Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No.
9, September 2024
MODEL
PENURUNAN INTENTION TO LEAVE MELALUI KERANGKA KERJA PENGUATAN EMPLOYEE
ENGAGEMENT
Penelitian merupakan literatur review yang menganalisis model peningkatan penurunan intention to leave melalui kerangka kerja penguatan employee engagement.
Permasalahan dalam penelitian
ini didasarkan adanya fenomena gap
yaitu tingginya intention to leave tenaga kesehatan pada Klinik Pratama di Kota
Semarang dan riset gap tentang upaya
untuk menurunkan intention to leave. Pada penelitian ini hanya dilakukan
penelitian untuk tenaga kesehatan Klinik Pratama Kapitasi
5000 se Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan
analisis Structural Equity Modelling (SEM), dengan menggunakan AMOS, untuk
mengetahui apakah model yang digambarkan sesuai dengan realitas yang
sebenarnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa workplace relationship quality,
psychological empowerment
leadership, dan meaningful
work berpengaruh terhadap employee engagement.
Pada penelitian ini kontribusi terbesar adalah meaningful work, meaningful work merupakan variabel yang dominan
mempengaruhi employee engagement.
Model
penelitian tentang pengaruh workplace
relationship quality, psychological leadership
empowerment dan meaningful
work terhadap employee
engagement dalam menurunkan intention
to leave layak diteliti
dengan model yang fit menurut SEM. Hasil penelitian ini mempertegas hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil bahwa workplace relationship
quality, psychological empowerment leadership
dan meaningful work mempengaruhi employee engagement dalam menurunkan intention to leave.
Kata
Kunci: workplace relationship quality, psychological empowerment leadership, meaningful work, employee engagement, intention to leave
The research is a literature review that analyzes models
of increasing and decreasing intention to leave through a framework for strengthening employee engagement. The problem in this
research is based on the gap phenomenon,
namely the high intention
to leave of health workers at the Pratama Clinic in Semarang City
and gap research regarding efforts to reduce intention to leave. In this research, research
was only conducted for employees of the Pratama Kapitasi 5000 Clinic in Semarang
City. This research uses Structural Equity Modeling (SEM) analysis, using AMOS, to find out whether
the model described corresponds to actual reality. The results of this research show that workplace relationship quality, psychological empowerment leadership, and meaningful work influence employee engagement. In this research, the
biggest contribution is meaningful work, meaningful work is the dominant variable influencing employee engagement. The research
model regarding the influence of workplace
relationship quality, psychological
leadership empowerment and meaningful work on employee engagement in reducing intention to leave is worthy of research with a model that
is fit according to SEM. The results
of this research confirm the results of previous research that showed the results that workplace
relationship quality, psychological
empowerment leadership and meaningful work influence employee engagement in reducing intention
to leave.
Keywords: workplace relationship
quality, psychological empowerment leadership, meaningful work, employee engagement, intention to leave
Kesehatan merupakan
hak dasar setiap individu dan bagian penting dalam pembangunan guna mencapai kesejahteraan
masyarakat. Upaya pembangunan
di bidang kesehatan merupakan elemen integral dalam pembangunan nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keinginan, serta kemampuan hidup sehat bagi
seluruh masyarakat guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP) berperan sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan kesehatan dan menjadi pusat keanggotaan
BPJS. Menurut
Klinik dituntut untuk memiliki daya saing dalam
hal kualitas layanan yang diberikan.
Masyarakat yang semakin cerdas
dan berpendidikan tinggi mengakibatkan meningkatnya ekspektasi mereka terhadap kualitas layanan kesehatan. Memenuhi harapan konsumen menjadi prioritas utama dalam penyediaan jasa pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien dapat dicapai
ketika kualitas layanan rumah sakit
dan klinik sesuai dengan ekspektasi pasien
Keunggulan Klinik Pratama
sangat bergantung pada keunikan
dan kualitas layanan yang dihadirkan oleh organisasi tersebut. Layanan yang diberikan harus berfokus pada kebutuhan dan keinginan pasien karena pengalaman langsung pasien akan segera dinilai,
apakah sesuai atau tidak dengan
harapan mereka. Kualitas layanan harus dimulai dari
kebutuhan pasien dan diakhiri dengan persepsi mereka
Tantangan yang dihadapi perusahaan dalam Revolusi Industri 4.0 menjadi topik yang sering dibahas dan mempengaruhi perubahan serta aktivitas sumber daya manusia.
Dalam menjalankan operasional, setiap perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kualitas serta kompetensi yang unggul.
Salah satu alasan utama munculnya
masalah di perusahaan adalah konflik yang timbul karena perbedaan
pemikiran atau keragaman yang ada, seperti perbedaan usia, gender, suku, ras, dan lain-lain
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Peneliti
mendapatkan akses data internal perusahaan mengenai kondisi turnover
tenaga kesehatan. Berdasarkan data tersebut, jumlah tenaga kesehatan Klinik
Pratama yang mengundurkan diri terbanyak pada tahun 2021 yakni sebanyak 36
orang dengan didominasi keterangan habis kontrak. Kemudian pada tahun 2022
total tenaga kesehatan yang resign sebanyak 31
orang dengan keterangan mengundurkan diri, mangkir dan habis kontrak. Dan yang
terakhir pada tahun 2023 total tenaga kesehatan yang resign sebanyak
15 orang dengan mayoritas keterangan habis kontrak. Gejala-gejala intention to leave diantaranya mulai
sering absen, tidak menghiraukan evaluasi dan masukan, kesulitan
berkonsentrasi, selalu utarakan ketidakpuasan dan sebagainya.
Niat untuk meninggalkan pekerjaan (intention to leave) sering
kali menjadi indikator awal terjadinya turnover, karena terdapat hubungan yang signifikan antara niat tersebut
dengan keputusan untuk keluar yang diambil oleh tenaga kesehatan
Employee engagement
dipengaruhi oleh workplace
relationship quality (Ehrhardt, 2018), meaningful work
Penelitian ini
didasarkan adanya research gap,
Penelitian ini
penting dilakukan dengan menambahkan employee engagement sebagai
variabel intervening
Penelitian ini
merupakan jenis explanatory
research yang menguji pengaruh
workplace relationship quality, Psychological Empowerment Leadership, dan
meaningful work terhadap employee engagement serta dampaknya terhadap intention to leave
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini
menggunakan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM). Model teoritis yang telah digambarkan pada diagram jalur sebelumnya akan dianalisis berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Dalam analisis SEM, matriks kovarians digunakan sebagai input, dan estimasi dilakukan menggunakan metode maximum
likelihood. Pemilihan input berupa
matriks kovarians dilakukan karena matriks ini memungkinkan
perbandingan yang valid antar
populasi atau sampel yang berbeda, yang terkadang tidak memungkinkan ketika menggunakan matriks korelasi.
Sebelum membangun full model SEM, dilakukan terlebih dahulu pengujian terhadap faktor-faktor yang membentuk setiap variabel menggunakan model analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis). Kesesuaian model (goodness of fit) dalam confirmatory factor analysis juga akan
diuji. Dengan menggunakan program AMOS, ukuran-ukuran
kesesuaian model akan terlihat dalam output, dan dari hasil ini
dapat disimpulkan apakah model yang dikembangkan memiliki tingkat kecocokan yang baik berdasarkan ukuran goodness of
fit yang diperoleh. Pengujian
kesesuaian ini dilakukan terlebih dahulu pada model confirmatory factor analysis.
Analisis dengan SEM dilakukan secara bertahap. Jika model yang diajukan
belum memenuhi kriteria kecocokan (fit), maka model tersebut perlu direvisi. Revisi model SEM diperlukan jika terdapat masalah
yang terdeteksi dari hasil analisis, seperti ketidakmampuan model yang
dikembangkan dalam menghasilkan estimasi unik. Apabila masalah-masalah
ini muncul dalam analisis SEM, hal ini menunjukkan
bahwa data penelitian tidak mendukung model struktural yang diajukan. Oleh karena itu, revisi
model diperlukan dengan mengembangkan teori lebih lanjut untuk
membentuk model yang baru.
Pengujian Asumsi SEM
Pengujian selanjutnya adalah melihat tingkat normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini adalah dengan
mengamati nilai skewness data yang digunakan,
apabila nilai CR pada skewness data berada pada rentang antara + 2.58 pada tingkat
signifikansi 0.01. Uji normalitas data untuk melihat ada tidaknya nilai ekstrim yang menyebabkan hasil penelitian menjadi bisa. Hasil pengujian normalitas data ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Normalitas Data
Variable |
min |
max |
skew |
c.r. |
kurtosis |
c.r. |
y2.5 |
2 |
5 |
0,275 |
1,447 |
-0,671 |
-1,765 |
y2.4 |
2 |
5 |
0,158 |
0,834 |
-0,717 |
-1,884 |
y2.3 |
2 |
5 |
0,118 |
0,623 |
-0,86 |
-2,262 |
y2.2 |
2 |
5 |
0,046 |
0,241 |
-0,853 |
-2,243 |
y2.1 |
2 |
5 |
0,245 |
1,286 |
-0,887 |
-2,332 |
y1.6 |
1 |
5 |
-0,259 |
-1,36 |
-0,148 |
-0,39 |
y1.5 |
1 |
5 |
-0,292 |
-1,534 |
-0,385 |
-1,012 |
y1.4 |
1 |
5 |
-0,35 |
-1,84 |
-0,261 |
-0,686 |
y1.3 |
1 |
5 |
-0,285 |
-1,5 |
-0,595 |
-1,564 |
y1.2 |
1 |
5 |
-0,31 |
-1,632 |
-0,334 |
-0,88 |
y1.1 |
2 |
5 |
-0,202 |
-1,064 |
-0,762 |
-2,005 |
x3.1 |
1 |
5 |
-0,318 |
-1,671 |
-0,175 |
-0,461 |
x3.2 |
1 |
5 |
-0,459 |
-2,414 |
0,103 |
0,27 |
x3.3 |
1 |
5 |
-0,325 |
-1,708 |
-0,209 |
-0,549 |
x3.4 |
2 |
5 |
-0,119 |
-0,628 |
-0,827 |
-2,174 |
x2.1 |
1 |
5 |
-0,406 |
-2,134 |
-0,698 |
-1,837 |
x2.2 |
1 |
5 |
-0,405 |
-2,129 |
-0,451 |
-1,186 |
x2.3 |
1 |
5 |
-0,377 |
-1,986 |
-0,199 |
-0,523 |
x2.4 |
1 |
5 |
-0,484 |
-2,546 |
-0,448 |
-1,179 |
x1.1 |
1 |
5 |
-0,457 |
-2,406 |
0,124 |
0,327 |
x1.2 |
1 |
5 |
-0,482 |
-2,533 |
-0,256 |
-0,674 |
x1.3 |
1 |
5 |
-0,388 |
-2,039 |
-0,569 |
-1,497 |
x1.4 |
1 |
5 |
-0,463 |
-2,437 |
-0,093 |
-0,244 |
Multivariate |
|
|
|
|
2,561 |
1,236 |
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada Tabel 1, tidak ditemukan nilai C.R. untuk skewness yang berada di luar rentang +2.58. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi persyaratan normalitas, atau dengan kata lain, data penelitian tersebut terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini tidak ada jawaban responden yang ekstrem yang dapat menyebabkan hasil penelitian menjadi bias.
Evaluasi outlier perlu
dilakukan karena meskipun data yang dianalisis tidak menunjukkan adanya outlier pada tingkat univariat, observasi tersebut dapat menjadi outlier ketika variabel dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (Mahalanobis
Distance) dihitung untuk
setiap observasi, yang menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam ruang multidimensional (Ferdinand, 2002). Uji Mahalanobis digunakan untuk mengidentifikasi apakah ada outlier dari jawaban responden.
Untuk menghitung Mahalanobis Distance berdasarkan nilai chi-square pada derajat kebebasan 23 (indikator) dengan tingkat signifikansi p<0.001 adalah
χ²(23, 0.001) = 51.129 (berdasarkan tabel distribusi). Berdasarkan hasil analisis data, jarak Mahalanobis maksimal adalah 45,513. Oleh karena itu, dalam analisis
ini tidak ditemukan adanya outlier atau jawaban responden
yang tergolong outlier.
Langkah berikutnya adalah menguji apakah ada multikolineritas
dan singularitas dalam kombinasi variabel. Uji ini dilakukan untuk
melihat apakah terdapat hubungan antar variabel independen. Indikasi adanya multikolineritas dan singularitas dapat dilihat dari nilai
determinan matriks kovarians yang sangat kecil atau mendekati nol. Dari hasil pengolahan data nilai determinan matriks kovarians sample adalah :
Determinant of sample covariance matrix = 10,000
Berdasarkan hasil
analisis data, nilai determinan matriks kovarians sampel adalah 10.000, yang menunjukkan nilai yang jauh dari nol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas
atau singularitas dalam data penelitian, serta tidak ditemukan
adanya pengaruh antar variabel independen.
Pada tahap akhir, model yang dihasilkan akan diinterpretasikan, dan jika diperlukan, dilakukan modifikasi terhadap model yang tidak memenuhi syarat pengujian. Setelah estimasi model, residual yang dihasilkan
harus kecil atau mendekati nol, dan distribusi frekuensi kovarian residual harus bersifat simetris. Batas aman untuk jumlah residual adalah 5%. Jika jumlah residual melebihi 5% dari seluruh residual kovarians yang dihasilkan oleh model, modifikasi
harus dipertimbangkan dengan dasar teori
yang jelas. Jika nilai
residual yang dihasilkan oleh model cukup besar (>2.58), modifikasi model juga dapat dilakukan dengan menambahkan jalur baru ke model estimasi.
Cut-off value sebesar ±2.58 digunakan
untuk menilai apakah residual yang dihasilkan signifikan. Uji standardized residual covariances dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh antar
indikator yang memerlukan modifikasi model. Berdasarkan hasil yang diolah melalui program AMOS, tidak ditemukan pengaruh antar indikator, sehingga modifikasi model tidak diperlukan, dengan semua nilai
standardized residual covariances indikator berada di bawah 2.58.
Hasil uji reliabilitas dan variance
extract disajikan pada Tabel
2. Uji reliabilitas dilakukan
untuk memastikan apakah kuesioner masih layak digunakan.
Jika nilai cronbach alpha lebih dari 0.6, maka instrumen dianggap reliable. Uji validitas dilakukan untuk menilai apakah responden memahami kuesioner yang diberikan. Jika nilai validitas lebih dari 0.4, maka instrumen tersebut dianggap valid.
Tabel
2. Reliability
dan
Variance Extract
Variabel |
Reliability |
Variance Extract |
Workplace
relationship Quality |
0,839 |
0,654 |
Psychological
empowerment leadership |
0,867 |
0,674 |
Meaningful
work |
0,854 |
0,680 |
Employee
engagement |
0,904 |
0,677 |
Intention
to leave |
0,881 |
0,679 |
Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap
masing-masing variabel laten atas dimensi-dimensi pembentuknya semua variabel menunjukkan bahwa instrumen pengukuran tersebut reliabel, karena masing-masing memiliki nilai reliabilitas di atas 0,6. Hal ini mengindikasikan bahwa kuesioner yang digunakan masih layak untuk digunakan.
Hasil uji variance extract juga menunjukkan
bahwa masing-masing variabel
laten telah memberikan hasil ekstraksi yang signifikan dari dimensi-dimensinya. Ini ditunjukkan oleh nilai variance
extract setiap variabel
yang lebih dari 0,4, yang mengindikasikan bahwa responden memahami dengan baik jawaban
dari kuesioner penelitian.
Tahap berikutnya adalah melakukan analisis Structural
Equation Model (SEM) dalam bentuk
full model, setelah sebelumnya
dilakukan analisis tingkat unidimensionalitas dari indikator-indikator pembentuk variabel laten yang diuji melalui confirmatory factor
analysis. Analisis hasil pengolahan data pada tahap full
model SEM dilakukan dengan menguji kesesuaian model serta uji statistik. Hasil dari pengolahan data untuk full model SEM disajikan dalam Gambar 1, Tabel 3, dan Tabel 4.
Gambar 2. Hasil Pengujian
Structural Equation Model (SEM)
Uji terhadap hipotesis
model menunjukkan bahhwa model ini sesuai dengan data atau fit terhadap data yang digunakan dalam penelitian adalah seperti telihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 3. Hasil Pengujian Kelayakan
Model Structural
Equation Model (SEM)
Goodness of
Fit Indeks |
Cut-off Value |
Hasil Analisis |
Evaluasi
Model |
Chi – Square |
Kecil
( < 311.776) |
249,946 |
Baik |
Probability
|
³ 0.05 |
0,104 |
Baik |
RMSEA |
£ 0.08 |
0,027 |
Baik |
GFI |
³ 0.90 |
0,887 |
Marginal |
AGFI |
³ 0.90 |
0,860 |
Marginal |
TLI |
³ 0.95 |
0,987 |
Baik |
CFI |
³ 0.95 |
0,985 |
Baik |
Sumber
: Data penelitian yang diolah
Berdasarkan Tabel 3, penggunaan kerangka teoritis dalam model telah sesuai dengan realitas
yang ada, di mana nilai probabilitas sebesar 0,274 menunjukkan bahwa model tersebut telah dievaluasi dengan baik.
Untuk uji statistik yang mengevaluasi hubungan antar variabel, uji ini akan digunakan sebagai dasar untuk
menjawab hipotesis penelitian yang diajukan. Pengujian statistik hasil analisis SEM dilakukan dengan memeriksa tingkat signifikansi hubungan antar variabel yang ditunjukkan oleh nilai probabilitas (p) dan Critical Ratio (CR) dari setiap hubungan
antar variabel. Proses pengujian statistik ini disajikan dalam
Tabel 4.
Tabel
4. Standardized Regression
Weight
|
|
|
Estimate |
Employee_Engagement |
<--- |
Workplace_Relationship_Quallity |
0,274 |
Employee_Engagement |
<--- |
Psychological_Empowerment_Leadership |
0,225 |
Employee_Engagement |
<--- |
Meaningful_Work |
0,42 |
Intention_to_Leave |
<--- |
Employee_Engagement |
-0,675 |
x1.4 |
<--- |
Workplace_Relationship_Quallity |
0,737 |
x1.3 |
<--- |
Workplace_Relationship_Quallity |
0,733 |
x1.2 |
<--- |
Workplace_Relationship_Quallity |
0,797 |
x1.1 |
<--- |
Workplace_Relationship_Quallity |
0,746 |
x2.4 |
<--- |
Psychological_Empowerment_Leadership |
0,813 |
x2.3 |
<--- |
Psychological_Empowerment_Leadership |
0,746 |
x2.2 |
<--- |
Psychological_Empowerment_Leadership |
0,793 |
x2.1 |
<--- |
Psychological_Empowerment_Leadership |
0,803 |
x3.4 |
<--- |
Meaningful_Work |
0,766 |
x3.3 |
<--- |
Meaningful_Work |
0,769 |
x3.2 |
<--- |
Meaningful_Work |
0,792 |
x3.1 |
<--- |
Meaningful_Work |
0,764 |
y1.1 |
<--- |
Employee_Engagement |
0,779 |
y1.2 |
<--- |
Employee_Engagement |
0,797 |
y1.3 |
<--- |
Employee_Engagement |
0,712 |
y1.4 |
<--- |
Employee_Engagement |
0,819 |
y1.5 |
<--- |
Employee_Engagement |
0,769 |
y1.6 |
<--- |
Employee_Engagement |
0,822 |
y2.1 |
<--- |
Intention_to_Leave |
0,769 |
y2.2 |
<--- |
Intention_to_Leave |
0,784 |
y2.3 |
<--- |
Intention_to_Leave |
0,728 |
y2.4 |
<--- |
Intention_to_Leave |
0,727 |
y2.5 |
<--- |
Intention_to_Leave |
0,872 |
Tabel diatas menunjukkan besarnya pengaruh indikator terhadap
variabelnya yang menunjukkan kategori tinggi dimana
semuanya menunjukkan angka diatas 0,70.
Setelah semua asumsi dapat dipenuhi,
selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana diajukan pada bab
sebelumnya. Pengujian 4 hipotesis penelitian ini dilakukan berdasarkan nilai Critical Ratio (CR)
dari suatu hubungan kausalitas dari hasil pengolahan SEM sebagaimana pada tabel
5 berikut.
Tabel 5. Regression Weight Structural Equational Model
|
|
|
Estimate |
S.E. |
C.R. |
P |
Employee_ Engagement |
<--- |
Workplace_Relationship_Quallity |
0,275 |
0,081 |
3,375 |
0,000 |
Employee_ Engagement |
<--- |
Psychological_Empowerment_Leadership |
0,208 |
0,078 |
2,67 |
0,008 |
Employee_ Engagement |
<--- |
Meaningful_Work |
0,462 |
0,094 |
4,924 |
0,000 |
Intention_to_Leave |
<--- |
Employee_Engagement |
-0,675 |
0,092 |
-7,35 |
0,000 |
Dari hasil pengujian diperoleh bahwa semua
nilai CR berada di atas 1,96 atau dengan probabilitas yang lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian semua Hipotesis diterima.
Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari
CR variabel workplace relationship quality terhadap employee engagement adalah sebesar 3,375 dan
dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai probabilitas = 0,000 < 0,05,
menandakan bahwa workplace relationship quality mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap employee engagement. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa H1 diterima.
Workplace relationship quality yang baik mampu membuat keterikatan hubungan yang kuat antar tenaga
kesehatan, sehingga untuk mendapatkan employee engagement yang kuat dari suatu organisasi perlu
meningkatkan kualitas hubungan ditempat kerja yang
baik. Workplace relationship quality mampu membuat tenaga kesehatan terikat secara
organisasi dalam waktu yang lama. Sebagaimana asumsi yang ada pada teori expectancy atau teori harapan oleh Vroom, bahwa ketika individu berada di tempat kerja, mereka
memiliki harapan harapan yang dipersepsikan. Salah
satu harapan yang dicari oleh individu sebagai makhluk sosial adalah kualitas
hubungan kerja. Jika harapan akan adanya kualitas hubungan kerja yang baik,
yang di tandai dengan peluang untuk mengembangkan kemampuan, mendapat dukungan
emosional dari rekan kerja, serta mendapatkan motivasi kerja dari hasil workplace relationship
ini terpenuhi, maka individu tersebut akan memberikan timbal balik yang
positif. Salah satu timbal balik positif adalah meningkatya
keterikatan kerja yang ditandai dengan kesediaan untuk membantu organisasi
mencapai tujuan besarnya dengan bersedia membantu rekan kerja, bersedia
menyelesaikan tugas tugas baru yang menantang, fokus
dalam melaksanakan tugas dan terlibat secara fisik dan mental dalam
menyelesaikan pekeraan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Ehrhardt, (2018) yang
menunjukkan bahwa workplace relationship quality berpengaruh signifikan positif terhadap employee engagement.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai CR untuk variabel psychological
empowerment leadership terhadap employee
engagement adalah sebesar
2,670 dengan nilai probabilitas sebesar 0,008.
Karena nilai probabilitas ini lebih kecil
dari 0,05 (0,008 < 0,05), hal
ini menunjukkan bahwa psychological empowerment leadership memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap employee engagement. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis H2 diterima.
Gaya kepemimpinan yang berfokus pada pemberdayaan psikologis tenaga kerja, seperti memberikan makna kerja, mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan, mengekspresikan kepercayaan pada kinerja tinggi seluruh tenaga kesehatan, serta memberikan otonomi dalam mengatasi kendala birokrasi, dapat membuat tenaga
kesehatan merasa bahwa pemimpinnya memberikan kepercayaan penuh. Ini berpotensi
meningkatkan keterikatan tenaga kesehatan terhadap organisasi. Individu yang merasa sepenuhnya diberdayakan oleh pemimpin mereka akan lebih jarang
berpikir untuk meninggalkan organisasi dan cenderung tidak mencari alternatif pekerjaan lain, bahkan berusaha memberikan yang terbaik bagi organisasi.
Hal ini sejalan
dengan kerangka dasar teori Harapan Vroom, yang menyatakan bahwa ketika individu mendapatkan sesuatu atas kontribusinya, seperti dukungan pemberdayaan dari pemimpin, mereka akan cenderung memberikan timbal balik kepada organisasi dalam bentuk kesediaan
untuk mengambil tugas baru, membantu
rekan kerja, mengidentifikasi tantangan dan peluang, serta lebih fokus dalam
melaksanakan tugas yang mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Penelitian ini mendukung temuan
Papalexandris (2018), yang juga menyatakan
bahwa psychological empowerment leadership memiliki pengaruh positif signifikan terhadap employee engagement. Ketika kepemimpinan pemberdayaan psikologis dilakukan dengan baik, misalnya
melalui peningkatan makna kerja, partisipasi
dalam pengambilan keputusan, dan keyakinan terhadap kinerja tinggi, keterikatan tenaga kesehatan terhadap organisasi akan semakin kuat.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai CR untuk variabel meaningful work
terhadap employee engagement adalah sebesar 4,924, dengan nilai probabilitas
sebesar 0,000. Karena nilai
probabilitas ini lebih kecil dari
0,05 (0,000 < 0,05), maka hal
ini menunjukkan bahwa meaningful work memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap employee
engagement. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa hipotesis H3 diterima.
Meaningful work mengacu pada
nilai atau tujuan yang dianggap penting dan bernilai oleh individu berdasarkan standar mereka sendiri. Hal ini mencerminkan adanya minat intrinsik individu terhadap suatu tugas atau
pekerjaan, terutama jika pekerjaan tersebut selaras dengan nilai-nilai yang diyakini oleh individu tersebut dalam menjalankan perannya. Ketika individu merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan memiliki makna yang berharga, mereka akan lebih terikat
dengan profesi serta tempat kerja
mereka. Jika individu merasa bahwa pekerjaan
yang mereka tekuni dapat mengembangkan potensi dirinya (mengembangkan inner self), membantu
mereka merasakan empati terhadap orang lain, serta sesuai dengan
kompetensi dan potensi yang
dimiliki, maka keterikatan mereka terhadap organisasi akan meningkat.
Hasil penelitian ini mendukung temuan
Ahmed et al. (2016) yang menunjukkan bahwa meaningful work memiliki pengaruh positif signifikan terhadap employee
engagement.
Dari hasil
perhitungan yang diperoleh dari CR variabel employee engagement terhadap intention to leave
adalah sebesar -7,350 dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai
probabilitas = 0,000 < 0,05, menandakan bahwa employee engagement mempunyai pengaruh negatif
dan signifikan terhadap intention to leave. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa H4 diterima.
Tenaga kesehatan yang memiliki keterikatan yang kuat dengan
organisasi mempunyai keinginan untuk terus menjadi bagian organisasi. Tenaga
kesehatan atau individu yang memiliki keterikatan dengan organisasi dalam
bentuk kesediaan untuk mengerjakan tugas tugas baru
yang menantang, melibatkan fisik dan mental dalam menyelesaikan pekerjaan, dan
membantu rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan akan cenderung untuk tetap
tinggal di organisasi. Sehingga, semakin
tinggi employee engagement
maka semakin rendah intention to leave. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian Chrisdiana dan Rahardjo, (2017) yang menunjukkan bahwa
employee engagement berpengaruh signfiikan negatif
terhadap intention to
leave
Tabel 5. Hasil Penerimaan Hipotesis
No |
Hipotesis |
Hasil Hipotesis |
1 |
Workplace
relationship quality
berpengaruh positif signifikan terhadap employee
engagement |
Diterima |
2 |
Psychological
empowerment leadership
berpengaruh positif signifikan terhadap employee
engagement |
Diterima |
3 |
Meaningful
work berpengaruh positif signifikan
terhadap employee engagement |
Diterima |
4 |
Employee
engagement
berpengaruh negatif signifikan terhadap intention
to leave |
Diterima |
Pengujian mediasi dijelaskan
melalui uji sobel test.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa employee engagement memediasi pengaruh antara psychological leadership quality dengan intention to leave yang ditunjukkan dengan perhitungan kalkulator sobel sebagai berikut:
A
SEA
A |
: |
0,208 |
|
||
B |
: |
-0,675 |
|
||
SEA |
: |
0,078 |
|
||
SEB |
: |
0,092 |
|
||
Sobel test statistic |
: |
-2.50626031 |
|||
One-tailed probability |
: |
0.00610079 |
|||
Two-tailed probability |
: |
0.01220158 |
|||
Berdasarkan kalkulator
sobel dijelaskan bahwa, nilai sobel
test statistik -2,506 diatas
1,96 dan nilai probability dibawah
0,05 yaitu sebesar 0,00610 artinya employee engagement bisa memediasi
pengaruh antara psychological leadership quality dengan intention to leave.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa employee engagement memediasi pengaruh antara workplace relationship quality dengan intention to leave
B
SEB A
SEA
A |
: |
0,275 |
|
||
B |
: |
-0,675 |
|
||
SEA |
: |
0,081 |
|
||
SEB |
: |
0,092 |
|
||
Sobel test statistic |
: |
-3.08117467 |
|||
One-tailed probability |
: |
0.00103093 |
|||
Two-tailed probability |
: |
0.00206186 |
|||
Berdasarkan kalkulator
sobel dijelaskan bahwa, nilai sobel
test statistik -3,081
diatas 1,96 dan nilai
probability dibawah 0,05 yaitu
sebesar 0,00206 artinya employee engagement bisa memediasi pengaruh antara workplace
relationship quality dengan intention to leave
Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa employee engagement memediasi pengaruh antara meaningful work dengan intention to leave yang ditunjukkan dengan perhitungan kalkulator sobel sebagai berikut:
A |
: |
0,462 |
|
||
B |
: |
-0,675 |
|
||
SEA |
: |
0,094 |
|
||
SEB |
: |
0,092 |
|
||
Sobel test statistic |
: |
-4.08336924 |
|||
One-tailed probability |
: |
0.00002219 |
|||
Two-tailed probability |
: |
0.00004439 |
|||
Berdasarkan kalkulator sobel
dijelaskan bahwa, nilai sobel test
statistik -4,083 diatas
1,96 dan nilai probability dibawah
0,05 yaitu sebesar 0,00002 artinya employee engagement
bisa memediasi pengaruh antara meaningful work dengan intention
to leave
Dari tiga hasil pengujian sobel maka dapat disimpulkan bahwa employee
engagement menjadi variable
intervening pada pengaruh kualitas hubungan kerja
terhadap keinginan berpindah, pengaruh antara psychological
empowering leadership
terhadap keinginan berpindah dan pengaruh antara meaningful
work terhadap keinginan berpindah. Sehingga,
kualitas hubungan kerja yang baik antar anggota organisasi, keberadaan pimpinan
yang mampu memberdayakan potensi dan kompetensi tenaga kesehatan untuk mencari
alternatif penyelesaian pekerjaan serta meaningful
work atau kebermaknaan
kerja pada masing masing
anggota tenaga kesehatan berpotensi untuk meningkatkan keterikatan tenaga
kesehatan terhadap organisasi yang pada akhirnya akan menurunkan keinginan
tenaga kesehatan untuk mencari tempat kerja yang lain, berpikir alternatif
pekerjaan lain dan berpindah ke tempat organisasi yang baru.
Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa workplace
relationship quality, psychological empowerment leadership, dan meaningful work berkontribusi positif terhadap employee
engagement, dengan meaningful
work memberikan kontribusi terbesar. Employee engagement juga secara
signifikan mengurangi intention to
leave, dan berperan sebagai mediator antara
faktor-faktor tersebut dengan intention to leave. Implikasi teoritisnya
menunjukkan bahwa harapan tenaga kesehatan terpenuhi melalui kualitas hubungan
kerja, kepemimpinan yang memberdayakan secara psikologis, dan makna pekerjaan,
sehingga mereka lebih terikat dengan organisasi. Implikasi manajerialnya
menyoroti pentingnya meningkatkan kualitas hubungan kerja, kepemimpinan yang
memberdayakan, dan makna pekerjaan dalam konteks Klinik Pratama BPJS Kota
Semarang. Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan, seperti kurangnya optimalitas variabel dan keterbatasan dalam generalisasi
hasil pada kasus lain. Agenda penelitian mendatang direkomendasikan untuk
memperluas variabel independen dan mempertimbangkan teori motivasi alternatif.
Abu-Dalbouh, H. M., Al-Matrouk, M.,
Al-Zwaid, N., & Al-Handi, A. (2019). Proposal of a standardized electronic health record for Kingdom
of Saudi Arabia. J. Comput. Sci, 15,
566–581.
Basori,
B., Sajidan, S., Akhyar, M., & Wiranto, W.
(2023). Blended learning
model towards vocational students’ learning outcomes: A scoping review. International Journal
of Evaluation and Research in Education, 12(1), 205–215.
Chrisdiana,
L., & Rahardjo, M. (2017). Pengaruh employee engagement dan work life balance terhadap turn over intention di Generasi Millenial. Jurnal Manajemen Bisnis Dan Kewirausahaan,
1(1), 1.
Claudiantya,
G. S., & Suhariadi, F. (2020). Pengaruh perceived organizational support terhadap employee engagement Jurnal Fenomena.
Colbert,
A., Yee, N., & George, G. (2016). The digital workforce and the workplace of the future.
In Academy of management journal (Vol. 59,
Issue 3, pp. 731–739). Academy of Management
Briarcliff Manor, NY.
Ehrhardt,
C. (2018). A locus for transnational exchanges: European mathematical journals for students
and teachers, 1860s–1914. Historia Mathematica,
45(4), 376–394.
Ghozali,
I. (2016). Desain penelitian kuantitatif dan kualitatif: untuk akuntansi,
bisnis, dan ilmu sosial lainnya.
Green,
G. M. (2018). dustmaps: A Python
interface for maps of interstellar
dust. Journal of Open Source Software, 3(26), 695.
Kaur,
P., & Mittal, A. (2020). Meaningfulness
of work and employee engagement:
The role of affective commitment. The
Open Psychology Journal,
13(1).
Khan,
U. R., Chandran, A., Zia, N., Huang,
C.-M., De Ramirez, S. S., Feroze,
A., Hyder, A. A., & Razzak, J. A. (2013). Home injury risks
to young children in Karachi, Pakistan: a
pilot study. Archives of
Disease in Childhood, 98(11),
881–886.
Kotler,
P., Keller, K. L., & Ang, S. H. (2018). Marketing management: an Asian perspective.
Pearson.
Monsorno,
D., Dimas, A. A., & Papalexandris, M. V. (2018).
Time-accurate calculation of two-phase granular
flows exhibiting compaction, dilatancy and nonlinear rheology. Journal of Computational Physics, 372, 799–822.
Mxenge,
S. V, Dywili, M., & Bazana,
S. (2014). Job engagement and employees’ intention to quit
among administrative personnel at the
University of Fort Hare in South Africa. International Journal
of Research in Social Sciences, 4(5),
129–144.
Nurita,
A. T., & Hassan, A. A. (2013). Filth flies associated with municipal solid waste and impact
of delay in cover soil application
on adult filth fly emergence
in a sanitary landfill in
Pulau Pinang, Malaysia. Bulletin of Entomological Research, 103(3), 296–302.
Rusyandi,
D. (2015). Employee engagement
toward intention to quit with
job insecurity as moderating variable at goverment bank in Bandung city. International Conference
on Economics and Banking (Iceb-15),
318–325.
Sandy,
A. (2020). Analisis Efisiensi Klinik Pratama Rawat Inap Di Kabupaten Sragen.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugiyono,
S., & Lestari, P. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif,
kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional). Alvabeta Bandung, CV.
Sunarto,
A., Koesharyani, I., Supriyadi, H., Gardenia, L.,
Sugianti, B., & Rukmono, D. (2004). Current
status of transboundary fish diseases in Indonesia: occurrence, surveillance, research and training.
Transboundary Fish
Diseases in Southeast
Asia: Occurence, Surveillance,
Research and Training. Proceedings of the Meeting
on Current Status of Transboundary Fish Diseases in Southeast Asia: Occurence, Surveillance, Research and Training, Manila, Philippines, 23-24 June 2004,
91–121.
Tricahyadinata,
I., Hendryadi, Suryani, Zainurossalamia
ZA, S., & Riadi, S. S. (2020). Workplace incivility, work engagement, and turnover intentions: Multi-group analysis. Cogent Psychology,
7(1), 1743627.
Copyright holder: Isni Rabika Hamidanti, Olivia Fachrunnisa
(2024)
|
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |