat Pendidikan Direktur
Utama dalam Hubungan Rasio Likuiditas dan Kinerja Operasional Perusahaan ASEAN
Direktur Utama
dengan pendidikan tinggi diharapkan memiliki kemampuan manajerial dan strategis
yang lebih baik, yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih
efektif, termasuk dalam mengelola likuiditas. Temuan penelitian ini menunjukkan
bahwa pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi hubungan antara likuiditas dan
kinerja operasional secara signifikan.
Pendidikan CEO
mampu memperkuat hubungan antara likuiditas dan kinerja operasional perusahaan
di ASEAN karena pendidikan yang lebih tinggi umumnya memberikan CEO
keterampilan manajerial dan pemahaman yang lebih baik tentang strategi keuangan
dan operasional. CEO dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki kemampuan
analitis yang kuat dan pengetahuan yang mendalam tentang manajemen risiko, yang
penting dalam mengelola likuiditas perusahaan. Likuiditas yang baik
memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan
menginvestasikan dana dalam proyek-proyek yang menguntungkan. Dengan pemahaman
yang baik tentang analisis keuangan dan manajemen kas, CEO yang terdidik dapat
membuat keputusan yang lebih tepat waktu dan strategis mengenai alokasi sumber
daya, yang pada gilirannya meningkatkan efisiensi operasional dan
profitabilitas perusahaan.
Di ASEAN, di mana
pasar seringkali berfluktuasi dan menghadapi tantangan ekonomi yang unik,
kemampuan untuk secara efektif mengelola likuiditas menjadi semakin kritis. CEO
yang terdidik dapat menggunakan pengetahuan mereka untuk memprediksi dan
merespons perubahan pasar dengan lebih cepat dan efektif, memastikan bahwa
perusahaan tetap likuid bahkan dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Mereka
juga lebih mungkin untuk mengimplementasikan sistem dan proses yang
meningkatkan transparansi dan efisiensi operasional yang pada akhirnya akan
memperkuat hubungan antara likuiditas dan kinerja operasional. Oleh karena itu,
pendidikan CEO memainkan peran kunci dalam mengoptimalkan penggunaan likuiditas
untuk mendorong kinerja operasional yang superior di perusahaan-perusahaan
ASEAN.
Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian King et al. (2016), Bhagat et al. (2010) dan Ya
(2015) yang menyebutkan bahwa pendidikan direktur utama berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini terjadi adanya
Direktur Utama (CEO) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung
lebih relevan dengan kegiatan managerial perusahaan.
Moderasi Tingkat Pendidikan Direktur
Utama dalam Hubungan Rasio Solvabilitas dan Kinerja Operasional Perusahaan
ASEAN
Penelitian ini
menemukan bahwa tingkat pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi hubungan
antara solvabilitas dan kinerja operasional perusahaan di ASEAN. Pendidikan CEO
mampu memperkuat hubungan antara solvabilitas dan kinerja operasional
perusahaan di ASEAN karena CEO yang terdidik biasanya memiliki pengetahuan yang
lebih baik tentang prinsip-prinsip keuangan dan manajemen strategis yang
esensial untuk menjaga dan meningkatkan solvabilitas perusahaan.
Solvabilitas yang
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya,
adalah indikator kunci dari kesehatan finansial jangka panjang. CEO dengan
latar belakang pendidikan yang kuat, terutama dalam bidang keuangan atau
bisnis, cenderung memiliki keterampilan analitis yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi struktur modal, mengelola utang secara efisien, dan membuat
keputusan investasi yang bijaksana.
Di kawasan ASEAN,
di mana perusahaan sering beroperasi di pasar yang dinamis dan menghadapi
berbagai tantangan ekonomi, kemampuan untuk mengelola solvabilitas dengan baik
sangat penting. CEO yang berpendidikan tinggi dapat menerapkan strategi
keuangan yang lebih canggih dan inovatif, seperti diversifikasi sumber
pendanaan atau restrukturisasi utang, untuk menjaga solvabilitas perusahaan.
Mereka juga lebih mampu mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan efisiensi
operasional melalui pemangkasan biaya atau peningkatan produktivitas, yang pada
gilirannya dapat memperbaiki margin keuntungan dan kinerja keseluruhan
perusahaan. Dengan demikian, pendidikan CEO tidak hanya meningkatkan kemampuan
untuk mengelola solvabilitas tetapi juga memfasilitasi penerapan praktik-praktik
terbaik yang mengoptimalkan kinerja operasional. Ini menghasilkan perusahaan
yang lebih tangguh dan mampu beradaptasi di tengah ketidakpastian ekonomi di
ASEAN
Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian King et al. (2016) dan Bhagat et al. (2010)
yang menyebutkan bahwa adanya hubungan antara pendidikan CEO terhadap kinerja
perusahaan. Temuan ini memberikan bukti empiris bahwa dalam konteks perusahaan
ASEAN, tingkat pendidikan CEO akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Moderasi Tingkat Pendidikan Direktur
Utama dalam Hubungan ESG dan Kinerja Operasional Perusahaan ASEAN
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi hubungan
antara skor ESG (Environmental, Social, Governance). Terdapat beberapa alasan
komprehensif dapat menjelaskan mengapa hasil ini bisa terjadi pada perusahaan
di ASEAN.
Pendidikan CEO
mampu memperkuat hubungan antara ESG dan kinerja operasional perusahaan di
ASEAN karena CEO yang terdidik cenderung memiliki pemahaman yang lebih mendalam
tentang pentingnya praktik berkelanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pendidikan yang lebih tinggi, terutama dalam bidang bisnis, manajemen, atau
ilmu lingkungan, membekali CEO dengan pengetahuan tentang bagaimana ESG dapat
diintegrasikan ke dalam strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerja
operasional. Mereka memahami bahwa penerapan praktik ESG yang baik tidak hanya
memenuhi kepatuhan regulasi tetapi juga dapat menjadi sumber keunggulan
kompetitif.
Di kawasan ASEAN,
di mana keberlanjutan dan tanggung jawab sosial semakin mendapatkan perhatian,
CEO yang berpendidikan tinggi dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan
budaya perusahaan yang berfokus pada keberlanjutan. Mereka lebih mungkin untuk
menerapkan kebijakan yang mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan
kesejahteraan karyawan, dan memperkuat tata kelola perusahaan. Dengan pemahaman
yang baik tentang ESG, CEO dapat mengidentifikasi peluang untuk inovasi yang
berkelanjutan, mengurangi biaya melalui efisiensi energi, dan meningkatkan
reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan.
Hasil penelitian
in sejalan dengan penelitian King et al. (2016) yang menunjukkan adanya
hubungan langsung antara Pendidikan CEO dan Kinerja perusahaan. Temuan ini
memberikan bukti empiris bahwa dalam konteks perusahaan ASEAN, tingkat
pendidikan CEO akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian, hasil yang menjawab pertanyaan penelitian adalah: (1) Likuiditas
memiliki dampak positif signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan di
ASEAN. Hal ini terjadi karena likuiditas yang tinggi mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dengan baik. (2) Solvabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan di ASEAN.
Hal ini terjadi karena mayoritas perusahaan di ASEAN memiliki struktur modal
yang beragam namun sebagian besar masih bergantung pada ekuitas. (3) Implementasi
ESG berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan di
ASEAN. ESG dapat meningkatkan kinerja operasional perusahaan melalui berbagai
cara. Hal ini terjadi karena praktik ramah lingkungan mengurangi biaya
operasional jangka panjang dan menghindari denda regulasi. (4) Pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi
secara positif hubungan antara likuiditas dan kinerja operasional perusahaan.
Hal ini terjadi karena Direktur Utama dengan pendidikan tinggi memiliki
kemampuan manajerial dan strategis yang lebih baik, termasuk dalam mengelola
likuiditas. (5) Pendidikan Direktur Utama mampu memoderasi secara signifikan
hubungan antara solvabilitas dan kinerja operasional perusahaan. Hal ini
terjadi karena Direktur Utama dengan latar belakang pendidikan yang kuat
memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang prinsip-prinsip keuangan dan
manajemen strategis yang esensial untuk menjaga solvabilitas perusahaan. (6) Pendidikan
Direktur Utama mampu memoderasi secara signifikan hubungan antara ESG dan
kinerja operasional. Hal ini terjadi karena Direktur Utama yang terdidik
cenderung memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya praktik berkelanjutan
dan tanggung jawab sosial perusahaan.
BIBLIOGRAFI
ACSDII. (2023). ASEAN
Sustainability Reporting Standards.
Https://Www.Asean-Csr-Network.Org/c/Images/Resources/Reports/2023_Sustainability_Reporting_in_ASEAN_Count.
ADB.
(2023). Asian Development Outlook 2024.
Https://Www.Adb.Org/Publications/Asian-Development-Outlook-April-2023.
Alarussi,
A. S., & Alhaderi, S. M. (2018). Factors affecting profitability in
Malaysia. Journal of Economic Studies, 45(3), 442–458.
https://doi.org/10.1108/JES-05-2017-0124
Alshehhi,
A., Nobanee, H., & Khare, N. (2018). The impact of sustainability
practices on corporate financial performance: Literature trends and future
research potential. In Sustainability (Switzerland). 10(2). MDPI.
https://doi.org/10.3390/su10020494
ASEAN
Secretariat. (2022). ASEAN Trade in Goods 2022.
Https://Www.Aseanstats.Org/Publication/Asyb2022/.
Aybars,
A., Ataünal, L., & Gurbuz, A. O. (2019). ESG and Financial Performance. Advances
in Business Strategy and Competitive Advantage.
https://doi.org/10.4018/978-1-5225-7180-3.CH029
Aydoğmuş,
M., Gülay, G., & Ergun, K. (2022). Impact of ESG performance on firm value
and profitability. In Borsa Istanbul Review. 22. S119–S127). Borsa
Istanbul Anonim Sirketi. https://doi.org/10.1016/j.bir.2022.11.006
Aziz,
A., & Rahman, A. A. (2017). International Journal of Economics and
Financial Issues The Relationship between Solvency Ratios and Profitability
Ratios: Analytical Study in Food Industrial Companies listed in Amman Bursa. International
Journal of Economics and Financial Issues, 7(2), 86–93.
http:www.econjournals.com
Berger,
A. N., Boubakri, N., Guedhami, O., & Li, X. (2019). Liquidity creation
performance and financial stability consequences of Islamic banking: Evidence
from a multinational study. Journal of Financial Stability, 44.
https://doi.org/10.1016/j.jfs.2019.100692
Bhagat,
S., Bolton, B., & Subramanian, A. (2010). CEO Education, CEO Turnover, and
Firm Performance. ERN: CEO & Executive Motivation & Incentives
(Topic). https://doi.org/10.2139/ssrn.1670219
Cardillo,
G., & Harasheh, M. (2023). Stay close to me: What do ESG scores tell about
the deal timing in M&A transactions? Finance Research Letters, 51.
https://doi.org/10.1016/j.frl.2022.103498
CNBC.
(2022). FDI ASEAN Naik 20,4%, Tertinggi Sejak 2017.
Https://Www.Cnbc.Com/Asia-Fx/.
Cooper,
D. R. (2014). (CS) Business Research Methods, 12th Edition - Donald R
Cooper,.
Fang,
V. W., Noe, T., & Tice, S. (2008). Stock Market Liquidity and Firm Value. Monetary
Economics. https://doi.org/10.1016/J.JFINECO.2008.08.007
Friede,
G., Busch, T., & Bassen, A. (2015). ESG and financial performance:
aggregated evidence from more than 2000 empirical studies. Journal of
Sustainable Finance and Investment, 5(4), 210–233.
https://doi.org/10.1080/20430795.2015.1118917
Gao,
S., Meng, F., Wang, W., & Chen, W. (2023). Does ESG always improve
corporate performance? Evidence from firm life cycle perspective. 11.
https://doi.org/10.3389/fenvs.2023.1105077
Ghardallou,
W. (2022). Corporate Sustainability and Firm Performance: The Moderating Role
of CEO Education and Tenure. Sustainability.
https://doi.org/10.3390/su14063513
Gujarati,
D. N., & Porter, D. C. (2012). Dasar-dasar ekonometrika. Jakarta:
Salemba Empat, 1.
Gunawan,
J., Permatasari, P., & Fauzi, H. (2022). The evolution of sustainability
reporting practices in Indonesia. Journal of Cleaner Production, 358.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2022.131798
Hambrick,
D. C. (2007). Upper Echelons Theory: An Update. In Source: The Academy of
Management Review. 32(2). https://about.jstor.org/terms
Hambrick,
D. C., & Mason, P. A. (1984). Upper echelons: The organization as a
reflection of its top managers. Academy of Management Review, 9(2),
193–206.
Ibendahl,
G. (2016). Using Solvency Ratios to Predict Future Profitability. Journal of
American Society of Farm Managers and Rural Appraisers, 2015, 195–201.
https://doi.org/10.22004/AG.ECON.236666
Imperiale, F., Pizzi, S., & Lippolis, S.
(2023). Sustainability reporting and ESG performance in the utilities sector. Utilities
Policy, 80. https://doi.org/10.1016/j.jup.2022.101468
King, T., Srivastav, A., & Williams, J.
M. (2016). What’s in an education? Implications of CEO education for bank
performance. Journal of Corporate Finance, 37, 287–308. https://doi.org/10.1016/J.JCORPFIN.2016.01.003
Lee,
C. C. (2023). Analyses of the operating performance of information service
companies based on indicators of financial statements. Asia Pacific
Management Review. https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2023.01.002
Madison,
N., & Schiehll, E. (2021). The Effect of Financial Materiality on ESG
Performance Assessment. Sustainability.
https://doi.org/10.3390/SU13073652
Massadeh,
D. D., Khatib, A. Y. A., & Khanji, I. M. (2021). Analyzing The
Profitability Indicators For Islamic Banks In Jordan. International Journal
of Economics and Finance Studies, 13(1), 67–89.
https://doi.org/10.34109/ijefs.202112225
Nimtrakoon,
S. (2015). The relationship between intellectual capital, firms’ market value
and financial performance: Empirical evidence from the ASEAN. Journal of
Intellectual Capital, 16(3), 587–618.
https://doi.org/10.1108/JIC-09-2014-0104
Saidu, S. (2019). CEO characteristics and
firm performance: focus on origin, education and ownership. Journal of
Global Entrepreneurship Research, 9(1). https://doi.org/10.1186/s40497-019-0153-7
Sopandi,
A., Marendra, I. G., Januari, N., Gunawan, R. A., Haditya, T. D., Pamulang,
U., & Marendra, G. (2023). The Effect of Liquidity and Solvency on Company
Profitability Levels (Empirical Study of Pulp and Paper Sub-Sector
Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange in 2017-2021).
Asian Journal of Applied Business and Management.
https://doi.org/10.55927/ajabm.v2i3.4477
Tabash,
M. I., Abdulkarim, F. M., Akinlaso, M. I., & Dhankar, R. S. (2022).
Islamic banking and economic growth: fresh insights from Nigeria using
autoregressive distributed lags (ARDL) approach. African Journal of
Economic and Management Studies, 13(4), 582–597.
https://doi.org/10.1108/AJEMS-03-2021-0138
Urquhart,
A., & Zhang, H. (2021). PhD CEOs and firm performance. European
Financial Management. https://doi.org/10.1111/EUFM.12316
Vasiu,
D. E., & Gheorghe, I. (2014). Case Study Regarding Solvency Analysis,
during 2006-2012, of the Companies having the Business Line in Industry and
Construction, Listed and Traded on the Bucharest Stock Exchange. Procedia
Economics and Finance, 16, 258–269.
https://doi.org/10.1016/s2212-5671(14)00799-0
Wang,
Y.-J. (2002). Liquidity management, operating performance, and corporate
value: evidence from Japan and Taiwan. Journal of Multinational Financial
Management, 12, 159–169.
https://doi.org/10.1016/S1042-444X(01)00047-0
Ya,
L. (2015). Effects of CEO education background on firm performance. Journal
of Tsinghua University. https://consensus.app/papers/effects-education-background-firm-performance-ya/f55209f21dc35783935a6dd5649e1c8a/
Copyright
holder: Raymond Dovanov, Arief Wibisono Lubis (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |