Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
ANALISIS FAKTOR KESUKSESAN PENERAPAN ERP DI BUMN INDUSTRI KONSTRUKSI (STUDI KASUS DI PT WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK)
Mohamad Rifai Afif1, Khomsiyah2
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia1,2
Email: [email protected]1
Abstrak
Penerapan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) telah menjadi kewajiban di BUMN
dengan diterbitkannya PER-2/MBU/03/2023. Sistem ERP yang terintegrasi membawa
manfaat yang banyak untuk meningkatkan produktifitas
dan efisiensi. Dalam implementasinya ERP memiliki tingkat kerumitan yang komplek dan harus melibatkan banyak pihak serta memiliki
tingkat kegagalan yang tinggi. Penelitian
ini berusaha mengidentifikasi dan peran 11 Critical success factor (CSF) dalam
implementasi ERP. Penelitian merupakan studi kasus atas implementasi ERP SAP
tahun 2023 di industri konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan menyebar kuesioner dengan skala pengukuran interval menggunkan skala likert kepada
seluruh pengguna yang terlibat ERP dari staf sampai manajemen perusahaan serta
konsultan. Hasil dari penelitian ini adalah gambaran faktor-faktor kesuksesan atas proses implementasi. Faktor manusia adalah yang paling penting walaupun proses inplementasi ERP adalah sebuah proses teknologi informasi.
Kata Kunci: ERP,
BUMN, Industri Konstruksi,
SAP
Abstract
The implementation of the Enterprise Resource Planning (ERP) system has
become an obligation in SOEs with the issuance of PER-2/MBU/03/2023. An
integrated ERP system brings many benefits to increase productivity and
efficiency. In its implementation, ERP has a complex level of complexity and
must involve many parties and has a high failure rate. This study seeks to identify and the role of
11 Critical success factors (CSF) in ERP implementation. The research is a case
study of the implementation of SAP ERP in 2023 in the construction industry of
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Data collection
method was carried out by distributing questionnaires with interval
measurement scales using the Likert scale to all users involved in ERP from staff
to company management and consultants. The result of this study is an overview
of the success factors of the implementation process. The human factor is the
most important even though the ERP implementation process is an information
technology process.
Keywords: ERP, SOE, Construction
Industry, SAP
Pendahuluan
Dengan dikeluarkannya Peraturan BUMN Nomor
PER-2/MBU/03/2023 tahun 2023 tentang Pedoman Tata Kelola dan Kegiatan Korporasi
Signifkan BUMN pada bab VII tentang penyelenggaraan
teknologi informasi (IT) BUMN, maka perusahaan BUMN mempunyai kewajiban dalam
implementasi sistem informasi yang terintegrasi. Sistem Enterprise
Resource Planning (ERP) adalah sistem informasi yang terintegrasi, dapat
disesuaikan, dan dapat dikonfigurasi yang menyederhanakan proses bisnis untuk
memelihara data seluruh organisasi di tempat terpusat (Malik & Nawar, 2020). Sistem
ERP adalah sistem komputer yang dibuat untuk menggabungkan unit dan fungsi
setiap departemen menjadi satu sistem komputer yang dapat menangani kebutuhan
setiap departemen (Kumar, 2023). Teknologi informasi yang diterapkan dalam
sistem ERP dapat mengintegrasikan
seluruh informasi proses bisnis perusahaan dengan lebih real time. Sistem ERP mengarah pada perolehan banyak keuntungan
bisnis, seperti efisiensi dan efektivitas operasional, kemudahan akses terhadap
informasi yang dapat diandalkan, pemeliharaan keunggulan kompetitif, mengurangi
kompleksitas proses, meningkatkan keuntungan dan mengurangi biaya (Kouriati et al.,
2020) Bagi perusahaan sistem ERP memberikan manfaat yang banyak antara lain
memberikan nilai tambah perusahaan, meningkatkan produktifitas dan efisiensi, meminimalisir tumpang tindih proses bisnis
sehingga meningkatkan keuntungan perusahaan (Trinoverly et al., 2018).
Dalam proses kerjanya, ERP memiliki cara kerja yang yang komplek dan tidak sederhana. Oleh karena itu akan sangat sulit apabila ingin menerapkan
program ini tanpa bantuan para ahli. Implemantion ERP menggambarkan proses perencanaan,
konfigurasi, dan penerapan ERP. Implementasi ERP merupakan tugas besar yang
melibatkan banyak faktor internal dan eksternal. Prosesnya akan memakan watu selama beberapa bulan-bulan yang berkelanjutan dan rumit, karena
sistem ERP mendukung dan mengotomatiskan banyak fungsi yang berbeda. Hal ini mengharuskan organisasi untuk melakukan implementasi ERP secara
efisien atas alokasi sumber daya yang besar seperti dana, tenaga, dan waktu.
Tantangan-tantangan ini mengarahkan organisasi untuk mempekerjakan konsultan
ERP, yang berpengalaman dalam menerapkan ERP. Penggunaan konsultan sangat
diperlukan terutama ketika suatu organisasi mempunyai kemampuan internal,
kompetensi dan pengetahuan yang rendah. Peran konsultan adalah membantu klien
mengimplementasikan ERP dengan cara terbaik. Konsultasi mengisi kesenjangan
antara pengetahuan klien yang ada dan yang diperlukan (Jaeger
et al., 2020). Investasi
yang tinggi dalam pembuatan dan penerapan sistem ERP dinilai akan efektif dan
efisien memberikan hasil di masa depan karena dengan implementasi ERP
perusahaan mampu lebih adaptif terhadap
kondisi saat ini (Manggala & Yustanti, 2020).
Transparansi dalam perusahaan akan jauh meningkat dikarenakan pos-pos dalam
sebuah laporan keuangan lebih relevan dan tepat waktu. Implementasi ERP ini
nantinya akan menghubungkan seluruh modul yang dibutuhkan dalam proses bisnis.
Disisi lain penerapan ERP juga
memiliki tingkat kegagalan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 90%, dan sering
kali menimbulkan dampak buruk terhadap operasional perusahaan dan niat untuk
terus berinovasi (Ramesh & Delen,
2021). 35% implementasi ERP telah dibatalkan, dan 65% implementasi lainnya
telah melampui batas yang ditetapkan, pembengkakan
anggaran rata-rata 178% dan mundurnya waktu pelaksanaan 230%, dan survey lain 70% implementasi ERP gagal memberikan manfaat
yang diharapkan (Wang et al.,
2007). Banyak kasus di Indonesia Implementasi ERP memakan waktu lebih lama 6
hingga 12 bulan dibandingkan implementasi ERP pada umumnya (Dewi & Asriani,
2019) Untuk menghindari kegagalan implementasi,
pada tahap awal perusahaan perlu menganalisis terkait mengapa perusahaan perlu
menerapkan teknologi baru dan berpikir realistis terkait manfaat apa yang akan
didapatkan dari teknologi baru tersebut.
Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan beberapa critical success factor yang dapat memicu kesuksesan penerapan ERP antara
lain: Manajemen Proyek, Penyesuaian Proses Bisnis, Pelatihan User, Infrastrukur Teknologi, Manajemen Perubahan, Manajemen Resiko, Dukungan Top Manajemen, Komunikasi, Komposisi dan
Kerja Tim, Keterlibatan User, penggunaan konsultan
serta tujuan dan sasaran yang jelas (Apriyadi & Sesnsuse,
2023). Perusahaan harus memperhatikan
critical success factor
untuk memaksimalkan proses implementasi ERP, sehingga ERP dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan dan membantu dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian
terdahulu yang mengkaji keberhasilan ERP belum menganalisis pentingnya peraturan
dimana peraturan tersebut menjadi aturan yang mandatory kepada Top Manajemen untuk mengimplementasikan
ERP. Penelitian ini berusaha mengisi kesenjangan tersebut untuk membuktikan
bahwa aturan yang mandatori kepada Top Managemen dalam implementasi ERP menentukan keberhasilan
implementasi. Diharapkan melalui
integrasi sistem dan proses, BUMN dapat mengurangi redudansi,
mempercepat alur kerja dan menghindari pemborosan sumber daya dimana hal tersebut akan meningkatkan efisiensi dan
produktivitas operasional perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
dari Sastrodiharjo dan Khasanah (2023) atas dimana menganalisis dan mengungkapkan eviden yang terjadi
dari implementasi ERP di BUMN Indonesia.
Dalam penelitian ini, studi
kasus di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, BUMN yang bergerak di industri konstruksi dimana dalam penelitian sebelumnya belum diadakan
penelitian Implementasi ERP disektor BUMN konstruksi. Industri konstruksi
mempunyai karakteristik khusus dimana melibatkan
banyak proses yang saling terkait, seperti pengadaan bahan, manajemen proyek,
penjadwalan tenaga kerja, keuangan, dan pengendalian kualitas (Bower, 2003). Industri konstruksi pada dasarnya sangat terfragmentasi
dan tidak terorganisir, banyak proses yang merupakan perilaku ad-hoc jangka panjang (Gavali & Halder,
2019). Dalam implementasi ERP PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk menggunakan SAP (System Application and Product in data processing).
SAP adalah market leader dalam pasar ERP, dan merupakan program perangkat lunak
yang paling disukai di antara perangkat lunak ERP yang lain. SAP ERP bersifat
global, proses instalasi dan penerapannya melalui tahapan yang sama di semua
organisasi di seluruh dunia (Hancerliogullari & Damar, 2021). Paket SAP yang digunakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
meliputi Project System (PS), Sales & Distribution (SD), Material Management
(MM), Finance & Controling (FICO) dan Human
Capital Management (HCM).
Berdasarkan uraian sebelumnya,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang paling menentukan
dalam keberhasilan implementasi ERP. Selain itu, penelitian ini juga akan
mengidentifikasi hambatan dan tantangan yang mungkin muncul selama implementasi
ERP serta merumuskan rekomendasi dan strategi yang dapat membantu organisasi
dalam mencapai kesuksesan dalam mengadopsi teknologi ERP khususnya disektor
industri konstruksi yang mempunyai karakteristik khusus.
Penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan pemahaman implementasi ERP yang lebih baik di Industri
Konstruksi dengan kemungkinan kegagalan
yang minimal. Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran yang berfokus pada
tahap implementasi yang unik dimana tidak ada
metodologi implementasi standar industri yang dikembangkan.
Enterprise Resource Planning (ERP)
Sistem
ERP didifinisikan sebagai sistem aplikasi perangkat lunak untuk perusahaan yang dirancang untuk mengelola sumber daya (material, sumber daya manusia, keuangan,
dll.) secara efektif dan efisien dengan menyediakan solusi total terintegrasi
untuk sistem informasi organisasi (Miller, 2017). Dalam sektor konstruksi
sistem ERP didifinisikan sebagai platform komputer
yang berbasis teknologi informasi yang memungkinkan integrasi berbagai proses
bisnis suatu organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan keuntungan perusahaan
dengan menggunakan satu database (Negahban,
2008).
Dalam pasar ERP memiliki beberapa merk software yang mendukung pengoperasian yang efisien dari Business Processes dengan cara mengintegrasikan aktivitas-aktivitas dari
keseluruhan bisnis. Beberapa jenis software ERP diantaranya yaitu, SAP, Oracle, IFS,
MFG/Pro dan QAD
Application2007.1. Setiap software mempunyai keunggulan-keungulan tertentu dan
biasanya ada beberapa perbedaan spesifik pada fitur-fitur yang ada di
masing-masing software.
Critical Success Factor
(CSF)
Didalam konteks ERP, critical success factor (CSF)
merupakan faktor – faktor kritikal yang perlu
diidentifikasi oleh perusahaan dengan benar agat
tidak terjadi kegagalan ketika ERP diterapkan. Selain itu Critical
Failure Factor (CFF)
digunakan untuk mengetahui faktor penyebab, mengapa, dan bagaimana hal tersebut
dapat mempengaruhi kegagalan dalam implementasi ERP, sehingga sangat penting
untuk membahas dan menganalisis CFF dalam implementasi ERP agar tidak terjadi
kesalahan yang pernah terjadi (Prasetyo et al., 2020). Berdasarkan studi yang ditemukan, terdapat banyak
perusahaan, khususnya perusahaan BUMN yang telah menerapkan ERP dan mereka juga
telah mempertimbangkan berbagai CSF sebagai alat untuk mencapai kesuksesan
penerapan ERP. Ada beberapa contoh CSF dalam penerapan ERP, antara lain yang dikategorikan dan dikelompokan menurut Critical
Success Factor (CSF) faktor
strategik dan takikal dalam mengimplementasikan ERP (Trinoverly et al., 2018). Faktor strategik merupakan faktor kritikal yang memiliki dampak jangka panjang
bagi organisasi dan mempunyai hubungan kuat dengan pengembangan
perusahaan yang sesuai dengan visi, misi,
kompetensi utama dari bisnis perusahaan
(Leyh & Thomschke,
2015). CSF strategik lebih mengarah ke faktor
organisasi seperti dukungan Top Manajemen karena adanya kebijakan
dari Peraturan Menteri
BUMN, penyesuaian proses bisnis,
keterlibatan pengguna, manajemen risiko, serta menajemen perubahan budaya. Sedangkan faktor taktikal merupakan faktor kritikan yang berhubungan dengan aspek jangka pendek
dan tujuan dari adanya penerapan ERP itu sendiri. Faktor
taktikal lebih berhubungan dengan faktor teknologi dan teknis penerpan ERP. Faktor taktikal meliputi manajemen
proyek ERP, pelatihan kepada user, penyiapan infrastrukur teknologi dan komunikasi serta penggunaan konsultan.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini analisis
yang diambil mengenai faktor-faktor keberhasilan (Critical Success Factor /CSF) dari implementasi Enterprise Resources Planning di
industri konstruksi dengan studi kasus di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang mengimplementasikan ERP SAP. Dari berbagai Critical Success Factor yang ada
penelitian ini menekankan pada 11 CSF yang dianggap
paling kritis tanpa mengkategorikan faktor strategik maupun faktor taktikal. Analisa deskriptif yang dilakukan peneliti dalam studi kasus ini dengan mengumpulkan
data yang berkaitan dengan pengembangan serta penggunaan sistem ERP dari para Top Manajemen, Tim Manajemen Proyek,
Konsultan, Staff IT serta para pengguna yang terlibat dalam operasional ERP. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner dengan skala
pengukuran interval dengan metode skala likert. Skala
likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap
subyek, obyek atau kejadian tertentu (Sekaran & Bougie, 2016). Jumlah
pertanyaan kuesioner sebanyak 41 pertanyaan tertutup dengan 39 pertanyaan mengenai tingkat setuju atau ketidaksetujuan dan 2 pertanyaan tertutup dengan pilihan
biasa. 39 pertanyaan tertutup dalam kuesioner adalah pernyataan positif sehingga
pemberian skor pernyataan dimulai dari angka 5,4,3,2,1. Jumlah skor atas
jawaban penyataan akan dihitung dengan menggunakan
metode interval skor persen. Total skor dari masing-masing item adalah
penjumlahan dari skor yang diberikan oleh responden dari item tersebut. Interprestasi skor dihitung dengan rumus index % yaitu
dengan cara total skor masing-masing item dikalikan jumlah responden
dibagi skor tertinggi skala likert dikali jumlah responden dikalikan %. Hasil index % kemudian diinterprestasikan
dalam rentang jarak 27% dalam 3 kategori yaitu rendah (20% - 46%), sedang (47%
- 73%) dan tinggi (74% - 100%).
Dari hasil analisis dan inteprestasi akan disimpulkan mengenai rekomendasi dan tindakan apa yang dibutuhkan dalam
menekankan critical success
factor dalam implementasi ERP.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel 1. Profil Responden
Dari 102 kuesioner yang dibagikan kepada mereka yang
terlibat implementasi ERP di lingkungan PT Wijaya Karya dan Konsultan ERP
melalui google form, jumlah
jawaban yang masuk sebanyak 71 jawaban. Tabel 1. Menjelaskan demogtafi responden yaitu dari hasil pengolahan kuesioner dengan jawaban yang dinyatakan sebagai
kuesioner yang valid. Pada kategori unit kerja sebanyak 62,32 % responden dari
Divisi operasi, 20,28% dari Divisi Finance, 8,70% dari Divisi ERP, 5,80% dari
Divisi Human Capital dan 2.90% dari Divisi pendukung lainnya. Untuk kategori
penempatan pegawai yang mengisi kuesioner sebanyak 42.03% di kantor pusat,
37.68% di Kantor Divisi dan 20.29% di Proyek. Untuk kategori jabatan yang
mengisi kuesioner 60.87% adalah staf yang berhubungan dengan ERP, 26.09%
sebagai Kepala Bagian / Kepala Seksi, 5.80% sebagai Manager,
4.35% sebagai Senior Manager dan 2.90% sebagai Senior
Vice President atay Vice President.
Pembahasan
Tujuan dan Sasaran
Sasaran dan tujuan yang jelas menjadi landasan utama atas
implementasi ERP. Berdasarkan hasil penelitaian pada Gambar 1. Pihak Top
Manajemen dan Manajemen Proyek telah melakukan komunikasi dan sosialisasi atas
pemahaman tujuan implementasi ERP yang akan meningkatkan efisiensi dengan
skor sebesar 87%, meningkatkan kinerja
86%, meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan
85%, menghilangkan duplikasi pekerjaan
84% dan meningkatkan integrasi bisnis perusahaan sebesar 86%. Dengan
rata-rata skor yang tinggi yaitu 86 %, menunjukan
bahwa PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah mengkomunikasikan tujuan dan sasaran implementasi
ERP dengan baik.
Komunikasi mengenai tujuan dan sasaran ERP harus tetap dipertahankan
karena manfaat ERP tidak secara cepat
dapat dirasakan oleh pengguna ERP. Hal ini dapat menjadikan kebosanan yang mengakibatkan kembali ke sistem
yang lama.
Gambar 1. Grafik Prosentase Skor CSF Sasaran dan Tujuan Implementasi
Dukungan Top Manajemen
Gambar 2. Grafik Prosentase Skor CSF Dukungan Top Manajemen
Peranan dan dukungan Top Manajemen merupakan faktor paling utama dalam kesuksesan implementasi. Dari hasil penelitian Gambar 2, dukungan Top Manajemen dalam implementasi ERP menghasilkan
skor: komitmen yang serius mendapat skor
87%, komitmen memberikan arahan 83%, Mengalokasikan sumber daya yang cukup
untuk implementasi 81%, selalu memonitor dan mengevaluasi progress
implementasi 83% serta implementasi menjadi KPI dari Top Manejemen
87%. Dengan skor rata-rata dengan
kategori tinggi sebesar 84% menunjukan Top Manajemen PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk telah mendukung secara serius dalam implementasi
SAP. Hal ini sejalan dengan PER-02/03/MBU/2023 yang menyatakan bahwa Top
Manajemen BUMN mempunyai kewajiaban dalam
implementasi teknologi informasi ERP.
Dukungan Top Manajemen tetap harus dipelihara
walaupun secara resmi implementasi diakhiri. Proses implementasi tidak pernah akan
benar-benar selesai dan sistem harus tetap dipelihara dan ditingkatkan kematangannya (Jaeger
et al., 2020).
Keterlibatan user
Gambar 3. Grafik Prosentase Skor CSF Keterlibatan User
Dalam Implementasi
ERP keterlibatan pengguna sejak awal akan lebih memudahkan penerimaan
atas sistem baru tersebut. Keterlibatan User dari
awal juga memudahkan dalam identifikasi kebutuhan User.
Output atas implementasi ERP yang sesuai dengan
kebutuhan User meningkatkan kepedulian dan kesuksesan
implementasi ERP.
Dari hasil penelitian diperoleh skor atas keterlibatan User dari awal sebesar 86%, dan User
terlibat aktif atas ouput yang ingin dicapai sebesar
84%. Rata-rata skor atas keterlibatan User sebesar
85% dalam kategori tinggi, hal ini menyatakan bahwa PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk telah melibatkan User dari awal implementasi dan
melibatkan dalam ouput yang yang
ingin dicapai.
Manajemen Perubahan
Gambar 4. Grafik Prosentase Skor CSF Manajemen Perubahan
Dalam implementasi ERP perubahan sistem dan budaya pasti
terjadi. Manajemen Perubahan merupakan komitmen
bersama dari top manajemen sampai
bawah untuk berubah. Perubahan ini terkadang tidak mudah karena menyangkut
kesiapan menerima budaya baru dan pemahaman tentang manfaat ERP yang kurang.
Dari hasil penelitian tingkat penerimaan atas penyesuaian
organisasi mendapat skor 84%, penyesuaian organisasi atas saran konsultan dan
kebutuhan ERP mendapat skor 79% dan penyesuaian yang didukung oleh Top
Manajemen mendapat skor 85%. Skor rata-rata diperoleh 83% dalam kategori
tinggi, hal ini menyatakan bahwa komitmen organisasi PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk untuk berubah dan menyesuaikan ERP cukup tinggi dan tidak mendapat
penolakan (AboAbdoa et al.,
2019).
Penyesuaian Proses Bisnis
Gambar 5. Grafik Prosentase Skor CSF Penyesuaian Proses Bisnis
Dalam implementasi ERP, pemahaman proses bisnis adalah
hal yang mendasar dalam melihat kesesuaian dengan paket ERP. PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk yang bergerak di bisnis konstruksi dengan karakteristik khusus,
penyesuaian proses bisnis harus lebih banyak dilakukan karena untuk menurunkan
tingkat kegagalan dan hasil ERP yang
tidak optimal. Penyesuaian proses bisnis juga untuk mengurangi proses kustomisasi yang membutuhkan waktu dan biaya.
Dari hasil penelitian, penyesuaian proses bisnis mendapat
skor 85%, penyesuaian proses bisnis sebelum implementasi mendapat skor 81%,
penyesuaian proses bisnis setelah implementasi mendapat skor 77% dan
penyesuaian proses bisnis menyesuaikan spesifikasi ERP mendapat skor 81%.
Rata-rata skor atas penyesuaian proses bisnis dengan implementasi ERP sebesar
81%dengan kategori tinggi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah dinilai
menyesuaikan proses bisnisnya agar relevan dengan implementasi ERP.
Manajemen Risiko
Gambar 6. Grafik Prosentase Skor CSF Manajemen Risiko
Kesadaran akan Management
Risiko sangat penting dalam implementasi ERP. Proses
yang sangat rumit dan komplek mempunyai
banyak risiko. Terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan akan menyebabkan kegagalan dalam implementasi. Identifikasi dan mitigasi risiko yang
baik harus sudah direncankana sebelumnya untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan. Penerapan SOP untuk atas berbagai kemungkinan juga perlu
diterapkan.
Dari hasil penelitian, skor atas identifikasi risiko
implementasi 77%, mitigasi
risiko 77% dan penerapan SOP dalam menghadapi risiko implementasi 86%. Skor
rata-rata diperoleh 80% dalam kategori tinggi, yang menyatakan pemahaman risiko
yang dihadapi atas implementasi sudah baik.
Manajemen Proyek
Gambar 7. Grafik Prosentase Skor CSF Manajemen Proyek
Dalam implementasi ERP, tim manajemen proyek merupakan
unit utama yang menjalankan proses implementasi. Tim manajemen proyek paling
intensif berkoordinasi dengan semua pihak terlibat. Tim manajemen proyek
harus mempunyai kompetensi dalam
menjembatani komunikasi dengan Top
Manajemen, konsultan maupun vendor
penyedia paket ERP. Tim manajemen proyek harus mampu menjelaskan tahapan
seluruh proses bisnis perusahaan kepada konsultan untuk diterjemahkan dalam paket ERP. Tim manajemen proyek harus
melakukan benchmarking dan melakukan best practice sehingga
implementasi dapat berjalan optimal baik di waktu pelaksanaan maupun anggaran
biaya.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil atas skor
kompetensi yang memadai sebesar 84%, menerapkan best practice dan benchmarking sebesar
84%, komitmen atas jadual dan target penyelesaian
85%, selalu mengkontrol dan memonitor kemajuan
implementasi sebesar 86%, mengkoordinasikan sumber daya sesuai jadual implementasi sebesar 83%. Skor rata-rata 84% dalam
kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa Tim Manajemen Proyek telah bekerja
dengan baik dan kompeten dalam berkoordinasi dan berkomunikasi dalam
implementasi ERP serta memastikan jadwal dan target waktu pelaksanaan.
Komunikasi
Gambar 8. Grafik Prosentase Skor CSF Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana dalam menyampaikan informasi
mengenai mengenai
tujuan dan manfaat Implementasi ERP keseluruh organisasi
perusahaan. Perubahan budaya
perusahaan akibat implementasi ERP dapat berjalan dengan baik apabila
komunikasi dapat berjalan secara efektif.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil skor atas komunikasi atas manfaat dan tujuan sebesar
90% dan komunikasi atas perubahan budaya akibat implementasi ERP sebesar 88%.
Skor rata-rata diperoleh sebesar 89% masuk dalam kategori tinggi, hal ini
menyatakan bahwa PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah mengkomunikasikan secara
efektif ke seluruh organisasi perusahaan atas manfaat dan tujuan dan perubahan
budaya perusahaan.
Pelatihan Kepada User
Gambar 9. Grafik Prosentase Skor CSF Pelatihan Kepada User
Pemahaman dan penguasaan atas ERP dapat dilakukan melalui pelaksanaan training bagi pengguna. Pelatihan dapat dilakukan sebelum
implementasi untuk mendukung kesiapan pelaksanaan (GoLive).
Waktu pelaksanaan pelatihan yang cukup dan metode pelatihan yang memadai akan
lebih meningkatkan pemahaman. Pelatihan dapat dilakukan internal maupun oleh
konsultan. Banyak implementasi ERP yang
gagal karena kurangnya pelatihan yang tepat bagi User.
Ketidakpahaman menjadikan User
enggan mengimplementasikan ERP dan mencoba kembali kepada sistem yang lama.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa skor
pelatihan yang dilakukan sebelum implementasi sebesar 88%, waktu pelatihan yang
cukup 78%, pelatihan yang meningkatkan pemahaman 88%, pelatihan yang dilakukan
oleh konsultan 85% dan infrastuktur pelatihan yang
memadai sebesar 86%. Skor rata-rata sebesar 85% dalam kategori tinggi, hal ini
menyatakan bahwa PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah melakukan pelatihan kepada
User sebelum implementasi dengan waktu yang cukup,
infrastruktur pelatihan yang cukup dan dilakukan oleh konsultan sehingga
menghasilkan pemahaman yang baik.
Infrastruktur Teknologi
Gambar 10. Grafik Prosentase Skor CSF Infrasturktur
Teknologi
Infrastrukur teknologi yang dipilih perusahaan juga merupakan faktor penting dalam kesuksesan
implementasi ERP. Pemilihan modul paket ERP harus mempertimbangkan dengan kesusaian dengan bisnis perusahan
sehingga proses kustomisasi dapat lebih minimal.
Seperti halnya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang bergerak di bisnis konstruksi
yang mempunyai karakteristik khusus. Pemilihan yang tidak mempertimbangkan
proses bisnis akan menjadikan paket ERP harus dikustomisasi
ulang dimana kemungkinan akan menambah waktu dan
biaya dalam proses implementasi. Seringkali proses kustomisasi juga menurunkan manfaat potensial dari paket
ERP.
Dari hasil penelitian tingkat kesesuaian paket ERP dengan
kebutuhan sesuai proses bisnis mendapat skor 79%. Sedangkan pendapat Paket ERP
akan mempengaruhi keberhasilan implementasi mendapat skor 82%. Dengan skor
rata-rata dengan kategori tinggi sebesar 81% menunjukan
infrastruktur teknologi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah sesuai dan
mendukung keberhasilan implementasi.
Penggunaan Konsultan
Gambar 11. Grafik Prosentase Skor CSF Penggunaan Konsultan
Penggunaan Konsultan yang
mempunyai pengalaman dalam
implementasi ERP industri yang sejenis
akan lebih mudah memahami proses bisnis dan
akan lebih mudah mengimplementasikan ERP
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Best Practise
yang mereka ketahui
dari pengalaman sebelumnya akan sangat membantu dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam implementasi.
Dari hasil penelitian diperoleh skor atas Konsultan yang
berpengalaman sebesar 79%, paham akan proses bisnis perusahaan sebesar 78% dan
melakukan implementasi dengan menerapakan pengalaman best practice sebesar 82%.
Rata-rata skor sebesar 80% termasuk kategori tinggi, hal ini menyatakan PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk menggunakan konsultan ERP yang berpengalaman dan
paham proses bisnis jasa konstruksi serta menerapkan best
practicenya.
Pendapat Responden
Dalam kuesioner telah disertakan 2 pertanyaan terbuka
mengenai pendapat kecukupan waktu ideal implementasi dan pendapat pribadi
mengenai tingkat kepuasan implementasi yang dirasakan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Gambar 12. Grafik Pendapat Jangka
Waktu Ideal Pelaksanaan Implementasi
Dari hasil penelitian diperoleh
hasil bahwa jangka waktu ideal pelaksanaan implementasi menurut pendapat
terbanyak responden adalah 9 sampai 12
bulan. Namu tidak ada patokan waktu ideal yang pasti
atas pelaksanaan implementasi SAP karena tergantung kerumitan proses bisnis
masing-masing perusahaan.
Gambar 13. Grafik Tingkat Kepuasan atas Pelaksanaan
Implementasi
Dari hasil penelitian diperoleh hasil tingkat kepuasan
atas pelaksanaan implementasi menurut pendapat responden 30% menyatakan sangat
puas, 49% puas dan 21% biasa-biasa saja. Hasil ini sejalan dengan hasil dari 11 Critical success faktor (CSF) dengan skor dengan kategori tinggi.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin puas pengguna ERP semakin besar pula minat
terhadap sistem (Hancerliogullari & Damar, 2021).
Kesimpulan
Berdasarkan 11 critical success faktor (CSF) yang dianalisis dengan analisa deskriptif
menyatakan bahwa semua critical success
faktor (CSF) mempunyai skor dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dalam implementasi ERP PT Wijaya Karya telah memperhatikan fakor-faktor yang
berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi ERP. Adanya peraturan yang
mewajibkan implementasi ERP menjadikan top manajemen lebih serius dalam
memberikan dukungan terhadap pelakasnaan
implementasi. Selain dukungan top manajemen, skor tinggi terdapat juga di CSF
komunikasi efekif, kejelasan tujuan dan sasaran,
keterlibatan pengguna, pelatihan dan Manajemen Proyek. Skor terendah terdapat
di penggunaan konsultan. Dari hasil semua CSF tersebut menunjukkan bahwa faktor manusia
adalah yang paling penting walaupun implementasi ERP sebenarnya adalah proses teknologi informasi.
BIBLIOGRAFI
AboAbdo, S., Aldhoiena, A., & Al-Amrib, H.
(2019). Implementing Enterprise Resource Planning ERP system in a large
construction company in KSA. Procedia Computer Science, 164,
463-470.
Apryadhi, F., & Sensuse, D. I. (2023). Analisis
Critical Success Factors (CSF) dari Implementasi Enterprise Resource Planning
(ERP): Studi Kasus PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Kilat, 12(1),
79-89. https://doi.org/10.33322/kilat.v12i1.2017
Bower, D. (Ed.). (2003). Management
of procurement. Thomas Telford.
Dewi, P.
P., & Asriani, N. L. P. (2019). Analisis Faktor-Faktor Kesuksesan Penerapan Enterprise
Resource Planning (ERP) Pada Perusahaan Pengguna ERP
Wilayah Bali. Jurnal Riset Akuntansi Mercu Buana, 5(1),
39-48.
Gavali, A.,
& Halder, S. (2020). Identifying critical success factors of ERP in the
construction industry. Asian Journal of Civil Engineering, 21(2),
311-329. Http://doi.org/10.1007/s42107-019-00192-4
Hancerliogullari, K. G., &
Damar, S. (2022). An empirical evaluation of a modified technology acceptance
model for SAP ERP system. Engineering Management Journal, 34(2),
201-216. 10.1080/10429247.2020.1860415
Jæger, B., Bruckenberger, S. A., & Mishra, A. (2020). Critical
success factors for ERP consultancies. A case study. Scandinavian
Journal of Information Systems, 32(2), 7.
Kouriati, A., Bournaris,
T., Manos, B., & Nastis, S. A. (2020). Critical
Success Factors on the Implementation of ERP Systems: Building a Theoretical
Framework. International Journal of Advanced Computer Science and
Applications, 11(11).
Kumar, G.
(2023). Critical success factors of adopting an enterprise system for
pharmaceutical drug traceability. Universal Journal of Pharmacy and
Pharmacology, 3-10. 10.31586/ujpp.2023.738
Leyh, C.,
& Thomschke, J. (2015, September). Critical
success factors for implementing supply chain management systems-the
perspective of selected German enterprises. In 2015 Federated
Conference on Computer Science and Information Systems (FedCSIS) (pp.
1403-1413). IEEE.
Malik, M. O., & Khan, N.
(2021). Analysis of ERP implementation to develop a strategy for its success in
developing countries. Production Planning & Control, 32(12),
1020-1035.
Manggala, A. P., &
Yustanti, W. (2020). Analisis Investasi Aplikasi Enterprise Resource Planning
(Erp) Menggunakan Metode Costbenefit Analysis Pada Pt Xyz. Jurnal
Manajemen Informatika, 10(2), 56-64.
Miller, L. & Ali, M. (2017).
ERP System Implementation in Large Enterprises - A Systematic Literature
Review. Journal of Enterprise Information Management, 30(4). http://dx.doi.org/10.1108/JEIM-07-2014-0071
Negahban, M. B.
(2017). Analysis of the Relationship between Scientific Outputs and the Number
of Patents in Leading Countries. Scientometrics
Research Journal, 3(1), 109-119.
Prasetyo, S. J.,
Lubis, M., Witjaksono, R. W., & Azizah, A. H. (2019, October). Critical failure factors in
enterprise resource planning (ERP) implementation: case study of PT. Toyota
astra motor Indonesia. In 2019 Fourth International Conference on
Informatics and Computing (ICIC) (pp. 1-5). IEEE.
Ramesh,
N., & Delen, D. (2021). Digital transformation:
How to beat the 90% failure rate?. IEEE
engineering management review, 49(3), 22-25. 10.1109/EMR.2021.3070139.IEEE
Sastrodiharjo, I.,
& Khasanah, U. (2023). Is it the end of
enterprise resource planning? evidence from Indonesia state-owned enterprises
(SOEs). Cogent Business & Management, 10(2),
2212499. 10.1080/23311975.2023.2212499
Sekaran,
U., & Bougie, R. (2016). Research
Methods For Business, A Skill Building Approach. John Wiley & Sons.
Trinoverly, Y., Handayani,
P. W., & Azzahro, F. (2018, September). Analyzing
the benefit of ERP implementation in developing country: a state
owned company case study. In 2018 International Conference on
Information Management and Technology (ICIMTech) (pp.
75-80). IEEE.
Wang, E.
T., Lin, C. C. L., Jiang, J. J., & Klein, G. (2007). Improving enterprise
resource planning (ERP) fit to organizational process through knowledge
transfer. International journal of information management, 27(3),
200-212.
Copyright
holder: Mohamad Rifai Afif, Khomsiyah (2024) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |