Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK HUMOR DI MEDIA SOSIAL DALAM KEMENANGAN PROBOWO SUBIANTO PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2024
Renanda Afilia Ramdhan
Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis kemenangan Prabowo Subianto dalam pemilihan
presiden 2024 dengan fokus pada penggunaan pendekatan politik humor dalam
kampanye di media sosial. Dalam era digital yang semakin berkembang, media
sosial telah menjadi alat utama dalam kampanye politik, memungkinkan penyebaran
informasi yang luas dan cepat, serta interaksi langsung dengan pemilih. Prabowo
Subianto dan tim kampanyenya memanfaatkan platform seperti Facebook, Twitter,
Instagram, dan YouTube untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye yang tidak hanya
informatif tetapi juga kreatif dan menarik. Salah satu strategi yang menonjol
adalah penggunaan politik humor untuk meredakan ketegangan, mengubah narasi
negatif, dan menciptakan suasana kampanye yang positif dan riang gembira.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis konten dari
postingan media sosial resmi Prabowo dan tim kampanyenya, serta wawancara
mendalam dengan ahli komunikasi politik dan anggota tim kampanye. Data juga
diperoleh melalui survei kepada pemilih untuk mengukur respons mereka terhadap
konten humor dan suasana kampanye yang diciptakan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa politik humor efektif dalam mengurangi dampak negatif dari kritik dan
serangan politik, serta meningkatkan keterlibatan pemilih. Oleh karena itu,
penting bagi tim kampanye untuk memahami audiens mereka dengan baik dan
menyesuaikan konten humor sesuai dengan konteks budaya dan sosial. Temuan ini
memberikan wawasan berharga bagi strategi kampanye politik di masa depan,
menyoroti pentingnya kreativitas dan adaptasi dalam menghadapi dinamika politik
yang terus berubah. Penelitian ini merekomendasikan penelitian lebih lanjut
untuk mengeksplorasi dampak jangka panjang dari strategi ini dan penerapannya
dalam berbagai konteks budaya.
Kata kunci: politik humor,
media social, kampanye politik
Abstract
This research aims to analyze
Prabowo Subianto's victory in the 2024 presidential election with a focus on
the use of a humorous political approach in the campaign on social media. In an
increasingly digital era, social media has become a major tool in political
campaigns, enabling wide and fast dissemination of information, as well as
direct interaction with voters. Prabowo Subianto and his campaign team utilized
platforms such as Facebook, Twitter, Instagram and YouTube to convey campaign
messages that were not only informative but also creative and interesting. One
prominent strategy is the political use of humor to defuse tensions, change
negative narratives, and create a positive, light-hearted campaign atmosphere.
This research uses qualitative methods with content analysis of Prabowo and his
campaign team's official social media posts, as well as in-depth interviews
with political communication experts and campaign team members. Data was also
obtained through surveys of voters to measure their response to the humorous
content and campaign atmosphere created. The research results show that
political humor is effective in reducing the negative impact of political
criticism and attacks, as well as increasing voter engagement. Therefore, it is
important for campaign teams to understand their audience well and adapt
humorous content according to the cultural and social context. These findings
provide valuable insights for future political campaign strategies,
highlighting the importance of creativity and adaptation in the face of
ever-changing political dynamics. This study recommends further research to
explore the long-term impact of this strategy and its application in various
cultural contexts.
Key
words: political
humor, social media, political campaigns
Pendahuluan
Pemilihan presiden 2024 di Indonesia menandai
babak baru dalam dinamika politik nasional, dengan peran yang semakin
signifikan dari media sosial dalam membentuk opini publik dan memobilisasi
dukungan. Salah satu kandidat yang menonjol dalam pemilihan ini adalah Prabowo
Subianto, yang berhasil memenangkan kontestasi melalui strategi kampanye yang
inovatif dan adaptif. Dalam kampanye ini, penggunaan media sosial menjadi pusat
dari upaya tim kampanye untuk mencapai dan mempengaruhi pemilih, terutama
generasi muda yang lebih aktif di platform digital
Di tengah lanskap politik yang sering kali penuh
dengan ketegangan dan retorika negatif, Prabowo dan timnya memilih pendekatan
yang berbeda dengan mengedepankan politik humor dan suasana riang gembira.
Pendekatan ini bertujuan untuk meredakan ketegangan politik, mengubah narasi
negatif, dan menciptakan citra yang lebih positif dan menarik bagi berbagai
kalangan pemilih. Humor politik, yang sering kali dianggap sebagai cara efektif
untuk menjalin hubungan yang lebih personal dan emosional dengan audiens, digunakan
untuk menanggapi kritik dan serangan politik secara cerdas dan santai.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan media
sosial sebagai alat utama kampanye, penting untuk memahami bagaimana strategi
ini berperan dalam mempengaruhi hasil pemilihan. Media sosial memungkinkan
penyebaran informasi yang luas dan cepat, serta interaksi langsung dengan
pemilih, yang sebelumnya sulit dicapai melalui media konvensional. Tim kampanye
Prabowo memanfaatkan fitur-fitur interaktif di platform seperti Facebook,
Twitter, Instagram, dan YouTube untuk menciptakan konten yang menarik dan mudah
diakses oleh publik. Konten kreatif seperti video pendek, meme, dan infografis
digunakan untuk menyampaikan pesan kampanye dengan cara yang lebih ringan dan
menyenangkan.
Namun, meskipun banyak bukti yang menunjukkan
efektivitas politik humor dalam kampanye Prabowo, ada juga tantangan yang harus
dihadapi. Humor tidak selalu diterima dengan baik oleh semua kalangan dan dapat
menimbulkan risiko salah penafsiran. Oleh karena itu, penting bagi tim kampanye
untuk memahami audiens mereka dengan baik dan menyesuaikan konten humor sesuai
dengan konteks budaya dan sosial. Selain itu, pendekatan riang gembira yang
diusung juga harus tetap menjaga keseimbangan dengan menyampaikan visi dan misi
politik yang jelas dan substansial.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
peran dan efektivitas pendekatan politik humor dalam kampanye Prabowo Subianto
di media sosial selama pemilihan presiden 2024. Dengan menggunakan metode
kualitatif dan analisis konten, penelitian ini akan mengeksplorasi bagaimana
strategi ini mempengaruhi persepsi publik, keterlibatan pemilih, dan akhirnya
hasil pemilihan. Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
berharga bagi pengembangan strategi kampanye politik yang lebih efektif dan adaptif
di masa depan, serta menggarisbawahi pentingnya kreativitas dan inovasi dalam
menghadapi tantangan politik di era digital.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
untuk menganalisis peran dan efektivitas politik humor dalam kampanye Prabowo
Subianto di media sosial selama pemilihan presiden 2024. Pengumpulan data
dilakukan melalui analisis konten media sosial dan wawancara mendalam.
Postingan dari akun resmi Prabowo dan tim kampanyenya di platform seperti
Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube dikumpulkan, mencakup video kampanye,
meme, infografis, dan teks yang menggunakan humor. Survei juga dilakukan
terhadap pemilih untuk mendapatkan pandangan mereka mengenai penggunaan humor
dan dampaknya pada keputusan mereka. Selain itu, wawancara mendalam dengan ahli
komunikasi politik, anggota tim kampanye, dan pemilih aktif di media sosial
memberikan wawasan tambahan.
Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan
metode analisis konten, di mana konten dikategorikan berdasarkan jenis humor,
tema, serta reaksi audiens. Interpretasi dilakukan untuk memahami bagaimana
humor digunakan untuk merespons kritik dan isu negatif, serta dampaknya
terhadap sentimen publik. Analisis korelasi antara jenis konten humor dengan
tingkat engagement dan respons positif dari audiens membantu menentukan
efektivitas konten tersebut. Wawancara mendalam memberikan wawasan tentang
strategi kampanye, pengaruh humor pada pemilih, serta tantangan dalam penerapan
humor dalam kampanye.
Validasi data dilakukan melalui triangulasi,
dengan membandingkan hasil dari analisis konten, survei, dan wawancara untuk
memastikan keakuratan dan konsistensi temuan. Hasil penelitian disusun dalam
laporan yang mencakup temuan utama, interpretasi data, dan kesimpulan mengenai
efektivitas politik humor dalam kampanye Prabowo di media sosial, serta
rekomendasi untuk strategi kampanye politik di masa depan. Melalui metode
penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan komprehensif
tentang peran humor dalam kampanye politik digital dan pengaruhnya terhadap
hasil pemilihan.
Hasil dan Pembahasan
Sosial media saat
ini menjadi salah satu platform digital yang berperan penting dalam kegiatan
politik baik kampanye politik maupun pemasaran politik (Van Aelst et al. 2011).
Sosial media sendiri memungkinkan berbagi ruang dan terjadinya interaksi yang
dalam hal ini tidak hanya interaksi secara komunikasi namun juga produksi
sistem sosial dan community building ataur terciptanya sebuah komunitas
Definisi komunikasi
politik tidak hanya merupakan gabungan dari kata "komunikasi" dan
"politik". Konsep tersebut mencakup kerangka berpikir tersendiri yang
tidak dapat direduksi hanya menjadi penggabungan dua konsep berbeda dari kata-kata
tersebut. Secara khusus, komunikasi politik mengacu pada upaya untuk
menghasilkan kesatuan pikiran politik di antara anggota masyarakat. Aktivitas
ini melibatkan aktor politik yang bertujuan untuk menyampaikan pesan mengenai
pandangan, sikap, dan perilaku politik, dengan tujuan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan politik (Putri, 2017). Dalam pendekatan yang holistik,
pemahaman terhadap komunikasi politik membutuhkan keterkaitan antara definisi
tersebut dengan dimensi politik beserta segala problematikanya. Konteks realitas
dan kondisi yang ada perlu dipertimbangkan dalam memahami komunikasi politik.
Semua aspek dalam komunikasi politik memiliki peran masing-masing, meskipun
tetap terhubung baik secara langsung maupun tidak langsung. Komponen utama
komunikasi politik mencakup komunikator politik (siapa), pesan politik (apa),
media yang digunakan (saluran mana), audiens (kepada siapa), dan dampak yang
dihasilkan (efek apa) (Putri, 2017).
Proses
tersebut terjadi di dalam sistem politik yang akan mengurai suatu hubungan dan
interaksi baik antarkomunikator politik, antarlembaga politik ataupun antara
komunikator politik dengan lembaga politik. Tujuannya adalah menyampaikan
pesan-pesan politik melalui berbagai saluran komunikasi kepada khalayak politik
sehingga akan muncul efek (pengetahuan, perasaan, tindakan) dan feedback berupa dukungan atau penolakan.
Komunikasi politik juga akan mengalami rangkaian siklus pembicaraan, mulai dari
pembicaraan ringan, sedang sampai krusial. Pembicaraan ringan terjadi apabila
ada kesamaan pandangan dan kepentingan (konsultasi). Pembicaraan bergeser ke
tingkat sedang apabila terjadi perbedaan pandangan tetapi masih satu
kepentingan (diskusi, kompromi dan negosiasi). Pada tahap krusial, di mana
terjadi perbedaan pandangan dan kepentingan, pembicaraan biasanya akan diwarnai
perdebatan, emosi dan saling menghujat.
Berdasarkan
penjelasan diatas komunikasi yang berlangsung pada era internet ini tidak lagi
terikat ruang dan waktu. Kemajuan yang jauh lebih hebat lagi adalah
ditemukannya smartphone yang
terkoneksi dengan jaringan internet. Ukuran komputer yang mulanya sebesar rumah
semakin mengecil seiring kemunculan komputer jinjing (laptop) yang bisa dibawa
ke mana pun. Terlebih, kehadiran smartphone
menjadikan komunikasi di dunia virtual bisa berlangsung di mana pun dan
kapan pun. Lebih jauh, kehadiran smartphone
telah mendorong lahirnya berbagai media sosial seperti Facebook, X, BBM,
Whatsapp, Line, Tiktok, Instagram dan lain sebagainya. Fenomena ini juga
dimanfaatkan oleh para politisi dengan membuat account di berbagai media sosial sebagai penghubung atau penyambung
lidah bagi para konstituennya (Van Dijk, 2013).
Prabowo Subianto
dalam karirnya sangat erat dengan kekuasaan. Memulai karir dibidang militer,
menjadi menantu Presiden ke 2 Republik Indonesia, Soeharto dan isu pelanggaran
HAM yang sering dikaitkan dalam setiap pencalonan yang dilakukan oleh Prabowo
Subinato pada pemilihan umum ditahun-tahun sebelumnya. Hal ini seperti halnya
menurut Petroick dalam (Conway & Kenski, 2015) yang menyatakan bahwa
kepemilikan isu didefinsikan sebagai reputasi partai dalam menangani partai
tertentu berdasarkan Sejarah (rekam jejak) dan bagaimana kemudian menangani isu
tersebut. Berdasarkan hal ini, peneliti melihat bagaimana kemudian Parta
Gerindra sebagai partai yang didirikan oleh Prabowo Subianto sekaligus sebagai
partai yang mengusung Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden bertanggung jawab
terhadap bagaimana upaya untuk menangani isu-isu miring maupun isu yang
berkaitan dengan rekam jejak Prabowo Subianto.
Secara detail
peneliti pun menganalisis bagaimana kemudian upaya yang dilakukan oleh Parta
Gerindra melalui sosial media X dengan akun @Gerindra berupaya untuk menangkis
isu-isu negatif berkaitan dengan citra Prabowo Subianto. Prabowo Subianto
sendiri banyak dikatikan dengan simbol-silmbol militer, dan citra patriotisme,
hingga kontroversi asal-usul keluarganya, polemik kejahatan kemanusiaan yang
terjadi ketika transisi otoritarisanisme orde bar uke arah demokrasi atau
skandal HAM (Triyogo, Suwiknyo, Al Hosen, & Saptawan, 2023). Isu-isu ini
masih sering menjadi bahan yang digunakan dalam setiap keterlibatan Prabowo
Subianto dalam kontestasi politik.
Aspek humor dalam
konteks politik dapat mengadopsi konsep polytertainment, yang menggabungkan
unsur-unsur politik, hiburan, dan banyak jenis hiburan lainnya dalam satu
kesatuan yang kompleks dan menarik. Di dalam dunia politik, penggunaan humor
seringkali tidak hanya bertujuan untuk menghibur, tetapi juga untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan politik dengan cara yang lebih menarik dan mudah
dicerna oleh Masyarakat (Silva & Proksch, 2021)
Dengan memanfaatkan
konsep polytertainment, politisi dapat menciptakan kampanye politik yang lebih
dinamis dan interaktif, menggabungkan elemen-elemen seperti stand-up comedy,
sketsa komedi, parodi, dan pertunjukan lainnya dengan isu-isu politik yang serius.
Melalui penggunaan humor, politisi dapat menarik perhatian publik, menciptakan
daya tarik yang lebih besar terhadap isu-isu politik, dan bahkan meningkatkan
keterlibatan pemilih. Salah satu contoh penggunaan polytertainment dalam
politik adalah melalui kampanye-kampanye yang menggunakan acara-acara komedi
atau sketsa komedi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan politik. Dalam
acara seperti ini, politisi dapat memanfaatkan humor untuk menyampaikan kritik,
merayu pemilih, atau bahkan untuk membangun citra yang lebih positif (Hafizatullah & Wangi,
2017).
Namun, perlu
diingat bahwa penggunaan humor dalam politik juga memiliki risiko. Humor yang
tidak tepat atau kurang sensitif dapat memicu kontroversi atau bahkan merugikan
politisi yang bersangkutan (Hafizatullah & Wangi, 2017).
Oleh karena itu, penting bagi politisi untuk memilih humor yang sesuai dengan
konteks dan audiens mereka, serta memastikan bahwa pesan politik yang ingin
disampaikan tetap jelas dan dapat diterima. Dengan demikian, konsep
polytertainment dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengintegrasikan
aspek humor ke dalam politik, memberikan kesempatan bagi politisi untuk lebih
terlibat dengan pemilih dan menyampaikan pesan-pesan politik dengan cara yang
lebih kreatif dan menarik (Bracciale & Martella, 2017).
Beberapa postingan
lain juga dilakukan oleh akun @Gerindra dalam berupaya untuk menariki perhatian
pemilih muda dan juga upaya untuk menghilangkan citra politik yang kaku. Citra
politik sendiri membutuhkan upaya untuk membangun persepsi dan kesan publik terhada
seseorang atau objek, dimana citra politik itu sendiri dapat dibentuk,
dikontruksi, dipertahankan, dapat melemah maupun dapat luntur (Rusmalyadi &
Hafiar, 2018). Karena itu peneliti melihat bahwa akun @Gerindra sendiri juga
berupaya untuk melunturkan citra negative dan politik yang kaku melalui
penggunaan sosial media X. Gaya berpolitik Prabowo melalui akun sosial media
@Gerindra pun juga menarik minat banyak orang untuk ikut memberikan komentar
atas setiap postingan yang dibagikan oleh akun @Gerindra. Jika Prabowo Subianto
sebelumnya terlihat ekslusif dengan citra militernya, justru akun @Gerindra
berupaya mengubah gaya berpolitik tersebut melalui strategi dan pendekatan
dalam sosial media X akun @Gerindra. Prabowo Subianto menjadi salah satu tokoh
politik nasional yang citranya melekat dengan pelanggaran HAM. Hal ini selalu
kembali diangkat setiap keterlibatan Prabowo Subianto dalam kontestasi
Pemilihan Presiden. Sehingga banyak aktivitas maupun momentum yang berkaitan
dengan isu HAM selalu banyak diikuti dengan isu-isu sentimen negative. Hal ini
selalu dilakukan upaya untuk meluruskan melalui akun sosial media X @Gerindra,
yang kemudian secara aktif memangkis dan memaparkan realita yang oleh beberapa
akun tertentu sengaja untuk digiring dan berpotensi menjadi sentiment negatif
di sosial media.
Analisis media
sosial menunjukkan bahwa peran Prabowo sebagai Menteri Pertahanan RI memiliki
dampak yang lebih signifikan daripada peran dan aktivitasnya di Partai
Gerindra. Selain dari akun resmi Partai Gerindra, akun resmi Kementerian
Pertahanan RI (@Kemhan_RI) juga turut memperkuat eksposur aksi dan kegiatan
Prabowo sebagai Menteri Pertahanan RI, serta memperkuat citra beliau di dunia
maya. Setiap langkah, pertemuan penting, serta partisipasi dalam acara-acara
internasional yang dihadiri oleh Prabowo menjadi materi rutin yang dibagikan
oleh akun media sosial Kementerian Pertahanan RI.
Penelitian juga
menyoroti sumber-sumber pembicaraan mengenai Prabowo Subianto, dengan
mayoritasnya berasal dari X dan situs berita online. Hal ini menunjukkan bahwa
Prabowo menghadapi tantangan dalam memanfaatkan media sosial sebagai wadah
dukungan, terutama bila dibandingkan dengan politisi lain yang mungkin lebih
diperbincangkan di platform tersebut. Meskipun demikian, akun-akun resmi
seperti @Kemhan_RI dan @Gerindra tampaknya berperan besar dalam memperbaiki
citra Prabowo. Namun, kekurangan dukungan aktif dari relawan sejak Pilpres 2019
menimbulkan tantangan dalam upaya pendukungan Prabowo untuk Pilpres 2024.
Ada beberapa faktor
yang dapat menjelaskan mengapa gerakan pro-Prabowo di media sosial cenderung
kurang aktif. Salah satunya adalah kurangnya komunikasi yang dilakukan Prabowo
di media sosial. Meskipun akun resmi Prabowo di platform lain, seperti Facebook
dan Instagram, masih aktif dalam membagikan konten terkait kegiatan politik dan
pribadi, kurangnya interaksi langsung dengan pengikutnya mungkin menjadi
penyebab dari kepasifan tersebut (Carpini, 2004).
Dalam menghadapi
dinamika politik dan perebutan elektabilitas, kampanye di media sosial menjadi
semakin penting. Gerindra sebagai partai politik perlu merespons dengan serius
fenomena ini, mengingat kemungkinan besar mereka memiliki basis pendukung yang kuat
di media sosial. Namun, strategi ini juga perlu dievaluasi dengan cermat,
mengingat potensi dampak yang signifikan dari platform-media sosial X dan
platform lainnya (Carpini, 2004).
Terlepas dari
loyalti pendukung Gerindra dan Prabowo, tim pemenangan perlu memperhitungkan
juga pemilih baru dan pemilih yang belum aktif. Dengan meningkatnya generasi
muda yang melek teknologi, kampanye di media sosial menjadi semakin krusial.
Meskipun Prabowo memiliki popularitas yang kuat, terutama di kalangan pendukung
setianya, tantangan yang dihadapi dalam menghadapi Pilpres 2024 masihlah besar.
Permasalahan seperti rekonsiliasi karakter dan kepemimpinan partai menjadi
fokus penting dalam menghadapi tantangan masa depan.
Peneliti melihat
ini sebagai upaya yag dilakukan oleh @Gerindra atas perannya sebagai partai
politik untuk menjaga citra dari Prabowo Subianto yang merupakan tokoh penting
Partai Gerindra, sekaligus Calon Presiden yang diusung oleh Partai Gerindra
pada Pemilihan Umum 2024.
Menggunakan humor
dalam komunikasi politik bisa menjadi senjata ganda. Di satu sisi, humor bisa
menjadi alat yang sangat efektif untuk menarik perhatian, membangun koneksi
dengan pemilih, dan meredakan ketegangan. Namun, di sisi lain, ada tantangan
dan risiko yang perlu diperhatikan (Blumenberg 1960; Klemperer 1947/2000;
Sontag 1979; Steiner 1987):
1) Miskomunikasi atau Penafsiran Salah: Humor
adalah hal yang sangat subjektif. Apa yang lucu bagi satu orang bisa jadi tidak
lucu bagi yang lain. Risiko miskomunikasi atau penafsiran yang salah bisa
menyebabkan pesan politik yang ingin disampaikan menjadi terdistorsi atau
bahkan merugikan.
2) Menyinggung atau Mempermalukan: Humor yang
kurang sensitif atau tidak pantas bisa menyinggung atau mempermalukan pihak
lain, termasuk lawan politik atau kelompok tertentu. Ini bisa merusak citra
atau reputasi seseorang atau kelompok dan memicu kontroversi yang tidak
diinginkan.
3) Mengalihkan Fokus dari Isu Serius: Terlalu
banyak menggunakan humor dalam komunikasi politik juga bisa berisiko karena
bisa mengalihkan perhatian dari isu-isu serius yang seharusnya dibahas. Jika
humor lebih dominan daripada substansi politik, pesan politik yang ingin
disampaikan bisa hilang di tengah-tengah tawa.
4) Ketidakmampuan untuk Bersifat Serius: Penggunaan
humor yang berlebihan dapat membuat publik sulit untuk mengambil serius seorang
politisi atau partai politik. Terlalu banyak bercanda atau memperolok-olok
isu-isu serius dapat mereduksi kepercayaan dan keandalan politisi dalam hal
menangani masalah-masalah penting.
5) Resiko Humor yang Berlebihan: Terlalu bergantung
pada humor dalam komunikasi politik juga bisa berisiko. Jika humor digunakan
terlalu sering atau terlalu keras, bisa menyebabkan publik kehilangan rasa
kepercayaan dan melihat politisi tersebut tidak serius.
Dalam menghadapi tantangan dan risiko tersebut,
politisi perlu mempertimbangkan konteks, audiens, dan pesan yang ingin
disampaikan dengan cermat sebelum menggunakan humor dalam komunikasi politik
mereka.
Penggunaan sosial media X sendiri banyak
digunakan oleh politisi di Indonesia dan menjadi salah satu platform seosial
media yang memberi pengaruh dalam interaksi politik di Indonesia. Hal ini jika
dilihat dari sisi pengguna banyak aktivis-aktivis atau influencer yang
berpotensi menggiring opini masyarakat secara luas. Selain itu, X sendiri
menjadi salah satu platform yang memngkinkan pengguna untuk menampilkan data
baik dari media nasional maupun madia berupa video dan foto yang memungkinkan
untuk diiringi dengan opini yang menarasikan publik. Sering terjadi perdebatan
panjang oleh beberapa tokoh-tokoh penting berpengaruh maupun aktivis sosial
media dalam platform X yang memiliki kecenderungan menjuadi sorotan nasional.
Dimensi
X atau X ini menjadi platform sosial media yang memiliki batasan 280 karakter
yang juga dapat melampirkan potongan video maupun kalimat. Selain itu juga
memiliki fitur thread atau postingan bersambung yang memungkinkan
pengguna lain untuk mengikuti alur interaksi dan pemaparan yang diposting oleh
pembuat konten. Juga terdapat fitur trending topic atau trend yang
sedang banyak dibicarkan oleh pengguna dalam batas wilayah atau negara
tertentu. Ini yang memungkinkan pengguna X dapat mengikut apa yang sedang
menjadi tren dan banyak dibicarakan orang lain. Sehingga potensinya untuk
memberi pengaruh terhadap interkasi nasional secara luas sangat besar.
Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan Jungherr yang berpendapat bahwa
citra X atau X terhadap penggunaanya dalam melakukan kampanye politik banyak
dipengaruhi oleh akun-akun atau tokoh-tokoh popular yang berpotensi menyamakan
wacana pengguna lain
Peneliti
melihat bahwa pola interaksi yang terjadi dalam sosial media X ini memungkinkan
penggunanya untuk secara tidak langsung terbagi menjadi pro dan kontra terhadap
opini yang dilempar atau disampaikan oleh akun-akun atau tokoh-tokoh populer
dalam sosial media X (USA: O’Reilly Media, Inc, 2009 ; 7). Ini yang kemudian
menjadi tantangan bagi Gerindra sebagai Partai Politik yang juga sebagai
peserta dalam kontestasi pemilihan umum baik legislatif maupun Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2024 Indonesia. Jungherr juga menilai
bahwa pengguna X atau X berkontribusi pada negosiasi makna koletif antara elit
politik, jurnalis atau media dan pengguna X yang lain dalam kampanye
Prabowo
Subianto sendiri merupakan salah satu toko sentral yang berpengaruh bagi Partai
Gerindra. Sebagai pendiri partai Gerindra, Prabowo Subianto juga merupkah tokoh
yang menjadi ikon bagi Partai Gerindra itu sendiri. Dalam beberapa tahun
kontestasi politik pada pemilihan Presiden Indonesia yakni pada Pemilu 2014,
Pemilu 2019, dan Pemilu 2024, Prabowo Subianto merupakan tokoh yang diusung
oleh Parta Gerindra sebagai Calon Presiden. Berdasarkan latar belakang yang
dimiliki sebagai mantan anggota militer, Prabowo Subianto memiliki gaya
maskulin dan perilaku milteristik yang erat kaitannya dengan gestur maskulin
dan ceplas ceplos
Peneliti
dalam penelitian ini kemudian melakukan pengamatan dan pengumpulan data
terhadap bagaimana startegi kampanye politik yang dilakukan oleh Partai
Gerindra melalui akun sosial media X resmi mereka yakni @Gerindra dalam upaya
untuk menunjukkan citra Prabowo Subianto yang awalnya dinilai sebagai tokoh
politik yang maskulin dan militeristik. Peneliti melakukan analisis bterhadap
postingan-postingan dan interaksi yang dilakukan akun Partai Gerindra dengan
pengguna sosial media X. Analisis dibagi menjadi dalam beberapa periode
waktu-waktu penting selama proses pencalonan dan kampanye Prabowo Subianto
sebagai calon Presiden dalam Pemilihan Presiden Indonesia 2024. Adapun periode
dalam analisis ini dibagi menjadi tiga yakni
1) Periode 1 (14 Desember 2022 – 18 Oktober 2023)
Merupakan rentang
waktu dimana masa pengsungan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden serta
proses Pengumuman Partai Gerindra sebagai peserta Pemilu
2) Periode 2 (19 0Oktober 2023 – 25 November 2023)
Merupakan rentang
waktu dimana pemilihan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Fase ini
merupakan fase yang penting dimana dukungan dan fase formasi koalisi antar
partai dalam menentukan visi-misi dan startegi kemengan partai politik.
3) Periode 3 (26 November 2023 – 5 Februari 2024)
Merupakan rentang waktu dimana masa
kampanye berlaku dan aktivitas politik dilakukan untuk memperoleh suara dan
dukungan dari pemilih
Politik riang gembira seringkali menggambarkan
suasana politik yang ceria dan penuh semangat, di mana peserta politik dan
masyarakat umumnya merayakan kesuksesan atau pencapaian tertentu. Istilah ini
mungkin mengacu pada momen-momen kemenangan dalam pemilihan umum, keberhasilan
pelaksanaan program-program politik yang sukses, atau peristiwa-peristiwa lain
yang menimbulkan kegembiraan dalam konteks politik X (USA: O’Reilly Media, Inc,
2009).
Namun, di balik kesan riang gembira tersebut,
politik tetaplah sebuah arena yang kompleks dan seringkali penuh dengan
dinamika yang rumit. Meskipun terdapat momen-momen kegembiraan, politik juga
seringkali disertai dengan konflik, persaingan, dan ketegangan antara berbagai
kepentingan dan pihak. Dalam konteks ini, politik riang gembira juga dapat
menjadi sebuah narasi yang digunakan untuk menutupi atau mengalihkan perhatian
dari masalah-masalah yang lebih serius atau kontroversial yang mungkin terjadi
di belakang layar (Ardha, 2014).
Selain itu, politik riang gembira juga dapat
digunakan sebagai strategi oleh pemimpin politik atau partai politik untuk
membangun citra yang positif di mata publik. Dengan menampilkan kegembiraan dan
optimisme dalam penyampaian pesan politik mereka, pemimpin politik dapat
menciptakan kesan bahwa mereka adalah sosok yang energik, optimis, dan mampu
membawa perubahan yang positif bagi Masyarakat (e.g. Goatly 2009,
Charteris-Black 2005).
Namun, di sisi lain, politik riang gembira juga
dapat menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan substansi dan keberhasilan
nyata dalam mencapai tujuan politik yang lebih besar (Wodak 2009; Zineken &
Musolff 2011). Kegembiraan semacam itu bisa terasa kosong dan dangkal jika
tidak didukung oleh kebijakan-kebijakan yang efektif dan kinerja yang baik dari
para pemimpin politik. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya terbuai oleh
politik riang gembira, tetapi juga tetap kritis dan waspada terhadap realitas
politik yang sesungguhnya di balik layar (Wodak 2009; Musolff 2011).
Penggunaan sosial media pada agenda-agenda
politik sudah banyak dilakukan oleh berbagai agenda politik dunia tidak hanya
Indonesia. Penggunaan sosial media memungkinkan politisi atau partai politik
bisa mencapai elektabilitas tertentu, menarik pengikut dan menerima potensi
suara untuk memenangkan pemilihan (Vergeer, 2015). Sehingga banyak
partai-partai politik baik yang sudah memiliki basis pendukung dalam jumlah
besar hingga partai politik pemua dengan basis pendukung yang masih kecil,
memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan sosial media sebagai atribut
dan alat kampanye mereka (Zineken & Musolff 2011; Gavriely-Nuri 2010).
Kampanye politik dalam sosial media dalam
penelitian ini secara sepsifik menggunakan X atau X, memungkinkan juga untuk
partai politik atau politisi melakukan agenda politik yang berpotensi mendukung
suara mereka. Penggunaan sosial media X yang dilakukan oleh @Gerindra menjadi
salah satu agenda politik yang ingin mereka bawa kepada arah politik yang riang
gembira. Sebagaimana menurut Conway dan Kenski yang menyatakan bahwa penggunaan
sosial media banyak digunakan oleh politisi untuk mengkomunikasi agenda politik
dan media agenda mereka (Conway & Kenski, 2015).
Kemenangan Prabowo Subianto dalam pemilihan
presiden 2024 dapat dikaitkan secara signifikan dengan strategi kampanye yang
inovatif dan adaptif, terutama melalui penggunaan politik humor di media
sosial. Kampanye politik modern kini telah bergeser dari metode konvensional
menuju pemanfaatan platform digital yang lebih luas, dan Prabowo serta timnya
mampu mengoptimalkan media sosial untuk membangun hubungan yang lebih dekat
dengan pemilih, khususnya generasi muda yang sangat terhubung dengan teknologi.
1) Penggunaan
Media Sosial dalam Kampanye: Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram,
dan YouTube menjadi alat utama bagi Prabowo untuk menyebarkan pesan-pesan
kampanye. Dengan memanfaatkan kekuatan interaktif dari platform ini, tim
kampanye mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan menciptakan konten yang
menarik dan mudah diakses. Konten yang disajikan tidak hanya informatif tetapi
juga menghibur, mencakup video pendek, meme, infografis, dan siaran langsung
yang memungkinkan interaksi langsung dengan pemilih.
2) Politik
Humor dan Suasana Riang Gembira: Salah satu elemen kunci dalam kampanye Prabowo
adalah penggunaan humor untuk mengatasi kritik dan isu negatif. Humor politik
membantu meredakan ketegangan, mengubah narasi negatif, dan menciptakan citra
kandidat yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh tekanan. Kampanye dengan
suasana riang gembira juga menarik simpati pemilih yang menginginkan perubahan
suasana politik yang lebih optimis dan menyenangkan. Misalnya, penggunaan meme
dan video lucu tidak hanya menarik perhatian tetapi juga membuat pesan kampanye
lebih mudah diingat dan diterima oleh publik.
3) Respons
Publik terhadap Politik Humor: Survei dan wawancara yang dilakukan menunjukkan
bahwa pemilih merespons positif terhadap konten humor dalam kampanye Prabowo.
Humor dinilai efektif dalam mengurangi dampak negatif dari serangan politik dan
meningkatkan keterlibatan pemilih. Pemilih merasa lebih terhubung secara
emosional dengan kandidat yang mampu menyampaikan pesan-pesan serius dengan
cara yang ringan dan menghibur. Selain itu, pendekatan ini juga membantu
menciptakan liputan media yang lebih positif, mengalihkan perhatian dari
isu-isu kontroversial dan memberikan waktu bagi tim kampanye untuk merespons
dengan strategi yang lebih baik.
4) Tantangan
dan Hambatan: Meskipun demikian, ada tantangan dalam penerapan strategi ini.
Humor tidak selalu diterima dengan baik oleh semua kalangan, dan ada risiko
humor yang digunakan bisa disalahartikan atau dianggap tidak pantas. Penting
bagi tim kampanye untuk memahami audiens mereka dengan baik dan menyesuaikan
konten humor sesuai dengan konteks budaya dan sosial yang ada. Selain itu,
menjaga keseimbangan antara humor dan penyampaian visi politik yang substansial
juga merupakan tantangan yang harus dihadapi.
5) Implikasi
Strategi Kampanye di Masa Depan: Temuan dari penelitian ini memberikan wawasan
berharga bagi strategi kampanye politik di masa depan. Kreativitas dan inovasi
dalam penggunaan media sosial, serta pemahaman yang mendalam tentang audiens,
menjadi faktor kunci dalam meraih dukungan pemilih. Pendekatan yang penuh humor
dan optimisme dapat menjadi strategi efektif untuk menarik perhatian dan
membangun dukungan, asalkan digunakan dengan tepat dan bijaksana.
6) Peran
Media Sosial sebagai Platform Kampanye: Media sosial telah mengubah lanskap
politik dengan menyediakan platform yang kuat untuk kampanye politik. Dalam
konteks kampanye Prabowo, media sosial bukan hanya sebagai alat untuk
menyebarkan informasi, tetapi juga sebagai tempat untuk membangun komunitas
pendukung yang aktif. Diskusi, komentar, dan interaksi antara kandidat dan
pemilih menjadi lebih langsung dan interaktif, meningkatkan keterlibatan
politik di kalangan masyarakat.
7) Pengaruh
Konten Kreatif dalam Kampanye: Penggunaan konten kreatif seperti video pendek,
meme, dan infografis telah membuka peluang baru dalam kampanye politik.
Konten-konten ini tidak hanya menyampaikan pesan-pesan kampanye, tetapi juga
menciptakan identitas dan citra yang kuat bagi kandidat. Dalam kampanye
Prabowo, konten-konten kreatif tersebut membantu memperkuat pesan-pesan
kampanye dan menarik perhatian pemilih di tengah persaingan yang ketat.
8) Penerimaan
Publik terhadap Politik Humor: Meskipun politik humor telah terbukti efektif
dalam mengurangi ketegangan dan meningkatkan keterlibatan pemilih, penerimaan
terhadap humor politik dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya dan
sosial. Oleh karena itu, penting untuk memahami audiens dengan baik dan
menyesuaikan konten humor sesuai dengan preferensi dan sensitivitas masyarakat.
9) Keterhubungan
antara Politik Humor dan Citra Kandidat: Penggunaan politik humor dalam
kampanye juga dapat mempengaruhi citra kandidat. Dalam konteks Prabowo,
penggunaan humor tidak hanya sebagai alat untuk merespons kritik dan serangan
politik, tetapi juga sebagai cara untuk membentuk citra Prabowo sebagai
pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan santai dan akrab dengan masyarakat.
10) Implikasi
bagi Kampanye Politik di Masa Depan: Penggunaan politik humor dalam kampanye
Prabowo menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang kreatif dan adaptif dapat
menjadi kunci keberhasilan dalam meraih dukungan pemilih. Studi ini memberikan
wawasan berharga bagi kampanye politik di masa depan, menyoroti pentingnya
memanfaatkan media sosial secara efektif dan memahami dinamika komunikasi yang
berkembang dalam era digital.
11) Tantangan
dan Peluang di Era Digital: Meskipun politik humor memberikan banyak manfaat,
tantangan seperti risiko salah penafsiran dan ketidaksesuaian budaya tetap ada.
Oleh karena itu, kampanye politik di masa depan harus memperhatikan konteks
sosial dan budaya dalam menggunakan humor. Namun, dengan memanfaatkan peluang
yang ditawarkan oleh media sosial dan kreativitas dalam menyampaikan pesan
politik, kampanye politik dapat menjadi lebih efektif dan relevan di era
digital ini.
Dengan memperpanjang pembahasan ini, kita dapat
lebih mendalami implikasi dan dampak dari penggunaan politik humor dalam
kampanye politik Prabowo Subianto di media sosial, serta relevansinya dalam
konteks politik yang lebih luas.
Kesimpulan
Kesimpulannya, kampanye politik Prabowo Subianto
dalam pemilihan presiden 2024 berhasil memenangkan perhatian dan dukungan
pemilih dengan menggunakan strategi politik humor yang kreatif dan adaptif di
media sosial. Melalui penggunaan platform digital seperti Facebook, Twitter,
Instagram, dan YouTube, tim kampanye berhasil menciptakan konten-konten yang
tidak hanya informatif tetapi juga menghibur, mencakup video pendek, meme,
infografis, dan siaran langsung yang menarik perhatian pemilih. Politik humor
digunakan secara efektif untuk meredakan ketegangan, mengubah narasi negatif,
dan menciptakan suasana kampanye yang riang gembira, yang mempengaruhi persepsi
publik terhadap Prabowo sebagai kandidat yang tangguh dan terhubung secara
emosional dengan pemilih. Hasil survei dan wawancara menunjukkan bahwa pemilih
merespons positif terhadap konten humor dalam kampanye Prabowo. Humor politik
membantu meningkatkan keterlibatan pemilih dan menciptakan liputan media yang
lebih positif. Namun, tantangan seperti risiko salah penafsiran dan
ketidaksesuaian budaya tetap ada, menekankan pentingnya memahami audiens dengan
baik dan menyesuaikan konten humor sesuai dengan konteks sosial dan budaya.
BIBLIOGRAFI
Ardha, B. (2014). Social Media sebagai media kampanye partai politik
2014 di Indonesia. Jurnal Visi Komunikasi, 13(1),
105-120.
Bracciale,
R., & Martella, A. (2017). Define the populist political communication
style: the case of Italian political leaders on Twitter. Information,
communication & society, 20(9), 1310-1329.
Carpini, M. D. (2004). Mediating democratic
engagement: The impact of communications on citizens’ involvement in political
and civic life. Handbook of political communication research,
357-394.
Conway,
B. A., & Kenski, K. (2015). The Rise of X in the Political Campaign:
Searching for Intermedia Agenda-Setting Effects in the Presidental Primary. Journal
of Computer-Mediated Communication, 363-380.
Faradis,
N., Ainya, N., Fauzah, A., Ichsan, M., & Anshori, A. (2023). Media Sosial
dan Persepsi Publik: Analisis Strategi Kampanye Digital Calon Presiden
Indonesia 2024. Prosiding Seminar
Nasional.
Putri, C. N. D., Wahid, A. G. A., & Irwansyah, I. (2021).
Penerimaan Pesan Persuasif dari Perspektif Elaboration Likelihood Model: Iklan
Layanan Masyarakat Himbauan Berhenti Merokok. Jurnal Lensa Mutiara
Komunikasi, 5(2), 9-23.
Hafizatullah, S., & Wangi. (2017). The usage of
social media as a form of external public communication (Case study on Ridwan
Kamil as the mayor of Bandung). The 4th
Conferenceon Communication, Culture and Media Studies.
Jungherr,
A. (2015). X ue in election campaigns: A systematic literature review. Journal
of Inforation Technology & Politics , 72-91.
Rusmulyadi, R., & Hafiar, H. (2018). Dekonstruksi citra politik
Jokowi dalam media sosial. PRofesi Humas, 3(1),
120-140.
Silva,
B. C., & Proksch, S. O. (2021). Politicians unleashed? Political
communication on Twitter and in parliament in Western Europe. Political
science research and methods, 10(4), 776-792.
Triyogo,
W., Suwiknyo, E., Al Hosen, M. Z., & Saptawan, E. K. (2023). Dalam Bayang-bayang
Maskulinitas: Studi Kasus Branding Politik Prabowo Subianto. Jurnal
Komunikasi Profesional , 644-660.
Trottier,
D., & Fuchs, C. (2015). Theorising Social Media, Politics and the State.
In D. Trottier, & C. Fuchs, Social Media, Politics and the State. 3
- 38. New York: Routledge.
Van
Aelst, P., Sheafer, T. & Stanyer, J. (2011). The personalization of
mediated political communications: a review of concepts, operationalizations
and key findings. Journalism, 13(2), 203-220. https://doi.org/10.1177/1464884911427802.
Van
Dijk, J. A. (2012). Digital democracy: Vision and reality. In Public
administration in the information age: Revisited (pp. 49-62). IOS
Press.
Vergeer,
M. (2015). X and Political Campaigning. Sociology Compass 9/9, 745-460.
Wodak,
R. and M. Meyer (eds.) (2009). Methods of Critical Discourse Analysis.
Introducing Qualitative Methods. London: Sage.
Zinken,
J. and A. Musolff (2009). A Discourse-Centred Perspective on Metaphorical
Meaning and Understanding. In: A. Musolff & J. Zinken (eds.). Metaphor and
Discourse. Basingstoke: Palgrave-Macmillan, 1-10.
Copyright holder: Renanda
Afilia Ramdhan (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |