Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 9, September 2024
PENGARUH SOCIAL
MEDIA MARKETING, COMPETITOR ORIENTATION DAN CUSTOMER ORIENTATION
TERHADAP KINERJA PEMASARAN DENGAN KEUNGGULAN BERSAING SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
Tiara Cindy Pratiwi1, Alifah Ratnawati2
Universitas
Islam Sultan Agung, Semarang, Indonesia1,2
Email: [email protected]1,
[email protected]2
Dengan peningkatan inovasi
yang terus berkembang, pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah telah berdampak
pada berbagai industri, termasuk komoditas. Di pasar yang sangat kompetitif saat ini, pemilik bisnis tidak bisa lagi
beralasan bahwa periklanan produk merupakan tantangan besar. Jika mereka
ingin memaksimalkan pendapatan, para pengusaha perlu menemukan teknik pemasaran yang efektif untuk menjual produk
mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pemasaran media sosial, orientasi pesaing, dan orientasi pelanggan terhadap kinerja pemasaran, dengan keunggulan kompetitif sebagai mediator. Data diperoleh dari 115 pemilik UMKM
Batik melalui sensus. Analisis Smart Partial Least
Square digunakan untuk menguji hubungan antara pengaruh pemasaran media sosial, orientasi pesaing, dan orientasi pelanggan terhadap kinerja pemasaran, dengan keunggulan kompetitif sebagai variabel mediasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran media sosial yang berfokus pada pelanggan
dan pesaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Selain itu, berbeda dari orientasi pelanggan dan pesaing, pemasaran media sosial secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemasaran.
Kata Kunci: Social
Media Marketing, Competitor Orientation, Customer Orientation,
Keunggulan Bersaing,
Kinerja Pemasaran.
Abstract
With an ever-evolving increase in
innovation, the growth of micro, small, and medium-sized enterprises (MSMEs) in
the region has impacted various industries, including commodities. In today's
highly competitive market, business owners can no longer reason that product
advertising is a big challenge. If they want to maximize revenue, entrepreneurs
need to find effective marketing techniques to sell their products. This study
aims to identify the influence of social media marketing, competitor
orientation, and customer orientation on marketing performance, with
competitive advantage as a mediator. Data were obtained from 115 Batik MSME
owners through census. Smart Partial Least Square analysis was used to examine
the relationship between the influence of social media marketing, competitor
orientation, and customer orientation on marketing performance, with
competitive advantage as the mediating variable. The results show that
customer- and competitor-focused social media marketing strategies have a
positive and significant effect on competitive advantage. In addition,
different from customer and competitor orientation, social media marketing
directly has a positive and significant effect on marketing performance.
Keywords: Social
Media Marketing, Competitor Orientation, Customer Orientation, Competitive
Advantage, Marketing Performance
Pendahuluan
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa industri, khususnya di sektor komoditas, sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan UMKM di suatu
daerah. Setiap produsen yang menjalankan UMKM harus melakukan investasi yang signifikan dalam pengembangan agar dapat bersaing dalam persaingan yang semakin ketat. Hal ini menuntut tampilan
produk yang berbeda dari pesaing dan juga memiliki daya tarik
estetika (Pratono &
Mahmood, 2015). UMKM biasanya dikelola
oleh individu atau kelompok, termasuk anak perusahaan dari perusahaan yang lebih besar (Hadiyati,
2012). Strategi organisasi suatu
perusahaan mencerminkan pendekatannya terhadap tantangan dan peluang baik saat ini
maupun di masa depan
(Widodo, 2013). Menurut Farida (2016), UMKM memiliki potensi untuk memperluas serta meningkatkan variasi produk yang ditawarkannya.
Pada tahun 2022, populasi
di Provinsi Jawa Tengah mencapai 37.032.410 jiwa. Hal ini memberikan peluang pekerjaan bagi banyak orang di berbagai industri, termasuk UMKM. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi Usaha Kecil
dan Menengah Provinsi Jawa Tengah (2023), jumlah UMKM
di provinsi tersebut diperkirakan mencapai 14.1769
unit pada tahun 2022. Pertumbuhan
UMKM di Kota Semarang, ibu kota
Jawa Tengah, juga cukup pesat. Dinas Koperasi Usaha Kecil
Menengah Provinsi Jawa Tengah melaporkan bahwa pada tahun 2023 terdapat 11.914 UMKM yang terdaftar
di Kota Semarang dengan izin
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(IUMK).
Selain itu, terdapat peningkatan
yang signifikan dalam jumlah UMKM di Semarang. Salah satu
sektor yang menunjukkan performa baik adalah
bidang ini. Tabel berikut menunjukkan
perbedaan sektor UMKM di
Kota Semarang.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah UMKM di Kota
Semarang
Jenis
Usaha |
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
UMKM |
11.048 |
14.879 |
17.892 |
22.212 |
Sumber: www.data.semarangkota.go.id/
Pertumbuhan usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM) di Kota Semarang mengalami penurunan drastis sejak tahun
2018, seperti yang terlihat
pada Tabel 1. Pada tahun
2019, jumlah UMKM di Semarang meningkat
sebanyak 3.831 unit, dari
11.048 unit di tahun 2018 menjadi
14.879 unit. Pada tahun 2020, jumlah
UMKM bertambah lagi sebanyak 3.013 unit, sehingga totalnya menjadi 17.892 unit. Di tahun berikutnya, UMKM bertambah 4.320 unit hingga mencapai 22.212 UMKM.
Keberhasilan UMKM dapat diukur dari
kinerja pemasarannya, yang menjadi indikator utama keberhasilan perusahaan. Keberhasilan pemasaran mencerminkan kinerja keseluruhan suatu organisasi, menunjukkan seberapa baik bisnis telah
berjalan dalam jangka waktu tertentu
(Winata, 2010). Kinerja pemasaran merujuk
pada hasil akhir dari upaya pemasaran
yang dilakukan oleh organisasi.
Jika bisnis ingin meningkatkan kinerja pemasaran melalui orientasi pada pesaing, konsumen, pemasaran media sosial, serta keunggulan
kompetitif, mereka harus memperhatikan kebutuhan pelanggan.
Peningkatan daya saing perusahaan
adalah salah satu cara untuk meningkatkan
hasil pemasaran. Jika
strategi keunggulan kompetitif
dirancang dan diterapkan dengan baik, hal
ini akan berdampak signifikan pada kemampuan perusahaan untuk bersaing. Untuk mencapai keunggulan pemasaran yang
optimal, seseorang harus kreatif, mengambil inisiatif, bersedia mengambil peluang, dan memiliki otonomi penuh (Hatta, 2015). Contoh keunggulan kompetitif yang membantu sebuah usaha kecil menonjol
di pasaran adalah tema sarung yang mereka buat, yang akhirnya menjadikan mereka pemimpin pasar (Zimmerer, 2008).
Menetapkan harga kompetitif dan meningkatkan kualitas produk adalah salah satu elemen utama
dalam menciptakan keunggulan kompetitif dan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Namun, hanya memiliki keunggulan kompetitif saja tidak cukup
bagi perusahaan kecil; mereka juga harus mengembangkan produk yang sangat kompetitif
yang memenuhi beberapa kriteria: Pertama, produk tersebut harus selalu mudah
diakses; kedua, produk harus berkualitas
tinggi dan konsisten; ketiga, produk yang ditawarkan harus bervariasi untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar (Fatmawati,
2015).
Penggunaan media sosial memungkinkan pelanggan berinteraksi satu sama lain dan dengan bisnis melalui
komunikasi dua arah dalam bentuk teks,
gambar, audio, atau video. Pemasaran melalui media sosial mengandalkan alat-alat online seperti jejaring sosial, mikroblog, dan blog untuk meningkatkan kesadaran, ingatan, serta keterlibatan konsumen terhadap suatu merek, produk, layanan, atau organisasi
(Kurniasari & Budiatmo,
2018).
Banyak perusahaan percaya
bahwa pemasaran media sosial dapat menyederhanakan
proses, meningkatkan nilai produk, mengurangi biaya, serta meningkatkan
efisiensi. Jika banyak
orang mengenal merek tersebut dan mengunjungi situsnya, hal ini
akan berdampak signifikan terhadap penjualan. Salah satu tujuan utama dari
pemasaran yang efektif adalah membuat orang mengingat produk dan akhirnya memutuskan untuk membelinya.
Narver dan Slater (1990)
menyatakan bahwa terdapat tiga elemen
yang membentuk orientasi
pasar secara keseluruhan:
1) fokus pada konsumen, 2) fokus pada pesaing, dan 3) koordinasi antar-fungsi.
Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan
selalu berusaha untuk memahami pasar sasaran mereka guna mempersiapkan produk dan layanan yang lebih baik. Pemasar
harus memahami kondisi pasar internal dan seluruh
rantai nilai konsumen, baik saat ini maupun
di masa depan. Orientasi pelanggan diterapkan ketika perusahaan berusaha memahami kebutuhan konsumen guna menemukan cara terbaik untuk
memenuhinya (Yulianthini
& Dewanti, 2023).
Menurut Kotler, apa yang diinginkan pelanggan lebih penting dibandingkan dengan apa yang ditawarkan kepada mereka. Adinoto menyatakan bahwa pemasaran harus berpusat pada gagasan bahwa bisnis harus
mengetahui keinginan pelanggan dan kemudian menyediakannya, dengan fokus pada kepuasan pelanggan serta analisis transaksi sebagai dasarnya. Strategi berorientasi pasar dioperasikan
oleh manajemen sebagai wujud filosofi pemasaran. Yulianthini dan Dewanti (2023) menambahkan bahwa bisnis yang berorientasi pada pelanggan atau pasar selalu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip pemasaran, karena orientasi pasar adalah implementasi dari konsep pemasaran.
Orientasi pada pesaing berarti memahami kekuatan dan kelemahan pesaing dalam jangka pendek,
serta rencana dan kemampuan jangka panjang mereka. Orientasi pesaing diartikan sebagai pemahaman penjual terhadap rencana, kekuatan, dan kelemahan pesaing dalam jangka
pendek dan panjang. Dengan mengenali pesaing, manajemen dapat mempelajari lebih lanjut tentang
praktik bisnis mereka serta strategi yang digunakan. Hal ini memberikan keyakinan bahwa rencana dan inisiatif perusahaan tidak akan dikalahkan
oleh pesaing (Yulianthini & Dewanti, 2023). Berikut pada tabel 2 akan disajikan research gap penelitian terdahulu.
Tabel 2. Research Gap Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian |
Pengaruhnya |
Penelitian Terdahulu |
Social media marketing terhadap kinerja
pemasaran |
Berpengaruh |
(Hidayat et al., 2022) (Trianti & Anastuti,
2022) |
Tidak berpengaruh |
(Wikaningtyas et al., 2022) |
|
Competitor orientation terhadap kinerja
pemasaran |
Berpengaruh |
(Yulianthini & Dewanti,
2023) |
Tidak berpengaruh |
(Syukron, 2016) |
|
Customer orientation terhadap kinerja
pemasaran |
Berpengaruh |
(Yulianthini & Dewanti,
2023) |
Tidak berpengaruh |
(Lee et al., 2016) |
Berdasarkan variabel pemasaran media sosial, orientasi pesaing, dan orientasi pelanggan terhadap kinerja pemasaran, dengan keunggulan kompetitif sebagai variabel mediasi, peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna
memperoleh hasil yang lebih akurat dan relevan. Hal ini didorong oleh kesenjangan dalam penelitian-penelitian sebelumnya serta hasil yang tidak konsisten (lihat Tabel 1).
Produksi batik di Kota
Semarang saat ini masih sangat terbatas. Banyak kain batik khas Semarang justru diproduksi oleh perajin di daerah lain, bahkan proses produksinya pun berlangsung di luar Semarang. Menurut Eko Haryanto, Ketua Paguyuban Kampung Batik
Semarang, permintaan kain
batik tidak dapat dipenuhi oleh perajin di Kota
Semarang karena keterbatasan
sumber daya manusia (SDM) atau kurangnya jumlah perajin batik di kota tersebut (Putri, 2024). Padahal, potensi batik di Semarang sangat besar,
namun hal ini tidak diimbangi
dengan kemampuan produksi oleh masyarakat setempat.
Penelitian ini secara khusus
bertujuan untuk mengkaji UMKM Batik di Kota Semarang, di mana Kampung Batik
menjadi salah satu pusat produksi batik di kota ini. Misi
dari Kampung Batik adalah memperkenalkan dan mempromosikan
batik asli Semarang kepada
para pengunjung. Di Kampung Batik Semarang, pengunjung dapat menemukan berbagai pakaian batik, kain jarik, dan oleh-oleh lainnya dengan desain khas
Semarangan. Selain itu, pengunjung juga dapat mencoba aktivitas
membatik serta berbelanja produk-produk batik di
kawasan tersebut (wawancara dengan pedagang Luwi, 2 September 2023).
Kampung batik yang baru-baru ini muncul di Semarang antara lain adalah Gedong, Djadoel, Malang, Gayam, Krajan, Kubur, Kampung Sari, Kampung Batik Sari II, Kampung Batik Krajan Baru, dan Kampung Batik Sari (sumber
dari Pak Krisna, pedagang di desa).
Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap batik, persaingan di industri ini pun semakin ketat. Pemilik bisnis batik perlu mengetahui solusi atas tantangan
terbesar mereka, yaitu pemasaran, agar dapat bertahan di industri yang kompetitif ini. Dengan menyesuaikan
produk mereka dengan kebutuhan dan keinginan spesifik demografi tertentu, upaya pemasaran akan lebih efektif.
Di era pasar yang sangat kompetitif ini, pemilik bisnis
tidak lagi bisa menyatakan bahwa iklan produk
mereka adalah tantangan besar. Jika ingin memaksimalkan pendapatan, para pengusaha perlu menemukan teknik pemasaran yang berhasil. Mereka harus menjaga reputasi
bisnis dengan komunikasi pemasaran yang akurat serta menawarkan
produk berkualitas tinggi dengan harga
terjangkau. Oleh karena itu, para pemilik usaha memerlukan metode komunikasi pemasaran yang efektif untuk menarik pelanggan
dan masyarakat luas guna mendorong pembelian.
Peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam tentang faktor-faktor
pemasaran media sosial, orientasi pesaing, orientasi pelanggan, dan keunggulan kompetitif yang dapat mempengaruhi kinerja pemasaran, mengingat adanya penurunan omzet penjualan batik dalam lima tahun terakhir. Judul penelitian yang diajukan adalah “Pengaruh Pemasaran Media Sosial, Orientasi Pesaing dan Orientasi Pelanggan Terhadap Kinerja Pemasaran dengan Keunggulan Kompetitif Sebagai Variabel Mediasi (Studi pada UMKM Batik di Kota Semarang).” Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
UMKM batik di Semarang dapat meningkatkan
kinerja pasarnya. Penelitian ini berfokus pada elemen-elemen yang memengaruhi keunggulan kompetitif dan kinerja pemasaran.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
memahami bagaimana setiap faktor memengaruhi
kesuksesan pemasaran dan keunggulan kompetitif UMKM Batik
di Kota Semarang. Dari segi akademis,
penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi bagi peneliti lain,
sementara secara praktis, dapat membantu para pelaku usaha dalam mengelola
pemasaran media sosial serta meningkatkan kinerja pemasaran dan keunggulan kompetitif dengan berorientasi pada pelanggan dan pesaing.
Penjelasan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan di antara variabel-variabel tersebut, penelitian ini menggunakan metodologi eksplanatori. Pendekatan ini bertujuan untuk menguji hipotesis dengan harapan dapat memperjelas pengaruh variabel independen terhadap hipotesis yang diajukan. Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi kinerja
pemasaran, keunggulan kompetitif, orientasi pelanggan, pemasaran media sosial, dan orientasi pesaing. Data primer dikumpulkan melalui survei, sementara data sekunder berasal dari tinjauan
literatur yang relevan. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner
dan tinjauan pustaka yang relevan untuk memperoleh
data. Sebanyak 115 pemilik
UMKM Batik di Kota Semarang dijadikan populasi penelitian, dan sampel diambil menggunakan metode sensus.
Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif, analisis dengan Smart PLS, pengujian instrumen, pengujian hipotesis, serta pengujian Model F (Goodness of Fit). Pengujian
hipotesis ini mencakup pengujian langsung dan tidak langsung antar variabel menggunakan kerangka Structural Equation Model (SEM) berdasarkan pendekatan Partial
Least Square (PLS). Kualitas model dievaluasi menggunakan uji Stone-Geisser Q2, Effect Size f2, dan koefisien
determinasi (R2).
Hasil dan Pembahasan
Tujuan analisa ini adalah untuk menganalisis
tanggapan setiap responden yang digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengetahui sejauh mana keakuratan pandangan responden terhadap variabel riset
(Sahir, 2021). Langkah untuk mengetahui perihal tersebut adalah melalui 2 cara perhitungan. Perhitungan pertama dilakukan untuk menentukan berapa jumlah rentang skala yang digunakan untuk mengembangkan kategori – kategori pada
variabel dengan rumus dan perhitungannya yaitu :
RS = (m-n) / k
RS = (5-1) / 5
RS = 0,80
Keterangan :
RS = Rentang Skala
n = Skor Minimal
m = Skor Maksimal
k = Jumlah Kategori
Berpedoman pada:
1,00 – 1,80 : Keadaan variabel yang masih sangat rendah.
1,81 – 2,60 : Keadaan variabel yang masih rendah.
2,61 – 3,40 : Keadaan variabel yang sedang ataupun cukup.
3,41 – 4,20 : Keadaan variabel yang tinggi ataupun baik.
4,21 – 5,00 : Keadaan variabel yang sangat tinggi atau sangat
baik.
Perhitungan kedua dilakukan
untuk menentukan indikator dengan nilai rata-rata terbesar dan terkecil melalui rumus dan perhitungannya sebagai berikut:
R = (F x S) ÷ F
Keterangan:
R = Rata - rata
F = Frekuensi
S = Skor
Analisa
Instrumen
Dengan menggunakan SmartPLS 3.0, kami menganalisis data dan menguji model penelitian. Ada dua submodel dalam analisis PLS: model luar, yang digunakan untuk menilai reliabilitas dan validitas, dan model dalamguna menguji kualitas ataupun hipotesis.
Saat menjelaskan pengujian validitas maupun reliabilitas, digunakan model luar. Model penilaian untuk pengukuran yang mempunyai convergent validity, internal consistency maupun discriminant validity.
Uji Instrumen
1) Validitas Diskriminan
Untuk menentukan seberapa
khas konsep penelitian dari konstruk lain ditinjau dari kriteria empiris, validitas diskriminan harus diselidiki. Matriks Fornell-Larcker
dan rasio korelasi heterotrait-monotrait (HTMT) digunakan
guna menilai validitas tes dalam penyelidikan ini. Uji validitas diskriminan Fornell-Larkcer menyatakan bahwa suatu variabel laten valid jika dan hanya jika nilai
HTMT < 1, dan akar nilai kuadrat (diagonal) AVE >
nilai variabel laten.
Tabel
3. Hasil fornell-larcker
matrix
|
Social Media Marketing |
Competitor Orientation |
Customer Orientation |
Keunggulan Bersaing |
Kinerja Pemasaran |
Social Media Marketing |
0,781 |
|
|
|
|
Competitor Orientation |
0,542 |
0,738 |
|
|
|
Customer Orientation |
0,513 |
0,484 |
0,710 |
|
|
Keunggulan Bersaing |
0,573 |
0,774 |
0,520 |
0,723 |
|
Kinerja
Pemasaran |
0,407 |
0,402 |
0,338 |
0,405 |
0,792 |
Sumber: Olah
data primer, 2024
Variabel |
HTMT < 1 |
Social Media Marketing |
Yes |
Competitor Orientation |
Yes |
Customer Orientation |
Yes |
Keunggulan Bersaing |
Yes |
Kinerja
Pemasaran |
Yes |
Sumber: Olah
data primer, 2024
Uji coba pertama model Algoritma PLS dilakukan, dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai HTMT < 1 maupun nilai AVE pemuatan luar diagonal lebih besar dibandingkan
variabel laten lainnya. Salah satu kemungkinan pembacaan variabel penelitian ini adalah seluruh indikator valid dan tidak
ada satupun yang perlu dihilangkan.
2) Validitas Konvergen
Ada validitas konvergen
pada nilai AVE dan pemuatan luar. Model yang sempurna adalah model yang nilai pembebanan luarnya > 0,5; ini memeprlihatkan
indikator konstruk dapat dipercaya. Namun jika konstruk dapat
menjelaskan rata-rata setengah
atau lebih perubahan item, maka nilai AVE > 0,5.
Tabel 5.
Hasil convergent validity
Variabel |
Indikator |
Outer
loading |
AVE |
Social
Media Marketing (X1) |
X1.1 |
0,798 |
0,610 |
X1.2 |
0,811 |
||
X1.3 |
0,734 |
||
X1.4 |
0,755 |
||
X1.5 |
0,802 |
||
Competitor
Orientation (X2) |
X2.1 |
0,678 |
0,544 |
X2.2 |
0,774 |
||
X2.3 |
0,743 |
||
X2.4 |
0,766 |
||
X2.5 |
0,723 |
||
Customer
Orientation (X3) |
X3.1 |
0,665 |
0,504 |
X3.2 |
0,594 |
||
X3.3 |
0,567 |
||
X3.4 |
0,686 |
||
X3.5 |
0,862 |
||
X3.6 |
0,833 |
||
Keunggulan Bersaing
(Y1) |
Y1.1 |
0,751 |
0,522 |
Y1.2 |
0,756 |
||
Y1.3 |
0,731 |
||
Y1.4 |
0,758 |
||
Y1.5 |
0,720 |
||
Y1.6 |
0,610 |
||
Kinerja Pemasaran (Y2) |
Y2.1 |
0,901 |
0,627 |
Y2.2 |
0,672 |
||
Y2.3 |
0,681 |
||
Y2.4 |
0,883 |
Sumber: Olah
data primer, 2024
Berdasar pada tabel 5, nilai AVE dan outer loading memperlihatkan > 0,5 maka model dianggap sempurna.
3) Uji Reliabilitas
Ada dua metode untuk menentukan suatu konstruk ketika menggunakan indikator yang mencerminkan: Cronbach's Alpha dan Composite dependability. Jika Cronbach's Alpha maupun Composite Reliability lebih dari 0,7, variabel tersebut
dikatakan dependen.
Tabel 6. Hasil internal consistency reliabilitas
Variabel |
Composite Reliability |
Cronbach’s Alpha |
Social
Media Marketing |
0,886 |
0,840 |
Competitor
Orientation |
0,856 |
0,790 |
Customer
Orientation |
0,856 |
0,842 |
Keunggulan Bersaing |
0,867 |
0,816 |
Kinerja Pemasaran |
0,868 |
0,818 |
Sumber: Olah
data primer, 2024
Menurut Natalia et al. (2017), model
ini berpusat pada model struktur variabel laten,
yang mengasumsikan bahwa
variabel laten berhubungan secara linier dan sebab-akibat. Teori substantif mendasari model batin, yaitu model
struktural yang mendefinisikan keterkaitan
antar variabel laten dengan
cara menghubungkannya. Berikut hasil analisis
yang dilakukan di dalam model.
Hasil pengujian menunjukkan koefisien dengan nilai positif (0,171), nilai t yang melebihi nilai kritis (1,658), serta tingkat signifikansi
yang lebih rendah dari ambang batas
(0,030<0,05). Oleh karena itu,
variabel X1, yang mewakili pemasaran media sosial, berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel Y1, yang mewakili keunggulan kompetitif. Temuan ini sejalan
dengan penelitian Darma et
al. (2022), yang menyatakan bahwa
pemasaran melalui media sosial secara signifikan
meningkatkan keunggulan kompetitif suatu perusahaan.
Media sosial menjadi elemen penting dalam periklanan online karena memungkinkan pengguna untuk berbagi dan bertukar berbagai jenis konten, seperti teks, gambar, audio, dan video. Dengan media sosial, dunia bisnis dapat terus
berinovasi dan memperkuat upaya komunikasi mereka (Darma et al., 2022).
Cara sebuah perusahaan memanfaatkan pemasaran media sosial sangat memengaruhi dampaknya terhadap keunggulan kompetitif. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan konten yang menarik dan bermanfaat, serta pengenalan merek yang tinggi, adalah dua faktor utama yang membuat pemasaran media sosial dapat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen. Pelanggan cenderung melakukan pembelian setelah terpapar konten berkualitas tinggi. Selain memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi, efektivitas pemasaran melalui media sosial dapat memengaruhi preferensi pembelian.
Berdasarkan hasil penelitian
ini, dapat disimpulkan bahwa pemasaran media sosial mempengaruhi keunggulan kompetitif tergantung pada seberapa maksimal seseorang memanfaatkan platform ini. Penggunaan konten yang menarik dan kesadaran merek yang tinggi dapat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen.
Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara Orientasi Pesaing (X2) dan Keunggulan Bersaing (Y1), yang dibuktikan melalui hasil pengujian:
nilai koefisien positif sebesar 0,616, nilai thitung 7,955 yang lebih besar dari
ttabel 1,658, serta tingkat signifikansi sebesar 0,000. Temuan ini konsisten dengan
hasil penelitian Paramita
(2015). Tujuan strategis jangka panjang dari perusahaan adalah mencapai kepuasan pelanggan karena, secara teori, loyalitas pelanggan akan terbentuk secara alami, dan penjualan akan terus meningkat
seiring berjalannya waktu. Dalam proses ini, perusahaan berupaya untuk menjaga kepuasan pelanggan dan mengembangkan model
strategi baru yang dapat digunakan untuk bersaing secara efektif, dengan menawarkan sesuatu yang unik dan sulit ditiru oleh pesaing lain (Wahyudiono, 2018).
Menurut Narver dan Slater (1990), perusahaan yang berorientasi pada
pesaing sering kali memiliki rencana untuk berbagi informasi
tentang pesaing, merespons pergerakan mereka, serta mendiskusikan
taktik yang digunakan dengan manajemen tingkat atas.
Ketika pelanggan mencari alternatif yang lebih sesuai dengan kebutuhan
mereka, kekhasan produk perusahaan akan menjadi pembeda
utama dari produk pesaing. Sasaran strategis jangka panjang tetap pada kepuasan pelanggan, karena pada akhirnya, loyalitas pelanggan akan berkembang secara alami. Penjualan diharapkan meningkat seiring berjalannya waktu, sementara perusahaan terus menjaga fokus pada kebutuhan pelanggan dan mengembangkan model strategi yang baru
untuk bersaing. Produk yang unik dan sulit ditiru oleh pesaing menjadi kunci untuk membedakan
diri, sehingga meningkatkan penjualan dan menjaga kesetiaan pelanggan (Wahyudiono, 2018).
Orientasi pesaing memiliki
pengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing karena membantu perusahaan memahami pasar, mengembangkan produk baru yang lebih baik, dan mengalokasikan sumber daya untuk riset
dan pengembangan. Dengan orientasi pesaing, perusahaan dapat membentuk identitas yang kuat, memenangkan kepercayaan pelanggan, dan meraih keunggulan kompetitif. Perusahaan yang berorientasi
pada pesaing sangat memperhatikan
aktivitas kompetitor, memahami strategi, kekuatan, serta kelemahan mereka, sambil terus mengembangkan produk baru dan memperkuat kapabilitas dalam menghadapi persaingan.
Berdasarkan hasil analisis,
diperoleh nilai koefisien positif sebesar 0,134 dengan nilai thitung
1,851 > ttabel 1.658, serta tingkat signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Customer Orientation (X3) memiliki
pengaruh signifikan terhadap Keunggulan Bersaing (Y1). Temuan ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya oleh Tarabieh et al. (2020), yang juga menemukan bahwa Customer Orientation secara
signifikan mempengaruhi Keunggulan Bersaing. Hal ini menunjukkan bahwa ketika perusahaan
mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, kepuasan pelanggan meningkat, dan perusahaan tersebut memiliki kinerja pemasaran yang lebih baik melalui keunggulan
bersaing.
Customer
Orientation memiliki pengaruh
signifikan terhadap Keunggulan Bersaing karena membantu perusahaan memahami dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan. Pendekatan ini menempatkan pelanggan sebagai pusat dari proses perencanaan dan pelaksanaan, yang
bertujuan untuk menciptakan nilai lebih bagi organisasi.
Dengan orientasi pelanggan yang baik, perusahaan dapat mengembangkan produk atau layanan yang lebih kompetitif, sehingga dapat bersaing lebih efektif di pasar.
Selain itu, Customer Orientation
juga membantu perusahaan memahami perilaku dan kebutuhan pelanggan, yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk atau layanan
yang lebih kompetitif. Dengan pendekatan ini, perusahaan mampu memperkuat keunggulan bersaingnya, membuatnya lebih kompetitif di pasar.
Melalui pemahaman yang mendalam terhadap perilaku pelanggan, perusahaan dapat memberikan layanan yang lebih disesuaikan dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Orientasi pelanggan yang kuat memungkinkan perusahaan untuk membentuk hubungan yang lebih erat dengan
kliennya, yang pada akhirnya
memperkuat keunggulan kompetitif dalam jangka panjang. Customer
Orientation mengacu pada pendekatan
bisnis yang berpusat pada konsumen, terutama di era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat. Hubungan yang kuat dengan pelanggan melalui orientasi pelanggan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.
Terlihat jelas bahwa
variabel Pemasaran Media Sosial
(X1) mempengaruhi Kinerja Pemasaran (Y2) secara positif dan signifikan secara statistik, karena analisis uji menghasilkan
nilai koefisien positif sebesar 0,207, nilai thitung sebesar
1,822 > ttabel 1,658, dan
signifikansi nilai 0,035. Sejalan penelitian lain menjelaskan keterkaitan yang menguntungkan
dan signifikan secara
statistik antara pemasaran
media sosial dan kinerja pemasaran (Hidayat et al., 2022; Trianti & Anastuti, 2022).
Kinerja pemasaran yang optimal dapat dicapai dengan
pemasaran media sosial untuk UMKM karena bisnis ini tidak kesulitan menemukan pelanggan yang tepat dan menyediakan komunikasi yang relevan kepada mereka. Dengan strategi
media sosial yang tepat,
bisnis dapat terhubung dengan pelanggan dan pesaing, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan kinerja mereka. Peningkatan penjualan, peningkatan konsumen, dan peningkatan pendapatan merupakan indikator keberhasilan pemasaran, yang merupakan salah satu tujuan tersebut.
Pendapatan dari penjualan dipengaruhi oleh penggunaan media sosial. Kampanye pemasaran media sosial yang intens dapat menarik perhatian
calon konsumen pada suatu produk.
Pendapatan penjualan dapat ditingkatkan melalui upaya pemasaran
media sosial jika menghasilkan volume penjualan yang tinggi. Peningkatan hasil pemasaran dapat dicapai jika dan hanya jika pendapatan
penjualan meningkat. Ada banyak bukti yang menunjukkan bagaimana media sosial dapat meningkatkan
efektivitas pemasaran UMKM,
mendaatkan penjualan dan profitabilitas yang lebih baik (Anggraeni & Sanaji, 2021).
Jelas bahwa variabel Orientasi Pesaing (X2) tidak berpengaruh terhadap Kinerja Pemasaran (Y2), karena analisis pengujian menghasilkan nilai koefisien positif sebesar 0,151 dengan thitung 0,986 < ttabel
1,658 maupun nilai signifikan 0,162. Hal ini sesuai dengan penelitian yang tidak menemukan dampak orientasi pesaing terhadap keberhasilan pemasaran (Arbawa & Wardoyo, 2018).
Karena UMKM kurang memiliki pengetahuan yang diperlukan tentang pergerakan pesaingnya, daya saing yang tidak memadai, dan keterampilan yang sesuai, orientasi pesaing tidak dapat mempengaruhi
kinerja pemasaran mereka. Akibatnya, UMKM tidak mampu menerapkan
strategi pemasaran yang efektif.
Dalam hal pemasaran, usaha kecil dan menengah (UKM) sering kali gagal memberikan perhatian yang cukup terhadap persaingan mereka, sehingga membuat mereka tidak siap untuk
mengambil keputusan dan tidak memiliki kecerdikan yang diperlukan untuk menerapkan rencana yang sukses.
Berdasarkan analisa pengujian,
didapatkan nilai koefisien positif sebesar 0,097 dengan thitung sebesar 0,786 < ttabel 1,658 dan nilai signifikansi sebesar 0,216, maka dapat diketahui bahwa variabel Customer Orientation (X3) tidak
berpengaruh terhadap Kinerja Pemasaran (Y2).
Sejalan dengan penelitian (Daud, 2016) menjelaskan customer orientation tidak berpengaruh terhadap kinerja pemasaran.
Landasan kesuksesan suatu perusahaan adalah fokusnya pada pelanggannya. Komunikasi dan internalisasi yang
efektif di setiap tingkat organisasi perusahaan sangat penting untuk keberhasilan
bisnis. Orientasi pelanggan akan menjadi kemampuan inti internal dan eksternal perusahaan dengan integrasi yang kuat (Daud, 2016). Dunia usaha tidak dapat
mengubah kemampuan menghasilkan nilai yang merupakan tulang punggung setiap perusahaan yang sukses, sehingga orientasi pelanggan tidak mempengaruhi kinerja pemasaran pada UMKM batik. Perusahaan juga kesulitan mempertahankan pelanggan ketika mereka tidak
sepenuhnya memahami kebutuhan mereka, sehingga menghalangi mereka untuk memberikan
nilai ekstra yang akan menarik dan mempertahankan lebih banyak pelanggan.
Customer Orientation memungkinkan UMKM untuk
lebih memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan, sehingga dapat mengarahkan strategi pemasaran dengan lebih tepat. Namun pada
kenyataannya customer orientation tidak mampu mempengaruhi peningkatan kinerja pemasaran. Dengan fokus pada kepuasan dan kebutuhan pelanggan, UMKM Batik tidak dapat memperoleh
keunggulan kompetitif dalam memasarkan produknya melalui orientasi pelanggan.
Berdasarkan temuan penelitian,
tidak ditemukan korelasi antara efektivitas pemasaran melalui keunggulan kompetitif dan faktor-faktor seperti pemasaran media sosial, orientasi pesaing, atau orientasi
pelanggan. Meskipun pemasaran media sosial, orientasi pesaing, dan orientasi pelanggan dianggap penting untuk keberhasilan pemasaran, ternyata keunggulan kompetitif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan faktor-faktor ini.
Salah satu ukuran keberhasilan
UMKM adalah kinerja pemasaran, yang juga merupakan indikator utama keberhasilan perusahaan. Menurut Winata (2010), keberhasilan
pemasaran suatu organisasi mencerminkan kinerja keseluruhannya, karena menunjukkan seberapa baik bisnis
telah berjalan selama periode waktu tertentu. Namun, terdapat metode lain untuk meningkatkan hasil pemasaran selain melalui keunggulan kompetitif. Meskipun strategi keunggulan yang direncanakan dan diterapkan dengan baik dapat memberikan
dampak signifikan terhadap kemampuan bersaing suatu perusahaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pemasaran
tidak terpengaruh oleh keunggulan kompetitif.
Karena tidak adanya keunggulan
kompetitif yang kuat,
strategi pemasaran yang berfokus
pada media sosial, pesaing,
atau pelanggan tidak dapat secara
langsung mempengaruhi kinerja pemasaran. Dengan demikian, pengaruh strategi pemasaran ini terhadap kinerja
pemasaran UMKM tidak berhubungan secara langsung dengan keunggulan kompetitif.
Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan. Untuk memulainya, tidak ada keraguan bahwa
pemasaran media sosial meningkatkan keunggulan kompetitif, menumbuhkan jaringan pemasaran, dan memperdalam hubungan konsumen. Faktor kedua yang menambah keunggulan kompetitif adalah orientasi pelanggan dan pesaing, yang secara tidak langsung berkaitan dengan keberhasilan pemasaran namun tetap penting.
Dan yang ketiga, efektivitas
pemasaran tidak dipengaruhi oleh keunggulan kompetitif. Secara teoritis, kesimpulan penelitian ini dapat membantu dunia usaha dalam
menyusun strategi kompetitif
global yang lebih tangguh. Secara manajerial, perusahaan dapat lebih memahami kebutuhan pelanggan dan meningkatkan inovasi untuk menciptakan nilai tambah. Keterbatasan
penelitian ini meliputi jumlah sampel yang terbatas dan faktor-faktor eksternal
yang tidak dianalisis, serta disarankan untuk penelitian mendatang memperhatikan variabel lain seperti kualitas
pelayanan, loyalitas pelanggan, dan kemampuan finansial usaha.
BIBLIOGRAFI
Adinoto, A. (2013). Pengaruh Orientasi Pasar
dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kepekaan Perusahaan Dan Implikasinya Pada
Kinerja Perusahaan: Studi pada Penyalur Sepeda Motor di Indonesia. ULTIMA
Management, 2(1), 1–25. https://doi.org/10.31937/manajemen.v2i1.166.
Anggraeni, M., & Sanaji, S. (2021).
Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap Kinerja Pemasaran selama Pandemi
Covid-19 dengan Mediasi Kemampuan Inovasi dan Kemampuan Branding (Studi pada
Pelaku UMKM yang Menggunakan Media Sosial). Jurnal Ilmu Manajemen, 9(2),
752. https://doi.org/10.26740/jim.v9n2.p752-767
Arbawa, D. L., & Wardoyo, P. (2018).
Keunggulan Bersaing : Berpengaruh Terhadap Kinerja Pemasaran (Studi Pada Umkm
Makanan Dan Minuman Di Kabupaten Kendal). Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis,
11(1), 56. https://doi.org/10.26623/jreb.v11i1.1077
Darma, D. A., Abdussamad, Z. K., &
Rahman, E. (2022). Pengaruh Strategi Inovasi Produk Dan Pemasaran Media Sosial
Terhadap Keunggulan Bersaing Pada UMK Kuliner Di Kota Gorontalo. JAMBURA:
Jurnal Ilmiah …, 5(1), 238–250.
Daud, A. (2016). Pengaruh inovasi layanan dan
keunggulan posisional pada kinerja pemasaran. Jurnal Siasat Bisnis, 20(1),
66–78. https://doi.org/10.20885/jsb.vol20.iss1.art6
Farida, N. (2016). Determinants of Marketing
Performance : Innovation, Market Capabilities And Marketing Performance. Jurnal
Dinamika Manajemen, 7(31).
Fatmawati, R. A. (2015). Pengaruh Orientasi
Pasar , Orientasi Kewirausahaan Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja
Pemasaran. Universitas Diponegoro.
Hadiyati, E. (2012). Kreativitas dan Inovasi
Pengaruhnya Terhadap Pemasaran Kewirausahaan Pada Usaha Kecil. Jurnal
Inovasi dan Kewirausahaan, 1(3), 135–151.
Hatta, I. H. (2015). Orientasi Pasar,
Orientasi Kewirausahaan, Kapabilitas Pemasaran dan Kinerja Pemasaran. Jurnal
Aplikasi Manajemen (JAM), 13(4), 654–660.
Hidayat, Y. A., Purnamasari, E., Wahyuni, S.,
Astuti, R. D., & Supaya, S. (2022). Pengaruh Pemasaran Media Sosial Pada
Kinerja Pemasaran: Proposisi Nilai Sosial Produk Sebagai Variabel Mediator. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 11(11), 1917.
https://doi.org/10.24843/ejmunud.2022.v11.i11.p04
Kurniasari, M., & Budiatmo, A. (2018). Pengaruh social media marketing, brand awareness terhadap keputusan pembelian dengan minat beli sebagai
variabel intervening pada J. Co Donuts & Coffee
Semarang. Jurnal Ilmu
Administrasi Bisnis, 7(3),
152-159.
Lee, O. G., Kim, S. B., & You, Y. Y.
(2016). The influence of customer orientation, market activity, and store
operation activity on performance: Focusing on small food business owners. Indian
Journal of Science and Technology, 9(44).
https://doi.org/10.17485/ijst/2016/v9i44/105118
Narver, J. C., & Slater, S. F. (1990).
Narver and Slatter.Pdf. Journal of marketing.
Paramita, C. (2015). Pengaruh Kompetensi
Individu, Orientasi Kewirausahaan dan Pesaing dalam Mencapai Keunggulan
Bersaing Melalui Kualitas Produk Studi pada UKM Furnitur di Kota Semarang. DeReMa
(Development Research of Management) Jurnal Manajemen.
https://doi.org/10.19166/derema.v10i1.160
Pratono, A. H., & Mahmood, R. (2015).
Mediating effect of marketing capability and reward philosophy in the
relationship between entrepreneurial orientation and firm performance. Journal
of Global Entrepreneurship Research, 5(1).
https://doi.org/10.1186/s40497-015-0023-x
Putri, R. A. (2024). Duh! Batik Semarang
Ternyata Banyak yang Diproduksi di Kota Lain.
Sahir, S. H. (2021). Metodologi Penelitian.
Penerbit KBM Indonesia.
Syukron, M. Z. (2016). Keunggulan Bersaing
Umkm Jenang Di Kabupaten Kudus. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis Universitas
Diponegoro, 1(12 Oktober 2016), 1–14.
Tarabieh, S. M. Z. A., Gil-Pechuán, I.,
Al-Haidous, A. I. A. H., & AL-Obaidi, M. G. (2020). Exploring the impact of
customer orientation over Jordanian banks performance: The mediating role of
competitive advantage. Management Science Letters, 10(14),
3313–3324. https://doi.org/10.5267/j.msl.2020.6.006
Trianti, K., & Anastuti, K. U. (2022).
The Effect of Social Media Marketing on Competitive Advantage and Company
Performance. Budapest International Research and Critics Institute-Journal
(BIRCI-Journal), 5(2), 17945–17960.
Wahyudiono, W. (2018). Pengaruh Orientasi
Pelanggan Dan Orientasi Pesaing Terhadap Inovasi Pasar Dan Pertumbuhan
Penjualan Perusahaan Makanan Di Surabaya. EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan
Keuangan), 14(3), 271–287.
https://doi.org/10.24034/j25485024.y2010.v14.i3.377
Widodo. (2013). Model Peningkatan Kinerja UKM
Berbasis Orientasi Enterpreneur. Jurnal Dinamika Mnajemen, 4(1),
199–214.
Wikaningtyas, S. U., Setyawati, R., Santoso,
R. T., & Aji, R. G. S. (2022). Pengaruh Pemasaran Melalui Social Media Dan
Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pengunjung Taman Pintar Yogyakarta Yang Di
Mediasi Oleh Word Of Mouth Marketing. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis
Indonesia STIE Widya Wiwaha, 2(4), 1286 – 1306.
Winata, A. Y. S. (2010). Mengukur Kinerja
Pemasaran: Kajian Konseptual Perkembangan Teori. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Bisnis, 10(September), 119–135.
Yulianthini, N. N., & Dewanti, M. A.
(2023). Terhadap Kinerja Pemasaran Dengan Promotional Mix, 9(1), 95–103.
Zimmerer, T. (2008). Kewirausahaan dan
Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Jakarta: Salemba 4.
Copyright holder: Tiara
Cindy Pratiwi, Alifah Ratnawati
(2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |