Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
9, No. 9, September 2024
HUBUNGAN
ANTARA LAMA HEMODIALISIS DENGAN RED CELL
DISTRIBUTION WIDTH (RDW) PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN LAUT DR. RAMELAN SURABAYA
Putu Bagus Aditya Putra Semara1*, Herjunianto2,
Hendrata Erry Andisari3
Universitas Hang Tuah
Surabaya, Surabaya, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Abstrak
Penyakit
Ginjal Kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan yang makin berkembang secara global dan membutuhkan terapi pengganti ginjal. Red cell Distribution Width (RDW) merupakan suatu penanda kuantitatif dari variabilitas ukuran eritrosit. Peningkatan RDW menandakan adanya peningkatan variasi ukuran sel darah merah.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama hemodialisis dengan peningkatan Red Cell
Distribution Width (RDW) pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan
desain penelitian observasional analitik. Teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling dengan jumlah sampel 64 pasien PGK yang menjalani HD di RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya. Pengambilan data menggunakan
data sekunder yaitu rekam medis. Analisis
data menggunakan uji korelasi
Pearson untuk mengetahui hubungan kedua variabel. Hasil Penelitian menunjukan 64 pasien memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari laki-laki 39(61%) orang dan perempuan 25(39%) orang, dengan rerata umur 53,68±9,54 tahun, rerata lama hemodialisis yang dijalani pasien adalah 10,22±12,29 bulan, dan rerata nilai RDW_CV adalah 15,13±2,36%.
Dari hasil uji korelasi
Pearson diperoleh koefisien
korelasi 0,046 dengan nilai signifikansi (p) = 0,715.
Nilai signifikansi (p) 0,715 > (α) 0,05 menunjukan tidak ada hubungan signifikan
antara lama hemodialisis dengan peningkatan RDW pasien PGK yang menjalani HD di
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. Dari penelitian
ini disimpulkan bahwa, tidak didapatkan
korelasi antara lama HD dengan RDW pasien PGK yang menjalani HD. Nilai RDW pasien
PGK yang mejalani HD didapatkan
rerata yaitu 15,13%. Lama
HD yang dilaksanakan pasien
PGK di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya didapatkan
rerata yaitu 10,22 bulan.
Kata
Kunci: Lama Hemodialisis,
Anemia, Red Cell Distribution Width.
Abstract
Chronic Kidney Disease (CKD) is a growing global
health problem that requires renal replacement therapy. Red cell distribution
width (RDW) is a quantitative marker of erythrocyte size variability. An
increase in RDW indicates an increase in the variation of red blood cell size.
This study aims to determine the relationship between the length of
hemodialysis and the increase in Red Cell Distribution Width (RDW) of chronic
kidney disease patients undergoing hemodialysis at RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. This study used a cross
sectional method with an analytic observational research design. The
sampling technique was purposive sampling with a total sample of 64 CKD
patients undergoing HD at Dr. Ramelan General
Hospital Surabaya. Data collection used secondary data, namely medical records.
Data analysis used Pearson correlation test to determine the relationship
between the two variables. The results showed that 64 patients met the
inclusion criteria, consisting of 39 (61%) men and 25 (39%) women, with an
average age of 53.68 ± 9.54 years, the average length of hemodialysis
undertaken by patients was 10.22 ± 12.29 months, and the average RDW_CV value
was 15.13 ± 2.36%. From the results of the Pearson correlation test, the
correlation coefficient was 0.046 with a significance value (p) = 0.715. The
significance value (p) 0.715 > (α) 0.05 indicates that there is no
significant relationship between the length of hemodialysis and the increase in
RDW of CKD patients undergoing HD at Dr. Ramelan
General Hospital Surabaya. From this study, it was concluded that there was no
correlation between the duration of HD and the RDW of CKD patients undergoing
HD. The mean RDW value of CKD patients undergoing HD is 15.13%. The length of
HD carried out by CKD patients at Dr. Ramelan General
Hospital Surabaya was found to be an average of 10.22 months.
Keywords:
Duration of Hemodialysis, Anemia, Red Cell Distribution Width.
Pendahuluan
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan suatu gangguan pada ginjal yang ditandai dengan adanya abnormalitas pada struktur ataupun fungsi ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan.
(Aisara, S., Azmi and M, 2018). Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) memperkirakan
di Indonesia terdapat 70.000 penderita
PGK. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat dengan angka peningkatan sekitar 10% setiap tahunnya. Di
Indonesia diperkirakan sebanyak
10.000 orang dari 70.000 penderita
PGK yang menjalani hemodialisis
(Hasneli, 2017).Hemodialisis
merupakan salah satu pilihan terapi untuk penderita PGK. Hemodialisis berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu
dari peredaran darah seseorang, termasuk kelebihan ureum, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semipermiabel (Hasneli, 2017).
Salah satu komplikasi tersering PGK adalah anemia. Sebanyak 80-90% pasien PGK mengalami anemia, terutama ketika sudah mencapai
stadium 3. Penyebab tersering
dari anemia pada pasien PGK
adalah defisiensi Erythropoetic Stimulating Factors (ESF). Dalam keadaan normal sebanyak 90% eritropoetin diproduksi oleh ginjal tepatnya pada juxtaglomerulus dan
sebanyak 10% diproduksi
oleh hati. Selain itu terdapat faktor
lain yang dapat menyebabkan
anemia pada PGK yaitu defisiensi
besi, defisiensi vitamin, penurunan masa hidup eritrosit yang mengalami hemolisis, dan akibat pendarahan (Hidayat, Azmi & Pertiwi, 2016).
Red
cell Distribution Width (RDW) merupakan
suatu penanda kuantitatif dari variabilitas ukuran eritrosit. Peningkatan RDW menandakan adanya peningkatan variasi ukuran sel darah
merah yang menandakan perubahan rentang hidup eritrosit atau eritrosit yang tidak lagi berfungsi.
Biasanya RDW digunakan untuk diagnosis banding dari
anemia, terutama sebagai penanda anemia defisiensi besi. Selain itu,
RDW telah ditemukan sebagai prediktor mortalitas dalam beberapa kondisi tertentu termasuk gagal jantung akut
dan kronis, emboli paru akut, infark myokard,
penyakit arteri perifer, gagal ginjal akut yang membutuhkan terapi pergantian ginjal, dan penerima transplantasi ginjal (Tekce et al.,
2014). Terdapat laporan bahwa RDW dapat menjadi indikator dari status kesehatan umum seseorang, dan lebih spesifiknya merefleksikan derajat tertentu dari inflamasi.
Proses apapun yang melepaskan
retikulosit ke dalam sirkulasi akan menyebabkan peningkatan RDW (Schepens et al.,
2017). Pada pasien dialisis, peningkatan RDW dikaitkan dengan mortalitas, dan merupakan suatu prediktor kematian yang lebih kuat dibandingkan
marker laboratori tradisional
untuk anemia seperti saturasi transferin (transferrin saturation, TSAT) dan kadar feritin. Dalam studi di Taiwan mengenai pasien penyakit ginjal kronis stadium 3-5, peningkatan kadar RDW diasosiasikan dengan kematian yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti cardiovascular disease (CVD) dan infeksi (Yonemoto et al.,
2018).
Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama hemodialisis dengan peningkatan Red Cell Distribution Width (RDW) pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSPAL
Dr. Ramelan Surabaya.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Populasi dari penelitian ini adalah semua
pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr.Ramelan
Surabaya yang menggunakan metode
purposive sampling dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel dari perhitungan
rumus cross
sectional berjumlah 64 sampel.
Desain penelitian ini adalah observasional analitik, menggunakan metode penelitian cross sectional dengan
variabel bebas adalah Lama hemodialisis dan variabel terikat Red Cell Distribution Width (RDW) pasien Penyakit Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisis. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif,
menggunakan data sekunder
yang diperoleh dari rekam medis pada subjek penelitian. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien penyakit
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dan data rekam medis yang lengkap. Data karakteristik berupa umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, vital sign, hasil laboratorium,
lama hemodialisis, dan keterangan
hemodialisis (adekuasi, frekuensi hemodialisis seminggu, dan durasi hemodialisis) ditampilkan dengan analisis deskriptif. Uji normalitas mengunakan uji normalitas
Kolmogorov Smirnov. Analisis bivariate antara lama hemodialisis dan RDW dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson.
Hasil dan
Pembahasan
Selama periode penelitian didapatkan 64 sampel pasien Penyakit Ginjal Kronis yang menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terdiri dari laki-laki
39(61%) orang dan perempuan 25 (39%) orang. Karakteristik dasar subyek penelitian disajikan dalam tabel 1.
Tabel
1. Karakteristik pasien Penyakit Ginjal Kronis yang menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya tahun 2019
(n=64).
Variabel |
Rerata±Simpangan baku |
N(%) |
Usia
(Tahun) |
53,68±9,54 |
|
Lama HD
(Bulan) |
10,22±12,29 |
|
Jenis
Kelamin |
|
64 |
Laki-laki |
|
39(61) |
Perempuan |
|
25(39) |
Tinggi
Badan (cm) |
162,27±6,22 |
|
Berat
Badan (kg) Indeks
Massa Tubuh |
61,79±7,61 23,44 ±2,29 |
|
Tekanan
Darah Sistolik (mmHg) |
145,77±20,86 |
|
Tekanan
Darah Diastolik (mmHg) |
84,66±9,00 |
|
Nadi
(x/menit) |
83,91±6,85 |
|
Respirasi (x/menit) |
19,72±1,21 |
|
Temperatur (ºC) |
36,13±0,23 |
|
WBC
(10^3/uL) |
10,33±5,20 |
|
RBC
(10^6/uL) |
3,48±0,66 |
|
HGB
(g/dL) |
9,50±1,54 |
|
HCT (%) |
28,95±4,77 |
|
MCV (fL) |
83,93±6,14 |
|
MCH (pg) |
27,66±2,24 |
|
MCHC
(g/dL) |
32,54±3,83 |
|
RDW_CV
(%) |
15,13±2,36 |
|
RDW_SD
(fL) |
44,08±6,21 |
|
PLT
(10^3/uL) |
237,42±102,31 |
|
MPV (fL) |
10,35±10,04 |
|
PDW(fL) |
12,87±3,63 |
|
PCT(mL/L) |
1,28±1,19 |
|
BUN
(mg/dL) |
49,57±35,34 |
|
Kreatinin (mg/dL) Kt/V Frekuensi HD ( kali perminggu) Durasi
tindakan HD (jam) |
7,57±5,33 1,3±0,15 2,00±0,00 4,00±0,00 |
|
Tabel
2. Tabulasi Silang Data Lama Hemodialisis
dan Red Cell Distribution Width
Lama Hemodialisis |
Red
Cell Distribution Width |
Total |
||
Normal |
Meningkat |
|||
Singkat (<1Tahun) |
Jumlah |
31 |
17 |
48 |
Presentase |
48.4% |
26.6% |
75% |
|
Panjang (>1Tahun) |
Jumlah |
12 |
4 |
16 |
Presentase |
18.8% |
6.3% |
25% |
|
Total |
Jumlah |
43 |
21 |
64 |
Presentase |
67,2% |
32,8% |
100% |
Tabel
3. Tabulasi Silang Data Jenis
Kelamin Pasien dan Red Cell Distribution Width
Jenis Kelamin |
Red
Cell Distribution Width |
Total |
||
Normal |
Meningkat |
|||
Laki-Laki |
Jumlah |
27 |
12 |
39 |
Presentase |
42.2% |
18.8% |
60.9% |
|
Perempuan |
Jumlah |
16 |
9 |
25 |
Presentase |
25% |
14,1% |
39.1% |
|
Total |
Jumlah |
43 |
21 |
64 |
Presentase |
67,2% |
32,8% |
100% |
Tabel
4. Tabulasi Silang Indeks
Massa Tubuh Pasien dan Red Cell Distribution Width
Indeks Massa Tubuh |
Red
Cell Distribution Width |
Total |
||
Normal |
Meningkat |
|||
Normal (18,5-24,5) |
Jumlah |
18 |
12 |
30 |
Presentase |
48.6% |
32,4% |
81,1% |
|
Overweight (24,5-30,0) |
Jumlah |
6 |
1 |
7 |
Presentase |
16,2% |
2,7% |
18,9% |
|
Total |
Jumlah |
24 |
13 |
37 |
Presentase |
64,9% |
35,1% |
100% |
Tabel
5. Tabulasi Silang Hemoglobin dan Red Cell Distribution Width
Hemoglobin |
Red
Cell Distribution Width |
Total |
||
Normal |
Meningkat |
|||
Rendah (<11 g/dL) |
Jumlah |
39 |
18 |
57 |
Presentase |
60,9% |
28,1% |
89,1% |
|
Normal (11-16 g/dL) |
Jumlah |
4 |
3 |
7 |
Presentase |
6,3% |
4,7% |
10,9% |
|
Total |
Jumlah |
43 |
21 |
64 |
Presentase |
67,2% |
32,8% |
100% |
Tabel
6. Tabulasi Silang Usia dan
Red Cell Distribution Width
Usia |
Red
Cell Distribution Width |
Total |
||
Normal |
Meningkat |
|||
Dewasa (26-45 tahun) |
Jumlah |
6 |
5 |
11 |
Presentase |
9,4% |
7,8% |
17,2% |
|
Lansia (46-65 tahun) |
Jumlah |
33 |
12 |
45 |
Presentase |
51,6% |
18,8% |
70,3% |
|
Manula (>65 tahun) |
Jumlah |
4 |
4 |
8 |
Presentase |
6,3% |
6,3% |
12,5% |
|
Total |
Jumlah |
43 |
21 |
64 |
Presentase |
67,2% |
32,8% |
100% |
Berdasarkan data dari hasil penelitian
dilakukan analisis normalitas Kolmogorov-Smirnov terhadap
data lama hemodialisis dengan
nilai p=0,000 yang berarti bahwa data yang diperoleh terdistribusi tidak normal. Analisis normalitas
Kolmogorov-Smirnov terhadap data RDW dengan nilai p=0,000 yang berarti data terdistribusi tidak normal.
Tabel
7. Uji Korelasi Pearson antara
Lama Hemodialisis dan RDW
|
Lama
Hemodialisis |
RDW |
|
Lama
Hemodialisis |
Korelasi Pearson |
1 |
-0,46 |
Signifikansi (p) |
|
0,715 |
|
N |
64 |
64 |
|
RDW |
Korelasi Pearson |
-0,46 |
1 |
Signifikansi (p) |
0,715 |
|
|
N |
64 |
64 |
Nilai signifikansi (p) 0,715 > (α) 0,05 yang berarti H1 ditolak. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara
lama hemodialisis dengan peningkatan Red Cell
Distribution Width (RDW) pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK) yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dari data rekam medis yang telah dilakukan terhadap 64 pasien, dilakukan uji korelasi Pearson untuk menentukan hubungan antara lama hemodialisis dan Red Cell Distribution Width pasien Penyakit Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Berdasarkan uji korelasi Pearson,
didapatkan nilai signifikansi (p) adalah 0,715
> (α) 0,05, yang berarti H1 ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama hemodialisis dengan peningkatan Red Cell
Distribution Width pasien Penyakit
Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Surabaya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tekce et al., terdapat korelasi yang positif antara nilai Red Cell
Distribution Width dengan durasi
hemodialisis dengan nilai p=0,048 dan r=0,395. Penelitian
ini dilakukan pada 514 pasien yang menjalani hemodialisis ditahun 2008 hingga 2012. Kriteria sampel pasien adalah
pasien yang yang memilki penyimpanan besi yang cukup, tanpa kondisi anemia, dan hipervolemia, dan mendapatkan tindakan hemodialisis 4 hingga 5 jam 3 kali perminggu. Kriteria eksklusi antara lain adalah sampel dengan
nilai hemoglobin <12 g/dL, hematocrit <36%,
ferritin <500 mg/dL, saturasi transferrin <20%,
pasien yang menerima eritropoetin atau besi, hemodialisis yang kurang optimal (Kt/V <1,4), mengalami
infeksi atau inflamasi, dan subjek yang memiliki usia >70 tahun (Tekce et al.,
2014). Pada penelitian ini didapatkan hasil uji korelasi Pearson yang mendapatkan
nilai signifikansi (p)
0,715 > (α) 0,05, yang berarti tidak
terdapat hubungan antara lama hemodialisis dan peningkatan nilai RDW pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Pada penelitian ini juga tidak mengeksklusi kondisi-kondisi tersebut.
Red
Cell Distribution Width menandakan adanya heterogenitas dalam ukuran sel
darah merah. Gangguan yang menyebabkan terjadinya destruksi atau peningkatan sel darah merah,
yang keduanya dapat terjadi dalam pasien
yang sedang menjalani hemodialisis dapat meningkatkan RDW. Inflamasi yang terjadi dapat menginhibisi
maturasi dan proliferasi eritrosit yang terinduksi eritropoietin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan RDW. Pasien yang sedang menjalani hemodialisis memiliki kadar inflamasi yang tinggi serta stress oxidatif yang dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain kontak darah dengan membran
dialiser, kontaminasi mikroba dalam dialisat,
dan penurunan kadar level
vitamin C dan E (Vashistha et
al., 2016). Pada penelitian lain oleh Puspita, et al., terdapat
perbedaan
yang signifikan
dari nilai RDW pre dan post hemodialisis,
dimana peningkatan RDW dapat disebabkan oleh translokasi sel darah merah dari limpa sebagai kompensasi stress hipovolemik selama dialisis (Rsud et al.,
2019). Peningkatan RDW sering kali terjadi pada kondisi hemoragik atau hemolisis, yang menyebabkan peningkatan produksi retikulosit sehingga jumlahnya lebih banyak dibandingkan eritrosit matur (May et al.,
2019). Dalam penelitian ini dapat dilihat
dari hasil tabulasi silang, yang didapatkan sampel dengan lama hemodialisis singkat yang memiliki nilai Red Cell
Distribution Width yang meningkat adalah 17 sampel dengan presentase 26,6%, dan sampel dengan lama hemodialisis panjang yang memiliki nilai Red Cell Distribution Width yang meningkat adalah 4 sampel dengan presentase
6,3%. Sehingga didapatkan pasien PGK yang menjalani hemodialisis yang mengalami peningkatan nilai RDW sebanyak 21 pasien dari 64 pasien, yang memiliki presentase sebanyak 32,8%.
Pasien dengan nilai RDW yang tinggi seringkali dianggap memiliki ganguan eritropoiesis. Dalam suatu populasi,
pasien dengan RDW yang meningkat memiliki beberapa karakteristik, antara lain lebih tua dan memiliki kebiasaan merokok, indeks masa tubuh yang tinggi, kadar hemoglobin yang rendah, dan mean
corpuscular volume yang rendah (Lu et al.,
2017). Peningkatan RDW secara bertahap dengan penuaan telah dilaporkan
dalam literatur ilmiah Cheng et al.
dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi
Nasional Amerika Serikat (NHANES III), pada sekitar 25.000 warga sipil ditemukan bahwa RDW cenderung meningkat seiring dengan usia. Dalam
sub-analisis lebih lanjut dari NHANES III termasuk 8175 orang dewasa yang tinggal di komunitas berusia 45 dan lebih tua, Patel et al.
melaporkan bahwa subjek yang lebih tua lebih cenderung
memiliki nilai RDW yang lebih tinggi. Hal ini dapat dibandingkan
dengan penelitian ini, yang membagi usia sampel menjadi
3 kelompok yaitu kelompok usia dewasa
(26-45 tahun), lansia
(45-65 tahun), dan manula
(>65 tahun). Pada penelitian
ini, insidensi peningkatan RDW terbesar adalah pada kelompok usia manula.
Malnutrisi pada pasien yang
sedang menjalani terapi hemodialisis memiliki hubungan dengan peningkatan nilai RDW, semakin tinggi RDW menandakan tingkat malnutrisi pasien yang semakin tinggi. Albumin dan
RDW dapat dipakai sebagai penanda terjadinya malnutrisi dan mortalitas pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis (Rsud et al.,
2019). Pada penelitian ini didapatkan rerata indeks massa tubuh
yang cukup baik, tetapi untuk melakukan
penilaian status nutrisi
yang lengkap, kita memerlukan data albumin, kolesterol,
saturasi besi dan feritin dan lipatan kulit (skinfold
thickness). Selain itu perlu dilakukan penilaian jumlah asupan dengan melakukan
food recall.
Penelitian yang dilakukan oleh Docci et al., yang membandingkan
nilai RDW pada pasien yang menjalani hemodialisis mendapatkan kesimpulan berupa RDW lebih tinggi pada pasien yang menjalani hemodialisis dan cenderung menjadi normal ketika pasien hemodialisis
diterapi menggunakan besi (Vashistha et
al., 2016). Red Cell Distribution Width yang normal mengindikasikan bahwa sel darah merah
memiliki ukuran yang uniform, namun
sel-sel tersebut dapat menunjukan ukuran uniform
yang kecil maupun besar tergantung seberapa lama anemia yang telah terjadi. Sel darah
merah bersirkulasi didalam tubuh dalam
waktu sekitar 120 hari. Pasien yang memiliki iron
deficiency anemia selama berbulan-bulan
ataupun bertahun-tahun diduga memiliki RDW yang relatif normal. Hal ini dikarenakan sel darah merah yang memiliki ukuran normal semuanya telah digantikan dengan microcytes (May et al.,
2019). Pemberian besi pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dapat menyebabkan penurunan dari nilai RDW yang pada awalnya tinggi. Namun efek
dari pemberian besi dapat tidak
terlihat pada pasien yang memiliki nilai RDW normal (Morgan and Peck, 1988). Dalam penelitian yang dilakukan pada pasien hemodialisis, penggunaan dialiser membran selulosa vitamin E, yang seharusnya
menyediakan efek antioksidan dapat mengurangi level RDW dan memperbaiki
aterosklerosis (Lu et al.,
2017). Menurut konsensus PERNEFRI tentang anemia tahun 2012, pasien PGK yang menjalani dialisis regular di Indonesia sudah
ada manajemen anemia, dimana pasien yang kadar hemoglobinnya kurang dari 7 mg/dL, pasien harus menjalani
tranfusi darah PRC (packed red cell) sampai
mencapai kadar hemoglobin lebih dari 9 gr/dL. Selanjutnya dilakukan rumatan dengan pemberian eritropoitin sesuai kebutuhan menurut berat badan pasien. Selain itu, pasien anemia juga mendapatkan suplemen besi intravena agar cadangan besi dalam
tubuh mencukupi. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi RDW menjadi normal.
Hal ini dapat menjelaskan hasil tabulasi silang data yang mendapatkan sampel dengan lama hemodialisis singkat yang memiliki nilai Red Cell
Distribution Width normal adalah 31 sampel dengan presentase
48,4%, dan sampel dengan
lama hemodialisis panjang
yang memiliki nilai Red Cell Distribution Width normal adalah 12 sampel dengan presentase 18,8%. Sehingga didapatkan pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai RDW normal adalah sebanyak 43 pasien dengan presentase 67,2%. Selain itu hal
ini juga dapat menjelaskan hasil tabulasi silang data dari total 64 sampel yang diteliti didapatkan sampel dengan nilai
hemoglobin rendah yang memiliki
nilai Red Cell
Distribution Width normal adalah 39 sampel dengan presentase
60,9%.
Tidak ada perbedaan jenis
kelamin yang signifikan dalam nilai-nilai RDW yang diamati. Dalam penelitian kohort donor darah sehat pada tahun 1907 (562 wanita dan 1345 pria), Lippi et al.
melaporkan bahwa RDW secara konsisten meningkat pada kelompok umur yang berbeda. Dalam penelitian tersebut, nilai median RDW secara signifikan lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan
dibandingkan dengan laki-laki (13,8% berbanding
13,3%; p=0,001) (Salvagno et al.,
2015). Dari hasil tabulasi silang yang dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui
bahwa dari total 64 sampel yang diteliti didapatkan sampel dengan jenis kelamin
laki-laki yang memiliki nilai Red Cell
Distribution Width yang meningkat adalah 12 sampel dengan presentase 18,8%, sedangkan sampel dengan jenis kelamin
perempuan yang memiliki nilai Red Cell
Distribution Width yang meningkat adalah 9 sampel dengan presentase 14,1%.
Faktor lain
yang bisa mempengaruhi tidak bermaknanya hasil penelitian ini adalah pada penelitian ini didapatkan kualitas dialisis yang cukup baik, di mana rerata Kt/V-nya adalah 1,3±0,15. Berkurangnya kondisi uremik pasien akan
mempengaruhi RDW. Dari kepustakaan
didapatkan bahwa kondisi uremik yang berkepanjangan akan meningkatkan RDW (Docci et al.,
1989). Dalam penelitian ini didapatkan rerata nilai Kt/V adalah 1,3 yang menunjukan adekuasi hemodialisis yang dilakukan oleh pasien sudah sesuai dengan
standar kecukupan dialisis menurut KDOQI. Dalam penelitian ini juga didapatkan rerata frekuensi pasien menjalani hemodialisis yaitu 2 kali per minggu, dengan rerata durasi hemodialisis
yaitu 4 jam.
Penelitian ini tidak mendapatkan
hasil yang signifikan kemungkinan karena beberapa hal. Pada faktor lama hemodialisis, didapatkan rerata dan simpang baku yang lebar, dimana didapatkan
cukup banyak pasien baru. Hal ini dibuktikan dengan distribusi data yang tidak normal. Selain itu pada pasien, sudah ada yang mengalami intervensi seperti pemberian tranfusi darah, suntikan eritropoietin, serta suplementasi besi. Kemungkinan yang lain adalah adanya penyakit
penyerta yang belum dapat kami singkirkan seperti gangguan fungsi hati, gangguan
kardiovaskuler, dan status nutrisi
lengkap pasien. Dari faktor RDW, juga dipengaruhi oleh
pemberian besi, eritropoietin dan tranfusi darah.
Kesimpulan
Nilai Red Cell Distribution Width (RDW) pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya didapatkan rerata yaitu 15,13%, yang berarti rerata nilai RDW pasien PGK yang menjalani HD di
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya dalam
rentang nilai normal. Lama hemodialisis yang dilaksanakan pasien penyakit ginjal kronis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya didapatkan rerata yaitu 10,22 bulan. Dalam penelitian ini tidak ada
hubungan antara lama hemodialisis dengan peningkatan Red Cell
Distribution Width (RDW) pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
BIBLIOGRAFI
Aisara, S., Azmi, S. and M, Y. (2018) ‘Gambaran Klinis
Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang’, Jurnal Kesehatan Andallas, 7(1),
pp. 42–50.
Docci, D. et al. (1989) ‘Red blood cell volume
distribution width (RDW) in uraemic patients on chronic haemodialysis’, International
Journal of Artificial Organs, 12(3), pp. 170–174. doi:
10.1177/039139888901200307.
Hasneli, Y. (2017) ‘Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis
dengan Inter-Dialytic Weight Gain ( IDWG ) pada Pasien Hemodialisis Long-Term
Relationship In Hemodialysis With Inter-Dialytic Weight Gain ( IDWG ) On
Hemodialysis Patients’, Jurnal keperawatan Universitas Padjajaran, 5(3),
pp. 242–248. Available at: jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/646.
Hidayat, R., Azmi, S. and Pertiwi, D. (2016) ‘Hubungan
Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010 .’, Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(3), pp. 546–550.
Lu, Y. A. et al. (2017) ‘Red cell distribution width
associated with adverse cardiovascular outcomes in patients with chronic kidney
disease’, BMC Nephrology. BMC Nephrology, 18(1), pp. 1–7. doi:
10.1186/s12882-017-0766-4.
May, J. E. et al. (2019) ‘Three neglected numbers in
the CBC: The RDW, MPV, and NRBC count’, Cleveland Clinic Journal of Medicine,
86(3), pp. 167–172. doi: 10.3949/ccjm.86a.18072.
Morgan, D. L. and Peck, S. D. (1988) ‘The use of red cell
distribution width in the detection of iron deficiency in chronic hemodialysis
patients’, American Journal of Clinical Pathology, 89(4), pp. 513–515.
doi: 10.1093/ajcp/89.4.513.
Rsud, D. I. et al. (2019). Pengaruh Frekuensi
Hemodialisis Terhadap Pasien Gagal Ginjal Kronik Pre Dan Post Hemodialisis. 16.
102–111.
Salvagno, G. L. et al. (2015) ‘Red blood cell
distribution width: A simple parameter with multiple clinical applications’, Critical
Reviews in Clinical Laboratory Sciences, 52(2), pp. 86–105. doi:
10.3109/10408363.2014.992064.
Schepens, T. et al. (2017) ‘Red cell distribution
width (RDW) as a biomarker for respiratory failure in a pediatric ICU’, Journal
of Inflammation (United Kingdom). BioMed Central Ltd., 14(1). doi:
10.1186/s12950-017-0160-9.
Tekce, H. et al. (2014) ‘The Evaluation of Red Cell
Distribution Width in Chronic Hemodialysis Patients’, International Journal
of Nephrology, 2014, pp. 1–6. doi: 10.1155/2014/754370.
Vashistha, T. et al. (2016) ‘Red Cell Distribution
Width and Mortality in Hemodialysis Patients’, American Journal of Kidney
Diseases. W.B. Saunders, 68(1), pp. 110–121. doi:
10.1053/j.ajkd.2015.11.020.
Yonemoto, S. et al. (2018) ‘Red cell distribution
width and renal outcome in patients with non-dialysis-dependent chronic kidney
disease’, PLoS ONE. Public Library of Science, 13(6). doi:
10.1371/journal.pone.0198825.
Copyright
holder: Putu Bagus Aditya Putra Semara, Herjunianto, Hendrata Erry Andisari (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |