Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 7, Juli 2024

 

PENDIDIKAN BERBASIS KURIKULUM MERDEKA DI TINGKAT SEKOLAH DASAR MENGGALI POTENSI ANAK UNTUK MASA DEPAN YANG LEBIH UNGGUL

 

Juliana Margareta Sumilat1, Gorius Geor2

Universitas Negeri Manado, Minahasa, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Kurikulum memegang peran vital dalam sistem pendidikan suatu negara, menjadi landasan utama dalam menentukan arah pendidikan, metode pengajaran, isi materi pelajaran, dan sistem evaluasi. Seiring perkembangan zaman, kurikulum perlu bertransformasi agar tetap relevan dengan kebutuhan peserta didik. Pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bertujuan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan inovatif. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap pengembangan potensi siswa di sekolah dasar, dengan fokus pada tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, yang melibatkan pengumpulan dan analisis literatur ilmiah dari berbagai sumber seperti buku, majalah, dan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka dapat membantu siswa mengembangkan potensi mereka secara optimal dan menjadi individu yang lebih mandiri dan berdaya saing. Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensinya secara optimal, dengan pendekatan yang terintegrasi dan multidisiplin, serta fokus pada pengembangan karakter dan kompetensi. Namun, tantangan dalam penerapan Kurikulum Merdeka mencakup keterbatasan sarana dan prasarana, serta kesiapan sumber daya manusia, terutama guru yang belum berpengalaman dengan konsep kemerdekaan belajar. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum yang lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan dukungan yang memadai untuk mengatasi tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.

Kata kunci: Kurikulum Merdeka, pendidikan, potensi siswa, sekolah dasar, pengembangan karakter, kemerdekaan belajar

 

Abstract

The curriculum plays an important role in a country's education system, being the main basis for determining educational direction, teaching methods, subject matter content, and evaluation systems. As time goes by, the curriculum needs to transform to remain relevant to the needs of students. Education, as stated by Ki Hajar Dewantara, aims to produce quality and innovative human resources. This research aims to explore the influence of the Merdeka Curriculum on the development of students' potential in elementary schools, with a focus on the challenges faced in its implementation. The method used is library research, namely the collection and analysis of scientific literature from various sources such as books, magazines and previous research. The research results show that the Merdeka Curriculum can help students develop their potential optimally and become more independent and competitive individuals. This curriculum gives students the freedom to develop their interests, talents and potential optimally, with an integrated and multidisciplinary approach, and focuses on character and competency development. However, challenges in implementing the Independent Curriculum include limited facilities and infrastructure, as well as the readiness of human resources, especially teachers who do not have experience with the concept of independent learning. The implications of this research show that developing a curriculum that is more relevant and in line with student needs can improve the quality of education in Indonesia. Therefore, adequate support is needed to overcome the challenges of implementing the Independent Curriculum so that the expected educational goals can be achieved.

Keywords: Independent Curriculum, education, student potential, elementary school, character development, freedom to learn

 

Pendahuluan

Pada dunia pendidikan, kurikulum merupakan nafas dari sistem pendidikan di suatu negara. Selain itu, kurikulum juga menjadi landasan utama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan, metode pengajaran, isi materi pelajaran, dan sistem evaluasi. Seiring berjalannya waktu, sudah menjadi hal yang wajar bahwa kurikulum juga mengalami transformasi supaya tetap relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan para peserta didik. Seperti pandangan Ki Hajar Dewantara beliau memandang “Pendidikan sebagai penggerak perkembangan peserta didik dengan harapan pendidikan dapat mengajarkan perubahan dan keberhasilan baru serta bermanfaat bagi lingkungan sekitar, dan melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan hal-hal yang positif dan inovatif serta menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas” (Heryanti et al., 2023)

Maka kualitas sumber daya manusia suatu bangsa dan kemajuannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kebijakan pengembangan kurikulum mencerminkan kualitas pendidikan di tanah air. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut (Darlis et al., 2022) Tujuan dari perubahan kurikulum ini adalah untuk mengetahui kurikulum mana yang terbaik untuk digunakan siswa. sejalan dengan pendapat tersebut menurut (Hapsari, 2014) Perubahan kurikulum yang disponsori pemerintah pada dasarnya adalah perbaikan dalam pendidikan. Oleh karena itu, setiap perubahan kurikulum selalu menunjukkan upaya pemerintah dalam memperbaiki sektor pendidikan. Perubahan kurikulum yang diterapkan tentunya membawa banyak perubahan pada sistem pendidikan di sekolah, khususnya mengenai kegiatan pendidikan di sekolah tersebut.  Sepatutnya, kurikulum harus dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan para peserta didik dan tuntutan zaman. Kurikulum yang baik ialah sebuah kurikulum yang bisa beradaptasi dengan zamannya, dan terus dikembangkan demi membangun kompetensi peserta didik untuk sekarang dan kedepannya. Kurikulum Indonesia dari waktu ke waktu mengalami rasionalisasi dan berbagai alasan sehingga menyebabkan perubahan secara berkala. Keberadaan kurikulum mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap mutu pendidikan di Indonesia (Andrea, 2016). Kurikulum selalu menunjukkan upaya-upaya untuk meningkatkan bidang pendidikan. Artinya peran kurikulum baru adalah memperbarui, mengembangkan dan menyempurnakan kurikulum yang sudah ada (Tampubolon et al., 2022).

Dengan memberikan kebebasan dan otonomi kepada sekolah dan guru untuk membuat kurikulum yang lebih relevan dan selaras dengan siswa dan masyarakat mereka, Kurikulum merdeka dimaksudkan untuk meningkatkan pendidikan Indonesia. Pendapat serupa juga di sampaikan oleh (Dzirrusydi dkk., 2022; Muharam, 2023; Sanga & Wangdra, 2023) yang menjelaskan kurikulum Merdeka bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dengan menyesuaikannya dengan konteks lokal dan global dengan tetap menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Yanti et al., 2024). Dalam penerapan kurikulum merdeka di sekolah dasar ada berbagai tantangan yang dihadapi berupa keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, tantangan proses pembelajaran berdiferensiasi, sumber daya manusia yaitu pengajar tidak memiliki pengalaman dengan kemerdekaan belajar sedangkan untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensi siswa dibutuhkan kurikulum yang lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Maka dari itu pendidikan berbasis kurikulum merdeka di tingkat sekolah dasar memiliki tujuan utama menggali potensi anak untuk masa depan yang lebih unggul. Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensinya secara optimal. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap pengembangan potensi siswa di sekolah dasar, dengan fokus pada tantangan yang dihadapi dalam implementasinya.

 

Metode Penelitian

Metode artikel ini menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data untuk memahami dan mengeksplorasi berbagai teori literatur ilmiah. Menurut (Anak, 2008) dalam (Adlini et al., 2022), ada empat tahapan dalam pembelajaran perpustakaan, yaitu menyiapkan peralatan yang diperlukan, menyiapkan bibliografi kerja, mengatur waktu, dan membaca serta menyimpan bahan penelitian. Pengumpulan data dengan cara mencari dan menyusun sumber dari berbagai sumber seperti buku, majalah dan penelitian yang ada. Metode analisis menggunakan analisis isi dan analisis deskriptif. Bahan pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber dianalisis secara kritis dan menyeluruh untuk mendukung usulan dan gagasan.

 

Hasil dan Pembahasan

Menurut (Sahnan & Wibowo, 2023) kurikulum merupakan aspek tersendiri dalam pendidikan yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah Indonesia secara aktif berupaya meningkatkan pendidikan. Hal ini terlihat dari perbaikan pendidikan, mulai dari perbaikan infrastruktur seperti gedung sekolah, peningkatan kualitas guru hingga perubahan kurikulum. Kurikulum perlu berubah ialah suatu keharusan dalam dunia pendidikan. Ada beberapa alasan-alasan mengapa kurikulum harus diubah dan diperbaharui ialah sebagai berikut:

a)    Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat teralisasi melalui pembaruan terhadap kurikulum, karena dengan hal tersebut bisa menghadirkan metode pengajaran yang lebih inovatif, efektif, dan interaktif. Selain itu, kurikulum yang diperbaharui juga bisa mendukung pembelajaran berbasis keterampilan (skill-based learning) guna mempersiapkan tantangan masa depan yang akan dihadapi oleh para peserta didik kelak kedepannya.

b)    Menyesuaikan dengan Tututan Zaman. Kurikulum perlu berubah karena untuk menyesuaikan antara pendidikan dengan tuntutan zaman yang berbeda-beda dan terus berkembang. Kurikulum harus dapat mengcover dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi, dan nilai-nilai budaya yang relevan dengan kehidupan masa sekarang.

c)    Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya. Pembaruan dalam kurikulum juga bisa berguna untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pendidikan, di antaranya seperti perangkat teknologi, buku teks, dan fasilitas yang ada. Berkat kurikulum yang relevan, sumber daya bisa dimanfaatkan secara lebih efektif dan efisien.

d)    Mengakomodasi Kebutuhan Peserta Didik. Setiap siswa maupun siswi mempunyai kebutuhan dan keunikannya masing-masing yang berbeda-beda. Maka dari itu, kurikulum harus disesuaikan dengan keberagaman siswa, sehingga bisa memberikan kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk terus berkembang sesuai potensinya masing-masing.

e)    Mendukung Perubahan Global. Perubahan dalam kurikulum diharuskan pula untuk mempertimbangkan perkembangan global, seperti halnya perubahan dalam segi politik, ekonomi, dan sosial. Kurikulum yang disesuaikan bisa membantu dalam menghadapi tantangan global yang akan datang dan dapat mempersiapkan generasi muda mendatang untuk berperan secara aktif dalam lingkungan yang lebih luas. Dalam dunia pendidikan keberadaan kurikulum menjadi hal yang sangat penting. Karena arah dan tujuan pendidikan diatur dalam kurikulum sehingga dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran guru akan berpatokan pada kurikulum yang diterapkan di satuan pendidikannya. Kurikulum harus bisa menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi perkembangan jaman. Kurikulum yang baik adalah Kurikulum yang sesuai dengan jamannya, dan terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai dengan konteks dan karaktersistik peserta didik demi membangun kompetensi sesuai dengan kebutuhan mereka untuk saat ini dan masa mendatang.

Maka kurikulum harus dinamis berkembang menyesuaikan kondisi. Kurikulum tidak dapat dipergunakan dalam satu waktu terus menerus karena dunia terus berubah. Demikian juga dunia pendidikan sebagai pilar utama dalam membangun dan mendidik generasi harus pula ikut berubah. Kurikulum harus selalu berubah agar sesuai dengan perkembangan jaman, apalagi saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi informasi telah berkembang semakin maju. Metode dan konteks kurikulum sebelumnya tentu dianggap sudah tidak relevan lagi dengan kondisi dan karakteristik peserta didik saat ini. Selain itu kurikulum juga harus bisa memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dan dapat menyiapkan generasi Bangsa untuk masa yang akan datang sebagai generasi yang visioner yang memiliki cita-cita besar dan mampu memandang jauh ke depan. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan jantungnya pendidikan yang mempunyai kedudukan yang sangat penting. Ada hubungan erat antara kurikulum, pendidikan dan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kurikulum merupakan alat atau sumber yang mengarahkan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Kurikulum juga digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut (Efendi et al., 2023) pendidikan nasional memerlukan kurikulum sebagai sarana dan landasan dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu kurikulum digunakan dalam lembaga pendidikan sebagai pedoman belajar, kurikulum merupakan arah pendidikan, dan kurikulum mengatur berbagai aspek pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut (Fitriyah & Wardani, 2022) Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertenu (UU No 20 Tahun 2003). Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah dan dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok satuan pendidikan.

Pendidikan di tingkat sekolah dasar memainkan peran krusial dalam pembentukan karakter, kemampuan, dan sikap anak-anak. Kurikulum Merdeka, sebagai terobosan pendidikan, bertujuan untuk memberikan keleluasaan lebih besar kepada guru dan siswa dalam mengatur proses pembelajaran. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana Kurikulum Merdeka dapat membantu menggali potensi anak untuk masa depan yang lebih unggul. Perencanaan intensitas kegiatan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan melalui implementasi kurikulum. Menurut (Prabaningrum & Sayekti, 2023) menyebutkan bahwa sejak usia muda, kurikulum merdeka berupaya mengembangkan keterampilan siswa melalui eksplorasi dan fokus pada pengembangan karakter, pengetahuan, perilaku, dan atribut lainnya.

Dalam penelitian oleh (Sahnan & Wibowo, 2023) bahwa arah kebijakan kurikulum merdeka belajar tertuju kepada terciptanya generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia dengan mengembangkan segenap potensinya melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bertujuan. Hal itu dilakukan demi terciptanya peserta didik yang bertakwa, cerdas, dan berakhlak yang mulia. Secara psikologis, kurikulum dapat secara terus menerus merangsang rasa ingin tahu siswa dan kemudian mendorong pembelajaran sepanjang hayat; kurikulum yang membantu siswa memahami apa sebenarnya lingkungan belajar itu dan apa manfaatnya bagi mereka. kurikulum yang dapat mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan kritis pada siswa; Kurikulum yang berkualitas dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun potensi dan karakter dalam diri mereka (Number et al., 2017). Maka dari itu bagaimana kurikulum merdeka dapat membantu menggali potensi anak untuk masa depan yang lebih unggul yaitu dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensinya secara optimal. Hal yang harus di lakukan seperti:

 

Pengembangan Capaian Pembelajaran

Capaian belajar kurikulum merdeka merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangannya. Hasil pembelajaran mencakup seperangkat keterampilan dan materi yang disusun dalam format narasi komprehensif. Dalam hal kurikulum merdeka, kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) kurikulum sebelumnya digantikan dengan capaian pembelajaran. Dalam (Hajar & Pratiwi, 2024) menjabarkan dasar kebijakan implikasi kurikulum merdeka yang yaitu:

a)    Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah;

b)    Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah;

c)    Kemendikbudristek No 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum danam Rangka Pemulihan Pembelajaran;

d)    Keputusan Kepala BSKAP No. 008/H/KR/2022 Tahun 2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jejang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka;

e)    Keputusan BSKAP No. 009/H/KR/2022 Tahun 2022 Tentang Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.

Capaian pembelajaran, tujuan kurikulum merdeka adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, memberikan peserta didik yang berkarakter dan mandiri, serta mempercepat tercapainya tujuan pendidikan nasional yang bermutu. Dalam jurnal penelitiannya (Solehudin et al., 2022) menjelaskan kalam kajian kurikulum merdeka terdapat acuan kerangka dasar kurikulum yang menjadi dasar pengembangan struktur kurikulum. Kerangka kerja ini merupakan rumusan jelas yang memandu peserta didik pada kompetensi-kompetensi yang pada hakikatnya penting untuk diperoleh, dikembangkan, dan dikembangkan. Kerangka ini tidak hanya menjadi acuan bagi siswa tetapi juga bagi guru dalam melakukan penilaian dan kegiatan belajar mengajar. Kerangka yang relevan adalah struktur, hasil pembelajaran dan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran dan penilaian. Menurut (Apriyanti, 2023) Perencanaan pembelajaran diawali dengan analisis capaian belajar. Dalam menganalisis capaian pembelajaran, diharapkan guru dapat secara optimal mendefinisikan keterampilan, materi, dan tujuan pembelajaran sesuai tahapan setiap jenjang pendidikan.

Maka dari itu capaian pembelajaran harus di kembangkan karena capaian pembelajaran mengungkapkan tujuan pendidikan yang mengungkapkan apa yang harus diketahui, dipahami, dan mampu dilakukan siswa setelah akhir semester. Capaian pembelajaran merupakan keterampilan yang dicapai melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi dan akumulasi pengalaman kerja. Capaian pembelajaran menunjukkan perkembangan pembelajaran yang berurutan dalam kerangka kualifikasi standar. Kriteria penilaian yang sesuai harus ditambahkan pada hasil pembelajaran, berdasarkan kriteria tersebut dapat dinilai apakah hasil pembelajaran yang diharapkan telah tercapai. Dapat disimpulkan bahwa capaian pembelajaran kurikulum merdeka bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, memberikan siswa yang berkaraker dan lebih mandiri, serta mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional yang bermutu.

 

Pembebasan dari Pembelajaran yang Kaku

Pembebasan dari Pembelajaran yang Kaku dalam Kurikulum Merdeka berarti memberikan keleluasaan lebih besar kepada guru dan siswa dalam mengatur proses pembelajaran. Dalam pendidikan anak sekolah dasar, ini berarti bahwa pendidikan tidak lagi terikat pada pembelajaran yang kaku dan rutin. Sebaliknya, guru bermaksud untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa mereka. Dengan demikian, lingkungan pembelajaran menjadi lebih dinamis dan menarik, yang membantu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut (Purwanto, 2024) menjabarkan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan upaya mengembalikan pembelajaran yang bercirikan kesederhanaan dan fleksibilitas. Dalam pelaksanaannya lebih memperhatikan sumber materi, pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Kurikulum Merdeka mendukung konsep belajar mandiri yaitu,memberikan kebebasan dan kemandirian kepada siswa dan sekolah sehingga siswa dapatlebih memperdalam minat dan keterampilannya. Begitu pula menurut (Hattarina et al., 2022) menjabarkan pendapatnya yaitu  bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam perencanaan masa depan suatu negara dan menjadi indikator maju atau tidaknya suatu negara. Dunia pendidikan terus melakukan inovasi secara cepat dan terintegrasi. Oleh karena itu pembelajaran harus bersifat inspiratif, inovatif, menantang, interaktif, menyenangkan, terukur dan mandiri sesuai minat dan kemampuan peserta didik. Juga terdapat beberapa alasan mengapa pembelajaran yang kaku dianggap kurang efektif:

a)    Kurangnya Interaksi Sosial: Pembelajaran yang berani dapat membuat siswa menjadi jenuh dan bosan karena tidak memiliki interaksi sosial dengan teman-teman dan guru secara langsung. Hal ini dapat mengurangi motivasi belajar dan meningkatkan penurunan kedisiplinan siswa.

b)    Keterbatasan Fasilitas dan Peralatan: Pembelajaran yang berani memerlukan fasilitas dan peralatan yang memadai, seperti laptop dan internet. Namun tidak semua siswa memiliki akses ke fasilitas dan peralatan tersebut, sehingga dapat mengganggu kualitas pembelajaran.

c)    Kurangnya Pendampingan Orang Tua: Pembelajaran berani memerlukan pendampingan orang tua yang aktif dalam mengawasi dan membimbing siswa. Namun orang tua seringkali sibuk dan tidak memiliki waktu untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mengganggu kualitas pembelajaran

Sama halnya kementerian pendidikan dan kebudayaan juga memberikan kebebasan kepada guru untuk memilih kurikulum atau metode pengajarannya sendiri. Kebebasan belajar adalah kebebasan berpikir, dan hakikat kebebasan berpikir itu terutama harus ada pada diri guru. Tanpa itu hal itu akan terjadi pada guru, tidak dapat terjadi pada siswa. Guru dapat memutuskan mana yang terbaik berdasarkan tingkat kemampuan, minat masing-masing siswa, dan kebebasan institusi untuk berinovasi dan mencoba hal-hal baru, termasuk kebebasan berpikir, kebebasan berkomunikasi, kebebasan intra institusi dan kemandirian. lain.  yang Maka dari itu dapat disimpulkan pembelajaran dalam kurikulum Merdeka seharusnya memiliki kemandirian yang lebih besar berarti peserta didik dapat memilih sesuai dengan minat dan kemampuannya, pendidik mengajar sesuai dengan tahap perkembangan dan prestasi perkembangan anak, dan satuan pendidikan mempunyai kebebasan untuk mengembangkan dan mengarahkan kurikulum dan pembelajarannya sesuai dengan karakteristik satuan belajar.

 

Pembelajaran Kontekstual dan Berbasis Masalah

Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan metode pembelajaran yang lebih berbasis konteks dan berorientasi pada masalah. Guru diharapkan dapat menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata sehingga siswa dapat lebih mudah menghubungkan apa yang telah dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, siswa aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional biasanya berpusat pada guru dan siswa pasif. Metode tradisional tidak memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk berkreasi dan mengeksplorasi sumber belajar. Sedangkan metode pembelajaran kontekstual merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang diajarkan dengan kehidupan siswa sehari-hari (Evitasari & Prasetya Santosa, 2022). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut (Suhartoyo et al., 2020) Pendekatan belajar mengajar kontekstual bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami makna materi pendidikan dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga mengembangkan kompetensi yang dinamis. pengetahuan/keterampilan dan fleksibel untuk secara aktif menciptakan pemahaman sendiri. Begitu pula pembelajaran berbasis masalah. Menurut (Sari et al., 2022) Model pembelajaran berbasis masalah, atau pembelajaran pemecahan masalah, mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan masalah yang muncul, mendorong siswa untuk berpikir pada tingkat yang lebih tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk pembelajaran. Menjawab suatu pertanyaan merupakan suatu metode yang berbeda dimana siswa mampu berpikir kritis dan mengemukakan pendapatnya ketika menghadapi segala permasalahan. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut (Wabdaron & Reba, 2020) Langkah pembelajaran yang berfokus pada masalah dikenal dengan metode pembelajaran berbasis masalah, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat lanjut siswa dalam mencari dan memecahkan masalah sekaligus memperkuat pemahamannya terhadap pengetahuan melalui lingkungan hidup atau pengalaman sehari-hari. Maka pembelajaran kontekstual dan berbasis masalah adalah dua pendekatan yang terkait dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Implementasi Pembelajaran Kontekstual dan Berbasis Masalah dapat dilakukan dengan beberapa langkah, seperti:

a)    Berbicara Pemikiran Siswa: Pembelajaran kontekstual berfokus pada pengembangan pemikiran siswa untuk belajar lebih baik dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan barunya.

b)    Laksanakan Inkuiri: Pembelajaran kontekstual yang melibatkan inkuiri yang sistematis dan berbasis masalah.

c)    Kembangkan Sifat Ingin Tahu: Pembelajaran kontekstual berfokus pada pengembangan sifat ingin tahu siswa melalui dialog interaktif.

d)    Masyarakat Belajar: Pembelajaran kontekstual melibatkan masyarakat belajar yang heterogen dan aktif dalam proses belajar.

e)    Pemodelan: Pembelajaran kontekstual berfokus pada pengembangan pemodelan yang relevan dengan kehidupan siswa

Dengan demikian, Pembelajaran Kontekstual dan Berbasis Masalah dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan mandiri.

 

Penilaian Autentik

Penilaian Autentik adalah suatu pendekatan penilaian yang fokus pada pengukuran kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks dan kontekstual yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Penilaian autentik harus mengedepankan ciri khas setiap siswa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik, sehingga dengan adanya penilaian autentik ini tidak membuat guru bersikap subyektif, memandang siswa berdasarkan ras, suku, agama, dan lain-lain. Penilaian autentik ini dirancang agar siswa dapat berkembang sesuai keinginannya, berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, sebagai seorang guru perlu mengembangkan model dan metode pembelajaran yang berbeda-beda, agar ia dapat menangkap dan memahami setiap pelajaran sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Evaluasi autentik memerlukan terciptanya model evaluasi yang komprehensif, sehingga dalam penerapannya pendidik tidak hanya fokus pada perkembangan kognitif saja, tetapi juga bagaimana menganalisis perkembangan sikap dan keterampilan peserta didik (Muryanto et al., 2024). Menurut (Sirinding et al., 2023) Penilaian otentik adalah penilaian pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi atau konteks nyata yang memerlukan pendekatan berbeda dalam memecahkan masalah, dengan mempertimbangkan lebih dari satu jenis solusi terhadap suatu masalah. Tujuan penilaian autentik adalah untuk menilai kemampuan siswa dalam kehidupan nyata. Dalam jurnal penelitian oleh (Suhendra, 2021), beliau menjabarkan karakteristik penilaian autentik yaitu:

a)    Seluruh aspek pembelajaran harus diukur, meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan (kinerja)

b)    Hal ini diterapkan pada saat pembelajaran dan setelah pembelajaran.

c)    Menggunakan teknik penilaian yang berbeda sesuai kebutuhan masing-masing kompetensi, serta menggunakan sumber data yang berbeda yang dapat digunakan sebagai informasi deskriptif tentang penguasaan kompetensi siswa.

d)    Tes hanyalah salah satu sarana pengumpulan data penilaian, sehingga harus didukung dengan informasi yang mendukung pencapaian kompetensi siswa.

e)    Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mencerminkan bagian nyata dari kehidupan siswa sehari-hari dan juga harus mampu menceritakan pengalaman atau kegiatannya sehari-hari.

f)     Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas).

Penilaian Autentik sangat relevan dengan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran, serta dengan Kurikulum Merdeka yang tekanan pada pengembangan capaian pembelajaran siswa. Penilaian Autentik dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Maka dalam implementasinya, guru harus memenuhi kriteria tertentu, seperti mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan siswa serta desain pembelajaran, serta menjadi pengasuh proses pembelajaran yang aktif dan kreatif.

 

Pengembangan Karakter dan Etika

Selain aspek akademis, Kurikulum Merdeka juga fokus pada pengembangan karakter dan etika siswa, sehingga mereka dapat memiliki nilai-nilai Pancasila yang kuat dan berlandaskan profil pelajar Pancasila. Menurut (Dewi, Jamaludin, Alanur, Amus, 2022) Penerapan profil siswa pancasila juga berkaitan dengan pembelajaran pancasila dan pendidikan kewarganegaraan, serta pandangan bahwa pentingnya pendidikan PPKn di kelas dasar tidak hanya sekedar penanaman karakter kewarganegaraan siswa, tujuannya pendidikan PPKn di kelas dasar tetapi adalah mengedepankan pemikiran kritis, rasional dan kreatif dalam menangani urusan kenegaraan, berpikir positif dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bertanggung jawab dan berpikir cerdas serta berpartisipasi dalam menjaga keharmonisan dengan negara lain (Febriyanti et al., 2023). Dalam jurnal penelitian oleh (Alfina et al., 2022) yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Kontekstual Guna Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila” beliau menjabarkan bahwa profil pelajar Pancasila merupakan seperangkat karakter dan keterampilan yang diharapkan dapat dicapai oleh pelajar berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan bagian dari visi Kementerian 2020-2024. rencana strategis tahun ini, yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berbudi luhur melalui penciptaan Siswa Pancasila. Sejalan dengan pendapat di atas (Purnawanto, 2022) menjelaskan Pancasila merupakan penerapan konsep kurikulum mandiri yang diterapkan untuk mendukung kualitas pendidikan pembentukan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter memiliki beberapa manfaat, seperti:

a)    Membangun Moral dan Etika yang Kuat: Pendidikan karakter membantu siswa membangun moral dan etika yang kuat, sehingga mereka dapat menjadi individu yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

b)    Meningkatkan Hubungan Interpersonal: Pendidikan karakter meningkatkan hubungan interpersonal antara siswa dan guru, serta antara siswa dengan siswa lainnya.

c)    Mempersiapkan untuk Masa Depan: Pendidikan karakter mempersiapkan siswa untuk masa depan yang lebih baik dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mandiri, dan bekerja sama.

d)    Membantu Siswa Menjadi Individu yang Berkualitas: Pendidikan karakter membantu siswa menjadi individu yang berkualitas dengan memiliki moralitas, etika, dan keterampilan yang baik. Siswa yang memiliki karakter yang baik dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan dapat menghadapi berbagai situasi dengan lebih baik.

e)    Mengintegrasikan Nilai-Nilai Karakter dengan Pembelajaran Lain: Pendidikan karakter dapat berinteraksi dengan pembelajaran lain seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Dengan demikian, siswa dapat memahami pentingnya karakter pendidikan dan menerapkannya dalam kehidupan mereka di luar sekolah.

f)     Belajar Kemampuan Sosial-Emosional: Pendidikan karakter juga membantu siswa mengembangkan kemampuan sosial-emosional seperti empati, toleransi, dan kerja sama. Kemampuan sosial-emosional ini membantu siswa dalam berinteraksi dengan orang lain dan menghadapi berbagai situasi dengan lebih baik.

Dengan begitu pengembangan karakter dan etika profesional dapat dilakukan melalui penerapan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka menekankan pada pengembangan kompetensi inti siswa, seperti literasi, numerasi, literasi digital, keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan sosial-emosional. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki dasar yang kuat untuk pembelajaran selanjutnya dan dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan teknologi. Pendidikan karakter juga membantu dalam membangun landasan moral dan etika yang kuat. Pendidikan karakter mengajarkan siswa untuk berbicara jujur, bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral, dan memegang teguh prinsip-prinsip etika. Dengan demikian, siswa menjadi individu yang dapat diandalkan dalam masyarakat dan memiliki integritas yang tak tergoyahkan.

 

Kesimpulan

Kurikulum Merdeka dapat membantu siswa mengembangkan potensi mereka secara optimal dan menjadi individu yang lebih mandiri dan berdaya saing. Kurikulum Merdeka juga berupaya menggali potensi siswa dengan cara mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka dan mengembangkan kemampuan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Kurikulum Merdeka mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan yang lebih luas dan beragam. Kurikulum ini fokus pada pengembangan karakter dan potensi siswa berdasarkan kompetensi, memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan yang terintegrasi dan multidisiplin, memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara holistik dan berkesinambungan.

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974–980. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3394

Alfina, N. P., Lintang, T. A, Hamida, S., & Rini, S. G. (2022). Inovasi Pembelajaran Kontekstual Guna Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1), 115–122. https://doi.org/10.25134/prosidingsemnaspgsd.v2i1.33

Anak, K. N. P. E. S. K. (2008). Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia. Medan, Restu Printing Indonesia, Hal.57, 21(1), 33–54. https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.

Andrea, L. (2016). Konsep Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 1, 43.

Apriyanti, H. (2023). Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Pada Kurikulum Merdeka. Education Journal : Journal Educational Research and Development, 7(1), 15–20. https://doi.org/10.31537/ej.v7i1.970

Daga, A. T. (2020). Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar (Sebuah Tinjauan Kurikulum 2006 hingga Kebijakan Merdeka Belajar). Jurnal Edukasi Sumba (JES), 4(2), 103–110. https://doi.org/10.53395/jes.v4i2.179

Darlis, A., Sinaga, A. I., Perkasyah, M. F., Sersanawawi, L., & Rahmah, I. (2022). Pendidikan Berbasis Merdeka Belajar. Journal Analytica Islamica, 11(2), 393. https://doi.org/10.30829/jai.v11i2.14101

Efendi, P. M., Tatang Muhtar, & Yusuf Tri Herlambang. (2023). Relevansi Kurikulum Merdeka Dengan Konsepsi Ki Hadjar Dewantara: Studi Kritis Dalam Perspektif Filosofis-Pedagogis. Jurnal Elementaria Edukasia, 6(2), 548–561. https://doi.org/10.31949/jee.v6i2.5487

Evitasari, O., & Prasetya Santosa, Y. B. (2022). Ragam Metode Pembelajaran Kontekstual untuk Pembelajaran Sejarah. Estoria: Journal of Social Science and Humanities, 3(1), 398–413. https://doi.org/10.30998/je.v3i1.1309

Febriyanti, R. A., Hajar, M., Putri, S., Husnia, F., Rusminati, S. H., & Rosidah, C. T. (2023). Penerapan Nilai-Nilai Profil Pelajar Pancasila Melalui Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan, 8(1), 190–197.

Fitriyah, C. Z., & Wardani, R. P. (2022). Paradigma Kurikulum Merdeka Bagi Guru Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 12(3), 236–243. https://doi.org/10.24246/j.js.2022.v12.i3.p236-243

Hajar, B. S., & Pratiwi, N. (2024). Pengaruh Game Edukasi Untuk Meningkatkan Motivasi Mengaji di TPQ Khoiru Ummah Mataram. Indonesian Journal of Education Research and Technology (IJERT), 4(1), 1–5. https://doi.org/10.69503/ijert.v4i1.579

Hapsari, F. (2014). Efektifitas perubahan kurikulum terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah (studi kasus pada SDN 03 Pagi Ciracas). Research and Development Journal Of Education, 1(1), 26–35.

Hattarina, S., Saila, N., Faradilla, A., Putri, D. R., & Putri, R. G. A. (2022, August). Implementasi Kurikulum Medeka Belajar Di Lembaga Pendidikan. In Seminar Nasional Sosial, Sains, Pendidikan, Humaniora (SENASSDRA) (Vol. 1, No. 1, pp. 181-192).

Heryanti, Y. Y., Tatang Muhtar, & Yusuf Tri Herlambang. (2023). Makna Dan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Relevansinya Bagi Perkembangan Siswa di sekolah Dasar : Telaah Kritis Dalam Tinjauan Pedagogis. Jurnal Elementaria Edukasia, 6(3), 1270–1280. https://doi.org/10.31949/jee.v6i3.6118

Muryanto, R., Hikamudin, E., Robandi, B., Nuryani, P., Penisiani, D., & Nizan Solahudin, M. (2024). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Tentang Konsep Dan Praktik Penilaian Autentik Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 226–231. https://doi.org/10.31949/jb.v5i1.7330

Nahdiyyah, I. R. (2023). Evaluasi Kebijakan Bantuan Siswa Miskin Melalui Program Kartu Indonesia Pintar (KIP)(Studi Kasus Di SMA Negeri 4 Kota Cirebon). Innovative: Journal Of Social Science Research3(5), 7300-7312.

Number, V., Xx, X.-, Sudarmi, S., Handayani, I. W., Purwatiningsih, R. Y., Ruchiyat, M. G., Herwanto, A., Lusiana, H., Hatta, S., Islam, S. D., Azhar, A., & Kalipang, S. D. N. (2017). JURNAL GURU PANRITA ( JGP ) Peran Kurikulum Merdeka Belajar dalam Mewujudkan Karakter Anak di Sekolah Dasar. 1(1), 1–10. https://doi.org/10.24036/XXXXXXXXXX-X

Prabaningrum, W. F., & Sayekti, I. C. (2023). Implementası Kurıkulum Merdeka di Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2022/2023. Jurnal Elementaria Edukasia, 6(2), 374–383. https://doi.org/10.31949/jee.v6i2.5326

Purnawanto, A. T. (2022). Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka. Jurnal Ilmiah Pedagogy, 21(1), 78.

Purwanto,  ahmad teguh. (2024). Perencanakan pembelajaran bermakna dan asesmen kurikulum merdeka. Jurnal Ilmiah Pedagogy, 20(1), 75–94.

Sahnan, A., & Wibowo, T. (2023). Arah Baru Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah Dasar. SITTAH: Journal of Primary Education, 4(1), 29–43. https://doi.org/10.30762/sittah.v4i1.783

Sari, D. T., Aula, A. W., Nugraheni, V. A., Dina, Z. K., & Romdhoni, W. (2022, December). Penerapan pembelajaran berbasis masalah pada siswa sd untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2(1). 82-96.

Sirinding, A., Kania, D., Muzaqih, M. F., Ahmad, N. A., & Khoiriyah, S. N. M. (2023). Analisis Kesulitan Guru Dalam Penerapan Penilaian Autentik Pada Kurikulum Merdeka Di Sekolah Dasar. Cendikia: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran1(3), 160-167.

Solehudin, D., Priatna, T., & Zaqiyah, Q. Y. (2022). Konsep Implementasi Kurikulum Prototype. Jurnal Basicedu, 6(4), 7486–7495. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3510

Suhartoyo, E., Wailissa, S. A., Jalarwati, S., Samsia, S., Wati, S., Qomariah, N., Dayanti, E., Maulani, I., Mukhlish, I., Rizki Azhari, M. H., Muhammad Isa, H., & Maulana Amin, I. (2020). Pembelajaran Kontekstual Dalam Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (JP2M), 1(3), 161. https://doi.org/10.33474/jp2m.v1i3.6588

Suhendra, A. (2021). Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Dirasatul Ibtidaiyah, 1(1), 85–97. https://doi.org/10.24952/ibtidaiyah.v1i1.3724

Tampubolon, R., Gulo, Y., & Nababan, R. (2022). Pengaruh Reformasi Kurikulum Pendidikan Indonesia Tehadap Kualitas Pembelajaran. Jurnal Darma Agung, 30(2), 389. https://doi.org/10.46930/ojsuda.v30i2.1748

Wabdaron, D. Y., & Reba, Y. A. (2020). Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Sekolah Dasar Manokwari Papua Barat. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 2(1), 27–36. https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v2i1.412

Yanti, M. Y., Putri, S. Y., Yani, M. D., & Hendrizal. (2024). Kompetensi Profesional Guru Penggerak Dalam Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Di Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(1), 1212–1221.

 

 

Copyright holder:

Juliana Margareta Sumilat, Gorius Geor (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: