Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
EFEKTIVITAS PEMBERIAN JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP FREKUENSI HIPEREMESIS GRAVIDARUM: LITERATURE REVIEW
Aining Rezkyana1*, Ida Royani2, Dzul Ikram3
Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]*
Abstrak
Mual dan muntah merupakan kondisi umum
dialami hampir semua ibu hamil. Kebanyakan obat antiemetik tidak disetujui
untuk diberikan kepada ibu hamil karena dikatakan dapat menyebabkan efek
samping kepada ibu maupun janin. Jahe (Zingiber officinale) merupakan
salah satu terapi alternatif yang diketahui dengan sifat antiemetiknya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian jahe (Zingiber
officinale) terhadap frekuensi hiperemesis gravidarum dan mengidentifikasi
senyawa aktif serta mekanisme kerja yang terlibat dalam mengurangi mual muntah
pada kehamilan. Desain penelitian yang digunakan adalah Literature
Review dengan melakukan penelusuran di Google Scholar, ScienceDirect, dan
Pubmed. Artikel dipilih berdasarkan kriteria inklusi (periode penerbitan 10
tahun, yaitu dari tahun 2014 – 2024, menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa
Indonesia, dan merupakan artikel penelitian. Protokol penelitian dibuat
berdasarkan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-analyses). Hasil penelitian menunjukan jahe (Zingiber
officinale) dan senyawa bioaktif yang dikandungnya antara lain gingerol,
shogaol, paradol, dan zingerone terbukti efektif mengurangi frekuensi mual
muntah pada hiperemesis gravidarum. Mekanisme kerja yang terlibat berupa
modulasi reseptor serotonin (5-HT3), peningkatan produksi nitric oxide
(NO), dan perlindungan mukosa lambung. Terdapat variasi sediaan yang digunakan
mulai dari tablet, pil, kapsul, jahe segar dengan rentang dosis 250 mg – 2,5 g.
Jahe (Zingiber officinale) dapat digunakan sebagai suplemen alami yang
efektif untuk mengurangi frekuensi hiperemesis gravidarum
Kata kunci: Jahe, Zingiber officinale, hiperemesis
gravidarum, gingerol, shogaol
Abstract
Nausea and vomiting are common conditions experienced by
almost all pregnant women. Most antiemetic drugs are not approved to be given
to pregnant women as they are said to cause side effects to both mother and
fetus. Ginger (Zingiber officinale) is one of the alternative therapies known
for its antiemetic properties. This study aims to determine the effectiveness
of ginger (Zingiber officinale) on the frequency of hyperemesis gravidarum and
identify active compounds and mechanisms of action involved in reducing nausea
and vomiting in pregnancy. The research design used was Literature Review by
searching on Google Scholar, ScienceDirect, and Pubmed. Articles were selected
based on inclusion criteria (publishing period of 10 years, i.e. from 2014 -
2024, using English or Bahasa Indonesia, and are research articles. The
research protocol was made based on PRISMA (Preferred Reporting Items for
Systematic Reviews and Meta-analyses). The results showed that ginger (Zingiber
officinale) and the bioactive compounds it contains, including gingerol,
shogaol, paradol, and zingerone, proved effective in reducing the frequency of
nausea and vomiting in hyperemesis gravidarum. The mechanism of action involved
is modulation of serotonin (5-HT3) receptors, increased nitric oxide (NO)
production, and protection of the gastric mucosa. There is a variety of
preparations used ranging from tablets, pills, capsules, fresh ginger with a
dose range of 250 mg - 2.5 g. Ginger (Zingiber officinale) can be used as an
effective natural supplement to reduce the frequency of hyperemesis gravidarum.
Keywords: Ginger, Zingiber officinale,
hyperemesis gravidarum, gingerol, shogaol
Pendahuluan
Mual dan muntah merupakan suatu kondisi umum yang dialami oleh hampir semua ibu hamil atau biasa disebut hiperemesis gravidarum. Sekitar 50 – 80% ibu hamil mengalami mual dan 50% mengalami muntah (Ramin, 2018). Biasanya ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum pada trimester pertama kehamilan, yaitu minggu ke 6 – 12. Tetapi ada beberapa ibu hamil yang mengalaminya hingga minggu ke 20 kehamilan (Hu et al., 2022) bahkan sampai melahirkan. Hiperemesis gravidarum yang persisten dan parah dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit dalam tubuh dan gangguan hepar, kemungkinan gangguan pada fetus, dan pada kasus yang ekstrim, dapat menyebabkan kematian sang ibu (Viljoen et al., 2014).
Penyebab dari hiperemesis gravidarum ini masih belum diketahui, tetapi hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal seperti peningkatan konsentrasi hormon reproduksi yaitu hormon esterogen, progesterone, dan hormon hCG (Human Chorionic Gonadotropin) (Festin, 2014; Sharifzadeh et al., 2017). Hormon hCG ini diproduksi terutama oleh sel sinsitotrofoblas plasenta selama masa kehamilan (Betz & Fane, 2023). Dapat disebabkan oleh genetik, ditemukan bahwa pasien dengan riwayat keluarga ada yang menderita hiperemesis gravidarum pada masa kehamilannya, juga mengalami hal yang sama (Zhang et al., 2011). Dapat pula disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori (H. pylori). Bakteri ini ditemukan lebih banyak pada Wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum (Shaban et al., 2014).
Karena penyebabnya yang masih belum jelas, terapi untuk hiperemesis gravidarum pun merupakan sebuah tantangan. Terapinya difokuskan untuk perbaikan gejala dan meminimalkan risiko terhadap janin maupun sang ibu (Bustos et al., 2018).
Lini pertama untuk hiperemesis gravidarum merupakan perubahan gaya hidup seperti menghindari hal-hal yang memicu mual dan muntah (bau-bauan, makanan), makan sedikit-sedikit tapi sering, vitamin B6 (piridoksin), dan obat-obatan herbal seperti jahe (Zingiber officinale). Lini kedua biasanya diberikan ketika ibu hamil datang ke dokter. Terapi yang diberikan seperti antiemetik dan cairan ketika sang ibu telah memiliki tanda-tanda dehidrasi. Lini ketiga diberikan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum yang parah dan persisten sehingga perlu dirawat di rumah sakit. Termasuk kortikosteroid dan terapi suportif, seperti makan lewat mulut (McParlin et al., 2016).
Kebanyakan obat antiemetik tidak disetujui untuk diberikan kepada ibu hamil. Antihistamin seperti doxylamine yang dikombinasi dengan pyridoxine dikatakan dapat mengurangi mual dan muntah. Antihistamin dapat memberikan efek antikolinergik pada ibu yang mengalami hipersalivasi (Abramowitz et al., 2017; Jansen et al., 2024). Antagonis serotonin reseptor seperti ondansentron merupakan yang paling sering diresepkan (Koren, 2014). Antagonis dopamine seperti metoclopramide, promethazine, dan droperidol juga dapat digunakan untuk hiperemesis gravidarum (Bsat et al., 2003). Mengenai keamanan obat-obatan ini diberikan untuk ibu hamil masih belum jelas. Ondansentron masih dikaitkan dengan risiko mulut sumbing dan cacat jantung (Jansen et al., 2024). Metoclopramide juga masih dipertimbangkan karena walaupun aman untuk janin, tetapi dikatakan dapat memberikan efek samping ke ibu (Erdal et al., 2022).
Terapi non farmakologi untuk mengatasi hiperemesis gravidarum yang dapat dilakukan seperti menghindari makanan yang menyebabkan mual, makan sedikit-sedikit dengan frekuensi sering (Lindblad et al., 2016) dan terapi alternatif seperti jahe (Zingiber officinale) (Bustos et al., 2018).
Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman dari keluarga Zingiberaceae, yang tumbuh terutama di daerah tropis, dan merupakan salah satu tanaman herbal yang paling sering dikonsumsi di seluruh dunia. Jahe (Zingiber officinale) telah digunakan sejak jaman dahulu baik sebagai bumbu maupun sebagai obat herbal untuk mengobati berbagai penyakit pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan juga beragam penyakit, termasuk radang sendi, nyeri otot, dan demam. Jahe (Zingiber officinale) dibudidayakan untuk diambil batang bawah tanah (rimpangnya) yang dapat dimakan (Lete & Allué, 2016; Semwal et al., 2015).
Di Eropa, jahe (Zingiber officinale) terkenal dengan efek antiemetiknya dan untuk mengobati flu. Di Amerika, jahe (Zingiber officinale) digunakan untuk mual dan muntah pada ibu hamil, karminatif, diaforetik dan antispasmodik. Di negara-negara Asia sendiri, jahe (Zingiber officinale) telah sangat terkenal dengan berbagai manfaatnya, seperti efek antihipertensi, antirematik, antispasmodik, agen anti-inflamasi, antiemetik, antidiabetes, dan antitrombotik (Baliga et al., 2011; Dehghania et al., 2011).
Kandungan jahe (Zingiber officinale) yang berperan sebagai antiemetik adalah gingerol, shogaol, galanolactone, dan diterpenoid (Mbaveng & Kuete, 2017). 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, and 6-shogaol berperan penting sebagai antagonis 5-hydroxytryptamine 3 (5-HT3), antagonis neurokinin-1 (NK-1), antihistamin, dan aktivitas prokinetik (Haniadka et al., 2013). Ekstrak gingerol dan shogaol meningkatkan efek pengosongan lambung dan menstimulasi kontraksi lambung melalui aktivitasnya pada reseptor kolinergik dan serotonergik 5-HT (Giacosa et al., 2015).
Ramadhani et al. pada penelitiannya menyimpulkan bahwa jahe (Zingiber officinale) aman dikonsumsi saat kehamilan. Tetapi, pada ibu hamil yang menggunakan insulin, tidak terlalu dianjurkan untuk mengonsumsi jahe (Zingiber officinale) dikarenakan tanaman ini juga bisa digunakan sebagai antidiabetes alami (Ramadhani et al., 2020).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan studi literatur tentang penelitian terkait efektivitas pemberian jahe (Zingiber officinale) terhadap frekuensi hiperemesis gravidarum dan mengidentifikasi senyawa aktif serta mekanisme kerja yang terlibat dalam mengurangi efek mual muntah pada kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian jahe (Zingiber officinale) terhadap frekuensi hiperemesis gravidarum dan mengidentifikasi senyawa aktif serta mekanisme kerja yang terlibat dalam mengurangi mual muntah pada kehamilan.
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah Literature Review dengan melakukan penelusuran dan menelaah beberapa
artikel hasil penelitian atau jurnal. Penelusuran data diperoleh dari Google
Scholar, ScienceDirect, dan Pubmed.
Protokol penelitian dibuat berdasarkan PRISMA
(Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses).
Tahapannya terdiri dari mendefinisikan kriteria kelayakan, mendefinisikan
sumber informasi, pemilihan literatur, pengumpulan data, lalu pemilihan item
data.
Kata kunci yang digunakan untuk artikel Bahasa
Indonesia yaitu “mual” atau “muntah” atau “ibu hamil” atau “jahe”, sedangkan
untuk artikel Bahasa Inggris yaitu “nausea” atau “vomiting” atau “pregnancy”
atau “ginger”. Artikel atau jurnal yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria
inklusi, yaitu periode penerbitan 10 tahun, yaitu dari tahun 2014 – 2024,
menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, dan merupakan artikel asli
(artikel penelitian).
Gambar 1. Bagan PRISMA (Preferred Reporting Items
for Systematic Reviews and Meta-analyses)
Tabel 1. Hasil telaah artikel
No. |
Nama Penulis |
Tahun |
Judul Artikel |
Jumlah Sampel |
Lokasi |
Intervensi |
Kesimpulan |
1. |
Mitra
Tadayon Najafabadi, dkk(Najafabadi
et al., 2023) |
2023 |
Comparison of the effects of ondansetron
and ginger on nausea and vomiting in pregnancy: a clinical trial |
110 ibu
hamil dibagi menjadi 2 kelompok |
Iran |
Kelompok
1: tablet jahe 500 mg Kelompok
2: ondansetron 4 mg |
Jahe dan
ondansetron efektif dalam menurunkan frekuensi dan keparahan mual dan muntah
pada kehamilan, efektivitas keduanya tidak terlalu berbeda |
2. |
Yanti
Heryani Salim(Yanti
Heryani Salim, 2023) |
2023 |
Effectiveness of Ginger and Lemon Generation on Nau,
Vovoging in Trimester I Pregnant Woman |
30 ibu
hamil yang datang di rumah sakit |
Indonesia |
jahe (±
250 mg jahe + 50 ml air panas + 1 sendok makan gula pasir) dua kali sehari
pada pagi dan sore hari serta mengkonsumsi jus jeruk. lemon (1 lemon + 1
gelas air hangat + 1 sendok makan gula) sehari sekali setiap hari selama 2
minggu |
Perasan jahe dan lemon efektif menurunkan frekuensi mual dan
muntah pada ibu hamil trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Ciomas Kabupaten
Serang. |
3. |
Siska
Nurul Abidah, dkk(Abidah et
al., 2022) |
2022 |
The Effect of Ginger Herbal Drink on
Hyperemesis Gravidarum in the First Trimester Pregnant Woman |
96 ibu
hamil dibagi menjadi 2 kelompok |
Indonesia |
Kelompok
1: 2,5 gr jahe + 250 ml air + 10 gr gula, 2x sehari Kelompok
2: plasebo |
Minuman herbal jahe secara signifikan
menurunkan frekuensi hiperemesis gravidarum |
4. |
Zahra
Khalili Moghadam, dkk (Moghadam
et al., 2019) |
2019 |
Investigating the Effect of Ginger Pill on the
Treatment of Nausea and Vomiting of Pregnancy (NVP) in Pregnancy Women |
58 ibu
hamil yang datang ke rumah sakit Mahshahr selama penelitian |
Iran |
Pil jahe
500 mg / 8 jam |
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jahe efektif sebagai terapi untuk mual dan muntah pada kehamilan |
5. |
Sasan
Nazari, dkk(Nazari et
al., 2018) |
2018 |
Comparison of the effect of ondansetron, vitamin B6
and ginger root on Nausea and vomiting of pregnancy: a randomized clinical
trial |
120 ibu
hamil dibagi menjadi 4 kelompok |
Iran |
Kelompok
1: ondansetron 4 mg Kelompok
2: vitamin B6 40 mg Kelompok
3: kapsul jahe 250 mg Kelompok
4: plasebo |
Ada perbedaan signifikan antara ketiga
kelompok perlakuan dengan plasebo. Ketiga perlakuan dapat menurunkan
frekuensi mual muntah pada kehamilan |
6. |
Amal
Khalifa Ahmed Khalil, dkk(Khalifa
et al., 2018) |
2018 |
Effect of Nursing Intervention Using P6 Acupressure
and Ginger on Nausea and Vomiting during early pregnancy |
180 ibu
hamil dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 60 orang |
Mesir |
Kelompok
1: kapsul jahe 750 mg, 2 kali sehari Kelompok
2: akupresur P6 Kelompok
3: plasebo |
Jahe dan akupresur pada titik P6 efektif
untuk menurunkan frekuensi mual dan muntah selama awal kehamilan |
7. |
Fatemeh
Sharifzadeh, dkk(Sharifzadeh et al., 2017) |
2017 |
A Comparison Between the Effects of Ginger,
Pyridoxine (Vitamin B6) and Placebo for the Treatment of the First Trimester
Nausea and Vomiting of Pregnancy (NVP) |
77 ibu
hamil dibagi menjadi 3 kelompok. 28 orang di kelompok yang diberikan jahe, 26
orang di kelompok yang diberikan vitamin B6, dan 23 orang di kelompok plasebo |
Iran |
Kelompok
1: kapsul jahe 500 mg Kelompok
2: kapsul vitamin B6 (40 mg) Kelompok
3: plasebo |
Jahe dan vitamin B6 lebih efektif
menurunkan frekuensi mual dan muntah daripada plasebo |
8. |
Emanuele
Sinagra, dkk(Sinagra
et al., 2017) |
2017 |
Clinical Efficacy of Ginger Plus B6 Vitamin in
Hyperemesis Gravidarum: Report of Two Cases |
2 ibu
hamil yang masuk dengan hiperemesis gravidarum di rumah sakit |
Italia |
Kapsul
berisi Jahe 1000 mg + gingerol 50 mg + vitamin B6 96 mg) |
Jahe efektif sebagai terapi
non-farmakologi untuk mual muntah |
9. |
Farzenah
Saberi, dkk(Saberi et
al., 2014) |
2014 |
Effect of Ginger on Relieving Nausea and Vomiting in
Pregnancy: A Randomized, Placebo-Controlled Trial |
Dari 431
ibu hamil, 120 orang yang masuk kriteria inklusi dibagi menjadi tiga kelompok |
Iran |
Kelompok
1: kapsul jahe 750 mg / hari Kelompok
2: plasebo Kelompok
3: plasebo |
Jahe efektif menurunkan frekuensi mual
muntah ringan sampai sedang pada kehamilan kurang dari 16 minggu |
10. |
Mozhgan Firouzbakht, dkk(Firouzbahkt et al., 2014) |
2014 |
Comparison of Ginger with Vitamin B6 in
Relieving Nausea and Vomiting During Pregnancy |
120 ibu
hamil dibagi menjadi tiga kelompok, 97 diantaranya menyelesaikan terapi |
Iran |
Kelompok
1: kapsul jahe 250 mg Kelompok
2: vitamin B6 40 mg Kelompok
3: plasebo |
Keparahan
gejala lebih berkurang pada kedua kelompok perlakuan dibandingkan kelompok
plasebo |
Hasil dan Pembahasan
Setelah melakukan penelusuran artikel penelitian dengan menggunakan kata kunci “mual” atau “muntah” atau “ibu hamil” atau “jahe”, sedangkan untuk artikel Bahasa Inggris yaitu “nausea” atau “vomiting” atau “pregnancy” atau “ginger” di Google Scholar, ScienceDirect, dan Pubmed, didapatkan 20.217 artikel dan dipilih 10 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Jumlah sampel dari tiap penelitian bervariasi mulai dari 2 orang hingga 180 orang. Sediaan jahe (Zingiber officinale) yang digunakan tiap penelitian juga berbeda. Najafabadi, dkk menggunakan tablet jahe 500 mg, Salim menggunakan 250 mg jahe segar ditambah 50 ml air panas dan 1 sendok makan gula pasir, Abidah, dkk menggunakan 2,5 g jahe yang dicampur dengan 250 ml air dan 10 mg gula, Moghadam, dkk menggunakan pil berisi 500 mg jahe, dan yang lainnya menggunakan kapsul yang masing-masing berisi jahe dengan dosis berbeda. Nazari, dkk dan Firouzbakht, dkk menggunakan dosis 250 mg, Khalil, dkk dan Saberi, dkk menggunakan dosis 750 mg, Sharifzadeh, dkk menggunakan dosis 500 mg, dan Sinagra, dkk menggunakan dosis 1000 mg.
Kandungan Aktif
Jahe (Zingiber officinale)
Jahe (Zingiber officinale) dikenal memiliki manfaat nutrisi dan nutrasetikal yang erat kaitannya dengan keberadaan berbagai senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa bioaktif ini, yang dilaporkan dalam berbagai penelitian, diklasifikasikan menjadi tiga kelas utama: gingerol, minyak atsiri, dan diarylheptanoids (Liu et al., 2019). Kandungan kimia jahe (Zingiber officinale) terdiri dari senyawa volatil dan non-volatil. Senyawa volatil meliputi geraniol, borneol, terpineol, zingiberenol, cineole, limonene, camphene, curcumene, zingiberol, geranyl acetate, linalool, α-farnesene, α-sesquiphellandrene, α-zingiberene, β-bisabolene, β-elemene, dan β-phellandrene. Sementara itu, senyawa non-volatil meliputi gingerol, shogaol, zingerone, dan paradol. Fitokimia non-volatil ini, yang memiliki aroma dan rasa yang menyengat, yang merupakan konstituen bioaktif utama jahe (Zingiber officinale). Aroma dan rasa khas jahe (Zingiber officinale) adalah hasil dari perpaduan ketiga senyawa aktif non-volatil tersebut, yang mencapai sekitar satu hingga tiga persen dari berat jahe (Zingiber officinale) segar. Selain itu, dua komponen umum yang ditemukan di setiap senyawa pedas jahe (Zingiber officinale) adalah vanilil (4-hidroksi-3-metoksifenil) dan gugus fungsi keton. Senyawa-senyawa ini berperan penting dalam memberikan efek antioksidan, anti-inflamasi, antiemetik, dan antikanker pada jahe (Zingiber officinale), menjadikannya bahan alami yang berpotensi besar dalam pengobatan alami (Jolad et al., 2005; Pratap et al., 2017)
Pada jurnal ini penulis akan berfokus pada kandungan jahe (Zingiber officinale) yang berkaitan dengan frekuensi mual muntah atau hiperemmesis gravidarum pada ibu hamil.
Aktivitas
Antiemetik Jahe (Zingiber officinale)
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman herbal
yang sudah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk masalah
pencernaan, telah terbukti melalui penelitian terbaru bahwa tanaman ini efektif
dalam mengurangi mual dan muntah (Walstab et al., 2013). Penelitian lain menemukan bahwa inhalasi ekstrak jahe (Zingiber
officinale) memberikan efek positif pada pasien yang mengalami mual dan
muntah setelah operasi. Dengan demikian, ekstrak jahe (Zingiber officinale)
dapat berfungsi sebagai agen antiemetik yang efektif untuk mengatasi mual dan
muntah (Adib-Hajbaghery &
Hosseini, 2015).
Aktivasi saraf vagal aferen yang dimediasi oleh serotonin
(5-HT) berperan penting dalam mekanisme muntah. Penelitian in vitro menunjukkan
bahwa 6-shogaol, 6-gingerol, dan zingerone dapat menghambat transmisi sinyal
muntah pada neuron aferen vagal dengan menekan reseptor 5-HT, dengan 6-shogaol
menjadi yang paling efektif dalam menghambat reseptor tersebut (Jin et al., 2014).
1)
Gingerol
Penelitian Feng, X. dkk menemukan
bahwa 6-gingerol, salah satu komponen utama dalam jahe (Zingiber officinale).
Kandungan gingerol dalam jahe (Zingiber officinale) sekitar 23 – 25%.
Jahe yang memiliki efek positif dalam mengurangi gejala mual dan muntah yang
diinduksi oleh kemoterapi dengan cisplatin pada tikus. Pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan model tikus yang disuntik dengan cisplatin untuk
menginduksi pica, perilaku makan zat non-nutrisi seperti kaolin, yang merupakan
model hewan untuk mual dan muntah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus
yang diobati dengan 6-gingerol sebelum disuntik dengan cisplatin mengalami
penurunan signifikan dalam konsumsi kaolin dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Ini menunjukkan bahwa 6-gingerol efektif dalam mencegah mual dan
muntah. Selain itu, analisis gen 16S rDNA menunjukkan bahwa 6-gingerol juga
mengubah komposisi mikrobiota usus dengan meningkatkan kelimpahan Bacteroidetes
dan mengurangi Firmicutes, yang mungkin berkontribusi pada efek antiemetik yang
diamati (Feng et al., 2019; Nikkhah
Bodagh et al., 2019).
2)
Shogaol
Penelitian Huang, Y. dkk menunjukkan
bahwa 6-shogaol, komponen aktif dalam jahe (Zingiber officinale),
memiliki efek signifikan dalam mengurangi mual dan muntah melalui aktivasi
neuron aferen vagal di esofagus dan lambung. Pencitraan dua-foton dan
pencatatan satuan ekstraseluler menunjukkan bahwa 6-shogaol menyebabkan
peningkatan signifikan transien kalsium di neuron nodose, yang menunjukkan
aktivasi langsung neuron yang terlibat dalam pengaturan mual dan muntah.
Setelah aplikasi awal, neuron menjadi desensitisasi terhadap aplikasi kedua
6-shogaol, tetapi respons terhadap distensi mekanis tidak berubah. Penelitian
ini juga menemukan bahwa pemblokir TRPA1, HC-030031, menghambat aktivasi neuron
oleh 6-shogaol, menunjukkan peran penting saluran TRPA1 dalam mediasi efek
6-shogaol. Kesimpulannya, 6-shogaol dalam jahe (Zingiber officinale)
dapat mengaktifkan dan mendesensitisasi neuron aferen C-fiber vagal di saluran
pencernaan, yang berkontribusi pada efek antiemetiknya. Ini menunjukkan potensi
penggunaan 6-shogaol sebagai agen antiemetik alami yang efektif. Kandungan
shogaol dalam jahe (Zingiber officinale) sekitar 18 – 25 % (Huang et al., 2019; Nikkhah
Bodagh et al., 2019).
3)
Paradol
Paradol (1 – 10 %) senyawa bioaktif
dalam jahe (Zingiber officinale),
dikenal memiliki efek antiemetik yang efektif untuk mengatasi mual dan muntah.
Mekanisme kerjanya meliputi modulasi reseptor serotonin (5-HT3) dan TRPV1, yang
dapat mengurangi respons mual. Paradol juga memiliki sifat anti-inflamasi dan
antioksidan, yang membantu mengurangi peradangan dan stres oksidatif di saluran
gastrointestinal. Selain itu, paradol melindungi mukosa lambung dengan
meningkatkan sekresi mukus dan mengurangi produksi asam lambung. Studi Czigle,
S. dkk menunjukkan ekstrak jahe (Zingiber officinale) yang mengandung
paradol efektif dalam mengurangi mual dan muntah pada pasien kemoterapi, mual
kehamilan, dan pasca-operasi, sehingga menjadikannya agen antiemetik yang
potensial (Czigle et al., 2022; Nikkhah
Bodagh et al., 2019).
4)
Zingerone
Zingerone (9,25 %), senyawa bioaktif
dalam jahe (Zingiber officinale),
efektif untuk mengatasi mual dan muntah melalui beberapa mekanisme. Pertama,
zingerone memiliki sifat antioksidan yang kuat, menetralkan radikal bebas dan
mengurangi stres oksidatif di saluran gastrointestinal. Kedua, zingerone
memblokir reseptor serotonin 5-HT3, mengurangi respons mual dan muntah. Ketiga,
zingerone meningkatkan produksi nitric oxide (NO) yang melindungi mukosa
lambung dengan meningkatkan aliran darah dan sekresi mukus. Selain itu,
zingerone memiliki sifat anti-inflamasi yang mengurangi peradangan di saluran
gastrointestinal dan melindungi mukosa lambung dari kerusakan, sehingga
membantu mengurangi gejala mual dan muntah (Ahmad et al., 2015;
Karampour et al., 2019).
Kesimpulan
Berdasarkan
studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian jahe (Zingiber
officinale) dapat mengurangi frekuensi hiperemesis gravidarum. Kandungan
senyawa aktif dalam jahe (Zingiber officinale) yaitu gingerol, shogaol,
paradol, dan zingerone memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan
antiemetik. Mekanisme kerja senyawa-senyawa ini termasuk modulasi reseptor
serotonin (5-HT3), peningkatan produksi nitric oxide (NO), dan perlindungan
mukosa lambung. Oleh karena itu, jahe (Zingiber officinale) dapat menjadi
suplemen bahan alami yang aman dan efektif untuk mengurangi frekuensi
hiperemesis gravidarum.
BIBLIOGRAFI
Abidah, S. N., Anggraini, F. D., Nisa’, F.,
& Hasina, S. N. (2022). The Effect of Ginger Herbal Drink on Hyperemesis
Gravidarum in the First Trimester Pregnant Women. Open Access Macedonian
Journal of Medical Sciences, 10(G), 64–68.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2022.7955
Abramowitz, A., Miller, E. S.,
& Wisner, K. L. (2017). Treatment options for hyperemesis gravidarum. Archives
of Women’s Mental Health, 20(3), 363–372.
https://doi.org/10.1007/s00737-016-0707-4
Adib-Hajbaghery, M., &
Hosseini, F. S. (2015). Investigating the effects of inhaling ginger essence on
post-nephrectomy nausea and vomiting. Complementary Therapies in Medicine,
23(6), 827–831. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2015.10.002
Ahmad, B., Rehman, M. U., Amin,
I., Arif, A., Rasool, S., Bhat, S. A., Afzal, I., Hussain, I., Bilal, S., &
Mir, M. U. R. (2015). A Review on Pharmacological Properties of Zingerone
(4-(4-Hydroxy-3-methoxyphenyl)-2-butanone). Scientific World Journal, 2015.
https://doi.org/10.1155/2015/816364
Baliga, M. S., Haniadka, R.,
Pereira, M. M., D’Souza, J. J., Pallaty, P. L., Bhat, H. P., & Popuri, S.
(2011). Update on the chemopreventive effects of ginger and its phytochemicals.
Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 51(6), 499–523.
https://doi.org/10.1080/10408391003698669
Betz, D., & Fane, K.
(2023). Human Chorionic Gonadotropin. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532950/
Bsat, F. A., Hoffman, D. E.,
& Seubert, D. E. (2003). Comparison of three outpatient regimens in the
management of nausea and vomiting in pregnancy. Journal of Perinatology,
23(7), 531–535. https://doi.org/10.1038/sj.jp.7210986
Bustos, M., Venkataramanan, R.,
& Caritis, S. (2018). Nausea and Vomiting of Pregnancy-What’s New? HHS
Public Access, 176(3), 139–148.
https://doi.org/10.1016/j.autneu.2016.05.002.Nausea
Czigle, S., Fialová, S. B.,
Tóth, J., Mučaji, P., & Nagy, M. (2022). Treatment of Gastrointestinal
Disorders—Plants and Potential Mechanisms of Action of Their Constituents. Molecules,
27(9). https://doi.org/10.3390/molecules27092881
Dehghania, I., Mostajerana, A.,
& Asghari, G. (2011). In vitro and in vivo Production of Gingerols and
Zingiberene in Ginger Plant (Zingiber officinale Roscoe). Iranian Journal of
Pharmaceutical Sciences.
Erdal, H., Holst, L., Heitmann,
K., & Trovik, J. (2022). Antiemetic treatment of hyperemesis gravidarum in
1,064 Norwegian women and the impact of European warning on metoclopramide: a
retrospective cohort study 2002–2019. BMC Pregnancy and Childbirth, 22(1),
1–13. https://doi.org/10.1186/s12884-022-04777-x
Feng, X., Cheng, Q., Meng, Q.,
Yang, Y., & Nie, K. (2019). Effects of ondansetron and [6]-gingerol on pica
and gut microbiota in rats treated with cisplatin. Drug Design, Development
and Therapy, 13, 2633–2641. https://doi.org/10.2147/DDDT.S211845
Festin, M. (2014). Nausea and
vomiting in early pregnancy. BMJ Clinical Evidence, 2014(September
2013). https://doi.org/10.1097/00006250-200005000-00028
Firouzbahkt, M., Nikpour, M.,
Jamali, B., & Omidvar, S. (2014). Comparison of ginger with vitamin B6 in
relieving nausea and vomiting during pregnancy. AYU (An International
Quarterly Journal of Research in Ayurveda), 35(3), 289.
https://doi.org/10.4103/0974-8520.153746
Giacosa, A., Bombardelli, E.,
Riva, A., Porro, G. B., & Rondanelli, M. (2015). Can nausea and vomiting
be treated with ginger extract ? 1291–1296.
Haniadka, R., Saldanha, E.,
Sunita, V., Palatty, P. L., Fayad, R., & Baliga, M. S. (2013). A review of
the gastroprotective effects of ginger (Zingiber officinale Roscoe). Food
and Function, 4(6), 845–855. https://doi.org/10.1039/c3fo30337c
Hu, Y., Amoah, A. N., Zhang,
H., Fu, R., Qiu, Y., Cao, Y., Sun, Y., Chen, H., Liu, Y., & Lyu, Q. (2022).
Effect of ginger in the treatment of nausea and vomiting compared with vitamin
B6 and placebo during pregnancy: a meta-analysis. Journal of Maternal-Fetal
and Neonatal Medicine, 35(1), 187–196.
https://doi.org/10.1080/14767058.2020.1712714
Huang, Y., Patil, M. J., Yu,
M., Liptak, P., Undem, B. J., Dong, X., Wang, G., & Yu, S. (2019). Effects
of ginger constituent 6-shogaol on gastroesophageal vagal afferent C-fibers. HHS
Public Access, 176(1), 139–148.
https://doi.org/10.1111/nmo.13585.Effects
Jansen, L. A. W., Shaw, V.,
Grooten, I. J., Koot, M. H., Dean, C. R., & Painter, R. C. (2024).
Diagnosis and treatment of hyperemesis gravidarum. CMAJ. Canadian Medical
Association Journal, 196(14), E477–E485.
https://doi.org/10.1503/cmaj.221502
Jin, Z., Lee, G., Kim, S.,
Park, C. S., Park, Y. S., & Jin, Y. H. (2014). Ginger and its pungent
constituents non-competitively inhibit serotonin currents on visceral afferent
neurons. Korean Journal of Physiology and Pharmacology, 18(2),
149–153. https://doi.org/10.4196/kjpp.2014.18.2.149
Jolad, S. D., Lantz, R. C.,
Guan, J. C., Bates, R. B., & Timmermann, B. N. (2005). Commercially
processed dry ginger (Zingiber officinale): Composition and effects on
LPS-stimulated PGE2 production. Phytochemistry, 66(13),
1614–1635. https://doi.org/10.1016/j.phytochem.2005.05.007
Karampour, N. S., Arzi, A.,
Rezaie, A., Pashmforoosh, M., & Kordi, F. (2019). Gastroprotective effect
of zingerone on ethanol-induced gastric ulcers in rats. Medicina (Lithuania),
55(3), 1–9. https://doi.org/10.3390/medicina55030064
Khalifa, A., Khalil, A.,
Shahin, H. E., Ali, I., & El-Nasr, S. (2018). Effect of Nursing
Intervention Using P6 Acupressure and Ginger on Nausea and Vomiting during
early pregnancy. Available International Journal of Novel Research in
Healthcare and Nursing, 5(3), 190–201. www.noveltyjournals.com
Koren, G. (2014). Treating
morning sickness in the United States - Changes in prescribing are needed. American
Journal of Obstetrics and Gynecology, 211(6), 602–606.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2014.08.017
Lete, I., & Allué, J.
(2016). The effectiveness of ginger in the prevention of nausea and vomiting
during pregnancy and chemotherapy. Integrative Medicine Insights, 11,
11–17. https://doi.org/10.4137/IMI.S36273
Lindblad, A. J., Pharmd, A.,
Koppula, S., & Ccfp, M. (2016). Tools for Practice Ginger for nausea and
vomiting of pregnancy. Can Fam Physician, 62(2), 145. www.cfp.ca
Liu, Y., Liu, J., & Zhang,
Y. (2019). Research Progress on Chemical Constituents of Zingiber officinale
Roscoe. BioMed Research International, 2019.
https://doi.org/10.1155/2019/5370823
Mbaveng, A. T., & Kuete, V.
(2017). Zingiber officinale. In Medicinal Spices and Vegetables from Africa:
Therapeutic Potential Against Metabolic, Inflammatory, Infectious and Systemic
Diseases (pp. 627–639). Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-809286-6/00030-3
McParlin, C., O’Donnell, A.,
Robson, S. C., Beyer, F., Moloney, E., Bryant, A., Bradley, J., Muirhead, C.
R., Nelson-Piercy, C., Newbury-Birch, D., Norman, J., Shaw, C., Simpson, E.,
Swallow, B., Yates, L., & Vale, L. (2016). Treatments for hyperemesis
gravidarum and nausea and vomiting in pregnancy: A systematic review. JAMA -
Journal of the American Medical Association, 316(13), 1392–1401.
https://doi.org/10.1001/jama.2016.14337
Moghadam, Z. K., Tadayon
Najfabady, M., Abedi, P., & Haghighizadeh, M. H. (2019). Investigating the
Effect of Ginger Capsules on the Treatment of Nausea and Vomiting of Pregnancy
(NVP) in Mahshahr Clinics. International Journal of Pharmaceutical and
Phytopharmacological Research, 9(3), 9–15. www.eijppr.com
Najafabadi, M. T., Moghadam, Z.
K., Abedi, P., & Haghighizadeh, M. H. (2023). Comparison of the effects of
ondansetron and ginger on nausea and vomiting in pregnancy: a clinical trial. Iranian
Journal of Obstetrics, Gynecology and Infertility, 26.
https://doi.org/10.22038/IJOGI.2023.22359
Nazari, S., Nazari, S., Shayan,
A., Shobeiri, F., & Tasbeh, roya
ahmadi nia. (2018). Comparison of the effect of ondansetron, vitamin B6 and
ginger root on Nausea and vomiting of pregnancy: a randomized clinical trial. Iranian
Journal Of Obstetrics, Gynecology And Infertility, 21(7), 29–34.
Nikkhah Bodagh, M., Maleki, I.,
& Hekmatdoost, A. (2019). Ginger in gastrointestinal disorders: A
systematic review of clinical trials. Food Science and Nutrition, 7(1),
96–108. https://doi.org/10.1002/fsn3.807
Pratap, S. R., V., G. H., &
K., M. (2017). Ginger: A Potential Neutraceutical, An Updated Review. International
Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research, 9(09),
1227–1238. https://doi.org/10.25258/phyto.v9i09.10311
Ramadhani, Z. N., Rochmanti,
M., & Mulawardhana, P. (2020). The Safety of Herbal Used for Health
Complaints during Pregnancy-A Systematic Review. Systematic Reviews in
Pharmacy, 11(11), 1930–1939.
Ramin, S. M. (2018). ACOG Practice
Bulletin No. 189 Summary: Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstetrics and
Gynecology, 131(1), 190–193.
https://doi.org/10.1097/AOG.0000000000002450
Saberi, F., Sadat, Z.,
Kalahroudi, M. A., & Taebi, M. (2014). Effect of Ginger on Relieving Nausea
and Vomiting in Pregnancy : A. Nurs Midwifery Stud, 3(1), 1–6.
Semwal, R. B., Semwal, D. K.,
Combrinck, S., & Viljoen, A. M. (2015). Gingerols and shogaols: Important
nutraceutical principles from ginger. Phytochemistry, 117,
554–568. https://doi.org/10.1016/j.phytochem.2015.07.012
Shaban, M. M., Kandil, H. O.,
& Elshafei, A. H. (2014). Helicobacter pylori seropositivity in patients
with hyperemesis gravidarum. International Journal of Gynecology and
Obstetrics, 66(3), 251–254.
https://doi.org/10.1016/S0020-7292(99)00091-0
Sharifzadeh, F., Kashanian, M.,
Kouhpayehzadeh, J., Rezaian, F., Sheikhansari, N., & Eshraghi, N. (2017). A
comparison between the effects of ginger, pyridoxine (vitamin B6) and placebo
for the treatment of the first trimester nausea and vomiting of pregnancy
(NVP). The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine, 7058(June).
https://doi.org/10.1080/14767058.2017.1344965
Sinagra, E., Matrone, R.,
Gullo, G., Catacchio, R., Renda, E., Tardino, S., Miceli, V., Rossi, F.,
Tomasello, G., & Raimondo, D. (2017). Clinical Efficacy of Ginger Plus B6
Vitamin in Hyperemesis Gravidarum: Report of Two Cases. Gastroenterology
& Hepatology: Open Access, 6(1), 1–2.
https://doi.org/10.15406/ghoa.2017.06.00182
Viljoen, E., Visser, J., Koen,
N., & Musekiwa, A. (2014). A systematic review and meta-analysis of the
effect and safety of ginger in the treatment of pregnancy-associated nausea and
vomiting. Nutrition Journal, 13(1), 1–14.
https://doi.org/10.1186/1475-2891-13-20
Walstab, J., Krüger, D., Stark,
T., Hofmann, T., Demir, I. E., Ceyhan, G. O., Feistel, B., Schemann, M., &
Niesler, B. (2013). Ginger and its pungent constituents non-competitively
inhibit activation of human recombinant and native 5-HT3 receptors of enteric
neurons. Neurogastroenterology and Motility, 25(5), 439–448.
https://doi.org/10.1111/nmo.12107
Yanti Heryani Salim. (2023).
Effectiveness of Ginger and Lemon Generation on Nau, Vovoging in Trimester I
Pregnant Women. Asian Journal of Community Services, 2(1),
103–116. https://doi.org/10.55927/ajcs.v2i1.2475
Zhang, Y., Cantor, R. M.,
MacGibbon, K., Romero, R., Goodwin, T. M., Mullin, P. M., & Fejzo, M. S.
(2011). Familial aggregation of hyperemesis gravidarum. American Journal of
Obstetrics and Gynecology, 204(3), 230.e1-230.e7.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2010.09.018
Copyright holder: Aining Rezkyana, Ida Royani, Dzul Ikram (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |